Anda di halaman 1dari 14

MODUL

FAKULTAS : TEKNIK
Disusun Oleh :
PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE MK : 52273411 Maulina Dian. P
KULIAH : TATAP MAYA

ARSITEKTUR BANGUNAN
0
REPRESENTASI ARSITEKTUR

Representasi dalam arsitektur digunakan untuk membantu arsitek mengomunikasikan


ide dalam karyanya melalui tanda-tanda kepada masyarakat luas. Semiotika merupakan
salah satu cara masyarakat memahami ide-ide tersebut.

Representasi adalah mekanisme tentang memberikan arti terhadap apa yang diberikan
pada benda yang sebelumnya telah digambarkan, definisi ini tentusaja lebih mengerucut
pada premis bahwa ada ketimpangan (gap) tentang representasi yang menjelaskan
perbedaan terhadap makna yang diberikan serta representasi dan arti benda yang
sebenarnya telah digambar.

Apakah semiotika itu? Mengutip Ferdinand de Saussure, Yasraf menyebut Semiotika


sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda dari bagian kehidupan sosial”. Di sini secara
implisit, kajian semiotika terkait dengan aturan-aturan main atau kode sosial (social code)
yang berlaku di masyarakat, sehingga suatu tanda bisa dipahami maknanya secara
kolektif. Sebagai sebuah ilmu, semiotika bisa digunakan untuk membaca tanda
(decoding) atau untuk menciptakan tanda (encoding).

Dalam dunia arsitektur, ada beberapa tingkatan tanda, yaitu denotasi dan konotasi.
Dalam tingkat denotatif, tanda mempunyai hubungan eksplisit dengan referensi atau
realitas. Sedangkan dalam tingkat konotatif, makna sebuah tanda terkait dengan
perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Sebuah pintu, misalnya,
makna denotatif adalah sebagai tanda untuk masuk ke bangunan atau ruang tertentu.
Namun pintu juga bisa punya makna konotatif, seperti pintu yang besar menandakan
keagungan sang pemilik bangunan.

Tantangan pemanfaatan semiotika dalam desain arsitektur adalah bagaimana sang


arsitek bisa mengeksplorasi kreativitas melalui penciptaan kode-kode baru yang bisa
dipahami oleh publik. Di sini, Yasraf menawarkan lima kode dari Roland Barthez untuk
mengeksplorasi kreativitas desain arsitektur, yaitu 1) kode hermeneutik, kode berupa

ARSITEKTUR BANGUNAN
1
teka-teki, 2) kode semantik, yang mengeksplorasi konotasi, 3) kode simbolik, kode yang
bersifat membongkar sesuatu/ antitesis, 4) kode proaretik, kode yang disampaikan
melalui sekuens, waktu, atau cerita, dan 5) kode kultural, yang merepresentasikan
pengetahuan dan kebijakan (ASE).

Bidang-bidang yang terlibat dalam semiotika cukup luas,mencakup dunia manusia,


binatang, dan benda-benda.Sebagian tanda dapat dipahami secara alami artinya
terdapat hubungan yang alami(natural) antara tanda dan artinya, seperti misalnya pada
teriakan orang yang kesakitan.Namun sebagian besar dari tanda-tanda yang
dimanfaatkan untuk komunikasi antar manusiaperlu dipelajari dan berdasarkan pada
konvensi, contoh yang paling jelas adalah penggunaansimbol.

Dalam perkembangan selanjutnya menurut Aart van Zoest (1978) muncul tiga
alirandalam semiotika yaitu :
1. Aliran Semiotika Komunikatif
Aliran ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang mempelajari tanda-tanda sebagai
bagiandari suatu proses komunikasi. Yang dianggap sebagai tanda adalah tanda
yang dipakaioleh pengirim dan diterima oleh penerima dengan arti yang sama
(kesamaan pengertian).Mengenai tanda itu sendiri, arti atau maknanya dapat
ditangkap secara denotatif dankonotatif. Yang dimaksud dengan denotatif adalah
arti/makna yang langsung dari suatutanda, yang telah disepakati bersama atau
sudah menjadi pengertian yang sama.Sedang konotatif adalah arti kedua atau
yang tersirat diluar arti pertama tadi.
2. Aliran Semiotika Konotatif
Aliran ini mempelajari arti/makna tanda-tanda yang konotatif. Semiotika konotatif
inibanyak diterapkan pada bidang kesusastraan dan arsitektur.
3. Aliran Semiotika Ekspansif
Aliran ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari semiotika
konotatif.Dalam semiotika ekspansif ini arti/makna tanda telah diambil alih
sepenuhnya olehpengertian yang diberikan. Aliran ini seolah-olah akan
mengambil alih peran filosofi

ARSITEKTUR BANGUNAN
2
Pemanfaatan semiotika dalam arsitektur merupakan upaya arsitek untuk mengajak
masyarakat awam memahami karyanya dengan cara berkomunikasi. Selain memiliki
denotatum primer (denotasi) yaitu fungsi, karya-karya arsitektur yang dianggap sebagai
tanda juga memiliki denotatum sekunder (konotasi) yaitu makna atau pesan yang
terkandung. Dalam semiotika arsitektur pesan yang terkadung (signified ) dalam obyek
terbentuk dari hubungan antara pemberi tanda (signifier ) dan fungsi nyata atau sifat
benda.Adanya pendalaman konsep semiotika dalam arsitektur mampu menghasilkan
arsitektur yang transformatif yang merangsang kreativitas arsitek agar bisa menciptakan
karya arsitektur kontemporer, tetapi sekaligus juga menimbulkan getar-getar budaya
(Cultural resonances ) yang menyiratkan kesinambungan dengan keadiluhungan warisan
masa silam. Melalui unsur komunikasi dalam Arsitektur arsitek menjadi lebih dekat
dengan konteks geografis dan budaya setempat sehingga masyarakat tidak merasa
asing dengan lingkungan binaannya sendiri.

Salah satu aplikasi gagasan yang dikomunikasikam adalah melalui konsep , yakni
gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan. Suatu konsep
harus mengandung kelayakan,menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok dan
memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari
setiap proyek.

A. KONSEP METAFORA

Metaphora (kiasan) mengidentifikasi hubungan antara benda dengan objek yang


dipandang. Perumpamaan adalah metaphora yang menggunakan kata-kata “seperti”
atau “bagaimana” untuk mengungkapkan suatu hubungan metaphora dan perumpamaan
mengidentifikasikan pola hubungan sejajar, Contoh bangunan yang menggunakan
konsep metafora adalah stasiun TGV,Lyon,Paris.

ARSITEKTUR BANGUNAN
3
Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya
arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan
kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava,
seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur,Santiago
Calatrava merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk
Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung.

Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Pintu masuk
yang menyambut pengunjung dibuat dengan beton bentuk “V” yang menghubungkan
dengan empat lengkungan dari bangunan yang terbentuk sebagai patung paruh
burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung

B. KONSEP ANALOGI

Merupakan konsep yang berdasarkan pada "kemiripan secara visual" dengan


sesuatu yang lain, bisa bangunan lain, hal-hal yang terdapat pada alam, maupun benda-
benda hasil buatan tangan maupun pemikiran manusia. Desain analogi memerlukan
penggunaan beberapa medium sebagai sebuah gambaran untuk menerjemahkan
keaslian kedalam bentuk-bentuk barunya. Dengan demikian suatu desain akan
mengalami transformasi analogical ketika desain tersebut memiiki kriteria penggambaran
tentang sesuatu hal. Hal ini dapat berupa benda, watak ataupun suatu kejadian. Salah

ARSITEKTUR BANGUNAN
4
satu contoh bangunan dari konsep Analogi adalah Monumen Perjuangan Rakyat (Jawa
Barat).

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat merupakan konsep analogi (analogi


transformasi) karena bangunan monumen ini memiliki unsur desain dari beberapa bambu
runcing, yang menggambarkan senjata yang digunakan pribumi tatkala melawan
penjajahan di Indonesia pada masanya.

C. KONSEP ESENSI
Merupakan konsep yang mengambil hakekat dari permasalahan atau hal yang mendasar
dan yang paling penting untuk desain tersebut. Konsep esensi juga tidak hanya
memperhatikan fungsi dari seluruh aktivitas dalam bangunan,tetapi dikembangkan
melalui pendekatan pragmatis. Contoh bangunan yang menerapkan konsep esensi
adalah Istana Versailles.

ARSITEKTUR BANGUNAN
5
Megahnya Arsitektur bangunan Istana Versailles ini tak luput dari hasil karya tangan
dingin French Baroque. Istana Versailles memiliki luas tanah sekitar 63.154 meter
persegi. Dengan memiliki bangunan sekitar 2.300 ruangan,1.000 ruangan yang saat ini
digunakan sebagai museum. Dan 100 hektar lainnya dijadikan kebun serta taman istana,
yang di desain oleh arsitek Le Notre. Istana Versailles merupakan bangunan dengan
penggunaan konsep Esensi karena hakekat dari bangunan dan kemegahan
bangunannya

D. KONSEP PRAGMATIK

Membuat bentuk sesuai fungsi dan kebutuhan, susunan ruang, tanpa memperhatikan
bentuk atau tampak. Konsep yang dikembangkan seputar persoalan-persoalan yang
diidentifikasi dari program suatu bangunan. Contoh dari konsep Pragmatik adalah Honai,
Papua,Indonesia.

ARSITEKTUR BANGUNAN
6
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat
dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela
yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya
dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk
membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Honai dibangun denga prinsip arsitektur
pada zamannya yang telah diperhitungkan, dari sisi kebutuhan yaitu keterbatasan iklim
tanpa memikirkan bentuk dan tampak dari bangunan.

E. KONSEP UTOPIA

Konsep berdasarkan cita-cita, khayalan/imajinasi, tidak biasa dipakai. Konsep ini


biasanya merupakan cita-cita tertinggi perancang. Guangzhou Opera House, yang
terletak di Guangzhou, Cina, merupakan bangunan besar dan indah. Gedung ini
dianggap salah satu teater terbesar di negara ini. Diresmikan pada Mei 2010, gedung
opera ini dirancang oleh arsitek Irak Zaha Hadid, perempuan pertama yang
memenangkan Pritzker Architecture Prize, butuh waktu sekitar lima tahun untuk
membangunnya. Ini adalah struktur terdiri dari granit dan rangka baja kaca.

ARSITEKTUR BANGUNAN
7
Bentuknya yang unik, dengan konsep dua buah lempeng batu kembar yang dihaluskan
oleh arus air, yang seolah-olah terdampar di tepi Sungai yang sengaja dirancang dengan
pendekatan terhadap fungsi urban dan menciptakan dialog baru dengan kota yang
sedang berkembang. Gedung Guangzhou Opera House ini merupakan gedung yang
menggunakan konsep Utopia, karena gedung ini telah dirancang melalui tahap-tahap
tansformasi desain dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan perancang melalui
imajinasi/khayalan perancang.

GUNA DAN CITRA


Teori Mangunwijaya (2009) mengenai aspek “Guna” dan “Citra” merujuk kepada aspek
ketrampilan/kemampuan dan tingkat kebudayaan setempat. Aspek ini mengandung arti

ARSITEKTUR BANGUNAN
8
bahwa arsitektur bukanlah semata-mata bangunan yang dapat berdiri kokoh dan sekedar
memiliki fungsi, namun terdapat aspek lain yang terkandung di dalamnya. Arsitektur
haruslah mempunyai kewajaran, benar,dan fungsional. Hal ini dikarenakan arsitektur
sejatinya bukanlah bangunan “kosong” belaka melainkan menjadi bagian dari sebuah
lingkungan.

Selain itu, arsitektur tidak lepas dari perilaku dan aktivitas manusia sebagai bagian dari
budaya yang memberikan kontribusi yang kuat dalamproses perancangannya. Selain itu,
arsitektur tidak dapat lepas dari konteks di mana dia didirikan, sehingga dengan unsur ini
diharapkan arsitektur tidak hanya sebuah bangunan fisik yang hanya menonjolkan
kegagahannya semata, melainkan sebuah karya arsitektur merupakan bangunan fisik
yang didukung oleh makna dan beridentitas, sehingga akan menjadi wujud budaya yang
luhur

EKSPRESI ARSITEKTUR
Arsitektur sebagai sebuah desain dapat merupakan sebuah media komunikasi dan
ekspresi. Ekspresi merupakan aspek kreatif dalam arsitektur. Ekspresi suatu bangunan
hanya dapat dicapai bila bangunan tersebut merupakan ekspresi yang menyeluruh
(Snyder, 1984). Ekspresi merupakan ungkapan perasaan seseorang, salah satu
contohnya yang dapat diamati adalah pada sebuah musik (Scruton, 1979). seorang
pengubah musik akan menuangkan perasaannya pada musik yang dibuatnya, sehingga
musik hasil gubahannya dapat dikatakan sangat berkaitan dengan suasana perasaan
ketika musik tersebut digubah.

Scruton (1979) mengungkapkan adanya perbedaan tipis antara ekspresi yang muncul
dalam karya dengan karakter perancang. Karena tipisnya perbedaan tersebut sehingga
dapat dikatakan ekspresi sebuah karya merupakan abstrak dari karakter perancang.
Secara lebih rinci diungkapkan bahwa ekspresi merupakan bagian dari perwujudan inner
life seseorang (Scruton, 1979). Berkaitan dengan perasan sebagai dasar yang kemudian
diungkapkan. Ungkapan perasaan tersebut merupakan suatu ekspresi yang dapat
menimbulkan penafsiran yang tidak sama satu dengan lainnya.

ARSITEKTUR BANGUNAN
9
Menurut Coliingwood (1979) ekspresi yang terdapat pada sebuah objek memiliki sifat
subjektif. Dalam satu objek yang sama ekspresi yang muncul dan ditangkap oleh
seseorang dengan orang lain akan dapat berbeda. Pada sebuah objek juga
memungkinkan memunculkan ekspresi yang tidak menentu yang disebut ambiguitas
ekspresi. Ambiguitas ekspresi yang terdapat dalam sebuah objek dapat disebabkan oleh
adanya dimensi waktu. Dimensi waktu dapat berkaitan dengan masa. Sehingga dalam
satu objek, ekspresi di masa lalu juga berbeda dengan ekspresi dimasa kini.

Ekspresi adalah apa yang telah kita lihat menurut pangaruh atau pengalaman
sebelumnya (Smithies, 1984). Oleh karena tiap orang memiliki keunikan latar belakang
dan pengalaman yang berbeda-beda, maka tanggapan terhadap ekspresi yang
dimunculkan oleh suatu obyek juga akan berbeda-beda. Keunikan latar belakang dan
pengalaman yang berbeda diakibatkan oleh tingkat pendidikan yang berbeda, agama
yang berbeda atau juga akibat/pengaruh media masa yang dikonsumsi oleh pengamat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian dari tanggapan itu bersifat subyektif. Meskipun
demikian terdapat aspek akspresi yang dapat dilihat secara obyektif. Dan setiap
kerangka teori arsitektural senantiasa mengandung ekspresi sebagai sebuah prinsip.

Ekspresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yakni :


• Fungsi,
fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya kita membuat sebuah
lumbung padi dengan menitikberatkan pada pemenuhan fungsi, maka akan
muncul bentuk lumbung pada yang dapat menghindari terjadinya pembusukan
padi, menghindari gangguan tikus dan sebagainya.
• Struktur.
Penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada sebuah bangunan dapat
melahirkan bentuk yang ekspresif pula.
• Budaya.
Misalnya pada bangunan tradisional. Ekspresi yang dimunculkan merupakan hasil
tampilan budaya.

EKSPRESI STRUKTUR
Struktur bangunan dapat ditonjolkan jika dipakai sistem yang sama bagi seluruh
bangunan. Seperti kata Schoppenhauer, jika kita sanggup memperlihatkan perjuang-an

ARSITEKTUR BANGUNAN
10
antara kekuatan bahan-bahan struktural melawan gravitasi, maka ekspresi struktur
mendekati sempurna.

"Pakaian" yang kita berikan kepada bangunan kita, harus dipilih agar tidak menutupi
sistem struktur yang telah kita bentuk, atau sedikitnya jangan sampai mengelabui bentuk
struktur sebenarnya.

Dalam sistem rangka dan dinding pengisi, kita harus membedakan bagian mana yang
mendukung dan mana yang tidak mendukung. Bagian kerangka struktural dapat
ditonjolkan sehingga mengesankan kekokohan. Bentuk bagian-bagian yang mendukung
harus mencerminkan arah penyaluran gaya dari atas tanah ke fondasi. Arah penyaluran
gaya dari atas tanah ke fondasi inilah yang membentuk ekspresi struktur bangunan,.

EKSPRESI/ SIFAT YANG ADA PADA BANGUNAN


• FORMIL: resmi, serius, lugas. mis. al : bangunan kantor
• NON FORMIL: tidak resmi, santai, bebas, gembira, dll. mis. al : pusat rekreasi
• MENGUNDANG : menarik orang untuk datang mendekat, orang tidak ragu-ragu
untuk datang. mis. al : pusat perbelanjaan.
• TIDAK MENGUNDANG: mungkin menarik. tetapi orang segan dan ragu untuk
mendekad atau mendatangi. mis. aL : gedung pengadilan.
• TERBUKA: bangunan yang sifatnya bebas untuk didatangi & dimasuki mis. al :
Staslun, Kantor Pos.
• TERTUTUP: tidak menghendaki orang datang, agar yang tidak benar-benar
berkepentingan tidak memerlukan untuk datang atau mendekat mis: al : Penjara.

ARSITEKTUR BANGUNAN
11
• AKRAB : rendah hati, low profile, tidak tertutup, orang tidak ragu untuk datang
mendekat, mcnyenangkan, sesuai dengan suasana dan kcadaan lingkungan
sekelilingnya. mis. al : Rumah Tinggal
• ANGKUH : tidak mengundang, orang takut untuk mendekat, bahkan
mengharapkan agar orang terkagum-kagum dan hormat, tetapi segan untuk
mendekat, ingin memamerkan/ membanggakan kemewahan, kekayaan dan
keberhasilan. mis. al: Istana, Rumah-rumah OKB.
• AGUNG : Mengesankan kesucian, kesakralan, kewibawaan dan kemegahan.
mis. al : bangunan Ibadah, bangunan tengeran (landmark/symbol), pengadilan.

SIFAT TAK ADA BATASANNYA


Yang perlu diingat mengenai jenis dan sifat bangunan adalah tidak adanya batasan-
batasan dan . rumus-rumus yang mutlak antara satu gedung dan gedung lainnya.
misalnya :
• Sebuah mesjid raya dikatagorikan bangunan monumental yang beberapa sifat-
sifat seperti: Agung, Akrab, Mengundang tetapi Formil ;
• Sebuah kantor kecamatan sebaiknya mempunyai karakter mengundang,akrab
dan formil
• Sebuah hotel berbintang lima mempunyai sifat mengundang, formil dan mungkin
agak angkuh

Sumber :
https://tumpi.id/kantor-kantor-unik-dan-keren-di-dunia/
Elements of Semiology . New York, Hill and Wang, 1985.Broadbent, Geoffrey.
Peran, Kesan, dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur Jakarta,Djambatan, 1985.Jenks, Charles.
The Language of Post-Modern Architecture London, Academy Editions,1977.Lawson, Bryan.
How Designer Think London, The Architecture Press, 1980.Mangunwijaya, Y.B.
Wastu CitraJakarta, Gramedia, 1988.Zoest, Aart van.
Semiotika, Pemakaiannya, Isinya, dan Apa yang Dikerjakan dengannya (terjemahan). Bandung, Unpad, 1978
https://id.wikipedia.org/wiki/
http://perkembanganarsitekturdunia.blogspot.co.id
http://terasbilly.com/2014/09/25/the-next-gen-opera-house-guangzhou-opera-house/

ARSITEKTUR BANGUNAN
12
ARSITEKTUR BANGUNAN
13

Anda mungkin juga menyukai