Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seseorang mahasiswa untuk menjadi seorang sarjana tidak cukup hanya berpegangan pada
teori saja tetapi juga perlu untuk memahami permasalahan nyata di lapangan. Mahasiswa
arsitektur nantinya tidak hanya bergerak di bidang professional, tetapi juga bergerak di bidang
ilmu pengetahuan, oleh karena itu mahasiswa dan akademisi harusnya juga mengetahui
mengenai perkembangan yang terjadi di dunia profesional agar ilmu pengetahuan terus
mengalir dan hidup mengikuti zaman.Untuk itu mahasiswa memerlukan suatu kegiatan praktek
langsung dalam menangani suatu proyek, dalam perkuliahan disebut sebagai kerja praktek
untuk memperoleh pengetahuan sekaligus pengalaman.
Oleh karena hal tersebut penulis mengambil salah satu proyek untuk dijadikan sebagai
obyek studi perencanaan dan pelaksanaan. Proyek tersebut adalah “Pembangunan Bale
Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah


Secara garis besar permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan menjadi permasalahan
non teknis dan permasalahan teknis, permasalahan itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Permasalahan apa yang dihadapi perencana dalam menyelesaikan suatu proyek mulai
dari pencarian data, pengolahan data, proses perencanaan dan hasil konsep desain.
b. Bagaimana cara pelaksana mengatasi permasalahan yang ada dilapangan.

1.3 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat


1.3.1Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari Kerja Praktek Perencanaan antara lain:
a. Mahasiswa dapat mengenal dan menghayati semua proses perencanaan dan
perancangan suatu proyek sesuai dengan profesi dan keahlian, sehingga memperoleh
hubungan antara teori dan praktek di lapangan.
b. Mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan apa yang di dapat pada
perkuliahan dengan permasalahan pada proyek yang nyata di lapangan
c. Mahasiswa dapat menganalisa permasalahan yang timbul, mencari penyebabnya dan
member rekomendasi alternatif solusi yang terbaik.
d. Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari pihak professional yang
lebih berpengalaman pada bidangnya.

1
1.3.2 Sasaran Kerja Praktek
Sasaran yang ingin dicapai pada Kerja Prakek Perencanaan ini antara lain:
a. Mengetahui sistem manajemen sebuah Konsultan Perencana dan Kontraktor atau
Pelaksana
b. Mengetahui Proses pengerjaan sebuah proyek perencanaan dan pelaksanaan
c. Mengetahui hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang ditinjau dari kaidah-kaidah
arsitektur

1.3.3 Manfaat Kerja Praktek Perencanaan dan Pelaksanaan


Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan ini antara lain:
Bagi mahasiswa:
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam perencanaan
dan pelaksanaan suatu proyek
b. Mampu melatih kemampuan bekerja sama dengan pihak yang terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek
c. Dapat membandingkan antara teori di perkuliahan dengan kenyataan pada praktek di
lapangan.
Bagi Konsultan, Kontraktor dan Pemilik Proyek:
a. Kerja praktek ini diharapkan bisa menjadi suatu sumbangan tenaga dan pikiran yang
bisa mempercepat dan memperlancar pengerjaan proyek terkait dengan tetap menjaga
kualitas desain. Konsultan perencana, kontraktor pelaksana dan mahasiswa juga bisa
saling berbagi mengenai metode dalam mendesain beserta ilmu yang di dapat di
perkuliahan.
b. Selain itu diharapkan pula pembaca dapat memperoleh masukan berupa teori maupun
praktis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek.Pembaca bisa
mengetahui dan memahami kendala yang mungkin dihadapi terutama bagi orang
yang sering terlibat di bidang perencanaan dan perancangan.
Bagi Pembaca:
a. Dari laporan ini, pembaca akan mendapat suatu masukan berupa teori maupun
praktek dalam proses pengelolaan sebuah proyek pembangunan, kesesuaian antara
rencana dan realisasi, termasuk di dalamnya berbagai pemecahan terhadap masalah
yang timbul pada proyek tersebut.

2
1.4 Batasan Kegiatan
1.4.1 Batasan Kegiatan Kerja Praktek
Agar tidak jauh menyimpang dari tujuan kegiatan, maka ditetapkan suatu batasan
kegiatan sebagai berikut.
a. Batasan waktu kerja praktek adalah dari tanggal 12 Oktober 2015 s/d 21 Maret
2016.
b. Keterlibatan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan yang mencakup pengenalan
dan penghayatan terhadap struktur organisasi konsultan perencana dan kontraktor
pelaksana, hubungan intern dan extern serta ruang lingkup yang ditangani sesuai
profesi.
c. Keterlibatan dalam proyek, yang terlibat langsung dalam perencanaan dan
pelaksanaan dengan porsi yang proporsional yang megikuti kaidak arsitektur dalam
perencanaan dan pelaksanaan.

1.4.2 Lingkup Pembahasan Materi/Batasan Penulisan


Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka batasan ruang lingkup pembahasan
dalam laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Tinjauan umum terhadap konsultan perencana dan kontraktor pelaksana yang
mencakup pengertian, hubungan kerja, organisasi serta operasionalnya sesuai dengan
profesi.
b. Tinjauan Khusus terhadap ponsultan perencana dan kontraktor pelaksana tersebut
meliputi kelembagaan, hubungan kerja maupun operasionalnya pada suatu proyek.
c. Tinjauan khusus terhadap proyek yang bersangkutan meliputi pembahasan terhadap
proyek perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana dan proyek
pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut :
1.5.1 Teknik pengumpulan data
Data yang dicari digolongkan berdasarkan sumber dari data, yang data dibedakan
menjadi:
a. Data Primer

3
Data primer merupakan sumber data utama yang akan digunakan dalam pembahasan
tentang kerja praktek ini. Data ini menjadi data utama karena lebih aktual dan lebih
nyata. Data tersebut diantaranya :
- Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dan diskusisecara
langsung dengan pihak yang terlibat dalam struktur organisasi Konsultan
perencana seperti Arsitek, Ahli Struktur, Ahli ME dan Plumbing atau yang
lainnya, dalam mengetahui tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan dari
bagaimana proyek tersebut didapat, tahapan-tahapan awal proyek tersebut
dikontrak sampai proses perencanaan tersebut selesai, bagaimana cara
memanagement pegawai dan juga bagaimana proses proyek tersebut apabila
nantinya ditenderkan selain itu juga dengan bagian Administrasi, tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kegiatan administrasi (non teknis). Dan proses
perancangan proyek tersebut.
- Observasi
Melakukan pengamatan dan terlibat langsung terhadap proses perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan bersangkutan. Pengamatan yang diakukan harus intensif
sehingga data yang diperoleh lengkap dan bisa diketahui setiap perkembangan
yang terjadi.
- Foto, Dokumen dan Gambar
Melakukan analisa melalui foto, dokumen dan gambar yang telah di rancang oleh
perencana maupun gambar pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor. Sehingga
nantinya proyek tersebut diharapkan dapat terwujud sesuai dengan keinginan
pemilik proyek.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh diluar dari obyek utama jika
data utama kurang memadai. Selain itu data skunder dijadikan pembanding dengan
data utama.
Salah satu satu cara mendapatkan data sekunder adalah dengan mengadakan studi
literatur. Studi literatur adalah mempelajari literatur yang terkait dengan judul proyek
yang dibahas dalam hal ini adalah teori tentang ban, pengertian kantor pelayanan
publik atau kantor camat, dan persyaratan sebuah kantor pelayanan publik.
Berdasarkan jenisnya, data di golongkan menjadi:

4
- Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung (tidak memiliki jumlah
pasti) tetapi dapat dirasakan atau dibandingkan, antara lain cara kerja pihak
konsultan perencanaan dalam menangani pekerjaan, cara dalam mendapatkan
proyek, cara dalam mengatur pegawai, cara menentukan fee dalam sebuah proyek,
dan lain-lain.
- Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung, dan memiliki jumlah pasti,
antara lain: jumlah struktur organisasi pegawai, perlatan dan jenis peralatan yang
digunakan,tahapan-tahapan dalam menangani sebuah proyek dan juga jumlah
proyek yang pernah ditangani.

1.5.2 Teknik Pembahasan


a. Teknik Komparatif
Menggunakan teori yang didapat di perkuliahan dan literatur untuk dibandingkan
denganpraktik di lapangan.
b. Metode Analitis Deskriptif
Menekankan pada penganalisaan masalah teknis maupun non teknis yang bertitik tolak
padapendekatan arsitektur sehingga akan diperoleh alternatif pemecahan masalah serta
saran-saran untuk menuju perencanaan yang lebih baik.

1.5.2 Metode Penyimpulan


Metode Penyimpulan yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode
Penyimpulan Deduktif. Metode Penyimpulan Deduktif yaitu menyimpulkan proses
pekerjaan penanganan suatu proyek dari proses perencanaan hingga proses pelaksanaan
secara umum, kemudian diikuti dengan kesimpulan dari yang dijumpai pada proses
penanganan pekerjaan pada masing-masing tahapan proses. Penyimpulan ini hanya
dilakukan selama waktu pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Lapangan. Dari uraian di
atas, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami sebuah proses penanganan
suatu kegiatan perencanaan maupun kegiatan pelaksanaan suatu proyek, dengan cara
mengambil suatu kasus pada Proyek Pembangunan Pasar Tradisional Pasar Agung,
Peninjoan, Peguyangan Kangin, Denpasar - Bali.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONSULTAN PERENCANA DAN
KONTRAKTOR/PELAKSANA

2.1 Konsultan Perencana


Dari segi etimologi konsultan berasal dari kata “consult” + “ant”, yang berarti suatu yang
memenuhhi syarat untuk memberikan pendapat profesional. Dalam hal ini adalah memberikan
pendapat berupa gagasan perencanaan. (http://www.etymonline.com/index.php)
Konsultan perencana adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
tugas konsultasi dalam bidang perencanaan (planning) lingkungan, perancangan (designing)
bangunan beserta kelengkapannya, berfungsi membantu pengelola proyek dalam melaksanakan
Dokumen Perancangan, Dokumen Pelelangan, Dokumen Pelaksanaan Konstruksi dan
memberikan penjelasan pada waktu pelelangan serta memberikan penjelasan terhadap
persoalan-persoalan perancangan yang timbul selama tahap konstruksi serta bertanggung jawab
secara kontraktual kepada Pimpinan Proyek (PimPro) atau Pimpinan Bagian Proyek. (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007, hal. 4)
Berikut adalah peraturan lain yang menentukan pihak yang bertindak sebagai perencana :
a. Instansi-instansi Departemen PUTL, terutama di daerah-daerah dimana belum ada
perencana yang ahli dan berpengalaman atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat
sederhana atau yang sangat mendesak penyelesaiannya. (Soetami, Pedoman Tata Cara
Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan-Bangunan Gedung Negara, 1971, hal. 22)
b. Badan Usaha/ orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa
konsultansi. (KEPRES No. 95 tahun 2007, Tentang Pengadaan Jasa Konsultasi)
c. Perencanaan arsitektur sebagai individu disebut sebagai Arsitek, dimana pengertian
arsitek adalah :
- Orang sebagai ahli dibidang arsitektur yang memiliki tanggung jawab untuk
meneliti dan mempelajari permasalahan masyarakat yang timbul dan dapat
mengusulkan cara-cara pemecahannya. (Saleh Amirudinm Pengantar Kepada
Arsitektur, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1980, hal. 22).
- Perorangan atau badan usaha yang dengan mempergunakan keahliannya dan
berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan perencanaan, perncangan dan
pengawasan pembangunan, memberi nasehat atau jasa-jasa lain yang
berhubungan dengan perencanaan, perancangan dan pengawasan dibidang teknik

6
pembangunan (arsitek bangunan, jembatan, pertamanan, perancangan kota,
pembagian kota dan jalan-jalan serta arsitektur tata ruang dalam). (Ikatan Arsitek
Indonesia, Pedoman Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas).
d. Perencana adalah pihak yang ditugaskan oleh pemberi tugas untuk pekerjaan-
pekerjaan desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta memberikan advice yang
dikaitkan dengan perencanaan dalam pelaksanaan proyek. (Biro Bina Sarana
Perusahaan Sek. Dep. PU, Manajemen Perencanaan Pekerjaan, 1993)

2.1.1 Ruang Lingkup Konsultan Perencana


Lingkup layanan jasa konsultasi mencakup layanan survey, layanan studio makro,
layanan studi rinci, layanan perancangan dan perencanaan, layanan pengawasan, layanan
produksi dan industri, layanan konsultasi operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi,
layanan jasa informasi, layanan jasa manajemen, penelitian dan pelatihan serta layanan
jasa penasehatan. (Departemen Keuangan dan Badan Perencanaan Bangunan Nasional,
Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, 2000, hal. 55)
a. Sebagai Perencana (Bidang Perencanaan), meliputi tugas-tugas sebagai berikut :
- Persiapan perancanaan yang meliputi tugas-tugas penyelidikan, penelitian dan
penilaian mengenai keadaan pada saat perencanaan dan kebutuhannya,
pembiayaan dan tanah bangunan.
- Pembuatan konsepsi perencanaan, sketsa pendahuluan dan pra rencana.
- Pembuatan rencana pelaksanaan yang terdiri dari rencana arsitektural, rencana
konstruksi, rencana mekanikal dan elektrikal, rencana sanitasi dan plumbing,
rencana interior, rencana landscape, rencana kerja dan syarat-syarat serta rencana
anggaran biaya.
b. Sebagai Konsultan
- Meliputi tugas-tugas fesibility study, design requirent serta sebagai pendamping
pemberi tugas selama proses penyelenggaraan pembangunan.
- Jenis pekerjaannya meliputi konstruksi, utilitas, interior, eksterior, planology dan
survey.
c. Sebagai Pengawas
Pada umumnya pemberi tugas akan menunjuk perencana sebagai pengawas, oleh
karena perencana dianggap mampu menguasai dan menghayati hasil
perencanaannya.

7
- Meliputi tugas-tugas pengawasan pembangunan di lapangan dari segi teknis
pelaksanaannya maupun administrasinya.
- Jenis pekerjaannya meliputi bangunan gedung, interior dan eksterior.(Kepmen
Kimpraswil no 339 tahun 2007)

2.1.2 Persyaratan Konsultan Perencana


Berdasarkan Keppres No. 95 tahun 2007 yang mengatur mengenai pelaksanaan seleksi
jasa konsultan memiliki beberapa persayratan, diantaranya.
a. Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP untuk jasa konsultansi non
konstruksi dan IUJK untuk jasa konsultansi konstruksi.
b. Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh orang yang
secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak.
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana berupa surat
pernyataan dari konsultan yang bersangkutan.
d. Dalam hal penyedia jasa konsultansi akan melakukan kemitraan, penyedia jasa
konsultansi wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang
memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.
e. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan
bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/ pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum berkewajiban
untuk melapor.
f. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan jasa
konsultansi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa konsultansi
yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun.
g. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di
suatu instansi pemerintah.
h. Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai.
i. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan
lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan, atau
pengalaman tertentu.
j. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang
diperlukan.

8
k. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan
usaha yang dimiliki.
l. Memenuhi KD = 3 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman
tertinggi pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.
Kemampuan dasar suatu konsultan ditentukan dari besarnya tingkat proyek yang
pernah diambil sebelumnya.

2.1.3 Klasifikasi dan Kualifikasi Konsultan Perencana


Kualifikasi dan klasifikasi Konsultan Perencana berdasarkan Keppres No. 95 Tahun 2007
yang mengatur prakualifikasi untuk Calon Rekanan, menyatakan bahwa :Klasifikasi dan
kualifikasi merupakan bagian dari kegiatan prakualifikasi yang dilaksanakan panitia
prakualifikasi daerah dimana harus sepengetahuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,
yang meliputi :

2.1.3.1 Klasifikasi Konsultan Perencana


Klasifikasi merupakan kegiatan penggolongan perusahaan jasa konsultan yang
memuat bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan. Klasifikasi menurut
bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan dapat dibedakan atas :
- Bidang Pekerjaan Umum.
- Bidang Transportasi.
- Bidang Pariwisata, pos dan telekomunikasi.
- Bidang Pertanian.
- Bidang Perindustrian.
- Bidang Pertambangan dan Energi.

2.1.3.2 Kualifikasi Konsultan Perencana


Kualifikasi merupakan penelitian serta penggolongan konsultan menurut tingkat
kemampuan dasar setiap bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaan. Penilaian
kemampuan dasar/profesionalisme konsultan didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Pengalaman Kerja.
Pengalaman untuk 7 tahun terakhir :
- Diuraikan nama pekerjaan yang dilaksanakan.
- Lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan.
- Lokasi dan pemberi tugas.
- Nilai dan waktu pelaksanaan.

9
Sub unsur yang dinilai :
- Pengalaman melaksanakan pekerjaan/kegiatan sejenis.
- Pengalaman manajerial dan fasilitas utama.
- Kapasitas perusahaan dgn memperhatikan jmlh tenaga ahli tetap.
b. Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja.
Penggolongan konsultan perencana juga bias dilihat dari metodologi dan
rencana kerja yang dibuat. Hal-hal yang dinilai diantaranya :
- Pemahaman atas layanan jasa yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
(TOR) menyangkut : tujuan proyek/kegiatan, lingkup, serta jasa konsultansi
yang diperlukan.
- Kualitas metodologi: ketepatan diagnosa masalah, langkah pemecahan yang
diusulkan, konsistensi metodologi dengan rencana kerja, jangka waktu
pelaporan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli yang diperlukan, program
kerja, jadual pekerjaan, jadual penugasan, organisasi pelaksanaan pekerjaan,
kebutuhan orang bulan, kebutuhan fasilitas penunjang.
- Hasil kerja (deliverable), antara lain : analisis, gambar-gambar kerja, spek
teknis, perhitungan teknis, dan laporan-laporan.
- Fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam
KAK/TOR.
c. Kualifikasi Tenaga Ahli
Penilaian terhadap konsultan juga bias dilihat dari penggunaan tenaga ahli
dalam konsultan tersebut. Poin penilaiannya antara lain.
- Tingkat pendidikan (D3, S1,S2, S3 )
- Pengalaman kerja profesional yang didukung dengan referensi pengguna
jasa sebelumnya. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai team leader/co
team leader dinilai juga pengalaman pada posisi yang sama.
- Penguasaan bahasa. Semakin banyak dan baik bahasa yang dikuasai maka
semakin berkualitas konsultan tersebut. Sehingga berpotensi memperoleh
klien dari luar negeri.
- Sertifikat Keterangan Ahli (SKA) dari institusi bersangkutan terkait dengan
profesi masing-masing tenaga ahli.
d. Keuangan
Keuangan dinilai pada kemampuan konsultan, dibatasi pada penilaian
kekayaan bersih sebagai dasar untuk kualifikasi perusahaan menurut

10
kemampuan keuangannya yang dikaitkan dengan nilai pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh tiap-tiap konsultan.

Berdasarkan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) No.


12a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas
Konstruksi, kriteria jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi (konsultan)
digolongkan sebagai berikut.

NO GOLONGAN KUALIFIKASI KEKAYAAN BERSIH


1 Perorangan Grade 1 Tidak dipersyaratkan
2 Kecil Grade 2 s.d Rp. 200.000.000
3 Menengah Grade 3 Rp. 200.000.000 s.d Rp. 1.000.000.000
4 Besar Grade 4 Diatas Rp. 1.000.000.000

Table 2.1. Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan


Sumber: Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi
Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi

Khusus untuk perusahaan baru berdiri dalam bentuk Perseroan Terbatas


(PT) nilai kekayaan bersih mengacu kepada jumlah Modal Disetor yang
tercantum didalam akta pendirian perusahaan. Ketentuan lain yaitu:
- Untuk kualifikasi Gred 3 dan Gred 4, perusahaan harus berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
- Untuk pendirian PT baru dengan modal disetor didalam akta pendirian
minimal Rp. 200.000.000 (duaratus juta rupiah) bisa mengajukan kualifikasi
tertinggi pada Gred 3 dengan jumlah maksimum 3 bidang dan maksimum 5
sub bidang.

2.1.4 Hubungan Kerja


Konsultan perencana merupakan sebuah organisasi, di dalam organisasi tentu terjadi
hubungan antar individunya yang secara umum dapat disebut sebagai hubungan kerja,
pengorganisasian ini dapat dilihat dalam 2 kelompok, meliputi:
a. Hubungan Kerja Intern, merupakan hubungan kerja antar personil di dalam
organisasi itu sendiri, ada beberapa bentuk hubungan kerja intern, seperti :

11
DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN
PERUSAHAAN

KABAG PERENCANA KABAG DOKUMENTASI KABAG ADMINISTRASI KONSTRUKSI


KONSTRUKSI

PERENCANA KABAG DOKUMENTASI ADM. KONSTRUKSI


JURU RAB
JURU GAMBAR PENGAWAS PERSONALIA

JURU MAKET SHOP DRAW


Bagan 2.1 Organisasi Departemen Sistem
(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996;12)

DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN
PERUSAHAAN

KABAG KABAG PERENCANA KABAG DOKUMENTASI KABAG ADMINISTRASI


KONSTRUKSI KONSTRUKSI
PERENCANA KONSTRUKSI
JURU GAMBAR JURU GAMBAR ADM. KONSTRUKSI
JURU MAKET RENC. BIATA PERSONALIA
PENGAWAS SHOP DRAW CHEK

PIMP. TEAM PIMP. TEAM PIMP. TEAM

A B A B A B

Bagan 2.2 Organisasi Departemen Sistem


(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996;12)

12
DIREKTUR UTAMA

BAG. PENGEMBANGAN BAG. ADMINISTRASI


PERUSAHAAN PERUSAHAAN

PIMPRO PIMPRO PIMPRO

PIMP. TEAM PIMP. TEAM PIMP. TEAM


PROYEK A PROYEK B PROYEK C

PERENCANA PERENCANA PERENCANA


JURU GAMBAR JURU GAMBAR JURU GAMBAR
RAB RAB RAB
SHOP DRAW SHOP DRAW SHOP DRAW

Bagan 2.3 Organization Non Departemen System


(Sumber: Robert, 1976 dalam Djunaidy, 1996)

Tugas masing-masing personil dapat diuraikan berikut ini:


- Direktur utama, bertanggungjawab atas segala kebijakan dan strategi
perusahaan, berhubungan dengan relasi, menentukan serta mengarahkan
perencanaan secara makro, serta menganalisa setiap laporan.
- Bagian administrasi, bertanggungjawab atas hal yang berkaitan dengan
administrasi sperti surat-menyurat dan ketata usahaan.
- Bagian perencanaan, bertanggungjawab atas penyusunan gambar rencana
hingga siap dilaksanakan.
- Bagian dokumentasi konstruksi, bertanggungjawab terhadap pendekatan
harga setiap perencanaan, mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan.
- Bagian administrasi konstruksi, bertanggungjawab atas perhitungan harga
konstruksi.
- Pimpinan proyek, bertanggungjawab atas kelancaran proyek, membuat
desain dan konstruksinya sesuai dengan rencana dan anggaran yang tersedia,
serta mengenai hal yang bersangkutan dengan ketatausahaan proyek.

13
b. Hubungan Kerja Ekstern, merupakan hubungan kerja antara konsultan
perencana dengan pihak luar yang terkait dalam aktivitas pengadaan proyek
perencanaan bangunan. Hubungan ini ada 2 jenis tergantung proyek yang di
tangani, yaitu: hubungan untuk proyek swasta dan hubungan untuk proyek
pemerintah, yang dapat dilihat dari diagram berikut ini :

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BOWHEER

PERENCANA

DEPARTEMEN PAJAK
BANK
DEPT. PERDAGANGAN

Bagan 2.4 Struktur Organisasi Ekstern Proyek Swasta

PIMPINAN PROYEK

DEPT. PU PERENCANA KANTOR


PERBENDAHARAAN
CIPTA KARYA NEGARA

NOTARIS KANTOR KAS NEGARA


PEMDA TINGKAT I
DINAS PU
INSTANSI PAJAK
DEPT. PERDAGANGAN
BANK
KADIN
INKINDO

Bagan 2.5 Struktur Organisasi Ekstern Proyek Swasta

14
Sedangkan peran masing-masing instansi dapat dijelaskan berikut ini: pimpro
adalah pemimpin proyek dari instansi pemberi tugas, Pemda Tingkat I berperan
menetapkan TDR (Tanda Daftar Rekanan), Dinas Pekerjaan Umum berperan
memberikan SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi), Instansi Pajak berkaitan
dengan perpajakan, Departemen Perdagangan memberikan surat perintah
pembayaran untuk permohonan termin yang diajukan oleh konsultan perencana
dan telah mendapat persetujuan dari pimpro atas prestasi kerjanya, Kantor Kas
Negara bertugas melakukan pembayaran honorarium, Notaris berperan sebagai
pihak yang mengesahkan berbagai akte yang berkaitan dengan proyek tersebut,
seperti kontrak kerja ataupun akte perusahaan, dan bank memberikan bantuan
dana bagi konsultan.

2.1.5 Operasional
2.1.5.1 Cara Mendapatkan Proyek
Untuk mendapatkan proyek / pekerjaan bagi konsultan perencana ada beberapa
cara, sesuai dengan Kepres nomor 16 tahun 1994 bahwa pengadaan jasa konsultan
dapat melalui beberapa cara, seperti berikut ini:
- Pelelangan Umum, merupakan pelelangan yang terbuka untuk umum yang
diberitakan dalam media masa maupun papan pengumuman resmi,
pelelangan ini dapat diikuti oleh umum yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan panitia.
- Pelelangan Terbatas, diadakan untuk pekerjaan tertentu dengan minimal
diikuti oleh 5 rekanan dari DRT yang dipilih dari DRM (Daftar Rekanan
Mampu).
- Pemilihan langsung, dilakukan tanpa melalui pelelangan umum maupun
terbatas, pemilihan rekanan dilakukan pemilihan atas 3 penawar (minimal).
- Pengadaan Langsung, dilakukan tanpa melalui pelelangan umum maupun
terbatas ataupun pemilihan langsung, hal ini dilakukan diantara golongan
ekonomi lemah.
2.1.5.2 Cara Menangani Proyek
Dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, perencana memerlukan adanya
beberapa pedoman, seperti: SPK (Surat Perintah Kerja) dan pihak pemberi tugas,
surat perjanjian kerja / kontrak, pengarahan dari departemen Pekerjaan Umum,
dana yang tersedia, Daftar Isian Proyek (DIP) dan program di bidang

15
pembangunan. Disamping itu masih ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, seperti: peraturan pemerintah daerah setempat mengenai bangunan,
ketentuan standar harga bangunan permeter persegi, luas lantai, standar arsitektur
dan persyaratan konstruksi serta teknisnya seperti: Peraturan Beton Bertulang
Indonesia NI-2 (PBBI), Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3,
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 (PKKI), Peraturan Umum Instalasi
Listrik NI-6 (PUIL), semen Portland NI-8, Peraturan Muatan Indonesia NI-8
(PMI), batu bata sebagai bahan bangunan NI-10, persyaratan pengecetan NI-12,
dan lain-lainnya.

Proses pelaksanaan pekerjaan yang dijalani perencana dalam menangani proyek


perencanaan secara garis besar dapat diuraikan menjadi:

- Persiapan Perancangan, setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja dari pihak


pemilik proyek, perencana mulai mengumpulkan data dan informasi lapangan
yang berkaitan dengan proyek tersebut yang selanjutnya diolah untuk
menghasilkan konsep perancangan yang disertai dengan sketsa-sketsa
pendahuluan yang dipergunakan untuk menampilkan ide awal kepada pihak
pemberi tugas.
- Pra Rancangan, setelah ditemukan kesepakatan dengan pihak pemberi tugas
atas sketsa awal tersebut, dilanjutkan menyempurnakan konsep perancangan,
pada tahap ini ditampilkan disain secara global berupa gambar situasi, denah
plan dan potongan plan serta perhitungan anggaran biaya global.
- Tahap Perancangan, dalam tahap ini merupakan pemantapan konsep disain
dan rancangan arsitektur, struktur serta utilitasnya dengan menampilkan
gambar tapak, denah, potongan serta beberapa detail arsitektur yang dianggap
perlu ditampilkan, dan penyusunan anggaran secara lebih mendetail.
- Dokumen Pelaksanaan/gambar kerja, setelah seluruh disain disetujui
bowheer, pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan gambar-gambar detail
baik arsitektur maupun struktur, penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehingga disain siap untuk di
kerjakan.
- Pelelangan, setelah gambar kerja selesai dilanjutkan dengan tahap
pelelangan, perencana membantu pimpro / bowheer menyusun berita acara,

16
memberikan aanwizing, membantu panitia melakukan evaluasi penawaran,
serta menyusun dokumen pelaksanaan.
- Pengawasan, memeriksa pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan
penjelasan dan pemecahan terhadap permasalahan yang timbul, serta
menyusun laporan akhir perancangan.
Penyusun petunjuk penggunaan dan perawatan bangunan, peralatan dan
perlengkapannya sesuai dengan spesifikasi teknis disain atau perancangan untuk
tujuan pelaksanaan building inspection.

2.2 Kontraktor/Pelaksana
Kontraktor berasal dari kata “contract” yang berarti surat perjanjian atau kesepakatan
kontrak yang bisa juga berarti sewa, jadi dapat disimpulkan bahwa kontraktor merupakan suatu
badan hukum atau badan usaha yang dikontrak atau disewa untuk menjalankan suatu proyek
pekerjaan berdasarkan isi kontrak yang dimenangkannya dari pihak pemilik proyek yang
merupakan instansi/lembaga pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun perorangan,
yang telah melakukan penunjukan secara resmi beserta aturan-aturan penunjukan dan terget
proyek ataupun order/pekerjaan yang dimaksud tertuang dalam kontrak yang telah disepakati
antara pemilik proyek (owner) dengan kontraktor pelaksana.

2.2.1 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Kontraktor


a. Hak Kontraktor
 Kontraktor berhak mendapat pembayaran sesuai dengan prosentase pekerjaan
yang telah diselesaikan dalam pelaksanaan atas suatu pekerjaan sesuai
dengan terminnya.
 Kontraktor berhak mendapatkan tambahan biaya atas pekerjaan sesuai
dengan harga satuan bahan yang diajukan oleh kontraktor, apabila ada
pekerjaan tambahan yang harus dikerjakan atas perintah pemberi tugas.
 Kontraktor berhak atas seluruh keuntungan yang diperoleh dari proyek yang
ditangani.
 Kontraktor berhak tidak melanjutkan pekerjaan jika terjadi keadaan yang
tidak terduga (fource majeure) atas waktu dan biaya sesuai dengan peraturan
yang ada.

17
 Kontraktor berhak atas segala denda, bila keterlambatan pekerjaan
disebabkan oleh fource majeur (suatu keadaan di luar kemampuan
pelaksana), seperti misalnya : bencana alam, kerusuhan politik dan lain-lain.
 Kontraktor berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak.
b. Kewajiban Kontraktor
 Kontraktor wajb memperbaiki atau mengganti kerusakan atau kerugian yang
disebabka oleh kebakaran yang terjadi pada pekerjaan-pekerjaan (obyek-
obyek) yang diasuransikan.
 Kontraktor secepat mungkin sesudah ditunjuk, wajib menyampaikan suatu
rencana kerja yang berisikan data selengkap mungkin tentang cara
pelaksanaan yang akan diikutinya dan rencana penggunaan alat-alat
pembantu, ataupun juga urutan-urutan dan perkiraan-perkiraan waktu
pelaksanaan dan macam-macam bagian pekerjaan, dengan maksud untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi.
 Kontraktor wajib mengikuti dengan tertib dan teratur, sehingga semua
bawahannya juga melaksanakannya, yaitu segala perintah-perintah yang
diberikan oleh direksi sesuai dengan syarat-syarat umum dan bestek.
 Kontraktor wajib tunduk kepada petunjuk-petunjuk dari direksi tentang
pengaturan waktu, tempat dan cara pelaksanaan pekerjaan.
 Kontraktor wajib tunduk kepada keputusan-keputusan yang diambil oleh
direksi dalam keadaan-keadaan yang menyangkut kekeliruan-kekeliruan dan
kelalaian-kelalaian, juga dalam hal-hal yang bertentangan di antara gambar-
gambar yang satu dengan yang lainnya, atau di antara gambar bestek.
 Kontraktor wajib melapor kepada direksi setiap akan melaksanakan
pekerjaan baru.
 Kontraktor wajib membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan yang
berisi tentang kerja, bahan, peralatan, keadaan cuaca dan sebagainya.
c. Tanggung Jawab Kontraktor
 Tanggung jawab administrasi, yaitu pemborong bertanggung jawab
terhadap hal-hal seperti peraturan-peraturan, baik yang terdapat di dalam
bestek maupun ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
berkaitan dengan masalah pelaksanaan pembangunan.

18
 Tanggung jawab teknis, yaitu pemborong harus mampu melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan bestek yang telah disepakati.
 Bertanggung jawab atas pemeliharaan bangunan yang telah ditentukan dalam
bestek ataupun disepakati dalam kontrak.
 Bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan pekerja.

2.2.2 Ruang Lingkup Kontraktor


Lingkup layanan penyedia jasa konstruksi mencakup layanan pengawasan, layanan
produksi dan industri, layanan konsultasi operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi,
layanan jasa informasi, layanan jasa manajemen, penelitian dan pelatihan serta layanan
jasa penasehatan. (Departemen Keuangan dan Badan Perencanaan Bangunan Nasional,
Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, 2000, hal. 55)
Sebagai Pelaksana (Bidang Pelaksanaan), meliputi tugas-tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat,
memeriksa penjelasan pekerjaan dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan
oleh pengguna jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga kelamatan pekerjaan dan masyarakat.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, laporan mingguan dan
laporan bulanan.
e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai
dengan ketetapan yang berlaku.

2.2.3 Hubungan Kerja Kontraktor


a. Hubungan Kerja Intern adalah hubungan kerja yang terjadi dalam suatu
organisasi dan mengarah pada pengelolaan dan manajemen itu sendiri. Struktur
organisasi kontraktor tergantung dari bentuk hukum badan usaha yang
dimilikinya, dan bentuk badan hukum tersebut telah mencerminkan ciri dan sifat
perusahaan itu sendiri. Dalam pengelolaan suatu perusahaan, ada beberapa macam
sistem manajemen kontrak yang digunakan, yaitu :

19
 Project Management Contracts, dimana pemilik menetapkan sebuah team
yang dipimpin oleh project manager untuk mengelola proyek dari tahapan
konsepsional sampai selesai.

Pemberi
Pemberi Tugas/Owner
Tugas/Owner

Project
Project Manager
Manager

Perencana
Perencana (A/E)
(A/E) Perekayasaan
Perekayasaan

Kontraktor
Kontraktor Umum
Umum

Sub
Sub Sub
Sub Sub
Sub
Kontraktor
Kontraktor Kontraktor
Kontraktor Kontraktor
Kontraktor

Bagan 2.6 Struktur Organisasi Project Management Contract


(Sumber : Dipohusodo, 1996 : 270)

 Construction Management Contracts, cara kontrak semacam ini dilakukan


pada pekerjaan konstruksi yang besar dan harus dapat diselesaikan secepat
mungkin. Untuk memenuhi hal ini, maka tim organisasi Construction
Management harus mantap dan memiliki tenaga-tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu yang mampu, tangkas dalam berpikir dan aktif serta lincah
bergaul dengan para kontraktor dan dapat menjembatani antara pemilik,
perencana dan kontraktor.

Pemilik
Pemilik

Perencana
Perencana (A/E)
(A/E) Manajemen
Manajemen
Konstruksi
Konstruksi

Sub
Sub Sub
Sub Sub
Sub
Kontraktor
Kontraktor Kontraktor
Kontraktor Kontraktor
Kontraktor

Bagan 2.7 Struktur Organisasi Construction Management Project


(Sumber : Dipohusodo, 1996 : 272)

b. Hubungan Kerja Extern, hubungan kerja extern menyangkut hubungan kerja di


luar perusahaan yang dalam proses gerak dan usahanya ada hubungan tertentu.
Hubungan tersebut antara lain :

20
 Hubungan Pemborong dengan Pimpinan Proyek ;
 Hubungan Pemborong dengan Konsultan Perencana ;
 Hubungan Pemborong dengan Direksi ;
 Hubungan Pemborong dengan Instansi Pemerintah ;
 Hubungan Pemborong dengan KBN ;
 Hubungan Pemborong dengan Instansi yang bersifat rekanan, berhubungan
dengan terjadinya kontrak kerja.

2.2.4 Persyaratan Kontraktor


Berdasarkan Keppres No. 95 tahun 2007 yang mengatur mengenai pelaksanaan seleksi
jasa kontraktor memiliki beberapa persayratan, diantaranya.
a. Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP untuk jasa konsultansi non
konstruksi dan IUJK untuk jasa konstruksi.
b. Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh orang yang
secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak.
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana berupa surat
pernyataan dari konsultan yang bersangkutan.
d. Dalam hal penyedia jasa konstruksi akan melakukan kemitraan, penyedia jasa
konstruksi wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang
memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.
e. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan
bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/ pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum berkewajiban
untuk melapor.
f. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan jasa
konstruksi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa konstruksi
yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun.
g. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di
suatu instansi pemerintah.
h. Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai.

21
i. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan
lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan, atau
pengalaman tertentu.
j. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang
diperlukan.
k. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan
usaha yang dimiliki.
l. Memenuhi KD = 3 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman
tertinggi pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.
Kemampuan dasar suatu konsultan ditentukan dari besarnya tingkat proyek yang
pernah diambil sebelumnya.

2.2.5 Klasifikasi dan Kualifikasi Kontraktor


Kualifikasi dan klasifikasi Kontraktor berdasarkan Keppres No. 95 Tahun 2007 yang
mengatur prakualifikasi untuk Calon Rekanan, menyatakan bahwa :Klasifikasi dan
kualifikasi merupakan bagian dari kegiatan prakualifikasi yang dilaksanakan panitia
prakualifikasi daerah dimana harus sepengetahuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,
yang meliputi :
2.2.5.1 Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kegiatan penggolongan perusahaan jasa kontraktor yang
memuat bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan. Klasifikasi menurut
bidang, sub bidang dan ruang lingkup pekerjaan dapat dibedakan atas :
a. Bidang Pekerjaan Umum.
b. Bidang Transportasi.
c. Bidang Pariwisata, pos dan telekomunikasi.
d. Bidang Pertanian.
e. Bidang Perindustrian.
f. Bidang Pertambangan dan Energi.
2.2.5.2 Kualifikasi
Kualifikasi merupakan penelitian serta penggolongan kontraktor menurut tingkat
kemampuan dasar setiap bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaan. Penilaian
kemampuan dasar/profesionalisme kontraktor didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Pengalaman Kerja.
Pengalaman untuk 7 tahun terakhir :

22
- Diuraikan nama pekerjaan yang dilaksanakan.
- Lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan.
- Lokasi dan pemberi tugas.
- Nilai dan waktu pelaksanaan.
Sub unsur yang dinilai :
- Pengalaman melaksanakan pekerjaan/kegiatan sejenis.
- Pengalaman manajerial dan fasilitas utama.
- Kapasitas perusahaan dgn memperhatikan jmlh tenaga ahli tetap.
b. Pendekatan, Metodologi dan Rencana Kerja.
Penggolongan konsultan perencana juga bias dilihat dari metodologi dan
rencana kerja yang dibuat. Hal-hal yang dinilai diantaranya.
- Pemahaman atas layanan jasa yang tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat (RKS) menyangkut : tujuan proyek/kegiatan, lingkup, serta jasa
konstruksi yang diperlukan.
- Kualitas metodologi: ketepatan diagnosa masalah, langkah pemecahan yang
diusulkan, konsistensi metodologi dengan rencana kerja, jangka waktu
pelaporan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli yang diperlukan, program
kerja, jadual pekerjaan, jadwal penugasan, organisasi pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan orang bulan, kebutuhan fasilitas penunjang.
- Hasil kerja (deliverable), antara lain : gambar-gambar pelaksanaan dan
laporan-laporan.
- Fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam
RKS
c. Kualifikasi Tenaga Ahli
Penilaian terhadap konsultan juga bias dilihat dari penggunaan tenaga ahli
dalam konsultan tersebut. Poin penilaiannya antara lain:
- Tingkat pendidikan (D3, S1,S2, S3 )
- Pengalaman kerja profesional yang didukung dengan referensi pengguna
jasa sebelumnya. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai team leader/co
team leader dinilai juga pengalaman pada posisi yang sama.
- Penguasaan bahasa. Semakin banyak dan baik bahasa yang dikuasai maka
semakin berkualitas konsultan tersebut. Sehingga berpotensi memperoleh
klien dari luar negeri.

23
- Sertifikat Keterangan Ahli (SKA) dari institusi bersangkutan terkait dengan
profesi masing-masing.
d. Keuangan
Keuangan dinilai pada kemampuan konsultan, dibatasi pada penilaian
kekayaan bersih sebagai dasar untuk kualifikasi perusahaan menurut
kemampuan keuangannya yang dikaitkan dengan nilai pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh tiap-tiap konsultan.Berdasarkan Peraturan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi
Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi, kriteria jasa perencana
dan jasa penyedia konstruksi (kontraktor) digolongkan sebagai berikut.

NO GOLONGAN KUALIFIKASI KEKAYAAN BERSIH


1 Perorangan Grade 1 Tidak dipersyaratkan
2 Kecil Grade 2 s.d Rp. 200.000.000
3 Menengah Grade 3 Rp. 200.000.000 s.d Rp. 1.000.000.000
4 Besar Grade 4 Diatas Rp. 1.000.000.000

Table 2.2. Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan


Sumber: Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi
Usaha Jasa Penyedia Konstruksi
Khusus untuk perusahaan baru berdiri dalam bentuk Perseroan Terbatas
(PT) nilai kekayaan bersih mengacu kepada jumlah Modal Disetor yang
tercantum didalam akta pendirian perusahaan. Ketentuan lain yaitu:
- Untuk kualifikasi Gred 3 dan Gred 4, perusahaan harus berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
- Untuk pendirian PT baru dengan modal disetor didalam akta pendirian
minimal Rp. 200.000.000 (duaratus juta rupiah) bisa mengajukan kualifikasi
tertinggi pada Gred 3 dengan jumlah maksimum 3 bidang dan maksimum 5
sub bidang.
2.2.6 Operasional
2.2.6.1 Cara Mendapatkan Proyek
Pengadaan barang/jasa pemborong dan jasa lainnya, dilakukan secara terbuka
untuk umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum. Serta jika memungkinkan melalui

24
media elektronik, sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan
memenuhi syarat dapat mengikutinya. Dalam Keppres Nomor 18 Tahun 2000,
Pengadaan Barang/Jasa Pemborong dan Jasa lainnya, dilaksanakan melalui :
 Pelelangan, merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan
barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara
penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode
dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait, secara taat azas, sehingga terpilih penyedia jasa terbaik.
 Pemilihan Langsung, apabila cara pelelangan sulit dilaksanakan atau tidak
menjamin pencapaian sasaran, dilaksanakan dengan cara membandingkan
penawaran dari beberapa penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat
melalui permintaan harga ulang (price quotation) atau permintaan teknis dan
harga serta dilakukan negosiasi secara bersaing, baik dilakukan untuk teknis
maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
 Penunjukan Langsung, merupakan pengadaan barang/jasa yang penyedia
barang/jasanya ditentukan oleh kepala kantor/satuan kerja/ pemimpin
proyek/bagian proyek/pejabat yang disamakan/ditunjuk dan diterapkan untuk
:
- Pengadaan barang/jasa yang berskala kecil
- Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang
hanya 1 (satu) peserta yang memenuhi syarat, atau
- Pengadaan yang bersifat mendesak/khusus setelah mendapatkan
persetujuan dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non
Departemen/Gubernur/Bupati/Walikota/Direksi BUMN/BUMD, atau
- Penyedia barang/jasa tunggal.
 Swakelola, merupakan pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan
dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau
upah borongan tenaga.
2.1.5.2 Cara Menangani Proyek
Dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, perencana memerlukan adanya
beberapa pedoman, seperti: SPK (Surat Perintah Kerja) dan pihak pemberi tugas,
surat perjanjian kerja / kontrak, pengarahan dari departemen Pekerjaan Umum,

25
dana yang tersedia, Daftar Isian Proyek (DIP) dan program di bidang
pembangunan. Disamping itu masih ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, seperti: peraturan pemerintah daerah setempat mengenai bangunan,
ketentuan standar harga bangunan permeter persegi, luas lantai, standar arsitektur
dan persyaratan konstruksi serta teknisnya seperti: Peraturan Beton Bertulang
Indonesia NI-2 (PBBI), Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3,
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 (PKKI), Peraturan Umum Instalasi
Listrik NI-6 (PUIL), semen Portland NI-8, Peraturan Muatan Indonesia NI-8
(PMI), batu bata sebagai bahan bangunan NI-10, persyaratan pengecetan NI-12,
dan lain-lainnya.

26
27
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PEMBANGUNAN BALE BANJAR KUMBUH

Pada bab ini akan di jelaskan lebih mengkhusus mengenai tinjauan mengenai proyek yang
di kerjakan dalam kerja praktek dan mengenai konsultan perencana dan kontraktor yang
mengerjakannya yaitu CV Yoga Design dan CV. Arya Jaya Konstruksi. Hal-hal yang dijelaskan
pada bagian ini merupakan data di lapangan yang nantinya akan dibandingkan dengan teori yang
ada dan dibahas pada bab berikutnya.

3.1 Tinjauan Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud
Berikut adalah beberapa pemaparan mengenai hal hal yang berkaitan dengan proyek yang
dikerjakan yaitu Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud.

3.1.1 Identifikasi Proyek


Berikut adalah identitas yang berkaitan dengan proyek yang sedang ditangani antara lain:
Nama proyek : Pembangunan Bale Banjar, Br. Kumbuh
Lokasi proyek : Jalan Cempaka, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud
Luas proyek : 305m2
Pemilik Proyek : Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud
Konsultan perencana : CV. Yoga Design
Alamat Konsultan : Jalan Sulatri Gg. XVII A, No. 10
Telp./Fax : +6281 237 108 37
Kontraktor pelaksana : CV. Arya Jaya Konstruksi
Alamat Konsultan : Br. Intaran, Desa Pejeng, Kec.Tampak Siring, Kab. Gianyar
Telp./Fax : +6281 338 245 672
Bangunan yang akan dirancang adalah satu unit Bale Banjar yang di lengkapi dengan
fasilitas ruang kantor, ruang pertunjukan, bale kulkul, pura, backstage, perantenan, toilet
dan bale los.

3.1.2 Latar Belakang Perencanaan Proyek


Banjar merupakan pusat komunitas sekelompok masyarakat dengan subsistem dari
sebuah desa yang memiliki kesatuan adat baik dalam suasana duka maupun dalam
suasana duka. Sebagai bentuk komunitas kecil, maka banjar di Bali memiliki peranan
yang sangat penting sebagai lembaga sosial tradisional maupun sebagai wadah kegiatan

28
upacara adat maupun upacara agama. Disamping itu banjar juga merupakan wadah
pelaksanaan dari kegiatan baik dalam bidang ekonomi, masyarakat maupun berbagai
kegiatan pemerintah seperti pendidikan, kesehatan, keluarga berencana dan lain-lain.
Sebagai lembaga sosial, banjar mempunyai atribut berupa bale banjar. Bale (bahasa bali)
yang juga berarti balai yang artinya gedung, rumah (umum) atau bangunan terbuka. Bale
banjar mengandung arti suatu bangunan terbuka yang digunakan untuk kepentingan
bersama warganya. Bale banjar juga merupakan tempat untuk memusyawarahkan suatu
masalah yang dihadapi oleh krama (masyarakat) banjar dan juga dipergunakan untuk
aktifitas sosial.
Di Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud, bale banjar merupakan wadah yang sangat
penting untuk menampung seluruh kegiatan aktifitas warga masyarakatnya seperti halnya
kegiatan sosial, pendidikan, keagamaan, kebudayaan dan sebagainya. Namun belakangan
kegiatan aktifitas warga masyarakatnya sedikit terganggu akibat wadah yang digunakan
untuk menampung kegiatan tersebut kurang memadai, dikarenakan luas ruang yang
dibutuhkan tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan oeh warga masyarakatnya.
Adapun komponen-komponen struktur bangunan yang tampak mulai rusak dikarenakan
umur bangunan yang sudah cukup tua yang diperkirakan dibangun pada tahun 1981 dan
bahan yang digunakan pada saat itu menggunakan bahan-bahan yang sederhana.
Hal tersebut membuat para petinggi dilingkungan banjar serta warga (krama) banjar
tergerak hatinya untuk merencanakan program pembangunan renovasi bale banjar secara
bertahap yang dana pembangunannya berasal dari dana swadaya warga banjar serta
beberapa dana merupakan hasil dari donasi yang disumbangkan oleh pemilik hotel, villa,
resort dan spa yang berada dilingkungan wilayah Br. Kumbuh.

3.1.3 Proses Lahirnya Proyek


Dari uraian latar belakang proyek, para petinggi di lingkungan Br. Kumbuh mulai
membentuk sebuah panitia pembangunan bale banjar yang terbentuk dari hasil
sangkep/paruman warga krama banjar dengan penanggung jawab proyek adalah Kelian
Banjar. Setelah pihak panitia pembangunan terbentuk maka proses selanjutnya adalah
proses penyusunan rancangan tahapan-tahapan pembangunan bale banjar tersebut, seperti
penyusunan proses pembangunan hingga metode pembangunan bale banjar. Hal tersebut
bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pembangunan, karena dengan
sistem manajemen yang benar maka suatu proses pekerjaan akan bisa berjalan dengan
baik dan dengan waktu yang cepat serta efisien.

29
3.1.4 Lokasi Proyek
Lokasi tapak proyek berlokasi di Jalan Cempaka, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan
Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
U

LOKASI

JL.
AMBARWATI

Gambar 3.1: Lokasi proyek Pembangunan Bale Banjar,


Br. Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud

3.1.5 Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek


3.1.5.1 Perencanaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan perencanaan Pembangunan Bale Banjar
Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud terhitung sejak tanggal 5 Oktober 2015 s/d 28
Desember 2015. Dalam jangka waktu tersebut diharapkan rancangan desain
mampu diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan kualitas yang optimal.
Uraian pekerjaan atau time schedule ada pada lampiran.
3.1.5.2 Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan konstruksi proyek Pasar tradisional “Pasar Agung”
terhitung sejak tanggal 4 Januari 2016 sampai 3 Maret 2016. Dalam jangka waktu
tersebut diharapkan semua item pekerjaan bisa diselesaikan tepat pada waktunya
dan dengan kualitas yang optimal. Uraian pekerjaan atau time schedule ada pada
lampiran.

30
3.1.5 Proses Pembangunan Bale Banjar Kumbuh
Tahapan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bale Banjar Kumbuh ini
dilaksanakan secara baik dan terarah dengan langkah – langkah penerapan sebagai
berikut :
a. Pendekatan Operasional
Perencana akan memberikan jasa – jasa teknis secara efisien dan efektif dalam
perencanaan, yaitu Organisasi dan staffing melalui tim yang merupakan tenaga
ahli berkualitas sesuai spesifikasi yang diperlukan.
Sistem komunikasi yang bertanggung jawab terhadap aktivitas dan hasil pekerjaan
secara keseluruhan dipimpin oleh atau melalui team leader yang berkualitas dan
mengacu pada standar kerja jasa kontruksi.
b. Pendekatan Teknis
Dalam ini beberapa langkah yang dilakukan perencana antara lain :
- Standar yang digunakan dalam perencanaan pekerjaan dan pengujian material
yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan mengacu pada standar nasional.
- Sistem manajemen proyek konsultan harus melaksanakan suatu sistem
manajemen proyek yang diperlukan dalam rangka pelaksanakan proyek yang
meliputi pengendalian jadwal, kualitas dan biaya pelaksanaan konstruksi.
Di samping itu, beberapa hal yang akan dikembangkan antara lain:
- Survey Lapangan, Pengumpulan Data.
Penempatan data wilayah survey, didasarkan pada wilayah atau lokasi yang
yang nantinya akan menjadi tempat bagi perencanaan pembangunan bale
banjar tersebut. Pengumpulan data yang diperlukan adalah data primer dan
data sekunder. Sedangkan aspek yang disurvei disesuaikan dengan komponen
yang telah ada khususnya yang telah terangkum didalam Masterplan
sebelumnya (Jika sebelumnya diawali oleh rencana masterplan).
 Pengumpulan Data Primer.
Data yang didapat atau diambil atau bersumber langsung dari tapak yang
menjadi lokasi antara lain meliputi:
 Pengumpulan data lahan di lokasi;
 Melakukan konsultasi dan evaluasi atas data-data lahan yang sudah
dituangkan dalam bentuk gambar lokasi;
 Data keadaan lahan, mencakup :
 Perletakan tapak;

31
 Bentuk serta luas;
 Lahan disediakan berupa tanah isi dan atau lahan kosong;
 Kondisi lingkungan, menurut ketentuan planologi kota, serta
peruntukan tanah sekitarnya;
 Perbatasan lokasi (utara, selatan, barat dan timur);
 Jaringan listrik, air minum, air kotor atau air bekas cuci, pemadam
kebakaran, dan landscape.
 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang tidak berkaitan secara
langsung dengan obyek perancangan tetapi sangan mendukung program
perancangan, meliputi :
 Studi Literatur
 Studi Perbandingan
- Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa melalui pendekatan-pendekatan
yang sesuai dengan lingkup analisa. Analisa-analisa yang dilakukan terdiri
dari :
 Analisa Masterplan (Jika memiliki rencana sebelumnya)
 Analisis kegiatan dan fungsi saat ini
 Flow dan kuantitas jumlah pengguna
 Kuantitas civitas
- Menetapkan :
 Tipe kebutuhan utama dan proyeksi pengembangan;
 Kegiatan utama, pengunjung dan perlengkapan yang digunakan;
- Analisis Data Keadaan Lokasi;
- Analisis terhadap keadaan lokasi.
- Analisis pencapaian lokasi;
- Analisis situasi dan rencana tapak meliputi :
 Analisis skematik bangunan yang direncanakan;
 Menganilisis dan membuat alternatif rencana arsitektur;
 Menganalisis rencana struktur atau konstruksi;
 Analisis skematik sub system mekanikal dan elektrikal;
 Analisis skematik prasarana tapak.

32
c. Master Program
Pembangunan Bale Banjar, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud, ditujukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas masyarakat khusunya di lingkungan wilayah
Br. Kumbuh. Dilakukan sebuah tahapan pembanguan dalam kurun waktu
beberapa tahun kedepannya. Pada tahap awal perencanaan, perlu dilakukan studi
kelayakan untuk menentukan master program yang akan di gunakan sebagai
panduan dengan keluaran kebutuhan ruang, blok plan, gambar desain, pembiayaan
pembangunan dan pentahapan (Jika dibutuhkan). Agar fungsi dan tujuan dari
Pembangunan Bale Banjar, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud, dapat berjalan
dengan baik, fungsi – fungsi tiap bagian harus berjalan secara optimal sehingga
perlu dilakukan studi lebih lanjut, yaitu studi program fungsi.
Studi kelayakan pada tapak pada dasarnya merupakan suatu kegiatan perencanaan
pembangunan (pembangunan secara fisik dan non fisik) agar Bangunan tersebut
dapat berfungsi secara optimal dalam kurun waktu tertentu. Kelayakan yang akan
dikaji pada tahapan ini meliputi kebutuhan ruang yang akan di fasilitasi, kesatuan
unit bangunan dengan lingkungannya. Selain itu adanya kebutuhan sarana dan
prasarana serta tenaga yang dibutuhkan agar pelayanan dimaksud berjalan lebih
optimal.
Hal ini dilakukan untuk menetapkan Pembangunan Bale Banjar, Br. Kumbuh,
Desa Mas, Kec. Ubud, kedepannya agar dapat berfungsi dengan lebih baik.
Selanjutnya melakukan pemilihan terhadap beberapa alternatif pembangunan
dikaitkan dengan langkah – langkah dalam proses untuk kemudian dipilih salah
satu alternatif yang terbaik. Hasil proses ini dikenal sebagai Layout Plan.
d. Perencanaan Fisik Bangunan (Blok Plan)
Perencanaan atau rencana kerja induk pada dasarnya merupakan suatu dokumen
lengkap tentang rencana pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan master
program terpilih. Dengan ini maka penjabaran secara rinci mengenai kebutuhan
suatu bangunan secara fisik dan non fisik secara optimal dapat dilakukan.
Rencana fisik bangunan (blok plan) akan menjelaskan segala hal yang terkait
dengan upaya penetapan lokasi unit rencana dalam bentuk blok bangunan
termasuk kebutuhan penunjangnya. Rumusan perencanaan fisik bangunan (blok
plan) akan dirinci dan dituangkan ke dalam:
- Kebutuhan Luas Ruangan berdasarkan Program Fungsi dan Beban Kerja.

33
- Rencana pembangunan akan dibuat berdasarkan kebutuhan yang ditinjau dari
studi tentang beban kerja saat ini dan proyeksi pada masa yang akan datang
dan juga dikaji terhadap kebijaksanaan Pembangunan Bale Banjar, Br.
Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud, yang bersangkutan, serta memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan. Sebagai dasar untuk
perhitungan luas lahan dipergunakan beberapa dasar pertimbangan dan
pemikiran lain sebagai berikut:
 Proyeksi perkembangan jumlah beban kerja.
 Standar luas dan kebutuhan untuk setiap aktivitas dan fasilitas;
 Sejumlah asumsi pendukung dan data pelengkap lainnya
Penyusunan konsep dasar pemikiran tersebut di atas, bertitik tolak pada
permasalahan yang spesifik dalam perencanaan bangunan, yaitu terdapatnya
fleksibilitas, rumusan kemungkinan untuk pengembangan serta tercapainya
efisiensi hubungan dan pelaksanaan kerja. Sedangkan efisiensi hubungan kerja,
diukur dengan kriteria sebagai berikut:
 Aksesibilitas;
 Sirkulasi jelas;
 Nyaman;
 Aman;
 Hubungan fungsional tercapai.
 Terjaganya Privasi.
Agar pengertian dasar di atas dapat dituangkan ke dalam suatu konsep yang
menyeluruh, maka perencanaan suatu bangunan harus dapat menguraikan pula
beberapa aspek:
 Aspek perencanaan ruang luar bangunan;
 Aspek perencanaan tata letak bangunan;
 Aspek perencanaan prasarana;
 Aspek perencanaan ruang bersama maupun private.
e. Laporan Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud, memiliki lampiran
gambar-gambar antara lain:
- Gambar Rencana Pengembangan Konsep arsitektur Bangunan ;
- 3D Ilustrasi;

34
3.1.6 Metode Pembangunan Bale Banjar Kumbuh
Berdasarkan hasil perundingan pihak panitia pembangunan, pembangunan bale banjar
tersebut landasi oleh beberapa metode yang digunakan dalam mencapai tujuan dari
pembangunan bale banjar itu sendiri. Adapun metode yang dimaksud, diantaranya
sebagai berikut :
a. Metode Perencanaan
Sebuah proyek pembangunan tentu membutuhkan sebuah perencanaan yang
sangat matang dalam mencapai sebuah keberhasilan. Perencanaan sering kali
diterapkan sebagai acuan didalam melaksanakan kegiatan yang akan terjadi
dilapangan sehingga tujuan dari proses pembangunan suatu proyek akan dapat
terwujud sesuai dengan yang diinginkan.
b. Metode Organisasi
Dalam sebuah proyek pembangunan, tentu akan membutuhkan beberapa orang
yang akan terlibat didalamnya, termasuk dalam tahap fase perencanaan dan fase
pelaksanaan. Orang-orang yang akan terlibat ini terdiri dari wadah yang berbeda
seperti orang-orang yang akan terlibat didalam sebuah perencanaan maka akan
disatukan kedalam wadah yang disebut sebagai konsultan perencana. Demikian
sebaliknya orang-orang yang akan terlibat didalam sebuah proses pelaksanaan
akan disatukan kedalam wadah yang disebut sebagai kontraktor.
Konsultan perencana dan kontraktor ini merupakan bagian dari sebuah organisasi
proyek bersama pemilik/owner.
c. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahapan dimana sebuah proyek mulai dikerjakan. Disini
peran kontraktor sebagai pelaksana proyek berperan sangat besar didampingi oleh
pihak perencana untuk mengontrol rancangan desain yang akan diwujudkan
kedalam bentuk nyata agar sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
d. Metode Kontroling
Penanganan sebuah proyek perlu di awasi kegiatannya, baik dalam proses
perencanaan maupun dalam proses pelaksanaan dilapangan. Peranan kontrol
dalam sebuah penanganan proyek mempunyai peranan yang sangat besar agar
terwujudnya keinginan pemilik proyek.

35
3.2 Tinjauan Tentang Konsultan Perencana CV. Yoga Design
Pada bagian ini akan dibahas secara khusus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Konsultan perencana yang mengerjakan proyek Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan
Bale Banjar, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

3.2.1 Status Kelembagaan


Berdasarkan akte pendirian perusahaan nomor 72 tanggal 15Maret 2012 yang di terbitkan
oleh Notaris I Made Suniawan, SH dan akte perubahan nomor 37 tanggal 29 September
2014 yang di terbitkan oleh Notaris A.A. Gde Putra Tresna, SH, Konsultan Perencana
CV. Yoga Design memiliki badan hukum yang berbentuk CV. yang berkedudukan di
Jalan Sulatri, Gg. XVII A No. 10 Kesiman, Denpasar Timur

3.2.2 Identitas Konsultan Perencana


Konsultan perencana yang menangani pekerjaan Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembangunan Bale Banjar, Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud, memiliki identitas
sebagai berikut:

Nama perusahaan : CV. Yoga Design


SIUJK (Surat Ijin Usaha Perdagangan) : 1-5171-4-00662-002533
TDP (Tanda Daftar Perusahaan) : 22.09.1.7.75.03368
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 55.613.455.3-905.000
Alamat : Jalan Sulatri, Gg. XVII A No. 10, Kesiman
Telp./Fax :-
Mobiles : +6281 237 108 37
E-mail : yogadesignarch@gmail.com

3.2.3 Ruang Lingkup dan Kualifikasi CV. Yoga Design


CV. Yoga Design merupakan sebuah konsultan yang bergerak dibidang perencanaan dan
pengawasan yang meliputi bidang:
a. Arsitektur :
- Jasa Nasehat/Pra-Desain, Desain dan Administrasi Kontrak Arsitektural
- Jasa Arsitektural Lansekap
b. Jasa Survey :
- Jasa Survey Permukaan
- Jasa Geologi, Geofisika dan Prospek Lainnya

36
c. Jasa Inspeksi Teknis :
- Jasa Engineering Fase Konstruksi dan Instalasi Bangunan
- Jasa Engineering Fase Konstruksi dan Instalasi Teknik Sipil Transportasi
- Jasa Engineering Fase Konstruksi dan Instalasi Teknik Sipil Keairan
d. Tata Lingkungan :
- Jasa Konsultansi Lingkungan
Ruang lingkup profesi konsutan perencana CV. Yoga Design tidak jauh beda dengan
konsultan perencana lainnya dimana dalam bidang perencanaan tersebut meliputi tugas-
tugas sebagai berikut:
a. Tahap persiapan perencanaan yang meliputi tugas-tugas penyelidikan, penelitian
dan penilaian mengnai keadaan pada saat pemilihan lahan, perencanaan dan
pembiayaan.
b. Tahap konsepsi perencanaan yang meliputi sketsa-sketsa pendahuluan dan
prarencana.
c. Tehap pembuatan rencana pelaksanaan yang terdiri dari rencana arsitektur,
rencana konstruksi, rencana mekanikal dan elektrikal,rencana sanitasi dan
plumbing, rencana interior, rencana landscape, rencana kerja dan syarat-syarat
serta rencana anggaran biaya.
Berdasarkan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) No. 12a tahun
2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi, kriteria
jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi (konsultan) digolongkan sebagai berikut.

NO GOLONGAN KUALIFIKASI KEKAYAAN BERSIH


1 Perorangan Grade 1 Tidak dipersyaratkan
2 Kecil Grade 2 s.d Rp. 200.000.000
3 Menengah Grade 3 Rp. 200.000.000 s.d Rp. 1.000.000.000
4 Besar Grade 4 Diatas Rp. 1.000.000.000

Table 3.1 Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan


Sumber: Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi

Khusus untuk perusahaan baru berdiri dalam bentuk CV nilai kekayaan bersih mengacu
kepada jumlah Modal Disetor yang tercantum didalam akta pendirian
perusahaan. Ketentuan lain yaitu:

37
a. Untuk kualifikasi Gred 3 dan Gred 4, perusahaan harus berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
b. Untuk pendirian PT baru dengan modal disetor didalam akta pendirian minimal
Rp. 200.000.000 (duaratus juta rupiah) bisa mengajukan kualifikasi tertinggi pada
Gred 3 dengan jumlah maksimum 3 bidang dan maksimum 5 sub bidang.
Sesuai dengan penggolongan diatas maka kualifikasi konsultan perencana CV. Yoga
Design dapat digolongkan mdalam grade 2 karena dilihat dari nilai nominal kekayaan Rp.
200.000.000.

3.2.4 Peranan, Wewenang dan Tanggung Jawab


a. Peranan
Peranan konsultan perencana CV. Yoga Design dalam perencanaan sebuah proyek
adalah mewujudkan keinginan dari Klien atau pemberi tugas ke dalam bahas
arsitektur, yang didasarkan atas data-data yang dikumpulkan baik data fisik maupun
data non-fisik, studi program kebutuhan ruang, studi analisa tapak dan analisa
konseptual dari perencanaan sebuah proyek.
b. Wewenang
Wewenang yang dimiliki oleh konsultan perencana CV. Yoga Design dalam
perencanaan sebuah proyek yaitu berwenang untuk mengajukan gagasan atau ide –
ide dan memutuskan penyelesaian terhadap segala permasalahan desain yang yang
dihadapi sepanjang tidak bertentangan dengan ide pemberi tugas, termasuk
didalamnya mengenai estetika, struktur, konstruksi serta system utilitasnya.
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab yang diemban olehkonsultan perencana CV. Yoga Design dalam
perencanaan sebuah proyek berdasarkan Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek
dan Pemberi Tugas (pasal 9, Bab III Perancanngan Bangunan) tahun 1991 adalah
sebagai berikut:
- Kecuali dalam hal-hal yang disebut dalam syarat-syarat di bawah ini, arsitek
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh arsitek atau oleh orang-orang yang bekerja padanya pada
waktu pelaksanaan tugas bila kesalahan itu dibuat pada keadaan yang
seharusnya dapat dihindarkan dengan keahlian dan kewaspadaan serta cara
pelaksanaan tugas yang lazim.

38
- Tanggung jawab untuk kesalahan-kesalahan dalam keadaan luar biasa arsitek
tidak bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh orang-
orang yang bekerja padanya bila arsitek dapat membuktikan bahwa
kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat dihindarkan atau tidak dapat
diketahui sebelumnya meskipun ada pengawasan kewaspadaan yang lazim.
- Tanggung jawab serta koordinasi dengan ahli lain. Pada dasarnya arsitek
tidak bertanggung jawab atas hasil pekerjaan perancangan ataupun
pengawasan yang dilakukan oleh ahli-ahli khusus lain, kecuali:
 Ahli-ahli tersebut bekerja untuk dan atas nama arsitek dalam rangka surat
penugasan menyeluruh serta dipilih dan diangkat oleh arsitek sendiri,
dengan atau tanpa persetujuan dari pihak pemberi tugas.
 Ahli-ahli tersebut, meskipun tidak bekerja untuk dan atas nama arsitek
yang mendapat penugasan terbatas secara tegas disebutkan berada di
bawah koordinasi arsitek sepenuhnya. Bilamana pemilihan ahli-ahli
tersebut serta besarnya imbalan jasa khusus untuk koordinasi telah
disetujui arsitek, maka dalam hal ini arsitek wajib memikul sebagian
tanggung jawab atas pekerjaan ahli-ahli tersebut.

3.2.5 Manajemen Konsultan Perencana


Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu manajemen atau pengelolaan yang baik agar
perusahaan sehat dan berjalan dengan baik, manajemen perusahaa pada CV. Yoga Design
yaitu manajemen keuangan, manajemen studio dan manajemen fasilitas infrastruktur.
a. Manajemen keuangan
Kepemilikan modal dari konsultan perencana CV. Yoga Design berasal dari modal
pribadi dari sang direktur Gede Merta Yasa, ST proses pemasukan dan pengeluaran
keuangan perusahaan sepenuhnya dikoordinir oleh keponakan beliau Ni Luh
Sumiati, SE selaku Accounting. Pemasukan perusahaan berasal dari fee project yang
dibayarkan oleh klien dari suatu proyek. Pengeluaran perusahaan dapat dibagi
menjadi beberapa jenis antara lain :
- Pembiayaan kegiatan studio dan kantor
Pembiayaan pada konsultan perencana ini dilakukan secara umum terhadap
keseluruhan proyek yang sedang berjalan di dalam studio dan kantor.
Pembiayaan kegiatan ini meliputi:

39
- Alat tulis kantor, tinta printer, kertas printer, kertas gambar, kertas sketsa
dan kertas plotter.
- Biaya konsumsi staff di studio ( kopi, teh, gula, dan air minum)
- Biaya listrik telepon, dan air.
- Biaya transportasi
- Biaya penyediaan dan perawatan alat-alat studio (komputer, plotter, scanner,
dan lain sebagainya)
- Pembiayaan perawatan bangunan studio dan kantor
b. Kesejahteraan tenaga kerja, yang diwujudkan dengan pembayaran gaji pegawai
setiap bulannya. Nilai nominal yang diterima oleh masing-masing pegawai berbeda-
beda, tergantung pada tugasnya masing-masing serta mempertimbangkan tingkat
pendidikan. Selain itu para staff arsitek juga mendapat fee dari masing-masing
proyek yang mereka tangani.
c. Manajemen Studio
Konsultan CV. Yoga Design dipimpin oleh seorang direkturyaitu Gede Merta Yasa,
ST. Konsultan ini terdiri dari dua departemen yaitu departemen arsitek dan
departemen umum dan administrasi. Setiap proyek ditangani oleh seorang arsitek dan
beberapa orang drafter tergantung besar kecilnya proyek tersebut. Seorang staff
arsitek tidak boleh mengerjakan proyek lain sebelum proyek yang ditanganinya
selesai, sehingga konsentrasi staff arsitek bisa fokus terhadap satu proyek untuk
mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Adapun susunan organisasi CV. Yoga Design adalah sebagai berikut:

40
Direktur
Gede Merta Yasa, ST

STUDIO ARSITEK DEPARTEMEN UMUM DAN


ADMINISTRASIUM

Kepala Studio
Putu Agus Saputra, ST Accounting
Ni Luh Sumiati, SE
Admin & Secretary
Arsitek Ni Wayan Artini
Ngurah Kurniawan, ST Luh Padma Sekar
Made Harta Wiguna, ST
Sakti Nugraha, ST
Office Boy
Imam Supardi

Drafter
I Kadek Arya Adi Wirawan
I Made Sindustiawan
Komang Adi Pradnyana
Bagan 3.4. Sruktur organisasi CV. Yoga Design
Sumber : CV. Yoga Design
Adapun tugas dan wewenang masing masing adalah:
- Director/Conceptor Architect memilki tugas dan wewenang di antaranya;
 memimpin dan mengawasi aktivitas perusahaan;
 membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perusahaan;
 mengkoordinasi karyawan serta memberkan nasihat dalam melaksanakan
tugas-tugasnya;
 menterjemahkan ide-ide dari klien ke dalam konsep-konsep atau desain;
dan
 secara periodik mengadakan pertemuan dengan owner mengenai desain
yang dilangsungkan.
- Kepala studio memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 mengelola manajemen perusahaan;

41
 menyusun project schedule dala bentuk daftar (list);
 mengkoordinasi inventaris studio dan project document seperti gambar,
RAB, dan RKS;
 mengkoordinasi dan mengawasi para arsitek agar desain yang dihasilkan
sesuai dengan rencana;
 membuat rencana desain sesuai dengan keinginan owner; dan
 merencanakan, mengkoordinasi an mengambil keputusan di bidang
administrasi, keuangan, dan umum sesuai dengan persetujuan direktur.
- Arsitek memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 mengembangkan konsep atau desain ke dalam bentuk gambar;
 pengenalan tapak dan survey awal;
 ikut memecahkan masalah mengenai desain agar sesuai dengan
keinginan owner;
 membuat model dari suatu proyek bangunan dalam bentuk maket atau
model computer apabial diperlukan; dan
 membuat perhitungan RAB dan RKS.
- Drafter memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 membantu arsitek dalam menuangkan desain ke dalam bentuk gambar;
- Accounting memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 mengelola urusan personalia;
 mempersiapkan kontrak kerja beserta tagihan;
 mengelola kas perusahaan berikut pembayaran tagihan;
 mengelola keuangan harian proyek secara keseluruhan;
 menangani urusan yang berhubungan dengan proyek;
 membuat lapran keuangan masing-masing proyek; dan
 melaporkan kondisi keuangan perusahaan.
- Secretary memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat;
 pengadaan segala kebutuhan yang dibutuhkan dalam menjalankan
manajemen pekerjaan kantor;
 membuat mailing list atas semua klien, relasi bisnis, instansi, lembaga,
dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan; dan

42
 menyiapkan materi untuk pengiriman-pengiriman dokumen.
- Office Boy memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 membersihkan dan menjaga kerapian kantor;
 tugas luar untuk keperluan kantor atau studio; dan
 mempersiapkan kendaraan atau fasilitas kantor.

3.2.5 Operasional
3.2.5.1 Cara Mendapatkan Proyek
Pihak CV. Yoga Design mendapatkan proyek Perencanaan Pembangunan Bale
Banjar, Br. Kumbuh dengan cara mengikuti proses pelelangan yang di
selengarakan oleh panitia pembangunan bale banjar yang diikuti oleh 4 konsultan
perencana. CV. Yoga Design keluar sebagai pemenang lelang setelah memenuhi
semua persyaratan yang sudah di tetapkan dan memiliki nilai paling tinggi
diantara peserta pelelangan yang lainnya. Sehingga CV. Yoga Design menjadi
pemenang sebagai konsultan perencana oleh pemilik proyek. Dengan penilaian
bahwa CV. Yoga Design memiliki tenaga ahli yang mempuni dalam bidangnya,
mempunyai pengalaman kerja yang banyak serta mengajukan harga penawaran
yang lebih murah dibanding konsultan perencana lainnya.
3.2.5.2 Cara Menangani Proyek
Dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, CV. Yoga Design menggunakan
beberapa pedoman, seperti: SPK (Surat Perintah Kerja) dan pihak pemberi tugas,
surat perjanjian kerja / kontrak, Daftar Isian Proyek (DIP) dan Term of Reference
(TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Proses pelaksanaan pekerjaan yang dijalani CV. Yoga Design dalam menangani
proyek perencanaan secara garis besar dapat diuraikan menjadi:
- Persiapan Perancangan, setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja dari pihak
pemilik proyek, CV. Yoga Design mulai mengumpulkan data dan informasi
lapangan yang berkaitan dengan proyek tersebut yang selanjutnya diolah
untuk menghasilkan konsep perancangan yang disertai dengan sketsa-sketsa
pendahuluan yang dipergunakan untuk menampilkan ide awal kepada pihak
pemberi tugas.
- Pra Rancangan, setelah ditemukan kesepakatan dengan pihak pemberi tugas
atas sketsa awal tersebut, dilanjutkan menyempurnakan konsep

43
perancangan, pada tahap ini ditampilkan disain secara global berupa gambar
situasi, denah plan dan potongan plan serta perhitungan anggaran biaya
global.
- Tahap Perancangan, dalam tahap ini merupakan pemantapan konsep disain
dan rancangan arsitektur, struktur serta utilitasnya dengan menampilkan
gambar tapak, denah, potongan serta beberapa detail arsitektur yang
dianggap perlu ditampilkan, dan penyusunan anggaran secara lebih
mendetail.
- Pengawasan, memeriksa pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan
penjelasan dan pemecahan terhadap permasalahan yang timbul, serta
menyusun laporan akhir perancangan.
3.2.6 Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur
Perusahaan memerlukan suatu infrastruktur untuk menjalankan suatu kegiatan yang
memfasilitasi kegiatan tersebut. Fasilitas yang terdapat di kantor diantaranya terdiri dari
ruangan-ruangan, furniture, kendaraan,perangkat komputer dan elektronik lainnya. Ruang
ruang yang ada pada kantor konsultan ini adalah ruang studio, ruang pimpinan, ruang
administrasi, ruang sekretaris, ruang tamu, ruang rapat toilet dan parkir.

Foto 3.1. Ruang direktur


Sumber: Dokumentasi pribadi 44
Foto 3.2. Ruang Tamu
Sumber: Dokumentasi pribadi

Foto 3.4. Ruang Kepala Arsitek


Sumber: Dokumentasi pribadi

45
Foto 3.5. Ruang Kerja Drafter
Sumber: Dokumentasi pribadi

3.2.7 Persiapan Kerja


Pihak konsultan perencana memulai persiapan pekerjaan setelah menyelesaikan segala
urusan administrasi dengan pihak panitia pembangunan dan menrima Surat Perintah
Kerja (SPK) dari panitia pembangunan untuk mengikuti prosedur yang berlaku. Adapun
uraian kegiatan yang dibuat oleh pihak perencana sebelum memulai kegiatan
a. Uraian Kegiatan
- Persiapan
- Time Schedule
- Job
3.2.8 Personalia Project
Berikut jumlah personalia yang ditetapkan oleh pihak perencana beserta
jabatannyaditugaskan dalam proyek perencanaan pembangunan bale banjar tersebut,
a. Project Manager : 1 orang
b. Director/Conceptor Architect : 1 orang
c. Arsitek : 1 orang
d. Drafter : 4 orang
e. Surveyor : 2 orang

46
f. Administrasi dan Keuangan : 2 orang

3.2.9 Sistem Manajemen Perencanaan


Pada perencanaan Bale Banjar Kumbuh terdapat suatu sistem manajemen yang menjadi
bagian dari proses perencanaan diluar proses desain. Hal-hal tersebut diantaranya
manajemen keuangan, manajemen pengelolaan dokumen, perekrutan tenaga ahli dan
manajemen desain.
3.2.9.1 Manajemen Keuangan
Manajemen atau pengelolaan keuangan dalam setip proyek yang ditangani CV.
Yoga Design ditangani langsung oleh bagian accounting yaitu Ibu Ni Luh
Sumiati, SE. Modal awal untuk proses desain bersumber dari keuangan
perusahaan. Sumber dari keuangan perusahaan adalah dari modal pemilik
perusahaan dan dari fee desain dari pihak owner. Besarnya pemberian gaji untuk
karyawan didasarkan pada masing-masing pekerjaan yang diambil.
3.2.9.2 Manajemen Pengelolaan Dokumen
Pengelolaan dokumen pada proses perencanaan Bale Banjar Kumbuh meliputi
penyimpanan dokumen pada komputer dan pengelolaan dokumen yang yang
sudah dicetak, baik itu sebelum maupun sesudah revisi.
- Penyimpanan dokumen pada komputer
Penyimpanan dokumen kerja pada komputer khususnya pada proyek Bale
Banjar Kumbuh di kumpulkan dalam satu folder yang berisi masing-masing
tahapan pekerjaan. Masing-masing tahapan tersebut diberi nama “work”
dengan nomor tahapannya. Pada saat ini tahapan desain telah mencapai
work 7 yang berarti memasuki tahapan ke 7. Penomoran tersebut
menandakan tahapan desain telah mengalami enam kali revisi desain baik
dari arsitek maupun owner. Hal tersebut diatas dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan dan perubahan desain dari proses
awal hingga akhir. Selain itu juga untuk menjaga dokumen-dokumen
sebelumnya yang suatu saat mungkin diperlukan.
- Pengelolaan hardcopy dokumen sebelum dan sesudah revisi
Hardcopy atau dokumen yang sudah dicetak akan segera dikirim pada pihak
owner untuk didiskusikan kembali dengan arsitek. Jika dokumen tersebut
masih belum disetujui oleh pihak owner maka akan dilakukan revisi. Revisi
biasanya dilakukan langsung pada gambar atau dokumen kerja dengan

47
memberi coretan dengan spidol berwarna sehingga hal-hal yang dikoreksi
lebih jelas. Gambar tersebut menjadi acuan dalam merevisi desain
selanjutnya. Revisi akan terus dilakukan hingga pihak owner dan arsitek
mencapai kesepakatan bahwa desainya sudah selesai. Dokumen-dokumen
bekas revisi yang sudah tidak dipakai akan disimpan sementara selama
proses desain dan akan dibuang jika tahapan desiain sudah selesai.

3.2.10 PerekrutanTenaga ahli


Perekrutan tenaga ahli dalam proses desain Bale Banjar Kumbuh dilakukan langsung
oleh director yang menunjuk tiga orang untuk menyelesaikan desain dan satu orang lagi
untuk meyelesaikan spesifikasi untuk MEP dan penawaran. Tiga orang tersebut termasuk
juga head studio yang sekaligus bertanggung jawab secara umum terhadap desain.
Pada proyek lain biasanya arsitek juga diminta membuat model 3 dimensi dengan
komputer. Pengerjaan modeling tersebut dilakukan langsung oleh Made Harta Wiguna,
ST. Tetapi untuk perencanaan Bale Banjar Kumbuh terdapat sedikit perbedaan dimana
arsitek tidak diminta membuat model 3 dimensi. Model tiga dimensi tersebut sudah
dikerjakan sendiri oleh pihak owner yang juga memiliki latar belakang arsitektur.

3.2.11 Manajemen Waktu


Manajemen waktu dalam pengerjaan desain Bale Banjar Kumbuh cukup baik di mana
desain telah selesai sebelum tanggal penyerahan gambar. Hal ini karena desain yang
dikerjakan tidak terlalu rumit dan pengerjaan yang tekun. Selain itu beberapa kali
dilakukan lembur untuk mengejar target capaian gambar. Pihak owner sering menjadi
penghambat dalam penyelesaian desain ini karena sering melakukan perubahan atas
desain saat belum merasa puas. Pihak owner terus mendesak agar harga desain yang akan
dikerjakan nanti tidak terlalu mahal sehingga sering kali terjadi banyak perubahan pada
jenis material. Pihak arsitek sudah sering juga memberi masukan dan pertanggung
jawaban atas desain, tetapi desain belum juga disepakati.

3.2.12 Manajemen Desain


Dalam manajemen desain Bale Banjar Kumbuh melibatkan beberapa faktor diantaranya
pihak owner, pihak arsitek, kondisi tapak dan regulasi atau peraturan. Pihak yang
menentukan desain final tetap arsitek tetapi atas dasar pertimbangan faktor-faktor
tersebut. Sering kali arsitek harus menjelaskan kepada pihak mengenai terbentuknya
desain tersebut terikat oleh peraturan-peraturan yang tidak bisa dilanggar seperti bentuk

48
atap yang berbentuk limas, bangunan yang berkarakter Bali dan sebagainya. Selain itu
mengenai struktur yang sesuai dengan kondisi tapak. Hal terpenting dalam rancangan
adalah idealisme arsitek yang ingin desain yang unik dan yang memiliki daya tarik
tersendiri.

3.2.13 Tahap-Tahap Perkembangan Desain


Suatu proses pasti memiliki tahap-tahap yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pada perkembangan desain Bale Banjar Kumbuh tahap-tahap perkembangan
desain meliputi perkembangan desain master plan dan master site plan, perkembangan
morfologi desai bangunan atau bentuk bangunan yang diterjemahkan dalam gambar
denah, tampak dan potongan, perkembangan rencana utilitas atau MEP, perkembangan
detail desain baik detail struktur maupun detail arsitektur dan tahapan akhir desain.

3.2.14 Perkembangan Master Plan dan Site Plan


Proses pembuatan Master Plan merupakan proses awal dalam tahapan development
drawing. Tahapan ini akan merencanakan dan mendesain keseluruhan tapak secara umum
sehingga masing masing bangunan yang dirancang menjadi suatu keastuan dalam tapak.
Tahapan tersebut terdiri dari pembuatan Master Plan dan site plan.
3.2.14.1 Tahapan Master Plan
Pada tahapan Master Plan, perencanaan Bale Banjar Kumbuh masih pada tahapan
yang mikro karena unit bangunan yang direncanakan hanya satu dan terdiri dari
dua lantai. Pada tahapan ini proses perencanaan meliputi perencanaan mengenai
zoning tapak secara makro, bentuk dan pola masa, sirkulasi, tampilan bangunan,
ruang dalam, utilitas secara makro dan sistem struktur.
- Zoning tapak
Zoning tapak pada perencanaan Bale Banjar Kumbuh terdiri dari zone-zone
yang dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya zona publik untuk
pelayanan secara umum dan zona privat dan zona sirkulasi pada tapak.
Karena tapak yang memiliki karakter bentuk memanjang, jadi penzoningan
dibagi secara pola linear.

49
Publik

Privat

Gambar 3.1 Zoning secara umum


Sumber: CV. Yoga Design

Penempatan ruang pada zona publik meliputi panggung


pertunjukan,backstage, ruang paruman/rapat, toilet dan area parkir sepeda
motor. Pada zona ini merupakan daerah yang akan melayani kebutuhan
secara umum seperti mengadakan agenda rapat warga krama banjar, tempat
untuk kegiatan aktifitas hiburan masyarakat, tempat untuk aktifitas buang air
besar atau air kecil dan tempat untuk kantor pelayanan. Sedangkan pada
lantai dua, semua area merupakan area zona public yang akan digunakan
oleh semua warga krama banjar. Permasalahan yang terlihat pada desain ini
adalah area luas parkir yang sedikit. Hal ini dikarenakan luasan lahan
existing yang tersedia memang tidak mencukupi.
Zona sirkulasi berada pada bagian pinggir tapak sebelah kanan. Area
sirkulasi ini akan menjadi akses utama menuju kedalam bale banjar.
Permasalahannya adalah jika sirkulasi ini merupakan satu-satunya akses
menuju masing-masing unit maka diperlukan suatu stragei untuk
menangulangi hal diluar aktifitas biasa seperti kegiatan upacara

50
keaagamaan, perawatan (maintenance), perbaikan dan kondisi bencana.
Selain itu juga perlu dijaga privasi dari masing-masing unit ruangan karena
sirkulasi tersebut merupakan sirkulasi umum pada seluruh tapak bale banjar.
- Bentuk dan pola masa
Bentuk masa pada desain Bale Banjar didominasi dengan bentuk persegi
panjang dan bujur sangkar yang menyesuaikan dengan bentuk tapak. Bentuk
bentuk tersebut akan membentuk pola yang linear yang berorientasi pada
jalan atau sirkulasi. Masing masing unit ruangan memilki arah orientasi
secara terpisah. Masing masing tipikal unit ruangan dibuat saling
berhadapan dan saling bolak-balik atau di-mirror, tujuannya agar terdapat
sedikit variasi dengan kualitas desain yang sama.

Panggung dan
Back Stage

Ruang Paruman

Dapur
Toilet

Gambar 3.2 Bentuk dan pola masa.


Sumber: CV. Yoga Design
- Ruang dalam
Konsep ruang dalam pada disain Bale Banjar dibuat dengan menerapkan
konsep arsitektur tradisional Bali kedalam konsep ruang dalam bangunan.
Seperti kebanyakan bangunan-bangunan public dengan konsep falsafah
social budaya, bangunan ini mempunyai ornamen2 khas Bali seperti
pepalihan, kekarangan dan lain-lain yang berfungsi juga untuk menguatkan

51
identitas warga krama Br. Kumbuh sebagai masyarakat yang mencintai
tanah kelahirannya.

Masing-masing unit ruangan memiliki spesifikasi ruang sesuai dengan


fungsi dan peruntukannya. Disetiap ruangan dihadirkan nuansa arsitektur
tradisional Bali untuk meminimalisir terjadi kesan yang berbeda saat berada
pada suatu ruangan.
- Tampilan bangunan
Tampilan bangunan Bale Banjar secara umum menggunakan langgam
arsitektur tradisonal Bali yang disesuaikan dengan karakteristik lokal.
Tampilan desain ini bisa dikatakan sederhana tapi tetap memberikan suasana
dan nuansa arsitektur tradisional Bali.
Setelah semua hal diatas dipertimbangkan, maka dibentuklah suatu rencana
awal mengenai Master Plan. Berikut adalah gambar Master Plan secara
global.

52
Gambar 3.3 Desain Awal Master Plan Bale Baanjar Kumbuh
Sumber: CV. Yoga Design

3.2.15 Perkembangan Morfologi Desain Bangunan


Morfologi desain bangunan merupakan bentuk dari desain bangunan-bangunan yang
direncanakan. Morfologi tersebut dapat dilihat dari gambar denah, site plan, tampak dan
potongan. Berikut adalah pembahasan dari masing-masing bangunan.
- Panggung Pertunjukan dan Backstage
Panggung pertunjukan dan backstage terletak disisi sebelah utara tapak pada desain
master plan. Jarak antar ruang panggung pertunjukan dan backstage diletakan
berdekatan sebab backstage merupakan bagian dari panggung pertunjukan yang
digunakan sebagai tempat untuk tempat persiapan. Bentuk yang ada cenderung
monoton dengan bentukggunan kotak-kotak polos. Dapat dilihat pada gambar denah
panggung pertunjukan dan backstage dibawah.

Panggung dan
Kori dan
Backstage
Candi Bentar

53
Gambar 3.4 Denah Letak Panggung Pertunjukan
Sumber: CV. Yoga Design

Kori dan Candi


Bentar

Gambar 3.5 Potongan A-A


Sumber: CV. Yoga Design

Jika dipandang dari sudut pandang arsitektur Bali bentuk yang ada sangat mewakili
unsure-unsur arsitektur tradisional Bali. Tujuan lain dari bale banjar adalah untuk
kegiatan sosial yang mengangkat nilai lokal. Dari bentuknya terlihat proporsi kepala,
badan dan kaki jika dilihat dari potongan memendek. Bentukan ini dimanipulasi
dengan permainan pada fasade agar terlihat lebih menarik. Terdapat permainan pada
kori dinding backstage yang terdiri dari dua lapisan, lapisan pertama merupak dinding
dengan tinggi dua meter sedangkan dinding yang memegang kori menutupi penuh
ruangan backstage.
Dari segi proporsi bangunan ini tidak terdapat permasalahan karena bentuk yang
diterpakan sesuai dengan konsep arsitektur tradisional Bali. Namun ketiadaan jendela
gebyok yang menemani pintu gebyog pada kori membuat kesan kosong pada dinding
yang menutupi penuh ruangan backstage. Disatu sisi perencana ingin memberikan

54
kesan ruang yang privat pada backstage dan disatu sisi ini membuat kesan estetika
menjadi berkurang.

- Kantor/Koperasi
Konsep utama dari desain bale banjar ini selain menerapkan ardan menghadirkan
suasana arsitektur tradisional Bali adalah fleksibitas dalam ruang. Hal tersebut terlihat
pada penempatan ruang yang diletakan pada tempat yang mudah dijangkau. Ruang
kantor ini mempunyai fungsi ganda, pertama sebagai kantor dan kedua sebagai
koperasi. Ukuran dimensi ruangan ini adalah 3m x 3m dengan luas ruangan 9m2. Hal
tersebut bisa dilihat pada gambar denah lantai 1 bale banjar dibawah ;

Kantor dan
Koperasi

55
Gambar 3.6 Denah Letak Kantor/Koperasi
Sumber: CV. Yoga Design

- Dapur/Perantenan
Bentuk dari perantenan ini juga mengambil bentuk yang sama dari unit ruang yang
lainnya, hanya saja didalam dapur terdapat sekat kecil untuk menutupi sumur existing
yang nantinya akan tetap digunakan sebagai sumber mata air bersih utama dalam unit
bangunan bale banjar ini. Hal tersebut bisa dilihat pada gambar denah lantai 1 bale
banjar dibawah ;

Sumur
Dapur atau
Perantenan

56
Gambar 3.7 Denah Letak Dapur/Perantenan
Sumber: CV. Yoga Design

- Toilet
Toilet yang direncanakan pada bale banjar tersebut hanya dirancang satu unit yang
letaknya berada dibelakang posisi tangga bagian dalam bangunan. Toilet tersebut
berukuran 2m x 3m dengan luas ruang 6m2. Toilet terdiri dari satu kamar mandi yang
berukuran 1.5m x 2m dan satu ruang wastafle yang berukuran 1.5m x 2m.

Letak Posisi
Toilet

57
Gambar 3.8 Denah Letak Toilet
Sumber: CV. Yoga Design

Dari segi kebutuhan ruang, jumlah unit toilet yang tersedia kurang memenuhi
persyaratan. Jumlah dan letaknya yang berada dilantai bawah membuat fleksibilitas
tuntutan akan kebutuhan toilet dilantai dua menjadi berkurang. Dalam perancangan
ruang toilet ini, arsitek perancang ingin memberikan kesan dan fungsi religius untuk
tuntutan suasana ruang pada lantai dua sehingga aktifitas upacara keagamaan yang
nantinya berlangsung di Pura Ulun Banjar tidak terganggu dengan aktifitas lainnya.

- Bale Los
Fungsi dari pada bale los tersebut adalah sebagai sarana penunjang kegiatan aktifitas
upacara keagamaan yang berlangsung di Pura Ulun Banjar misalnya seperti tempat
pesantian, tempat persembahyangan saat piodalan dan lainnya. Bale los ini mempunyai
dimensi ukuran 12m x 6m, terdiri dari delapan tiang penyangga struktur atap yang
terbuat dari struktur beton bertulang dengan jarak 4m.

Letak Bale
Los

58
Gambar 3.9 Denah Letak Bale Los
Sumber: CV. Yoga Design

Atap Expose

Atap Expose

Gambar 3.10 Potongan B-B


Sumber: CV. Yoga Design

Konstruksi atap bale los mempunyai bentuk limasan dengan struktur atap tradsisional
Bali yang di expose. Penggunaan plat talang air yang terbuat dari konstruksi beton
bertulang dengan motif kupakan di setiap sisi lis dari plat talang di maksudkan untuk
mengurangi jumlah rembesan air hujan yang jatuh ke lantai.
Secara wujud fasad bangunan, terjadi penerapan konsep arsitektur tradisional Bali
dengan gaya arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunan plat talang
beton pada bagian struktur atap bale los. Secara estetika, penggunaan plat talang
tersebut berdampak pada berkurangnya nilai-nilai terhadap nilai arsitektur tradisional

59
Bali. Namun secara fungsional, penggunaan plat talang tersebut merupakan gagasan
yang baik untuk membantu mengurangi jumlah debit air hujan pada saat hujan turun.

- Bale Kulkul
Bale kulkul merupakan atribut terpenting dalam sebuah bale banjar. Bale kulkul
merupakan bangunan yang difungsikan sebagai tempat untuk meletakan
kulkul/kentongan sebagai alat komunikasi bagi warga krama banjar. Ukuran dimensi
yang dirancang oleh arsitek dalam perencanaan mempunyai ukuran 3m x 3m, posisi
bale kulkul ini tepat berada diatas dari ruang dapur yang strukturnya dirancang dari
bawah agar mampu menahan beban berat dari bale kulkul itu sendiri.
Bale kulkul merupakan atribut terpenting dalam sebuah bale banjar. Bale kulkul
merupakan bangunan yang difungsikan sebagai tempat untuk meletakan
kulkul/kentongan sebagai alat komunikasi bagi warga krama banjar. Ukuran dimensi
yang dirancang oleh arsitek dalam perencanaan mempunyai ukuran 3m x 3m, posisi
bale kulkul ini tepat berada diatas dari ruang dapur yang strukturnya dirancang dari
bawah agar mampu menahan beban berat dari bale kulkul itu sendiri.

Letak Bale
Kulkul

Gambar 3.11 Letak Bale Kulkul


Sumber: CV. Yoga Design

60
Bebaturan Paras Bale Kulkul
Silakarang

Gambar 3.12 Potongan B-B


Sumber: CV. Yoga Design

- Pura Ulun Banjar


Pura Ulun Banjar merupakan suatu hal terpenting dalam atribut bale banjar. Di pura
ini, warga krama banjar memuja manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Ida
Bhagawan Penyarikan. Pura ini terdiri dari tiga buah pelinggih dan satu bale piyasan.
Karena pura ini mempunyai nilai religius dan spiritual yang tinggi maka dalamm
perencanaan bale banjar tersebut dibuatkan satu akses tangga yang langsung menuju
ke area pura. Dimaksudkan agar kesucian pura dapat terjaga dengan baik serta
mempermudah warga krama banjar menuju pura saat upacara keagamaan berlangsung
di pura ulun banjar

61
Pura Ulun
Pura Ulun
Banjar
Banjar

Gambar 3.13 Letak Pura Ulun Banjar


Sumber: CV. Yoga Design

3.2.16 Tahapan Akhir Desain


Proses perncanaan Bale Banjar Kumbuh mengalami beberapa kali revisi sehingga
menghambat jadwal selanjutnya yaitu tahapan tender dan pelaksanaan pembangunan.
Sementara ini target gambar dijadwalkan selesai tanggal 28 Desember 2015. Setelah itu
akan dievaluasi oleh pihak owner dan selanjutnya diadakan tender agar pada tahun
2016bisa mulai dilaksanakan konstruksi. Setelah itu tahapan tender yang dimulai dengan
mengundang beberapa kontraktor yang dianggap mampu dan biasa diajak bekerja sama
dengan konsultan CV. Yoga Design. Selain itu juga mengundang beberapa kontraktor
yang memilki relasi dengan pihak owner. Setelah tahap tender selesai maka akan
dilanjutkan pada tahapan konstruksi.
Dalam tahapan ini pihak konsultan menyiapkan dokumen tender berupa hasil sebuah
perencanaan yang telah diselesaikan oleh konsultan perencana secara lengkap yang
nantinya akan berfungsi sebagai dokumen lelang. Isi dokumen desain antara lain memuat
gambar rencana, anggaran biaya, spesifikasi, BQ, dan persyaratan lelang. Dalam tahapan

62
tender pihak konsultan akan membantu pula melakukan seleksi terhadap kontraktor yang
dapat diajak bekerja sama dan bisa memberikan penawaran yang sesuai.
Selain pada tahapan tender, pihak konsultan juga tetap membantu pihak owner dalam
pengawasan berkala pada tahap konstruksi. Meskipun tahap konstruksi dilaksanakan oleh
kontraktor, tetapi pihak konsultan tetap mengawasi kegiatan konstruksi untuk mengontrol
kualitas dan kwantitas perkerjaan sehingga sesuai dengan yang direncanakan. Pada
tahapan ini kegiatan pengawasan konsultan meliputi hal sebagai berikut.
- Mengawasi serta meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian
Rancangan (Disain) yang terjadi selama pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.
- Turut mengadakan pemeriksaan berkala yang diadakan oleh pengawas (Direksi
lapangan) atas kemajuan pekerjaan maupun perubahan-perubahan yang terjadi di
lapangan.
- Turut serta dalam rapat-rapat yang dilakukan secara berkala di lapangan untuk
membahas pekerjaan
- Kedua tahapan terakhir tidak diikuti pada kegiatan kerja praktek ini karena batasan
waktu kegiatan tidak sampai disana. Tetapi hal tersebut diatas bisa ditinjau dari
proyek-proyek yang sudah dikerjakan maupun yang sedang dikerjakan oleh CV. Yoga
Design
Berikut adalah gambar desain akhir pada proses perencanaan Bale Banjar Kumbuh yang
dikerjakan oleh CV. Yoga Design selama kegiatan proses desain (terlampir dalam
lampiran)

3.3 Tinjauan Tentang Kontraktor


Pada bagian ini akan dibahas secara khusus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Kontrakor Pelaksana yang mengerjakan proyek Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas,
Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
3.3.1 Status Kelembagaan
Berdasarkan akte pendirian perusahaan nomor 51 tanggal 27Maret 2008 yang di terbitkan
oleh Notaris I Nyoman Parta, SH dan akte perubahan nomor 20 tanggal 9 September
2009 yang di terbitkan oleh Notaris Ni Putu Sukma, SH.Kontrakor Pelaksana CV. Arya
Jaya Konstruksi memiliki badan hukum yang berbentuk CV. yang berkedudukan di Br.
Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.

63
3.3.2 Identitas Kontrakor
Kontrakor pelaksana yang menangani pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan Bale Banjar,
Br. Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud, memiliki identitas sebagai berikut:
Nama perusahaan : CV. Arya Jaya Konstruksi
SIUJK (Surat Ijin Usaha Perdagangan) : 1-5171-4-00682-002421
TDP (Tanda Daftar Perusahaan) : 22.07.1.7.45.04856
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 77.169.770.3-907.000
Alamat : Br. Intaran, Desa Pejeng, Kec.Tampak Siring
Telp./Fax :-
Mobiles : +6281 338 245 672
E-mail : aryajayakonstruksi@gmail.com

3.3.3 Ruang Lingkup dan Kualifikasi CV. Arya Jaya Konstruksi


CV. Arya Jaya Konstruksi merupakan sebuah kontraktor yang bergerak dibidang
pelaksanaan kontruksi yang meliputi bidang:
a. Jasa Konstruksi Arsitektural
b. Jasa Konstruksi Lansekap
c. Jasa Konstruksi Interior
Ruang lingkup profesi kontraktor CV. Arya Jaya Konstruksi tidak jauh beda dengan
kontraktor lainnya dimana dalam bidang pelaksanaan tersebut meliputi tugas-tugas
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan pelaksanaan yang mempunyai tugas untuk mengerjakan
pelaksanaan suatu pekerjaan.
b. Tehap pembuatan laporan pelaksanaan yang terdiri dari laporan harian, laporan
mingguan, laporan bulanan dan gambar pelaksanaan
Berdasarkan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) No. 12a tahun
2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pengawas dan Jasa Pelaksana Konstruksi, kriteria
jasa perencana dan jasa pengawas konstruksi (konsultan) digolongkan sebagai berikut.

NO GOLONGAN KUALIFIKASI KEKAYAAN BERSIH


1 Perorangan Grade 1 Tidak dipersyaratkan
2 Kecil Grade 2 s.d Rp. 200.000.000
3 Menengah Grade 3 Rp. 200.000.000 s.d Rp. 1.000.000.000
4 Besar Grade 4 Diatas Rp. 1.000.000.000

64
Table 3.1 Penggolongan Konsultan Berdasarkan Keuangan
Sumber: Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Pengawas dan Jasa PelaksanaKonstruksi

Khusus untuk perusahaan baru berdiri dalam bentuk CV nilai kekayaan bersih mengacu
kepada jumlah Modal Disetor yang tercantum didalam akta pendirian
perusahaan. Ketentuan lain yaitu:
a. Untuk kualifikasi Gred 3 dan Gred 4, perusahaan harus berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
b. Untuk pendirian PT baru dengan modal disetor didalam akta pendirian minimal
Rp. 200.000.000 (duaratus juta rupiah) bisa mengajukan kualifikasi tertinggi pada
Gred 3 dengan jumlah maksimum 3 bidang dan maksimum 5 sub bidang.
Sesuai dengan penggolongan diatas maka kualifikasi konsultan perencana CV. Arya Jaya
Konstruksi dapat digolongkan mdalam grade 2 karena dilihat dari nilai nominal
kekayaannya Rp. 200.000.000.
3.3.4 Peranan, Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Peranan
Peranan kontraktor CV. Arya Jaya Konstruksi dalam pelaksanaan sebuah proyek
adalah mewujudkan keinginan dari Klien dan konsultan perencana kedalam dunia
nyata, yang didasarkan atas data-data yang dikumpulkan baik data fisik maupun data
non-fisik, studi program kebutuhan ruang, studi analisa tapak dan analisa konseptual
dari perencanaan sebuah proyek yang telah dirancang oleh pihak dari konsultan
perencana.
b. Wewenang
Wewenang yang dimiliki oleh kontraktor pelaksana CV. Arya Jaya Konstruksi dalam
pelaksanaan sebuah proyek yaitu berwenang untuk mengajukan gagasan atau ide –
ide dan memutuskan penyelesaian terhadap segala permasalahan yang terjadi
dihadapi sepanjang tidak bertentangan dengan ide pemberi tugas, termasuk
didalamnya mengenai estetika, struktur serta system utilitasnya.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab yang diemban oleh kontraktor pelaksana CV. Arya Jaya Konstruksi
dalam pelaksanaan sebuah proyek adalah sebagai berikut:
- Kecuali dalam hal-hal yang disebut dalam syarat-syarat di bawah ini,
pelaksana bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan kesalahan-

65
kesalahan yang dibuat oleh pelaksana atau oleh orang-orang yang bekerja
padanya pada waktu pelaksanaan tugas bila kesalahan itu dibuat pada
keadaan yang seharusnya dapat dihindarkan dengan keahlian dan
kewaspadaan serta cara pelaksanaan tugas yang lazim.
- Tanggung jawab untuk kesalahan-kesalahan dalam keadaan luar biasa
pelaksana tidak bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh orang-orang yang bekerja padanya bila pelaksana dapat membuktikan
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat dihindarkan atau tidak
dapat diketahui sebelumnya meskipun ada pengawasan kewaspadaan yang
lazim.
- Tanggung jawab serta koordinasi dengan ahli lain. Pada dasarnya pelaksana
tidak bertanggung jawab atas hasil pekerjaan pelaksanaan ataupun
pengawasan yang dilakukan oleh ahli-ahli khusus lain, kecuali:
- Ahli-ahli tersebut bekerja untuk dan atas nama pelaksana dalam rangka
surat penugasan menyeluruh serta dipilih dan diangkat oleh pelaksana
sendiri, dengan atau tanpa persetujuan dari pihak pemberi tugas.
- Ahli-ahli tersebut, meskipun tidak bekerja untuk dan atas nama pelaksana
yang mendapat penugasan terbatas secara tegas disebutkan berada di bawah
koordinasi arsitek sepenuhnya. Bilamana pemilihan ahli-ahli tersebut serta
besarnya imbalan jasa khusus untuk koordinasi telah disetujui pelaksana,
maka dalam hal ini arsitek wajib memikul sebagian tanggung jawab atas
pekerjaan ahli-ahli tersebut.

3.3.5 Manajemen Kontraktor Pelaksana


Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu manajemen atau pengelolaan yang baik agar
perusahaan sehat dan berjalan dengan baik, manajemen perusahaan pada CV. Arya Jaya
Konstruksi yaitu manajemen keuangan, manajemen studio dan manajemen fasilitas
infrastruktur.
a. Manajemen keuangan
Kepemilikan modal dari konsultan perencana CV. Arya Jaya Konstruksi berasal dari
modal pribadi dari sang direktur I Made Suaryawan, ST proses pemasukan dan
pengeluaran keuangan perusahaan sepenuhnya dikoordinir oleh Istri beliau Ni Putu
Santi Arini, Amd.Pjk selaku Accounting. Pemasukan perusahaan berasal dari fee

66
project yang dibayarkan oleh klien dari suatu proyek. Pengeluaran perusahaan dapat
dibagi menjadi beberapa jenis antara lain :
- Pembiayaan kegiatan studio dan kantor
Pembiayaan pada kontraktor perencana ini dilakukan secara umum terhadap
keseluruhan proyek yang sedang berjalan di dalam studio dan kantor.
Pembiayaan kegiatan ini meliputi:
 Alat tulis kantor, tinta printer, kertas printer, kertas gambar, kertas sketsa
dan kertas plotter.
 Biaya konsumsi staff di studio ( kopi, teh, gula, dan air minum)
 Biaya listrik telepon, dan air.
 Biaya transportasi
 Biaya penyediaan dan perawatan alat-alat studio (komputer, plotter,
scanner, dan lain sebagainya)
- Pembiayaan perawatan bangunan studio dan kantor
Kesejahteraan tenaga kerja, yang diwujudkan dengan pembayaran gaji
pegawai setiap bulannya. Nilai nominal yang diterima oleh masing-masing
pegawai berbeda-beda, tergantung pada tugasnya masing-masing serta
mempertimbangkan tingkat pendidikan. Selain itu para staff drafter juga
mendapat fee dari masing-masing proyek yang mereka tangani.
b. Manajemen Studio
Kontraktor CV. Arya Jaya Konstruksi dipimpin oleh seorang direktur yaitu I Made
Suaryawan, ST.Kontraktor ini terdiri dari dua departemen yaitu departemen
pelaksana dan departemen umum atau administrasi. Setiap proyek ditangani oleh
seorang arsitek atau seorang tamatan Teknik Sipil dan beberapa orang drafter dalam
pembuatan gambar pelaksanaan tergantung besar kecilnya proyek tersebut. Seorang
staff drafter tidak boleh mengerjakan proyek lain sebelum proyek yang ditanganinya
selesai, sehingga konsentrasi staff drafter bisa fokus terhadap satu proyek untuk
mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Adapun susunan organisasi CV. Arya Jaya Konstruksi adalah sebagai berikut:

67
Direktur
I Made Suaryawan, ST

STUDIO GAMBAR PELAKSANA LAPANGAN DEPARTEMEN UMUM DAN


ADMINISTRASIUM

Kepala Studio Pengawas Lapangan


Accounting
I Nyoman Sandiasa, ST I Nyoman Darmika, ST Ni Luh Sumiati, SE
Admin & Secretary
Staff Drafter Ir. I Wayan Randiyasa
Ni Wayan Artini
I Kadek Paul Bramadi David Murdianto, ST
Luh Padma Sekar
Putu Yoga Saputra QE

Ketut Artha Wahyu Septiadi, ST Office Boy


Imam Supardi
Ni Putu Sumiarni I Putu Gede Juanda, ST

Bagan 3.5. Sruktur organisasi CV. Arya Jaya Konstruksi


Sumber : CV. Arya Jaya Konstruksi

Adapun tugas dan wewenang masing masing adalah:


- Kepala studio atau kepala studio memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 mengelola manajemen perusahaan;
 menyusun project schedule dala bentuk daftar (list);
 mengkoordinasi inventaris studio dan project document seperti gambar,
RAB, dan RKS;
 mengkoordinasi dan mengawasi para drafterdalam pembuatan gambar
pelaksanaansesuai dengan perubahan dilapangan;
 mengkoordinasikan mengambil keputusan di bidang administrasi,
keuangan, dan umum sesuai dengan persetujuan direktur.
- Drafter memilki tugas dan wewenang diantaranya;

68
 membantu dalam pembuatan gambar pelaksanaan
- Accounting memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 mengelola urusan personalia;
 mempersiapkan kontrak kerja beserta tagihan;
 mengelola kas perusahaan berikut pembayaran tagihan;
 mengelola keuangan harian proyek secara keseluruhan;
 menangani urusan yang berhubungan dengan proyek;
 membuat lapran keuangan masing-masing proyek; dan
 melaporkan kondisi keuangan perusahaan.
- Secretary memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat;
 pengadaan segala kebutuhan yang dibutuhkan dalam menjalankan
manajemen pekerjaan kantor;
 membuat mailing list atas semua klien, relasi bisnis, instansi, lembaga,
dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan; dan
 menyiapkan materi untuk pengiriman-pengiriman dokumen.
- Office Boy memilki tugas dan wewenang diantaranya;
 membersihkan dan menjaga kerapian kantor;
 tugas luar untuk keperluan kantor atau studio; dan
 mempersiapkan kendaraan atau fasilitas kantor.

3.3.6 Operasional
3.3.6.1 Cara Mendapatkan Proyek
CV. Arya Jaya Konstruksi memenangkan lelang proyek Pelaksanaan
Pembangunan Bale Banjar Kumbuh dengan mengikuti proses pelelalangan diikuti
oleh 7 kontraktor pelaksana yang diselenggarakan oleh pihak panitia. CV. Arya
Jaya Konstruksi memenangkan lelang tersebut karena dianggap memenuhi
persyaratan, mendapatkan nilai paling tinggi diantara peserta lainnya. Penilaian
tersebut didasari atas pengalaman kerja , tenaga ahli dan penawaran harga jasa
konstruksi sehingga layak untuk dipilih sebagai pemenang lelang dalam
pelelangan yang dilaksanakan oleh panitia pembangunan.

69
3.3.6.2 Cara Menangani Proyek
Dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan, CV. Arya Jaya Konstruksi
menggunakan beberapa pedoman, seperti: SPK (Surat Perintah Kerja) dan pihak
pemberi tugas, surat perjanjian kerja / kontrak, Daftar Isian Proyek (DIP) dan
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Proses pelaksanaan pekerjaan yang dijalani CV. Arya Jaya Konstruksi dalam
menangani proyek perencanaan secara garis besar dapat diuraikan menjadi:
- Persiapan Pekerjaan, setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja dari pihak
pemilik proyek, CV. Arya Jaya Konstruksi mulai melaksanakan persiapan
seperti persiapan mobilisasi peralatan dan lain-lain.
- Kegiatan Pelaksanaan, setelah proses persiapan pekerjaan dimulai maka
kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pelaksanaan dilapangan. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah proses pelaksanaan
pembangunan.
- Penyusunan Laporan Kegiatan, dalam tahap ini pihak CV. Arya Jaya
Konstruksi menyusun laporan hasil dari kegiatan dilapangan. Laporan
tersebut terdiri dari laporan harian, mingguan dan bulanan.
- Pengawasan, memeriksa pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan
penjelasan dan pemecahan terhadap permasalahan yang timbul dilapangan,
serta menyusun laporan akhir pelaksanaan.

3.3.7 Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur.


Perusahaan memerlukan suatu infrastruktur untuk menjalankan suatu kegiatan yang
memfasilitasi kegiatan tersebut. Fasilitas yang terdapat di kantor diantaranya terdiri dari
ruangan-ruangan, furniture, kendaraan,perangkat komputer dan elektronik lainnya. Ruang
ruang yang ada pada kantor konsultan ini adalah ruang studio, ruang pimpinan, ruang
administrasi, ruang sekretaris, ruang tamu, ruang rapat toilet dan parkir, namun
sayangnya penulis tidak diperkenankan untuk mengambil gambar kondisi kantor dari
pada CV. Arya Jaya Konstruksi karena alasan privasi.

3.3.8 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan konstruksi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan
suatu rencana arsitektural menjadi bentuk tiga dimensi yang nyata, dan dalam
perwujudannya dapat digunakan dengan baik sesuai dengan fungsinya. Selain itu juga

70
untuk merealisasikan rencana-rencana pelaksanaan di lapangan sehingga tercapai suatu
prestasi kerja yang maksimal. Adapun uraian pekerjaan dari tahapan proses Pelaksanaan
Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud.
a. Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Uetzet/Pembongkaran/Bowplang

b. Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Galian Tanah Untuk Pondasi
- Pekerjaan Urugan Tanah di Bawah Lantai
- Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Lantai
c. Pekerjaan Pasangan
- Pekerjaan Pasangan Pondasi
- Pekerjaan Pasangan Dinding
- Pekerjaan Plesteran Bagian Luar dan Bagian Dalam
- Pekerjaan Acian
d. Pekerjaan Pembesian
- Pekerjaan Besi Beton Diameter 19mm
- Pekerjaan Besi Beton Diameter 16mm
- Pekerjaan Besi Beton Diameter 13mm
- Pekerjaan Besi Beton Diameter 8mm
- Pekerjaan Kawan Beton/Bendrat
e. Pekerjaan Beton
- Pekerjaan Beton Mutu K250
- Pekerjaan Balok Beton Sloof Mutu K250
- Pekerjaan Beton Rabat di Bawah Pondasi SetempatMutu K250
- Pekerjaan Beton Rabat di Bawah LantaiMutu K250
- Pekerjaan Beton Kolom Struktur Mutu K250
- Pekerjaan Beton Kolom PraktisMutu K250
- Pekerjaan Balok IndukMutu K250
- Pekerjaan Balok AnakMutu K250
- Pekerjaan Beton Dek Plat Lantai IIMutu K250
- Pekerjaan Struktur FootplateMutu K250
- Pekerjaan Beton Plat Talang Mutu K250
- Pekerjaan Beton Plat Tangga Mutu K250

71
f. Pekerjaan Kayu
- Pekerjaan Struktur Rangka Atap
- Pekerjaan Kosen, Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Begesting Kolom Struktur
- Pekerjaan Begesting Kolom Praktis
- Pekerjaan Begesting Balok Induk
- Pekerjaan Begesting Balok Anak
- Pekerjaan Begesting Balok Sloof
- Pekerjaan Begesting Plat Dek Lantai II
- Pekerjaan Begesting Plat Talang
g. Time Schedule
Dalam time schedule ini dipaparkan lebih lanjut tentang target pelaksanaan
pekerjaan struktur oleh pihak pelaksana. Estimasi waktu pekerjaan ditargetkan
rampung selama 90 (sembilan puluh) hari kalender dihitung dari dimulainya
kegiatan pekerjaan pertama dilapangan.

3.3.9 Mobilisasi Peralatan


Mobilisasi peralatan dimaksudkan terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan
dilapangan. Adapun mobilisasi peralatan yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut :

No. Jenis Peralatan Jumlah Penggunaan

1. Buldozer 1 unit Pembersihan lahan (clearing)

2. Exavator 1 unit Galian biasa dan galian konstruksi


padapondasi

3. Stamper 3 unit Pemadatan timbunan pilihan (lime stone)

4. Concrete Mixer 2 unit Pencampuran mortar untuk pasangan batu.

3.3.10 Personalia Project


Berikut jumlah personalia yang ditetapkan oleh pihak pelaksana beserta jabatannya dalam
proyek yang ditugaskan dalam proyek pembangunan bale banjar tersebut,

72
- Project Manager : 1 orang
- Site Inspector : 1 orang
- Pelaksana Struktur : 1 orang
- Pelaksana Peralatan : 1 orang
- Ka. Administrasi Teknik : 1 orang
- Administrasi Teknik & Logistik : 1 orang
- Surveyor : 1 orang
- Quality Control : 1 orang
- Administrasi dan Keuangan : 1 orang

3.3.11 Hal - hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

a. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi pekerjaan suatu proyek:


- Biaya :
Pelaksanaan pekerjaan mampu menekan biaya seminimal mungkin dengan
hasil pelaksanaan proyek yang menguntungkan pihak kontraktor maupun
konsultan.
- Mutu :
Pelaksanaan pekerjaan dapat menghasilkan mutu yang sesuai dengan
persyaratan - persyaratan teknis dan instruksi baja.
- Waktu :
Pelaksanaan pekerjaan yang baik dapat menggunakan waktu secara efisien
sesuai dengan target pekerjaan yang diinstruksikan.
- Volume :
Volume pekerjaan yang tepat sesuai dengan rencana dan diusahakan
meminimalkan pekerjaan tambahan.
- Keselamatan :
Dalam pelaksanaan pekerjaan, keselamatan dan kesehatan pekerja harus
diutamakan karena dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja dan akhirnya
dapat mempengaruhi biaya dalam pengerjaan proyek.
b. Beberapa faktor penentu pelaksanaan suatu proyek antara lain:
- Faktor Pengendalian Sumber Daya Manusia (SDM) :
Pengendalian SDM sangat penting perannya terhadap jalanya suatu
pekerjaan. Dan oleh sebab itu maka perlu diperhitungkan kualitas
kemampuan dan keahlian serta kuantitas tenaga kerja tersebut. Tenaga kerja

73
ini juga telah dikelompokkan sesuai dengan keahlian masing-masing, antara
lain:
 Tenaga ahli, meliputi : site manager, logistic, supervisor (pelaksana)
 Tenaga terampil, meliputi : mandor, tukang
 Tenaga kasar, meliputi: buruh, pembantu tukang
- Faktor Pengadaan Material :
Pengadaan bahan material mempengaruhi maju atau mundurnya suatu
pekerjaan, hasil dan mutu pekerjaan suatu proyek. Dalam pengadaan bahan
material ini terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
 Tempat penyimpanan bahan material proyek.
 Jumlah bahan bangunan yang diperlukan.
 Waktu pengadaan bahan bangunan.
 Jenis bahan bangunan.
- Faktor Pengadaan Peralatan :
Pengadaan peralatan juga sangat mempengaruhi jalannya suatu pekerjaan,
hasil, dan mutu pekerjaan tersebut. Hal ini disebabkan karena peralatan
merupakan alat bantu yang paling berpengaruh setelah tenaga kerja, dimana
pemilihan dan pemakaian peralatan yang bermutu tinggi akan mendukung
efisiensi kerja dan waktu serta biaya pekerjaan. Hal-hal yang mempengaruhi
pengadaan peralatan, antara lain:
 Jenis peralatan yang digunakan.
 Tempat penyimpanan peralatan.
 Kapasitas dan kemapuan peralatan yang dibutuhkan.
 Waktu dan cara perolehan peralatan.
- Faktor Metode Kerja :
Metode dalam melakukan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap hasil,
mutu, dan waktu pekerjaan. Dengan metode kerja yang baik akan
mempermudah koordinasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan struktur
organisasi dan tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Dengan adanya struktur organisasi akan mempengaruhi pembagian
pekerjaan sehingga diharapkan terciptanya hubungan yang baik antara intern
dan ekstern pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Hal ini
akan membantu kelancaran jalannya pekerjaan dalam pelaksanaan proyek.

74
- Faktor Biaya
Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan usaha-usaha dalam meminimalkan
biaya pekerjaan dengan tetap mengacu pada persyaratan kerja dan instruksi
kerja yang telah disepakati. Dengan demikian diharapkan proyek akan
memberikan keuntungan dan hasil proyek akan memuaskan dengan target
yang telah ditetapkan sesuai dengan keinginan owner ataupun pemakai.
- Faktor Cuaca
Faktor cuaca juga dapat mempengaruhi jalannya pekerjaan, terutama di
Indonesia yang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Pada musim kemarau dengan intensitas penyinaran matahari
yang tinggi, jalannya pekerjaan akan tetap lancar dan tidak terganggu.
Sedangkan pada musim hujan, jalannya pekerjaan secara langsung akan
terganggu karena ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat dilakukan jika
hujan datang.

3.3.12 Pelaksanaan Proyek Secara Non Teknis


Aspek non teknis mencakup kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor di luar lingkup
teknis pembangunan proyek, namun kegiatan tersebut penting untuk dilakukan karena
sifatnya non-teknis akan menunjang dan mendukung kegiatan yang bersifat teknis di
lapangan. Aspek non teknis terdiri dari pengelolaan site, sarana dan prasarana site,
administrasi dan koordinasi, pengelolaan waktu pelaksanaan, pengelolaan mutu proyek,
pengelolaan tenaga kerja, pengelolaan bahan dan pengelolaan alat. Berikut akan
dijelaskan item pekerjaan tiap-tiap pekerjaan yang termasuk ke dalam pelaksanaan non
teknis tersebut.

3.3.13 Pengelolaan Tapak


Langkah pelaksanaan pekerjaan persiapan awal yang dilakukan oleh kontraktor dalam
memulai pelaksanaan proyek di dalam tapak adalah Pengelolaan Tapak. Apabila proses
Pengelolaan Tapak dilakukan dengan benar, maka akan dapat mendukung kinerja
pekerjaan yang dapat berimplikasi kepada faktor kelancaran arus tenaga kerja, bahan,
alat, kendaraan, efisiensi dan produktivitas kerja, keamanan, keselamatan dan kesehatan
kerja. Ruang lingkup Pengelolaan Tapak, antara lain : penyediaan kantor pelaksana
(direksi keet); gudang material; penyediaan listrik kerja; penyediaan air bersih; penataan
bahan dan material; pengadaan bedeng/base camp sebagai tempat tinggal tenaga kerja;
serta transportasi di dalam dan di luar tapak.

75
U

Gambar 3.15 Layout Plan


Sumber : CV. Arya Jaya Konstruksi
Keterangan:
: Lingkup Objek KP : Gudang Material

: Bedeng / Base Camp

: Direksi Keet

76
3.3.13.1 Direksi Keet
Kantor sementara CV. Arya Jaya Konstruksi berlokasi pada areal parkir. Direksi keet
yang berada di areal parkir terbuat dari bedeg dan berfungsi untuk tempat pelaksana
proyek selatan. Ukuran direksi keet adalah 2 x 2 dan 3 x 4 meter, dilengkapi dengan
meja, kursi, rak penyimpanan, lampu, cuk roll, dan stop kontak.

3.3.13.2 Gudang Material


Gudang merupakan ruang yang digunakan untuk menyimpan peralatan, dan material
yang nantinya digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, selama proyek konstruksi
dilangsungkan. Gudang material milik CV. Arya Jaya Konstruksi berada di lokasi
proyek Bale Banjar Kumbuh.

3.3.13.3 Basecamp Pekerja dan Dapur


Pada proyek renovasi dan pembangunan bale banjar ini memiliki basecamp pada satu
titik dan masih dalam tapak proyek, yaitu berada bersebelahan dengan Direksi Keet.
Untuk tempat MCK para pekerja memanfaatkan sungai Embengan yang berada cukup
jauh dari lokasi tapak. Tenaga kerja rata-rata berasal dari Pulau Jawa, Lombok dan
tenaga kerja lokal (Bali).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terkait pengadaan basecamp pekerja, antara
lain:
 Basecamp haruslah memenuhi standar kesehatan dan kelayakan untuk
digunakan sebagai tempat istirahat sementara bagi pekerja.
 Memberikan perlindungan bagi pekerja dari pengaruh perubahan cuaca baik
panas ataupun hujan.
Keuntungan dari pengadaan basecamp:
 Dapat menghemat biaya dari segi penyediaan tempat bernaung bagi pekerja
sehingga tidak perlu menyewa tempat tinggal.
 Pekerjaan dapat dimulai tepat waktu pada pagi hari karena kemudahan dalam
pencapaian tempat istirahat pekerja dengan lokasi proyek.

3.3.13.4 Penyediaan Fasilitas Air Bersih, Listrik dan Sarana Komunikasi


 Air Bersih
Air juga merupakan unsur yang sangat penting dalam memperlancar kinerja
pelaksanaan proyek konstruksi. Dengan demikian, penyediaan air harus
direncanakan dan penyediaannya harus sebaik mungkin.

77
Air yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi dan kebutuhan sehari-hari,
bersumber dari PDAM, instalasi ini telah ada sebelum proyek ini berjalan (ada
pada existing), terutama pada toilet yang berada di tiga titik yang berbeda. Untuk
memperlancar pekerjaan, air keran dari toilet diperpanjang menggunakan selang
dan ditampung dalam bak sementara dengan bahan terpal, kayu, dan bambu.

Untuk air yang dikonsumsi oleh pekerja, pelaksana menyediakan air mineral
yang dikemas dalam galon maupun botol, mengingat standar kesehatan dan
kelayakan untuk dikonsumsi lebih terjamin.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terkait penyediaan air bersih:
- Air untuk konsumsi harus memenuhi standar air bersih, yaitu syarat fisik,
kimia, biologis serta tidak keruh.
- Air untuk pekerjaan konstruksi haruslah memenuhi standar untuk campuran
beton, cuci bahan, tidak berminyak atau bebas dari bahan kimia serta telah
melewati pengujian laboratorium.
 Listrik
Listrik merupakan unsur penting yang sangat mempengaruhi proses pekerjaan
suatu proyek. Pengadaaan listrik kerja pada pembangunan Bale Banjar Kumbuh
ini menjadi tanggungan pihak owner dan disuplay oleh PLN. Listrik pada proyek
ini digunakan sebagai:
- Penerangan untuk direksi keet dan basecamp pekerja.
- Sumber energi untuk penerangan saat dilakukan pekerjaan lembur.
- Sumber daya pada operasioal alat-alat yang membutuhkan tenaga listrik.
 Sarana Komunikasi
Sarana Komunikasi antara masing-masing divisi yang ada dalam lokasi site
dengan pihak kantor menggunakan fasilitas handphone dan sepenuhnya menjadi
tanggungan pihak kontraktor. Komunikasi dengan pihak kantor terkait dengan
permasalahan administrasi, hingga proses pemesanan material, atau hal lain yang
terkait dengan kontrak pekerjaan.

3.3.14 Keselamatan dan Kesehatan Pekerja


Tenaga kerja merupakan sumber daya utama untuk dapat merealisasikan suatu proyek.
Kekurangan tenaga kerja dapat menghambat jalannya suatu proses konstruksi, maka dari

78
itu pihak kontraktor mesti memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan
dokumen kontrak.
Regulasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dalam perkerjaan
proyek antara lain:
 Peraturan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dalam pengerjaan
proyek.
 Peraturan teknis, dimana kontraktor harus mengetahui pokok-pokok peraturan
tentang pencegahan kecelakaan dan timbulnya gangguan kesehatan kerja seperti
perlindungan dan pencegahan dari bahaya kebakaran, benda jatuh, getaran, dan
kebisingan.
 Persyaratan administrasi dimana kontraktor harus mengetahui prosedur tentang
organisasi K3 dan laporan kecelakaan.

3.3.15 Pengendalian Waktu Pelaksanaan


Pengendalian waktu pelaksanaan merupakan salah satu perencanaan yang bersifat
manajerial berupa penjadwalan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang menampilkan
hubungan kegiatan dan waktu dalam susunan yang terkait. Pengendalian ini diwujudkan
dengan pembuatan Time Schedule Pelaksanaan Proyek. Time Schedule merupakan tolak
ukur dalam memantau prestasi kerja yang telah dilaksanakan, dan merupakan dasar
pedoman untuk melakukan pengendalian terhadap alat, bahan, dan tenaga kerja.
Adapun dasar dalam penyusunan Time Schedule:
 Urutan pekerjaan secara benar, sesuai ketentuan dalam kontrak.
 Pekerjaan yang dilaksanakan tidak melebihi kemampuan yang tersedia.
 Kelengkapan dan kemampuan alat.
 Kemampuan dan jumlah tenaga kerja.
 Site dengan tingkat kesulitan yang dihadapi.
 Bahan bangunan yang disediakan.
 Batasan waktu yang disediakan atau ditetapkan.
 Menjamin kelangsungan pekerjaan secara berkelanjutan dan keseluruhan.
Dalam time schedule yang dibuat oleh CV. Arya Jaya Konstruksi ini tercantum point-
point seperti yang ada dalam kurva S, antara lain:
 Jenis dan tahapan pekerjaan.
 Bobot Pekerjaan.

79
 Lama Pekerjaan.
 Presentase target pencapaian yang direncanakan.
Time Schedule Project digunakan sebagai dasar pengontrolan untuk penyediaan alat,
bahan, dan tenaga kerja sehingga dapat mengukur kemajuan atau keterlambatan prestasi
kerja yang dilaksanakan. Penyusunan Time Schedule Project (TSP) oleh CV. Arya Jaya
Konstruksi menggunakan kurva S.

3.3.16 Pengendalian Biaya


Untuk pengendalian biaya, CV. Arya Jaya Konstruksi memiliki prosedur pengendalian
biaya termasuk dalam pengendalian penerimaan dan pengeluaran biaya proyek. Project
Manager memegang peranan penting dalam pengendalian biaya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam pengendalian proyek pembangunan Bale Banjar
Kumbuh ini adalah:
a. Perencanaan biaya proyek meliputi:
 Penyusunan RAP yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman waktu
pengeluaran biaya proyek.
b. Pengeluaran biaya proyek meliputi:
 Pembayaran Sub-kontraktor.
 Pembayaran Material.
 Upah, yang meliputi:
- Upah mandor (secara administratif sesuai opname yang dilaporkan setiap dua
minggu sekali).
- Upah tenaga kerja.
c. Penerimaan biaya proyek meliputi:
 Pembuatan progress bulanan ke owner untuk tagihan pembayaran setiap bulan.
 Membuat kwitansi tagihan.
 Membukukan tagihan yang belum dibayar.
d. Arus kas proyek meliputi:
 Pembuatan arus kas proyek renovasi dan pembangunan Bale Banjar Kumbuh
setiap bulan berdasarkan daftar tagihan penerimaan proyek dari kantor CV. Arya
Jaya Konstruksi.

80
3.3.17 Pengendalian Mutu
Pengelolaan mutu didasarkan pada kontrak yang berlaku, dimana pengelolaan mutu yang
sangat berpengaruh adalah alat, bahan dan tenaga kerja. Jika ketiga sumber daya tersebut
dapat dikelola dengan baik, pelaksanaan akan berjalan lancar dan mutu pekerjan sesuai
dengan yang direncanakan.
Pengelolaan mutu ini meliputi pengawasan terhadap mutu bahan yang digunakan, alat-
alat penunjang, dan kualitas tenaga kerja sehingga hasil pekerjaan benar-benar sesuai
dengan yang diharapkan. Bahan-bahan yang dipergunakan terlebih dahulu dimintakan
persetujuan pada site manager dan pengawas/direksi. Untuk mendapatkan hasil dengan
mutu yang diinginkan dalam pelaksanaan pekerjaan, pelaksana (supervisor) harus benar-
benar mengawasi pekerja dalam melaksanakan tugasnya.

3.3.18 Administrasi dan Koordinasi Lapangan


Persiapan administrasi pelaksanaan pada proyek pembangunan Bale Banjar Kumbuh
dilakukan dengan menyiapkan beberapa catatan yang terdiri dari:
1. Daily Report (Laporan Harian), yaitu catatan yang memuat rencana dan actual
dari pekerjaan di lapangan. Laporan harian ini seharusnya dibuat oleh semua
supervisor dan diserahkan kepada site manager dan ditunjukkan kepada project
manager untuk kemudian dirapatkan pada rapat intern kontraktor setiap harinya
setelah selesai jam kerja proyek.
Laporan ini terdiri dari:
 Gambar lokasi kerja
 Nama pelaksana dan lingkup pekerjaan.
 Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan pekerjaan.
 Jumlah pekerja pada masing-masing pos pekerjaan
 Nama material yang digunakan.
 Jenis alat yang digunakan.

2. Laporan Mingguan, yaitu laporan yang disusun oleh site manager yang memuat
perkembangan pekerjaan setiap minggunya.
3. Laporan Bulanan, yaitu laporan progress pekerjaan yang disusun oleh bagian
administrasi /quantity surveyor dengan persetujuan site manager dan project
manager dengan acuan perkembangan pelaksanaan pekerjaan setiap hari dan

81
setiap minggu. Laporan bulanan ini kemudian diserahkan kepada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan selaku pemberi tugas/owner.
4. Buku Direksi, yaitu catatan untuk pengecekan pekerjaan yang akan
dilaksanakan di lapangan. Penilaian dilakukan terhadap mutu pekerjaan, apakah
sudah sesuai gambar atau tidak.
5. Catatan-catatan untuk pemesanan bahan, penerimaan bahan dan penggunaan
bahan serta laporan stok bahan.
 Catatan rencana penggunaan bahan, yaitu catatan pemesanan material
yang disertai dengan gambar dan hitungan jumlah penggunaan bahan
yang dipesan.
 Rekaman material terkirim, yaitu catatan mengenai kedatangan
material di lapangan yang dilengkapi dengan tanggal kedatangan, jenis
material, jumlah, dan supplier pengirim material.
 Daftar material yang digunakan, yaitu catatan mengenai penggunaan
bahan di lapangan yang memuat: jenis material, jumlah, tanggal
pemakaian dan jenis pekerjaan.
 Inventory Stock, yaitu catatan, mengenai laporan ketersediaan bahan di
gudang logistik. Hal ini berfungsi untuk mengecek budget dari material
sehingga memudahkan dalam pemesanan.

3.3.19 Pengelolaan Tenaga Kerja


Tenaga kerja pada proyek pembangunan Bale Banjar Kumbuh merupakan karyawan CV.
Arya Jaya Konstruksi yang disuplai oleh mandor. Tenaga lapangan ini merupakan tenaga
harian yang berada di bawah mandor sebagai pelaksana lapangan. Selain itu juga terdapat
tenaga borongan.
Tenaga kerja pelaksana lapangan yang disuplai oleh mandor umumnya berasal dari Jawa,
Lombok, dan Bali. Jam kerja di lapangan biasanya dimulai pukul 08.00 dan berakhir
pukul 17.00, dengan istirahat siang pukul 12.00-13.00. Kegiatan lembur dilaksanakan
sampai pukul 22.00.

3.3.20 Pengelolaan Bahan


Pengelolaan bahan dalam suatu proyek merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pengerjaan proyek. Bahan-bahan yang akan dipesan, waktu kedatangan bahan diatur
sesuai dengan jadwal pekerjaan proyek sehingga tidak terjadi keterlambatan maupun
penumpukan bahan pada proyek dan setiap bahan yang datang ke proyek diseleksi sesuai

82
dengan acuan yang telah disepakati agar mendapat mutu serta kualitas barang yang sesuai
dengan permintaan.
a. Pengadaan Bahan
Tujuan dari pengadaan bahan adalah agar dapat mengatur pembelian bahan untuk
memenuhi keperluan bahan seperti yang telah tercantum dalam dokumen kontrak
suatu proyek. Ketentuan-ketentuan yang mestinya diperhatikan adalah:
 Adanya Surat Permintaan Material (SPM) yang jelas untuk spesifikasi
material/bahan yang dibutuhkan atau yang akan diminta sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan yang akan dilaksanakan, lokasi pekerjaan serta waktu
yang diperlukan.
 Pengajuan SPM harus dilakukan minimal tiga hari kerja sebelum material/alat
yang dibutuhkan.
 Apabila diisyaratkan oleh pemberi tugas atau wakilnya dapat memverifikasi
bahwa barang yang akan dibeli memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Kegiatan ini dikoordinir Project Manager.
Adapun urutan kerja dan tanggung jawab yang dilakukan di lapangan adalah:

Perhitungan volume sesuai gambar kerja

Surat Pemesanan Material


oleh gudang/ administrasi

Dikoreksi oleh site manager

Kedatangan Material

Pengecekan Administrasi

Gudang

Lokasi/ Pemakaian

Bagan 4.2 Urutan kerja & tanggungjawab


Sumber : CV. Arya Jaya Konstruksi

83
b. Prosedur Pemesanan Material
Yang bertanggungjawab dalam proses pemesanan material adalah bagian logistic,
dimana tugas yang dilakukan adalah:
 Menerima Surat Penerimaan Material dari logistik proyek yang sudah
ditandatangani oleh pelaksana serta disetujui oleh Project Manager.
 Memeriksa keabsahan SPM tersebut.
 Melakukan prosedur penyeleksi supplier.
 Membuat Order Pembelian (OP) dan ditandatangani oleh bagian logistic. OP
asli untuk arsip dan OP copian untuk pengirim.
c. Penyimpanan, Pemakaian, dan Pengeluaran Bahan
Tujuan dari penyimpanan, pemakaian dan pengeluaran bahan adalah memastikan
bahwa material siap pakai dan dalam keadaan baik. Berlaku untuk material yang
tahan cuaca, material tidak tahan cuaca dan material yang membutuhkan
pengamanan khusus. Adapun ketentuan-ketentuan umum di lapangan adalah:
 Untuk barang yang sama dan masuk terlebih dahulu akan dikeluarkan terlebih
dahulu.
 Site Manager bertanggungjawab memastikan transportasi material (horizontal
dan vertikal)
 Site Manager bertanggungjawab atas penyimpanan pemakaian pengeluaran
material.
 Project Manager/Site Manager bertanggungjawab mengidentifikasi dan
melaporkan kepada owner apabila material yang dipasok hilang, rusak, atau
tidak sesuai untuk digunakan.
Urutan kerja dan tanggungjawab:

Penyimpanan Material Pemakaian Material Pengeluaran Material

Bagan 4.3 Urutan kerja


Sumber : dokumen lapangan

d. Pemeriksaan Bahan
Tujuan dari pemeriksaan bahan adalah untuk memastikan bahwa bahan/material
yang datang telah sesuai dengan dengan spesifikasi, jumlah dan jadwal penerimaan
yang telah ditetapkan dan memastikan agar seluruh bahan yang dipakai telah lulus
pemeriksaan. Ada tiga lingkup pemeriksaan bahan antara :

84
 Pemeriksaan penuh, untuk material/bahan supplier dan sub kontraktor saat
kedatangan.
 Pemeriksaan berkala, yaitu untuk material yang telah tersimpan di gudang atau
tempat penyimpanan lainnya.
 Pemeriksaan terbatas, yaitu untuk material dari owner saat pelaksanaan
pekerjaan.
Ketentuan-ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut:
 Pengadaan desain, contoh dan pelaksanaan uji material dilakukan sesuai
rencana mutu proyek masing-masing.
 Prosedur pengendalian produk yang tidak sesuai diberlakukan segera untuk
material yang tidak lulus pemeriksaan sesuai rencana mutu proyek.
 Laporan ketidaksesuaian menggunakan formulir laporan ketidaksesuaian dari
prosedur pengendalian produk yang tidak sesuai.

3.3.21 Pelaksanaan Proyek Secara Teknis


Pada sub bab ini akan dijelaskan pekerjaan yang telah diamati selama masa Kerja Praktek
Pelaksanaan dari tanggal 9 Januari 2016 s/d 27 Februari 2016 (SK Kerja Praktek).
Pekerjaan yang diamati pada masa kerja praktek ini yaitu:
3.3.21.1 Pekerjaan Pondasi dan Beton
a. Pekerjaan Galian dan Pemasangan Pondasi
Dalam pekerjaan pondasi ini ada pemasangan pondasi menerus dan pondasi titik.
Pondasi menerus menggunakan pasangan batu kali, sedangkan pondasi titik
menggunakan beton cor dengan rangka pembesian didalamnya.
1. Tenaga Kerja:
 3 mandor, 30 tukang
2. Peralatan:
 Cetok, cangkul, ember, sekop, tang, molen
3. Bahan:
 Pasir, semen, air, batu kali, besi, bambu, kayu, triplek, kawat, koral
4. Teknis Pemasangan Pondasi:
 Galian pondasi disesuaikan dengan ukuran dan jarak dari bowplank.
 Sebelum pemasangan rangka pondasi titik (foot plat), dibuatkan lantai
kerja terlebih dahulu.

85
 Kemudian rangka foot plat yang telah di begesting dicor beton dengan
campuran semen, pasir, koral 1:2:3
 Pemasangan pondasi menerus menggunakan batu kali dengan campuran
semen, pasir 1:5
b. Pekerjaan Sloof, Kolom, dan Balok
Untuk pekerjaan sloof, kolom, dan balok ini memiliki langkah pekerjaan yang
hampir sama. Ada rangka pembesian dan dicor dengan kualitas mutu beton
K275, perbandingan campuran beton 1pc : 2ps : 3 Krikil.
1. Tenaga Kerja:
 3 mandor, 30 tukang
2. Peralatan:
 Cetok, cangkul, ember, tang, molen
3. Bahan:
 Pasir, semen, air, besi, bambu, kayu, triplek, kawat, koral
Gambar 4.17 Pasangan Pondasi Menerus Gambar 4.18 Proses Lantai Kerja
4. Teknis
Sumber: Pemasangan
Dokumentasi Pribadi Sloof: Sumber: Dokumentasi Pribadi

 Pembesian sloof dirakit di atas pondasi, kemudian dibekisting. (bekisting


terbuat dari triplek dan kayu).
 Sloof dicor dengan campuran semen, pasir, koral 1:2:3
5. Teknis Pemasangan Kolom Struktur:
 Rangka kolom struktur jadi satu dengan foot plat.
 Kemudian rangka kolom ditutupi bekisting yang nantinya akan dicor
beton.
 Campuran beton dibuat dengan menggunakan molen. Campuran semen,
pasir, dan koral 1:2:3, kemudian ditambahkan sedikit air hingga adonan
beton tercampur sempurna.
 Kolom yang telah dibekisting dicor dengan bantuan ember dan cetok.
 Untuk kolom yang ada balok sunduknya (balok latei), sebelum
pengecoran disediakan pembesian yang menyambungkan antara kolom
dengan balok (besi steak).
6. Teknis Pemasangan Balok Sunduk dan Balok Lantai 2:
 Rangka balok dirakit terlebih dahulu di bawah,
 Kemudian dipasang diikat jadi satu dengan pembesian kolom yang telah
disediakan, ditopang dengan bekisting dan bambu.

86
 Untuk proses pengecoran sama dengan proses pengecoran sloof dan
kolom
 Untuk pengecoran balok lantai 2, dilakukan bersamaan dengan
pengecoran plat lantai 2, karena balok dan plat lantai berada dalam satu
bidang kerja.
c. Pekerjaan Beton Rabat Lantai 1, Lantai 2, dan Plat Atap
1. Tenaga Kerja:
 3 mandor, 30 tukang
2. Peralatan:
 Cetok, cangkul, ember, sekop, tang, gum, selang, molen, stumper
3. Bahan:
 Pasir, semen, air, besi, bambu, kayu, triplek, kawat, koral, beton tahu
4. Teknis Pekerjaan Rabat Lantai 1:
 Pada pengerjaan lantai 1 ini tidak menggunakan rangka pembesian,
melainkan hanya dicor beton saja.
 Sebelum lantai
Gambar 4.26 dicor, terlebih
Pemasangan Balok dahulu diurug dengan tanah urug kemudian
Latei (Sunduk)
Gambar 4.27 Pemasangan Balok dan lantai 2
Sumber: Dokumentasi Pribadi
dipadatkan dengan
Sumber: stumper.Pribadi
Dokumentasi
 Setelah tanah dipadatkan, kemudian diisi pasir dan diratakan, lalu lantai
dicor dengan kualitas mutu beton rabat K225.
5. Teknis Pekerjaan Lantai 2 dan Plat Atap:
 Mulai dengan pembuatan bekisting plat lantai yang jadi satu dengan
bekisting baloknya. (gambar 4.13)
 Setelah bekisting plat lantai selesai dibuat, para tukang mempersiapkan
besi yang sudah diukur sesuai pola lantai untuk dianyam.
 Penganyaman tulangan menggunakan besi 8mm secara dua arah dengan
jarak setiap tulangan 20 cm.
 Beton tahu dipasangkan dibawah anyaman tulangan dengan jarah 1m2,
yang berguna agar tulangan tidak menempel / mengenai bekisting.

d. Pekerjaan Dinding dan Kusen


Pekerjaan Pasangan Dinding Batako
Bersamaan dengan pemasangan dinding batako, juga dilaksanakan proses
pengecoran kolom praktis dan ring balok.
1. Tenaga Kerja:

87
 3 mandor, 45 tukang
2. Peralatan:
 Cetok, cangkul, ember, sekop, tang, gum, selang, molen
3. Bahan:
 Pasir, semen, air, besi, kayu, triplek, kawat, koral, batako
4. Teknis Pekerjaan Pasangan Dinding Batako:
 Mempersiapkan adonan semen dan pasir dengan perbandingan 1:5.
 Pemasangan dinding batako dilakukan secara bertahap per tingkat
dibantu dengan nat untuk mengukur dan menyamakan ketinggian
dinding.
 Pasangan batako dipasang selang seling / saling mengikat, agar tidak
mudah roboh.
 Dalam jarak tertentu, setiap sudut, ataupun pada perpotongan dinding
diperkuat dengan kolom praktis.
Pekerjaan Pasangan Kusen Jendela dan Pintu
1. Tenaga Kerja:
 2 mandor, 10 tukang
2. Peralatan:
 Pensil, Benang, Palu, Penggaris Siku, Meteran, Gergaji
3. Bahan:
 Kusen, Paku, Angker, Kayu
4. Teknis Pekerjaan Pasangan Kusen:
 Pekerjaan tahap awal yaitu pemasangan sikon pada kusen. Pemasangan
sikon kusen bertujuan agar bentuk dan dimensi kusen tidak berubah.
 Setelah pemasangan sikon kusen selesai dikerjakan, dialnjutkan dengan
memasang angker pada kusen. Ukuran angker yang digunakan adalah
angker 12 cm. Angker dipasang pada sisi pinggir kusen untuk mengikat
kusen dengan cor tembok.
 Kusen dipasang sebelum seluruh pasangan dinding terpasang, maka
terlebih dahulu ditentukan pasangan kusen dengan toleransi jarak antara
dinding dan kusen ± 2,5 cm pada bagian kiri dan kanannya. Ini bertujuan
untuk mencegah pemuaian pada kusen.

88
 Kemudian, kusen dipasang pada bidang kerja yang akan dipasangi kusen.
Agar kusen tidak roboh setelah dipasang, kusen diberikan penyangga
berupa usuk dan steger pada bagian rangka kusen.
 Sesudah kusen terpasang pada bidang kerja, pada bagian kaki kusen
diberikan campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1pc : 5ps.
Pemberian campuran ini bertujuan agar posisi kusen tidak berpindah-
pindah atau bergeser dari tempatnya.
 Setelah seluruh tahap pemasangan selesai, pada sisi yang
menghubungkan kusen dengan daun pintu diberikan cor dengan
perbandingan campuran 1pc : 5ps.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai pembahasan dan permasalahan yang terdapat dalam
kegiatan kerja praktik ini. Hal-hal tersebut meliputi proses perencanaan desain hingga tahap
pelaksanaan. Meskipun kerja praktek ini terbatas hanya sampai tahapan tertentu, tetapi akan dibahas
pula mengenai gambaran mengenai bagaimana tahapan selanjutnya dan penulis membagi materi
pembahasan ini menjadi dua bagian, yaitu mengenai perencanaan dan pelaksanaan sesuai dengan
judul dalam tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan ini.

4.1 Perencanaan
Permasalahan yang diangkat dalam sub bab ini merupakan permasalahan yang penulis
dapatkan pada saat proses pendesainan oleh konsultan perencana. Adapun permasalahan yang
penulis temukan merupakan hasil dari studi selama berada dibangku kuliah yang coba
diterapkan pada saat praktek kerja lapangan.
Berikut permasalahan yang penulis temukan dari hasil akhir rancangan desain Bale Banjar
Kumbuh;
a. Dalam hasil akhir rancangan, perencanaan fasilitas toilet yang direncanakan tidak
memenuhi standar persyaratan dalam program kebutuhan ruang dan program
aktifitas warga Br. Kumbuh. Kurangnya jumlah fasilitas toilet merupakan suatu hal
yang sangat disayangkan, sebab pada hari-hari tertentu jumlah civitas pengguna bale
banjar tentu akan meningkat. Misalkan pada saat kegiatan upacara keagamaan,
semua warga banjar akan mengikuti kegiatan tersebut sehingga dikhawatirkan pada

89
saat beberapa warga membutuhkan fasilitas toilet tentu akan mengantri untuk
mendapat giliran.
Dari segi pencapain ruang, akses menuju toilet kurang terorganisir. Letak pintu
utama menuju toilet memang sangat mudah untuk dicapai, namun bau dari dalam
toilet dikhawatirkan bisa saja keluar dengan mudah jika civitas yang menggunakan
fasilitas tersebut tidak menjaga kebersihan dengan baik.

Toilet

Gambar 4.1 Letak fasilitas toilet


Sumber : CV. Yoga Design

Dari uraian permasalahan tersebut, pemecahan masalah atas desain rancangan akhir
tersebut adalah sebagai berikut;

90
 Jumlah fasilitas toilet perlu ditambah dengan mengurangi luasan dapur, karena
fasilitas dapur yang ada pada bale banjar tersebut tidak digunakan seperti
layaknya pada rumah tinggal.
 Toilet seharusnya dibedakan menurut civitas yang menggunakan fasilitas
tersebut, karena civitas yang menggunkan fasilitas toilet terdiri warga yang
berjenis kelamin perempuan dan warga yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk
itu peruntukan toilet perlu dibedakan
 Pembuatan gradasi ruang pada pintu masuk menuju toilet dengan dinding sekat
pembatas untuk memberi kesan ruang dengan fungsi yang terpisah. Serta
meminimalisir kemungkinan adanya bau tidak sedap yang keluar dari toilet
b. Dalam hasil akhir rancangan, penggunaan plat talang beton pada bale los
menyebabkan berkurangnya kesan dan nuansa arsitektur tradisional Bali yang ada.
Struktur atap expose yang dikombinasikan dengan penggunaan plat talang beton
memicu terjadinya penyimpangan konsep arsitektur tradisional Bali yang rencananya
akan di implemantasikan di area lantai dua. Walaupun fungsi penggunaan dari plat
talang tersebut adalah untuk mengurangi jumlah rembesan air hujan saat musim
penghujan, namun secara estetika tidak adanya penyeragaman dari keberadaan Pura
Ulun Banjar dan Bale Kulkul di area lantai dua.

Plat Talang

Gambar 4.2 Potongan A - A


Sumber : CV. Yoga Design

91
Dari uraian permasalahan tersebut, pemecahan masalah atas desain rancangan akhir
tersebut adalah sebagai berikut;
 Penggunaan atap kampiah sebagai pengganti dari plat talang jika memang benar-
benar dibutuhkan dalam penerapan dilapangan agar sesuai dengan konsep
penerapan arsitektur tradisional Bali kedalam rancangan desain.
 Jika penggunaan plat talang beton hanya satu-satunya cara untuk mengurangi
jumlah debit rembesan air hujan, maka pada sisi luarnya harus diprofil dengan
motif pepalihan. Sehingga desain yang ada mampu menghasilkan keseragaman
bentuk.

4.2 Pelaksanaan
Permasalahan yang diangkat dalam sub bab pelaksanaan ini merupakan permasalahan
tentang teknis pelaksanaan pada saat proses kegiatan dilapangan. Adapun permasalahan yang
penulis temukan merupakan hasil dari tinjauan teknis pekerjaan terhadap Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS).
Berikut permasalahan yang penulis temukan dari hasil akhir rancangan desain Bale Banjar
Kumbuh;

a. Di dalam sub pekerjaan pondasi yang lebih tepatnya pada saat pengerjaan pondasi
menerus, tukang cenderung bekerja terburu-buru sehingga terdapat campuran puing-
puing beton pada pengerjaan pondasi menerus.

Gambar 4.3 Proses Pengerjaan Pondasi Menerus


Sumber : Dokumentasi Pribadi

92
Pemecahan dari masalah tersebut, mandor memberikan perintah agar tukang lebih
teliti dalam melaksanakan pengerjaan. Sementara pengawas lapangan mengawasi
proses pengerjaan agar susunan pondasi tetap rapi dan tukang tidak bekerja
sekedarnya.

b. Permasalahan selanjutnya muncul saat proses pelaksanaan Pekerjaan Beton. Kolom


dan balok mengalami perubahan dimensi, hal ini diakibatkan oleh pemasangan
bekisting kolom struktur kurang kuat untuk menahan massa beton pada saat proses
pengeringan. Akibatnya, dimensi kolom struktur menjadi berubah, lebih besar
daripada dimensi yang tertera pada gambar kerja, Selain itu bentuknya agak
cembung dan kurang rata. Sehingga, perlu dilakukan pemobokan agar dimensi
kolom struktur menjadi sesuai dengan gambar kerja. Hal ini sangat berimplikasi
terhadap biaya, mutu dan waktu. Dari sudut pandang biaya, pelaksana harus
memberikan upah kerja lebih bagi tenaga yang mengerjakan pekerjaan pemobokan
baik kolom ataupun balok. Kemudian dari sudut pandang mutu hasil pekerjaan,
walaupun pelaksana telah membuat campuran beton dan metode pengerjaan yang
sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat, pelaksana tetap saja memperoleh
nilai yang kurang pada pengerjaan beton struktur. Dengan wujud bentuk dan dimensi
kolom struktur yang tidak sesuai dengan gambar kerja, memaksa pelaksana untuk
memperoleh nilai mutu pekerjaan yang kurang baik. Sedangkan dari sudut pandang
waktu pengerjaan, tentunya akan mengalami keterlambatan, mengingat terdapat
tenaga kerja yang terpaksa harus dipekerjakan pada pekerjaan yang tidak dapat
memperlihatkan prestasi kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan jika pada
pekerjaan kolom struktur ini memerlukan biaya yang lebih banyak, mutu hasil
pekerjaan yang kurang baik, dan membutuhkan waktu yang lebih banyak.

93
Gambar 4.4 Proses Pembobokan Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pemecahan dari masalah tersebut agar tidak terulang kembali adalah dengan
memperkuat pemasangan bekisting pada kolom dan balok. Selain itu, begesting
harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran – ukuran yang telah ditetapkan
dalam gambar. Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan
selama pengecoran. Bekisting harus rapat dan tidak bocor permukaannya, bebas dari
kotoran seperti serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya, agar
mudah pada saat dibongkar tanpa merusak permukaan beton.

c. Permasalahan yang ditemukan berikutnya adalah pada saat proses Pekerjaan


Dinding. Dalam pelaksanaan dilapangan, adonan semen dan pasir menggunakan
perbandingan 1:8. Hal ini dilakukan oleh pihak pelaksana dengan maksud untuk
penghematan bahan. Sedangkan permasalahan kedua adalah tukang tidak
mendengarkan intruksi pengawas lapangan agar tidak langsung menutupi seluruh
bagian permukaan dinding agar kekuatan struktur dinding tidak berkurang.

Gambar 4.5 Proses Pengerjaan Dinding


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Untuk pemecahan masalah ini, pengawas memberikan pengarahan kepada pekerja


agar proses pekerjaan yang baik selalu digunakan dan diterapkan pada item

94
pekerjaan ini termasuk pada item-item pekerjaan lainnya untuk memastikan kualitas
dan kuantitas.

d. Permasalahan selanjutnya ditemukan pada item pekerjaan Pekerjaan Besi, tepatnya


pada saat pemasangan besi balok dan besi plat dak lantai dua. Dimana kebersihan
pada area tulangan kurang optimal. Jarak antar sengkang (tulangan plat lantai)
kadang-kadang lebih dari gambar.

Gambar 4.6 Proses Pemasangan Bekisting


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.7 Proses Pengerjaan Tulangan Plat Dak Lantai II


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pemecahan :
 Pengawas memberikan teguran langsung kepada tukang ataupun mandor, agar
pekerjaan dilakukan lebih presisi, dan sesuai dengan gambar.
 Sebelum pengecoran, plat lantai disemprot dengan air setelah proses tulangan
selesai.

95
BAB V
PENUTUP

Bab V merupakan bab akhir dalam laporan Kerja Praktek Perencanaan dan Pelaksanaan
termasuk kegiatan pengamatan pekerjaan di lapangan dan penyusunan laporan. Berisi rangkuman
dari bab-bab sebelumnya tentang kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pada proyek Pembangunan
Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud. Pembangunan ini melibatkan beberapa pihak, meliputi
owner (pihak panitia), pihak perencana ( arsitektur dan struktur) serta pihak pelaksana.

5.1 Simpulan
5.1.1 Simpulan Perencanaan
Berikut adalah kesimpulan dari kegiatan Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas,
Kecamatan Ubud. Beberapa kesimpulan dari pembahasan aspek teknis sebelumnya yang
direncanakan dalam perancangan dan beberapa permasalahan yang dihadapi perencana.
5.1.1.1 Desain Arsitektural Bangunan
Diperoleh beberapa kesimpulan dalam Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa
Mas, Kecamatan Ubud, sebagai berikut :
a. Dari penataan tapak bangunan bangunan utama akan di letakan di bagian
selatan site menghadap ke utara. Bangunan pendukung berupa bangunan
parkir dan bangunan pelayanan umu di tempatkan di depan dekat dengan
pintu masuk untuk memudahkan akses masyarakat umum menuju bangunan
tersebut.
b. Penentuan kebutuhan besaran pada masing-masing ruang didasarkan pada
standarisasi dari literature yang ada dan hasil diskusi tenaga ahli dengan
owner.
c. Dari perencanaan denah, konsultan perencana menggunakan zonasi
berdasarkan kegiatan penggunanya.
d. Sirkulasi yang ditetapkan untuk ruang publik adalah linear, sedangkan pada
masing masing unit memiliki sirkulasi sendiri yang bersifat tertutup.

5.1.1.2 Perencanaan Struktur


Pada perencanaan struktur dibagi dalam tiga system yaitu sub struktur, super
struktur, dan upper struktur. Pada perencanaannya, system struktur yang memiliki
permasalahan yang lama dipecahkan oleh perencana. Dimana permasalahan
tersebut diantaranya :

96
a. Perencanaan sub struktur jenis pondasi yang digunakan, yaitu pondasi
telapak dan pondasi menerus. Dimana penempatan jenis-jenis pondasi
tersebut berdasarkan titik koordinat uji tanah. Setiap bidang tanah pada tapak
yang direncanakan memiliki kedalaman tanah keras berbeda-beda.
b. Perencanaan super struktur menggunakan penulangan dari beton dengan
ukuran kecil, untuk dinding menggunakan batako agar harga desain bisa
lebih murah.
c. Perencanaan upper struktur menggunakan sistem konstruksi baja ringan. Hal
ini didasarkan pada pengalaman perencana dalam hal menangani beberapa
proyek menggunakan konstruksi baja ringan.
5.1.1.3 Perencanaan Utilitas
Perancangan Utilitas dalam Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas,
Kecamatan Ubud, ini memiliki sistem yang cukup sederhana. Utilitas pada
Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kecamatan Ubud,dibagi menjadi
utilitas pada tapak dan utilitas pada masing masing bangunan yang mencakup
system plumbing, jaringan kelistrikan, jaringan telepon dan system pencahayaan.
5.1.2 Simpulan Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan suatu proyek selalu ditemukan berbagai permasalahan termasuk
permasalahan teknis maupun non teknis. Masalah-masalah yang timbul sangat
mempengaruhi prestasi kerja secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengamatan
di lapangan, terdapat berbagai cara untuk mempercepat pelaksanaan suatu pekerjaan
namun tetap sesuai dengan RKS sehingga keberhasilan proyek dapat tercapai. Melalui
pengamatan di lapangan selama kerja praktek diketahui bahwa semua permasalahan yang
ditemui selalu dapat diatasi dan dicarikan solusi terbaiknya.
Adapun beberapa kesimpulan dari pengamatan kerja praktek pelaksanaan yaitu
kesimpulan non teknis, kesimpulan teknis, dan kesimpulan pengawasan. Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut:
5.1.2.1 Kesimpulan Non Teknis
a. Keterlambatan waktu dan bobot pelaksanaan pekerjaan di lapangan
merupakan akibat dari faktor perencanaan pihak pelaksana dalam mengelola
waktu pelaksanaan yang kurang baik, sehingga akan mempengaruhi
produktivitas pekerjaan di lapangan.
b. Pengelolaan waktu pelaksanaan pekerjaan yang tidak baik menyebabkan
pekerjaan di lapangan tidak berjalan sesuai rencana, dan diperlukan pekerjaan

97
lembur, namun kemampuan pekerja yang tidak sepenuhnya mendukung
secara optimal akan berpengaruh terhadap mutu pekerjaan yang dihasilkan di
lapangan.
5.1.2.2 Kesimpulan Teknis
a. Tidak adanya pengarahan yang baik oleh pihak kontraktor/pelaksana kepada
mandor dan pekerja di lapangan mengenai teknis pekerjaan yang benar
menurut RKS menyebabkan mandor dan pekerja sering lalai. Pekerjaan
cenderung dilakukan berdasarkan pengalaman yang tidak disertai dengan
pengetahuan teknis yang baik sehingga menyebabkan mutu pekerjaan yang
dihasilkan kurang optimal.
b. Acuan teknis yang terdapat dalam Rencana Kerja dan Syarat terkadang
diabaikan oleh kontraktor sehingga akan timbul permasalahan ketika
dilakukan pengecekan oleh pengawas.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Perencanaan
Berikut adalah saran yang bisa diberikan dari proyek Pembangunan Bale Banjar
Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud. Saran saran berikut diharapkan dapat berguna untuk
memajukan konsultan perencana CV. Yoga Design. Hal tersebut diantaranya:
a. Proses perencanaan memerlukan data yang sesuai dengan tema arsitektur, interior,
maupun ekterior. Perlu dibedakan tema-tema yang digunakan dengan proyek lain
sehingga hasil desain merupakan karya yang tidak monoton.
b. Umumnya sering terjadi kemunduran jadwal karena adanya revisi-revisi yang terus
menerus. Hal tersebut sering kali membuat jenuh sehingga berdampak negatif pada
disain. Diperlukan suatu ketegasan yang lebih dan pendekatan yang lebih dengan
pihak owner sehingga bisa menangkap apa yang sesungguhnya dimaksud oleh owner
dan bagaimana gagasan dari arsitek.
5.2.2 Saran Pelaksanaan
a. Kinerja kontraktor dalam menghadapi keterlambatan pekerjaan perlu ditingkatkan
untuk mengejar keterlambatan.
b. Untuk lebih dapat meningkatkan mutu pekerjan di lapangan kontraktor sebaiknya
melakukan pembaharuan terhadap alat-alat kerja, menggunakan tenaga kerja yang
kompeten dan sudah memiliki pengalaman yang lebih di proyek.

98
c. Pihak pelaksana harus tetap memperhatikan keselamatan para pekerja. Penyediaan
sarana obat-obatan (PPPK) yang layak sebagai upaya preventif dalam kecelakaan
kerja serta alat keselamatan seperti helm dan sepatu proyek.
d. Diperlukan koordinasi yang intensif antara pelaksana dan pengawas dalam
penyelesaian suatu masalah pekerjaan. Sehingga dapat mengurangi terjadinya
pekerjaan pembongkaran yang dapat merugikan dari segi biaya ataupun waktu.

99
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………...iii

TIME SCHEDULE……………………………………………………………………………...…iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...……....v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah.............................................................................................1

1.3 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat....................................................................................................1

1.3.1Tujuan Kerja Praktek............................................................................................................1

1.3.2 Sasaran Kerja Praktek..........................................................................................................2

1.3.3 Manfaat Kerja Praktek Perencanaan dan Pelaksanaan........................................................2

1.4 Batasan Kegiatan........................................................................................................................3

1.4.1 Batasan Kegiatan Kerja Praktek..........................................................................................3

1.4.2 Lingkup Pembahasan Materi/Batasan Penulisan.................................................................3

1.5 Metode Penulisan........................................................................................................................3

1.5.1 Teknik pengumpulan data....................................................................................................3

1.5.2 Teknik Pembahasan.............................................................................................................5

1.5.2 Metode Penyimpulan...........................................................................................................5

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONSULTAN PERENCANA DAN
KONTRAKTOR/PELAKSANA
2.1 Konsultan Perencana.................................................................................................................6
2.1.1 Ruang Lingkup Konsultan Perencana..................................................................................7

2.1.2 Persyaratan Konsultan Perencana........................................................................................8

2.1.3 Klasifikasi dan Kualifikasi Konsultan Perencana...............................................................9

v
100
2.1.4 Hubungan Kerja................................................................................................................11

2.1.5 Operasional.......................................................................................................................15

2.2 Kontraktor/Pelaksana...............................................................................................................17

2.2.1 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Kontraktor...........................................................17

2.2.2 Ruang Lingkup Kontraktor...............................................................................................19

2.2.3 Hubungan Kerja Kontraktor...............................................................................................19

2.2.4 Persyaratan Kontraktor.....................................................................................................21

2.2.5 Klasifikasi dan Kualifikasi Kontraktor.............................................................................22

2.2.6 Operasional.......................................................................................................................24

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PEMBANGUNAN BALE BANJAR KUMBUH
3.1 Tinjauan Pembangunan Bale Banjar Kumbuh, Desa Mas, Kec. Ubud....................................27
3.1.1 Identifikasi Proyek............................................................................................................27

3.1.2 Latar Belakang Perencanaan Proyek.................................................................................27

3.1.3 Proses Lahirnya Proyek.....................................................................................................28

3.1.4 Lokasi Proyek....................................................................................................................29

3.1.5 Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek...................................................................................29

3.1.5 Proses Pembangunan Bale Banjar Kumbuh....................................................................30

3.1.6 Metode Pembangunan Bale Banjar Kumbuh....................................................................34

3.2 Tinjauan Tentang Konsultan Perencana CV. Yoga Design.....................................................35

3.2.1 Status Kelembagaan...........................................................................................................35

3.2.2 Identitas Konsultan Perencana..........................................................................................35

3.2.3 Ruang Lingkup dan Kualifikasi CV. Yoga Design............................................................35

3.2.4 Peranan, Wewenang dan Tanggung Jawab.......................................................................37

3.2.5 Manajemen Konsultan Perencana.....................................................................................38

3.2.5 Operasional........................................................................................................................42

3.2.6 Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur..............................................................................43

vi
101
3.2.7 Persiapan Kerja..................................................................................................................45

3.2.8 Personalia Project...............................................................................................................45

3.2.9 Sistem Manajemen Perencanaan........................................................................................46

3.2.10 PerekrutanTenaga ahli......................................................................................................47

3.2.11 Manajemen Waktu...........................................................................................................47

3.2.12 Manajemen Desain...........................................................................................................47

3.2.13 Tahap-Tahap Perkembangan Desain..............................................................................48

3.2.14 Perkembangan Master Plan dan Site Plan........................................................................48

3.2.15 Perkembangan Morfologi Desain Bangunan...................................................................52

3.2.16 Tahapan Akhir Desain....................................................................................................61

3.3 Tinjauan Tentang Kontraktor...................................................................................................62

3.3.1 Status Kelembagaan...........................................................................................................62

3.3.2 Identitas Kontrakor...........................................................................................................63

3.3.3 Ruang Lingkup dan Kualifikasi CV. Arya Jaya Konstruksi.............................................63

3.3.4 Peranan, Wewenang dan Tanggung Jawab.......................................................................64

3.3.5 Manajemen Kontraktor Pelaksana....................................................................................65

3.3.6 Operasional........................................................................................................................68

3.3.7 Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur.............................................................................69

3.3.8 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.......................................................................................69

3.3.9 Mobilisasi Peralatan..........................................................................................................71

3.3.10 Personalia Project.............................................................................................................71

3.3.11 Hal - hal yang Diperhatikan dalam Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi..........................72

3.3.12 Pelaksanaan Proyek Secara Non Teknis..........................................................................74

3.3.13 Pengelolaan Tapak...........................................................................................................74

3.3.13.1 Direksi Keet..................................................................................................................76

3.3.13.2 Gudang Material...........................................................................................................76

3.3.13.3 Basecamp Pekerja dan Dapur.......................................................................................76

102
vii
3.3.13.4 Penyediaan Fasilitas Air Bersih, Listrik dan Sarana Komunikasi................................76

3.3.14 Keselamatan dan Kesehatan Pekerja................................................................................77

3.3.15 Pengendalian Waktu Pelaksanaan....................................................................................78

3.3.16 Pengendalian Biaya..........................................................................................................79

3.3.17 Pengendalian Mutu..........................................................................................................79

3.3.18 Administrasi dan Koordinasi Lapangan...........................................................................80

3.3.19 Pengelolaan Tenaga Kerja...............................................................................................81

3.3.20 Pengelolaan Bahan...........................................................................................................81

3.3.21 Pelaksanaan Proyek Secara Teknis..................................................................................84

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan.............................................................................................................................88
4.2 Pelaksanaan..............................................................................................................................91

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan...................................................................................................................................95
5.1.1 Simpulan Perencanaan......................................................................................................95

5.1.2 Simpulan Pelaksanaan.......................................................................................................96

5.2 Saran.........................................................................................................................................97

5.2.1 Saran Perencanaan............................................................................................................97

5.2.2 Saran Pelaksanaan.............................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................99

LAMPIRAN.....................................................................................................................................101

103
viii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, Manajemen Perencanaan Pekerjaan. Biro Bina Sarana Perusahaan Sek. Dep. PU,

Jakarta

Anonim, 2000, Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Departemen

Keuangan dan Badan Perencanaan Bangunan Nasional.

Anonim, 2007, Kepmen Kimpraswil no 339.

Anonim, 2007,Pengadaan Jasa Konsultasi. KEPRES NO 95.

Anonim, 2007, Pedoman Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas, Ikatan Arsitek Indonesia.

Jakarta

Anonim, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007

Anonim,2008, Registrasi Usaha Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi. Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

Neufert, Ernest, Data Arsitek Jilid 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1992.

Saleh Amirudin, 1980, Pengantar Kepada Arsitektur, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah

Bangunan.

Dipohusodo, Istiawan, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Jilid I, Yogyakarta: Kanisius, 1996 ;

Duarsa, Wayan Subrata, Manajemen Proyek Bagian 1, Jurusan Arsitektur FT UNUD:


Unpublished, 2006 ;

John Harris, Alan, dkk, Pengaruh Faktor – Faktor Penunjang Sistem Bekisting Peri Pada
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bertingkat Struktur Beton Terhadap Kinerja Waktu Proyek.,
Jakarta: Jurnal Teknologi Universitas Indonesia edisi no. 3 tahun XVII ;

Kajatno, Soetrisno, Uraian Lengkap Metode Network Planning, Jilid I, Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum, 1997 ;

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia No.


332/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara ;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah ;

104
Khadariah, Lien Karlina, Clive Gray dalam Evaluasi Proyek: Uraian Singkat Dalam Soal Jawab,
1988 ;

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Cetakan 12, Jakarta: Ghalia Indonesia ; 99

PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk., Pelatihan dan Sertifikasi Tukang Pasang Batu, 2009 ;

Schodek Daniel L, Struktur, Bandung: PT. Refika Aditama, 1998 ;

Siagian, Sondang P., Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional, Jakarta: PT. Gunung Agung,
1981 ;

Soetrisno, Dasar-Dasar Evaluasi Manajemen Proyek, Yogyakarta: FE-UGM, 1985.

Sumber internet:

http://www.etymonline.com/index.php, kamus etimologi online, dikutip tanggal 21 Desember 2016

105
100
Lampiran

101
107

Anda mungkin juga menyukai