Anda di halaman 1dari 10

Analogi tangan memegang obor (kiri) dan Menara Montjuic, jam matahari

(kanan) Menara ini menggunakan pentransformasian sebuah bentuk alam dengan


representasi simbolik. Sehingga sekarang menara ini lebih tergambar sebagai
monumen olimpiade daripada fungsi aslinya sebagai menara telekomunikasi.
Selain itu, representasi simbolik lainnya adalah menara ini juga berfungsi sebagai
jam matahari besar, yang menggunakan taman Eropa untuk menandai waktu.

Dalam memandang aresitektur para ahli teori seringkali membuat


analogianalogi dengan menganggap arsitektur sebagai sesuatu yang 'organis',
arsitektur sebagai 'bahasa', atau arsitektur sebagai 'mesin'. Secara singkat analogi-
analogi yang seringkali digunakan untuk menjelaskan arsitektur adalah sebagai
berikut:
1) Analogi Matematis Beberapa ahli teori menganggap bahwa bangunan-
bangunan yang dirancang dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan
geometri (seperti golden section) akan sesuai dengan tatanan alam semesta
dan merupakan bentuk yang paling indah. Prinsip-prinsip ini banyak
digunakan pada bangunan jaman Renaissance.
2) Analogi Biologis Pandangan para ahli teori yang menganalogikan
arsitektur sebagai analogi biologis berpendapat bahwa membangun adalah
proses biologis...bukan proses estetis. Analogi biologis terdiri dari dua
bentuk yaitu 'organik' (dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright) dan
'biomorfik'.
3) Analogi Romantik Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan
emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-
bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau
melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran,
bentuk yang tidak biasa yang mampu menggugah perasaan takut,
khawatir, kagum dan lain-lain).
4) Analogi Linguistik Analogi linguistik menganut pandangan bahwa
bangunan-bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada
para pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:

43
a) Model Tata bahasa
Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata
menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan
masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan
menafsirkaa apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan
tercapai jika 'bahasa' yang digunakan adalah bahasa umum/publik yang
dimengerti semua orang (langue).
b) Model Ekspresionis
Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng
digunakan arsitek untuk mengungkapakan sikapnya terhadap proyek
bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan 'bahasa'nya
pribadi (parole). Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan
mungkin juga tidak.
c) Model Semiotik
Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik
tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu
tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa
yang dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano akan
menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa bangunan itu
adalah gereja.
5) Analogi Mekanik Menurut Le Corbusirr, sebuah rumah adalah mesin
untuk berhuni merupakan contoh analogi mekanik dalam arsitektur.
Bangunan seperti halnya dengan mesin hanya akan menunjukkan apa
sesungguhnya mereka, apa yang dilakukan, tidak menyembunyikan fakta
melalui hiasan yang tidak relevan dengan bentuk dan gaya-gaya, atau
dengan kata lain keindahan adalah fungsi yang akan menyatakan apakah
mereka itu dan apa yang mereka lakukan.
6) Analogi Pemecahan Masalah Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih
banyak penalaran daripada ilham, dan lebih banyak pengetahuan faktual
daripada semangat (Borgnis, 1823). Pendekatan ini sering juga disebut
dengan pendekatan rasionalis, logis, sistematik, atau parametrik.
Pendekatan ini menganggap bahwa kebutuhankebutuhan lingkungan

44
merupakan masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis yang seksama
dan prosedur-prosedur yang khusus dirumuskan untuk itu.
7) Analogi Adhocis Arsitektur berarti menanggapi kebutuhan langsung
dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh tanpa membuat
rujukan dan cita-cita.
8) Analogi Bahasa Pola Manusia secara biologis adalah serupa, dan dalam
suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk
perilaku dan juga untuk bangunan. Jadi arsitektur harus mampu
mengidentifikasi pola-pola baku kebutuhankebutuhan agar dapat
memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pendekatan tipologis atau pola
menganggap bahwa hubungan lingkunganperilaku dapat dipandang dalam
pengertian satuan-satuan yang digabungkan untuk membangun sebuah
bangunan atau suatu rona kota.
9) Analogi Dramaturgi Kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater
dimana seluruh dunia adalah panggungnya, karena itu lingkungan buatan
dapat dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memainkan peranan
dan bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan
yang menunjang pagelaran panggung. Analogi dramaturgi digunakan
dengan dua cara, dari titik pandang para aktor dan dari titik pandang para
dramawan. Dalam hal pertama arsitek menyediakan alat-alat perlengkapan
dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu peranan tertentu.
Dari titik pandang para dramawan, arsitek dapat menyebabkan orang
bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan memberikan petunjuk-
petunjuk visual. Pemanfaatan analogi dramaturgi ini membuat sang arsitek
yang bertindak hampir seperti dalang, mengatur aksi seraya
menunjangnya.
Jika kita amati perkembangannya (berdasarkan teori dan pandangan-
pandangan di atas), masalah arsitektur adalah masalah yang berkaitan dengan
fungsi, komunikasi dan keindahan. Cara pandang pemakai, pengamat dan arsitek
seringkali tidak sama bahkan bertentangan. Oleh pemakai, arsitektur pada
awalnya hanya dipandang sebagai obyek/produk/hasil yang muncul karena
kebutuhan semata (untuk melindungi diri dari alam). Selanjutnya arsitektur

45
dianggap harus memiliki nilai-nilai lain seperti komunikasi dan keindahan yang
merupakan sarana pemuasan 'emosi' (bagi pemakai, pengamat, atau arsitek?).
Masalah fungsi, komunikasi dan estetika selalu menjadi perdebatan sejak jaman
Barok, Renaissance sampai ke jaman arsitektur Post Modern. Persepsi nilai-nilai
ini sangat berbeda sesuai dengan perbedaan budaya, masyarakat, tempat,
teknologi, dan waktu (Talarosha, 2003)

1. STUDI LITERATUR
a. Nanshan Wedding Center

2. 23 Nanshan Wedding Center dari Sisi Utara


(Sumber: www.archdaily.com/208303/nanshan-wedding-center-urbanus , 29
November 2018)

Lokasi : Nanshan District, Shenzhen, Guangdong, China


Tahun : 2011
Arsitek : Urbanus Luas Area : 3.002,5 m²
Luas Lantai : 977,5 m²
Nanshan Wedding center merupakan suatu bangunan yang terletak di
daerah Nanshan District, Shenzhen, Guangdong, China dengan fungsi sebagai
gedung Wedding Center. Nanshan Wedding center meruapakan jenis tipologi baru
dalam dunia arsitektur. Desain bangunan Nanshan Wedding center dibuat dengan
harapan dapat memberikan identitas baru dalam proses mengurus registrasi
pernikahan, di sisi lain arsitek juga memiliki harapan dapat menyediakan ruang
publik baru bagi masyarakat dengan bentuk yang berbeda. Pada akhirnya,
bangunan yang diciptakan dapat mengubah identitas bangunan pemerintahan yang
dapat mengurangi kesenjangan antara pemerintah dengan rakyat.

46
Strategi desain yang diterapkan dalam bangunan Nanshan Wedding center
adalah untuk mengakomodasi gedung Wedding Center dengan tersedianya
program yang lebih baik. Desain bangunan oleh Urbanus ini bergaya modern
dengan lokasi yang cukup strategis, yaitu di Timur Laut Lijing Park in Nanshan
District dengan ukuran panjang 100 m dan lebar 25 m. Bangunan utama
diletakkan pada tapak bagian Utara yang merupakan area dekat sudut jalan raya.
Di sisi lain, terdapat paviliun kecil pada bagian Selatan tapak yang terhubung
dengan bangunan utama. Pavilion dihubungkan dengan dua buah jembatan yang
menggantung di atas kolam. Pengaturan bangunan ini dibuat dengan tujuan
menciptakan nuansa upacara pernikahan sekaligus sebagai poin utama bagi
bangunan serta simbol bagi landmark kawasan.
Ide pokok dari proses desain bangunan Nanshan Wedding center adalah
untuk memberi contoh pengalaman sirkulasi yang terjadi di dalam gedung. Jalan
kecil berbentuk spiral menerus bersifat menghubungkan aspek-aspek pernikahan
secara berurutan. Aspek-aspek yang dihubungkan antara lain adalah kedatangan
pengantin, persiapan menjelang masuk gedung dengan adanya perhatian khusus
dari kerabat keluarga, pengambilan foto, proses upacara, pendakian jembatan,
proses melihat ke bawah, penerbitan, proses menuruni jembatan, melewati kolam,
dan akhirnya berkumpul bersama sanak saudara. Gedung Nanshan Wedding
center didesain khusus untuk menciptakan memori tentang upacara pernikahan.

2.24 Analisis Pergerakan dalam Gedung Nanshan Wedding Center


(Sumber: www.archdaily.com/208303/nanshan-wedding-center-urbanus , 29 November
2018)

47
Pendekatan yang diterapkan dalam desain bangunan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan bangunan yang berara di area permukiman. Ruangan besar
yang terdapat di dalam gedung dibagi menjadi ruangan-ruangan yang lebih kecil
untuk meningkatkan privasi. Kulit bangunan terdiri dari dua lapisan struktur,
lapisan pertama terbuat dari bahan aluminium yang saling bertautan membentuk
motif bunga sebagai cermin dari ruang interior yang ada di dalamya. Lapisan kulit
kedua merupakan dinding kaca yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan
iklim. Desain ruang interior dan fasade luar bangunan dirancang dengan warna
putih untuk mencerminkan suasana spiritual dari upacara pernikahan.

2.25 Siteplan Nanshan Wedding Center


(Sumber: www.archdaily.com/208303/nanshan-wedding-center-urbanus , 29
November 2018)

2.26 Potongan Nanshan Wedding Center


(Sumber: www.archdaily.com/208303/nanshan-wedding-center-urbanus , 29 November
2018)

48
b. Tirtha Uluwatu Bali
Tirtha Bali merupakan salah satu kompleks one stop untuk pernikahan.
Tirtha Bali menyediakan fasilitas yang lengkap, mulai dari resort, pavilion,
lounge/kuliner, outdoor dining, indoor dining, kapel untuk pemberkatan
pernikahan, butik, gazebo, dan toko souvenir. Pihak manajemen memanfaatkan
trend menikah di Bali oleh wisatawan yang terpesona dengan keindahan Pulau
Bali. Fasilitas yang paling ditonjolkan pada Tirtha Bali ini adalah Glass Wedding
Chapel-nya yang bernuansa kontemporer. Tirtha Bali ini hadir dalam dominasi
warna putih, dikelilingi keheningan kolam yang berisi tirtha (air suci dalam
bahasa Bali). Bangunan ini terletak di ketinggian tebing di daerah Uluwatu
dengan view yang menghadap Teluk Jimbaran.

2.27 Wedding Venue Tirtha Uluwatu Bali


(Sumber: www.baliwedding‐butler.com , 29 November 2018)

Kompleks ini didesain dengan perencanaan dan sentuhan budaya Bali


yang dipadukan dengan ciri arsitektur kontemporer Asia minimalis – tropis. Kapel
ini dibuat setinggi 9 meter, dengan disangga rangka-rangka portal baja dan ditutup
dengan kanvas berlapis teflon dan kaca laminate. Pencahayaan kapel
menggunakan konsep soft light yang dimaksudkan agar pengunjung dapat
merasakan pencahayaan yang halus sehingga menumbuhkan suasana sakral (suci).
Lansekap dan pengolahan ruang luarnya mengambil “air” sebagai unsur utama.
Kolam-kolam yang mengelilingi kapel dan merefleksikannya seolah menyatu
dengan latar samudera.
Jalan menuju kapel ini dibuat sempit, dominasi warna putih yang
melambangkan kesucian, kesederhanaan, dan kepolosan, dengan kolam yang

49
berada di samping kiri dan kanannya sehingga menambah suasana romantis bagi
pengantin.
Dinding bangunan yang terbuat dari material kaca sehingga bersifat
transparan yang mewujudkan kesinambungan antara ruang luar dan dalam.
Pengantin dan pengunjung dapat menikmati keindahan alam di luar bangunan.

c. The Ritual Bali


The Ritual Bali terletak di perbukitan tepi jurang 100 m diatas permukaan
laut di daerah Uluwatu, tepatnya sebelah selatan pulau Bali. Dengan
pemandangan terbuka berupa samudera biru dan bisa mendapatkan
pemandangan langsung saat matahari terbenam.

2.28 Wedding Venue The Ritual Bali


(Sumber: http://theritual‐bali.com/facilities_chapel.html , 29 November 2018)

Konsep nama “Ritual” merefleksikan rumitnya tahap-tahap suatu upacara


pernikahan yang mana dalam pernikahan tradisional mengandung makna yang
penting, masing-masing tahap dari seluruh prosesi memiliki arti yang luar biasa
dalam melengkapi suatu pernikahan yang sempurna dan sakral. Dengan
mengikuti keseluruhan tema Indonesia, pada kompleks the Ritual Bali terdapat
banyak elemen-elemen etnik, yang tersebar pada lahan 5.500 m². Bangunan The
Ritual, dilihat pada bentuk struktur atapnya secara pasti merefleksikan sebuah
rumah tradisional Padang, Sumatera Barat.

Semua daerah yang disebutkan dan bagian-bagian lain dari Indonesia


memiliki keunikan ritual pernikahannya masing-masing, berbeda satu dengan
yang lain, yang berarti bahwa jika melihat satu saja tidak bisa mewakili yang
lain.

50
2.29 Resepsi Outdoor The Ritual
(Sumber: http://theritual‐bali.com/facilities_chapel.html , 29 November 2018)

Tabel 2.1 Resume Studi Literatur

Nanshan Tirtha Uluwatu


Kategori The Ritual Bali
Wedding Center Bali

Fasilitas Pavilion, hall resort, pavilion, Resort, lounge


reception, wedding lounge/kuliner, kuliner, private
organizer outdoor dining, villa, wedding
indoor dining, pavilion,
kapel untuk interconnecting
pemberkatan indoor dan outdoor
pernikahan, butik, dining locations,
gazebo, dan toko swimming pool and
souvenir. relaxation gazebo,
full commercial
kitchen dan bar.

Konsep Sirkulasi dalam Glass Wedding Venue chapel


bangunan dibuat Chapel-nya yang untuk pernikahan
zig zag untuk bernuansa sebagai vocal point
menciptakan kontemporer. hadir dilihat pada bentuk
memori tentang dalam dominasi struktur atapnya
upacara warna putih, secara pasti
pernikahan. dikelilingi merefleksikan
keheningan kolam sebuah rumah
yang berisi tirtha tradisional Padang,
(air suci dalam Sumatera Barat.
bahasa Bali).

51
Kapasitas 3.000 – 5.000 Ceremony cap 30 200 orang
orang orang
Seating cap 100
orang
Standing cap 100
orang
Sumber: Analisa Penulis, 2018

52

Anda mungkin juga menyukai