Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menghasilkan sarjana-sarjana yang siap kerja dalam bidang Ilmu Arsitektur,
maka sebagai seorang mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur, tidak cukup hanya
berpegangan pada teori saja tetapi juga perlu untuk memahami permasalahan nyata di
lapangan. Mahasiswa arsitektur nantinya tidak hanya bergerak di bidang professional,
tetapi juga bergerak di bidang ilmu pengetahuan, oleh karena itu mahasiswa dan
akademisi harusnya juga mengetahui mengenai perkembangan yang terjadi di dunia
profesional agar ilmu pengetahuan terus mengalir dan hidup mengikuti zaman. Maka dari
itu, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
langsung dalam menangani suatu proyek sebagai pembantu Perencana / Konsultan guna
memperoleh pengetahuan sekaligus pengalaman.

Suatu perencanaan merupakan suatu yang kompleks sehingga memerlukan suatu


organisasi yang terdiri dari suatu sistem manajemen. Oleh karena itu perlu dipelajari pula
bagaimana struktur organisasi suatu konsultan perencana dan bagaimana sistem
manajemen perencanaan proyek. Pada saat berkecimpung di dunia arsitektur, arsitek
harus mengerti dan memahami bagaimana proses terwujudnya suatu karya arsitektur dari
perencanaan awal sampai terwujudnya suatu proyek. Ada beberapa tahapan dan pada
praktek nyata masing-masing tahapan ditangani oleh tenaga ahli atau kompetensi
profesional tersendiri. Itulah penyebab mengapa arsitek juga harus mempelajari
mengenai manajemen dan organisasi.
Kerja praktek sebagai salah satu mata kuliah wajib yang ditawarkan pada kurikulum
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Dwijendra yang merupakan
suatu proses studi mahasiswa arsitektur untuk mendapatkan pengalaman praktis dalam
menerapkan segala teori yang telah didapat di bangku perkuliahan pada suatu proyek
nyata.
Oleh karena hal tersebut yang tercantum di atas, penulis mengambil salah satu
proyek pada suatu konsultan untuk dijadikan sebagai obyek studi. Proyek tersebut adalah
Perencanaan Rumah Rehabilitas KDRT yang berlokasi di area Villa Griya Arjuna Desa
Nyambu, Kediri - Tabanan.

1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Secara garis besar permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan menjadi
permasalahan non teknis dan permasalahan teknis, permasalahan itu dapat dirumuskan
sebagai berikut :

1. Permasalahan apa yang dihadapi perencana dalam menyelesaikan suatu proyek


mulai dari pencarian data, pengolahan data, proses perencanaan dan hasil konsep
desain ?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada didalam perencanaan agar dapat
diatasi ?

1.3 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat


1.3.1 Tujuan kerja praktek perencanaan
Adapun tujuan dari Kerja Praktek Perencanaan antara lain:
a. Mahasiswa dapat mengenal dan menghayati semua proses perencanaan dan
perancangan suatu proyek sesuai dengan profesi dan keahlian, sehingga
memperoleh hubungan antara teori dan praktek di lapangan.
b. Mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan apa yang di dapat pada
perkuliahan dengan permasalahan pada proyek yang nyata di lapangan
c. Mahasiswa dapat menganalisa permasalahan yang timbul, mencari
penyebabnya dan member rekomendasi alternatif solusi yang terbaik.
d. Mahsiswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari pihak professional
yang lebih berpengalaman pada bidangnya.
1.3.2 Sasaran kerja praktek perencanaan
Sasaran yang ingin dicapai pada Kerja Prakek Perencanaan ini antara lain:
a. Mengetahui system manajemen sebuah Konsultan Perencana
b. Mengetahui Proses Pengerjaan sebuah proyek Perencanaan
c. Mengetahui hasil dari perencanaan dan ditinjau dari kaidah-kaidah arsitektur
1.3.3 Manfaat kerja praktek perencanaan
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan ini antara lain:
Bagi mahasiswa:
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam
perencanaan suatu proyek
b. Mampu melatih kemampuan bekerja sama dengan pihak yang terlibat dalam
perencanaan suatu proyek

2
c. Dapat membandingkan antara teori di perkuliahan dengan kenyataan pada
praktek di lapangan.
Bagi Konsultan dan Pemilik Proyek:
a. Kerja praktek ini diharapkan bisa menjadi suatu sumbangan tenaga dan pikiran
yang bisa mempercepat dan memperlancar pengerjaan proyek terkait dengan
tetap menjaga kualitas desain. Konsultan dan mahasiswa perencana juga bisa
saling berbagi mengenai metode dalam mendesain beserta ilmu yang di dapat di
perkuliahan.
b. Selain itu diharapkan pula pembaca dapat memperoleh masukan berupa teori
maupun praktis dalam proses perencanaan suatu proyek. Pembaca bisa
mengetahui dan memahami kendala yang mungkin dihadapi terutama bagi
orang yang sering terlibat di bidang perencanaan dan perancangan.
Bagi Pembaca:
a. Dari laporan ini, pembaca akan mendapat suatu masukan berupa teori maupun
praktek dalam proses pengelolaan sebuah proyek perencanaan, kesesuaian
antara rencana dan realisasi, termasuk di dalamnya berbagai pemecahan
terhadap masalah yang timbul pada proyek tersebut.

1.4 Lingkup Pembahasan


1.4.1 Batasan Kegiatan Kerja Praktek

Agar tidak jauh menyimpang dari tujuan kegiatan, maka ditetapkan suatu
batasan kegiatan sebagai berikut.
a. Batasan waktu kerja praktek adalah dari tanggal 12 Oktober 2015 s/d 29
Maret 2016.
b. Keterlibatan dalam proses perencanaan yang mencakup pengenalan dan
penghayatan terhadap struktur organisasi konsultan perencana, hubungan intern
dan extern serta ruang lingkup yang ditangani sesuai profesi.
c. Keterlibatan dalam proyek, yang terlibat langsung dalam perencanaan dengan
porsi yang proporsional yang megikuti kaidah arsitektur dalam perencanaan.
1.4.2 Lingkup Pembahasan Materi/Batasan Penulisan

Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka batasan ruang lingkup
pembahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut.

3
a. Tinjauan umum terhadap konsultan perencana yang mencakup pengertian,
hubungan kerja, organisasi serta operasionalnya sesuai dengan profesi.
b. Tinjauan Khusus terhadap ponsultan perencana tersebut meliputi kelembagaan,
hubungan kerja maupun operasionalnya pada suatu proyek.
c. Tinjauan khusus terhadap proyek yang bersangkutan meliputi pembahasan
terhadap proyek perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini digunakan beberapa metode pembahasan
sebagai berikut:
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dicari digolongkan berdasarkan sumber dari data, yang data dibedakan
menjadi:
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data utama yang akan digunakan dalam
pembahasan tentang kerja praktek ini. Data ini menjadi data utama karena lebih
aktual dan lebih nyata. Data tersebut diantaranya :
 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dan diskusisecara
langsung dengan pihak yang terlibat dalam struktur organisasi Konsultan
perencana seperti Arsitek, Ahli Struktur, Ahli ME dan Plumbing atau
yang lainnya,dalam mengetahui tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan
dari bagaimana proyek tersebut didapat, tahapan-tahapan awal proyek
tersebut dikontrak sampai proses perencanaan tersebut selesai, bagaimana
cara memanagement pegawai dan juga bagaimana proses proyek tersebut
apabila nantinya ditenderkan selain itu juga dengan bagian Administrasi,
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan administrasi (non
teknis). Dan proses perancangan proyek tersebut.
 Observasi
Melakukan pengamatan dan terlibat langsung terhadap proses perencanaan
yang dilakukan oleh konsultan bersangkutan. Pengamatan yang diakukan
harus intensif sehingga data yang diperoleh lengkap dan bisa diketahui
setiap perkembangan yang terjadi.
 Foto, Dokumen dan Gambar

4
Melakukan analisa melalui foto, dokumen dan gambar yang telah di
rancang oleh perencana. Sehingga nantinya proyek tersebut diharapkan
dapat terwujud sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
b. Data Skunder
Data skunder merupakan data pendukung yang diperoleh diluar dari obyek
utama jika data utama kurang memadai. Selain itu data skunder dijadikan
pembanding dengan data utama.
Salah satu satu cara mendapatkan data skunder adalah dengan mengadakan studi
literatur. Studi litertur adalah mempelajari literatur yang terkait dengan judul
proyek yang dibahas dalam hal ini adalah teori rumah rehabilitasi, pengertian,
dan persyaratan sebuah rumah rehabilitasi. Berdasarkan jenisnya, data di
golongkan menjadi:
 Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung (tidak memiliki
jumlah pasti) tetapi dapat dirasakan atau dibandingkan, antara lain cara
kerja pihak konsultan perencanaan dalam menangani pekerjaan, cara dalam
mendapatkan proyek, cara dalam mengatur pegawai, cara menentukan fee
dalam sebuah proyek, dan lain-lain.
 Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung, dan memiliki jumlah
pasti, antara lain: jumlah struktur organisasi pegawai, perlatan dan jenis
peralatan yang digunakan,tahapan-tahapan dalam menangani sebuah proyek
dan juga jumlah proyek yang pernah ditangani.
1.5.2 Teknik Pembahasan
a. Teknik Komparatif
Menggunakan teori yang didapat di perkuliahan dan literature untuk
dibandingkan dengan praktik di lapangan.
b. Metode Analitis Deskriptif
Menekankan pada penganalisaan masalah teknis maupun non teknis yang
bertitik tolak padapendekatan arsitektur sehingga akan diperoleh alternatif
pemecahan masalah serta saran-saran untuk menuju perencanaan yang lebih
baik.

5
1.5.2 Metode Penyimpulan
Metode Penyimpulan yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode
Penyimpulan Deduktif. Metode Penyimpulan Deduktif yaitu menyimpulkan
proses pekerjaan penanganan suatu proyek dari proses perencanaan hingga proses
pelaksanaan secara umum, kemudian diikuti dengan kesimpulan dari yang
dijumpai pada proses penanganan pekerjaan pada masing-masing tahapan proses.
Penyimpulan ini hanya dilakukan selama waktu pelaksanaan kegiatan Kerja
Praktek Lapangan. Dari uraian di atas, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
dan memahami sebuah proses penanganan suatu kegiatan perencanaan.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyususnan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini secara sistematis
dapat dikelompokkan dalam beberapa bab, diantaranya:

~ Bab I Pendahuluan
Merupakan bab awal yang menjelaskan tentang: Latar Belakang laporan, Identifikasi
dan Rumusan Masalah, Tujuan, Sasaran dan Manfaat, Lingkup Pembahasan,
Metodelogi dan Sistematika Penulisan.

~ Bab II Tinjauan Umum


Pada bab ini dijelaskan tentang tinjauan Konsultan Perencana yang menyangkut :
Pengertian, ruang lingkup, persyaratan, kualifikasi dan klasifikasi, hak kewajiban
serta tanggung jawab, hubungan kerja dan operasional konsultan perencana.

~ Bab III Tinjauan Khusus


Tinjauan Proyek : identifikasi, Latar belakang, proses mendapatkan proyek, lokasi,
proses desain, penentuan perencanaan.

Tinjauan Konsultan Perencana : Identitas Konsultan Perencana, ruang lingkup,


peranan wewenang, tanggung jawab, manajemen Konsultan Perencana dan fasilitas.

~ Bab IV Permasalahan dan Pembahasan


Dalam bab ini dijelaskan tentang permasalahan dan pembahasan baik secara teknis
maupun non teknis yang ada dalam perencanaan.

~ Bab V Kesimpulan dan Saran


Merupakan bab terakhir yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran penulis.

6
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONSULTAN PERENCANA

Dalam bab ini akan ditinjau secara umum mengenai badan konsultan perencana, dengan
demikian dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
( PKL ).

2.1 Tinjauan Konsultan Perencana


Pada sub ini akan dipaparkan beberapa hal yang erat kaitannya dengan konsultan
perencana atau biro perencana secara umum serta proses atau tahapan dalam
perencanaan sebuah proyek.

2.2 Pengertian konsultan


Konsultan Perencana adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan (planning) lingkungan,
perancangan (designing) bangunan beserta kelengkapannya, berfungsi membantu
Pengelola Proyek untuk melaksanakan Dokumen Perancangan, Dokumen Lelang,
Dokumen Pelaksanaan Konstruksi dan memberikan penjelasan pada waktu pelelangan
serta memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan perancangan yang timbul
selama tahap konstruksi serta bertanggung jawab secara kontraktual kepada Pimpinan
Proyek atau pimpinan Bagian Proyek. Dari segi etimologi konsultan berasal dari kata
consult + ant yang berarti suatu yang memenuhi syarat untuk memberikan pendapat
profesional. Dalam hal ini adalah memberikan pendapat berupa gagasan perencanaan.
(http://www.etymonline.com/index.php).
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum : 2007, hal. 4). Berdasarkan keputusan Dirjen
Cipta Karya No.051/kpts/C1/1984, tanggal 1 Maret 1984 menyatakan bahwa konsultan
perencana adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang konsultasi, yang berbadan
hukum dan lulus dalam persyaratan prakwalifikasi.
Menurut Ir. Syahrul Syarif, menyatakan bahwa Arsitek adalah perorangan atau
badan usaha yang dengan keahliannya dan berdasarkan suatu pemberi tugas mengerjakan
perencanaan, perancangan dan pengawasan bangunan, memberikan nasehat atau jasa-
jasa lain yang berhubungan dengan perancangan dan pengawasan Ruang Kuliah, tata
kota, jalan dan jembatan. (Syarif, Ir. Syahrul, I.A.I. : 1991, hal. 2).
Berikut adalah peraturan lain yang menentukan pihak yang bertindak sebagai
perencana:

7
1. Instansi-instansi Departemen PUTL, terutama di daerah-daerah dimana belum ada
perencana yang ahli dan berpengalaman atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat sederhana atau yang sangat mendesak penyelesaiannya. (Soetami, Pedoman
Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan-Bangunan Gedung Negara :
1971, hal. 22).
2. Badan Usaha / orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan
Jasa Konsultansi. (KEPRES NO 95 TAHUN 2007,Tentang Pengadaan Jasa
Konsultasi).
3. Perencana arsitektur sebagai individu disebut sebagai Arsitek, dimana pengertian
arsitek adalah :
- Orang sebagai ahli di bidang arsitektur yang memiliki tanggung jawab untu
meneliti dan mempelajari permasalahan masyarakat yang timbul dan dapat
mengusulkan cara-cara pemecahannya. (Saleh Amirudin, Pengantar Kepada
Arsitektur, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan : 1980, hal. 22).
- Perorangan atau badan usaha yang dengan mempergunakan keahliannya dan
berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan perencanaan, perancangan dan
pengawasan pembangunan, memberi nasehat atau jasa-jasa lain yang
berhubungan dengan perencanaan, perancangan dan pengawasan di bidang
teknik pembangunan (arsitek bangunan, jembatan, pertamanan, perancangan
kota, pembagian kota, dan jalan-jalan serta arsitektur tata ruang dalam).
4. Perencana adalah pihak yang ditugaskan oleh pemberi tugas untuk pekerjaan-
pekerjaan desain dan Rencana Anggaran Biaya serta memberikan advis yang
dikaitkan dengan perencanaan dalam pelaksanaan proyek. (Biro Bina Sarana
Perusahaan Sek. Dep. PU, Manajemen Perencanaan Pekerjaan, 1993).

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu simpulan bahwa konsultan perencana
adalah perseorangan atau badan usaha yang berbadan hukum yang memenuhi
persyaratan prakwalifikasi yang ditetapkan untuk dapat menerapkan keahliannya dalam
bidang perencanaan, perancangan dan pengawasan, memberikan konsultasi yang
berhubungan dengan perancangan dan pengawasan pada bidangnya.

2.3 Ruang Lingkup Konsultan Perencana


Lingkup layanan jasa konsultasi mencakup layanan survey, layanan studio makro,
layanan studi rinci, layanan perancangan dan perencanaan, layanan pengawasan,
layanan produksi dan industri, layanan konsultasi operasi dan pemeliharaan serta

8
rehabilitasi, layanan jasa informasi, layanan jasa manajemen, penelitian dan pelatihan
serta layanan jasa penasehatan. (Departemen Keuangan dan Badan Perencanaan
Bangunan Nasional, : 2000, hal. 55).
1. Sebagai Perencana, meliputi tugas-tugas sebagai berikut :
a. Persiapan perancanaan yang meliputi tugas-tugas penyelidikan, penelitian dan
penilaian mengenai keadaan pada saat perencanaan dan kebutuhannya,
pembiayaan dan tanah bangunan.
b. Pembuatan konsepsi perencanaan, sketsa pendahuluan dan pra rencana.
c. Pembuatan rencana pelaksanaan yang terdiri dari rencana arsitektural, rencana
konstruksi, rencana mekanikal dan elektrikal, rencana sanitasi dan plumbing,
rencana interior, rencana landscape, rencana kerja dan syarat-syarat serta
rencana anggaran biaya.
2. Sebagai Konsultan
a. Meliputi tugas-tugas fesibility study, design requirent serta sebagai pendamping
pemberi tugas selama proses penyelenggaraan pembangunan.
b. Jenis pekerjaannya meliputi konstruksi, utilitas, interior, eksterior, planology
dan survei.
3. Sebagai Pengawas
Pada umumnya pemberi tugas akan menunjuk perencana sebagai pengawas, oleh
karena perencana dianggap mampu menguasai dan menghayati hasil
perencanaannya.
a. Meliputi tugas-tugas pengawasan pembangunan di lapangan dari segi teknis
pelaksanaannya maupun administrasinya.
b. Jenis pekerjaannya meliputi bangunan gedung, interior dan eksterior.

2.4 Persyaratan Konsultan Perencana


Berdasarkan Keppres No. 95 tahun 2007 yang mengatur mengenai pelaksanaan
seleksi jasa konsultan memiliki beberapa persayratan, diantaranya.
1. Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP untuk jasa konsultansi non
konstruksi dan IUJK untuk jasa konsultansi konstruksi.
2. Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh orang yang secara
hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak.

9
3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana berupa surat
pernyataan dari konsultan yang bersangkutan.
4. Dalam hal penyedia jasa konsultansi akan melakukan kemitraan, penyedia jasa
konsultansi wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat
persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.
5. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan
bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/ pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum berkewajiban untuk
melapor.
6. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan jasa
konsultansi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa konsultansi
yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun.
7. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di
suatu instansi pemerintah.
8. Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai.
9. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan
lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan, atau pengalaman
tertentu.
10. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang
diperlukan.
11. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan
usaha yang dimiliki.
12. Memenuhi KD = 3 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman tertinggi
pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir. Kemampuan
dasar suatu konsultan ditentukan dari besarnya tingkat proyek yang pernah diambil
sebelumnya.

2.5 Kualifikasi dan Klasifikasi Konsultan Perencana


Kualifikasi dan klasifikasi Konsultan Perencana berdasarkan Keppres No. 95
Tahun 2007 yang mengatur prakualifikasi untuk Calon Rekanan, menyatakan bahwa :
Klasifikasi dan kualifikasi merupakan bagian dari kegiatan prakualifikasi yang
dilaksanakan panitia prakualifikasi daerah dimana harus sepengetahuan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I, yang meliputi :

10
2.5.1 Klasifikasi Konsultan Perencana
Klasifikasi merupakan kegiatan penggolongan perusahaan jasa konsultan yang
memuat bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan. Klasifikasi menurut
bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan dapat dibedakan atas :
a. Bidang Pekerjaan Umum.
b. Bidang Transportasi.
c. Bidang Pariwisata, pos dan telekomunikasi.
d. Bidang Pertanian.
e. Bidang Perindustrian.
f. Bidang Pertambangan dan Energi.

2.5.2 Kualifikasi Konsultan Perencana


Kualifikasi merupakan penelitian serta penggolongan konsultan menurut tingkat
kemampuan dasar setiap bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaan. Penilaian
kemampuan dasar/profesionalisme konsultan didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Pengalaman Kerja.
Pengalaman untuk 7 (tujuh) tahun terakhir :
 Diuraikan nama pekerjaan yang dilaksanakan
 Lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan
 Lokasi dan pemberi tugas
 Nilai dan waktu pelaksanaan
Sub unsur yang dinilai :
 Pengalaman melaksanakan pekerjaan/kegiatan sejenis.
 Pengalaman manajerial dan fasilitas utama.
 Kapasitas perusahaan dgn memperhatikan jmlh tenaga ahli tetap.
b. Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja.
Penggolongan konsultan perencana juga bias dilihat dari metodologi dan
rencana kerja yang dibuat. Hal-hal yang dinilai diantaranya.
 Pemahaman atas layanan jasa yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
(TOR) menyangkut : tujuan proyek/kegiatan, lingkup, serta jasa konsultansi
yang diperlukan.
 Kualitas metodologi : ketepatan diagnosa masalah, langkah pemecahan
yang diusulkan, konsistensi metodologi dengan rencana kerja, jangka waktu
pelaporan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli yang diperlukan, program

11
kerja, jadual pekerjaan, jadual penugasan, organisasi pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan orang bulan, kebutuhan fasilitas penunjang.
 Hasil kerja (deliverable), antara lain : analisis, gambar-gambar kerja, spek
teknis, perhitungan teknis, dan laporan-laporan.
 Fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam
KAK/TOR.
c. Kualifikasi Tenaga Ahli
penilaian terhadap konsultan juga bias dilihat dari penggunaan tenaga ahli
dalam konsultan tersebut. Poin penilaiannya antara lain.
 Tingkat pendidikan (D3, S1,S2, S3 )
 Pengalaman kerja profesional yang didukung dengan referensi pengguna
jasa sebelumnya. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai team leader/co
team leader dinilai juga pengalaman pada posisi yang sama.
 Penguasaan bahasa. Semakin banyak dan baik bahasa yang dikuasai maka
semakin berkualitas konsultan tersebut. Sehingga berpotensi memperoleh
klien dari luar negeri.
 Sertifikat Keterangan Ahli (SKA) dari institusi bersangkutan terkait dengan
profesi masing-masing tenaga ahli.
d. Keuangan
Keuangan dinilai pada kemampuan konsultan, dibatasi pada penilaian
kekayaan bersih sebagai dasar untuk kualifikasi perusahaan menurut
kemampuan keuangannya yang dikaitkan dengan nilai pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh tiap-tiap konsultan.

Berdasarkan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)No.


12a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas
Konstruksi, kriteria jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi (konsultan)
digolongkan sebagai berikut.

NO GOLONGAN KUALIFIKASI KEKAYAAN BERSIH

12
1 Perorangan Grade 1 Tidak dipersyaratkan
2 Kecil Grade 2 s.d Rp. 200.000.000
3 Menengah Grade 3 Rp. 200.000.000 s.d Rp. 1.000.000.000
4 Besar Grade 4 Diatas Rp. 1.000.000.000

Table 2.1. Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan


Sumber: Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)No. 12a tahun 2008 tentang
Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi

Khusus untuk perusahaan baru berdiri dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) nilai
kekayaan bersih mengacu kepada jumlah Modal Disetor yang tercantum didalam
akta pendirian perusahaan. Ketentuan lain yaitu:
- Untuk kualifikasi Gred 3 dan Gred 4, perusahaan harus berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
- Untuk pendirian PT baru dengan modal disetor didalam akta pendirian minimal
Rp. 200.000.000 (duaratus juta rupiah) bisa mengajukan kualifikasi tertinggi
pada Gred 3 dengan jumlah maksimum 3 bidang dan maksimum 5 sub bidang.

2.6 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab


Adapun hak-hak yang dimiliki oleh sebuah Konsultan atau Biro Perencana di dalam
melaksanakan pekerjaannya, seperti hak untuk mendapatkan imbalan atas jasa dan hasil
pekerjaannya. Konsultan juga berhak untuk mengubah rancangannya, berhak menolak
penilaian estetika / hasil tugasnya oleh pengawas terpadu maupun pemberi tugas, hak
untuk mengembalikan tugas karena alas an tertentu seperti pertimbangan dalam dirinya,
keadaan force majure dan kelalaian pemberi tugas, disamping itu konsultan berhak untuk
menuntut agar nama, tanda pengenal atau tanda namanya dicabut jika terjadi perubahan
sifat maupun mutu pekerjaan tanpa sepengetahuannya.
Adapun tahapan angsuran honorium yang diterima atas jasa-jasa yang diberikan oleh
konsultan perencana tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :
Tahapan Pekerjaan Arsitek Sipil
Pra Rencana 15% 20%
Rencana Pelaksanaan 30% 25%
Gambar Detail 18% 18%
Uraian & Syarat-syarat 3% 3%
Anggaran Biaya 3% 3%
Pelelangan 1% 1%
13
Pengawasan 30% 30%
Total 100% 100%
Tabel 2.1 Perhitungan Honorium Jasa Konsultan Perencana

Adapun kewajiban yang harus dipenuhi oleh perencana adalah seperti berikut ini :
wajib mengumpulkan dan mengolah berbagai data / informasi untuk mendapatkan
program disain, wajib membuat konsep-konsep desain yang memenuhi persyaratan dan
disetujui pemberi tugas, wajib menampilkan desainnya dalam bentuk gambar, diagram
sistem dan laporan tertulis, wajib membantu pemberi tugas untuk menyelenggarakan
proses pelelangan, dan wajib mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
melestarikan lingkungan sekitarnya.
Berikut ini adalah beberapa tanggung jawab perencana dalam melaksanakan
tugasnya : perencana bertanggungjawab atas kerugian akibat kesalahan dalam
perencanaan ataupun orang-orang yang bekerja padanya saat pelaksanaan tugas, namun
perencana tidak bertanggungjawab atas kerugian atas kesalahan yang tidak dapat
dihindari dan telah melalui proses pengawasan, perencana bertanggungjawab atas hasil
pekerjaan perancangan ataupun pengawasan oleh ahli khusus yang bekerja atas nama
perencana ataupun pihak lain yang telah disebutkan berada di bawah koordinasi
perencana sepenuhnya. Perencana bertanggungjawab sepenuhnya atas segala kesalahan
yang disengaja tanpa ada pembatasan, namun bila keasalahan tersebut di luar
kesengajaan maka perencana hanya bertanggungjawab sebatas jumlah imbalan jasa yang
diterimanya.

2.7 Hubungan Kerja


Konsultan perencana merupakan sebuah organisasi, di dalam organisasi tentu terjadi
hubungan antar individunya yang secara umum dapat disebut sebagai hubungan kerja,
pengorganisasian ini dapat dilihat dalam 2 kelompok, meliputi:

14
a. Hubungan Kerja Intern, merupakan hubungan kerja antar personil di dalam
organisasi itu sendiri, ada beberapa bentuk hubungan kerja intern, seperti pada
diagram di bawah ini :
DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN PERUSAHAAN

KABAG PERENCANA KABAG DOKUMENTASI KABAG ADMINISTRASI


KONSTRUKSI KONSTRUKSI
PERENCANA
JURU GAMBAR KABAG DOKUMENTASI ADM. KONSTRUKSI
JURU MAKET JURU RAB PERSONALIA
PENGAWAS SHOP DRAW

Diagram 2.1 Organisasi Departemen Sistem


(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996

DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN PERUSAHAAN

KABAG KABAG PERENCANA KABAG DOKUMENTASI KABAG ADMINISTRASI


KONSTRUKSI KONSTRUKSI
PERENCANA KONSTRUKSI
JURU GAMBAR JURU GAMBAR ADM. KONSTRUKSI
JURU MAKET RENC. BIATA PERSONALIA
PENGAWAS SHOP DRAW CHEK

PIMP. TEAM PIMP. TEAM PIMP. TEAM

A B A B A B

Diagram 2.2 Organization Team Modified System


(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996;12)

15
DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN PERUSAHAAN

PIMPRO PIMPRO PIMPRO

PIMP. TEAM PIMP. TEAM PIMP. TEAM


PROYEK A PROYEK B PROYEK C

PERENCANA PERENCANA PERENCANA


JURU GAMBAR JURU GAMBAR JURU GAMBAR
RAB RAB RAB
SHOP DRAW SHOP DRAW SHOP DRAW

Diagram 2.3 Organization Non Departemen System


(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996)

Tugas masing-masing personil dapat diuraikan berikut ini:


~ Direktur utama, bertanggungjawab atas segala kebijakan dan strategi perusahaan,
berhubungan dengan relasi, menentukan serta mengarahkan perencanaan secara
makro, serta menganalisa setiap laporan.
~ Bagian administrasi, bertanggungjawab atas hal yang berkaitan dengan administrasi
sperti surat-menyurat dan ketata usahaan.
~ Bagian perencanaan, bertanggungjawab atas penyusunan gambar rencana hingga
siap dilaksanakan.
~ Bagian dokumentasi konstruksi, bertanggungjawab terhadap pendekatan harga
setiap perencanaan, mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan.
~ Bagian administrasi konstruksi, bertanggungjawab atas perhitungan harga
konstruksi.
~ Pimpinan proyek, bertanggungjawab atas kelancaran proyek, membuat desain dan
konstruksinya sesuai dengan rencana dan anggaran yang tersedia, serta mengenai hal
yang bersangkutan dengan ketatausahaan proyek.
b. Hubungan Kerja Ekstern, merupakan hubungan kerja antara konsultan perencana
dengan pihak luar yang terkait dalam aktivitas pengadaan proyek perencanaan
bangunan. Hubungan ini ada 2 jenis tergantung proyek yang di tangani, yaitu:

16
hubungan untuk proyek swasta dan hubungan untuk proyek pemerintah, yang dapat
dilihat dari diagram berikut ini :

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BOWHEER

PERENCANA

DEPARTEMEN PAJAK
BANK
DEPT. PERDAGANGAN

Diagram 2.4 Struktur Organisasi Ekstern Proyek Swasta

PIMPINAN PROYEK

DEPT. PU PERENCANA KANTOR


CIPTA KARYA PERBENDAHARAAN
NEGARA

KANTOR KAS NEGARA

NOTARIS
PEMDA TINGKAT I
DINAS PU
INSTANSI PAJAK
DEPT. PERDAGANGAN
BANK
KADIN
INKINDO

Diagram 2.5 Struktur Organisasi Ekstern Proyek Swast

Sedangkan peran masing-masing instansi dapat dijelaskan berikut ini: pimpro adalah
pemimpin proyek dari instansi pemberi tugas, Pemda Tingkat I berperan menetapkan
TDR (Tanda Daftar Rekanan), Dinas Pekerjaan Umum berperan memberikan SIUJK
(Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi), Instansi Pajak berkaitan dengan perpajakan,
Departemen Perdagangan memberikan surat perintah pembayaran untuk permohonan
termin yang diajukan oleh konsultan perencana dan telah mendapat persetujuan dari
pimpro atas prestasi kerjanya, Kantor Kas Negara bertugas melakukan pembayaran

17
honorarium, Notaris berperan sebagai pihak yang mengesahkan berbagai akte yang
berkaitan dengan proyek tersebut, seperti kontrak kerja ataupun akte perusahaan, dan
bank memberikan bantuan dana bagi konsultan.

2.8 Operasional

2.8.1 Cara Mendapatkan Proyek


Untuk mendapatkan proyek / pekerjaan bagi konsultan perencana ada beberapa
cara, sesuai dengan Kepres nomor 16 tahun 1994 bahwa pengadaan jasa konsultan
dapat melalui beberapa cara, seperti berikut ini:
a. Pelelangan Umum, merupakan pelelangan yang terbuka untuk umum yang
diberitakan dalam media masa maupun papan pengumuman resmi, pelelangan
ini dapat diikuti oleh umum yang memenuhi persyaratan yang ditentukan
panitia.
b. Pelelangan Terbatas, diadakan untuk pekerjaan tertentu dengan minimal
diikuti oleh 5 rekanan dari DRT yang dipilih dari DRM (Daftar Rekanan
Mampu).
c. Pemilihan langsung, dilakukan tanpa melalui pelelangan umum maupun
terbatas, pemilihan rekanan dilakukan pemilihan atas 3 penawar (minimal).
d. Pengadaan Langsung, dilakukan tanpa melalui pelelangan umum maupun
terbatas ataupun pemilihan langsung, hal ini dilakukan diantara golongan
ekonomi lemah.

2.8.2 Cara Menangani Proyek


Dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, perencana memerlukan adanya
beberapa pedoman, seperti: SPK (Surat Perintah Kerja) dan pihak pemberi tugas,
surat perjanjian kerja / kontrak, pengarahan dari departemen Pekerjaan Umum,
dana yang tersedia, Daftar Isian Proyek (DIP) dan program di bidang
pembangunan. Disamping itu masih ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, seperti: peraturan pemerintah daerah setempat mengenai bangunan,
ketentuan standar harga bangunan permeter persegi, luas lantai, standar arsitektur
dan persyaratan konstruksi serta teknisnya seperti: Peraturan Beton Bertulang
Indonesia NI-2 (PBBI), Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3,
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 (PKKI), Peraturan Umum Instalasi
Listrik NI-6 (PUIL), semen Portland NI-8, Peraturan Muatan Indonesia NI-8

18
(PMI), batu bata sebagai bahan bangunan NI-10, persyaratan pengecetan NI-12,
dan lain-lainnya.
Proses pelaksanaan pekerjaan yang dijalani perencana dalam menangani proyek
perencanaan secara garis besar dapat diuraikan menjadi:
a. Persiapan Perancangan, setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja dari pihak
pemilik proyek, perencana mulai mengumpulkan data dan informasi lapangan
yang berkaitan dengan proyek tersebut yang selanjutnya diolah untuk
menghasilkan konsep perancangan yang disertai dengan sketsa-sketsa
pendahuluan yang dipergunakan untuk menampilkan ide awal kepada pihak
pemberi tugas.
b. Pra Rancangan, setelah ditemukan kesepakatan dengan pihak pemberi tugas
atas sketsa awal tersebut, dilanjutkan menyempurnakan konsep perancangan,
pada tahap ini ditampilkan disain secara global berupa gambar situasi, denah
plan dan potongan plan serta perhitungan anggaran biaya global.
c. Tahap Perancangan, dalam tahap ini merupakan pemantapan konsep disain
dan rancangan arsitektur, struktur serta utilitasnya dengan menampilkan
gambar tapak, denah, potongan serta beberapa detail arsitektur yang dianggap
perlu ditampilkan, dan penyusunan anggaran secara lebih mendetail.
d. Dokumen Pelaksanaan / gambar kerja, setelah seluruh disain disetujui
bowheer, pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan gambar-gambar detail baik
arsitektur maupun struktur, penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehingga disain siap untuk di
kerjakan.
e. Pelelangan, setelah gambar kerja selesai dilanjutkan dengan tahap pelelangan,
perencana membantu pimpro / bowheer menyusun berita acara, memberikan
aanwizing, membantu panitia melakukan evaluasi penawaran, serta menyusun
dokumen pelaksanaan.
f. Pengawasan, memeriksa pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan
penjelasan dan pemecahan terhadap permasalahan yang timbul, serta
menyusun laporan akhir perancangan.
Penyusun petunjuk penggunaan dan perawatan bangunan Ruang Kuliah,
peralatan dan perlengkapannya sesuai dengan spesifikasi teknis disain atau
perancangan untuk tujuan pelaksanaan building inspectio

19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PERENCANAAN RUMAH REHABILITASI KDRT

Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mengkhusus mengenai tinjauan proyek “Rumah
Rehabilitasi KDRT” di Desa Nyambu, Kediri – Tabanan yang akan direncanakan dalam studi
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Konsultan Perencana yang mengerjakannya yaitu CV.
INDOCONS. Hal-hal yang dijelaskan pada bagian ini merupakan data di lapangan yang
nantinya akan dibandingkan dengan teori yang ada dan dibahas pada bab berikutnya.

3.1 Tinjauan Perencanaan Rumah Rehabilitasi KDRT


Berikut adalah beberapa pemaparan mengenai hal hal yang berkaitan dengan proyek
yang dikerjakan yaitu Perencanaan Pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT” Desa
Nyambu, Kediri – Tabanan.

3.1.1 Identifikasi Proyek


Berikut adalah identitas yang berkaitan dengan proyek yang sedang ditangani
antara lain :
Nama proyek : Perencanaan Pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT”
Desa Nyambu, Kediri – Tabanan.
Lokasi proyek : Jalan Raya Kaba - Kaba, Kediri - Tabanan
Luas proyek : 660 m2
Pemilik Proyek : Mr. Greg Dingizian
Konsultan : CV. INDOCONS
Alamat Konsultan : Bjr.Pumahan, Desa Gitgit Kec. Sukasada-Singaraja
Bangunan yang akan dirancang adalah suatu Rumah Rehabilitasi KDRT yang di
lengkapi dengan beberapa fasilitas seperti bedroom, dining room, living room,
kitchen, library room, dan bathroom serta fasilitas penunjang seperti receptionist,
front office,laundr dan outdoor shower.

3.1.2 Latar Belakang Proyek


Pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT” di Desa Nyambu, Kediri –
Tabanan berada di kawasan Villa pribadi yaitu Villa Griya Arjuna yang dimana
didalam areal villa tersebut akan di bangun “Rumah Rehabilitasi KDRT”. Mr. Greg
Dingizian selaku owner merencanakan pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT”

20
tersebut dengan alasan untuk menampung saudara yang mendapat perlakuan
kekerasan dalam rumah tangga khusus untuk orang atau saudara dekat. Hal
tersebut membuat owner tergerak hatinya untuk merencanakan pembangunan
karena melihat ada beberapa saudara dekat yang mengalami masalah dalam
keluarganya agar bisa membantu dan memberi solusi dalam keluarga serta
mengawasi langsung dalam perkembangan keluarga yang mengalami kekerasan
dalam rumah tangga.
Luas area existing Villa Griya Arjuna yaitu sekitar 15000 m 2 (150 are)
sedangkan untuk pembangunan Rumah Rehabilitasi KDRT luas site yang ada
sekitar 660 m2 (6,6 are). Dalam perencanaan Rumah Rehabilitasi KDRT owner
mengingikan perencanaan berbagai fasilitas ruangan seperti bedroom sekitar 8 unit
masing-masing memiliki bathroom , dining room, living room, kitchen, library
room, dan serta fasilitas penunjang seperti receptionist, front office, laundry dan
outdoor shower.

3.1.3 Proses Mendapatkan Proyek


Pihak CV. INDOCONS mendapatkan proyek “Rumah Rehabilitasi KDRT”
dengan cara penunjukan langsung oleh pihak owner kepada konsultan perencana
CV. INDOCONS dengan pertimbangan pihak owner sudah menjalin hubungan
kerja sama sebelumnya dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Selain itu pihak
owner juga sudah saling kenal dengan pemilik CV. INDOCONS dan mendapatkan
keprcayaan, seingga tidak menimbulkan keraguan bagi pihak owner.

3.1.4 Lokasi Proyek


Lokasi tapak proyek berlokasi di area Villa Griya Arjuna Desa Nyambu,
Kediri – Tabanan Bali.

3.1.5 Proses Desain Rumah Rehabilitasi KDRT


Tahapan perencanaan “Rumah Rehabilitasi KDRT” ini dilaksanakan secara
baik dan terarah dengan langkah – langkah penerapan sebagai berikut :
1. Pendekatan Operasional
Perencana akan memberikan jasa – jasa teknis secara efisien dan efektif
dalam perencanaan, yaitu Organisasi dan staffing melalui tim yang merupakan
tenaga ahli berkualitas sesuai spesifikasi yang diperlukan. Sistem komunikasi
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas dan hasil pekerjaan secara

21
keseluruhan dipimpin oleh atau melalui team leader yang berkualitas dan
mengacu pada standar kerja jasa kontruksi.
2. Pendekatan Teknis
Dalam pendekatan teknis ini beberapa langkah yang dilakukan perencana
antara lain :
a. Standar yang digunakan dalam perencanaan pekerjaan dan pengujian
material yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan mengacu pada standar
nasional.
b. Sistem manajemen proyek konsultan harus melaksanakan suatu sistem
manajemen proyek yang diperlukan dalam rangka pelaksanakan proyek yang
meliputi pengendalian jadwal, kualitas dan biaya pelaksanaan konstruksi.
Di samping itu, beberapa hal yang akan dikembangkan antara lain:
1. Survey Lapangan dan Pengumpulan Data.
Penempatan data wilayah survey, didasarkan pada wilayah atau lokasi
yang yang nantinya akan menjadi tempat bagi pembangunan Rumah
Rehabilitasi KDRT, pengumpulan data yang diperlukan adalah data
primer dan data sekunder. Sedangkan aspek yang disurvei disesuaikan
dengan komponen yang telah ada khususnya yang telah terangkum
didalam Masterplan sebelumnya.
a. Pengumpulan Data Primer
Data yang didapat atau diambil atau bersumber langsung dari tapak
yang menjadi lokasi antara lain meliputi:
 Pengumpulan data lahan di lokasi
 Melakukan konsultasi dan evaluasi atas data-data lahan yang
sudah dituangkan dalam bentuk gambar lokasi;
 Data keadaan lahan mencakup :
o Perletakan tapak
o Bentuk serta luas
o Lahan disediakan berupa tanah isi dan atau lahan kosong
o Kondisi lingkungan, menurut ketentuan planologi kota, serta
peruntukan tanah sekitarnya
o Perbatasan lokasi (utara, selatan, barat dan timur)
o Jaringan listrik, air minum, air kotor atau air bekas cuci,
pemadam kebakaran, dan landscape

22
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang tidak berkaitan
secara langsung dengan obyek perancangan tetapi sangat mendukung
program perancangan meliputi :
 Studi Literatur
 Studi Perbandingan
2. Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa melalui pendekatan-
pendekatan yang sesuai dengan lingkup analisa. Analisa-analisa yang
dilakukan terdiri dari :
 Analisis kegiatan dan fungsi saat ini
o Flow dan kuantitas jumlah pengguna
o Kuantitas civitas
 Menetapkan :
o Tipe kebutuhan utama dan proyeksi pengembangan
o Kegiatan utama, pengunjung dan perlengkapan yang digunakan
o Analisis data keadaan lokasi
o Analisis terhadap keadaan lokasi
o Analisis pencapaian lokasi;
o Analisis situasi dan rencana tapak meliputi :
- Analisis skematik bangunan yang direncanakan
- Menganilisis dan membuat alternatif rencana arsitektur
- Menganalisis rencana struktur atau konstruksi
- Analisis skematik sub system mekanikal dan elektrikal
- Analisis skematik prasarana tapak.
3. Master Program
Penyusunan Pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT” ditujukan
untuk menampung keuarga atau sanak saudara yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga khususnya orang-orang terdekat dari
owner. Pada tahap awal perencanaan, perlu dilakukan studi kelayakan
untuk menentukan master program yang akan di gunakan, agar fungsi
dan tujuan dari pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT” dapat
berjalan dengan baik, fungsi – fungsi tiap bagian harus berjalan secara

23
optimal sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut, yaitu studi program
fungsi.
Studi kelayakan pada tapak pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
perencanaan pembangunan (pembangunan secara fisik dan non fisik)
agar bangunan tersebut dapat berfungsi secara optimal dalam kurun
waktu tertentu. Kelayakan yang akan dikaji pada tahapan ini meliputi
kebutuhan ruang yang akan di fasilitasi, kesatuan unit bangunan dengan
lingkungannya. Selain itu adanya kebutuhan sarana dan prasarana serta
tenaga yang dibutuhkan agar pelayanan dimaksud berjalan lebih optimal.
Hal ini dilakukan untuk menetapkan pembangunan “Rumah
Rehabilitasi KDRT” kedepannya agar dapat berfungsi dengan lebih baik.
Selanjutnya melakukan pemilihan terhadap beberapa alternatif
pembangunan dikaitkan dengan langkah – langkah dalam proses untuk
kemudian dipilih salah satu alternatif yang terbaik, hasil proses ini
dikenal sebagai Layout Plan.
4. Perencanaan Fisik Bangunan (Blok Plan)
Perencanaan atau rencana kerja induk pada dasarnya merupakan
suatu dokumen lengkap tentang rencana pembangunan yang sesuai
dengan kebutuhan master program terpilih. Dengan ini maka penjabaran
secara rinci mengenai kebutuhan suatu bangunan secara fisik dan non
fisik secara optimal dapat dilakukan. Rencana fisik bangunan (blok plan)
akan menjelaskan segala hal yang terkait dengan upaya penetapan lokasi
unit rencana dalam bentuk blok bangunan termasuk kebutuhan
penunjangnya. Rumusan perencanaan fisik bangunan (blok plan) akan
dirinci dan dituangkan ke dalam Kebutuhan Luas Ruangan berdasarkan
Program Fungsi dan Beban Kerja. Rencana pembangunan akan dibuat
berdasarkan kebutuhan yang ditinjau dari studi tentang beban kerja saat
ini dan proyeksi pada masa yang akan datang dan juga dikaji terhadap
kebijaksanaan pembangunan Rumah Rehabilitasi KDRT yang
bersangkutan, serta memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan. Sebagai dasar untuk perhitungan luas lahan
dipergunakan beberapa dasar pertimbangan dan pemikiran lain sebagai
berikut :
• Proyeksi perkembangan jumlah beban kerja.

24
• Standar luas dan kebutuhan untuk setiap aktivitas dan fasilitas
• Sejumlah asumsi pendukung dan data pelengkap lainnya
Penyusunan konsep dasar pemikiran tersebut di atas, bertitik tolak
pada permasalahan yang spesifik dalam perencanaan bangunan, yaitu
terdapatnya fleksibilitas, rumusan kemungkinan untuk pengembangan
serta tercapainya efisiensi hubungan dan pelaksanaan kerja. Sedangkan
efisiensi hubungan kerja, diukur dengan kriteria sebagai berikut :
• Aksesibilitas
• Sirkulasi jelas
• Nyaman
• Aman
• Hubungan fungsional tercapai
• Terjaganya privasi
Agar pengertian dasar di atas dapat dituangkan ke dalam suatu
konsep yang menyeluruh, maka perencanaan suatu bangunan harus dapat
menguraikan pula beberapa aspek :
• Aspek perencanaan ruang luar bangunan
• Aspek perencanaan tata letak bangunan
• Aspek perencanaan prasarana
• Aspek perencanaan ruang bersama maupun private
5. Laporan pembuatan perencanaan pembangunan Rumah Rehabilitasi
KDRT memiliki lampiran gambar-gambar antara lain :
a. Gambar Rencana Konsep Arsitektur Bangunan
b. Gambar Presentasi

3.2.6 Penentuan Perancangan


Berdasarkan pedoman di atas, maka pemahaman perencana terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan dapat diuraikan melalui sebuah skenario perancangan.
Skenario perancangan merupakan tahapan atau alur pekerjaan suatu perancangan
arsitektural bangunan yang di dalamnya terkait dengan rencana fisik.
Perencanaan diberikan kurun waktu 90 Hari dengan pembagian bobot kerja
sesuai etika perencanaan bahwa :
1. Survei atau analisa awal 25%.
2. Konsep rancangan 50%.
3. Pengembangan rancangan, Laporan akhir rangcangan 25%.

25
Estimasi tersebut didasarkan pada besaran bobot kerja yang ada didalamnya. Dua
puluh lima persen awal tindakan survey fisik, data-data primer dan sekunder
dikumpulkan. Kemudian pada tahapan konsep rencana induk dengan pola pendekatan
akan dilakukan langkah sistematis berikutnya hingga semua pertimbangan dapat
dirangkumkan menjadi pengembangan rencana atau produk bangunan secara utuh.
Perencanaan gambar “Rumah Rehabilitasi KDRT” dimulai dari tanggal 4 september
2015 sampai dengan tanggal 29 februari 2016 sudah selesai sedangkan waktu
penyelesaian laporan kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan estimasi waktu 90
hari / 3 bulan dari Bulan Januari sampai Maret. Dalam jangka waktu tersebut
diharapkan rancangan desain mampu diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan
kualitas yang optimal, adapun daftar laporan kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
daftar gambar “Rumah Rehabilitasi KDRT” yang harus diselesaikan sesuai dengan time
schedule ada pada lampiran.

3.2 Tinjauan Konsultan Perencana


Pada bagian ini akan dibahas secara khusus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Konsultan Perencana yang mengerjakan proyek “Rumah Rehabilitasi KDRT” di Desa
Nyambu, Kediri – Tabanan yaitu konsultan perencana CV. INDOCONS.
3.2.1 Latar Belakang Penyedia Jasa
CV. INDOCONS terbentuk dilandasi dengan sikap kerjasama dan keinginan
mengembangkan diri bersama serta tanggung jawab profesi, yang didalamnya
tergabung beberapa sumber daya manusia dengan berbekal ilmu pengetahuan dan
profesionalisme yang tinggi. CV. INDOCONS adalah badan usaha jasa konsultansi
yang didirikan pada bulan Maret tahun 2010 di Denpasar-Bali dengan lingkup
layanan Bidang Sipil, Arsitektur, Jasa Survey.

Disisi lain, CV. INDOCONS didirikan bertujuan untuk memberikan pelayanan


yang lebih luas dibidang jasa konsultansi serta mengantisipasi perkembangan
pembangunan yang ada. Perkembangan dunia usaha jasa konsultasi yang sejalan
dengan laju pembangunan bangsa dituntut adanya sumber daya manusia yang
handal dengan profesionalisme tinggi dalam usaha peningkatan kualitas
pembangunan. Meningkatnya profesionalisme telah mampu mengikuti
perkembangan pembangunan, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya mutu
layanan yang diberikan dibidang jasa konsultasi. Dalam meningkatkan mutu

26
pelayanan, CV. INDOCONS didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman pada bidangnya masing-masing serta dalam hal
penanganan berbagai masalah pekerjaan. CV. INDOCONS didirikan untuk
membantu memberikan solusi teknik terbaik dan pendekatan ekonomis untuk
masing-masing penyelesaian permasalahan.

3.2.2 Identitas Konsultan Perencana


Konsultan Perencana yang menangani pekerjaan proyek “Rumah Rehabilitasi
KDRT” di Desa Nyambu, Kediri – Tabanan memiliki identitas sebagai berikut :
Nama perusahaan : CV. INDOCONS
Akte Notaris : Notaris I Putu Chandra, SH
SIUJK(Surat Ijin Usaha Konstruksi) : 1-028716-2208-4-00273
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 02.555.623-902.000
PERKINDO : Anggota Penuh No.
0054/KTA-BALI/I/2011
Alamat : Bjr.Pumahan, Desa Gitgit Kec.
Sukasada-Singaraja
Telp./Fax : (0362) 7045327
Studio : Jalan Trijata No. 51 tlp. (0361) 229051
Denpasar
3.2.2 Ruang Lingkup Konsultan Perencana
CV. INDOCONS merupakan sebuah konsultan yang bergerak dibidang
perencanaan meliputi bidang :
a. Arsitektur : Desain, konsep dan konsultasi Arsitektur
b. Landscape : Desain, konsep dan konsultasi Landscape
c. Interior : Desain, konsep dan konsultasi Interior

STRUKTUR BANGUNAN

 Perencanaan Gedung
 Perencanaan Struktur Bangunan
 Perencanaan Rangka Baja

ARSITEKTUR
27
 Arsitektur Bangunan
 Arsitektur Interior
 Arsitektur Eksterior
 Arsitektur Landscape

JASA SURVEY

 Jasa Survey Permukaan


 Jasa Geologi, Geofisika dan
Prospek Lainya

Ruang lingkup profesi CV. INDOCONS tidak jauh beda dengan Konsultan
Perencana lainnya dimana dalam bidang perencanaan tersebut meliputi tugas-tugas
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan perencanaan yang meliputi tugas-tugas penyelidikan,
penelitian dan penilaian mengnai keadaan pada saat pemilihan lahan,
perencanaan dan pembiayaan.
b. Tahap konsepsi perencanaan yang meliputi sketsa-sketsa pendahuluan dan
prarencana.
c. Tahap pembuatan rencana pelaksanaan yang terdiri dari rencana arsitektur,
rencana konstruksi, rencana mekanikal, elektrikal, sanitasi dan plumbing,
rencana interior, rencana landscape, rencana kerja dan syarat-syarat serta
rencana anggaran biaya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah / Permen PU No. 08 Tahun 2011, tentang
Kualifikasi Usaha Jasa Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi, maka kriteria
jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi (konsultan) digolongkan sebagai
berikut.

Kualifikasi Sub- Kekayaaan Kemampuan Batasan Nilai

28
kualifikas Bersih Melaksanakan Satu Pekerjaan
i Minimum Pekerjaan
Orang P - 0 s/d Rp. 250 juta Maksimum
Perseorangan Rp. 250 juta
Usaha Kecil K1 Rp. 50 juta 0 s/d Rp. 500 juta Maksimum
Rp. 500 juta
K2 Rp. 100 juta 0 s/d Rp. 750 juta Maksimum
Rp. 750 juta
Usaha M1 Rp. 150 juta 0 s/d Rp. 1.5 Maksimum
Menengah milyar Rp. 1.5 milyar
M2 Rp. 300 juta 0 s/d Rp. 2.5 Maksimum
milyar Rp. 2.5 milyar
Besar B Rp. 500 juta tak terhingga tak terhingga

Table 3.1 Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan


Sumber: Permen PU No. 08 Tahun 2011
tentang Kualifikasi Usaha Jasa Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi

Sesuai dengan penggolongan diatas maka kualifikasi konsultan perencana CV.


INDOCONS dapat digolongkan dalam kualifikasi usaha kecil dengan
subkualifikasi K2 karena dilihat dari nilai nominal kekayaan lebih besar dari Rp.
100.000.000. dan kurang dari Rp. 150.000.000, dan kemampuan melaksanakan
pekerjaan maksimal sebesar Rp.750.000.000 dengan batasan nilai satu proyek
maksimal Rp. 750.000.000.

3.2.3 Peranan, Wewenang dan Tanggung Jawab


1 Peranan
Peranan konsultan perencana CV. INDOCONS dalam perencanaan sebuah
proyek adalah mewujudkan keinginan dari klien atau pemberi tugas ke dalam
bahas arsitektur, yang didasarkan atas data-data yang dikumpulkan baik data
fisik maupun data non-fisik, studi program kebutuhan ruang, studi analisa
tapak dan analisa konseptual dari perencanaan sebuah proyek.
2 Wewenang
Wewenang yang dimiliki oleh konsultan perencana CV. INDOCONS dalam
perencanaan sebuah proyek yaitu berwenang untuk mengajukan gagasan atau
ide – ide dan memutuskan penyelesaian terhadap segala permasalahan desain
yang yang dihadapi sepanjang tidak bertentangan dengan ide pemberi tugas,
termasuk didalamnya mengenai estetika, struktur, konstruksi serta sistem
utilitasnya.

29
3 Tanggung jawab
Tanggung jawab yang diemban oleh konsultan perencana CV. INDOCONS
dalam perencanaan sebuah proyek berdasarkan Pedoman Hubungan Kerja
antara Arsitek dan Pemberi Tugas adalah sebagai berikut:
a. Kecuali dalam hal-hal yang disebut dalam syarat-syarat di bawah ini,
arsitek bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan kesalahan-
kesalahan yang dibuat oleh arsitek atau oleh orang-orang yang bekerja
padanya pada waktu pelaksanaan tugas bila kesalahan itu dibuat pada
keadaan yang seharusnya dapat dihindarkan dengan keahlian dan
kewaspadaan serta cara pelaksanaan tugas yang lazim.
b. Tanggung jawab untuk kesalahan-kesalahan dalam keadaan luar biasa
arsitek tidak bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh orang-orang yang bekerja padanya bila arsitek dapat membuktikan
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat dihindarkan atau tidak
dapat diketahui sebelumnya meskipun ada pengawasan kewaspadaan yang
lazim.
c. Tanggung jawab serta koordinasi dengan ahli lain. Pada dasarnya arsitek
tidak bertanggung jawab atas hasil pekerjaan perancangan ataupun
pengawasan yang dilakukan oleh ahli-ahli khusus lain, kecuali:
 Ahli-ahli tersebut bekerja untuk dan atas nama arsitek dalam rangka
surat penugasan menyeluruh serta dipilih dan diangkat oleh arsitek
sendiri, dengan atau tanpa persetujuan dari pihak pemberi tugas.
 Ahli-ahli tersebut, meskipun tidak bekerja untuk dan atas nama arsitek
yang mendapat penugasan terbatas secara tegas disebutkan berada di
bawah koordinasi arsitek sepenuhnya. Bilamana pemilihan ahli-ahli
tersebut serta besarnya imbalan jasa khusus untuk koordinasi telah
disetujui arsitek, maka dalam hal ini arsitek wajib memikul sebagian
tanggung jawab atas pekerjaan ahli-ahli tersebut.

3.2.4 Manajemen Konsultan Perencana


Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu manajemen atau pengelolaan yang
baik agar perusahaan sehat dan berjalan dengan baik, manajemen perusahaan pada
CV. INDOCONS yaitu manajemen keuangan, manajemen studio dan manajemen
fasilitas infrastruktur.

30
1. Manajemen keuangan
Perusahaan CV. INDOCONS dalam hal pemasukan dan pengeluaran
keuangan perusahaan sepenuhnya dikoordinir oleh Accounting. Pemasukan
perusahaan berasal dari fee project yang dibayarkan oleh klien dari suatu
proyek. Pengeluaran perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara
lain.
a. Pembiayaan kegiatan studio dan kantor
Pembiayaan pada konsultan perencana ini dilakukan secara umum
terhadap keseluruhan proyek yang sedang berjalan di dalam studio dan
kantor. Pembiayaan kegiatan ini meliputi :
 Alat tulis kantor, tinta printer, kertas printer, kertas gambar, kertas
sketsa dan kertas plotter
 Biaya konsumsi staff di studio ( kopi, teh, gula, dan air minum)
 Biaya listrik telepon, dan air
 Biaya transportasi
 Biaya penyediaan dan perawatan alat-alat studio (komputer, plotter,
scanner, dan lain sebagainya)
 Pembiayaan perawatan bangunan studio dan kantor
b. Kesejahteraan tenaga kerja, yang diwujudkan dengan pembayaran gaji
pegawai setiap bulannya. Nilai nominal yang diterima oleh masing-
masing pegawai berbeda-beda, tergantung pada tugasnya masing-masing
serta mempertimbangkan tingkat pendidikan. Selain itu para staff arsitek
juga mendapat fee dari masing-masing proyek yang mereka tangani.
2. Manajemen Studio
Konsultan CV. INDOCONS dipimpin oleh seorang direktur yaitu I
Nyoman Sukardi. Konsultan ini terdiri dari dua bagian yaitu Studio Arsitek
dan Administrasi. Setiap proyek ditangani oleh seorang arsitek dan beberapa
orang drafter tergantung besar kecilnya proyek tersebut. Seorang staff arsitek
tidak boleh mengerjakan proyek lain sebelum proyek yang ditanganinya
selesai, sehingga konsentrasi staff arsitek bisa fokus terhadap satu proyek
untuk mendapatkan hasil akhir yang maksimal. Adapun susunan organisasi
CV. INDOCONS untuk proyek “Rumah Rehabilitasi KDRT” di Desa Nyambu,
Kediri – Tabanan adalah sebagai berikut :

31
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

CV. INDOCONS

DIREKTRUR

DIVISI DIVISI
DIVISI
SPI
ADM TEKNIK & PENGEMBANGAN &
ADM & KEUANGAN
PEMASARAN
OP. PROYEK

DIVISI DIVISI DIVISI

JALAN DAN KONSTRUKSI SARANA DAN


JEMBATAN BANGUNAN / PRASARANA
GEDUNG KEAIRAN

PROYEK

Bagan 3.1 Sruktur organisasi CV. INDOCONS


Sumber : CV. INDOCONS

Adapun tugas dan wewenang masing masing adalah:


- Director/Conceptor Architect memilki tugas dan wewenang di antaranya;
 memimpin dan mengawasi aktivitas perusahaan;
 membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perusahaan;
 mengkoordinasi karyawan serta memberkan nasihat dalam
melaksanakan tugas-tugasnya;
 menterjemahkan ide-ide dari klien ke dalam konsep-konsep atau
desain; dan
 secara periodik mengadakan pertemuan dengan owner mengenai desain
yang dilangsungkan.

- Kepala studio memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 mengelola manajemen perusahaan;
 menyusun project schedule dala bentuk daftar (list);

32
 mengkoordinasi inventaris studio dan project document seperti gambar,
RAB, dan RKS;
 mengkoordinasi dan mengawasi para arsitek agar desain yang
dihasilkan sesuai dengan rencana;
 membuat rencana desain sesuai dengan keinginan owner; dan
 merencanakan, mengkoordinasi an mengambil keputusan di bidang
administrasi, keuangan, dan umum sesuai dengan persetujuan direktur.

- Arsitek memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 mengembangkan konsep atau desain ke dalam bentuk gambar;
 pengenalan tapak dan survey awal;
 ikut memecahkan masalah mengenai desain agar sesuai dengan
keinginan owner;
 membuat model dari suatu proyek bangunan dalam bentuk maket atau
model computer apabial diperlukan; dan
 membuat perhitungan RAB dan RKS.

- Drafter memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 membantu arsitek dalam menuangkan desain ke dalam bentuk gambar.

- Accounting memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 mengelola urusan personalia;
 mempersiapkan kontrak kerja beserta tagihan;
 mengelola kas perusahaan berikut pembayaran tagihan;
 mengelola keuangan harian proyek secara keseluruhan;
 menangani urusan yang berhubungan dengan proyek;
 membuat lapran keuangan masing-masing proyek; dan
 melaporkan kondisi keuangan perusahaan.

- Secretary memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat;
 pengadaan segala kebutuhan yang dibutuhkan dalam menjalankan
manajemen pekerjaan kantor;

33
 membuat mailing list atas semua klien, relasi bisnis, instansi, lembaga,
dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan; dan
 menyiapkan materi untuk pengiriman-pengiriman dokumen.

- Office Boy memilki tugas dan wewenang diantaranya;


 membersihkan dan menjaga kerapian kantor;
 tugas luar untuk keperluan kantor atau studio; dan
 mempersiapkan kendaraan atau fasilitas kantor.

3.2.5 Manajemen Fasilitas


Di dalam suatau perusahaan pasti memerlukan suatu fasilitas dan infrastruktur
untuk menjalankan suatu kegiatan yang memfasilitasi kegiatan tersebut. Fasilitas
yang terdapat di kantor diantaranya terdiri dari ruangan-ruangan, furniture,
kendaraan, perangkat komputer, plotter, printer dan elektronik lainnya. Ruang
ruang yang ada pada kantor konsultan ini adalah ruang studio, ruang pimpinan,
ruang administrasi, ruang sekretaris, ruang tamu, ruang rapat, toilet dan tempat
parkir.

3.3 Produk Konsultan Perencana


Dalam hal ini akan dibahas mengenai produk Konsultan Perencana yang terdapat
dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Produk Konsultan Perencana CV.
INDOCONS berupa gambar konsep desain dan gambar rancangan yang ada dalam
perencanaan pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT” Kediri-Tabanan.

3.3.1 Rencana Tapak


Berdasarkan pentahapan pekerjaan selain studi literatur yang dipaparkan
sebelumnya maka studi lapangan menjadi bagian penting dalam analisa awal. Studi
lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan langsung
dengan kondisi di lapangan. Ini merupakan modal awal bagi kami sebelum
melanjutkan ke tahap perancangan.
Dalam hal ini akan dibahas mengenai produk Konsultan Perencana yang terdapat
dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Produk Konsultan Perencana CV
INDOCONS berupa gambar konsep desain dan gambar rancangan yang ada dalam
perencanaan pembangunan “Rumah Rehabilitasi KDRT”.

34
Bagian existing bangunanan berada di area Villa Griya Arjuna. Berdasarkan data
survei yang ada di lapangan maka sangat penting untuk menentukan posisi tapak
Rumah Rehabilitasi KDRT. Berikut kondisi lahan site yang akan direncanakan
proyek “Rumah Rehabilitasi KDRT”:

Posisi Bangunan
Existing
Villa Griya Arjuna

Posisi Rencana Tapak


Rumah Rehabilitasi KDRT

Gambar 4.1 Master plan “Rumah Rehabilitas KDRT”


Sumber : CV INDOCONS

Dari perencanaan gambar Master plan “Rumah Rehabilitasi KDRT” tadi sudah
jelas bahwa akan dimulai tahap awal perencanaan yang akan direncanakan ketahap
berikutnya sesuai dengan keinginan owner. Untuk mengetahui keadaan situasi
sekitar site bisa dilihat dari foto-foto situasi berikut :

Gambar 4.2 Foto area site yang akan dibangun


Sumber : CV INDOCONS

35
Gambar 4.3 Foto sekitar area site yang akan dibangun
Sumber : CV INDOCONS

Gambar 4.4 Foto sekitar area site yang akan dibangun


Sumber : CV INDOCONS

3.3.2 Konsep Desain


Dalam perencanaan Konsep Desain, maka arsitek berusaha membuat konsep
rancangan desain yang sesuai dengan bangunan di sekitar yang sudah ada dan
mengikuti keinginan pemilik (owner) seperti gaya konsep eropa dimana
memperlihatkan bentuk kolom yang elegan.

36
3.3.3 Gambar Rancangan
Dalam gambar perencanaan berupa gambar kerja “Rumah Rehabilitasi KDRT”
terdiri dari gambar landscape, buiding arsitektur dan interior, semua komponen
tersebut digambar sesuai dengan presentasi konsep desain hanya saja lebih detail
keterangan dan dimensi mirip dengan gambar kerja.
Tahap gambar ini merupakan rangakaian pekerjaan gambar perencaan yang
terakhir karena bidang kontraktor, struktur, MEP (Mechanical, Electrical dan
Plumbing), supplier bahan material dan bidang lainnya harus mengikuti acuan
gambar.
Area “Rumah Rehabilitas KDRT” terdiri dari beberapa fasilitas kebutuhan
utama seperti bedroom, livingroom, kitchen, dining room dan bathroom sedangkan
untuk fasilitas tambahan ada seperti, outdoor shower, fron office,receptionist dan
laundry.

3.3.3.1 Gambar Rancangan Building Arsitektur


Tahap gambar berikutnya pada perencanaan building arsitektur,
dengan membuat gambar rancangan building dilengkapi dengan keterangan
dimensi, bahan serta level. Gambar building arsitektur terdiri dari gambar
plan, elevation serta section. Berikut beberapa contoh gambar building
arsitektur untuk perencanaan “Rumah Rehabilitasi KDRT” sebagai berikut:

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai pembahasan dan permasalahan yang terdapat dalam
kegiatan Praktek kerja lapangan (PKL) ini. Hal-hal tersebut meliputi proses perencanaan
desain hingga tahap pelaksanaan akan dibahas pula mengenai gambaran mengenai bagaimana
tahapan selanjutnya dan penulis membagi materi pembahasan mengenai perencanaan sesuai
dengan judul dalam tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

4.1 Perencanaan

4.1.1 Persiapan Kerja


Pihak konsultan perencana memulai persiapan pekerjaan setelah menyelesaikan
segala urusan administrasi dengan pihak owner dan menyelesaikan administrasi
dengan pihak-pihak terkait lainnya sebelum memulai kegiatan perencanaan.
Adapun uraian kegiatan yang dibuat oleh pihak pelaksana sebelum memulai
kegiatan perencanaan beserta time schedule yang telah dibuat oleh pihak
perencana:
a. Uraian Kegiatan
 Persiapan
 Penyusunan Laporan
 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
b. Time Schedule
Dalam time schedule ini dipaparkan lebih lanjut tentang target perencanaan
rancangan desain. Estimasi waktu perencanaan ditargetkan rampung selama 90
(sembilan puluh) hari kalender dihitung dari dimulainya penyelesaian urusan
administrasi dengan pihak owner.

4.1.2 Personalia Project


Berikut jumlah personalia yang ditetapkan oleh pihak perencana beserta jabatannya
ditugaskan dalam proyek perencanaan “Rumah Rehabilitasi KDRT” tersebut,

a. Project Manager : 1 orang


b. Director/Conceptor Architect : 1 orang
c. Arsitek : 1 orang

47
d. Drafter : 4 orang
e. Surveyor : 2 orang
f. Administrasi dan Keuangan : 2 orang

4.1.3 Konsep Awal


Perencanaan Rumah Rehabilitasi KDRT merupakan sebuah perencanaan
pembangunan, dengan menerapkan sebuah pertimbangan aktifitas, fungsi dan luas
ruang sesuai dengan kebutuhan owner serta menerapkan sebuah pertimbangan
pelayanan secara kuantuitas dan kualitas. Tipologi bentuk fasad bangunan yang
menyesuaikan situasi dan kondisi serta kebutuhan ruang dalam perencanaan
Rumah Rerhabilitasi KDRT , dapat di jelaskan seperti berikut dibawah ini :

a. Tipologi Rumah Rehabilitasi KDRT :


Perencanaan bentuk layout denah dan massa bangunan mengikuti perencanaan
dengan dikondisikan sesuai keadaan lahan yang tersedia. Rumah Rehabilitas
KDRT ini berada di area Villa Griya Arjuna maka bangunan sekitar menjadi
acuan dalam perencanaan tersebut, sehingga nantinya dapat tercipta sebuah
keseragaman dan kebersamaan dalam pengunaan bahan materialnya,
ornamentasi dan ragam hiasnya.

b. Bentuk Fasad Bangunan


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tuntutan kebutuhan ruang oleh
owner menyebabkan bentuk fasad bangunan berubah dari sebelumnya

Dalam tahapan ini, perencana juga mulai merancang Spesifikasi Rencana


Penggunaan Material sesuai dengan ketentuan dari Standar Nasional Indonesia
(SNI), Persyaratan Struktur Bangunan, Persyaratan Utilitas Bangunan dan
Persyaratan Sarana Penyelamatan yang diharapkan mampu memberikan
kenyamanan bagi warga krama banjar.
Adapun hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Spesifikasi Rencana Pengunaan Material


Spesifikasi rencana penggunaan material yang digunakan sebagai acuan dalam
pembangunan bale banjar tersebut dengan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) sebagai berikut :

48
 Bahan penutup lantai
- Bahan penutup lantai menggunakan bahan ubin PC, teraso, keramik,
papan kayu, vinyl, marmer, granit, granito, maupun karpet yang
disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
- Adukan atau perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis
dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.
 Bahan dinding
Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Bahan dinding pengisi: batu bata, batako, papan kayu, kaca dengan
rangka kayu atau aluminium, panil grc. dan atau aluminium.
- Bahan dinding partisi: kayu lapis, kaca, particle board dan atau atau
gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka lainnya,
yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi
ruang dan klasifikasi bangunannya.
- Adukan atau perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis
dan sesuai bahan jenis bahan dinding yang digunakan.
- Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan atau
menengah, rumah negara, dan bangunan gedung lainnya yang telah ada
komponen fabrikasinya, bahan dindingnya dapat menggunakan bahan
prefabrikasi yang telah ada.
 Bahan langit-langit
- Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup
langit-langit: digunakan bahan yang memenuhi standar teknis, untuk
penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara, digunakan rangka kayu
klas kuat II dengan ukuran minimum:
 5 atau 7 cm untuk balok pembagi,
 6 atau 12 cm untuk balok penggantung, dan
 5 atau 10 cm untuk balok tepi.
- Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka
aluminium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
- Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, atau
sejenis yang di disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunannya.

49
- Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan
sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.
 Bahan penutup atap
- Bahan penutup atap bangunan gedung Negara harus memenuhi
ketentuan yang diatur dalam SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku
tentang bahan penutup atap, baik berupa genteng, sirap, seng,
aluminium, maupun asbes gelombang. Untuk penutup atap dari bahan
beton harus diberikan lapisan kedap air. Penggunaan bahan penutup
atap disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi
daerahnya.
- Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi Standar
Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan rangka kayu
kelas kuat II dengan ukuran:
 2 atau 3 cm untuk reng,
 5 atau 7 cm untuk kaso.
 Bahan kosen dan daun pintu atau jendela
Bahan kosen dan daun pintu atau jendela mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
- Digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran jadi minimum 5,5 cm x 11
cm dan dicat kayu atau dipelitur sesuai persyaratan standar yang berlaku.
- Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis atau teak wood
digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm,
khusus untuk ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu
dilapis dengan kayu lapis yang dicat atau dipelitur.
- Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat II, dicat kayu atau
dipelitur.
- Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat II, dengan ukuran rangka
minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur.
- Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan
fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
 Bahan struktur
Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur
kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia
tentang Bahan Bangunan yang berlaku.

50
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara
tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi
bahan bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya
setempat dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan
keawetannya sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan
lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Nasional
Indonesia yang berlaku.
b. Persyaratan struktur bangunan
Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan
kelayanan (serviceability) dan standar konstruksi bangunan yang berlaku.
Adapun persyaratan-persyaratan yang diambil sebagai acuan dalam
perencanaan tersebut, dikarenakan bale banjar merupakan wadah bagi warga
krama banjar dan digunakan oleh orang banyak sehingga nantinya tercipta
sebuah wadah/bangunan yang kuat dan kokoh yang mampu bertahan hingga
waktu yang cukup lama. Spesifikasi teknis struktur bangunan secara umum
meliputi ketentuan-ketentuan:
 Struktur Pondasi
- Struktur pondasi harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar
seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila
didirikan di lokasi yang berlereng.
- Pondasi bangunan disesuaikan dengan kondisi tanah atau lahan, beban
yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan yang
dibangun di atas tanah atau lahan yang kondisinya memerlukan
penyelesaian pondasi secara khusus, maka kekurangan biayanya dapat
diajukan secara khusus di luar biaya standar sebagai biaya pekerjaan
pondasi non- standar.
- Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai atau pada
lokasi dengan kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus
didukung dengan penyelidikan kondisi tanah atau lahan secara
teliti.
 Struktur Lantai
- Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:

51
 Struktur lantai kayu
 dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak
antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 75 cm.
 balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus
dilapis bahan pengawet terlebih dahulu.
 bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku
 Struktur lantai beton
- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi
lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang- kurangnya 5 cm.
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan
lebih dari 25 cm harus digunakan tulangan rangkap, kecuali
ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur.
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku.
 Struktur lantai baja
- tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan
masih dalam batas kenyamanan.
- sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup
harus dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi.
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku.
 Struktur Kolom
- Struktur kolom kayu
 Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang
berlaku.
- Struktur kolom pasangan bata
 Adukan yang digunakan sekurang-kurangnya harus mempunyai
kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3 PS.
 bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku.
- Struktur kolom beton bertulang

52
 Kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai
tebal minimum 15 cm.
 selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm.
 bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SKBI atau SKSNI atau SNI yang berlaku.
 Struktur kolom baja
- ƒkolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150.
kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus
mempunyai minimum 2 sumbu simetris.
- sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat tidak boleh
dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan kolom, dan
harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom.
- Sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan
las listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan
baut mutu tinggi.
- Penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin, harus
berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat
kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup.
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam SKBI atau SKSNI atau SNI yang
berlaku.
 Rangka atap, dan kemiringan atap
- Umum
 Konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan
yang dilakukan secara keilmuan atau keahlian teknis yang sesuai.
 kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap
yang akan digunakan sehingga tidak akan mengakibatkan
kebocoran.
- Struktur rangka atap kayu
 ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang
dinormalisir.
 rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap.
 bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku.

53
- Struktur rangka atap beton bertulang
 Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang
berlaku.
- Struktur rangka atap baja
 sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa
baut, paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada
Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung.
 rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi.
 bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan SNI atau SKSNI atau SKBI yang berlaku.
 Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan
atau menengah, dan rumah negara yang telah ada komponen
fabrikasi, struktur rangka atapnya dapat menggunakan komponen
prefabrikasi yang telah ada.
Persyaratan struktur bangunan sebagaimana butir 3 huruf a s.d. d di atas secara
lebih rinci mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia
yang berlaku.
c. Persyaratan utilitas bangunan
Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung negara harus
memenuhi persyaratan standar utilitas bangunan (SNI) yang berlaku.
Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara meliputi ketentuan-
ketentuan:
 Air bersih
- Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara harus dilengkapi
dengan prasarana air bersih yang memenuhi standar kualitas, cukup
jumlahnya dan disediakan dari saluran air minum kota (PDAM), atau
sumur.
- Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan
dalam bentuk rumah susun), harus menyediakan air bersih untuk
keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan dalam
SNI yang berlaku.
- Bahan pipa yang digunakan harus mengikuti ketentuan teknis yang
ditetapkan.

54
 Saluran air hujan
- Pada dasarnya semua air hujan harus dialirkan ke jaringan umum
kota. Apabila belum tersedia jaringan umum kota, maka harus
dialirkan melalui proses peresapan atau cara lain dengan persetujuan
instansi teknis yang terkait.
- Ketentuan lebih lanjut mengikuti ketentuan dalam SNI yang berlaku.
 Pembuangan Air Kotor
- Semua air kotor yang berasal dapur, kamar mandi, dan tempat cuci,
pembuangannya harus melalui pipa tertutup dan atau atau terbuka
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
- Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari dapur, kamar
mandi, dan tempat cuci, harus dibuang atau dialirkan ke saluran
umum kota.
- Tetapi apabila ketentuan dalam butir 2) tersebut tidak mungkin
dilaksanakan, karena belum terjangkau oleh saluran umum kota atau
sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh instansi teknis yang
berwenang, maka pembuangan air kotor harus dilakukan melalui
proses pengolahan dan atau atau peresapan.
 Pembuangan sampah
- Setiap bangunan gedung Negara harus dilengkapi dengan tempat
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan
volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan
ketentuan dari peraturan yang berlaku.
- Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan
kedap air, mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh
petugas pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan setempat.
 Sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
- Setiap bangunan harus mempunyai fasilitas pencegahan dan
penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam:
 Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor: 10 atau
KPTS atau 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, dan

55
 Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor: 11 atau
KPTS atau 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan,
 Peraturan Daerah setempat tentang Penanggulangan dan
Pencegahan Bahaya Kebakaran beserta standar-standar teknis
terkait yang berlaku.
 Instalasi listrik
- Pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dan aman sesuai
dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik yang berlaku.
- Setiap bangunan yang dipergunakan untuk kepentingan umum,
bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Departemen atau
Kementrian atau Lembaga Tinggi atau Tertinggi Negara, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang besar
dayanya dapat memenuhi kesinambungan pelayanan.
- Penggunaan pembangkit tenaga listrik harus memenuhi syarat
keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
 Penerangan alam atau pencahayaan
- Setiap bangunan gedung Negara harus mempunyai penerangan alam
atau pencahayaan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam
bangunan tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna
bangunan dapat terjamin.
- Ketentuan besarnya pencahayaan dan sarana atau prasarananya
mengikuti ketentuan standar yang berlaku.
 Tata udara
- Setiap bangunan harus mempunyai tata udara yang sehat agar terjadi
sirkulasi udara segar di dalam bangunan untuk menjaga kesehatan dan
kenyamanan penghuni atau penggunanya.
- Penggunaan tata udara mekanik (air-conditioning) harus mengikuti
ketentuan standar yang berlaku.
- Pemilihan jenis tata udara mekanik harus sesuai dengan fungsi
bangunan dan perletakan instalasinya tidak mengganggu wujud
bangunan.
 Sarana komunikasi

56
- Pada prinsipnya, setiap bangunan dilengkapi dengan sarana
komunikasi intern dan ekstern.
- Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan
pada fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan.
- Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari standar sarana
komunikasi yang berlaku.
 Penangkal petir
- Penentuan jenis dan jumlah sarana penangkal petir untuk bangunan
gedung negara harus berdasarkan pada lokasi bangunan, fungsi
bangunan dan kewajaran kebutuhan.
- Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari standar
penangkal petir yang berlaku.
 Aksesibilitas bagi penyandang cacat
- Bangunan gedung negara yang berfungsi untuk pelayanan umum
dan sosial harus dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan
kemudahan bagi penyandang cacat.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi penyandang cacat
mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
468 atau KPTS atau 1999 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas
pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
d. Persyaratan sarana penyelamatan
Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari bencana
atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana
penyelamatan bangunan (SNI) yang berlaku. Spesifikasi teknis sarana
penyelamatan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan :
 Koridor atau selasar
- Lebar koridor minimum 1,80 m.
- Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran atau arah keluar
yang terdekat tidak boleh lebih dari 25 m.
4.1.4 Kegiatan Perencanaan
Dalam perencanaan Konsep Desain, Konsultan Perencana CV. INDOCONS
membuat gambar awal berupa gambar presentasi warna sebagai wujud Konsep
Desain dari ide desain Arsitek itu sendiri, namun ada permasalahan yang tidak
dilihat oleh para Arsitek “Rumah Rehabilitasi KDRT” yaitu pada gaya konsep

57
bangunan yang terlalu monoton mengikuti gaya disain bangunan disekitarnya
sehingga tidak ada kesan menarik.

a. Gambar Presentasi Awal


Sebagai langkah awal dalam perencanaan pembangunan tersebut, perencana
memulai proses awal dengan pembuatan gambar presentasi awal yang
nantinya akan dipresentasikan ke hadapan owner, guna mencari pendapat
ataupun masukan mengenai proyek Rumah Rehabilitasi KDRT tersebut.
Berikut gambar presentasi awal yang dipresentasikan pertama :

Tangga
menuju
badroom

Gambar 4.1 Revisi tangga menuju badroom


Sumber : CV. INDOCONS
58
DO WN

Rencana Petanda pada


Main Entrance

Gambar 4.2 Rencana Petanda


Sumber : CV. INDOCONS

59
Dari hasil pertemuan pertama bersama owner, didapat sebuah pendapat dan
masukan mengenai Rumah Rehabilitasi KDRT yang akan di rencanakan, di
antaranya :
 Faktor Kenyamanan
Tangga menuju badroom terlalu sempit sehingga perlu di perbesar agar
memberikan kenyamanan dalam sirkulasi.
 Faktor Pencapaian
Pada bagian main entrance agar dilengkapi petanda supaya mudah masuk ke
area Rumah Rehaabilitaasi KDRT, misalnya di buatkan papan nama.
b. Gambar Presentasi Final
Sebagai langkah lanjutan dalam perencanaan pembangunan tersebut,
perencana memulai menuangkan masukan dan pendapat owner pada proses
peresentasi pertama.
Desain rancanganpun dibenahi sesuai pendapat owner dengan memperbesar
tangga menuju badroom dan melengkapi petanda pada main entrance.
 Faktor Kenyamana
Pada gambar merupakan gambar rancangan landscape dijelaskan bahwa
kondisi gambar di area bordes menunjukkan bahwa ukuran besaran bordes
dan jarak antar bordes tangga kurang memenuhi standar kenyamanan
penghuni, sehingga sebagai Arsitek yang melihat dari sisi kenyamanan perlu
direvisi sesuai pembahasan pada gambar sebagai berikut :

60
Gambar 4.3 Standar untuk Bordes Tangga
Sumber : Standar Metric Handbook
Gambar di atas merupakan solusi untuk memberikan kenyamanan yang
sesuai dengan standar Metric Handbook dimana ukuran jarak antar bordes
yang nyaman yaitu maksimal 150cm sedangkan dalam gambar rancangan
landscape melebihi standar yaitu 170cm sedangkan pada bagian besaran
bordes yaitu dengan ukuran 150cm x 150cm..

 Faktor Pencapaian
Akses pencapaian menuju ke area Rumah Rehabilitasi KDRT tidak ada
petanda, sehingga mempersulit penghuni masuk ke area itu, dalam
pembahasan disini ada solusinya yaitu menambahkan penunjuk arah untuk
masuk menuju ke area Rumah Rehabilitasi KDRT.

61
BAB V
PENUTUP

Bab ini akan dikemukakan mengenai simpulan dan saran yang dapat diberikan mengenai
permasalahan yang terjadi pada proyek Perencanaan Rumah Rehabilitasi KDRT yang
berlokasi di Desa Nyambu, Kediri, Tabanan-Bali

5.1 Simpulan
Berikut adalah kesimpulan dari kegiatan Perencanaan Rumah Rehabilitasi KDRT.
Beberapa kesimpulan dari pembahasan aspek teknis sebelumnya yang direncanakan
dalam perancangan dan beberapa permasalahan yang dihadapi perencana.

a. Bangunan Rumah Rehabilitasi KDRT merupakan bangunan tambahan pengganti


lapangan voly yang berada di area Villa Griya Arjuna yang sudah ada bangunan
existing di sekitarnya .
b. Merupakan bangunan yang di sediakan owner untuk keluarga terdekat yang
mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
c. Didalam Permasalahan dan Pembahasan terdapat berbagai macam masalah mulai dari
Konsep Desain, gambar rancangan landscape Arsitekturnya yang mungkin tidak
dilihat oleh Arsiteknya.

5.2 Saran
Dalam tugas penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) perencanaan
“Rumah Rehabilitasi KDRT” Desa Nyambu, Kediri-Tabanan ini bertujuan untuk
memahami Arsitektur secara nyata dalam dunia kerja dan juga bisa melihat mencari
permasalahan serta bagaimana cara mengatasi masalah tersebut melalui diskusi
Arsitektur.

62
DAFTAR PUSTAKA

Biro Bina Sarana Perusahaan, (1993), Manajemen Perencanaan Pekerjaan, Jakarta :


Departemen PU.

Dananjaya, Hari Wangsa (2009), Laporan Kerja Praktek Perencanaan Amana Villas,
Denpasar : Universitas Udayana.

Departemen Keuangan dan Badan Perencanaan Bangunan Nasional, (2000) Petunjuk


Teknis Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah, Jakarta : Departemen PU.

http://www.etymonline.com/index.php (diakses tgl. 15 februari 2016).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2007), Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan


Gedung Negara, Jakarta : Departemen PU.

Perpres. No. 95 Tahun 2007, Tentang Pengadaan Jasa Konsultasi.

Syarif, Ir. Syahrul, (1991), Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pemberi
Tugas, Jakarta : Ikatan Arsitek Indonesia.

63
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
TIMESCHEDULE MAHASISWA……..……………………………………………………
iv
TIMESCHEDULE PROYEK……..……………………………………………...…………...v
TIMESCHEDULE PENYUSUNAN LAPORAN……..……………………………………..vi
DAFTAR ISI
DAFTAR DIAGRAM TABEL...…..……..…………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR…………….……..……………………………………………………..x

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat.....................................................................................2
1.3.1 Tujuan kerja praktek perencanaan.............................................................................2
1.3.2 Sasaran kerja praktek perencanaan............................................................................2
1.3.3 Manfaat kerja praktek perencanaan...........................................................................2
1.4 Lingkup Pembahasan...................................................................................................3
1.4.2 Lingkup Pembahasan Materi/Batasan Penulisan......................................................3
1.5 Metode Penulisan..........................................................................................................4

64
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................4
1.5.2 Teknik Pembahasan...................................................................................................5
1.5.2 Metode Penyimpulan.................................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan....................................................................................................6
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSULTAN PERENCANA..........................7
2.1 Tinjauan Konsultan Perencana.....................................................................................7
2.2 Pengertian konsultan.....................................................................................................7
2.3 Ruang Lingkup Konsultan Perencana........................................................................8

65

Anda mungkin juga menyukai