ABSTRAK
Ruang tepi laut perkotaan masa kini merupakan batas kota yang memiliki keuntungan dari segi
estetika, ekonomi, sosial dan lingkungan fisik dimana pembangunannya merupakan tempat yang
tematik, landmark/branded penuh gairah dan juga konflik. Oleh karena itu kawasan tersebut
memiliki gairah tinggi untuk dirubah agar kota lebih memiliki daya jual dan demi menunjang
persaingan dalam skala global. Nilai lokasi lahan sangat tinggi dan mendorong perebutan
berbagai kepentingan komersial dan budaya, profit dan non profit, kepentingan publik dan privat.
Sebagai pusat kegiatan konsumtif, pada kawasan tepi laut telah diciptakan tempat tempat mencari
hiburan (leisure), budaya, komersial dan keramahtamahan (hospitality) yang pada umumnya
dilakukan pendekatan berdasarkan visi pengembang, perencana ataupun pemangku kepentingan
kota saja. Kajian ini mencoba mengeksplorasi konsep penataan dan penyelenggaraan ruang
publik kota berdasarkan pendekatan dari bawah (bottom up planning) yang digunakan oleh
berbagai kota di dunia melalui pendekatan placemaking. Pendekatan ini dikembangkan oleh
kelompok non profit di New York dalam upaya menciptakan ruang kota yang berkualitas,
berenergi dan disukai oleh warga. Salah satu bagian kota yang menjadi target adalah ruang di
tepian air. Prinsip dasar yang dikemukakan untuk kawasan spesifik ini adalah penciptaan
destinasi publik dan keterhubungan satu dengan yang lain yang merupakan faktor kunci
kesuksesan penyelenggaraan ruang di tepi laut kota kota pesisir.
Kata kunci : destinasi publik, placemaking, ruang tepi laut.
PENDAHULUAN
Kecenderungan pola pembangunan ruang tepi Bentuk perkotaan di tepi laut banyak dikaji dalam
laut yang mengarah pada fungsi fungsi komersial, konteks makro dan mikro baik secara fisik maupun
budaya dan hiburan di berbagai kota dunia telah fungsional, dan di analisis dalam tiga kategori
membuka peluang bagi penduduk kota untuk dapat yakni kompleksitas perkotaan, kontinuitas
mengakses tepi laut, dan menjadikan laut sebagai perkotaan dan integrasi dengan air. Dalam hal
bagian milik masyarakat umum. Ruang publik kajian ini, ruang publik dianggap elemen utama
tersebut menarik dan mempersembahkan banyak dalam bahasan arsitektur tepi laut. Secara fungsi
peluang untuk interaksi sosial dalam kehidupan biasanya ruang tepi laut digunakan sebagai
sehari hari seperti yang diinginkan penduduk kota kawasan campuran (mixed-uses), dan secara fisik,
pada umumnya. (Andini 2010) kompleksitas ruang dapat diselesaikan melalui
Beberapa kota pantai berhasil mengimbangi rancangan.
kebutuhan ekonomi kota dengan tuntutan publik Hubungan kota dengan wilayah perairan
dalam memasuki perairan tepi lautnya, tetapi dapat terjaga dengan memelihara interkoneksitas
beberapa kota lain ada juga yang gagal dalam ruang yang dapat tewujud dengan kehadiran ruang
mewujudkan keinginan warganya untuk publik yang proporsional. Salah satu cara untuk
beraktivitas di air. Hongkong, Amsterdam dan mengintegrasikan ruang kota dengan laut adalah
Dubai adalah kota kota yang di anggap berhasil dengan meningkatkan fungsi dan kualitas ruang
dalam menata ruang publik di tepi laut, namun ada antara kota dan perairan laut yang berbatasan.
juga beberapa kota lainnya yang gagal (Krieger, 2004). Lebih lanjut Krieger menyatakan
mewujudkannya. (Al Ansary 2009 ; Houston 2008; bahwa semakin lebar ruang antara kota dan laut,
Suartika 2007; Siahaan 2010) maka kota semakin berhasil meraih nilai dan
manfaat air laut sebagai aset. Pendapat ini
didukung oleh Fisher (2004) yang Pendekatan placemaking dalam proses perancangan
merekomendasikan koneksitas antara ruang kota yang diperkenalkan dalam upaya memanusiakan
dengan unsur laut yang dapat diwujudkan melalui ruang kota kota di Amerika terbukti dapat
sistem ruang publik yang terbuka ke arah kota dan mengeliminir kegagalan yang terjadi dalam
juga ke wilayah lain pada bagian kota di penyediaan ruang terbuka publik di perkotaan.
belakangnya. Koneksitas juga dapat dilakukan Project for Public Spaces, Inc. (PPS), adalah
dengan penciptaan bangunan individu maupun sebuah lembaga non profit di New York, yang
aktifitas yang secara keseluruhannya membentuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam
jaringan ruang publik yang menuntun ruang mengembangkan persiapan program untuk taman
menuju air. kota dan menyajikan praktik terbaik dalam
pengelolaan ruang publik yang berhasil dan penuh
gairah.
A. RUANG TEPI LAUT PERKOTAAN
Ruang tepi laut adalah tempat yang dinamis Dengan pendekatan placemaking , PPS
yang merupakan batas alam dimana terjadi mempopulerkan proses yang memungkinkan
beragam kompleksitas penggunaan dengan berbagai partisipan untuk mengidentifikasi
berbagai kondisi energi dramatik. Secara fisik, bagaimana ruang publik dapat dibentuk dan
kawasan ini adalah perpotongan antara zona menjadikannya mudah diterima, berfungsi baik dan
akuatik dan daratan, zona pasang surut yang sering menjadi tempat yang menarik bagi pengunjung.
dihuni masyarakat yang kompleks, tempat Pendekatan ini dilakukan selama 34 tahun dengan
gelombang berdebur. Sebuah kawasan yang melibatkan lebih dari 2500 kelompok masyarakat
meliputi kegiatan atau bangunan yang secara fisik dalam upaya memperbaiki kualitas ruang publik,
sosial ekonomi dan budaya dipengaruhi oleh termasuk ruang publik di kawasan tepian air di
karakteristik badan air. (pedoman pemanfaatan perkotaan.
ruang tepi pantai perkotaan, departemen Pekerjaan Pendekatan placemaking didasarkan pada gagasan
Umum, Ditjen penataan ruang, 2004) bahwa ruang publik yang berhasil perlu mencakup
Dalam pembangunan wilayah kota pesisir lebih dari sekedar rancangan. Perbaikan kualitas
dikenal istilah Waterfront yang dalam bahasa ruang harus muncul dari proses keterlibatan publik
Indonesia secara harafiah mengandung pengertian sejak awal dalam menentukan dan menanggapi
daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan kondisi masyarakat serta kebutuhan yang
dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). sesungguhnya dari masyarakat calon pengguna
Istilah ini kemudian berkembang menjadi urban ruang.
waterfront yang mempunyai arti suatu lingkungan Placemaking membantu menciptakan perencanaan
perkotaan yang berada ditepi atau dekat wilayah ruang publik dengan mengidentifikasi talenta dan
perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di aset yang ada dalam masyarakat. Dalam setiap
kota metropolitan (Wrenn,1983). Munculnya istilah komunitas terdapat orang orang yang dapat mengisi
waterfront berkaitan dengan sejarah penggunaan perspektif sejarah, pandangan pandangan bernilai
ruang di perbatasan air laut dan darat, dimana pada tentang bagaimana suatu area berfungsi, dan
era tertentu terjadi perubahan fungsi kota dan pemahaman persoalan krusial dan dianggap penting
wilayah perairannya dimana kota industri sebagai oleh pengguna. Menggali informasi ini sejak awal
pusat produksi berubah menjadi kota pasca industri proses adalah kunci utama dalam penciptaan rasa
sebagai pusat konsumsi (Campo 2002; Dovey memiliki. Wawancara terhadap ragam pemangku
2005; Doucet 2010). Sebagai pusat kegiatan kepentingan dan melibatkan banyak partisipan
konsumtif yang sekaligus dapat menjadi landmark dalam sebuah diskusi kelompok , pendekatan ini
kota, kawasan ini berkembang menjadi pusat berupaya mendengarkan, bertanya tentang
pertarungan antar berbagai kepentingan yang saling kepedulian dan harapan warga tentang sebuah
berbenturan dan memperebutkan vista laut sebagai ruang publik. Menciptakan visi bersama tentang
wajah depan dari tampilan ruang kota. tempat dapat membantu menumbuhkan kehidupan
masyarakat dan memperbaikinya melalui
B. PENDEKATAN PLACEMAKING UNTUK pengalaman sehari hari dari penduduk ataupun
RUANG PUBLIK pengunjung. Termasuk menciptakan rencana
implementasi jangka pendek, eksperimental,
penyempurnaan dan makna dalam menghasilkan pelayanan publik, kampus dan kawasan tepian air
pendapatan untuk menunjang kualitas program dan baik laut, sungai maupun danau.
pemeliharaan. Berdasarkan pengalamannya, PPS merumuskan
Proyeksi PPS yang menggunakan pendekatan sebuah diagram sebagai alat untuk bekerja dalam
placemaking dilakukan pada berbagai jenis area menciptakan tempat yang baik. Diagram tersebut
publik dalam kota seperti : alun alun/lapangan , menempatkan empat atribut utama yang perlu
pasar, taman, koridor transportasi, pembangunan didalami dalam menangani ruang publik: :
kawasan baru, pusat keramaian kota, pusat Aktivitas dan penggunaan, citra dan kenyamanan,
aksesibilitas dan koneksitas, serta sosiabilitas.
yang diinginkan ada disetiap tempat. Idealnya yang berlapis, yang menjamin tidak ada dominasi
setiap destinasi harus melengkapi sepuluh hal yang penggunaan tunggal.
harus dilakukan, yang menciptakan ragam aktivitas
Gambar 2: Balaikota berperan sebagai pusat kegiatan warga di tepi laut /destinasi
Proses ini terbuka sehingga hasilnya dapat teras di di tepi laut.) lebih ditujukan sebagai
memenuhi harapan orang yang terlibat dalam penghubung antar destinasi.
proses. Hal ini tidak dapat terjadi bila diasumsikan Ruang tepi laut yang dapat ditelusuri dengan
dari awal bahwa tujuannya adalah untuk berjalan kaki yang dilengkapi dengan ragam
membangun, katakanlah, taman, yang dapat aktivitas disepanjang jalurnya merupakan destinasi
mempersempit peluang bahkan mencegah beberapa yang terkoneksi dengan baik, dan memungkinkan
ide-ide terbaik dari masih mungkin terbit. saling memperkuat keberadaan masing masing
destinasi. (Promenade adalah tempat umum untuk
1. Hubungkan antar destinasi ( esplanade –
berjalan dalam suasana santai dan senang, olahraga
promenade)
ringan.) Penciptaan koneksitas ini tantangan
Harus diingat baik baik bahwa setiap destinasi
menarik yang memerlukan penggunaan majemuk
harus berkaitan erat dengan visi ruang tepi laut
seperti perumahan, taman, hiburan dan retail dan
secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk
juga mitra gabungan antara institusi publik dengan
mencapai kontinuitas terlebih pada pengalaman
pemilik usaha lokal.
pejalan kaki. Penyediaan esplanade (Esplanade
adalah ruang bebas yang digunakan oleh publik
untuk berjalan, sering digunakan juga untuk istilah
Gambar 5 : Promenade malalayang yang tidak berfungsi sebagai destinasi sekaligus penghubung destinasi
Penciptaan koneksitas juga mengajak orang datang menggunakan jalur pohon, bunga dan plaza yang
ke tepi laut dengan berjalan kaki ataupun bersepeda menyapu pemandangan pelabuhan, menuntun
daripada berkendaraan bermortor. Esplanade orang untuk berjalan dengan menyenangkan
helsinki menghubungkan pusat kota ke tepian air menuju destinasi tepian air.
Gambar 6 : Esplanade helsinki penghubung pusat kota dengan pelabuhan / tepian air
29
RUANG TEPI LAUT SEBAGAI DESTINASI PUBLIK DI PERKOTAAN
MEDIA MATRASAIN
VOL 10 NO 1 Mei 2013
Gambar 5 : Koneksitas destinasi dengan ruang laut dan bagian belakang kota
Kawasan tepian air secara dramatis tinggi nilainya 11. Integrasi aktivitas musiman pada setiap
ketika dapat diakses dengan cara lain selain destinasi.
kendaraan pribadi. Di Sydney, Stockholm, Venice,
Helsinki, dan Hong Kong, orang menuju ke tepi Kawasan tepi laut tidak harus kosong hanya karena
laut melalui rute maritim sama banyaknya dengan perubahan musim dan cuaca. Perlu disiapkan
yang dari darat. Berjalan dan bersepeda adalah program dan perlengkapan penunjang yang
bagian penting lain dari transportasi alternatif, dan fleksibel dalam menghadapi cuaca ekstrim.
banyak kawasan tepi air yang baik menggambarkan Tentunya keamanan pengguna ruang tetap menjadi
promenades pejalan kaki dan jalur sepeda. Bebas prioritas utama. Kawasan tepian air yang dapat
dari mobil atau tempat parkir, orang menjadi lebih hidup sepanjang tahun akan menuai keuntungan
nyaman dan leluasa melakukan aktivitas. Bongkar yang lebih besar dari kegiatan ekonomi dan pada
muat untuk fasilitas komersial dan bisnis lokal fasilitas umum jumlah partisipan yang datang lebih
merupakan pengecualian dan disediakan jalur tinggi
khusus.
12. Buat bangunan ikon yang berdiri menawarkan wisata pantai. Jelas, Balai Kota
sendiri yang menyajikan ini lebih dari ikon satu-dimensi, juga
beragam fungsi lingkungan yang baik dengan rasa tempat
yang kuat. Ikon saat ini harus berusaha
Struktur ikonik dapat menjadi keuntungan untuk mencapai fleksibilitas yang sama
bagi kawasan tepian air, asalkan bertindak dengan kehadiran semangat publik .
sebagai destinasi multi fungsi. Pada pagi
akhir pekan di Stockholm, gedung tersibuk 13. Pengelolaan
sepanjang pantai adalah Balai Kota.
Dikelilingi oleh plaza, taman, dan halaman, Manajemen berkelanjutan sangat penting
bangunan membagi bagian kawasannya untuk menjaga waterfronts dan
dengan dermaga dimana perahu perahu mempertahankan berbagai macam kegiatan
31
RUANG TEPI LAUT SEBAGAI DESTINASI PUBLIK DI PERKOTAAN
MEDIA MATRASAIN
VOL 10 NO 1 Mei 2013
dan agenda sepanjang tahun. Waterfronts dasarnya adalah jangan menciptakan hanya
bisa mengadopsi model dari Peningkatan satu tempat yang bagus di lingkungan
Usaha Wilayah yang telah begitu sukses di tempat tinggal. Diperlukan banyak tempat
banyak pusat-pusat kota. Model ini bisa untuk menghidupkan kota. Gagasan ini perlu
menjalin kemitraan antara pengusaha dan dikembangkan dimana mana, warga kota
organisasi dan orang-orang di daerah menjadi lebih berenergi dalam
sekitarnya, sehingga program kawasan menghidupkan tempat di luar rumah.
seperti pameran temporer seniman lokal atau Kerangka kerja sederhana ini yang
musik oleh musisi lokal, mencerminkan memotivasi penduduk dan pemangku
masyarakat dan memberikan karakter yang kepentingan untuk menghidupkan perkotaan.
unik dari tempat. Untuk kota yang memilik gais pantai yang
cukup panjang, perlu memanfaatkan
kawasan tepi lautnya sebagai bagian dari
D. SEPULUH KUALITAS DESTINASI sepuluh destinasi dengan kualitas yang
PUBLIK dimaksud.
Sepuluh kualitas ruang untuk destinasi Sepuluh kualitas destinasi publik yang
publik adalah konsep yang digunakan PPS dirumuskan oleh PPS khusus untuk kawasan
untuk memulai proses placemaking. Ide tepi laut perkotaan adalah sebagai berikut :
(power of ten)
Tabel 1. Sepuluh kualitas ruang luar tepi laut sebagai destinasi publik
No Kualitas destinasi ruang tepi laut uraian
1 Lingkung bangun Bangunan yang merangsang aktivitas Interkoneksitas antara aktivitas
sekitar ruang publik bangunan dan ruang publik
(luar)
Penggunaan campuran, hubungan toko jalan etalase akses yang
indoor outdoor intensif menarik pengunjung (Whyte,
1980)
hindari bangunan tinggi , lantai dasar Atraksi laut tidak menghalangi
tertutup. akses visual
2 Batasi tempat untuk Peluang untuk fungsi publik fungsi Prioritas penggunaan campuran :
hunian individu utama : festival, pasar, pesta hunian bersifat sosial
kembangapi, konser, selebrasi spontan, (giovinazzi & Moretti, 2010)
family gathering
3 Aktivitas menerus program kreatif berkesinambungan fasilitas mendukung untuk
dan sepanjang sepanjang tahun. ragam program agar orang betah
tahun lama berada di dalam ruang.
kemudahan kelengkapan berlaku untuk
segala cuaca
Penerangan cukup untuk siang malam.
4 Desain fleksibel ruang mudah beradaptasi untuk Hak berubah, kemampuan
yang adaptif bermacam penggunaan dan waktu yang meningkatkan kualitas .
berbeda. Memungkinkan pengguna
menambah dan menghapus
perlengkapan yang mereka
butuhkan
Tabel 1. Sepuluh kualitas ruang luar tepi laut sebagai destinasi publik
(Lanjutan)
No Kualitas destinasi ruang tepi laut uraian
6 Akses mudah ke minimalkan akses kendaraan bermotor akses publik mutlak fisik dan
laut, sepeda jalan visual untuk lokal dan turis
kaki. semua umur semua lapisan.
akses mendukung karakter dan Penggunaan intensif (jangan
pengalaman tepi air kosong)
hindari parkir dan lalulintas kendaraan Jalan masuk mengundang dan
bermotor nyaman, makan minum.
jalan aman untuk pedestrian, nikmati
kesenangan.
7 Identitas lokal harus Buat tampilan identitas lokal kuat, identitas sejarah berkarakter
muncul sejarah dan budaya menarik ciptakan warisan budaya air kolektif
rasa tempat unik. antara kota dan air, peristiwa,
landmark, alam memperkuat
makna ruang tepi laut.
Peluang penghargaan seni lokal, musik, sustainabilitas bermakna
teater, dll preservasi industri masa lalu.
8 Daya tarik air Air adalah primadona program dan Air adalah unsur penting alasan
aktivitas. Pelabuhan marina, pancing orang beraktivitas di luar ruang .
ikan, tkasi air, dayung, renang dll Orang cari aktivitas pasif dan
aktif berkaitan dengan air.
penggunaan aktivitas di air : program Kualitas air/badan air mutlak
tematik, festival aperahu, pasar ikan, dijaga.
dll
9 Bangunan Ikonik menarik, skala manusia, ikonik, historik, fungsional,
yang multifungsi menguntungkan dalam konteks mendukung aktivitas.
lingkungan sekitar. Multifungsi.
Inti dari kualitas destinasi adalah tempat dapat membuat orang betah tinggal di
perlu menyediakan sepuluh hal yang akan tempat. Kualitas manusia yang kreatif dan
dilakukan dan sepuluh alasan keberadaan di perujudan tempat dengan kelengkapan yang
dalam tempat. Sebagai contoh tempat untuk berkualitas yang dapat mempertahankan
duduk, taman bermain, seni untuk disentuh, energi yang berkembang pada tempat.
musik untuk didengar, makanan untuk
dimakan, cerita untuk dilalui, orang yang
dijumpai, dll. Gagasan ini memerlukan E. PENUTUP
masyarakat yang kreatif yang ikut
menyumbangkan ide tentang aktivitas yang Pada dasarnya pembangunan ruang tepi laut
mendorong peningkatan nilai ekonomi dan
33
RUANG TEPI LAUT SEBAGAI DESTINASI PUBLIK DI PERKOTAAN
MEDIA MATRASAIN
VOL 10 NO 1 Mei 2013
dalam kasus tertentu merubah lahan menjadi Phd thesis. Newcastle University.
mesin ekonomi yang menguntungkan United Kingdom.
seluruh bagian kota. Dalam kasus terbatas, 2. Andini, D 2010, Public Space for
People on the New Urban
pembangunan kawasan ini melibatkan
Waterfreont’, a literature exploration
komersialisasi, privatisasi dan komoditisasi on socio-spatial issues in post-
dari ruang publik dan fasilitas yang dapat industrial waterfront. Thesis Landscape
membatasi akses umum pada tempat tempat Architecture and Planning Wageningen
tersebut. Akses ke ruang tepi laut sering University.
mengalami hambatan, dan biasanya 3. Breen A, Rigby D, 1994. "Waterfronts
pembangunan yang melibatkan reklamasi :”City Reclaim Their Edge", McGraw
Hill Inc. New York
lahan yang sering mengurangi akses publik.
4. Campo, D. 2002. Brooklyn’s
Gagasan yang diajukan oleh PPS tidak vernacular waterfront. Journal of urban
membatasi komersialisasi ruang publik akan design, 7(2), 171- 199. Retrieved
tetapi mencoba untuk mengurangi privatisasi September 6, 2010, from
yang dapat mengurangi akses publik ke tepi http://informaworld.com.
laut. doi:10.1080/135748002200001222 1
Pendekatan placemaking yang dilakukan 5. Desfor, G. 2007. Port City Relations:
Global Spaces of Urban Waterfront
oleh Project for Public Space untuk ruang
Development. Text of Talk Presented to
publik kota menekankan pada kualitas International Exhibition on Building
tempat sebagai daya tarik kemudian and Urbanism. Ports and Their Urban
membangun kualitas tersebut untuk Hinterlands. Hamburg, Germany.
keberhasilan program dan juga keberhasilan 6. Ditjen penataan ruang,2004,
komunitas masyarakat pengguna yaitu warga Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi
Pantai Perkotaan, Departemen
kota. Seting ruang yang menyediakan tempat
Pekerjaan Umum.
untuk bergerak, bermain, relaksasi di luar 7. Doucet, B. 2010. Rich cities with poor
ruang berlangsung di ruang terbuka publik. people: Waterfront regeneration in the
Dalam ruang tersebut berbagai perbedaan Netherlands and Scotland. PhD thesis.
dipertemukan dan dinegosiasikan. Utrecht University. Utrecht.
Sementara itu masyarakat memiliki 8. Dovey, K. 2005. Fluid city:
interpretasi tersendiri terhadap ruang publik Transforming Melbourne’s urban
waterfront. New York: Routledge.
sesuai dengan pengalaman sehari hari;
9. Fisher, B. 2004, 'Waterfront Design',
sebagai tempat untuk gerak badan, in ULI-the Urban Land Institution,
membaca, mengamati perilaku orang, (ed.) Remaking the Urban Waterfront,
melintas dll. Interpretasi tersebut tidak selalu ULI-the Urban Land Institution,
ditentukan oleh kriteria estetika. Washingto, D.C., pp. 46-63.
Nilai ruang publik kebanyakan didasarkan 10. Friedman, J. (2010) Place and
pada bagaimana orang bisa berbagi dan Placemaking in Cities : A Global
Perspective. Planning Theory &
elemen sosialnya, tempat melarikan diri dari
Practice, Vol. 11, No. 2, 149–165.
kesibukan dan kepenatan kehidupan kota. 11. Krieger, A. 2004, 'The Transformation
Potensi ruang tepi laut memiliki peluang of the Urban Waterfront', in ULI-the
lebih banyak untuk penciptaan destinasi Urban Land Institution, (ed.) Remaking
yang dimaksudkan dalam pendekatan the Urban Waterfront, ULI-the Urban
pembentukan ruang publik kota. Land Institution, Washington, D.C., pp.
22-45.
12. Project for Public Spaces, Inc. 2009,
Placemaking on the Providence
DAFTAR PUSTAKA Waterfront.
13. Project for Public Spaces. 10 qualities
1. Al Ansari, F. 2009. Public open space of a great waterfront destination.
on the transforming urban waterfronts Retrieved November 10, 2010, from
of Bahrain: The case of Manama city. http://www.pps.org/ articles/
10_qualities_of_a_ great_waterfront/
14. Project for Public Spaces. How to 16. Whyte, W.H. 1980. Social Life in
Transform a Waterfront. Retrieved Small Urban Space. Washington, DC:
Desember 14, 2010, from from Conservation Foundation
http://www.pps.org/ articles/How to
Transform a Waterfront/
15. Suartika G.A.M. 2007, Perencanaan
dan Pembangunan Keruangan :
perwujudan dan komunikasi antar
kepentingan dalam pemanfaatan lahan,
Jurnal Permukiman Natah vol. 5 no. 2,
agustus : p 62 – 108
35
RUANG TEPI LAUT SEBAGAI DESTINASI PUBLIK DI PERKOTAAN