Anda di halaman 1dari 6

TEMU ILMIAH IPLBI 2016

Keberadaan Warung Kopi sebagai Ruang Publik di Kota


Makassar
Haryanto(1), Ria Wikantari(1), Afifah Harisah(1), Viktor Sampebulu(2)
(1)
Laboratorium Perancangan, Teori dan Sejarah Arsitektur, Prodi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin.
(2)
Laboratorium Material Bangunan, Struktur dan Konstruksi, Prodi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin.

Abstrak

Ruang publik yang baik adalah tempat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk ber-
interaksi, perkembangan warung kopi di kota Makassar saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi
masyarakat. Dalam melakukan berbagai aktivitas, masyarakat kota kerap sekali dihadapkan dengan
kegiatan minum kopi. keberadaan warung kopi sebagai ruang publik semakin kuat dengan mening-
katnya jumlah warung kopi. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi warung kopi dengan melihat
sejauh mana keberadaannya menjadi ruang publik, pengamatan lapangan yang dilakukan warung
kopi bersifat tradisional maupun modern. Penelitian ini adalah kualitatif mengunakan metode pe-
ngumpulan data, observasi dan dokumentasi, metode analisis datanya mengunakan deskriptif
fenomenologis. Temuan warung kopi di kota Makassar berjumlah 546 dengan empat klasifikasi ter-
bagi empat zona, ditemukan berbagai komunitas penikmat warung kopi, warung kopi juga berfungsi
sebagai gaya hidup, pusat informasi, pekerjaan, wacana kritis dan mempunyai daya tarik lingkungan
sekitar kemunculan berbagai warung kopi yang ada di kota Makassar.

Kata-kunci : komunitas, kota makassar, ruang publik, warung kopi

2013 tercatat 1.408.072 jiwa. Terdiri dari


Pengantar 695.955 laki-laki dan 712.117 jiwa perempuan.

Budaya minum kopi di Indonesia sudah ber-


kembang sejak lama, sejak pertama kali Sistem
Tanam Paksa oleh pemerintah Belanda, mulanya
minum kopi merupakan kebiasaan yang di-
lakukan oleh pemerintah Belanda, seiring per-
kembangannya masyarakat Indoenesia pun mu-
lai gemar meminum kopi. Pada awalnya minum
kopi biasanya hanya dilakukan oleh orang de-
Gambar 1. Peta Kota Makassar
wasa hingga usia lanjut dan didominisai oleh
pria tetapi dengan perkembangan zaman me- Masyarakat kota Makassar tidak lagi meng-
minum kopi tidak didominasi lagi orang-orang anggap warung kopi tersebut sebagai tempat
dewasa, tetapi juga anak muda baik yang ber- minum kopi seperti biasanya tetapi mereka telah
jenis kelamin pria atau wanita. mengalihkan fungsi warung kopi tersebut, se-
bagai tempat mereka berdiskusi secara terbuka,
Kota Makassar secara geografis terletak pada
bertukar fikiran, membahas tentang berbagai
koordinat 119o 24I 17,38II Bujur Timur dan
macam permasalahan dan persoalan yang ada
lintang 5o 8I 6,19II Lintang Selatan, luas wilayah
disekitarnya, bahkan berbagai masalah politik
kota Makassar adalah 175,77 KM2 yang meliputu
pun mereka bahas diwarung kopi tersebut, serta
14 kecamatan, Penduduk Kota Makassar tahun
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 053
Keberadaan Warung Kopi sebagai Ruang Publik di Kota Makassar

menyinggung beberapa hal yang berkaitan de- 2. Orang-orang privat yang berkumpul sebagai
ngan anak muda dan perilakunya. Dari warung suatu publik untuk mengartikulasikan kepen-
kopi tersebut mereka bisa mengamati masalah- tingan masyarakat kepada negara
masalah yang terjadi disekitarnya. 3. Ruang publik merupakan ruang dimana
orang orang privat berkumpul sebagai publik
Warung kopi pada akhirnya menjadi ruang pu- 4. Orang-orang privat yang menggunakan
blik multifungsi. Dalam setiap prosesnya ruang rasionya secara publik
publik membutuhkan pelaku sebagai alat men- 5. Ruang publik ialah ruang yang memediasi
jalankan ruang publik tersebut. Warung kopi masyarakat dan negara, dimana publik meng
membutuhkan pelaku atau orang orang yang organisasikan diri mereka secara mandiri se-
berada di Warung tersebut hingga terbentuk su- bagai pengusung opini publik.
atu ruang publik. Pelaku tersebut adalah ma-
syarakat Menurut Darmawan (2006), berdasarkan sifat-
nya terdapat 3 (tiga) kualitas utama sebuah
Kajian Pustaka
ruang publik, yaitu:
1. Tanggap (Responsive), berarti bahwa ruang
Warung kopi erat hubungannya dengan ruang
publik, Fungsi warung kopi tersebut yang me- tersebut dirancang dan dikelola dengan
mungkinkannya menjadi ruang yang dapat di- mempertimbangkan kepentingan para peng-
nikmati, ditempati oleh siapa saja. Fungsi ter- gunanya.
sebut menghadirkan warung kopi menjadi ruang 2. Demokratis (Democratic), berarti bahwa hak
yang bebas bagi setiap orang. para pengguna ruang publik tersebut ter-
lindungi, pengguna ruang publik bebas ber-
Hebermas (1989) Ruang Publik memiliki peran ekspresi dalam ruang tersebut, namun tetap
yang cukup berarti dalam proses berdemokrasi, memiliki batasan tertentu karena dalam
tempat para aktor-aktor masyarakat warga mem penggunaan ruang bersama perlu ada tole-
bangun ruang public :Pluralitas (keluaraga, ke- ransi diantara para pengguna ruang. dan
lompok informal, organisasi-organisasi sukarela), 3. Bermakna (Meaningful), berarti mencakup
Publisitas (media massa, institusi kultural), Ke- adanya ikatan emosional antara ruang ter-
privatan (wilayah perkembangan individu dan sebut dengan kehidupan para penggunanya
moral), Legalitas ( struktur hukum umum dan
hak-hak dasar.)
Zhang dan Lawson (2009) mempergunakan tiga
Carmona (2010), menyebutkan bahwa dalam klasifikasi aktivitas pada ruang publik, antara
menentukan relativitas ‘ke-publik-an’ suatu ru- lain :
ang, maka harus memenuhi tiga unsur yakni 1. Aktivitas proses. Aktivitas ini dilakukan se-
kepemilikan fungsi, akses, dan kegunaan. Dalam bagai peralihan dari dua atau lebih aktivitas
hal ini ini, warung kopi memiliki kepemilikan utama. Bentuk dari aktivitas ini biasanya per-
fungsi yang netral, dapat diakses oleh publik gerakan dari suatu tempat (misalnya rumah)
dan digunakan secara bersama-sama oleh selu- ke kios (aktivitas konsumsi).
ruh lapisan masyarakat, sehingga warung kopi 2. Kontak fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam
kian menjelma sebagai ruang vital bagi kehi- bentuk interaksi antara dua orang atau lebih
dupan publik. yang secara langsung melakukan komunikasi
atau aktivitas sosial lainnya.
Habermas (1989) merumuskan ruang publik da- 3. Aktivitas transisi. Aktivitas ini dilakukan tanpa
lam beberapa formulasi. Setidaknya ada 5 va-
tujuan yang spesifik yang biasanya dilakukan
riasi:
seorang diri, seperti duduk mengamati pe-
1. Suatu aktivitas dalam kehidupan sosial di-
mandangan dan lain sebagainya.
mana semacam opini publik dibentuk

E 054 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016


Haryanto
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan aktivitas dengan mempergunakan metode dan analisa
sosial pada ruang publik, Mehta (2007) mem- yang dipergunakan, masalah adalah suatu ke-
pergunakan beberapa variabel yang diper- adaan yang bersumber dari hubungan antara
gunakan untuk mengukur dan menyusun “Good dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi
Public Space Index”, antara lain : yang menimbulkan tanda-tanya dan dengan
1. Intensitas penggunaan, yang diukur dari sendirinya memerlukan upaya untuk mencari se-
jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas suatu jawaban (cuba dan lincoln 2011).
statis dan dinamis pada ruang luar.
2. Intensitas aktivitas sosial, yang diukur ber- Metode Pengumpulan Data
dasarkan jumlah orang dalam setiap kelom-
Penelitian dilihat dari setting-nya, data dikum-
pok yang terlibat dalam aktivitas statis dan
pulkan pada setting alamiah di warung kopi bila
dinamis pada ruang luar.
dilihat sumber datanya, selanjutnya teknik peng-
3. Durasi aktivitas, yang diukur berdasarkan
umpulan data dalam penelitian ini adalah Me-
berapa lama waktu yang dipergunakan o-
tode kepustakaan, Metode wawancara (bila per-
rang untuk beraktivitas pada ruang luar.
lu), Metode Observasi, Metode perangkat ins-
4. Variasi penggunaan, yang diukur ber-
trumen.
dasarkan keberagaman atau jumlah tipologi
aktivitas yang dilaksanakan pada ruang luar.
1). Metode Kepustakaan
5. Keberagaman penggunaan, yang diukur
berdasarkan variasi pengguna berdasarkan Metode dengan cara meneliti dan mem-
usia, jenis kelamin dan lain sebagainya. pelajari bahan-bahan kepustakaan yang ada
hubungannya dengan tema dan materi pe-
Fenomena warung kopi sebagai fenomena kul- nelitian. Dengan metode ini pengalaman dan
tural yang hidup di masyarakat telah menjadi pengetahuan peneliti diperkaya untuk se-
sarana publik untuk berinteraksi dan berdiskusi lanjutnya melakukan penelitian lapangan,
serta terus berkembang telah menjadi tempat dengan metode kepustakaan ini dapat di-
berkumpulnya masyarakat dalam melakukan ru- ketahui sejauh mana materi-materi yang
tinitas kesehariannya dengan latar belakang akan diteliti dan diungkapkan melalui pu-
pengguna yang beragam. blikasi dokumen yang ada, dengan demikian
duplikasi penelitian dapat dihindarkan.
Anggapan keberadaan warung kopi sebagai ru-
ang publik semakin kuat sejalan dengan se- 2). Metode Observasi
makin meningkatnya jumlah warung kopi di
Kota Makassar. Berdasarkan rumusan masalah Metode yang dilakukan melalui pengamatan
tersebut, penelitian mengenai keberadaan wa- langsung terhadap obyek-obyek tertentu di
rung kopi sebagai ruang publik di Kota Makassar lokasi penelitian dengan cara ini peneliti
dirasa perlu untuk dilakukan sehingga memun- mampu mendalangi dan mengamati secara
culkan sebuah pertanyaan penelitian, sejauh langsung hal-hal yang menjadi objek sasaran
mana keberadaan warung kopi di Kota Makassar peneliti.
dalam merepresentasikan pemanfaatannya se-
bagai ruang publik? 3). Metode Perangkat Instrumen

Metode Metode yang dilakukan untuk memudahkan


pengumpulan data, berupa alat perekam,
Pada penelitian ini tentang tema keberadaan kamera, alat perlengkapan gambar dan pa-
warung kopi sebagai ruang publik bersifat pan sketsa, perangkat iinstrumen ini di-
penelitian kualitatif, bentuk penelitian ter- gunakan pada saat observasi langsung di
gantung dari beberapa permasalahan seperti lokasi obyek penelitian.
apa permasalahan yang ingin dipecahkan
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 055
Keberadaan Warung Kopi sebagai Ruang Publik di Kota Makassar

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui pengamatan ter-


hadap foto foto aktifitas warung kopi. Dari foto
foto yang ada dilakukan pengamatan yang lebih
mendalam untuk mendapatkan aktifitas yang di-
lakukan di ruang terbuka tersebut.

Temuan dan Pembahasan


Gambar 3. Bangunan Warung Kopi Klasifikasi B
1). Warung Kopi di kota Makassar
Untuk bangunan warung kopi dengan klasifikasi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
C adalah warung kopi yang mempunyai wadah
bahwa ditemukan klasifikasi jenis warung
atau tempat semacam ruko atau rumah dengan
kopi yang ada di kota Makassar, disini pe-
fasilitas pelayanan seadanya, sarana yang ku-
neliti mengklasifikasi warung kopi menjadi 4
rang, makanan dan minuman yang ditawarkan
jenis yaitu klasifikasi A adalah warung kopi
apa adanya, jenis kopi disini tertentu atau
dengan dilengkapi fasilitas dan prasarana
mempunyai kekhasan tersendiri dari segi racikan.
serta pelayanan yang baik, fasilitas disini
seperti kelengkapan meja kursi dan suasana
ruang yang nyaman, prasarana ruangan lain
seperti tempat meeting, nonton bareng, talk-
show dan lain sebagainya, pelayanan yang
baik adalah jenis makanan dan minuman
disajikan selain minuman kopi itu sendiri.

Gambar 4. Bangunan Warung Kopi klasifikasi C

Sedangkan untuk warung kopi klasifikasi D


adalah warung kopi yang kelihatan semi per-
manen atau darurat dari segi fasade, fasilitas
dan prasarana yang tidak ada dan biasanya
jenis minuman yang ditawrkan hanya sejenis
atau tertentu saja.
Gambar 2. Bangunan Warung kopi klasifikasi A

Untuk warung kopi yang klasifikasi B adalah


warung kopi dengan bangunan ruko akan
tetapi prasarana tidak dilengkapi seperti pa-
da warung kopi klasifikasi A, klasifikasi B ini
dilengkapi fasilitas dan pelayanan yang baik,
fasilitas disini seperti kelengkapan meja kursi
dan suasana ruang yang nyaman, pelayanan
yang baik adalah jenis makanan dan mi-
Gambar 5. Bangunan warung kopi klasifikasi D
numan disajikan selain minuman kopi itu
sendiri. Keberadaan warung kopi di Makassar setelah
mengadakan observasi lapangan di temukan,
dapat dilihat pada table dibawah ini.

E 056 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016


Haryanto
Tabel 1. Jumlah Warung Kopi di Kota Makassar Bandara, terminal angkutan darat, tempat
pelelangan ikan, pasar tradisional, pusat bisnis,
Klasifikasi Jumlah
Zona
kawasan pergudangan, permukiman padat, per-
A B C D kantoran, rumah sakit, dan tempat umum ke-
Selatan 4 13 53 15 85 beradaan tersebut diatas memunculkan warung-
Utara 1 3 47 21 72 warung kopi
Barat 22 25 58 29 134
Timur 9 43 179 24 255
Total 36 84 337 89 546
Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka kesimpulan pe-


Zona
nelitian ini sebagai berikut :
Selatan
1). Terdapat banyak warung kopi di Kota Ma-
Zona
Zona kassar yang menjadi tempat-tempat yang ra-
Barat
Utara mai dikunjungi oleh masyarakat dengan ber-
bagai klasifikasi warung kopi itu sendiri.
Zona
Timur
2). Warung Kopi juga di manfaatkan oleh ber-
Gambar 6. Peta Zona warung kopi di Makassar bagai komunitas – komunitas yang ada di
Kota Makassar sebagai tempat kumpul un-
2). Warung Kopi sebagai komunitas tuk melakukan aktfitas kegiatannya.

Keberadaan warung kopi juga disebabkan 3). Keberadaan warung kopi di Kota Makassar di
adanya berbagai komunitas yang ada di- pengaruhi oleh potensi lingkungan sekitar-
masyarakat seperti komunitas motor besar, nya sehingga memunculkan warung kopi itu
komunitas mobil, komunitas mahasiswa, ko- sendiri.
munitas kontraktor dan konsultan project,
komunitas pengemar/pecinta binatang bu- Daftar Pustaka
rung, komunitas batu permata, komunitas
Ahmadi, (2014). Metodeologi Penelitian Kualitatif,
supporter fanatic bola, komunitas pecinta Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
music, komunitas perbakin, komunitas rela- Basrowi dan Suwandi, (2008). Memahami Kualitatif,
wan politik, komunitas organisasi kema- Jakarta: PT Rhineka Cipta.
syarakatan, komunitas jurnalis, komunitas Carmona, et al. (2008). Public space: the
suku Chinese dan lain sebagainya. Management dimension. Routledge, Taylor & Francis
group. New York, USA
Darmawan, Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, Undip
Semarang.
Denzin and Lincoln, (2009). Handbook of
Qualitative Research (terjemahan), Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Goode, (2005). Habermas: Democracy and the
public sphere (Modern European Thinkers), London:
Pluto Press.
Habermas, (1989). The structural transformation
of public sphere, London: Polity Press.
Gambar 7. Warung kopi sebagai komunitas Mobil
Hardiman, (2015). Ruang Publik melacak Partisipasi
demokratis dari Polis sampai Cyberspace, Sleman
3). Potensi daya tarik lingkungan sekitar warung
Yogyakarta: Pustaka Ilmu Kanisius.
Kopi mempunyai ciri tersendiri, keberagaman
Mehta. (2007). A toolkit for performance
warung kopi yang ada di kota Makassar karena measures of public space. 43rd ISOCARP Congress
potensi disekelilingnya seperti adanya stadium 2007
olahraga, sekolah tinggi/universitas, pelabuhan,

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 057


Keberadaan Warung Kopi sebagai Ruang Publik di Kota Makassar

Patton, (2009). how to use Qualitative Methods


in Evaluation (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Praheri, (2012). Kegiatan Kopi Semawis Pada
Ruang Publik Di Kawasan Pecinan Semarang, Teknik
Perencanaan Wilayah Dan Kota UNDIP, Semarang.
Zhang and Lawson. (2009). Meeting And
Greeting: Activities In Public Outdoor Spaces Outside
Highdensity Urban Residential Communities. Urban
Design International, 14(4), 207-214.

E 058 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Anda mungkin juga menyukai