ABSTRACT
Interaksi sosial merupakan budaya yang sudah melekat dan menjadi nyawa di kawasan kampung kota. Karena adanya
faktor keterbatasan lahan di kampung kota, penelitian ini mengkaji bagaimana warga membentuk wadah interaksi sosial
pada sisa space yang mereka miliki. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan place-making, dimana warga
mengubah koridor jalan dan halaman rumah menjadi ruang interaksi sosial berdasarkan kebiasaan berkumpul warga di
area-area tertentu di koridor jalan. Koridor jalan ditambahkan fungsinya tidak hanya sebagai area sirkulasi, namun juga
sebagai tempat interaksi sosial, jual beli, tempat bermain anak, tempat berjemur lansia, acara formal seperti rapat
pengurus, acara kebersamaan (liwetan) dan acara tahunan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat lima area di
sepanjang koridor jalan Tubagus Ismail Bawah yang menjadi representasi ruang interaksi bagi warganya yaitu: ruang
duduk di area warung bubur, naungan halaman rumah kos, ruang duduk di area warung kelontong, teras bersama dan
ruang jemur-duduk bersama. Kelima area ini masing-masing merepresentasikan konsep tata krama, ruang teduh untuk
berkumpul, area bermain anak yang ditandai dengan gambar permainan sunda manda, ruang berkumpul santai dan ruang
interaksi sambil membeli makanan dari pedagang keliling. Bahkan, pada area warung kelontong terdapat tiang listrik yang
dimanfaatkan sebagai alat untuk mengundang warga berkumpul. Hal ini menarik untuk ditelaah, dimana warga setempat
telah melakukan strategi adaptif dalam menciptakan ruang interaksi dan merepresentasikannya dalam keseharian mereka
beraktivitas di lingkungan Kampung Kota.
1
2
Warung Makan 3
Warung Kelontong
HASIL DAN PEMBAHASAN atau kegiatan yang rutin terjadi di area tersebut.
Kemudian representation of space yaitu apa yang
Ruang Interaksi dan Ruang Representasi di masyarakat lihat dari keadaan fisik ruang interaksi
Koridor Jalan Tubagus Ismail Bawah sosial dan representational space atau ruang
Pada koridor jalan Tubagus Ismail Bawah ini representasi adalah, konsep apa yang dapat
penulis mendapatkan lima area yang menjadi titik- mempre-sentasikan area tersebut dalam lingkungan
titik kumpul warga kampung dalam kegiatannya kampung kota. Berikut uraian analisis ruang pada 5
sehari-hari. Namun yang menjadi kegiatan pokok area koridor jalan Tubagus Ismail Bawah:
dalam pembahasan adalah kegiatan interaksi sosial
yang melibatkan dua orang atau lebih yang saling 1. Area Warung Bubur
memberikan timbal balik. Area ini adalah ruang interaksi sosial yang di
dalamnya terdapat atribut spatial practice berupa
Interaksi yang terjadi dalam satu area dapat warung bubur, teras warung bubur, ruang duduk
bervariasi menurut aktivitas, pelaku dan waktunya. keramik, badan jalan dan rumah warga yang
Pada lima area akan dibahas mengenai beberapa berbatasan langsung dengan area ini yang
hal, diantaranya spatial practice yaitu kebiasaan menjadi faktor terjadinya interaksi sosial.
Ruang duduk sebagai representation of space,
dibuat berdekatan dengan warung makan yang
seringkali penuh dengan mahasiswa indekos
sekitar yang sarapan, makan siang dan makan
malam. Ruang duduk ini dibuat bersamaan
dengan program perbaikan jalan tahun 2015
dengan pertimbangan banyaknya orang (baik
warga atau mahasiswa indekos) yang sering
nongkrong di dekat warung makan sambil
berdiri, duduk di atas motor ataupun jongkok di
pinggir jalan. Sehingga perlu adanya tambahan
ruang duduk yang menunjang kegiatan di area
ini. Tak jarang area ini juga digunakan untuk Gambar 3. Aktivitas di Area Warung Bubur
tempat ibu-ibu nongkrong sambil menyuapi
anak, tempat bermain, tempat jual-beli dan 2. Halaman rumah kos
tempat istirahat pedagang keliling. Area ini memanfaatkan halaman rumah warga
yang cukup luas sebagai ruang interaksi sosial.
Karena ruang ini kecil dan sempit, adanya ruang Halaman ini sudah ada sejak lama, namun
duduk secara tidak sengaja memberikan stimulan penambahan naungan, meja, sofa dan kursi
rasa kesopansantunan bagi orang yang melewati sebagai atribut representation of space dilakukan
ruang ini saat ada warga yang sedang setelah warung pop-ice dibuka pada awal tahun
berkumpul. Maka representational space 2016. Selain ruang dengan kursi juga terdapat
menurut warga dari area ini adalah ruang duduk teras berlantai keramik yang dapat memuat
sebagai simbol rasa sopan santun. orang duduk lesehan. Warung pop-ice ini
menjual berbagai makanan dan minuman. Area
Tabel 3. Rangkaian Konseptual Ruang di Area ini biasanya digunakan sebagai ruang berkumpul
Warung Bubur bapak-bapak ataupun tempat nongkrong
Represen- Represen- mahasiswa sambil ngopi. Halaman ini pun
No Spatial Practice tations of tational menjadi alternatif tempat acara kebersamaan
space Space atau kumpul-kumpul apabila hujan. Adanya
1 Warung Membeli Ruang Ruang naungan pada area ini menjadikan naungan
bubur makanan/ jual- duduk dari duduk
beli semen sebagai tersebut simbol atau representational space bagi
Makan finishing simbol warga yang menginginkan berkumpul di tempat
2 Teras Merokok keramik kesopan yang teduh.
warung Nongkrong santunan
bubur Menunggu (menyapa/
pembeli permisi/
3 Ruang Tempat punten
duduk nongkrong jika ada
keramik Merokok orang naik
Menyuapi anak motor/
Tempat istirahat jalan
Pedagang melewati)
keliling
4 Badan Tempat jual beli
jalan Pedagang
keliling
Bermain anak
Parkir motor Gambar 4. Aktivitas di Area Halaman Rumah Kos
5 Depan Mencari udara
rumah segar
warga
Tabel 4. Rangkaian Konseptual Ruang di Area Pelaku aktivitas pada area warung kelontong ini
Halaman Rumah Kos bermacam-macam, yaitu anak-anak, remaja,
pemuda, dewasa hingga lansia. Lansia
Represen- Represen- memanfaatkan ruang duduk yang ada sambil
No Spatial Practice tations of tational berjemur di pagi hari karena pada area ini ruang
space Space
terbukanya cukup luas sehingga sinar matahari
1 Halaman Nongkrong Naungan Naungan
rumah mahasiswa kos Meja halaman cukup mengenai badan. Ibu-ibu juga
kos Ngopi Sofa rumah kos memanfaatkan area ini untuk berinteraksi sambil
(dengan Alternatif Kursi simbol mengasuh atau menyuapi anak mereka. Karena
naungan) tempat rapat/ panjang tempat yang letaknya dekat dengan warung makanan, maka
nongkrong Tikar teduh untuk
bapak-bapak & berkumpul
terjadilah interaksi sosial sehingga diwadahi
pemuda (faktor dengan adanya ruang-ruang duduk ini. Selain itu,
setempat cuaca) area ini adalah area berkumpul untuk acara-acara
Alternatif tahunan juga seperti acara festival dan lomba 17
tempat liwetan
Agustus. Ruang-ruang duduk yang ada juga
(acara
kebersamaan) menjadi representational space ruang interaksi
Parkir motor mulai dari anak-anak hingga lansia.
2 Warung Membeli
pop ice makanan/
minuman
3 Teras Alternatif
rumah tempat liwetan
kos (acara
kebersamaan)
Represen- Represen-
No Spatial Practice tations of tational
space Space
1 Teras Tempat Ruang Teras
rumah nongkrong/ duduk dari bersama
warga duduk ibu-ibu semen sebagai
2 Warung Tempat jual- finishing simbol
juice beli keramik ruang
3 Badan Tempat berkumpul
jalan nongkrong santai Gambar 10. Aktivitas pada Area Ruang jemur dan duduk
sambil berdiri bersama
4 Area Mencari udara
depan segar
rumah
Tabel 7. Rangkaian Konseptual Ruang di Area
warga Ruang Jemur dan Duduk Bersama
sekitar
Represen- Represen-
5. Area ruang jemur dan duduk bersama No Spatial Practice tations of tational
space Space
Area ini berupa ruang terbuka yang fungsinya 1 Ruang Menjemur Ruang Ruang
sebagai ruang jemur, namun dapat dipakai untuk jemur dan pakaian jemur jemur dan
ruang duduk-duduk. Atribut spatial practice duduk Tempat lantai duduk
dalam area ini adalah ruang jemur dan duduk bersama nongkrong/ semen bersama
duduk sebagai
bersama, gerobak penjual mi-baso keliling yang Menyuapi/ Gerobak simbol
berjualan setiap sore, warung kelontong, badan mengasuh anak mi-baso ruang
jalan dan depan rumah warga sekitar. Menunggu mi- interaksi
baso dimasak sosial
Pedagang ini menjadi pemicu keberlangsungan Makan mi-baso warga
2 Pedagang Jual-beli sambil
interaksi sosial karena mampu mendatangkan mi baso memesan
masyarakat untuk datang dan berkumpul. Selain 3 Warung Jual-beli dan
kegiatan jual beli area ini juga digunakan kelontong makan mi-
sebagai tempat menyuapi anak dan tempat 4 Badan Tempat bermain baso
bermain. Ruang jemur dan duduk berserta jalan anak (sepedaan)
5 Depan Mencari udara
gerobak mi-baso menjadi representational of rumah segar
space yang memberikan konsep representational warga
space bagi warga bahwa area ini adalah ruang sekitar
interaksi sambil memesan atau makan mi-baso.
1
2
2
3
Warung Makan
Warung Kelontong
KESIMPULAN
Dalam kajian ini, representasi ruang interaksi bagi
Studi place-making dalam penelitian ini warga Kampung Tubagus Ismail Bawah adalah
menggunakan pendekatan social-constructivism. ruang duduk di area warung bubur, halaman rumah
Interaksi sosial yang menjadi kebutuhan masyarakat kos, ruang duduk di area warung kelontong, teras
memerlukan wadah yang dapat menunjang kualitas bersama dan ruang jemur-duduk bersama. Kelima
interaksi. Dalam kasus ini masyarakat melakukan area ini masing-masing merepresentasikan konsep
konstruksi ruang interaksi yang lahir dari tata krama, ruang teduh untuk berkumpul, area
representasi aktivitas sosial di kampung mereka. bermain anak, ruang berkumpul santai dan ruang
Ruang-ruang interaksi yang menjadi kebutuhan interaksi sambil memesan atau membeli makanan
masyarakat kampung kota dapat dipenuhi dengan dari penjual keliling. Tiang listrik yang terdapat di
baik melalui kemampuan warga dalam mengkonsep area warung kelontong dimanfaatkan dengan baik
suatu ruang. Gagasan yang sederhana tentang ruang sebagai alat kentongan untuk mengundang warga
interaksi dapat menjadi satu gerakan besar untuk berkumpul dan jalan yang bergambar permainan
mendapatkan kualitas interaksi yang mereka sunda manda setiap sore menjadi area bermain
inginkan dalam keterbatasan lahan. anak-anak kampung.
Hadirnya ruang-ruang interaksi kampung kota ini Fringe in the Making of Place-based
adalah hal yang perlu menjadi perhatian bagi Community. GeoJournal (2012) 77:265–
planner, arsitek ataupun pemangku kebijakan dalam 278
pembangunan kota. Ruang interaksi sebagaimana [6] Putera, Y A. 2014. Ambiguitas Ruang Kampung
telah direpresentasikan oleh masyarakat di Pluis dalam Perspektif Privat-Publik.
lapangan, dapat menjadi konsep dalam membangun Bandung: E-Journal Graduete Unpar
atau menata kawasan kampung kota. Dengan Vol.1 No.2 2014, Universitas Kristen
memperhatikan keberadaan ruang interaksi, maka Parahyangan.
budaya kekerabatan yang erat antar warga akan [7] Sudrajat, I. 2012. Conceptualizing a Framework
lebih terjaga. for Research on Place in Indonesia.
Proceedings International Seminar on
Di dalam sebuah ruang tercakup banyak unsur dan Place Making and Identity: Rethinking
elemen yang membentuknya, arsitektur dan desain Urban Approaches to Built Environment
hanya menjadi salah satu bagian yang (PlacId), Department of Architecture,
menyusunnya. Elemen lain ialah komunitas. Untuk Universitas Pembangunan Jaya,
mewujudkan place-making yang ideal diperlukan September 2012.
semangat gotong royong dari masyarakat. Melalui [8] T. Cresswell. Place. 2009. Royal Holloway,
place-making, pergerakan komunitas masyarakat University of London, Egham, UK.
menuju kota, dan kota menuju negara memung- [9] Tuan, Y.F. 1977. Space and Place: The
kinkan mereka dapat mendefiniskan kembali seperti Perspective of Experience. Minneapolis,
apa masa depan mereka. Tujuannya ialah MN: University of Minnesota Press.
membangun fondasi kehidupan dan komunitas [10] Produksi Ruang dan Revolusi Kaum Urban
masyarakat yang ada menjadi lebih inklusif. Menurut Henri Lefebvre. 2016.
(http://indoprogress.com/2016/01/produ
DAFTAR PUSTAKA ksi-ruang-dan-revolusi-kaum-urban-
menurut-henri-lefebvre/), diakses 5
[1] Ekomadyo, AS, Prasetyo, FA & Yuliar, S. 2016. Desember 2016.
Place Construction and Urban Social
Transformation: An Actor Network
Theory Analysis For Creative-Kampung
Phenomena In Bandung. HABITechno
International Seminar: Innovation
Housing and Settlement Technology.
ITB. Bandung – Indonesia.
[2] Hickman, Paul. "Third places" and Social
interaction in deprived neighbourhoods
in Great Britain. 2013. Journal of
Housing and the Built Environment
28.2: 221-236.
[3] Kusyala, Dibya. 2008. Prinsip Pengembangan
Kampung Kota berdasarkan Pola
Berhuni Warga. Master Theses
Architecture ITB
[4] Lefebvre, Henri, and Donald Nicholson-Smith.
1991. The Production of Space. Vol. 30.
Blackwell Oxford.
[5] Mahon, M, Fahy, F & Cinne’ide. 2012. The
Significance of Quality of Life and
Sustainability at The Urban–Rural