PUBLIK KOTA
(Studi Kasus : Lapangan Merdeka Kota Binjai)
Penyusun :
Jove Zevier Hersantio
21010002
2023
ABSTRAK
1. Latar Belakang.
A. Pengertian Ruang Publik.
Menurut Carr (1992) pada bukunya yang berjudul Public Space, ruang
publik adalah ruang milik bersama dimana publik dapat melakukan berbagai
macam aktivitas dan tidak dikenakan biaya untuk memasuki area tersebut.
Aktivitas yang terjadi dapat berupa rutinitas sehari-hari, kegiatan pada musim
tertentu atau sebuah event. Rutinitas sehari-hari adalah seperti bersantai atau
sekedar menikmati suasan lingkungan sedangkan kegiatan musiman biasanya
diselanggarakan sebuah komunitas dalam periode tertentu.Ruang ini juga
sering menjadi titik pertemuan sehingga menciptakan interaksi publik yang
tinggi. Hal-hal tersebut menyatakan bahwa ruang publik adalah faktor penting
dalam rutinitas kehidupan, ruang pergerakan, titik pertemuan, dan ruang untuk
bersantai dan rekreasi. Menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik
memiliki makna sebagai lokasi yang memiliki akses yang besar terhadap
lingkungan sekitar, tempat bertemunya publik dan perilaku masyarakat
pengguna ruang publik dengan mengikuti normanorma setempat. Menurut
Hakim dan Hardi (2004), pengertian mengenai ruang terbuka publik dapat
diuraikan sebagai berikut: a) Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak di
luar massa bangunan b) Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap
orang. c) Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan dalam kata
lain multifungsi. Secara singkat ruang terbuka publik memiliki 3 karakter
penting dimana terdapat makna (meaningful), dapat mengakomodir kebutuhan
setiap pengguna dalam melakukan kegiatan (responsive), dan yang ketiga
dapat menerima berbagai kegiatan masyarakat tanpa ada diskriminasi
(democratic).
Berikut merupakan beberapa fungsi yang dimiliki ruang terbuka publik
(Rustam, 2004), yakni: 1. Fungsi umum Tempat bermain dan berolah raga,
tempat bersantai, tempat interaksi sosial baik secar indivdu ataupun kelompok,
tempat peralihan dan tempat menunggu Sebagai ruang terbuka, ruang ini
berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari alam. Sebagai sarana
penghubung dari suatu lokasi ke lokasi lain. Sebagai pembatas atau jarak di
antara massa bangunan. 2. Fungsi ekologis : Penyegaran udara, menyerap
air hujan, pengendalian banjir, menstabilkan ekosistem. Pelembut arsitektur
bangunan.
B. Lapangan Merdeka Binjai
Lapangan merdeka Binjai terletak di Jl Veteran, Kel. Tangsi, Kec.
Binjai Kota, Kota Binjai, Sumatera Utara. Lapangan merdeka Binjai
merupakan alun -alun bagi masyarakat Kota Binjai, lapangan merdeka Binjai
memiliki luas 1,5 Ha. Lapangan merdeka Binjai merupakan hal penting dalam
Kota Binjai, hal tersebut karena di lapangan merdeka Binjai sering digunakan
dalam event-event besar, seperti peringatan HUT Kota Binjai, HUT Republik
Indonesia, konser musik, bazzar, hingga acara keagamaan. Zaman dahulu, di
tengah lapangan merdeka Binjai terdapat pohon besar, yakni pohon Binjai,
pohon Binjai adalah pohon buah sejenis mangga, dengan bau yang harum
menusuk dan rasa yang asam manis. Nama ilmiah untuk binjai adalah
Mangifera caesia. Sebagian pakar menyatakan bahwa pohon binjai berasal dari
Kalimantan. Yang jelas, pohon binjai menyebar secara alami di Sumatera,
Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Dari wilayah-wilayah tersebut, binjai
dibawa dan dibudidayakan orang di Bali, Filipina, dan Thailand, juga di Jawa
bagian barat, pohon Binjai juga merupakan asal mula nama Kota Binjai, yakni
pada tahun 1832 di wilayah ini ada sebuah daerah bernama Kampung Bingai.
Untuk pembukaan kampung tersebut, oleh beberapa tetua masyarakat
setempat digelar sebuah upacara adat di bawah pohon binjai. Pohon ini
tumbuh kokoh di pinggir Sungai Bingai. Di sekitar pohon binjai itu kemudian
dibangun beberapa rumah yang kelamaan bertambah banyak dan akhirnya
kawasan itu berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang sangat ramai
dan kemudian berkembang menjadi sebuah kota, sayangnya pohon binjai yang
berada di lapangan merdeka Binjai saat ini sudah ditebang dan diubah menjadi
bangunan tribun lapangan merdeka Binjai pada tahun 1990. Lapangan
merdeka Binjai telah mengalami beberapa kali renovasi, renovasi pertama
pada tahun 2013, pada saat itu dibangun Taman Merdeka Binjai di sisi timur
lapangan merdeka, dan pemindahan PKL di seputaran lapangan merdeka
Binjai ke Pujasera Binjai sehingga di sisi seputaran lapangan merdeka
dibangun trotoar pejalan kaki yang lebih lebar, kemudian renovasi kedua pada
tahun 2022-2023, bagian yang direnovasi adalah bagian tribun yang awalnya 1
lantai dirobohkan dan dibangun 2 lantai, dan juga taman digital yang terdapat
di sisi selatan lapangan merdeka.
2. Metodologi.
Metode penelitian yang digunakan untuk menjelaskan penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengkaji elemen pembentuk
ruang kota pada ruang terbuka publik kota. Penelitian deskriptif merupakan kegiatan
mendekripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian
untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Sudjana dan Ibrahim, 1989).
Dalam penelitian ini terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
penelitian yaitu survey dan pengumpulan data, kompilasi data, menganalisis data dan
kemudian menyusun kesimpulan dan rekomendasi sebagai acuan dalam
menindaklanjuti hasil penelitian.
3. Landasan Teoritis.
b. Ruang Kota
Menurut Rob Krier (1997), ruang kota dapat didefinisikan sebagai semua
ruang yang berada di antara atau luar bangunan dan berfungsi sebagai tempat
terjadinya kegiatan masyarakat kota sehingga dapat pula menjadi ruang publik.
Spreiregen (1965) mengklasifikasikan ruang kota menjadi dua yaitu, formal space dan
informal space. Formal space didefinisikan sebagai ruang yang umumnya dibatasi
oleh fasade bangunan dan tanah kota sebagai landasannya, adapun informal space
didefinisikan sebagai ruang-ruang yang dibatasi atau didominasi oleh unsur-unsur
alam seperti air dan pepohonan. Ruang terbuka publik merupakan salah satu bagian
dari perkotaan, sehingga dalam setiap perancangan ruang terbuka publik harus
memperhatikan elemen pembentuk ruang kota agar dapat memberikan karakteristik
yang baik bagi kota tersebut. Adapun elemen pembentuk ruang kota menurut Shirvani
(1985) antara lain : (1) Tata Guna lahan (Land Use) Tata guna lahan dapat diartikan
sebagai pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran
keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya
berfungsi. (2) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Bentuk dan
massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan
maupun konfigurasi dari massa bangunannya. Dalam bentuk dan massa bangunan
seharusnya diperhatikan berbagai aspek meliputi ketinggian bangunan, kepejalan
gedung, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, garis sempadan
bangunan, langgam, skala, material, tekstur dan warna. (3) Sirkulasi dan Parkir
(Circulation and Parking) Penataan sirkulasi dan parkir perlu diperhatikan karena
menjadi salah satu pembentuk struktur lingkungan perkotaan yang dapat mengontrol
aktivitas kawasan. (4) Ruang Terbuka (Open Space) Ruang terbuka merupakan
elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota demi tercapainya kenyamanan
bagi pengguna ruang. Desain ruang terbuka harus dipertimbangkan secara terintegral
terhadap bagian dari perancangan kota. (5) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways) Jalur
pedestrian merupakan elemen penting dalam perancnagan kota, karena tidak lagi
hanya berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga masalah kenyamanan
dengan didukung oleh kegiatan pedagang kaki lima yang dapat memperkuat
kehidupan ruang kota tersebut. Strategi dalam perancangan jalur pedestrian adalah
menjaga keseimbangan antara penggunaan jalur pedestrian dan fasilitas untuk
kendaraan bermotor. Hal ini untuk mendukung suasana kota menjadi hidup dengan
ruang publik yang atraktif, juga dapat terjalin hubungan yang harmonis antara
kegiatan di jalur pedestrian dengan kegiatan pelayanan umum dan fasilitas yang
dimiliki oleh masyarakat secara individual. (6) Penanda (Signages) Penanda dapat
berupa suatu tulisan, gambar, lambang ataupun bendera yang memiliki fungsi sebagai
penunjuk, pemberi keterangan, pengenal dan pengaturan (Chiara & Koppelman,
1997). (7) Kegiatan Pendukung (Activity Support) Pendukung kegiatan adalah semua
fungsi bangunan dan kegiatan yang mendukung ruang publik di suatu kawasan kota.(8)
Konservasi (Conservation) Konservasi merupakan strategi untuk menangani secara
preventif terhadap kehancuran bangunan kuno, memperbaikinya agar dapat bertahan
lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen baru
seperti aslinya.
d. Alun-alun di Indonesia
Alun-alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput serta
dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam.
Perkembangan alun-alun bergantung pada evolusi kebudayaan masyarakat yang
meliputi tata nilai, pemerintahan, kepercayaan, perkonomian dan sebagainya. Pada
zaman Hindu-Budha alun-alun disebut juga dengan ‘tanah sakral’ yang berfungsi
sebagai tempat upacara peribadatan, setelah peradaban Islam masuk ke Indonesia,
banyak bangunan masjid yang dibangun di sekitar alunalun sehingga alun-alun juga
digunakan sebagai tempat kegiatan -kegiatan hari besar Islam termasuk Shalat Idul
Fitri, contohnya seperti alun-alun kota Bandung. Selanjutnya pada masa penjajahan
Belanda, banyak bangunan -bangunan untuk kepentingan Belanda di sekitar alun-alun,
hal ini mengakibatkan berkurangnya fungsi simbolis dari alun-alun itu sendiri.
Fenomena ini berlanjut ke masa kemerdekaan, terdapat banyak alun-alun yang
bertransformasi atau berubah bentuk. Perubahan tersebut diakibatkan oleh kebijakan
pemerintah, aktivitas masyarakat, perdagangan maupun pencapaian.
4. Hasil dan Pembahasan.
a. Gambaran Umum Lapangan Merdeka Kota Binjai
Lapangan Merdeka Binjai terletak di kawasan pusat kota yang dikembangkan
sebagai pusat perdagangan dan perkantoran. Lapangan Merdeka Binjai dapat
dikatakan sebagai jantung kota bagi kota Binjai, dimana disekitaran lapangan
merdeka terdapat pusat pemerintahan. Lapangan merdeka tersebut juga merupakan
satu-satunya ruang terbuka yang dominan digunakan untuk berbagai macam aktivitas
masyarakat. Kawasan lapangan merdeka merupakan ruang terbuka yang dikelilingi
oleh berbagai fasilitas publik, seperti : bangunan ibadah, pertokoan, dan perkantoran
pemerintahan.
Fasilitas Umum
Fasilitas Perdagangan
Taman Kota
Selain itu, lapangan merdeka Binjai juga berfungsi sebagai wadah aktivitas
sosial masyarakat seperti olahraga, rekreasi, aktivitas pedagang kaki lima dan
sebagainya. Perkembangan kawasan lapangan merdeka dari masa ke masa
menyebabkan keberagaman fungsi lapangan merdeka itu sendiri, keberagaman fungsi
yang dimaksud antara lain :
• Upacara kenegaraan, orasi maupun kampanye politik karena memiliki daya
tampung yang besar.
• Menjadi perluasan tempat ibadah pada saat Idul Fitri maupun Iduh Adha.
• Sarana olahraga bagi masyarakat seperti bola basket, bola voli, panjat tebing.
• Sebagai wadah aktivitas sosial masyarakat yang beragam.
Keberagaman aktivitas sosial tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi
para pedagang kaki lima (PKL) untuk berdagang di lapangan merdeka Binjai.
b. Elemen Pembentuk Ruang Kota Pada Lapangan Merdeka Binjai
Berikut pembahasan mengenai elemen pembentuk ruang kota pada lapangan
merdeka Binjai :
(1) Tata Guna lahan (Land Use)
Lapangan merdeka Binjai berada di kawasan pusat kota yang dikembangkan
dengan fungsi perdagangan dan perkantoran. Sekitaran lapangan merdeka Binjai
terdapat banyak kawasan permukiman, hal tersebut membuat lapangan merdeka
Binjai selalu ramai.
(2) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Secara keseluruhan, bentuk dan massa bangunan di sekitar lapangan merdeka
Binjai dapat dikatakan heterogen, hal tersebut dapat kita lihat dari bangunan sekitaran
lapangan merdeka Binjai yang beragam fungsinya, seperti perkantoran, fasilitas
umum, hingga permukiman. Ketinggian bangunan sekitar lapangan merdeka antara 3-
4 lantai. Tampak bangunan dapat dilihat dari Gambar 2.
Batas Utara
Batas Timur
Batas Selatan
Batas Barat
Gambar 3. Tampak Bangunan di Sekitaran Lapangan Merdeka Binjai.
(3) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Sirkulasi merupakan elemen
penting bagi pembentukkan struktur lingkungan kota karena sirkulasi dapat membagi,
mengarahkan dan mengontrol pola aktifitas. Kawasan alun-alun memiliki sistem
sirkulasi yang baik dengan kondisi jalan yang cukup lebar serta sistem perkerasan
jalan yang baik pula (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3).
Gambar 4. Kondisi Jalan Sirkulasi Sekitar Lapangan Merdeka Binjai.
Untuk arah sirkulasi yang ada di kawasan ini sudah terarah dengan bantuan rambu
dan peraturan yang ada (dapat dilihat pada Gambar 4). Kapasitas serta besaran
sirkulasi sudah mencukupi.
2
3
1 2
3 4
Sirkulasi sangat erat kaitannya dengan sistem parkir. Dari segi penataan parkir,
belum tersedianya area parkir yang diperuntukkan khusus bagi pengunjung, sehingga
kendaraan pengunjung diparkirkan di bahu jalan di sekitar lapangan merdeka. Hal ini
dapat mengganggu sirkulasi di kawasan lapangan merdeka dan dapat mengganggu
aktivitas yang ada di kawasan lapangan merdeka.
1
1 2
(4) Ruang Terbuka (Open Space) Ruang terbuka di sekitar lapangan merdeka antara
lain adalah lapangan merdeka itu sendiri, Taman Remaja, Taman Balita, Taman
Digital, Taman Merdeka dan juga jalan raya (Gambar 6). Ruang-ruang terbuka ini
sudah memenuhi fungsi-fungsinya sebagai penyedia cahaya dan sirkulasi udara dalam
bangunan; penyedia area rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus misal pada taman
kota, alun-alun, lapangan basket, dan hutan kota; pelindung fungsi ekologi kawasan,
misal pada tanah kosong, taman kota dan hutan kota; pemberi bentuk solid-void pada
kawasan.
Taman
Balita
Taman
Merde
ka
Taman
Digital
Taman
Remaja
Taman Remaja.
Taman Balita.
Taman Digital.
Taman Merdeka.
(5) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways) Jalur pedestrian di sekitar lapangan Merdeka
Binjai sudah cukup baik namun masih terdapat beberapa hal yang harus dibenahi
untuk mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna. Contohnya belum
tersedianya Guilding Block sebagai panduan berjalan orang disabilitas, jalur
pedestrian yang ditutup oleh para PKL (Pedagang Kaki Lima) sehingga tidak nyaman
untuk dilalui.
(6) Penanda (Signages) Penanda yang terdapat di kawasan lapangan merdeka Binjai
sangat beragam meliputi spanduk, papan nama, papan penanda, akan tetapi
penataannya belum cukup baik. Mulai dari penulisannya yang terlalu kecil, hingga
tertutup benda di depannya. Hal itu tentu memberi dampak negatif terhadap visual
pandangan kota.
(7) Kegiatan Pendukung (Activity Support) Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di
lapangan merdeka Binjai disebabkan oleh adanya aktivitas sosial masyarakat di
lapangan merdeka Binjai, kemudian PKL ini menjadi salah satu faktor yang menjadi
daya tarik masyarakat untuk mengunjungi lapangan merdeka Binjai. Akan tetapi, para
PKL belum tertata dengan rapi, padahal sudah dibangun Pusat Jajanan Selera rakyat
(Pujasera) di seberang Lapangan Merdeka Binjai (Selatan), namun kondisi Pujasera
tampak sepi, dan pedagang lebih senang berjualan di seputaran lapangan merdeka
Binjai.
Kantor
Pendopo
Walikota
Umar Baki
Binjai
Rumah
Dinas
Walikota
Binjai
6. Kesimpulan.
Kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
a. Lapangan merdeka Binjai dapat dikatakan sudah cukup memenuhi fungsinya
sebagai ruang terbuka kota, yaitu fungsi ekologis untuk menjaga kualitas lingkungan
dan juga fungsi sosial-ekonomi masyarakat.
c. Aktivitas sosial masyarakat yang terjadi di lapangan merdeka Binjai tergolong
tinggi, karena berdekatan dengan kawasan permukiman warga.
d. Elemen pembentuk ruang kota pada lapangan merdeka Binjai belum cukup baik,
karena belum adanya jalur guilding block bagi para disabilitas di pedestrian.