Anda di halaman 1dari 8

PERAN PUBLIC SPACE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA


LINGKUNGAN BINAAN KOTA
Rully
Email: ully_placido@yahoo.co.id
Diterima Tanggal: 30 Juli 2016 Disetujui Tanggal: 18 Agustus 2016

Abstrak
Sebagai bagian dari rencana tata ruang kedudukan public space akan
menjadi penentu keseimbangan lingkungan hidup dan lingkungan binaan.
Rencana tata ruang menjadi landasan dalam mengantisipasi pesatnya
perkembangan ruang-ruang terbangun, yang harus diikuti dengan kebijakan
penyediaan ruang terbuka.
Latar belakang pemikiran yang digunakan sebagai landasan Penelitian
Peran public space sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
menjaga lingkungan binaan kota didasarkan pada pertimbangan dapat
terwujudnya keseimbangan, keserasian, dan keselamatan bangunan gedung
dengan lingkungan di sekitarnya, dengan mempertimbangkan terciptanya ruang
luar bangunan gedung dan public space yang seimbang, serasi, dan selaras
dengan lingkungan di sekitarnya. public space juga menjadi bagian dari Rencana
Strategis Departemen Pekerjaan Umum 2016-2020, sebagai kegiatan yang
memerlukan penanganan secara spesifik.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat tersusun rencana penyediaan dan
pengelolaan public space sehingga dapat terwujud ruang kota yang nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, sehingga keseimbangan lingkungan hidup dan
lingkungan binaan pada masing-masing kawasan dapat terjaga dengan baik.
Melalui kegiatan penelitian ini pula Peran Public Space Sebagai Upaya
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Lingkungan Binaan Kota
diharapkan akan dapat diperoleh arah, bentuk, fungsi, dan peran public space
pada masing-masing kawasan, secara menyeluruh, baik dalam kedudukannya
sebagai public space alami: berupa habitat liar alami, kawasan lindung, dan
taman nasional, maupun public space non-alami atau binaan, sebagai hasil olah
karya manusia. Sehingga pada tahap berikutnya dapat dilakukan identifikasi
terhadap ketersediaan public space non-alami pada setiap kawasan yang ada di
setiap kota.

Kata Kunci : public space, keseimbangan, partisipasi, masyarakat

1. Latar Belakang dengan lingkungan di sekitarnya,


Landasan pemikiran mengenai dengan mempertimbangkan
Peran public space sebagai upaya terciptanya ruang luar bangunan
peningkatan partisipasi masyarakat gedung dan public space yang
dalam menjaga lingkungan binaan seimbang, serasi, dan selaras dengan
kota yaitu pada terwujudnya lingkungan dan kebutuhan
keseimbangan, keserasian, dan masyarakat di sekitarnya. public
keselamatan bangunan gedung space juga menjadi bagian dari
Rencana Strategis Departemen kegiatan Penelitian Peran public
Pekerjaan Umum 2016-2020, space Sebagai Upaya Peningkatan
sebagai kegiatan yang memerlukan Partisipasi Masyarakat dalam
penanganan secara spesifik. Menjaga Lingkungan Binaan Kota,
Sebagai bagian dari rencana tata diharapkan akan dapat diperoleh
ruang, maka kedudukan public space arah, bentuk, fungsi, dan peran
akan menjadi penentu keseimbangan public space pada masing-masing
lingkungan hidup dan lingkungan kawasan, secara menyeluruh, baik
binaan. Rencana tata ruang menjadi dalam kedudukannya sebagai public
landasan dalam mengantisipasi space alami: berupa habitat liar
pesatnya perkembangan ruang-ruang alami, kawasan lindung, dan taman
terbangun, yang harus diikuti dengan nasional, maupun public space non-
kebijakan penyediaan ruang terbuka. alami atau binaan, sebagai hasil olah
Perkembangan beberapa karya manusia. Sehingga pada tahap
kawasan yang karena kondisi dan berikutnya dapat dilakukan
potensi yang dimiliki perlu identifikasi terhadap ketersediaan
direncanakan arah dan bentuk public space non-alami pada setiap
penataan public spacenya. Dengan kawasan yang ada di setiap Kota.
demikian perkembangan tata ruang
hijau di masing kawasan yang ada 2. Landasan Teori
pada suatu kota perlu didukung oleh A. Ruang Publik
arahan, kebijakan, dan keinginan Ruang publik diartikan
yang kuat untuk dapat diwujudkan. sebagai ruang dimana anggota
Ketika identifikasi terhadap masyarakat sebagai warga negara
keberadaan tata hijau dengan potensi mempunyai akses sepenuhnya
spesifik pada masing-masing terhadap semua kegiatan publik,
kawasan kabupaten/kota dilakukan, mereka berhak melakukan secara
maka harus pula diperhatikan peran merdeka didalamnya termasuk
fungsi yang diembannya, baik dari mengembangkan wacana publik
kedudukannya sebagai bagian dari seperti menyampaikan pendapat
ruang terbuka, maupun secara lisan dan tertulis
kedudukannya dalam rencana tata (A.S. Hikam dalam A.S.
ruang, namun mempunyai potensi Culla,1999:123)
dalam memberi arah bagi Dengan tersedianya ruang
keseimbangan kawasan baik publik yang bebas maka
kedudukannya sebagai fungsi masyarakat madani (civil society)
ekologis, sosial budaya, estetika dan akan terbentuk dengan sendirinya.
arsitektural, maupun fungsi Masyarakat madani adalah suatu
ekonominya. masyarakat yang memiliki
Diharapkan dengan disusunnya kebebasan individu didalam
rencana, penyediaan, dan institusi/assosiasi (dapat dimasuki
pengelolaan public space, dapat dan ditinggalkan secara bebas),
terwujud ruang kota yang nyaman, kelembagaan tidak mendominasi
produktif, dan berkelanjutan, individu (menghargai otonomi
sehingga keseimbangan lingkungan individual), ada partisipasi
hidup dan lingkungan binaan pada dan ada pelembagaan hak-hak
masing-masing kawasan dapat kewarganegaraan, kebebasan
terjaga dengan baik. Melalui
berbicara, kebebasan pers, (multiple-nuclei) dikemukakan oleh
kebebasan berorganisasi. Harris dan Ulman (1945) dalam
Masyarakat madani adalah Multiple-Nuclei Theory (teori pusat
merupakan wilayah-wilayah kegiatan banyak). Ketiga teori di atas
kehidupan sosial yang menilai pertumbuhan kota
terorganisasi dan becirikan antara berlangsung secara alamiah
lain, kesukarelaan (voluntary), yang mengikuti pola tertentu (H.S.
keswasembadaan (self Yunus,2000:3-61).
generating), dan keswadayaan C. Perencanaan Kota
(self supporting), kemandirian Perencanaan kota (urban
yang tinggi berhadapan dengan planning) merupakan merupakan
negara dan keterikatan dengan aktivitas merencanakan sesuatu
norma-norma dan nilai-nilai lingkungan tertentu, yang lebih luas
hukum yang diikuti oleh dari pada perencanaan lahan atau
warganya. Adapun ciri-ciri fisik, karena mempertimbangkan
mendasar dari masyarakat semua faktor fisik tata guna
Madani, antara lain : lahan, ekonomi, politik, administratif
a.Egalitarianisme dan sosial yang mempengaruhi
b.Penghargaan kepada orang wilayah kota. John R. Mennery
berdasarkan prestasi (1986) mendefenisikan perencanaan
c. Keterbukaan partisipasi seluruh kota sebagai intervensi di dalam
anggota masyarakat aktif proses alokasi sumber daya,
d. Penegakkan hukum dan khususnya terhadap tanah dan
keadilan kegiatan-kegiatan di atasnya, dalam
e. Toleransi dan pluralisme sistem aktivitas kota dan regional
f. Musyawarah oleh otoritas publik yang sah untuk
(Nurcholis Madjid dalam A.S. mencapai hasil yang diinginkan
Hikam,1997:122-123). dengan menggunakan sarana yang
B. Pertumbuhan Kota sesuai (Minnery dalam A. Nurmandi,
Teori yang menyatakan bahwa 1999:141-142).
pertumbuhan kota berlangsung D. Public Space sebagai
secara alamiah antara lain Komponen Masyarakat
dikemukakan oleh Ernest W. Di dalam memberikan batasan
Burgess (1925) dalam The City, yang tentang pengertian Ruang Terbuka,
menyumbangkan teori pertumbuhan maka ada baiknya terlebih dahulu
kota yang alamiah tetapi dikemukakan tentang pengertian
bersifat konserntrik (seperti pusat ruang. Filosof kenamaan Immanuel
daerah bisnis, daerah transisi, tempat Kant dan Plato memberikan rumusan
tinggal pekerja, tempat tinggal kelas yang baik mengenai hal ini.
menengah, dan tempat tinggal para Menurut Kant, ruang bukanlah
komuter). Teori pertumbuhan kota sesuatu yang objektif sebagai hasil
yang alamiah tetapi bersifat sektoral pikiran dan perasaan manusia,
dikemukakan oleh Homer sedangkan menurut Plato ruang
Hoyt (1939) dalam The Structure adalah suatu kerangka atau wadah
and Growth of Residential dimana objek dan kejadian tertentu
Neighbourhoods in merican Cities. berada (E. Budiharjo dan Dj.Sujarto :
Dan pola pertumbuhan kota yang 1999)
alamiah tetapi bersifat inti-berganda
Pengertian lain tentang ruang tindak inventarisasi (ulang) atas
seperti tertera di dalam UU Nomor public space yang terdapat di
24 Tahun 1992 tentang penataan wilayah tersebut. Inventarisasi
ruang bahwa ruang adalah dilakukan untuk mencacah
wadah yang meliputi ruang daratan, sekaligus mengambil data dari
ruang lautandan ruang udara sebagai public space yang dimaksud.
suatu kesatuan wilayah tempat Pencacahan public space untuk
manusia dan makhluk lainnya hidup diinventarisasi dipandu beberapa
dan melakukan kegiatan serta hal. Pertama adalah berdasar
memelihara kelangsungan hidupnya batasan teoretik, kemudian
(Jeluddin Daud, dkk :1996). diputuskan area yang dapat
Peranan dan fungsi ruang terbuka dimasukkan sebagai bagian dari
secara umum adalah : public space. Namun pada
- Tempat bermain dan berolah kenyataannya penerapan kaidah
raga; teoretik ini kurang efektif, karena
- Tempat bersantai; orientasi pekerjaan ini lebih ke
- Tempat komunikasi sosial; implementasi praktis, dimana
- Tempat peralihan, tempat public space yang sesuai kaidah
menunggu; teoretik seringkali tidak relaistik
- Tempat mendapatkan udara untuk diwujudkan dalam waktu
segar; dekat. Kedua, adalah dengan
- Sebagai sarana penghubung mengacu pada arahan rencana tata
antara suatu tempat dengan ruang kota yang berlaku ataupun
tempat yang lain; bentuk rencana lain yang
- Sebagai pembatas atau jarak berkenaan dengan public space,
diantara massa bangunan. pertamanan, dan sejenisnya. Cara
Fungsi Ekologis : ini juga tidak sepenuhnya
•Penyegaran udara; aplikatif. Dalam banyak kasus
• Menyerap air hujan; public space yang ditetapkan
• Pengendalian banjir; dalam rencana tata ruang
• Memelihara ekosistem tertentu; seringkali pada saat ini masih
• Pelembut arsitektur bangunan sangat tidak jelas keberadaannya
(alamat/koordinat) khususnya
3. Pembahasan pada area pengembangan
Pada dasarnya target dari tugas perkotaan baru, karena area yang
pekerjaan ini adalah direncanakan saat ini masih
mempersiapkan rancangan teknis berupa lahan pertanian luas.
beberapa public space di wilayah Ketiga, berdasarkan pada
perkotaan. Pendekatan yang petunjuk instansi yang
ditempuh adalah berdasar pada berwenang. Ini merupakan cara
arahan dan kebutuhan menurut yang paling mudah diikuti, dan
satuan wilayah yang dikaji berorientasi secara jelas pada
sehingga dapat meningkatkan keterlaksanaan pembangunan.
partisipasi masyarakat untuk A. Penggunaan Ruang Terbuka
menjaga lingkungan binaan kota. Umum
Dengan pendekatan tersebut, Di kawasan perkotaan
perencanaan public space di terdapat berbagai fasilitas
wilayah perkotaan diawali dengan umum, sebagian diantaranya
merupakan ruang terbuka baik ditinjau dari segi kultur,
umum yang bebas diakses dan kebutuhannya.
oleh publik, pada ruang
terbuka umum tersebut B. Partisipasi Masyarakat
terdapat kebebasan Frekuensi keterlibatan
berekspresi, membentuk masyarakat dalam upaya untuk
organisasi yang independen melakukan pengawasan dan
dan hak memperoleh menjaga lingkungan khususnya
informasi yang transparan. public space masih sangat
Namun begitu cukup banyak rendah terutama untuk
juga responden yang sektor swasta. Paling Tinggi
menyatakan bahwa mereka keterlibatan masyarakat dalam
merasa ragu dalam ruang pengawasan ada pada sektor
terbuka umum tersebut sosial. Rendahnya tingkat
terdapat kebebasan keterlibatan masyarakat dalam
berekspresi, membentuk pengawasan tersebut juga
organisasi yang independen sejalan dengan rendahnya
dan hal memperoleh frekuensi dalam memberikan
informasi yang transparan. masukan yang konstruktif
Bahkan ada juga responden terhadap pelayanan yang
yang menyatakan tidak ada diberikan oleh pihak-pihak
kebebasan bereksperesi, terkait.
membentuk organisasi yang Dalam proses pembangunan
independen serta mendapatkan baik dalam perencanaan,
informasi yang transparan pelaksanaan dan pengawasan
dalam ruang terbuka tersebut. public space di Indonesia,
Pada ruang terbuka umum masyarakat masih bersifat
dimungkinkan terjadi apatis. Berdasarkan indentifikasi
keberagaman, keadilan dan awal sebagian besar responden,
toleransi bagi perbedaan tidak ada keterlibatan
warga kota. Keberadaan ruang langsung masyarakat dalam
terbuka umum di Indonesia proses pembangunan publik
pada umumnya belum space yang dilaksanakan oleh
sepenuhnya dapat diakomodir pihak pemerintah maupun
oleh pemerintah. Memang swasta, bukan dikarenakan tidak
sebagian dari ruang terbuka adanya sarana/media bagi
umum ini sudah disediakan keterlibatan masyarakat dalam
oleh pemerintah namun proses pembangunan tersebut.
jumlahnya masih sedikit dan Sebetulnya sebagian kota-kota di
masih minim perawatannya. Indonesia sudah memfasilitasi
Kurangnya akomodir keterlibatan langsung
pemerintah terhadap ruang masyarakat untuk terlibat aktif
terbuka umum ini dalam proses pembangunan
mengindikasikan bahwa public space.
pemerintah tidak mempunyai Pembentukan Masyarakat
komitmen untuk memberikan Madani (Civil Society)
kesempatan dan apresiasi sangatlah diperlukan untuk
bagi keberagaman masyarakat mengantisipasi kurangnya
partisipasi masyarakat dalam Sifat individualisme pada
menjaga lingkungan khususnya masyarakat perkotaan yang
public space, Ciri utama dari masih sangat menonjol juga
masyarakat madani adalah akan mempengaruhi kurangnya
masyarakat yang memiliki upaya untuk turut berperan serta
kemandirian secara politik, dalam menjaga lingkungan.
sosial dan ekonomi atau Peran pemerintah masih
merupakan masyarakat yang sangat menonjol dalam hal ini,
memiliki kebebasan terhadap dimana Permerintah masih
pengaruh negara dan pengaruh sangat dominan untuk mengatur
mekanisme pasar. Sifat tatanan kehidupan masyarakat
kemandirian yang dimiliki oleh tanpa ikut melibatkan
masyarakat madani merupakan masyarakat itu sendiri.
pencerminan dari ciri civilisasi
(peradaban/kesopanan), 4. Kesimpulan
penegakan disiplin sosial, Dari gambaran awal masalah
moralitas masyarakat, identitas, Peran public space sebagai upaya
kohesivitas sosial, otonom dan peningkatan partisipasi masyarakat
kemandirian politik, partisipasi dalam menjaga lingkungan binaan
sosial, tertib sosial, keadilan kota yang dapat dijumpai di wilayah
sosial serta visi dan misi perkotaan dapat dungkapkan adanya
strategis. sejumlah permasalahan umum yang
Bila ditinjau dari ciri perlu mendapat perhatian dalam
masyarakat madani yang ideal pembangunan public space lebih
sebagian masyarakat perkotaan lanjut. Permasalahan yang
di Indonesia masih jauh dari teridentifikasi ini merupakan hasil
kondisi tersebut. Kondisi yang evaluasi dan analisis terhadap
terjadi pada kenyataanya dapat collective mapping/pemetaan
dilihat dari jenis keseluruhan public space dalam
hubungan sosial yang terjalin. wilayah maupun kajian individual.
Hubungan sosial yang terjalin Permasalahan yang teridentifikasi
cenderung hubungan sosial yang dapat disebutkan di antaranya
negatif, seperti intimidasi, adalah:
penindasan, kekerasan, teror 1) Dalam proses diskusi dan
serta ketakutan. Sangat jarang sosialisasi yang telah
terjadi hubungan positif dilaksanakan untuk semua
antara anggota masyarakat yang wilayah kota/kabupaten ternyata
tercermin dalam sikap saling public space yang menjadi
menghargai, tolong-menolong subjek bahasan dalam kegiatan
dan pengertian kebersamaan. penelitian ini dapat memiliki
Anggota masyarakat rentang yang sangat luas.
sekarang ini masih kurang patuh 2) Public space di wilayah
terhadap norma dan peraturan perkotaan memiliki urgensitas
yang telah ditetapkan berkaitan yang lebih tinggi untuk ditangani.
dengan partisipasinya dalam Misalnya saja terungkap dalam
menjaga lingkungan khususnya peraturan perundang-undangan
public space. KepMendagri 1/2007 yang
sebatas mengatur public space di pun bentuknya tidak menjawab
kawasan perkotaan. kebutuhan setempat.
3) Pengadaan public space dalam 6) Kultur pemahaman dan
derajat tertentu sering terhenti pemaknaan arti dan fungsi public
sebatas wacana, bahkan space suatu kota bisa berubah
dipandang sebagai residu dari karena perubahan tata nilai dan
pembangunan fisik. Oleh karena pemaknaan tempat yang
itu pengembangan public space bersangkutan sehingga kekuatan
perlu dilakukan dengan optimal pemahaman tentang obyek pada
dan efisien, dan lebih disukai bila tingkatan desainer/arsitek
tetap membuka peluang sekaligus upaya kreatif yang
berlangsungnya partisipasi dan dilakukannya untuk
aktivitas ekonomi di atasnya menghasilkan pewadahan ruang
tanpa mengurangi fungsi public publik kota yang sesuai kultur
space itu sendiri. dan struktur sosial
4) Perlu adanya sosialisasi peran masyarakatnya.
public space dalam 7) Keterlibatan pemerintah setempat
pembangunan ekonomi wilayah, dalam usaha untuk membentuk
dimana meski tidak memberikan masyarakat yang madani (Civil
keuntungan finansial, public Society) perlu ditingkatkan.
space dapat mengembalikan 8) Dari identifikasi global mengenai
penyegaran bagi warga kota peran public space pada suatu
setelah menjalani kegiatan rutin kota didapatkan fenomena
sehari-hari atau mingguan, perbedaan pemaknaan melalui
sehingga tingkat wujud desain arsitektural oleh
produktivitasnya dapat terjaga. masyarakatnya.
5) Keberadaan public space pada 9) Wujud desain arsitektural public
umumnya belum direncanakan space pada suatu kota akan
secara sengaja. Dalam banyak mempengaruhi tingkatan upaya
kasus, pengadaan public space masyarakatnya dalam menjaga
dimungkinkan karena lingkungan binaan kota.
memanfaatkan keberadaan ruang
terbuka yang tersedia, yang bisa
saja berasal dari persil kosong, 5. Daftar Pustaka
atau tanah kebun, atau sempadan
sungai, dan sejenisnya. Dapat Anonimous, 1989. Laporan
dimaklumi mengingat banyak Dinas Pertamanan DKI 1988 –
rencana pembangunan tata ruang 1989. Dinas Pertamanan DKI
di Indonesia lebih berorientasi Direktorat Jenderal Pembangunan
pada aspek pengaturan Daerah, Depdagri, Ruang Terbuka
(regulatory) daripada sebagai Hijau Kota. Jakarta, 1990
cetak biru pembangunan yang
membentuk kota(developmental), Budiharjo, Eko dan Djoko
sehingga banyak zona kota yang Sujarto, 1999, Kota
kekurangan pasokan public Berkelanjutan, Alumni,
space, dan sebaliknya ada juga Bandung.
yang berlebih. Kalau berlebih
Budiharjo, Eko, 1984, Arsitektur politik Indonesia, Prisma No.3,
dan Kota di Indonesia, Alumni, LP3ES, Jakarta.
Bandung. Hikam, Muhammad As, 1997
Budiharjo, Eko, 1999, Demokrasi dan Civil Society,
Lingkungan Binaan dan Tata LP3ES, Jakarta
Ruang Kota, Andi, Yogyakarta. Majid, Nurcholis, 2002, Mari
Danisworo. (1995). “Sumber Selamatkan Bangsa dan Negara
Daya Budaya dan Konservasi dan Mari Hentikan Nafsu
Kota dalam Konteks Untuk Berkuasa Semata,
Perancangan Kota”, Lokakarya Makalah Pada Diskusi Panel Tata
Pariwisata Perkotaan : Pemerintahan Yang Baik,
Pengembangan Sumber Daya Kerjasama Fisip USU dan
Alam dan Lingkungan Binaan di Partnership for Governance
Kota sebagai Basis Pariwisata Reform in Indonesia, Medan.
Perkotaan. Pusat Studi
Nugroho, Iwan, 1997, Modal
Penelitian Pariwisata, Bandung. Sosial dan Perkembangan Kota,
Prisma No.6, LP3ES, Jakarta.
Daud, Jeluddin, dkk (Ed.), 1996
Nurmandi, Ahmad, 1999,
Penataran Ruang Menghadapi Manajemen Perkotaan, Aktor
PJP-II, USU Pres, Medan.
Organisasi dan Pengelolaan
Fatah, Eep Saefullah, 1994, Daerah
Unjuk Rasa, Gerakan Massa Perkotaan di Indonesia,
dan Demokratisasi, Prisma No. Lingkaran Bangsa, Yogyakarta.
4,LP3ES, Jakarta. Pelly, Usman, 2000,
Fatnership for Governance Perkembangan Kota dan
Reform, 2002, Tata Manusianya : Medan Menuju
Pemerintahan Yang Baik Dari Kota Metropolitan
Kita Untuk Kita, Yang Modern, Makalah pada
Jakarta. Seminar Hari Jadi Kota Medan
Hadi, Hariri, 1987, Strategi ke-410, Medan.
Pembangunan Kota-kota Dalam
Mewujudkan Kesatuan Biodata Penulis,
Ekonomi Nasional, Prisma No.1, Rully, S-1 Jurusan Arsitektur
LP3ES, Jakarta. Fakultas Teknik Universitas Tunas
Handinoto, (1995). Pembangunan (1996), S-2 Magister
Teknik Arsitektur Program Pasca
Perkembangan Kota dan
Sarjana Universitas Diponegoro
Arsitektur Kolonial Belanda di
Surabaya : 1870 – 1940. Andi (2003), Dosen Fakultas Teknik
Press, Yogyakarta. Program Studi Arsitektur Universitas
Tunas Pembangunan Surakarta sejak
Hikam, Muhammad As., 1991, 1998.
Negara, Masyarakat Sipil dan
Gerakan Keagamaan Dalam

Anda mungkin juga menyukai