Juni 2006
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman
KAJIAN RUANG PUBLIK DITINJAU DARI
SEGI PROPORSI / SKALA DAN ENCLOSURE
Danoe Iswanto
74
KAJIAN RUANG PUBLIK DITINJAU DARI SEGI PROPORSI / SKALA DAN ENCLOSURE
Building form and massing, therefore, TEORI PROPORSI / SKALA
encompases height, bulk, floor area, ratio (FAR), Ruang publik ini ada kaitannya dengan
coverage, Stree-line setbacks, style, scale, open space dan urban space. Menurut pendapat
material, texture and color.3 Perangkat Paul D. Spreiregen mengenai open space dan
pengendalian bentuk dan massa bangunan urban space adalah “Open space is another type
meliputi : of space, and one which we should be very
- Ketinggian bangunan careful to understand. Open space generally
Dalam konteks kota ketinggian berbagai describes park like areas of greenery in or near
bangunan akan membentuk skyline kota. the city. It is often confused with urban space,
- Kepejalan Bangunan which is a formal focus of urban activity. Open
Kontrol kepejalan memberikan space in informal, natural, and parklike. It
peningkatan kondisi angin dan relieves the harshness of urban form while
pengontrolan terhadap cahaya matahari complementing it. Urban spaces are the
pada jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka products of cities, specifically the juxtaposition
dibawahnya. Hasil kontrol kepejalan of buildings. The larger spaces of nature in
berupa bentuk artikulasi dan bertingkat which cities sit cannot be enclosed by urban
permukaan dan bentuk bangunan, dapat form, but can nonetheless be urban spaces in the
menurunkan masalah angin. sense that they are qualified by the urban
Pengontrolan cahaya matahari dan angin presence. The city, as a whole form, accents this
akanmemberikan pengaruh pada batas vast space.”4
ketinggian, setback, ketinggian
kondisional, sudut matahari, sudut Scale and Human Vision
pandang, serta ruang antar menara. Skala didalam urban design yang dipakai
- Koefisien Lantai Bangunan adalah skala manusia agar sesuai dengan
Menggambarkan tentang jumlah lantai aktivitas manusia. Skala ini berdasarkan pada
maksimum, peruntukan yang jarak dan ketinggian bangunan atau lingkup area
diperbolehkan, dan intensits membangun yang ada dari sudut pandangan manusia yang
( jumlah lantai maksimum, antara sudut 30o-65o. Selain itu menurut Lynch
KLBmaksimum, KLB dasar, kepadatan dalam Rapoport 1971, bahwa sudut pandang
penduduk ) yang normal adalah 270. Jadi untuk
- Koefisien Dasar Bangunan perbandingan D/H = 270. Ada tiga pembagian
Luas lantai dasar ( BC ) adalah luas skala berdasarkan urban design antara lain skala
lahan tapak yang tertutup dibanding luas intim, skala urban, dan skala monumental.
keseluruhan. KDB dimaksudkan untuk Pada dasarnya sudut pandangan mata
menyediakan lahan terbuka yang cukup manusia secara normal pada bidang vertikal
di suatu wilayah kota. adalah 60o, tetapi bila melihat secara intensif
maka sudut pandangan mata berkurang 1o.5
- Garis Sempadan Bangunan
Ialah jarak bangunan terhadp as jalan. H. Marten, seorang arsitek Jerman,
GSB bermanfaat untuk mengendalikan
dalam papernya “ Scale in Civic Design”
tata letak bangunan terhadap jalan,
sehingga tercipta, keteraturan, dan mengatakan bahwa bila orang melihat lurus ke
memberikan pandangan yang lebih luas depan, maka bidang pandangnya vertical di atas
terhadap pemakai jalan. bidang pandangan horizontal mempunyai sudut
40o atau 2/3 seluruh sudut pandangan mata. Dan
orang dapat melihat keseluruhan pandangan bila
4
Paul D. Spreiregen, The Architecture of Towns and
Cities, Halaman 76
5
Yoshinobu Ashihara, Exterior Design in
3
Ibid, Halaman 37 Architecture, Halman 37
75
ENCLOSURE Volume 5 No. 2. Juni 2006
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman
sudut pandangnya 27o atau bila D/H = 2 ( jarak tingginya. Jadi besarnya plaza : 1< D/H<2.Bila
dibagi dengan tinggi = 2). D/H<1, ruang luar tidak akan menjadi plaza
tetapi menjadi ruang dimana daya pengaruh
Werner Hegemann dan Elbert Peets timbal balik atara bangunan-bangunan
dalam bukunya : “American Vitruvius “ disekitarnya begitu kuat. Bila D/H>2 maka daya
menyatakan bahwa : orang akan merasa terpisah mengruang pada plaza mulai berkurang. Jadi bila
dari bangunan bila melihat dari jarak sejauh 2 x D/h terletak diantara 1 dan 2 akan menjadi
tinggi bangunannya, ini berarti sudut proporsi yang seimbang6
o
pandangannya 27 . Bila orang ingin melihat
sekelompok bangunan sekaligus maka
o
diperlukan sudut 18 , ini berarti dia harus
melihat dari jarak sejauh pandangan 3 x tinggi
bangunan.
Gambar 4 Ilustrasi Perbandingan D/H
76
KAJIAN RUANG PUBLIK DITINJAU DARI SEGI PROPORSI / SKALA DAN ENCLOSURE
Menurut pengamatan ashihara, ukuran- baik, kompak dan intim, sebaik dan seintim
ukuran plaza pada umumnya sesuai dengan apa ruang dalam 4,5 tikar.
yang telah ditemukan Camillo Sitte jauh
sebelumnya. Arsitek-arsitek yang Ruang dalam berukuran 80-100 tikar
mepraktekkeanya harus sadar akan kenyataan (7,2x18m sampai dengan 9x18m) adalah sesuai
bahwa ruang luar harus direncanakan dengan untuk keperluan pesta-pesta atau perjamuan-
skala yang berbeda terhadap ruang dalam. Satu perjamuan ( banquet hall).
hipotesis yang dikemukakan oleh Ashihara Gambar 5 Ilustrasi Ruang
berdasar pada pengalamannya menyatakan
bahwa : ruang luar mempunyai skala berkisar
antara 8-10 kali dari skala ruang dalam. Hipotesa
ini disebut “Teori Sepersepuluh”
Didalam bukunya : “ Silent Language”
Edward Hall menegaskan bahwa orang telah
mengembangkan daerah teritorialnya sampai
dengan perluasan yang sukar diduga. Bila boleh
dibuat suatu perbandingan maka pengolahan
ruang dapat disamakan dengan “ perlakuan
sex”; contohnya di Jepang : orang-orang Jepang
tidak menamakan ruang-ruang menurut fungsi
dan penggunaannya seperti ; ruang makan ,ruang
tinggal , kamar tidur dan sebagainya. Tetapi
memberi nama ruang menurut luas lantai :
Sebuah ruang berukuran 4,5 tikar,
sebenarnya agak sempit, tetapi merupakan ruang
Ruang 100 tikar secara tradisional di
yang intim untuk 2 orang. ( 1 tikar lebih kurang
Jepang adalah ruang dalam yang terbesar dimana
90x180 cm, jadi 4,5 tikar = 270 x270 cm).Ada
orang masih dapat saling menanggapi dan saling
satu peribahasa jjepang berbunyi “ roman 4,5
berbicara satu sama lain secara akrab, dan
tikar” membayangkan bahwa hadirnya 2 orang
suasana berkumpul tetap terjamin. Jadi bila kita
laki-laki dan wanita di dalam ruang yang
nmengalikan banquet hall tersebut 8 kali
berukuran 4,5 tikar membawa pikirann kita
misalnya, maka akan kita dapatkan ruang luar
kepada situasi yang sangat romantis. Bila kita
yang terbesar dengan ukuran 58x144m, dimana
akan mencoba menciptakan ruang luar yang “
kesan intim masih mungkin dapat dirasakan.
intim” seperti pada ruang dalam tersebu. Diatas
Luas plaza-plaza yang besar di Eropa Menurut
dengan menggunakan teori sepersepuluh, maka
Camillo Sitte Rata-rata 57x140m, jadi lebih
luas ruang luar yang terjadi adalah 8-10 kali
kurang sama dengan ruang luar yang terbesar
ruang 4,5 tikar tadi, atau 21x21 m sampai
menurut perhitungan Ashihara. Tetapi didalam
27x27m. Ruang tersebut cukup luas dimana
praktek, kita tidak usah menggunakan teori
orang-orang yang berada disana dapat mengenal
sepersepuluh setepatnya. Berdasarkan juga pada
dan membedakan setiap wajah orang lain.
pengalamannya, Ashihara mengemukakan
(Jartak maksimum untuk mengenal wajah orang
hipotesa yang kedua : “ Modul- 21meter “ adalah
24m). Jadi ruang luar dengan ukuran antara
satu metode untuk merencanakan ruang luar
21x21m sampai dengan 27x27m adalah sangat
denganmenggunakan modul antara 21-24m.
77
ENCLOSURE Volume 5 No. 2. Juni 2006
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman
Ruang luar yang tidak mempunyai daya TEORI ENCLOSURE
mengruang, cenderung menjadi tidak jelas dan Menurut Gorden Cullen Enclosure (ruang
kabur. Oleh karena itu pada setiap jarak 21 atau berpagar) adalah unit basuk pola lingkungan di
luar suara dan kecepatan komunikasi yang
24 m harus diadakan perubahan dan pergantian
datang dan pergi.
secara kontinyu dalam irama, tekstur dan tinggi
permukaan lantainya, agar suasana ruang
menjadi meriah dan hidup. Modul 21-24m,
menurut pengalaman Ashihara tidak terlalu kecil
dan tidak terlalu besar, dan merupakan satuan
yang sangat praktis untuk perencanaan. Sebagai
contoh : misalnya ada bangunan yang panjang
dindingnya sampai 150m atau 300m, maka
suasana jalan didekatnya menjadi sangat
monoton dan membosankan. Untuk itu perlu
ditimbulkan suasana yang berirama dengan
merencanakan kebun-kebun kecil, menambah
etalase-etalase, atau elemen yang menonjol di
Gambar 7 Enclosure
dinding pada setiap jarak 21 atau 24m. Cara
tersebut telah di praktekan di Olympic Park di
Komasawa. Setral plazanya mempunyai ukuran Ada beberapa hal yang berkaitan dengan
90x180m, merupakan ruang luar yang sangat enclosure, yaitu
luas, tetapi setiap 21m terdapat taman-taman
Ruang terbuka dan keterlingkupan
bunga, lampu-lampu taman, bangku-bangku
tempat duduk, menurut as memanjang, bahkan Suatu sensasi yang dirasakan seseorang pada
meluasa sampai ke kolam air; sehingga dengan saat melewati ruang terbuka pada kawasan pusat
demikian skala manusia dapat tercapai. kota, yang masih memiliki keterlingkupan/
enclosure yang dibentuk oleh bangunan-
Gambar 6 Olympic Park, Komasawa, Jepang
bangunan di sekitarnya
78
KAJIAN RUANG PUBLIK DITINJAU DARI SEGI PROPORSI / SKALA DAN ENCLOSURE
Keterlingkupan berganda membengkok kedalam dengan sudut siku-siku
maka kesan enclosure-nya akan lebih jelas lagi.
Adalah salah satu ilustrasi yang menunjukkan
dua halaman gedung, salah satu didalam dan satu
diluar, membagi serambi dan merupakan
intertpenetrasi secara keseluruhan.
Bila dinding tingginya menjadi 150 cm, Gambar 9 Ilustrasi Pengamat Pada Enclosure
dinding sudah mempunyai daya mengruang dan
bila tinggi dinding lebih dari 180 cm, dinding
dapat menutupi seluruh tubuh manusia dan
hampir dalam semua hal dapat memberi daya
mengruang yang kuat.
80
KAJIAN RUANG PUBLIK DITINJAU DARI SEGI PROPORSI / SKALA DAN ENCLOSURE
Rukayah,R.Siti, Dari Nilai Historis Ke Ruang
Ekonomi Sebuah Studi Lapangan Kota Di
Indonesia, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro,2005
Rukayah,R.Siti, Simpang Lima Semarang
Lapangan Kota Dikepung Ritel, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005
Edy Darmawan.Ir.MEng,Teori dan Kajian
Ruang Publik Kota, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2003
Edy Darmawan.Ir.MEng,Teori dan Implementasi
Perancangan Kota, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2003
81