OLEH :
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Banyak penikmat sastra, terutama karya sastra tulisan, masih belum memahami
makna tanda/lambang yang terdapat pada karya yang dimasukkan oleh pengarang dalam
karyanya. Penggunaan tanda membuat pembaca harus mengerti dan merasakan apa yang
dirasakan dan di pikirkan oleh pengarang. Memahami makna yang ada dalam sebuah
karya, menuntut pembaca untuk membacanya berulang kali agar bisa memahami makna
yang berada dalam sebuah karya. Namun, tidak setiap pembaca memiliki pandangan yang
sama tentang makna apa yang terdapat dalam sebuah karya. Tidak menutup
kemungkinan, suatu tanda/lambang memiliki pemaknaan yang berbeda ketika diartikan
oleh pembaca yang berbeda.
Semiotika adalah studi mengenai sistem tanda/lambang atau teori tentang pemberian
tanda/lambang.
Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris: semiotcs. Berpangkal pada Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah (Produksi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) bahwa orientasi
pembentukan istilah itu ada pada bahasa Inggris. Akhiran bahasa Inggris -ies dalam
bahasa Indonesia berubah menjadi-ik atau-ika, misalnya, dialectics berubah menjadi
dialektik atau dialektika, aesthetics berubah menjadi estetik atau estetika, dan mechanics
berubah menjadi mekanik atau mekanika
Nama lain semiotika adalah semiologi. Keduanya, memiliki pengertian yang sama, yaitu
sebagai ilmu tentang tanda Baik semiotika maupun semiologi berasal dari bahasa Yunani:
semeion, yang berarti tanda.
PEMBAHASAN
komponen dasar semiotika tidak terlepas dari asalah-masalah pokok mengenai tanda
(sign), lambang (symbol), dan isyarat (signal). Pemahaman masalah lambang akan
mencakup pema haman masalah penanda (signifier; signans; signifant) dan pertanda
(signified; signatum, signifie). Ketiga masalah di atas dimasukkan ke dalam cakupan
ilmu semiotika karena memungkinkan terjadinya komunikasi antaran subjek dan
objek dalam jalur pemahaman sebagai komponen dasar semiotika.
2.1.1 TANDA
Menurut Saussure tanda (sign) terbagi menjadi tiga komponen yaitu: (1) Tanda (sign)
meliputi aspek material (suara, huruf, gambar, gerak, bentuk). (2) Penanda (signifier)
adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. (3) Petanda (signified) adalah gambaran mental, pikiran, dan
konsep. Petanda adalah aspek mental dari bahasa. Ketiga unsur tersebut harus utuh,
tanpa salah satu unsur, tidak ada tanda yang dapat dibicarakan bahkan tidak dapat
dibayangkan. Jadi, petanda (signified) merupakan konsep atau apa yang
dipresentasikan oleh penanda (signifier) serta, hubungan antara signified dan signifier
disebut hubungan simbolik yang akan menghasilkan makna.
Contoh hubungan dari tanda, penanda dan petanda adalah melambaikan tangan untuk
memanggil seseorang. Unsur tanda dalam melambaikan tangan adalah gerakan tangan
memanggil, sedangkan unsur petanda adalah ucapan yang disampaikan untuk
memanggil seperti “hai kesinilah” dan unsur petandanya adalah maksud dari lambaian
tangan yaitu bertujuan untuk memanggil seseorang. Tanda dalam kehidupan manusia
terdiri dari berbagai macam, antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal yang
dapat berbentuk ucapan kata, maupun tanda non verbal yang dapat berupa bahasa
tubuh. Tanda isyarat dapat berupa lambaian tangan, di mana hal tersebut bisa
diartikan memanggil, atau angukan kepala dapat diterjemahkan sebagai tanda setuju.
Sedangkan tanda verbal dapat diimplementasikan melalui huruf, dan angka. Selain
itu, dapat pula berupa gambar seperti rambu-rambu lalu lintas.
Perlu kiranya disadari bahwa tanda-tanda yang dibuat oleh manusia menunjuk pada
sesuatu yang terbatas maknanya dan hanya menunjuk pada hal-hal tertentu, Tanda-
tanda tertentu dapat dilaksanakan oleh makhluk lain yang tidak memiliki sifat sifat
kultural, misalnya bunyi-bunyi binatang yang menunjuk pada "nama binatang itu
sendiri, Seolah-olah bunyi yang ditimbulkan oleh binatang itu tidak mempunyai
makna apa-apa, kecuali sebagai pertanda dari binatang itu sendiri. Tiruan bunyi
seperts "Wok-wok kethekuur akan menunjuk nama binatang merpati, "koor tetilang"
menunjuk nama burung perkutut, "kukuruyuk" akan menunjuk nama binatang ayam,
dan sebagainya. Tanda-tanda tersebut dan dulu sampai sekarang tetap, tidak berubah
dan tanpa penambahan kreativitas apapun Jadi, tanda adalah arti yang statis, umum,
Jugos, dan objektif
2.1.2 LAMBANG
Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pema haman si
subjek kepada objek Hubungan antara subjek dan objek terselp adanya pengertian
sertaan Suatu lambang selalu daaitkan dengan tanda tanda yang sudah dibeni sifat-
sifat kultural ditimbulkan dari tata wajah atau tipografi. Sebaliknya, tanda yang
terdapat dalam karya sastra hanya bermanfaat untuk mengenal aspek formal atau
bentuk struktur fisiknya. Unsur-unsur cerita rekaan seperti alur, penokohan, tatar,
sudut pandang, gaya, dan suasana dapat kita kenali dari pemahaman tanda-tanda
struktur sebuah cerita rekaan. Agar lebih jelas perbedaan antara tanda dan lambang,
berikut dibuatkan perbedaan secara skematis.
Peirce berpendapat bahwa lambang merupakan bagian dari tanda Setiap lambang
adalah tanda, dan tidak setiap tanda itu dapat sebagai lambang Adakalanya tanda
dapat menjadi lambang secara keseluruhan, yaitu dalam bahasa. Hal ini dimungkinkan
karena bahasa merupakan sistem tanda yang arbitrer sehingga setiap tanda dalam
bahasa merupakan lambang. Khusus dalam puisi terdapat lambang bunyi, baik bunyi
vokal maupun bunyi konsanan yang menyiratkan makna tertentu.
Pengertian simbol atau lambang adalah tanda yang mewakili sesuatu berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan (convention) baik sengaja atau tidak disengaja, misalnya
gedung sate mewakili Bandung. Seperti yang diutarakan oleh Hoet “Tanda juga dapat
berupa lambang jika hubungan antara tanda itu dengan yang diwakilinya di dasarkan
pada perjanjian/convention, misalnya rumah beratap gonjong mewakili Minang
Kabau, (gagasan berdasarkan perjanjian yang ada dalam masyarakat.”(Hoet, 1999: 2).
2.1.3 ISYARAT
Isyarat merupakan sesuatu hal atau juga keadaan yang diberikan subjek pada
objek. Dalam keadaan ini,subjek itu selalu berbuat sesuatu untuk bisa
memberitahukan kepada objek yang diberi isyarat diwaktuitu juga. Jadi, isyarat itu
selalu bersifat temporal (kewaktuan). Aoabila ditangguhkan pemakaiannya,isyarat
tersebut akan berubah menjadi tanda atau juga perlambang.Jenis-Jenis Isyarat adalah
keadaan atau hal yang diberikan subjek kepada objek untuk memberitahukan kepada
objek yang diberi isyarat saat itu. Isyarat bersifat temporal atau tergantung waktu dan
jika pemakaiannya ditunda, isyarat berubah menjadi tanda atau lambang.
Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang
sama, mereka memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign
Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku.
2.1.4 SIMBOL
Salah satu cara yang digunakan oleh pakar untuk membahas lingkup makna yang
lebih luas adalah dengan membedakan makna Denotatif dan Konotatif. Spradley
(1997:122) menjabarkan denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-
kata(makna refrensial). Piliang (1998:14) mengertikan makna denotatif hubungan
eskplisit antara tanda dengan refrensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif.
Pemahaman ini digunakan oleh pemahaman Semiotika Stuktural yang berpegang
pada prinsip form follows function, dengan mengikuti model semiotik penanda atau
fungsi (Piliang, 1998:298). Semiotika Struktural mengacu pada Saussure dan Barthes
dengan Signfier, dan Signfied. Hubungan antara penanda dan petanda relatif stabil
dan abadi.
Spradley (1997:123) menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif
dari simbol yang lebih daripada arti refrensialnya. Menurut Piliang ( 1998:17), makna
konotatif meliputi aspek makna yang berkatian dengan perasaan dan emosi serta nilai-
nilai kebudayaan dan ideologi. Contoh gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan
sebagai keramahan dan kegembiraan. Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan
sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Semiotika Pascastrukturalisme
memiliki 3 ciri yaitu: 1. Tanda tidak stabil, sebuah penanda tidak mengacu pada
sebuah makna yang pasti. 2. Membongkar hirarki makna. 3. Menciptakan
heterogenitas makna, terbentuk plurailitas makna dan pluralitas tanda.
Posmoderenisme menggunakan prinsip form follow fun dengan model semiotik
penanda dan makna ironis (Piliang, 1998:298).
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Semiotika sangat penting untuk digunakan agar berbagai tanda tersebut dapat
dipecahkan dengan baik. Melalui pendekatan semiotik kita dapat menelaah lebih
detail tentang komunikasi yang disampaikan. Melalui semiotika kita dapat mengkaji
tanda, ‘kendaraan’ yang ditumpangi oleh tanda dan makna dari tanda itu sendiri
dalam konteks sosio-kultural masyarakat dimana ia dihasilkan. Dengan catatan bukan
berarti dapat menggantikan kajian interdisiplin seni dengan bidang studi lain, tapi
melengkapi. Komponen komponen semiotika terdiri dari: tanda, lambang symbol,
serta isyarat. masalah tersebut masuk ke dalam cakupan ilmu semiotika karena
memungkinkan terjadinya komunikasi antaran subjek dan objek dalam jalur
pemahaman sebagai komponen dasar semiotika. Masing masing berfungsi untuk
mewakilkan sesuatu yang ada didalam kalimat maupun karya sastra
DAFTAR PUSTAKA
Jalasutra.