1. PROGRAMING (Pemograman)
2. PLANNING (Perencanaan)
Menyatakan masalah umum klien menjadi sejumlah masalah "standar" yang
lebih kecil, yang diketahui pemecahannya atau yang mudah dipecahkan.
3. DESIGN (Perancangan)
Menggunakan informasidari kedua tahap sebelumnya sebagai tuntutan dalam
mengembangkan suatu gagasan keseluruhan, dan suatu usul bagi bentuk &
konstruksi bangunan.
Penyusunan rancangan terperinci & membuat gambar-gambar serta persyaratan-
persyaratan yang dipakai untuk konstruksi.
Suatu tolak pikir yang memandang perencanaan sebagai suatu rangkaiaan proses
untuk mencapai sesuatu yang baik dimasa mendatang dengan mempertimbangkankejadian
- kejadian di masa lampau & kenyataan di masa kini.
Suatu pemikiran yang lebih di tekankan semata - mata kepada sasaran & tujuan yang akan
di capai pada masa mendatang.
Meskipun saat mahasiswa menerima tugas merancang suatu bangunan dengan fungsi
tertentu dapat saja melihat pada contoh (kasus) dan panduan desain (handbook).
Mahasiswa tidak akan mendapatkan ide/gagasan rancangan/desain yang baik jika
hanya mengikuti contoh-kasus atau panduan semata.
TUJUAN merepresentasikan APA yang ingin dicapai oleh klien dari hasil rancangan
atau desain nantinya. Juga merepresentasikan MENGAPA klien menginginkan hal
itu.Untuk itu, persoalan terkait TUJUAN (APA & MENGAPA) mencakup problem
subyektif dari klien-dosen pembimbing/investor dan problem “aturan baku” dari
klien-brand yang melekat pada bangunan komersial yang akan dibangun.
Oleh karena itu, TUJUAN dapat dirumuskan jika pertanyaan “APA yang ingin
dicapai oleh klien dan MENGAPA hal itu ingin dicapai” sudah diperoleh/terjawab.
Tentu saja yang menjawab pertanyaan ini adalah klien, yaitu (1) dosen pembimbing
dan (2) brand.
Problem dari upaya pencarian TUJUAN adalah mengarahkan tujuan tersebut dalam
koridor persoalan desain arsitektur. TUJUAN harus spesifik, bukan bersifat umum.
Upaya menelusuri APA keinginan klien dan MENGAPA klien menginginkan hal
tersebut tidak semudah menanyakan “Berapa jumlah 1+1?”. Menanyakan APA
keinginan klien dan MENGAPA klien menginginkannya membutuhkan SIKAP
penanya yang baik, BAHASA komunikasi yang santun, INTELEKTUAL logis yang
cermat dalam menghubungkan pertanyaan dan jawaban. SIKAP (etika) yang baik
merupakan kunci pembuka komunikasi selanjutnya sekaligus pembentuk kesan
pertama. BAHASA komunikasi yang santun berarti menyangkut efisiensi
kata/kalimat yang dipakai. Kuncinya jangan sampai muncul perbedaan interpretasi,
atau bahkan debat yang tidak berarah. INTELEKTUAL logis yang cermat menuntut
kepandaian “berselancar di atas ombak”. Tidak semua pertanyaan harus ditanyakan
secara frontal, terkadang bisa melalui pertanyaan turunan; misal, untuk mengetahui
pendapatan seseorang dapat dengan menanyakan pengeluaran (dengan kata lain,
pengeluaran mencerminkan pendapatan).
Upaya menggali informasi keinginan klien lebih baik dilakukan melalui wawancara
yang dibantu cara berpikir dan komunikasi grafis.
Guna mengetahui APA keinginan yang akan dicapai klien-dosen pembimbing, maka
harus melalui wawancara yang mendalam. Adapun untuk klien-brand, maka harus
memiliki wawasan yang luas dan dalam tentang brand tersebut. Penting sekali
banyak mencari informasi dari berbagai sumber terkait brand tsb (sejarah, visi,
kepemimpinan, produk, strategi bisnis, dlsb.)
SEGALA SESUATU dapat berarti apa saja. Namun demikian, FAKTA adalah “apa
adanya” (realitas/empiri) dan bukan apa yang kita inginkan (bukan direkayasa). Itulah
hakikatnya FAKTA.
FAKTA dapat berupa kondisi fisik, iklim, aturan, dsb. FAKTA dapat bersumber dari
kondisi lapangan/pengamatan langsung (data primer) atau dari dokumen-dokumen resmi
(data sekunder). Data/Statistik tentang Iklim, Penduduk, Ekonomi, Rencana Tata Ruang, dlsb
yang memiliki pengaruh terhadap TAPAK dapat digunakan.
Misal: Dalam sebuah dokumen rencana induk disebutkan bahwa pada beberapa tahun
ke depan di sekitar TAPAK akan dibangun sesuatu. Informasi ini juga bagian dari FAKTA,
sebab akan berpengaruh terhadap TAPAK.Karena FAKTA mencakup SEGALA SESUATU
maka sangat mungkin tidak akan ada habisnya. Untuk itu, dalam proses pengumpulan
FAKTA perlu dicek kembali TUJUAN yang sudah dirumuskan. Fokuskan FAKTA yang
dikumpulkan berkaitan dengan TUJUAN, dan sisihkan FAKTA yang tidak berkaitan.
Setelah (Langkah #1) merumuskan TUJUAN desain sudah jelas, (Langkah #2)
mengumpulkan FAKTA dan ANALISISnya, serta (Langkah #3) analisis KONSEP
PROGRAMATIK yang ditawarkan sebagai “cara” mencapai TUJUAN sudah sesuai, maka
Langkah selanjutnya (Langkah #4) dalam proses pencarian masalah arsitektural (problem
seeking) adalah menganalisis kebutuhan (need) normatif. Analisis kebutuhan mencakup
serangkaian data/informasi yang saling berkaitan, yaitu:
3. Kebutuhan ruang (rincian: dari setiap pelaku dan aktivitasnya dapat dirumuskan kebutuhan
ruang –> jenis-jenis ruang)
5. Bentuk ruang rincian: lay out barang+ dimensi, kebutuhan ruang gerak+dimensi, dll sesuai
karakteristik brand).
6. Terkait dengan kebutuhan BIAYA dan KUALITAS yang seharusnya diperoleh juga dari
klien,
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam bukunya, The classical theory of concepts, menyatakan bahwa konsep itu
merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran
manusia.
Konsep desain sebagai “ide” kreatif dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan desain
klien.Konsep desain dapat berupa desain grafis, atau ide benda fisik yang mirip dengan
prototype atau purwa rupa (sebuah contoh awal sebuah desain sebelum dikembangkan)
(Wicaksono, 2014: 43).Suatu konsep harus menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok
suatu proyek dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan
yang khas dari setiap proyek melalui pengamatan.
Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya
mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Dalam kamus
lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang
khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Tiap konsep suatu perancangan
arsitektur tentunya memiliki karakteristik atau sifat khas masing-masing.
Tidak semua konsep dapat menangkap hakikat suatu proyek, tidak semua konsep
melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Pragmatik Konsep yang
dikembangkan berkisar persoalan-persoalan yang pragmatis yang diidentifikasi dari program
sebuah bangunan. konsep ini merupakan tanggapan langsung dan pemecahan masalah, yang
mana selalu memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan.
Contoh kosep ini ialah Dubai Sustainable City. Dubai Sustainable City merupakan ide
rancangan bangunan dan lingkungan yang menjawab isu atau permasalahan kerusakan
lingkungan dengan merancang sebuah desain pemukiman yang menggunakan energi
alternatif ramah lingkungan. Desain ini merupakan rancangan yang hemat energi dengan
memanfaatkan tenaga surya sebesar 60 persen sebagai sumber energinya pada masing-masing
hunian, serta menghemat konsumsi air sebesar 30 persen.
Pengertian System
Latar Belakang
System Arsitektural
Penggunaan metode "Feed Back" 9 kendali balikan ) sebagai alat pencegah &
pengkoreksi kesalahan berfungsi system-system.
Suatu sytem terdapat beberapa sub-system yang berhubungan satu dengan lainnya.
Apabila arsitektur dilihat sebagai " Perancang fasilitas-fasilitas yang dapat di bangun
bagi penyediaan lingkungan-lingkungan yang dapat di pakai " maka ada 4 sub system
arsitektural :
• Proses Perancangan
• Proses Pelaksanaan
• Operasi Fasilitas
• Proses Bionomik Manusia
Konseptualisai
Pandangan menyeluruh umum pada apa yang terlibat & dengan suatu banyangan
pemecahan yang mungkin.
Penyusunan Program
Bersangkutan dengan jumlah & type orang yang terlibat, tugas-tugas yang
dilakukan & kegiatan-kegiatan yang terkait, serta keperluan-keperluan manusia yang
harus dipenuhi.
Analisis
Berhubunan dengan apa yang diminta masalah tersebut tentang persoalan-
persoalan seperti tapak, hubungan-hubungan kegiatan, karakteristik-karakteristik ruang, &
kondisi-kondisi lingkungan.
Seleksi
Pengadaan pilihan dengan pengindahan struktur, bahan sistem mekanik, tapak, &
tata letak.
lntegrasi I Sintesis
Proses ini mengacu pada hubungan timbal-balik antara lingkungan fisik &
organisma manusia. lingkungan yang di maksud di sini adalah apa yang tercipta
sebagai suatu hasil dari keberadaan & operasi dari fasilitas-fasilitas buatan.
Tidak hanya aspek-aspek fisik dari organisme manusia yang penting di sini, tetapi
juga semua aspek perilaku.
Feed Back Control Antar Sub System Arsitektural