Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR

ASAS PERANCANGAN ARSITEKTUR III

PERTEMUAN 1 : Tahap Perancangan Arsitektur secara Umum

1. PROGRAMING (Pemograman)

 Pengumpulan dan pengaturan informasi yang diperlukan untuk rancangan


bangunan.
 Menetapkan hal-hal yang menjadi perhatian klien & apa yang sesungguhnya yang
diperlukan klien.

2. PLANNING (Perencanaan)
 Menyatakan masalah umum klien menjadi sejumlah masalah "standar" yang
lebih kecil, yang diketahui pemecahannya atau yang mudah dipecahkan.

3. DESIGN (Perancangan)
 Menggunakan informasidari kedua tahap sebelumnya sebagai tuntutan dalam
mengembangkan suatu gagasan keseluruhan, dan suatu usul bagi bentuk &
konstruksi bangunan.
 Penyusunan rancangan terperinci & membuat gambar-gambar serta persyaratan-
persyaratan yang dipakai untuk konstruksi.

PERANCANGAN ARSITEKTUR BERDASARKAN JASA PROFESI


ARSITEK

1. SCEMATIC DESIGN (Perancangan Skematik)


 Arsitek melakukan hal-hal yang bersifat pemrograman & penelitian
 Arsitek membuat usul-usul yang bersifat penjelajahan & bermaksud memperoleh
lebih banyak informasi dari klien.

2. DESIGN DEVELOPMENT (Pengembangan Rancangan)


 Proses mengerjakan sejumlah masalah yang harus di pecahkan agar bangunan
tersebut berfung sidengan baik.
 Membuat skema terperinci menyeluruh dari bangunan tersebut.

3. CONSTRUCTION DOCUMENT (Dokumen Konstruksi)


 Pembuatan gambar-gambar spesifikasi-spesifikasi yang telah dikembangkan
secara terperinci.
 Persiapan kearah konstruksi
CARA PENDEKATAN & CARA BERPIKIR DALAM PERENCANAAN

1. Trand Oriented Planning

Suatu tolak pikir yang memandang perencanaan sebagai suatu rangkaiaan proses
untuk mencapai sesuatu yang baik dimasa mendatang dengan mempertimbangkankejadian
- kejadian di masa lampau & kenyataan di masa kini.

2. Target Oriented Planning

Suatu pemikiran yang lebih di tekankan semata - mata kepada sasaran & tujuan yang akan
di capai pada masa mendatang.

PERTEMUAN 2 : Langkah penyusunan program arsitektur dan tata cara pelaksanaannya

Langkah 1. Merumuskan Tujuan.

 Asumsinya, setiap karya arsitektur “diciptakan” dengan tujuan tertentu. Terbukti


melalui waktu (sejarah), karya-karya arsitektur yang selama ini telah diakui memang
memiliki TUJUAN. Oleh karena itu, bagi seorang perancang (arsitek), mengetahui
dan memahami TUJUAN dari (akan) adanya/munculnya/hadirnya/terciptanya sebuah
karya arsitektur (hasil proses desain) adalah sesuatu yang sangat penting.
 TUJUAN dapat dipahami dan juga tersirat dari pertanyaan “APA” dan “MENGAPA”
terhadap obyek/karya desain itu.

 Untuk merumuskan TUJUAN dapat diperoleh dari NILAI-NILAI yang dipegang


oleh klien, PERSOALAN aktual yang berkembang, atau sesuatu yang dipercaya
KEBENARANNYA.

 Meskipun saat mahasiswa menerima tugas merancang suatu bangunan dengan fungsi
tertentu dapat saja melihat pada contoh (kasus) dan panduan desain (handbook).
Mahasiswa tidak akan mendapatkan ide/gagasan rancangan/desain yang baik jika
hanya mengikuti contoh-kasus atau panduan semata.

 TUJUAN merepresentasikan APA yang ingin dicapai oleh klien dari hasil rancangan
atau desain nantinya. Juga merepresentasikan MENGAPA klien menginginkan hal
itu.Untuk itu, persoalan terkait TUJUAN (APA & MENGAPA) mencakup problem
subyektif dari klien-dosen pembimbing/investor dan problem “aturan baku” dari
klien-brand yang melekat pada bangunan komersial yang akan dibangun.

 Oleh karena itu, TUJUAN dapat dirumuskan jika pertanyaan “APA yang ingin
dicapai oleh klien dan MENGAPA hal itu ingin dicapai” sudah diperoleh/terjawab.
Tentu saja yang menjawab pertanyaan ini adalah klien, yaitu (1) dosen pembimbing
dan (2) brand.

 Problem dari upaya pencarian TUJUAN adalah mengarahkan tujuan tersebut dalam
koridor persoalan desain arsitektur. TUJUAN harus spesifik, bukan bersifat umum.

 Upaya menelusuri APA keinginan klien dan MENGAPA klien menginginkan hal
tersebut tidak semudah menanyakan “Berapa jumlah 1+1?”. Menanyakan APA
keinginan klien dan MENGAPA klien menginginkannya membutuhkan SIKAP
penanya yang baik, BAHASA komunikasi yang santun, INTELEKTUAL logis yang
cermat dalam menghubungkan pertanyaan dan jawaban. SIKAP (etika) yang baik
merupakan kunci pembuka komunikasi selanjutnya sekaligus pembentuk kesan
pertama. BAHASA komunikasi yang santun berarti menyangkut efisiensi
kata/kalimat yang dipakai. Kuncinya jangan sampai muncul perbedaan interpretasi,
atau bahkan debat yang tidak berarah. INTELEKTUAL logis yang cermat menuntut
kepandaian “berselancar di atas ombak”. Tidak semua pertanyaan harus ditanyakan
secara frontal, terkadang bisa melalui pertanyaan turunan; misal, untuk mengetahui
pendapatan seseorang dapat dengan menanyakan pengeluaran (dengan kata lain,
pengeluaran mencerminkan pendapatan).

 Upaya menggali informasi keinginan klien lebih baik dilakukan melalui wawancara
yang dibantu cara berpikir dan komunikasi grafis.
 Guna mengetahui APA keinginan yang akan dicapai klien-dosen pembimbing, maka
harus melalui wawancara yang mendalam. Adapun untuk klien-brand, maka harus
memiliki wawasan yang luas dan dalam tentang brand tersebut. Penting sekali
banyak mencari informasi dari berbagai sumber terkait brand tsb (sejarah, visi,
kepemimpinan, produk, strategi bisnis, dlsb.)

Langkah 2. Mengumpulkan Fakta Dan Menganalisisnya

Setelah TUJUAN berhasil dirumuskan, maka langkah selanjutnya dalam proses


merancang (Design Process) adalah mengumpulkan FAKTA dan meng-ANALISIS-nya.
Apa itu FAKTA? Fakta yang dimaksud dalam tahapan PROGRAMMING adalah SEGALA
SESUATU yang dapat menjelaskan kondisi TAPAK.

SEGALA SESUATU dapat berarti apa saja. Namun demikian, FAKTA adalah “apa
adanya” (realitas/empiri) dan bukan apa yang kita inginkan (bukan direkayasa). Itulah
hakikatnya FAKTA.

FAKTA dapat berupa kondisi fisik, iklim, aturan, dsb. FAKTA dapat bersumber dari
kondisi lapangan/pengamatan langsung (data primer) atau dari dokumen-dokumen resmi
(data sekunder). Data/Statistik tentang Iklim, Penduduk, Ekonomi, Rencana Tata Ruang, dlsb
yang memiliki pengaruh terhadap TAPAK dapat digunakan.

Misal: Dalam sebuah dokumen rencana induk disebutkan bahwa pada beberapa tahun
ke depan di sekitar TAPAK akan dibangun sesuatu. Informasi ini juga bagian dari FAKTA,
sebab akan berpengaruh terhadap TAPAK.Karena FAKTA mencakup SEGALA SESUATU
maka sangat mungkin tidak akan ada habisnya. Untuk itu, dalam proses pengumpulan
FAKTA perlu dicek kembali TUJUAN yang sudah dirumuskan. Fokuskan FAKTA yang
dikumpulkan berkaitan dengan TUJUAN, dan sisihkan FAKTA yang tidak berkaitan.

FAKTA dikumpulkan dan disusun berdasar katagorinya. Ubah FAKTAyang ada


menjadi informasi yang dibutuhkan secara grafis/arsitektual.FAKTA yang sudah terkumpul
selanjutnya dianalisis. ANALSIS artinya memisah-misahkan sesuai yang dikandungnya
untuk dibangun kembali menjadi sebuah informasi yang berguna.

Langkah 3. Konsep Programatik

Ada beberapa contoh konsep programatik ( programmatic concepts) yang umum


digunakan, diantaranya: Priority, Hierarchy, Character, Density, Service Grouping, Activity
Grouping, People Grouping, Home Base, Fix/Free/Group Adress, Virtual Office,
Relationships, Communications, Neighbors, Accessibility, Separated Flow, Mixed Flow,
Sequential Flow, Orientation, Flexibility, Tolerance, Safety, Security Controls, Energy
Conservation, Environmental Controls, Phasing, … dst.
Seluruh konsep programatik di atas harus diperoleh secara prosedural dari TUJUAN
dan FAKTA, serta disampaikan/dikomunikasikan secara grafis.

Langkah 4. Merumuskan Kebutuhan

Setelah (Langkah #1) merumuskan TUJUAN desain sudah jelas, (Langkah #2)
mengumpulkan FAKTA dan ANALISISnya, serta (Langkah #3) analisis KONSEP
PROGRAMATIK yang ditawarkan sebagai “cara” mencapai TUJUAN sudah sesuai, maka
Langkah selanjutnya (Langkah #4) dalam proses pencarian masalah arsitektural (problem
seeking) adalah menganalisis kebutuhan (need) normatif. Analisis kebutuhan mencakup
serangkaian data/informasi yang saling berkaitan, yaitu:

1. Pelaku (rincian: jenis, gender, jml, usia, dll.)

2. Aktivitas (rincian: aktivitas masing-masing pelaku yang diklasifikasi berdasar waktu


operasional dan disusun berdasar urutan aktivitas)

3. Kebutuhan ruang (rincian: dari setiap pelaku dan aktivitasnya dapat dirumuskan kebutuhan
ruang –> jenis-jenis ruang)

4. Tuntutan ruang (rincian: sifat ruang, luas/besaran, jml masing-masing, orientasi,


pencahayaan, kebisingan, view, termal, dll)

5. Bentuk ruang rincian: lay out barang+ dimensi, kebutuhan ruang gerak+dimensi, dll sesuai
karakteristik brand).

6. Terkait dengan kebutuhan BIAYA dan KUALITAS yang seharusnya diperoleh juga dari
klien,

Dari TUJUAN, ANALISIS TAPAK, KONSEP PROGRAMATIK, dan


KEBUTUHAN RUANG maka dapat diketahui problem arsitektural yang akan dihadapi oleh
si perancang (arsitek). Secara sekilas, problem arsitektural ini terlihat dari “ketidaksesuaian”
antara TUJUAN, FAKTA yang ada, KONSEP yang akan diwujudkan, dan kompleksitas
KEBUTUHAN.

Langkah 5. Menyatakan Problem / Permasalahan Arsitektural

Pernyataan sebuah PERMASALAHAN ARSITEKTURAL adalah pernyataan yang


disusun oleh PERANCANG SENDIRI. Alasannya: Karena perancang harus benar-benar
memahami setiap kata yang ditulisnya.Menyatakan permasalahan arsitektural merupakan
akhir dari tahap pencarian masalah (Programming/Problem seeking) dan awal dari perumusan
penyelesaian masalah arsitektural (Design/Problem Solving). Pernyataan permasalahan
arsitektural bagaikan sebuah “mata rantai” yang menghubungkan antara rantai Programming
dan rantai Design.
Dengan kata lain, permasalahan arsitektur mempertanyakan hal-hal seperti Kondisi-kondisi
apa yang berpengaruh terhadap rancangan/bangunan dan Apa arahan umum dari rancangan.

Pertemuan 3 : Langkah Penyusunan Konsep Pragmatic dan Konsep Perancangan

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam bukunya, The classical theory of concepts, menyatakan bahwa konsep itu
merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran
manusia.

Konsep desain sebagai “ide” kreatif dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan desain
klien.Konsep desain dapat berupa desain grafis, atau ide benda fisik yang mirip dengan
prototype atau purwa rupa (sebuah contoh awal sebuah desain sebelum dikembangkan)
(Wicaksono, 2014: 43).Suatu konsep harus menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok
suatu proyek dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan
yang khas dari setiap proyek melalui pengamatan.

Perumusan konsep tidaklah mudah.Memerlukan upaya yang terpusat untuk membuat


suatu konsep yang secara layak memadukan hal-hal yang belum dipersatukan sebelumnya.
Ada beberapa masalah yang menghambat proses pembuatan konsep, diantaranya adalah
masalah komunikasi, sedikitnya pengalaman, dan kesulitan dalam membuat penilaian yang
tepat terhadap hirerarki konsep itu sendiri.

Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya
mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Dalam kamus
lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang
khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Tiap konsep suatu perancangan
arsitektur tentunya memiliki karakteristik atau sifat khas masing-masing.

Konsep pragmatic adalah Konsep yang dikembangkan berkisar persoalan-persoalan yang


pragmatis yang diidentifikasi dari program sebuah bangunan. Konsep ini merupakan tanggapan langsung
dari pemecahan masalah.

Tidak semua konsep dapat menangkap hakikat suatu proyek, tidak semua konsep
melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Pragmatik Konsep yang
dikembangkan berkisar persoalan-persoalan yang pragmatis yang diidentifikasi dari program
sebuah bangunan. konsep ini merupakan tanggapan langsung dan pemecahan masalah, yang
mana selalu memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan.
Contoh kosep ini ialah Dubai Sustainable City. Dubai Sustainable City merupakan ide
rancangan bangunan dan lingkungan yang menjawab isu atau permasalahan kerusakan
lingkungan dengan merancang sebuah desain pemukiman yang menggunakan energi
alternatif ramah lingkungan. Desain ini merupakan  rancangan yang hemat energi dengan
memanfaatkan tenaga surya sebesar 60 persen sebagai sumber energinya pada masing-masing
hunian, serta menghemat konsumsi air sebesar 30 persen.

Pertemuan 4 : Performance Concept Pada System Arsitektur

Pengertian System

 Suatu keseluruhan yang kompleks & terorganisir Suatu perakitan atau


penggabungan unsur ? bagian yang membentuk suatu kesatuan yang kompleks.
 Serangkaian prosedur yang terkait & terintegrasi, sehingga menjadi satu kesatuan.
 Sesuatu yang menyeluruh & dapat dilihat dengan jelas peranan & kaitan tiap-tiap
bagiannya.

Latar Belakang

1. Kerumitan dari masalah masalah yang di hubungkan dengan bangunan-bangunan


kontemporer, tidak dapat di tembus secara memadai dengan serangkaian evaluasi-
evaluasi implisit, dimana terlalu banyak variabel & hubungan timbal balik yang
terlibat harus di tangani dengan cara yang agak sembarangan.

2. Pengaturan yang terpecah-pecah dari bagian-bagian yang terpilih dari totalitas


proses-proses yang dihubungkan dengan bangunan tidak memenuhi permintaan
dari arsitektur kontemporer.

3. Karena totalitas arsitektur tersebut bukanlah keseluruhan yang tidak dapat


dibedakan, totalitas dapat dipegang hanya dengan pemahaman bagian-bagiannya.
Karena bagian-bagian ini banyak diperlukan pengaturan secara rasional
dalam suatu system keselutuhan.

4. Gerakan modern dalam arsitektur mencoba untuk menyederhanakan kerumitan-


kerumitan yang di hadapi. Gerakan tersebut sebagian besar berputar sekitar konsep
fungsionalisme.

System Arsitektural

Pengembangan berdasarkan kosep Performance yaitu :

 Apakah sasaran tengah dipenuhi atau tidak


 Kendala-kendala yang ada pada proses tersebut.
 Kriteria menegaskan bagaimana sasaran yang dipenuhi kendala tersebut harus
diukur.

Penggunaan metode "Feed Back" 9 kendali balikan ) sebagai alat pencegah &
pengkoreksi kesalahan berfungsi system-system.

Kerangka System-system Dasar

Suatu sytem terdapat beberapa sub-system yang berhubungan satu dengan lainnya.
Apabila arsitektur dilihat sebagai " Perancang fasilitas-fasilitas yang dapat di bangun
bagi penyediaan lingkungan-lingkungan yang dapat di pakai " maka ada 4 sub system
arsitektural :

• Proses Perancangan
• Proses Pelaksanaan
• Operasi Fasilitas
• Proses Bionomik Manusia

Meskipun persoalan arsitek adalah dengan yang pertama, ia tak dapat


memisahkan dirinya dari masalah-masalah para pembangun, oprerator bangunan, &
pemakaI, ada hubungan timbal balik.

Hubungan Antara Sub-System Arsitektural


Pertemuan 5 : Sub-System Arsitektural

Sub-System Proses Perancangan

5 Langkah Utama Proses Perancangan :

 Konseptualisai

Pandangan menyeluruh umum pada apa yang terlibat & dengan suatu banyangan
pemecahan yang mungkin.

 Penyusunan Program

Bersangkutan dengan jumlah & type orang yang terlibat, tugas-tugas yang
dilakukan & kegiatan-kegiatan yang terkait, serta keperluan-keperluan manusia yang
harus dipenuhi.

 Analisis
Berhubunan dengan apa yang diminta masalah tersebut tentang persoalan-
persoalan seperti tapak, hubungan-hubungan kegiatan, karakteristik-karakteristik ruang, &
kondisi-kondisi lingkungan.

 Seleksi

Pengadaan pilihan dengan pengindahan struktur, bahan sistem mekanik, tapak, &
tata letak.
 lntegrasi I Sintesis

Tercapai karena pemasukan komponen-komponen fisik bersama dalam suatu


pemecahan yang di rancang untuk memenuhi semua persyaratan & criteria.
Sub-System Proses Pembangunan

Proses pembangunan secara sederhana dapat di uraikan sebagai berikut :


 Persiapan Tapak
 Pengurusan bahan-bahan & komponen-komponen

Perletakan barang-barang tersebut ditempatnya & Menggabungkannya.

Sub System Operasi Fasilitas

 Proses ini bersangkutan dengan bangunan & fasilitas sebagai mekanisme-


mekanisme sepanjang masa bergunanya.
 Segera setelah bangunan selesai, bangunan merupakan suatu fasilitas yang
beroperasi dalam arti bahwa karakteristik-karakteristik visualnya telah digiatkan
untuk di pandang & di alami.
 Dalam hal ini fasilitas di pandang seperti sebuah mesin, perbedannya
adalah mesin biasanya tidak dirancang untuk rupanya sedang bangunan dirancang
untuk rupa.

Untuk meneruskan operasinya, bangunan harus dijaga secara terus-menerus yang


dipelihara & diperbaiki, dibersihkan, bagian-bagian & komponen-komponennya diganti
dari waktu ke waktu.

Sub System Bionomik Manusia

 Proses ini mengacu pada hubungan timbal-balik antara lingkungan fisik &
organisma manusia. lingkungan yang di maksud di sini adalah apa yang tercipta
sebagai suatu hasil dari keberadaan & operasi dari fasilitas-fasilitas buatan.
 Tidak hanya aspek-aspek fisik dari organisme manusia yang penting di sini, tetapi
juga semua aspek perilaku.
Feed Back Control Antar Sub System Arsitektural

Pertemuan 6 & 7 : Penzoningan Dalam Perancangan Arsitektur

Anda mungkin juga menyukai