Tim Dosen :
Dr.Ir. Atik Suprapti, MT
Dr. Eko Punto
Oleh :
Kristiani Budi Lestari
21020117410001
PENDAHULUAN
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Menurut Jacques Havet (1978), pembentukan suatu tanda (semeion)
adalah akibat hubungan yang kuat antara signifier (pemberi tanda) dan
signified (arti yang dimaksudkan/semainomenon). Berdasarkan dasarnya
(ground), Zoest (1978) membagi tanda-tanda menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Qualisign
Merupakan tanda yang menjadi tanda berdasarkan siftnya. Misalnya sifat
warna merah yang menyolok dimanfaatkan dalam pembuatan tanda
larangan dalam lalu lintas.
2. Sinsign
Kata sin berasal dari kata singular (tunggal). Sinsign adalah tanda yang
menjadi tanda berdasarkan kejadian, bentuk atau rupa yang khas dan
orisinil. Misalnya kita dapat mengenal seseorang dari suaranya yang
khas. Bangunan tradisional etnis juga dapat mengandung sinsign karena
bentuk dan penampilannya yang unik dan khas.
3. Legisign
Kata legi berasal dari kata lex atau hukum. Legisign adalah suatu tanda
yang menjadi tanda karena suatu keberaturan tertentu. Jenis tanda ini
banyak digunakan dalam arsitektur, misalnya sistem struktur bangunan.
Peirce, membedakan tiga jenis tanda yaitu ikon (icon), indeks (index,
indice) dan simbol/lambang (symbol).
1. Ikon
Merupakan tanda yang menyerupai obyek (benda) yang diwakilinya atau
tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri yang dimaksudkan. Misalnya
kesamaan peta dengan wilayah geografis yang digambarkan, foto dengan
orang yang difoto, dan lain-lain. Sifat-sifat dari ikon adalah sebagai
berikut:
- Sesuatu yang pasti (contoh : segitiga, segi empat)
- Persis sama dengan yang diwakili (contoh : lukisan naturalis, foto)
- Berhubungan dengan realitas (contoh : huruf, angka)
- Memperlihatkan atau menggambarkan sesuatu (contoh : peta, foto)
Contoh dalam arsitektur, toko yang menjual mobil didesain menyerupai
mobil sebagai ikon.
2. Indeks
Adalah tanda yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu
denotatum (penanda). Tanda ini memiliki kaitan sebab-akibat dengan apa
yang diwakilinya. Misal asap dan api, tidak akan ada asap kalau tidak ada
api, maka asap adalah indeks. Indeks sebagai tanda akan kehilangan ciri
bila bendanya disingkirkan, namun akan tetap punya arti walaupun tak
4
ada pengamat. Contoh dalam bidang arsitektur adalah panah yang
menunjukkan arah atau sirkulasi, pintu kaca menyatakan dirinya sendiri
dan apa yang ada di belakangnya.
3. Simbol/lambang
Adalah tanda dimana hubungan antara tanda dengan denotatum
ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan
bersama atau konvensi. Tanda bahasa dan matematika merupakan
contoh simbol. Simbol juga dapat menggambarkan suatu ide abstrak
dimana tidak ada kemiripan antara bentuk, tanda dan arti. Misalnya
Garuda Pancasila umumnya hanya dikenal di Indonesia. Makna simbol itu
akan hilang bila tidak dapat dipahami oleh masyarakat yang latar
belakangnya berbeda. Contoh simbol dalam arsitektur adalah bentuk
lengkung dalam kubah masjid sebagai simbol dari bangunan masjid.
Tanda biasanya berfungsi dalam hubungannya dengan tanda-tanda
yang lain. Ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan ini disebut semiotika
sintaksi. Ilmu ini biasanya bertujuan untuk mencari peraturan-peraturan yang
menjadi dasar kesamaan berfungsinya tanda-tanda tersebut. Penyelidikan
yang diarahkan untuk mempelajari hubungan antara tanda, denotatum, serta
interpreternya disebut semiotika semantik. Sedang penyelidikan yang
diarahkan untuk mempelajari hubungan antara tanda dan reaksi penerima
disebut semiotika pragmatis.
2.2. SEMIOTIKA DALAM ARSITEKTUR
Di dalam aristektur, semiotika mulai diperkenalkan pada suatu debat
arsitektur di Italia tahun 1950, ketika para arsitek mulai mempertanyakan
tentang International Style. Sekitar akhir tahun 1960-an di Perancis, Jerman
dan Inggris semiotika didiskusikan untuk membentuk kembali pengertian
aristektur dan dijadikan alat normatif dalam menyerang teori fungsionalisme
yang berlebihan.
Pada tahun 1970-an mulai banyak semiotika arsitektural telah menjadi
isu populer di kalangan teorikus arsitektur, bahkan muncul istilah baru
arsemiotika (archsemiotics) sebagai istilah khusus dalam arsitektur. Para
tokoh-tokohnya antara lain Geoffrey Broadbent dan Richard Bunt (Inggris),
Thomas Llorens dan Charles Jenks (AS), M. Kiemley dan A. Moless (Jerman).
Sistem tanda dalam arsitektur meliputu banyak aspek seperti benuk fisik,
bagian-bagiannya, ukuran, proporsi, jarak antar bagian, bahan, warna dan
5
sebagainya. Sebagai suatu sistem tanda semuanya dapat diinterpretasikan
(mempunyai arti dan nilai) dan memancing reaksi tertentu (pragmatis). Semua
benda arsitektural secara umum merupakan wahana tanda yang memberikan
informasi mengenai fungsi dari benda tersebut.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
gagal. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang
ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama
tentara pelajar yang mensopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi
ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30
WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat.
Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40
tahun satu bulan.
Pada 28 Oktober 1945, Gubernur Jateng Mr Wongsonegoro
meletakkan batu pertama pembangunan monumen ini di dekat alun-alun.
Namun karena pada November 1945 meletus perang melawan sekutu dan
Jepang, proyek ini terbengkalai. Kemudian tahun 1949, Badan Koordinasi
Pemuda Indonesia (BKPI) memprakarsai pembangunannya kembali. Namun
upaya ini pun gagal karena kesulitan dalam hal pendanaan.
Pembangunan baru berjalan lancar ketika pada 1951 Wali Kota
Semarang Hadi Soebeno Sosro Werdoyo membentuk panitia Tugumuda.
Lokasi pun dipindah dari alun-alun ke lokasi sekarang. Desain tugu dikerjakan
oleh Salim, sedangkan relief pada bagian bawah digarap seniman Hendro.
Batu-batu didatangkan dari Kaliurang dan Pakem Yogyakarta. Tanggal 10
November 1951 diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jateng Boediono dan
pada tanggal 1953 bertepatan dengan Hari Kebangkitan nasional Tugu Muda
diresmikan oleh Presiden Soekarno.
8
Gambar : Lokasi Tugu Muda Semarang
3.2. MAKNA SIMBOL TUGU MUDA SEMARANG
Sumber : googlemaps.com
Tugu Muda adalah sebuah monumen berbentuk tiang besar yang
tingginya 53 meter, berdiri kokoh di Jalan Pemuda, Kota Semarang, Jawa
Tengah (Jateng). Tugu Muda berada di tengah Wilhelmina Plein atau
lapangan Wilhelmina di depan Gedung Lawang Sewu. Tugu Muda berbentuk
seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda
merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu
landasan, badan dan kepala. Pada sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan
tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan
taman pada sekeliling tugu.
Di sekeliling Monumen Tugu Muda dibangun sebuah taman yang
mengelilingi Tugu Muda. Di taman ini di beri beberapa ornamen supaya tugu
muda dapat dijadikann sebagai taman kota, antara lain ada air mancur,
lampu-lampu warna putih dan kuning yang akan menambah kesan anggun di
malam hari. Pada taman terdapat pohon cemara, duplikasi senjata bambu
runcing yang tegak berdiri berjajar sebanyak 5 (lima) buah yang
menggambarkan Pertempuran lima hari di Semarang dengan bersenjatakan
bambu runcing.
Pada bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga
pilar,yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam
relief,juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila. Pada tiap-tiap sangga
terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain yaitu:
Relief Hongerodeem
Menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan
Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan banyak yang menderita
9
kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar merajalela di
kalangan masyarakat.
Relief Pertempuran
Menggambarkan betapa besar gelora semangat serta keberanian para
pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan negara dan
bangsanya
Relief Penyerangan
Melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak penjajahan
untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Relief Korban
Menggambarakan bahwa dalam Pertempuran Lima Hari di
Semarang,banyak rakyat yang menjadi korban.
Relief Kemenangan
Menggambarkan hasil jerih payah dan pengorbanan yang telah
membasahi bumi kota Semarang.
Relief tersbut dikerjakan oleh para seniman di Sanggar Pelukis Rakyat yang
dikomandoi oleh Hendra Gunawan.
11
3.3. Gambar : 5 TUGU
PERKEMBANGAN Bambu MUDA
RuncingSEMARANG
Melambangkan Pertempuran
Tugu Muda sempat Selama 5 Hari dibeberapa
mengalami Semarang penambahan, terutama pada
kolam dan taman. KiniSumber : geopakcer.tumbl.com
kawasan Tugu Muda ditetapkan sebagai kawasan
cagar budaya. Penetapan itu berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2031. Di kawasan ini
terdapat bangunan bersejarah seperti Gedung Lawangsewu, Wisma
Perdamaian, Gereja Katedral, Museum Mandala Bhakti, dan bangunan Pasar
Bulu.
12
Gambar : Lawang Sewu saat ini
Sumber : www.wikiwand.com
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Tugu Muda merupakan monumen yang berada di Kota Semarang yang
memiliki makna sebagai monumen peringatan perjuangan para pahlawan
mengusir penjajah
2. Tugu Muda mengandung nilai-nilai historik perjuangan pemuda Semarang
memperjuangkan kemerdekaan
3. Dilihat dari bentuknya, Tugu Muda berbentuk lilin yang melambangkan
semangat para pejuang yang tidak pernah padam
4. Di kaki tugumuda diukir 5 relief yang melambangkan Pancasila, dan juga
menceritakan tentang perjuangan para pahlawan memperjuangkan
kemerdekaan RI
5. Tugu Muda merupakan karya sejarah sebagai bangunan cagar budaya
yang memerlukan pemeliharaan yang baik
4.2. SARAN
1. Pemeliharaan Tugu Muda sebagai identitas Kota Semarang perlu
dilakukan, apalagi fungsi taman di sekitar Tugu Muda yang juga
merupakan ruang terbuka publik dan rentan terhadap pengrusakan oleh
ulah manusia
2. Perlu diadakan pengkajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan taman di
sekitar Tugu Muda sebagai ruang publik khususnya di bagian tempat
parkir
14
DAFTAR PUSTAKA
15