Anda di halaman 1dari 30

BAB I

1.1. Latar Belakang


Bangkinang merupakan ibukota dari kabupaten Kampar Riau yang berjarak 60 km dari kota Pekanbaru. Bangkinang ini
memiliki nilai-nilai sejarah didalamnya, salah satunya pada bangunan-bangunan bersejarah yang masih berdiri di kota
Bangkinang ini. Lapangan Merdeka, Pasar yang bangunannya berdiri sejak tahun 1920, dan lainnya merupakan contoh-contoh
bangunan yang harus dipertahankan dan dilestarikan sebagai tempat bersejarah pada daerah kota Bangkinang ini.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data-data fisik dan melihat secara langsung wilayah yang akan di desain
serta manfaat yang didapat dari kegiatan ini adalah untuk memahami dan mengetahui apa saja yang harus diperoleh dari
kegiatan survey ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. STUDI LITERATUR
A. Ruang Pablik
1. Pengertian ruang pablik
Menurut Carr (1992) dalam Steven Michael Lesil 2016, pada bukunya yang berjudul Public Space, ruang publik adalah
ruang milik bersama dimana publik dapat melakukan berbagai macam aktivitas dan tidak dikenakan biaya untuk memasuki
area tersebut. Aktivitas yang terjadi dapat berupa rutinitas sehari-hari, kegiatan pada musim tertentu atau sebuah event.
Rutinitas sehari-hari adalah seperti bersantai atau sekedar menikmati suasan lingkungan sedangkan kegiatan musiman biasanya
diselanggarakan sebuah komunitas dalam periode tertentu.Ruang ini juga sering menjadi titik pertemuan sehingga menciptakan
interaksi publik yang tinggi.
Menurut Roger Scurton (1984) dalam Steven Michael Lesil 2016, setiap ruang publik memiliki makna sebagai lokasi yang
memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang
publik dengan mengikuti normanorma setempat.
Menurut Hakim dan Hardi (2004) dalam Steven Michael Lesil 2016, pengertian mengenai ruang terbuka publik dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan
2. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.
3. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan dalam kata lain multifungsi.
Menurut uu tentang tata ruang no 26 tahun 2007. Pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas
daerah aliran sungai (DAS) yang. Kota setidaknya memiliki minimal 20% dari luas kawasan perkotaannya dialokasikan untuk
ruang publik. Pasal 29 yang menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas
wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20% dari wilayah kota.
2. Tujuan ruang terbuka publik
Carr (1992) dalam Steven Michael Lesil 2016 mengemukakan tujuan ruang publik sebagai berikut:
1. Kesejahteraan Masyarakat
2. Pengembangan Visual
3. Pengembangan Lingkungan
4. Pengembangan Ekonomi
5. Image Enhancement
3. Fungsi ruang terbuka public
Berikut merupakan beberapa fungsi yang dimiliki ruang terbuka publik (Rustam,2004), yakni:
1. Fungsi umum
a. Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat interaksi social baik secar indivdu ataupun
kelompok, tempat peralihan dan tempat menunggu
b. Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari alam.
c. Sebagai sarana penghubung dari suatu lokasi ke lokasi lain.
d. Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.
2. Fungsi ekologis :
a. Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, menstabilkan ekosistem.
b. Pelembut arsitektur bangunan.

B. Waterfront
1. Pengertian waterfront
Berdasarkan kamus online Cambridge, waterfront didefinisikan sebagai bagian dari kota yang berbatasan langsung dengan
badan air seperti sungai, laut atau danau. Sedangkan urban waterfront merupakan area yang dinamis pada sebuah kota dimana
terjadi pertemuan antara air dan daratan (Breen dan Rigby, 1994 dalam Steven Michael Lesil 2016). Maka sebuah kota yang
memiliki konsepwaterfront pasti memiliki area yang berbatasan langsung dengan badan air yang dapat berupasungai, danau,
laut, teluk maupun kanal. Area tersebut dikelola sedemikian rupa hingga dapat mewadahi aktifitas tertentu.
2. Jenis waterfront
Berdasarkan badan airnya, waterfront dibagi menjadi 3 jenis (Steiner dan Butler, 2007 dalam Steven Michael Lesil 2016),
yakni:
1. Waterfront sungai
2. Waterfront laut dan teluk
3. Waterfront danau
3. Waterfront sebagai ruang publik dan RTH
Waterfront merupakan sebuah ruang terbuka publik dimana ia memiliki akses besarbagi publik. Di dalam area waterfront,
publik dapat melakukan beragam aktivitas. Waterfront ruang publik adalah dimana waterfront berfungsi sebagai ruang untuk
interaksi antar publik, interaksi publik dengan lingkungan, ruang rekreatif serta area berkumpulnya masyarakat.
Maka dari itu, Waterfront akan menjadi akses bebas bagi pengungunjung untuk melakukan aktivitas dan menjadi ruang
pablik yang berfungsi sebagai kawasan wisata serta memajukan daerah/kota.

C. Morfologi
1. Pengertian morfologi
Kata “Morfologi” terbentuk dari suku kata morf yang berarti bentuk, dan logos yang berarti ilmu. Sehingga secara
sederhana dapat diartikan bahwa morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota. Sementara
Zahnd mendefinisikan morfologi perkotaan sebagai penataan/ formasi keadaan kota yang sebagai objek dan sistem dapat
diselidiki secara struktural, fungsional, dan visual (1999, p. 274). Kota adalah kumpulan artefak beserta manusia penghuninya,
dimana ruang kota terwujud dalam dimensi fisik, sosial, serta mental (psikis/ psikologis). Sementara bentuk kota
memperhatikan aspek morfologi kota secara fungsional, visual, dan struktural. Kedua hal tersebut membutuhkan pandangan
melalui perspektif politik, ekonomi, dan budaya, serta perilaku sehari-hari. Sehingga arsitektur kota merupakan suatu produk
maupun proses dari keseluruhan dimensi, aspek, serta perspektif tersebut, dimana akan mempengaruhi artefak serta manusia
yang hidup di dalamnya (Zahnd, 1999, p.58 dalam Hilda Multi Artarina, 2013).
2. Ruang lingkup morfologi ruang kota
Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin pada polatata ruang, bentuk arsitektur bangunan, system sirkulasi, open space,
prasarana kota, serta elemenelemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Pada tahap selanjutnya,
terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya dalammasyarakatnya sehingga membawa implikasi perubahan pada karakter dan
bentuk morfologi kawasan pusat kota. Sebuah kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini
menyangkut aspekaspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Khusus aspek yang berhubungan langsung
dengan penggunaan lahan perkotaan maupun penggunaan lahan pedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan
arealnya. Oleh karena itu,eksistensi kota dapat ditinjau dari berbagai aspek. (Yunus, 1982 dalam Hilda Multi Artarina, 2013).
Menurut Roger Trancik (1986) dalam Hilda Multi Artarina, 2013, dalam teorinya mengenai morfologi kota (Figure-
Ground, Linkage, & Place theory), pendekatan pemahaman urban form dicapai melalui (1) analisis hubungan antara massa
bangunan dengan ruang terbuka (open space). Yakni dengan mengidentifikasi tekstur dan pola dari urban fabric dan spatial
order. (2) pendekatan selanjutnya adalah melalui kajian terhadap sirkulasi yang menekankan pada koneksi dan pergerakan.
Dan (3) pendekatan terhadap aspek cultural, sosial, serta sejarah dari suatu ruang terbuka urban (urban open space).
Sementara menurut Karl Kropf (Urban Design Journal, 2005, p. 17 dalam Hilda Multi Artarina, 2013), fokus utama dari
morfologi kota (urban morphology) adalah struktur bentuk perkotaan (urban form). Dimana jenis struktur yang berbeda dari
suatu bentuk perkotaan (atau konfigurasi spasialnya) pada skala yang berbeda akan mempunyai karakteristik yang berbeda
pula.
Struktur dasar dari bentuk perkotaan adalah adanya level hierarki yang menghubungkan satu bagian dengan keseluruhan.
Salah satu karakteristik dari urban form adalah terbagi menjadi beberapa level yang berbeda namun saling bergantung/
berkaitan.
3. Kajian sejarah perancangan kota terhadap morfologi ruang Kota Tenggarong
Pusat perkembangan dan pertumbuhan morfologi ruang kota Tenggarong berawal dari Kawasan kota lama di sekitar
Keraton Kutai Kartanegara. Dari Pusat Kawasan ini terlihat jelas orientasi pola jalan terpecah dan terbagi menjadi 2 (dua)
orientasi:
1. Pada sisi bagian pinggir sungai Mahakam, pola jalan berorientasi pada Keraton Kutai Kartanegara.
2. Pada wilayah bagian dalam sungai Mahakam mengarah ke bagian dalam Kota Tenggarong. Di sini pola jalan
berorientasi pada mesjid Jami’ Hasanudin sebagai mesjid tertua. Bentuk pola jalan yang ada sebagian besar
mengikuti kiblat mesjid 10 derajat sebelah kanan arah Barat.
Kota Tenggarong termasuk dalam kategori Kota Nusantara yang terletak di pedalaman. Secara karakteristik agak berbeda
dengan kota Nusantara pedalaman dipulau jawa, dikarenakan :
1. Memiliki potensi sungai Mahakam yang cukup lebar dan anak sungai yang membelah bagian kota, sehingga sungai
besar ini menjadi sarana transportasi di jaman kolonial Belanda sebagai sarana pelabuhan dan perdagangan.
2. Fungsi Keraton dan Kesultanan dimasa colonial Belanda memegang peran penting. Meskipun berada di dalam
kekuasaan kolonial Belanda, pihak Sultan masih memiliki hak dalam memerintah dan mengatur politik dan
perekonomian karena pola pembagian hasil kekayaan alam berbeda dengan di pulau jawa. Dengan demikian alun-
alun dan pusat keramaian semuanya terletak di depan Keraton. Di kota Tenggarong juga tidak dijumpai tembok yang
mengelilingi kota.
Gambar Posisi dan orientasi bangunan di kawasan heritage kota Tenggarong

D. Konservasi dipingir sungai


1. Pengertian konservasi
Defenisi konservasi sumber daya air yang dijelaskan pada UU No. 7 Tahun 2004, yakni konservasi sumber daya air adalah
upaya memelihara keberadaanserta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar tetap senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun
yang akan dating.

2. Konservasi DAS (Daerah Aliran Sungai) dalam upaya perlindungan Kawasan Situs Biting Kabupaten Lumajang
a. Permasalahan alirang sungai
Sungai juga memiliki sifat yang bersifat merusak, baik secara cepat (bencana) maupun secara perlahan (misalnya erosi
dan gerusan).Dilihat dari prosesnya erosi bisa terjadi melalui dua cara, terjadi secara alami, ini lebih dikenal dengan
sebutan erosi alam atau erosi geologis. Erosi kedua adalah erosi yang terjadi akibat tindakan manusia yang disebut
dengan erosi dipercepat (Wudianto, 1990: 2). Selain erosi, kerusaka yang ditimbulkan oleh aliran sungai secara
perlahan bisa berupa gerusan (scour). Serangan dan gerusan (scour) pada tebing sungai karena meander (berkelok)
dapat berakibat hilangnya tanah berharga; kerusakan tanggul dan jalan, isolasi jembatan dan lain-lain. Gerusan1
adalah istilah untuk gerak lateral bahan pada dasar sungai atau dari tebing sungai (Mardjikum, 1979: 2 dalam Asyhadi
Mufsi Batubara).
Melihat kerusakan yang ditimbulkan aliran sungai bisa diakibatkan oleh banyak faktor, manusia kemudian mulai
mengamati dan mempelajari sifat-sifat aliran sungai. Seiring waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan, alur sungai
yang kemungkinan memiliki potensi merusak pada akhirnya bisa dikendalikan pada kondisi yang tidak merusak. Upaya
pengendalian ini dikenal dengan istilah konservasi daerah aliran sungai atau konservasi DAS.
konservasi DAS dilakukan bertujuan untuk memberikan perlindungan badan sungai, baik palung, bantaran, maupun
sempadan sungai, dan pencegahan pencemaran air sungai yang ditujukan untuk mempertahankan kualitas air sungai
sesuai dengan peruntukannya (Yulistianto, 2013 dalam Asyhadi Mufsi Batubara) banyaknya bangunan cagar budaya
yang berlokasi di sepanjang tepian aliran sungai, maka perlu suatu upaya konservasi untuk melindunginya dari
pengaruh negative sungai yang bisa menimbulkan kerusakan.
Disamping karena efek negatif sungai yang merusak situs, hal ini juga merupakan wujud nyata kepedulian
masyarakat akademis ‘non-arkeologis’ terhadap kelestarian bangunan cagar budaya beserta lingkungan sekitarnya.
Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 BAB I pasal (1) yang berbunyi, cagar budaya adalah warisan budaya
yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar
budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
b. Langkah dan Tindakan Konservasi DAS Kawasan Situs Biting
Pada dasarnya aliran sungai yang mengelilingi kawasan Situs Biting telah terbentuk secara alami sebelum benteng
kota didirikan oleh Arya Wiraraja. yang menjadi perhatian utama dan diangggap paling mengkhawatirkan serta harus
segara ditangani adalah dinding benteng Situs Biting dan pengungakan (menara intai).

Melihat alur sungai yang mengelilingi Situs Biting, diperkirakan alur sungai bertipe lurus memanjang dan meander
atau dengan alur sungai berkelok. Adapun langkah konservasi yang
diambil dalam upaya perlindungan dan pengurangan kerusakan pada dinding benteng kawasan Situs Biting adalah
sebagai berikut:
1. AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
Tindakan awal yang akan ditempuh oleh konservator dalam kasus benteng kawasan Situs Biting seluas 135 ha
adalah AMDAL atau Analisis Dampak lingkungan.
2. Pembuatan DAM
Pada beberapa bagian wilayah sungai yang mengelilingi benteng kawasan Situs Biting perlu dibuat DAM
berukuran kecil yang disesuaikan dengan besarnya sungai dan debit air sungai pada musim penghujan guna
mangatur daya rusak aliran sungai. Dalam upaya kegiatan konservasi yakni penambahan jarak pembatas antara
sungai dengan dinding benteng, maka aliran sungai untuk sementara akan diperkecil debitnya, sehingga pembuatan
DAM pada beberapa titik akan sangat membantu pengerjaan proyek tersebut.
3. Penanganan Dampak Negatif Sungai
Dalam kaitan dengan bencana bersumber dari air, terdapat beberapa konsep penanganan dampak negatifnya, yakni
antara lain sebagai berikut:
a. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management)
b. Mitigasi perusakan akibat banjir (flood demag mitigation)
c. Perlawanan banjir (flood fighting)
d. Pengelolaan perusakan akibat banjir ( flood demage management)
e. Penangananan setelah banjir (post flood disaster relief)

E. Kawasan wisata tepian sungai


1. Pengertian kawasan
Kawasan merupakan suatu wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta mempunyai
fungsi utama tertentu seperti pemukiman, perdagangan, dan fungsi lainnya. Kawasan biasanya merupakan wilayah terbangun
dimana pemukiman, perdagangan dan pelayanan jasa pemerintah, sosial dan kegiatan ekonomi mendominasi kegiatan dari
wilayah ini.
2. Teori perencanaan kawasan kevin lynch
Konsep ini mengatakan bahwa suatu karakter atau identitas suatu kawasan terbentuk karena adanya elemen-elemen
pendukungnya yang dapat dibagi menjadi 5 elemen adapun elemen- elemen tersebut meliputi:
1. Path merupakan jalur sirkulasi yang digunakan sebagai akses untuk datang dan meninggalkan lingkunganya seperti
jalan, gang, rel kereta api dan lain sebagainya.
2. Landmark merupakan elemen pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik, biasanya mencerminkan contoh
karakter kawasan tersebut yang umumnya berupa pusat orientasi kota misalnya gapura, Monumen Perjuangan Rakyat
Bali di Renon, dan bangunan historis pembetuk karakter kawasan tersebut.
3. Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah dan aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah
ke arah atau aktivitas lain. Pada node ini orang dapat merasakan perubahan aktivitas dari area yang berbeda antar kota,
misalnya: pertigaan jalan dan titik temu antar jalur jalan. Node dapat memberikan citra yang baik dari suatu kawasan
jika peletakan dan tampilannya berbeda dari lingkungannya.
4. Edge secara garis besar merupakan batas wilayah yang memutus kontinuitas ruang dan kegiatan pada kota.
5. District merupakan wilayah yang homogen atau sejenis yang berbeda pada wilayah-wilayah lainnya misalnya pusat
perdagangan, perkantoran dan lain-lain. Citra district akan mempengaruhi citra kawasan.

Elemen-element pendukung suatu kawasan


3. Daya tarik wisata
Berdasarkan UU no 10 tahun 2009 Pasal 1 menyatakan bahwa Daya Tarik Wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan
komponen unsur-unsur yang menentukan keberhasilan objek sebagai daerah tujuan wisata yaitu :
1. Daya tarik wisata (Attraction), unsur berupa atraksi alam, budaya ataupun buatan dan merupakan komponen utama
adanya pariwisata.
2. Aksesibilitas (accessibility) berkaitan terhadap pencapaian wisatawan untuk ke lokasi tersebut dengan mudah.

3. Fasilitas (amenities) terkait dengan fasilitas penunjang daya tarik wisata pada kawasan tersebut.

4. Jasa pendukung (ancillary service) aspek ini harus direncanakan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
pariwisata pada daerah ini yang berkaitan dengan kenyamanan untuk berwisata.
4. Perencanaan Pariwisata
Menurut Oka A. Yoeti (1997) dalam Muljadi (2009) aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata, yaitu :
1. Wisatawan(tourism)
2. Pengangkutan (transportation)
3. Daya tarik wisata
4. Fasilitas pelayanan
5. Informasi dan promosi

F. Perancangan tapak dipingir sungai


Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data,
memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut (Knudson 1980). Gold (1980) menyatakan bahwa proses perencanaan terdiri atas tahap persiapan,
inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Sebagai suatu alat yang sistematis, yang digunakan untuk menentukan saat
awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut, perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, antara lain:
a. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan
pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya,
b. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu
untuk memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang akan datang,
c. Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan
ekonomi, dan
d. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.

Perencanaan tapak adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan
manusia. Mendesain sebuah tapak juga merupakan sebuah seni untuk menata fasilitas dalam tapak untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan akan aktivitas. Pemberian bentuk untuk sebuah tapak berguna untuk mengakomodasi fasilitas dengan
meminimalisasi kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi pengguna tapak. Perencanaan tapak
juga mengaplikasikan sistem buatan manusia (termasuk konstruksi) ke dalam sebuah sistem lingkungan dan ekologi dengan
mempertimbangkan peluang dan hambatan yang akan dihadapi. Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua
komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia. Merencanakan penataan
lanskap untuk kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung
kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan, tetapi pada saat yang
bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan. Hal ini terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang
dimiliki oleh lanskap atau bentang alam tersebut serta melindungi kelestarian ekosistemnya, terutama apabila direncanakan
pada areal dengan ekosistem yang peka, langka atau unik (Nurisjah & Pramukanto 2009). Perencanaan lanskap kawasan
wisata, terutama wisata alam adalah merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi dengan suatu lanskap untuk
menjaga kelestariannya. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat
mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana proses
perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan
wisata (Knudson 1980).

G. Melayu Bangkinang
1. Karakteristik Rumah Tradisional Lontik
Bangkinang adalah ibu kota Kabupaten Kampar, Riau yang berjarak 60 km dari Pekanbaru (ibu kota provinsi Riau).
Sebagai ibu kota kabupaten yang berdekatan dengan ibu kota provinsi dan menjadi daerah penghubung menuju Sumatera
Barat. Mayoritas penduduk Bangkinang beragama Islam. Daerah ini awalnya merupakan bagian dari Sumatera Barat, namun
setelah penjajahan Jepang, dengan pembagian distrik yang ditentukan oleh Jepang, maka Bangkinang dipindahkan ke dalam
Provinsi Riau bersama Kabupaten Kuantan Singingi dan Rokan Hulu.
Di desa Wisata Pulau Belimbing yang berada di kabupaten Kampar provinsi Riau, masih menyimpan banyak bangunan
Rumah Lontiok, Rumah Pencalang dan Rumah Lancang. Hanya saja, sebagian sudah mengalami kondisi yang tidak terawat.
a. Atap
Atap bentuknya melengkung ke atas pada kedua ujung perabungnya. Kaki atap juga melengkung ke atas, tetapi tidaklah
sekuat lengkungan bubungannya.
Bahan utama atap dahulu adalah ijuk, rumbia dan nipah, tetapi beberapa waktu terakhir ini sudah banyak yang
mempergunakan seng. Atap lainnya yang juga pernah dipergunakan dahulu adalahm daun Sikai dan Bengkang.
Pada kedua ujung puncak atap diberi hiasan khusus yang disebut Sulo Bayung. Pada keempat sudut cucuran atap diberi
pula hiasan yang disebut Sayok Layangan. Bentuk hiasan itu bermacam ragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk
kerbau, taji dan ada pula yang hampir sama dengan ukiran Selembayung serta Sayap Layang-layang yang terdapat di
daerah Riau lainnya. Umumnya ukiran itu melengkung ke atas.
Atap di samping melengkung ujung pangkalnya, juga melengkung kebawahnya, tapi lengkungan ini agak semu.
Membuat lengkungan itu dengan cara membentuk sambungan kasau betinanya. Atap rumah inipun ada beberapa
variasinya, yaitu ada yang dibuat lurus ujung pangkalnya, tetapi ada pula yang diberi variasi bertingkat. Variasi ini tidaklah
merubah bentuk dasarnya. Bentuk atap lontik (melengkung ke atas pada kedua ujungnya) mengandung makna bahwa pada
awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada Yang Maha Tinggi, yakni Tuhan pencipta sekalian alam. Di dalam
kehidupannya manusia memasuki lembah yang dalam, yang kadang-kadang penuh penderitaan dan cobaan. Bila ia selamat
dalam mengarungi lembah itu, maka akhirnya akan kembali ke tempat asalnya dengan selamat.
Ukiran pada kedua puncak ujung atap yang disebut Sulo Bayungmengandung makna: Pengakuan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, bahwa akhirnya manusia akan menghadapnya kambali dengan penuh penyerahan. Pengertian lain adalah
melambangkan bulan sabit, yang memberikan penerangan kepada seisi rumah. Sedangkan sebagian lagi menyebutkan
bahwa ukiran itu, kalau bentuknya seperti bulan sabit, menggambarkan tanduk kerbau, hewan yang banyak membantu
penduduk dalam mengolah pertaniannya.

b. Alang
Alang adalah pekayuan yang berbentuk persegi atau bulat, dipasang di atas tutup tiang. Fungsinya dapat disamakan
dengan gelegar loteng, dan bahannya sama dengan bahan tutup tiang.

c. Kasau
Kasau lebih kecil dari alang, juga berbentuk persegi atau bulat. Kasau yang besar terletak sebelah bawah gulung-gulung
disebut Kasau jantan, sedangkan yang di atas gulung-gulung disebut Kasau Betina. Bahannya kayu keras, tetapi tidaklah
terlalu terikat kepada jenis kayu untuk bagian-bagian lainnya. Yang harus kayu keras adalah kasau jantan. Kasau
betinadapat diganti dengan kayu lain, asal liat, karena perlu dibentuk menurut lengkungan tertentu.

d. Tunjuk langit
Tunjuk langit besarnya hamper sama dengan Tiang Tuo, bentuknya balok persegi empat. Pada Tunjuk langit dipasang
kuda-kuda dan palang kuda-kuda. Tunjuk langit dipasang di atas tutup tiang, terutama pada kedua ujung perabung. Tunjuk
langit yang di ujung perabung itu lebih tinggi dari yang di tengah, sehingga membentuk perabung yang melengkung ujung
pangkalnya ke atas. Lengkungan itu tidaklah terlalu lentik, tetapi sesuai dengan ukuran rumah. Biasanya perbedaan
ketinggian ujung perabung dengan bagian tengah terendah adalah antara 5:1 atau 4:1
e. Susunan ruangan
Rumah biasanya hanya terdiri dari 3 ruangan saja, tetapi rumah Sompu terdiri dari 4 ruangan. Sepanjang keterangan
yang didapat, ruangan belakang dapat pula ditambah sesuai menurut keperluan pemiliknya atau dapat pula dibuat bangunan
lain sebagai penambah ruangan, yang letaknya terpisah sedikit dari ruangan belakang rumah.
Alasan lain menyebutkan bahwa ruangan harus tetap tiga, karena sesuai dengan Alam Nan Tigo, yakni tata pergaulan
dalam kehidupan masyarakat.
Pertama Alam Berkawan, yakni pergaulan antara sesame warga kampung. Pergaulan yang terbatas pada tegur sapa, tanpa
adanya hubungan darah ini dilambangkan dalam ruangan muka.
Kedua Alam Bersamak, yakni kaum kerabat dan keluarga. Dilambangkan dengan ruangan tengah.
Ketiga Alam Semalu, yakni kehidupan pribadi dan rumah tangga. Tempat menyimpan segala rahasia. Ini dilambangkan
pada ruangan belakang, sebagai tempat memasak keluarga, dimana kebebasan dan rahasia dapur tersimpan.
Pembagian ruangan menjadi tiga ruangan ini bukan berupa pembatasan oleh adat tertentu, melainkan karena fungsinya.
Ruangan bawah, yakni berlantai lebih rendah dari lantai rumah induk, sebenarnya bersatu dengan rumah induk itu sendiri.
Ia hanya dipisahkan oleh dinding dan bendul. Di ruangan bawah terdapat ruangan Ujung Bawah, yakni ruangan yang
disebelah kanan masuk. Yang disebelah kiri masuk disebut ruangan Pangkal Rumah.
Ruangan tengah, adalah ruangan yang berbatasan dengan ruangan bawah. Di ruangan tengah terdapat ruangan Ujung
Tengah, yakni ruangan disebelah kanan masuk, sedangkan di sebelah kiri disebut ruanganPoserek.
Ruangan belakang, adakalanya bersatu dengan rumah induk dan adakalanya terpisah oleh dinding atau oleh ruangan lain
yang disebutTelo, atau Sulo Pandan. Pada ruangan belakang ada ruanganSulopandan dan Pedapuan. Pedapuan adalah
ruangan paling belakang.
2. PRESEDEN

A. Yanweizhou Park
Deskripsi Proyek:
Lokasi: Jinhua, Zhejiang, China (Selatannya Hangzhou dan Shanghai deh biar agak kebayang dikit hehe)
Luas: 26 hektar
Desain: Agustus 2010 sampai Oktober 2013
Proyek selesai: Mei 2014
Desainer: Turenscape yang tentu saja dipimpin oleh Mr. Kongjian Yu
Klien: Pemerintah Kota Jinhua

Sekilas tentang lokasi


Berawal dari ‘kangen’ liat karyanya Turenscape ini. Lalu saya buka langsung webnya dan menemukan proyek
‘sesuatu’ ini. Langsung juga saya search location dimanakah tepatnya
Yanweizhou Park berada. Ternyata, lokasinya berada di jantung kota Jinhua. Kota ini terbelah menjadi tiga area oleh 1
sungai yang bercabang menjadi dua. Keren ya pemerintahnya, punya inisiatif untuk memperbaiki kotanya supaya
menjadi lebih nyaman.
Permasalahan
Lahan yang berada di pertemuan dua sungai yaitu Sungai Wuyi dan Yiwu ini, disebut juga ‘the sparrow tail’
karena bentuk lahannya yang mirip dengan ekor burung gereja.
Pertemuan dua sungai yang merupakan lahan basah ini terfragmentasi karena adanya pembangunan gedung opera di
sebelah timur yang sisanya tidak dimanfaatkan, serta hancur oleh adanya tambang pasir.
Namun lahan basah ini merupakan lahan yang kaya ekosistem. Dia menjadi area riparian atau pertemuan
antara perairan dan daratan. Hal ini merupakan tantangan bagi desainer untuk dapat mempertahankan habitat riparian
serta memberikan fasilitas untuk warga kota yang padat penduduknya.
Iklim muson yang menghampiri China, menyebabkan terjadinya banjir tahunan. Banjir tersebut yang menyebabkan
adanya terjadinya pasang dan surut di area lahan basah yang kaya ekosistem ini. Sehingga perlu dipikirkan
bagaimana memberikan fasilitas untuk warga, namun tetap aman dan tetap menarik.
Solusi yang ditawarkan
Sebagaimana biasanya, Turenscape selalu melakukan pendekatan ekologis. Maka sudah pasti segala sesuatu
yang berkaitan dengan makhluk hidup akan dijaga dan dipertahankan. Berikut ini strategi desain yang dilakukan
oleh Turenscape.
1. Menghentikan aktifitas tambang pasir di area riparian melalui desain yang diintervensi seminimal
mungkin. Tujuannya adalah menjaga ekosistem baik hewan dan tanaman eksisting. Kemudian dilakukan penambahan
spesies yang memang hidup di karakter lahan basah untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.
2. Kota Jinhua yang mengalami banjir tahunan karena adanya iklim muson, membutuhkan solusi yang tepat
dalam penanganannya. Biasanya banjir tahunan ini akan mendapatkan solusi yaitu membuat dinding penahan air yang
kuat dan tinggi agar banjir tidak masuk ke kota. Namun, desainer berpikir ulang bahwa dinding tersebut akan
memutuskan ekosistem ketika surut. Maka muncullah ide dengan membuat tanggul bertingkat. Tanggul ini bertujuan
untuk mengetahui ketinggian air saat pasang. Pada saat pasang itu, area tanggul yang terendam, akan ditutup sementara
untuk publik, dan akan dibuka kembali saat pada masa air surut.
Bedanya dengan dinding tinggi tadi?
Tanggul bertingkat ini diberi tanaman semak yang tahan banjir. Saat surut, lumpur subur akan mengendap pada tanggul
di bawahnya, dan hal itu akan menambah pengayaan
ekosistem. Serta dapat menjadi pelajaran bagi pengunjung tentang pasang-surut air.
3. Jembatan sebagai penghubung
Pedestrian bridge atau jembatan pelangi (begini saya sebut, karena warnanya bergradasi cantik) menghubungkan taman
di sepanjang sungai yang berada di selatan dan utara sungai, serta menghubungkan kota dengan Yanweizhou Park ini.
Rupanya desain jembatan meliuk-liuk terinspirasi oleh tradisi lokal menari naga selama Festival Musim Semi.
Jembatan ini panjangnya 700 meter berstruktur baja dengan railing dari fiberglass dan paving bambu. Jembatan yang
memiliki nama resmi Bayong Bridge ini, memiliki lebar sekitar 4-5 meter.

Hasil Desain
Bagaimana hasil desainnya? yuk ah kita lihat bareng.
Siteplan Yanweizhou Park, pada legenda terlihat ada elemen-elemen yang menarik seperti pedestrian bridge, board
walk, water front terrace, bio-swale, long bench (khas Turenscape banget nih), dan lainnya.

Saat Yanweizhou Park surut

Pedestrian Bridge. Salah satu sudut jembatan untuk pedestrian yang menghubungkan tiga daratan (kota di Utara
sungai, di Selatan sungai, dan Yanweizhou Park). Jembatan ini tidak terendam ketika pasang terjadi.
Board walk. Terlihat pada foto di atas, ketika surut maka board walk akan dapat dilintasi. Sedangkan ketika terjadi
pasang, maka board walk tidak akan terlihat.

Water front terrace atau tanggul bertingkat. Sejuk sekali melihat pemandangan ini. Perpaduan hardscape, softscape
dan unsur air, serta liukan lahan.
Long bench (mungkin). Turenscape biasanya mendesain long bench dengan warna yang mencolok. Pada Yanweizhou
Park kali ini menggunakan warna kuning-orange.
Permainan material pasir, batu, kerikil, tiles, rumput, edging steel, serta pohon. Menarik!

B. Pittsburgh Riverfront City of Pittsburgh, USA

Pittsburgh telah membuat komitmen untuk linear greenways dan akses publik menuju waterfront, yakni kawasan
sepanjang Sungai Allegheny. Riverfront Development Principles Menekankan pada saling keterkaitan, pembangunan
waterfront secara linear dengan akses publik secara luas dengan :
 Mendorong penggunaan jalur hijau riverfront sebagai sebuah jalan pulang-pergi setiap hari dan fasilitas rekreasional.
 Menunjukkan hubungan antara akses, pembangunan jalur hijau dan permintan pasar.
 Menciptakan suatu susunan yang koheren dan menyenangkan mata menuju tepian air.
Menciptakan sinergi antara kantor, pertokoan, hunian dan rekreasional waterfront dengan :
 Menyeleksi konsep pembangunan dan desain arsitektural yang paling imajinatif.
 Menetapkan riverfront sebagai sebuah pintu masuk menuju kota.
 Meningkatkan nilai nyata dan keuntungan-keuntungan pasar kompetitif untuk developer swasta.
Melindungi dan meningkatkan lingkungan alami riverfront dengan :
 Mendokumentasikan wilayah ekologis dari riverfront dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman habitat alami
lingkungan.
 Mencegah dan, jika memungkinkan, menghilangkan fasilitas dan kegiatan yang tidak sesuai dari tepi sungai.
 Melindungi area alami eksisting dari pembangunan.
Menjadikan identitas Pittsburgh sebagai salah satu dari kota sungai besar di dunia dengan :
 Meningkatkan harapan publik akan apa yang ditawarkan oleh riverfront kota.
 Menarik orang-orang, penanam modal dan aspek terbaik dari urban living pada waterfront.

Pittsburgh waterfront telah menjadi sebuah tujuan yang menarik untuk masyarakat baru, pusat budaya yang penting,
pembangunan komersial dan rekreasi outdoor. Pada akhirnya, akses publik terhubungkan oleh jalur hijau lurus yang akan
mengikat pembangunan bersama-sama, menghilangkan hambatan, antara kenyataan dan imajinasi riverfront dengan cahaya
dan kehidupan kota.
C. Allegan Riverfront Renaissance Park

Allegan Riverfront Renaissance Park

Sebuah waterfront yang berlokasi di Kalamazoo River. Ia memiliki area cakupan sekitar 2.5 mil yang mengelilingi
sungai dengan instalasi jembatan
penyebrangan. Dengan cakupan area tersebut, ia dapat menampung sekitar 4500
orang pengunjung.
Waterfront ini sering dijadikan tempat untuk bermacam-macam kegiatan
seperti festival, konser, dan event-event lainnya. Event-event yang beragama tersebut
hampir terjadi setiap hari pada waterfront ini. Perkembangan ekonomi yang terjadi di
sekitar wilayah waterfront turut membantu dalam perkembangan waterfront dari segi
facade riverside yang tercipta.

2. Fitur Desain
Material alas promenade (base plane) yang terbuat dari kombinasi kayu dan
bata merupakan jalur penghubung antara fungsi-fungsi yang disediakan waterfront
ini. Ia menghubungkan area parkir menuju titik-titik lokasi yang ada di area
waterfront seperti taman yang terdapat instalasi gazebo dan sebuah ampiteater. Pada
bagian seberang, terdapat beberapa fasilitas seperti area bermain dan penyewaan
canoe.
Waterfront ini dihias oleh elemen-elemen streetscape seperti handrail yang
terbuat dari besi yang terinspirasi dari jembatan yang terdapat disana. Disepanjang
promenade juga dilengkapi dengan pencahayaan dan bangku taman yang atraktif.
Penggunaan unsur kayu terhadap alas jalan merefleksikan sejarah industri kota yang
berhubungan dengan kayu. Kemudian untuk penggunaan besi terinspirasi dari
bangunan-bangunan kuno yang terdapat di wiliayah setempat. Selain itu uga terdapatsebuah water garden (taman air) yang
menampilkan sejumlah jenis tanaman dan air
mancur yang diberi pencahayaan pada malam hari.

Allegan Riverfront Renaissance Final Concept Plan

konsep dari Allegan


Riverfront. Secara keseluruhan fungsi dan instalasi pada waterfront ini menyebar
pada berbagai titik di lingkup waterfront yang mengelilingi badan air.

Allegan Riverfront Renaissance Park Site Plan North Section

Gambar di atas memperlihatkan sisi utara dari Allegan Riverfront. Sebagian


besar terdiri dari ruang-ruang terbuka yang difasilitasi instalasi dan diberikan fungsi
spesifik antara lain seperti area pemancingan, taman air, dan makam pahlawan. Massa
bangunan yang ada antara lain adalah perpustakaan yang terletak dekat dengan
parkiran kendaraan utama yang berada di timur.

D. Warterfron Sungai Siak


Kawasan waterfront sungai siak  terintegrasi dengan berbagai situs sejarah, seperti komplek istana siak, klenteng hock siu
kiong dan komplek pecinan, pasar seni dan masjid Syahbuddin.

Dimana, pada kawasan tersebut telah dibangun beberapa sarana penunjang, sarana bermain, jogging dan beberapa sarana
infrastruktur lainnya. Program penataan WFC dilakukan untuk memperindah pinggiran Sungai Siak, sehingga, dapat menjadi
kawasan yang memiliki nilai arsitektur yang menarik dan ramah lingkungan.
Selain itu, beberapa gedung baru sebelumnya juga dibangun, seperti Kantor KPU Riau, asrama haji, Sekolah Tinggi Ilmu
Guru, Sekolah Yayasan An-Nur, dan Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Dalam implementasinya, Pemerintah Provinsi Riau juga
telah melakukan sosialisasi pembebasan lahan masyarakat di tepian Sungai Siak, Pekanbaru.
Rencana penataan pinggiran Sungai Siak dengan mengusung konsep WFC mendapat respon positif masyarakat. Hanya saja
program tersebut idealnya harus disosialisasikan ke publik. Sehingga masyarakat memahami tujuan dan manfaat dari program
tersebut.  
Turap serta pedestrian yang indah di waterfront city tersebut memanjang lebih dari 471 meter, menyisir tepian Sungai Siak. Kawasan
tersebut tampak begitu cantik. Terutama malam hari, saat ratusan lampu-lampu menyala bersamaan.

Spot terbaik bersantai di waterfront city ini adalah di dekat Kampung Pecinan. Taman tepi sungainya cukup luas. Ratusan lampu-
lampu bulat berwarna putih berjejer menambah keindahan malam.
Di lokasi ini, juga disediakan banyak kursi-kursi untuk orang-orang bersantai menikmati malam. Kursi-kursi dari besi yang di cat
warna-warni ini menjadi favorit warga duduk menghabiskan waktu sambil mengobrol maupun menyantap aneka kuliner.
Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati dingin malam sambil memandangi sungai terdalam di Indonesia tersebut. Di seberang
sungai, kelihatan jejeran lampu dari jembatan kecil menuju Mempura, sebuah kampung unik nan asri di seberang kota Siak Sri Indrapura.
Berhadapan dengan waterfront city berdiri sebuah kelenteng bersejarah di Siak, yakni Hock Siu Kiong. Pada malam hari dominasi
warna merah pada kelenteng ini membuat suasana jadi hidup. Banyak wisatawan menyempatkan diri berfoto di kelenteng ini.
BAB III
ANALISA TAPAK

1. LOKASI SITE

Lokasi kawasan yang akan dijadikan objek rancangan adalah kawasan Bangkinang Riverside yang berlokasi dijalan
Prof. M.Yamin Bangkinang (Kawasan Lapangan Merdeka) sekitarnya. Kawasan tersebut merupakan kota lama yang menjadi
cikal bakal perkembangan kota Bangkinang dengan beberapa peninggalan bangunan lama dan ruang publik yang memiliki
sejarah panjang.
2. S

A. Foto Exsisting Kawasan


a. Jembatan Baru , Jembatan Lama , Sungai

b. Perumahanan Masyarakat Bangkinang

c. Ruko Dan Akses

d. Koramil
e. Penyedianaan Sarana Dan Prasarana

B. Foto Eksisting Bangunan Sejarah Tidak Boleh Di Hancurkan


a. Lapanggan Mardeka, Tugu Tentara, Pasar Bawah , Bangunan Lama 1929, Mesjid
3. ANALISA SITE

PERMUKIMAN WARGA LAHAN KOSONG JEMBATAN BARU JEMBATAN LAMA

PASAR BAWAH

KEBUN UBI

BANGUNAN BELANDA

LAPANGAN MERDEKA TUGU TENTARA BANGUNAN MESJID


Keterangan:

1. Tugu pahlawan
2. Lapangan merdeka
3. Rumah warga
4. Koramil
5. Pasar bawah
6. Tanah kosong
7 7. Sungai kampar
8. Mesjid
9. Kebun ubi

6
3 9
8
1
4 2
5

Mesjid di pertahankan
Pasar bawah di konservasi Tugu pahlawan dan lapangan merdekan di pertahankan

Anda mungkin juga menyukai