Anda di halaman 1dari 6

KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA

BAJENG & BAJENG BARAT


JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

Term Of Reference
Public Sphere : Sentralisasi atau desentralisasi?

• Defenisi Public Sphere


Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas masyarakat, baik
secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung
pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam Hakim,1987). Menurut Carr dkk (1992), tipologi
ruang publik penekanan kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya. Carr dkk
membagi tipologi ruang publik diantaranya adalah: Jalan, taman bermain, jalur hijau,
perbelanjaan dalam ruang, ruang spontan dalam lingkungan hunian, ruang terbuka komunitas,
square dan plaza, pasar, tepi air. Carr dalam Carmona, et al (2003) mengemukakan adanya
keterlibatan pasif (passive engagement) dan aktif (active engagement) dalam pemanfaatan
ruang publik. Kedua bentuk pengalaman ini terjadi sebagai akibat adanya proses interaksi
tersebut, dimana pengguna ruang publik dapat melakukan interaksi dengan cara yang berbeda.
Ruang sebagai wadah harus mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi terpenuhinya
syarat interaksi, yaitu memberi peluang bagi terjadinya kontak dan komunikasi sosial. Interaksi
sosial dapat terjadi dalam bentuk aktivitas yang pasif seperti sekedar duduk menikmati suasana
atau mengamati situasi dan dapat pula terjadi secara aktif dengan berbincang bersama orang lain
membicarakan suatu topik atau bahkan melakukan kegiatan bersama. Sedangkan menurut Roger
Scurton (1984) setiap ruang publik memiliki makna sebagai berikut: sebuah lokasi yang didesain
seminimal apapun, memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya
masyarakat/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik satu sama
lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat. Ruang Publik Secara Ideal Menurut Carr,
ruang publik harus memiliki tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam
arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan
luas yang memiliki fungsi lingkungan hidup. Artinya ruang publik dapat digunakan oleh
masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta akses bagi
berbagai kondisi fisik manusia. Memiliki arti ruang publik harus memiliki tautan antara manusia,
KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA
BAJENG & BAJENG BARAT
JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial. Dengan kata lain, ada sistem pemaknaan dalam
ruang publik.
Lebih Jauh Jürgen Habermas menjelaskan konsep ‘ruang publik’ sebagai ruang yang
mandiri dan terpisah dari negara (state) dan pasar (market). Ruang publik memastikan bahwa
setiap warga negara memilik akses untuk menjadi pengusung opini publik. Opini publik ini
berperan untuk memengaruhi, termasuk secara informal, perilaku-perilaku yang ada dalam
‘ruang’ negara dan pasar.

• Konsepsi Atas Ruang


HENRI LEFEBVRE, seorang sosiolog Marxis Prancis, menganjurkan bahwa sesungguhnya tidak
ada ruang yang sepenuhnya “ideal” karena ruang itu sendiri secara spasial dalam masyarakat
kapitalis modern merupakan arena pertarungan yang tidak akan pernah selesai diperebutkan.
Semua pihak yang berkepentingan akan terus berusaha mencari cara untuk mendominasi
pemakaian atau pemanfaatan atas suatu ruang dan mereproduksi segala pengetahuan untuk
mempertahankan hegemoni mereka atas pemanfaatan ruang tersebut. Dengan kata lain, ruang
bersama (common space) akan selalu menyesuaikan kepentingan kapital dalam rangka menjamin
relasi atau hubungan produksi dan reproduksi yang bersifat kapitalistik. Dalam pengertian ini
pulalah produksi ruang secara spasial akan mempengaruhi mentalitas para penghuninya
sehingga menciptakan apa yang disebut oleh Henri Lefebvre sebagai produksi ruang sosial, yakni
relasi produksi antara ruang secara spasial dengan masyarakat. Oleh karena itu, Lefebvre
menganjurkan supaya kita memahami ruang dalam kaitannya dengan sejarah dan konteks secara
spesifik.

Dalam pengertian ini, produksi ruang (baik secara spasial maupun secara sosial) erat kaitannya
dengan perkembangan “mode of production” suatu masyarakat modern, di mana produksi
pengetahuan mengenai ruang merupakan refleksi atas relasi keduanya. Konstruksi atas ruang
merupakan hal yang bersifat esensial dalam perkembangan kapitalisme. Untuk memahami logika
ini, saya mengutip dari Lefebvre sebagai berikut:
KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA
BAJENG & BAJENG BARAT
JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

“Space is real in the same sense that commodities are real since (social) space is a (social)
product” (Lefebvre 2000:26).
Jadi, “space” (ruang) mewujudkan kehendak untuk “memamerkan diri” (a desire of self
exhibition) karena baik ruang maupun komoditas harus digunakan (dipakai) sehingga (baik ruang
maupun komoditas) memiliki nilai. Dengan kata lain, kapitalisme modern telah menjadikan ruang
sebagai “locus of production” sekaligus cara untuk mengartikulasikan komoditas yang akan terus
berkembang. Dalam pengertian ini, urbanisasi dengan sendirinya didefinisikan melalui cara-cara
bagaimana kapitalisme berproduksi di ruang yang merupakan arena produksi komoditas yang
dipertarungkan (dikompetisikan) oleh berbagai kepentingan.

Sebagai dampaknya, hegemoni pengetahuan terus direproduksi untuk mempertahankan konsep


ruang sebagai suatu hasrat untuk memamerkan diri. Konsekuensinya adalah pengetahuan
mengenai kota (the science of the city) mengukuhkan konsep kota hanya sebagai “objek” melalui
ideologi yang bersandar pada netralitas ilmu pengetahuan dan mengabaikan konteks sejarah
sosial perkembangan masyarakat yang menghidupkan ruang itu. Oleh karena itulah, Lefebvre
menggarisbawahi pentingnya mengartikulasikan “produksi ruang sosial” sebagai basis ideologis
dalam arena reproduksi pengetahuan mengenai kota.

Lefebvre (1991) lantas mengajukan konsep triadik atas produksi ruang, yaitu :
1. Praktek spasial: konsep ini menunjuk dimensi material dari kegiatan sosial dan
interaksinya. Klasifikiasi spasial menekankan aspek aktivitas yang simultan. Secara
konkret, praktik spasial merupakan jaringan interaksi dan komunikasi yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari (misalnya, koneksi sehari-hari antara tempat kerja dan hunian)
atau dalam proses produksi (produksi dan hubungan pertukaran).
2. Representasi ruang: representasi ruang ini memberikan gambaran atau konseptualisasi
sehingga sesuatu didefinisikan sebagai ruang. Representasi ruang muncul pada tingkat
wacana, dia muncul dalam bentuk-bentuk yang diucapkan seperti deskripsi, definisi, dan
terutama teori ruang. Lefebvre memberi contoh representasi ruang ini bisa dilihat pada
peta, gambar rencana ruang, informasi dan notasi dalam gambar ruang. Ilmu khusus yang
KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA
BAJENG & BAJENG BARAT
JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

berkaitan dengan representasi ruang ini adalah arsitektur, desain interior, perencanaan
wilayah, dan juga ilmu-ilmu sosial (dalam hal khususnya geografi).
3. Ruang representasi: dimensi ketiga dari produksi ruang merupakan kebalikan dari
"representasi ruang." Ruang representasi menyangkut dimensi simbolik ruang. Ruang
representasi tidak mengacu pada ruang itu sendiri tetapi pada sesuatu yang lain:
kekuatan adi kodrati, pikiran, negara, prinsip maskulin atau feminin, dan sebagainya.
Dimensi produksi ruang ini mengacu pada proses pemaknaan yang menghubungkan
dirinya dengan simbol. Simbol ruang bisa diambil dari alam, seperti pohon atau formasi
topografi yang menonjol; atau bisa pula artefak, bangunan, dan monumen; mereka juga
bisa mengembangkan dari kombinasi keduanya, misalnya sebuah "lanskap."
Selanjutnya Lefebvre (1991) memandang ketiga konsep produksi ruang diatas menjadi tiga
pengalaman :
1. Perceived space: ruang memiliki aspek perseptif yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Aspek ini merupakan komponen integral dari setiap praktik sosial, terdiri dari segala
sesuatu yang bisa dicerap oleh panca indera; tidak hanya dilihat tapi didengar, dicium,
disentuh, dan dirasa. Aspek ini berkaitan dengan materialitas "elemen" yang pada
akhirnya menyusun sebuah "ruang”.
2. Conceived space: ruang tidak dapat dipersepsi tanpa memahaminya terlebih dahulu di
dalam pikiran. Merangkai berbagai elemen untuk membentuk suatu “kesatuan yang
utuh” yang kemudian disebut sebagai “ruang” merupakan tindakan pikiran dalam
memproduksi pengetahuan.
3. Lived space: dimensi ketiga dari produksi ruang adalah pengalaman hidup di dalam ruang.
Dimensi ini menunjukkan dunia seperti yang dialami oleh manusia dalam praktek
kehidupan sehari-hari mereka. Pada titik ini Lefebvre sangat tegas: bahwa realitas hidup,
pengalaman praktis, tidak akan selesai melalui analisis teoritis. Akan selalu terdapat
surplus, sisa, atau residu berharga yang tak terjelaskan atau teranalisis, yang terkadang
hanya dapat dinyatakan melalui cara-cara artistik.
KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA
BAJENG & BAJENG BARAT
JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

Elden (2007) memberi gambaran atas teori produksi ruang Levebfre, bahwa konstruksi, atau
produksi ruang merupakan peleburan ranah konseptual dan disaat yang sama adalah kegiatan
material. Elden memberi contoh “biara”, dimana ruangannya secara gestur berhasil mengikat
jiwa manusia-ruang kontemplasi dan abstraksi teologis, disaat yang sama perwujudtannya secara
fisik mampu mengekspresikan dirinya sendiri secara simbolis sebagai bagian dari praktik
keagamaan.

• Public Sphere Di bajeng-Bajeng Barat?


Dewasa ini bajeng dan bajeng barat memiliki banyak organisasi kepemudaan yang diantaranya
hampir memiliki tujuan yang sama yaitu kemaslahatan bersama. Namun organisasi terpecah-
pecah dan terisolir dalam program masing-masing. Nah, Diskusi ini ditujukan untuk bagaimana
kemudian membangun sebuah ruang publik yang dapat diakses untuk seluruh pemuda bajeng-
bajeng barat. Sehingga keberadaan ruang yang berbentuk material ini penting untuk kemudian
dihadirkan dalam menjawab kebutuhan kita bersama,yaitu Kemaslahatan. Karena dilihat dari
kondisi materialnya, tidak adanya ruang publik yang bisa diakses untuk seluruh pemuda bajeng
dan bajeng barat sehingga kecenderungan dalam melakukan sebuah aktifitas keorganisasian
kurang efektif karena terkadang peserta yang hadir dalam organisasi tersebut itu itu saja. Kita
buat sebuah pengandaian ketika ada sebuah ruang publik di bajeng dan bajeng barat, serta
sepenuhnya pengelolaannya di serahkan semua ke pemuda baik itu yang bersifat kelembagaan
maupun individu. Dari sini kita bisa berasumsi bahwa kajian, diskusi maupun kegiatan lainnya
yang dilaksanakan setiap organisasi kepemudaan di bajeng dan bajeng barat jauh lebih efektif
dikarenakan keberadaan ruang publik ini lebih familiar di telinga pemuda bajeng dan bajeng
barat serta kordinasi yang terjalin-pun akan lebih mudah. Lalu bagaimana kita bisa mencapai
‘kondisi yang memungkinkan’ keberadaan ruang publik? Kita coba untuk membuat dua
proposisi. Yang pertama proposisi teoretis, yaitu kita perlu membedakan antara Publik (dengan
‘P’ huruf besar) sebagai ‘tujuan’ (end) dan publik sebagai ‘alat’ (means). Artinya, kalau tujuan
kita adalah membuat ruang yang setiap orang dapat berpartisipasi secara deliberatif ikut serta
dalam membahas dan memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan tiap aspek kehidupan
KERUKUNAN PELAJAR MAHASISWA
BAJENG & BAJENG BARAT
JL. POROS LIMBUNG KEL. LIMBUNG, NO.TELP : 082190724112

politik, sosial dan budaya kita, kita perlu alat efektif untuk mencapainya. Untuk itu, Publik
sebagai tujuan dan publik sebagai alat harus selaras baik dalam hal kemandirian politik maupun
ekonomi. Proposisi kedua, lebih praktis, yaitu paling tidak ada dua syarat untuk mencapai ruang
publik yang secara organik kita bangun: basis ekonomi yang mandiri dan gerakan masyarakat
yang terorganisir. Mungkin banyak orang yang merasa alergi dengan istilah ‘organisasi’.
Organisasi tidak harus berarti organisasi hirarkis dengan komando dari atas ke bawah. Tapi yang
jelas kita tahu bahwa dengan organisasi terpecah-pecah dan terisolir dalam program masing-
masing seperti organisasi yang sekarang dijalani, kita tidak bisa mencapai sebuah gerakan sosial
untuk membangun Publik.

Anda mungkin juga menyukai