Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN SEMIOTIKA

PEMAHAMAN AWAL TENTANG TANDA, SIMBOL, DAN LAMBANG

OLEH :

Nandini Meilyani I1B120012

Aida Evayani I1B120016

Hotmida Sari Nababan I1B120020

Rahma Ayu Novera I1B12008

SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak penikmat sastra, terutama karya sastra tulisan, masih belum memahami
makna tanda/lambang yang terdapat pada karya yang dimasukkan oleh pengarang dalam
karyanya. Penggunaan tanda membuat pembaca harus mengerti dan merasakan apa yang
dirasakan dan di pikirkan oleh pengarang. Memahami makna yang ada dalam sebuah
karya, menuntut pembaca untuk membacanya berulang kali agar bisa memahami makna
yang berada dalam sebuah karya. Namun, tidak setiap pembaca memiliki pandangan yang
sama tentang makna apa yang terdapat dalam sebuah karya. Tidak menutup
kemungkinan, suatu tanda/lambang memiliki pemaknaan yang berbeda ketika diartikan
oleh pembaca yang berbeda.

Semiotika adalah studi mengenai sistem tanda/lambang atau teori tentang pemberian
tanda/lambang.

Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris: semiotcs. Berpangkal pada Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah (Produksi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) bahwa orientasi
pembentukan istilah itu ada pada bahasa Inggris. Akhiran bahasa Inggris -ies dalam
bahasa Indonesia berubah menjadi-ik atau-ika, misalnya, dialectics berubah menjadi
dialektik atau dialektika, aesthetics berubah menjadi estetik atau estetika, dan mechanics
berubah menjadi mekanik atau mekanika

Nama lain semiotika adalah semiologi. Keduanya, memiliki pengertian yang sama, yaitu
sebagai ilmu tentang tanda Baik semiotika maupun semiologi berasal dari bahasa Yunani:
semeion, yang berarti tanda.

Tokoh kebahasaan, Ferdinand de Saussure, cenderung menggunakan istilah semiologi,


yang semula merupakan bagian dari bidang psikologi sosial Langkah de Saussure
selanjutnya adalah mengembangkan pengertian semiologi menjadi ilmu pengetahuan
yang bertugas meneliti berbagai sistem tanda (Teeuw, 1984 46-47) Para penutur dan
lingkungan bangsa Eropa, terutama dalam bahasa dan kebudayaan Perancis, nama
semiologi menjadi istilah yang populer alam bahasa Mereka beramai-ramai menggunakan
istilah "semiolog" itu ke dalam berbagai dunia ilmu pengetahuan yang tidak terbatas pada
mu bahasa dan ilmu susastra, tetapi juga dalam disiplin ilmu pengetahuan yang lain,
misalnya seni lukis, arsitektur, interior, antropologi budaya, filsafat, dan pruikologi sosial.
Beberapa buku dan kertas kerja pun segera muncul dengan menggunakan istilah
"semiologi, antara lain, Roland Barthel (1964), Jacques Derrida (1968), Trvetan Todorov
(1966), Pierre Guiraud (1971), dan Julia Kristeva (1971) .
Wiryatmadja (1993:3) mengemukakan bahwa, “Semiotika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tanda dalam maknanya yang luas dalam masyarakat, baik bersifat
lugas (literal) maupunbersifat kias (figuratif), baik yang menggunakan bahasa maupun
non bahasa”. Bahasa yang merupakan sistem lambang biasanya mengandung beberapa
hal misterius.Terkadang apa yang dilihat tidak sama dengan keadaan sebenarnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan komponen-komponen dasar Semiotika


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KOMPONEN DASAR SEMIOTIKA

Semiotik merupakan teori filsafat umum yang berkaitan dengan produksi


tanda dan simbol sebagai bagian dari sistem kode untuk mengomunikasikan
informasi. Semiotik meliputi semua tanda yang bersifat visual dan verbal.
Konsepkonsep dasar semiotika adalah tanda/simbol,dan kode.

komponen dasar semiotika tidak terlepas dari asalah-masalah pokok mengenai tanda
(sign), lambang (symbol), dan isyarat (signal). Pemahaman masalah lambang akan
mencakup pema haman masalah penanda (signifier; signans; signifant) dan pertanda
(signified; signatum, signifie). Ketiga masalah di atas dimasukkan ke dalam cakupan
ilmu semiotika karena memungkinkan terjadinya komunikasi antaran subjek dan
objek dalam jalur pemahaman sebagai komponen dasar semiotika.

2.1.1 TANDA

Menurut Saussure tanda (sign) terbagi menjadi tiga komponen yaitu: (1) Tanda (sign)
meliputi aspek material (suara, huruf, gambar, gerak, bentuk). (2) Penanda (signifier)
adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. (3) Petanda (signified) adalah gambaran mental, pikiran, dan
konsep. Petanda adalah aspek mental dari bahasa. Ketiga unsur tersebut harus utuh,
tanpa salah satu unsur, tidak ada tanda yang dapat dibicarakan bahkan tidak dapat
dibayangkan. Jadi, petanda (signified) merupakan konsep atau apa yang
dipresentasikan oleh penanda (signifier) serta, hubungan antara signified dan signifier
disebut hubungan simbolik yang akan menghasilkan makna.

Contoh hubungan dari tanda, penanda dan petanda adalah melambaikan tangan untuk
memanggil seseorang. Unsur tanda dalam melambaikan tangan adalah gerakan tangan
memanggil, sedangkan unsur petanda adalah ucapan yang disampaikan untuk
memanggil seperti “hai kesinilah” dan unsur petandanya adalah maksud dari lambaian
tangan yaitu bertujuan untuk memanggil seseorang. Tanda dalam kehidupan manusia
terdiri dari berbagai macam, antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal yang
dapat berbentuk ucapan kata, maupun tanda non verbal yang dapat berupa bahasa
tubuh. Tanda isyarat dapat berupa lambaian tangan, di mana hal tersebut bisa
diartikan memanggil, atau angukan kepala dapat diterjemahkan sebagai tanda setuju.
Sedangkan tanda verbal dapat diimplementasikan melalui huruf, dan angka. Selain
itu, dapat pula berupa gambar seperti rambu-rambu lalu lintas.

Perlu kiranya disadari bahwa tanda-tanda yang dibuat oleh manusia menunjuk pada
sesuatu yang terbatas maknanya dan hanya menunjuk pada hal-hal tertentu, Tanda-
tanda tertentu dapat dilaksanakan oleh makhluk lain yang tidak memiliki sifat sifat
kultural, misalnya bunyi-bunyi binatang yang menunjuk pada "nama binatang itu
sendiri, Seolah-olah bunyi yang ditimbulkan oleh binatang itu tidak mempunyai
makna apa-apa, kecuali sebagai pertanda dari binatang itu sendiri. Tiruan bunyi
seperts "Wok-wok kethekuur akan menunjuk nama binatang merpati, "koor tetilang"
menunjuk nama burung perkutut, "kukuruyuk" akan menunjuk nama binatang ayam,
dan sebagainya. Tanda-tanda tersebut dan dulu sampai sekarang tetap, tidak berubah
dan tanpa penambahan kreativitas apapun Jadi, tanda adalah arti yang statis, umum,
Jugos, dan objektif

2.1.2 LAMBANG

Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pema haman si
subjek kepada objek Hubungan antara subjek dan objek terselp adanya pengertian
sertaan Suatu lambang selalu daaitkan dengan tanda tanda yang sudah dibeni sifat-
sifat kultural ditimbulkan dari tata wajah atau tipografi. Sebaliknya, tanda yang
terdapat dalam karya sastra hanya bermanfaat untuk mengenal aspek formal atau
bentuk struktur fisiknya. Unsur-unsur cerita rekaan seperti alur, penokohan, tatar,
sudut pandang, gaya, dan suasana dapat kita kenali dari pemahaman tanda-tanda
struktur sebuah cerita rekaan. Agar lebih jelas perbedaan antara tanda dan lambang,
berikut dibuatkan perbedaan secara skematis.

Peirce berpendapat bahwa lambang merupakan bagian dari tanda Setiap lambang
adalah tanda, dan tidak setiap tanda itu dapat sebagai lambang Adakalanya tanda
dapat menjadi lambang secara keseluruhan, yaitu dalam bahasa. Hal ini dimungkinkan
karena bahasa merupakan sistem tanda yang arbitrer sehingga setiap tanda dalam
bahasa merupakan lambang. Khusus dalam puisi terdapat lambang bunyi, baik bunyi
vokal maupun bunyi konsanan yang menyiratkan makna tertentu.

Pengertian simbol atau lambang adalah tanda yang mewakili sesuatu berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan (convention) baik sengaja atau tidak disengaja, misalnya
gedung sate mewakili Bandung. Seperti yang diutarakan oleh Hoet “Tanda juga dapat
berupa lambang jika hubungan antara tanda itu dengan yang diwakilinya di dasarkan
pada perjanjian/convention, misalnya rumah beratap gonjong mewakili Minang
Kabau, (gagasan berdasarkan perjanjian yang ada dalam masyarakat.”(Hoet, 1999: 2).

Bahasa sesungguhnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara


penanda dan petandanya. Penanda adalah Dan yang menandai dan sesuatu yang
segera terserap atau teramati, mungkin terdengar sebagai bunyi atau terbaca sebagai
tulisan, misalnya: (cinta), tetapi mungkin pula terlihat dalam bentuk penampilan,
misalnya wajahnya memerah, nafasnya terengah engah, gerakannya gemetaran,
tampangnya menyeramkan, dan sebagainya Petanda adalah suatu kesimpulan atau
sesuatu yang terpahami maknanya dari ungkapan bahasa maupun nonbahasa

Hubungan antara penanda dan petanda terdapat berbagai kemungkinan dalam


penggunaan bahasanya. Pemahaman akan berbagai kemungkinan yang terjadi dalam
penggunaan bahasa akan menjadi dasar struktur semlosis. Penanda adalah sesuatu
yang ada dari seseorang bagi sesuatu (yang lain) dalam suatu segi pandangan Penanda
itu dapat bertindak menggantikan sesuatu sesuatu itu petandanya. Penanda itu
menggantikan sesuatu bagi seseorang, seseorang ini adalah penafsir Penanda ini
kemudian menggantikan sesuatu bagi seseorang dari suatu segi pandangan segi
pandangan ini merupakan dasarnya Jadi, dalam komponen dasar semiotika ini akan
dikenal adanya empat istilah dasar yaitu penanda, petando, penafür, dan dasar Gejala
hubungan antara keempat hal tersebut akan menentukan hakikat yang tepat mengenal
semiosis sehingga dalam menghadapi berbagai persoalan susastra-baik yang secara
wajar berdasarkan konvensi maupun yang tidak secara wajar (dengan pemutarbalikan
konvensi atau penyimpangan kaidah) dapat diatasi dengan baik melalui ancangan
semiotika.

2.1.3 ISYARAT

Isyarat merupakan sesuatu hal atau juga keadaan yang diberikan subjek pada
objek. Dalam keadaan ini,subjek itu selalu berbuat sesuatu untuk bisa
memberitahukan kepada objek yang diberi isyarat diwaktuitu juga. Jadi, isyarat itu
selalu bersifat temporal (kewaktuan). Aoabila ditangguhkan pemakaiannya,isyarat
tersebut akan berubah menjadi tanda atau juga perlambang.Jenis-Jenis Isyarat adalah
keadaan atau hal yang diberikan subjek kepada objek untuk memberitahukan kepada
objek yang diberi isyarat saat itu. Isyarat bersifat temporal atau tergantung waktu dan
jika pemakaiannya ditunda, isyarat berubah menjadi tanda atau lambang.

Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang
sama, mereka memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign
Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku.

2.1.4 SIMBOL

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian


yang disepakati bersama. Simbol baru bisa dapat di pahami jika seseorang sudah
mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya, Contoh : simbol dua jari sebagai
penanda perdamaian yang di gunakan oleh pemusik band Slank, namun dua jari
berbentuk V itu juga disama artikan dengan nomor urut Pasangan Jokowi-JK dalam
pilpres 2014.

Salah satu cara yang digunakan oleh pakar untuk membahas lingkup makna yang
lebih luas adalah dengan membedakan makna Denotatif dan Konotatif. Spradley
(1997:122) menjabarkan denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-
kata(makna refrensial). Piliang (1998:14) mengertikan makna denotatif hubungan
eskplisit antara tanda dengan refrensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif.
Pemahaman ini digunakan oleh pemahaman Semiotika Stuktural yang berpegang
pada prinsip form follows function, dengan mengikuti model semiotik penanda atau
fungsi (Piliang, 1998:298). Semiotika Struktural mengacu pada Saussure dan Barthes
dengan Signfier, dan Signfied. Hubungan antara penanda dan petanda relatif stabil
dan abadi.
Spradley (1997:123) menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif
dari simbol yang lebih daripada arti refrensialnya. Menurut Piliang ( 1998:17), makna
konotatif meliputi aspek makna yang berkatian dengan perasaan dan emosi serta nilai-
nilai kebudayaan dan ideologi. Contoh gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan
sebagai keramahan dan kegembiraan. Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan
sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Semiotika Pascastrukturalisme
memiliki 3 ciri yaitu: 1. Tanda tidak stabil, sebuah penanda tidak mengacu pada
sebuah makna yang pasti. 2. Membongkar hirarki makna. 3. Menciptakan
heterogenitas makna, terbentuk plurailitas makna dan pluralitas tanda.
Posmoderenisme menggunakan prinsip form follow fun dengan model semiotik
penanda dan makna ironis (Piliang, 1998:298).
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Semiotika sangat penting untuk digunakan agar berbagai tanda tersebut dapat
dipecahkan dengan baik. Melalui pendekatan semiotik kita dapat menelaah lebih
detail tentang komunikasi yang disampaikan. Melalui semiotika kita dapat mengkaji
tanda, ‘kendaraan’ yang ditumpangi oleh tanda dan makna dari tanda itu sendiri
dalam konteks sosio-kultural masyarakat dimana ia dihasilkan. Dengan catatan bukan
berarti dapat menggantikan kajian interdisiplin seni dengan bidang studi lain, tapi
melengkapi. Komponen komponen semiotika terdiri dari: tanda, lambang symbol,
serta isyarat. masalah tersebut masuk ke dalam cakupan ilmu semiotika karena
memungkinkan terjadinya komunikasi antaran subjek dan objek dalam jalur
pemahaman sebagai komponen dasar semiotika. Masing masing berfungsi untuk
mewakilkan sesuatu yang ada didalam kalimat maupun karya sastra

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Kris, 1999. Kosa Kata Semiotika. Yogyakarta: LKIS

Piliang, Yasraf Amir, 2001. Sebuah Dunia yang dilipat: Realitas Kebudayaan


Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme. Bandung: Mizan.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunardi, S. 2002, Semiotika Negatifa. Yogyakarta: Kanal.

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta:

Jalasutra.

Anda mungkin juga menyukai