Ds
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-
tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat
komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang
lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan.
Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa,
kemudian berkembang pula dalam bidang desain dan seni rupa.
Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda.
Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau
berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya
dan dianggapnya sebagai tanda.
Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam
berbagai cabang keilmuan-dalam hal ini desain komunikasi
visual dimungkinkan, karena menurut Yasraf A. Piliang, ada
kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial
sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model
dalam berbagai wacana sosial.
Penanda
Isilah “Kucing” dengan “Objek” tidak objek
memiliki hubungan langsung (garis
putus-putus), karena gagasan setiap
daerah/negara berbeda, maka objek
tersebut dapat diistilahkan berbeda.
KUCING (Ind) > CAT (Ing)
Sedangkan yang memiliki hubungan
langsung yaitu “objek” dengan
“gagasan/konsep” ditandai dengan
garis yang tidak putus putus.
Semiotika adalah : untuk memahami tanda-tanda yang berserakan
disekitar manusia. Dari perspektif semiotika, semua hal bisa
dikategorikan tanda, termasuk tanda-tanda yang terdapat dalam
struktur Bahasa.
Sedangkan Semantik lebih ke aspek Bahasa (linguistik) merupakan
alat ekspresi dan komunikasi manusia. Manusia bisa menjelasakan
pada sesamanya ide-ide, konsep-konsep, dan bahkan sesuatu yang
dinamakan tanda dengan perantara bahasa (lebih mengarah pada
aspek sinkronis bahasa/langue “kesejamanan” daripada aspek
diakronis bahasa dan parole).
Maka, relasi atau kaitan posisi semantik dengan Semiotik, Linguistik
adalah : sebagai tanda diolah untuk kemudian dikategorikan dan
diklasifikasi oleh semiotik, diekspresi-komunikasikan melalui ide,
gagasan atau konsep-konsep oleh semantik (linguistic)
pendapat Chaer tentang sinkronis dan diakronis, menurut
Dinneen (1967:176)
studi sinkronis adalah kajian atau deskripsi bahasa, yang
tanpa dihubungkan dengan sejarah bahasa tersebut.
Dan studi diakronis adalah kajian bahasa dari aspek
sejarahnya. Lalu dilakukan perbandingan antara kondisi
bahasa dari kurun waktu tertentu dengan kondisi bahasa
pada kurun waktu lain. Sehingga dapat diketahui perbedaan-
perbedaan serta perkembangan suatu bahasa pada waktu ke
waktu.
Studi sinkronis juga disebut sebagai studi deskriptif, dan
studi diakronis juga disebut sebagai studi historis komparatif
atau linguistik bandingan.