Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

POLA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM INTERAKSI


SOSIAL ETNIS KARO DAN ETNIS MINANG DI KECAMATAN
KABANJAHE KABUPATEN KARO

Syafruddin Ritonga dan Ian Adian Tarigan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Medan Area

ABSTRACT
Human beings are creatures of God Almighty to the structure functions that are
perfectly ringt when compared with other gods creatures, because communication
becomes an important element in the whole of human life,then communication itself
is inseparable from the history of humanity, the nature of communication process,
the structure it is also increasingly complex society, society is also determined by the
complexity of cultural diversity and the processes that generad,the community is rich
with culture,the more complex social processes that produced,the various
communication processes in society related to structrures and layers as well as
cultural diversity and social processes that exist in society and dependent on the
influence of his audience,whether individuals, groups or society at large.
Keywords:communication, culture, human life

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


91
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

PENDAHULUAN yang dalam tulisan ini dititik beratkan pada


Manusia adalah makhluk ciptaan masyarakat di Kecamatan Kabanjahe
Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur .Kabupaten Karo dapat dilakukan salah
fungsi yang sangat sempurna bila satunya dengan mencari komunikasi apa
dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang yang efektif untuk mewujudkan hal
lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai tersebut. Karena komunikasi menjadi
makhluk multi dimensional, memiliki akal unsur penting dalam seluruh kehidupan
pikiran dan kemampuan berinterakasi manusia, maka komunikasi itu sendiri
secara personal maupun sosial. Di sisi lain, tidak terlepas dari sejarah kemanusiaan.
karena manusia adalah makhluk sosial, Riwayat komunikasi dan sejarah
maka manusia pada dasarnya tidak mampu perkembangan komunikasi antar manusia
hidup sendiri di dalam dunia ini baik adalah sama dengan sejarah kehidupan
sendiri dalam konteks fisik maupun dalam manusia itu sendiri. Menurut Nordenstreng
konteks sosial budaya. Aktifitas interaksi dan Varis (1973) dalam (Nasution, 1989 :
sosial dan tindakan komunikasi itu 15) ada 4 (empat) titik penentu yang utama
dilakukan baik secara verbal, non verbal dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu :
maupun simbolis. 1. Ditemukannya bahasa sebagai alat
Kebutuhan adanya sebuah sinergi interaksi tercanggih manusia
fungsional dan akselerasi positif dalam 2. Berkembangnya seni tulisan dan
melakukan pemenuhan kebutuhan manusia berkembangnya kemampuan bicara
satu dengan yang lainnya ini kemudian manusia menggunakan bahasa
melahirkan kebutuhan tentang adanya 3. Berkembangnya kemampuan
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang reproduksi kata-kata tertulis (written
mampu mengatur tindakan manusia dalam words) dengan menggunakan alat
memenuhi berbagai kebutuhannya, pencetak sehingga memungkinkan
sehingga tercipra keseimbangan sosial terwujudnya komunikasi massa yang
(social equalibrium) antara hak dan sebenarnya
kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan 4. Lahirnya komunikasi elektronik,
manusia terutama juga kondisi mulai dari telegraf, tetepon, radio,
keseimbangan itu akan menciptakan televisi hingga satelit
tatanan sosial (sosial order) dalam proses Berkembangnya keempat titik
kehidupan masyarakat saat ini dan waktu penentu dalam sejarah komunikasi
yang akan datang. merupakan puncak prestasi peradaban
Dalam tulisan ini saya mencoba umat manusia, mengungguli siapapun
menggambarkan komunikasi apa yang makhluk Tuhan di alam jagat raya. Dari
efektif untuk mewujudkan suatu daerah keempat titik ini kemudian manusia
yang berketahanan sosial yang salah satu berkembang bersama semua aspek
upayanya adalah dengan pemberdayaan kehidupan manusia yang membedakan
pranata sosial. Selain itu juga dalam dengan makhluk lainnya, yaitu :
daerah ketahanan sosial salah satu 1. Manusia mampu berkomunikasi
dimensinya menyebutkan mampu dengan manusia lain dengan
memelihara kearifan lokal dalam menggunakan bahasa dan simbol-
mengelola sumber daya alam dan sumber sinbol visual lainnya. Dalam teori
daya sosial. Dalam komunikasi antar interaksi simbolis dikatakan bahwa
budaya juga dipelajari bagaimana kita bentuk interaksi manusia semacam ini
mampu memahami dan memelihara merupakan bentuk interaksi terumit
kearifan lokal tersebut. dan tercanggih yang pernah dimiliki
Pada dasarnya dalam menggapai oleh makhluk manapun di bumi
suatu tujuan yang ingin dicapai, baik 2. Manusia mampu menafisrkan bahasa
individu kelompok maupun masyarakat, dan simbol-simbol berdasarkan

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


92
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

persepsi dirinya maupun berdasarkan Communication : Reader dimana di


persepsi orang lain. Kemampuan ini nyatakan bahwa komunikasi antar budaya
merupakan puncak dari kemampuan (intercultural communication) terjadi
akal dan nurani manusia yang tidak apabila sebuah pesan (message) yang
pernah diberikan Tuhan kepada harus dimengerti dihasilkan oleh anggota
makhluk apapun di dunia dan dalam dari budaya tertentu untuk konsumsi
tata galaksi manapun di alam raya ini anggota dari budaya yang lain (Samovar &
3. Manusia mampu belajar Porter, 1994). Definisi lain diberikan oleh
menyesuaikan dirinya dengan alam Liliweri bahwa proses komunikasi antar
sekitarnya serta menciptakan dan budaya merupakan interaksi antar pribadi
menggunakan alat (teknologi) yang dan komunikasi antar pribadi yang
diperlukan dalam mengatasi dilakukan oleh beberapa orang yang
lingkungannya memiliki latar belakang kebudayaan yang
Proses komunikasi alam berbeda (2003). Apapun definisi yang ada
masyarakat, masyarakat memiliki struktur mengenai komunikasi antar budaya
dan lapisan (layer) yang bermacam- (intercultural communication) menyata-
macam, ragam struktur dan lapisan kan bahwa komunikasi antar budaya
masyarakat tergantung pada kompleksitas terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya
masyarakat itu sendiri. Semakin kompleks yang berbeda dan kedua budaya tersebut
suatu masyarakat, maka struktur sedang melaksanakan proses komunikasi.
masyarakat itu semakin rumit pula. Komunikasi dan budaya
Kompleksitas masyarakat juga ditentukan mempunyai hubungan timbal balik, seperti
oleh ragam budaya dan proses-proses yang sisi mata uang, budaya menjadi bagian dari
dihasilkan. Semakin masyarakat itu kaya perilaku komunikasi dan pada gilirannya
dengan kebudayaannya, maka semakin komunikasi pun turut menentukan,
rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga memelihara, mengembang-kan atau
ditentukan oleh ragam budaya dan proses- mewariskan budaya. Pada satu sisi
proses yang dihasilkan. Semakin komunikasi merupakan suatu mekanisme
masyarakat itu kaya dengan untuk mensosialisasikan norma-norma
kebudayaannya, maka semakin rumit budaya masyarakat, baik itu secara
proses-proses sosial yang dihasilkan. horizontal maupun secara vertikal dari satu
Berbagai proses komunikasi dalam generasi ke generasi berikutnya.
masyarakat terkait dengan struktur dan Pada sisi lain budaya menetapkan
lapisan (layer) maupun ragam budaya dan norma-norma komunikasi yang dianggap
proses sosial yang ada di masyarakat sesuai untuk kelompok-kelompok tertentu.
tersebut serta tergantung pula pada adanya
pengaruh dan khalayaknya, baik secara Hambatan-hambatan Komunikasi
individu, kelompok ataupun masyarakat Antar Budaya
luas. Di mana hal ini penulis Hambatan komunikasi atau yang
menuangkannya dalam sebuah karya juga dikenal sebagai communication
ilmiah yang diberi judul : “Pola barrier adalah segala sesuatu yang
Komunikasi Antar Budaya Dalam menjadi penghalang untuk terjadinya
Interaksi Sosial Etnis Karo dan Etnis komunikasi yang efektif (Chaney &
Minang di Kecamatan Kabanjahe. Martin, 2004). Contoh dari hambatan
Kabupaten Karo”. komunikasi antar budaya adalah kasus
anggukan kepala, di mana di Amerika
PEMBAHASAN Serikat anggukan kepala mempunyai arti
Pengertian Komunikasi Antar Budaya bahwa orang tersebut mengerti sedangkan
Definisi yang pertama di di Jepang anggukan kepala tidak berarti
kemukakan di dalam buku “Intercultural seseorang setuju melainkan hanya berarti

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


93
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

bahwa orang tersebut mendengarkan. 2. Interaksi antara individu dan


Dengan memahami mengenai komunikasi kelompok. Interaksi ini pun dapat
antar budaya maka hambatan komunikasi berlangsung secara positif maupun
(communication barrier) semacam ini negatif. Bentuk interaksi sosial
dapat kita lalui. individu dan kelompok bermacam-
macam sesuai situasi dan kondisinya
Interaksi Sosial Antar Etnis 3. Interaksi sosial antara kelompok dan
Manusia dalam hidup kelompok. Interaksi sosial kelompok
bermasyarakat, akan saling berhubungan dan kelompok terjadi sebagai satu
dan saling membutuhkan satu sama kesatuan bukan kehendak pribadi,
lain.Kebutuhan itulah yang dapat misalnya, kerjasama antara dua
menimbulkan suatu proses interaksi sosial. perusahan untuk membicarakan suatu
Maryati dan Suryawati (2003), proyek.
menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
intersimulasi dan respon antar individu Berdasarkan pendapat Tim
antar kelompok atau antar individu dan Sosiologi (2002), interaksi sosial
kelompok. Pendapat lain dikemukakan dikategorikan ke dalam 2 (dua)
oleh Murdiyatmoko dan Handayani bentuk, yaitu :
(2004), “Interaksi sosial adalah hubungan 1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif,
antar manusia yang menghasilkan suatu yaitu yang mengarah kepada bentuk-
proses pengaruh mempengaruhi yang bentuk asosiasi (hubungan atau
menghasilkan hubungan tetap dan pada gabungan), seperti :
akhirnya memungkinkan pembentukkan a) Kerjasama, adalah suatu usaha
struktur sosial”. bersama antara orang perorangan
Interaksi positif hanya mungkin atau kelompok untuk mencapai
terjadi apabila terdapat suasana saling tujuan bersama
mempercayai, menghargai dan saling b) Akomodasi, adalah suatu proses
mendukung (Siagian, 2004,). penyesuaian sosial dalam
Berdasarkan definisi di atas maka interaksi pribadi dan kelompok-
penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok manusia untuk
interaksi sosial adalah suatu hubungan meredakan pertentangan
antar sesama manusia yang saling c) Asimilasi, adalah proses sosial
mempengaruhi satu sama lain baik itu yang timbul bila ada kelompok
dalam hubungan antar individu, antar masyarakat dengan latar belakang
kelompok maupun antar individu dan kebudayaan yang berbeda, saling
kelompok. bergaul secara intensif dalam
jangka waktu lama, sehingga
Macam-macam Interaksi Sosial lambat laun kebudayaan asli
Menurut Maryati dan Suryawati mereka akan berubah sifat dan
(2003) interaksi sosial dibagi menjadi wujudnya membentuk
3 (tiga) macam, yaitu : kebudayaan baru sebagai
1. Interaksi antar individu dan individu kebudayaan campuran
Dalam hubungan bisa terjadi interaksi d) Akulturasi, adalah proses sosial
positif ataupun negatif. Interaksi yang timbul apabila suatu
positif, jika hubungan yang terjadi kelompok masyarakat manusia
saling menguntungkan. Interkasi dengan suatu kebudayaan tertentu
negatif, jika hubungan timbal balik dihadapkan dengan unsur-unsur
merugikan satu pihak atau keduanya dari suatu kebudayaan asing
(bermusuhan) sedemikian rupa sehingga lambat

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


94
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

laun unsur-unsur kebudayaan 3. Mempunyai maksud dan tujuan


asing itu diterima dan diolah ke yang jelas.
dalam kebudayaan sendiri, tanpa 4. Dilaksanakan melalui suatu pola
menyebabkan hilangnya sistem sosial tertentu.
kepribadian dari kebudayaan itu
sendiri Syarat-syarat Terjadinya Interkasi
2. Interaksi sosial yang bersifat Sosial
disosiatif, yaitu yang mengarah Berdasarkan pendapat menurut Tim
kepada bentuk-bentuk pertentangan Sosiologi (2002), interaksi sosial
atau konflik, seperti : daopat berlangsung jika memenuhi 2
a) Persaingan, adalah suatu (dua) syarat, yaitu :
perjuangan yang dilakukan 1. Kontak sosial, adalah hubungan
perorangan atau kelompok sosial antara satu pihak dengan pihak
tertentu, agar memperoleh lain yang merupakan awal
kemenangan atau hasil secara terjadinya interaksi sosial dan
kompetitif, tanpa menimbulkan masing-masing pihak saling
ancaman atau benturan fisik di bereaksi antara satu dengan yang
pihak lawannya lain meski tidak harus
b) Kontravensi, adalah bentuk bersentuhan secara fisik.
proses sosial yang berada di 2. Adaptasi, adalah berhubungan
antara persaingan dan atau bergaul dengan orang lain.
pertentangan atau konflik. Wujud Adaptasi yang terjadi pada setiap
kontravensi antara lain sikap tidak etnis bangsa ada beberapa tipe
senang, baik secara tersembunyi model, diantaranya:
maupun secara terang-terangan a) Adaptasi yang dilakukan
yang ditujukan terhadap pendatang terhadap penduduk
perorangan atau kelompok atau setempat
terhadap unsur-unsur kebudayaan b) Adaptasi yang dilakukan
golongan tertentu. Sikap tersebut penduduk setempat oleh
dapat berubah menjadi kebencian pendatang
tetapi tidak sampai menjadi c) Adaptasi yang tidak
pertentangan atau konflik dilakukan oleh pihak
c) Konflik, adalah proses sosial manapun, di mana masing-
antar perorangan atau kelompok masing etnis bangsa saling
masyarakat tertentu, akibat berdiam diri tanpa melakukan
adanya perbedaan paham dan adaptasi (Sianturi, 1999).
kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan Ditinjau dari sisi migran, paling
adanya semacam gap atau jurang tidak ada 3 (tiga) fokus dalam beradaptasi
pemisah yang mengganjal di lingkungan baru, yaitu :
interaksi sosial di antara mereka 1. Masalah keberlangsungan dalam
yang bertikai tersebut. menghadapi berbagai tantangan serta
3. Ciri-ciri Interaksi Sosial mendapatkan kesempatan pekerjaan di
Menurut Tim Sosiologi (2002) ada 4 daerah tujuan.
(empat) ciri-ciri interaksi sosial, antara 2. Corak dan proses penyesusian diri
lain : dalam lingkungan sosial yang baru.
1. Jumlah pelakunya lebih dari satu 3. Kemungkinan kelanjutan atau
orang. keterputusan hubungan sosio-kultural
2. Terjadinya komunikasi di antara dan ekonomi dengan daerah asal dan
pelaku melalui kontak sosial. kemungkinan bertahan atau

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


95
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

terleburnya indentitas kultural lama ke 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan


dalam ikatan baru. dari setiap objek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data
Proses pada ketiga fokus di atas 3. Besar kecilnya yang ditanggung oleh
tidak akan terlepas dari benturan-benturan. peneliti. Untuk penelitian yang
Oleh karena itu, sebagai proses adaptasi resikonya besar tentu saja jika sampel
berlangsung dalam suatu perjalanan waktu besar hasilnya akan lebih baik
yang tidak dapat diperhitungkan dengan Berdasarkan pendapat tersebut
tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat maka penarikan sampel dalam penelitian
atau justru berakhir dengan kegagalan. ini adalah dengan menggunakan Analisis
Dalam beradaptasi di lingkungan yang Deskriptif dengan jumlah sampel
baru, tentunya penduduk setempat akan penelitian ini adalah keluarga-keluarga
memiliki pandangan terhadap penduduk etnis Minang dan Karo yang kawin campur
pendatang yang cenderung bernilai negatif. sebanyak 20 orang.
Berprasangka adalah sikap tidak suka
terhadap suatu kelompok atau etnis bangsa Pengumpulan Data
lain. Agar didapatkan data yang
Komunitas adalah sebagai satu objektif, maka penulis mempergunakan
kesatuan hidup manusia, yang menempati teknik untuk memperoleh data tersebut
suatu wilayah yang nyata dan yang denfgan melalui cara:
berinteraksi menurut suatu sistem adat 1. Penelitian Kepustakaan (Library
istiadat, serta terikat oleh suatu rasa Research)
identitas komunitas. (Koentjaraningrat, Dari teknik ini akan diperoleh data
1986 : 148). sekunder yakni data yang didapat
melalui kepustakaan, dengan
METODE PENELITIAN mempelajari buku-buku, majalah-
Populasi dan Sampel majalah
Populasi adalah keseluruhan objek 2. Penelitian Lapangan (Field Research)
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, Pada teknik ini diharapkan akan
benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala. meperoleh data primer yaitu data yang
Nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai didapat dari sumber aslinya, dengan
sumber data yang memiliki karakteristik cara memperolehnya dengan terjun
tertentu di dalam suatu penelitian. langsung ke lapangan terhadap objek
Sampel merupakan jumlah bagian yang telah dipilih yaitu dengan cara :
dari populasi yang dianggap dapat a. Interview atau wawancara
mewakili dari seluruh populasi. Wawancara dilakukan terhadap
Sampel menurut Sudjana, adalah masyarakat untuk memberikan
adapun bagian yang diambil dari populasi informasi di lokasi penelitian
disebut sampel. Sampel-sampel ini harus b. Quesioner atau angket
representatif, dalam arti segala Yaitu suatu pengambilan data
karakteristik populasi hendaknya tercermin dengan mengajukan sejumlah
dalam sampel yang dimiliki. Kekeliruan pertanyaan dan memberi
penarikan sampel dapat terjadi karena kesempatan kepada responden
kurang cermat dalam memahami populasi. untuk memilih jawaban yang
Sedangkan pengambilan sampel sesuai keinginan responden
berdasarkan Suharsimi Arikunto (1998) : c. Observasi atau pengamatan
1. Kemampuan peneliti dilihat dari Yaitu dengan melakukan
waktu, tenaga dan dana pengamatan langsung ke daerah
penelitian dan melihat kegiatan
masyarakat etnis Karo dan etnis

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


96
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

minang dalam berinteraksi sehari- sehingga sudah terbiasa dengan adat


hari istiadnya dan 25% tidak merasakan
Analisis Data perubahan budaya dalam berkeluarga.
Dalam hal penulisan penelitian ini, Sebagian dari mereka mereka masih
penulis menggunakan metode penelitian tetap merasakan atau memakai budaya
deskriptif. Metoda penelitian deskriptif ini lamanya yaitu budaya Karo. Dari hasil
adalah tipe penelitian yang digunakan wawancara yang dilakukan, responden
untuk menggambarkan kondisi data serta yang berasal dari etnis Karo dan menikah
gejala-gejala yang ada. dengan yang berasal dari etnis Minang dan
Metode analisis data ini masuh agama Islam merasakan juga
berpedoman pada wawancara yang budaya yang baru yang selama ini tidak
dilakukan sewaktu penelitian dilakukan. pernah dirasakannya khususnya seperti
Temuan dari wawancara yang dilakukan tidak boleh makan babi.
oleh penulis tersebut akan Perkawinan antar etnis Karo dan
diperbandingkan dengan apa yang telah Minang dapat merubah sifat asli dari
diteorikan kemudian dicari kesimpulannya kebudayaan responden sebanyak 10%
dengan cara menggunakan metode tabel merasakan pernah dirubah, 65% measakan
tunggal. jarang dan 25% menganggap tidak pernah.
Perubahan yang dirasakan seperti
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan bahasa Indonesia dalam
Seperti telah dikemukakan bahasa sehari-hari karena istri atau suami
terdahulu, bahwa penelitian ini bermaksud yang berasal dari etnis Minang belum
mengetahui pola komunikasi antar budaya paham betul bahasa Karo, ataupun ketika
dalam interaksi sosial etnis Karo dan etnis mendatangi pesta perkawinan arau acara
Minang di Kecamatan Kabanjahe kematian harus menggunakan pakaian adat
Kabupaten Karo terhadap angket yang Karo atau yang dikenal dengan sebutan uis
disebarkan kepada responden, maka akan nipes bagi perempuan dan memakai sarung
diberikan 3 (tiga) pilihan jawaban yang atau kampoh bagi laki-laki.
mana pilihan tersebut terdiri a, b dan c. Dari sisi komunikasi antar pengurus
Dalam penelitian ini responden lembaga terlihat hanya 10% responden
berjumlah 20 orang, yakni masyarakat menjawab menjalin komunikasi antar
yang tinggal di Kecamatan Kabanjahe. pengurus lembaga sosial yang berbeda
Kabupaten Karo khususnya di Jalan berjalan baik, 35% menjawab kadang-
Mesjid Kelurahan Lau Cimba yang kawin kadang dan 55% lagi menjawab tidak baik.
antar etnis Karo dan Minang beserta Hal ini menggambarkan bahwasanya
keluarga sekitarnya. lembaga sosial di lingkungan responden
Dari hasil olah data yang didapat di tidak berjalan dengan baik.
lapangan dapat dijelaskan bahwa 25% Sementara itu kerjasama antar etnis
responden menjawab merasakan timbulnya Karo dan Minang dalam Kehidupan
budaya baru dalam berkeluarga setelah sehari-hari dapat dilihat bahwa semua
melakukan pernikahan antara etnis Karo responden menjawab bahwa kerjasama
dan Minang terutama responden yang antar etnis Karo dan Minang dalam
berasal dari etnis Minang yang selama ini kehidupan sehari-hari dengan baik dan
hanya menggunakan budaya dari etnis tidak ditemukan kendala yang berarti.
Minang ataupun penduduk baru di daerah Secara keseluruhan dari hasil
Karo. wawancara yang dilakukan kepada tiap
Sedangkan sebanyak 50% mengaku responden yang melaksanakan pernikahan
jarang merasakan situasi kebalikannya antar etnis Karo dan Minang ditemukan
terutama responden yang sebelum menikah bahwa apabila si anak lahir maka akan
sudah lama menetap di daerah Karo mengikuti marga dari bapaknya yang etnis

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


97
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

Karo walaupun ibunya berasal dari etnis 4. Bahasa Indonesia dan Bahasa Karo
Minang dan begitu juga ketika pihak laki- merupakan bahasa pilihan yang
laki dari etnis Minang dan pihak digunakan oleh masyarakat Karo dan
permepuan dari etnis Karo, pihak laki-laki Minang dalam berkomunikasi, bahasa
akan dicari bapak angkatnya yang berasal Minang tidak digunakan sebagai
dari etnis Karo yang bertujuan untuk bahasa sehari-hari
pemberian marga Karo bagi pihak laki-laki 5. Lembaga sosial tidak mempunyai
tersebut sebelum pesta adat dilaksanakan. pengaruh yang kuat dalam proses
Hal ini dilakukan juga kepada etnis-etnis interaksi antar etnis. Masyarakat lebih
lain di luar etnis Minang yang akan memilih pengetua adat atau tokoh
menikah dengan perempuan yang berasal agama sebagai pengambil keputusan
dari etnis Karo. ataupun melakukan musyawarah
dalam keluarga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
1. Dari hasil penelitian yang telah 1. Hendaknya masyarakat yang berasal
diuraikan pada bab-bab di atas, maka dari etnis Minang belajar adat istiadat
dapat disimpulkan bahwa etnis Karo etnis Karo agar tidak terjadi kesalah
lebih mendominasi dalam interaksi pahaman dalam berkomunikasi dan
sehari-hari terhadap orang di agar semakin meningkatkan interaksi
sekitarnya. Baik itu dalam berumah antar budaya sehingga tercipta
tangga maupun dengan orang di interaksi sosial yang semakin baik di
sekitar lingkungannya yang berasal lingkungan sehari-hari
dari etnis Minang. Etnis Minang 2. Masyarakat Karo mau menggunakan
beradaptasi secara autoplastis atau bahasa Indonesia sebagai bahasa
mengikuti kebudayaan yang sudah ada sehari-hari dan menerima kebudayaan
di Kecamatan Kabanjahe yaitu yang dibawa oleh etnis Minang
Kebudayaan Karo 3. Penduduk Kecamatan Kabanjahe yang
2. Dominasi yang dilakukan oleh etnis kawin campur hendaknya tidak
Minang terjadi ketika dilaksanakannya memaksakan satu kebudayaan
perkawinan antar kedua etnis. Karena terhadap anaknya dan tetap berusaha
biasanya etnis Karo yang beragama untuk menjaga nilai-nilai kebudayaan
Kristen akan berpindah agama agar tidak hilang
menjadi Islam ketika menikah dengan 4. Lembaga sosial, pengetua adat dan
pasangannya yang berasal dari etnis pemuka agama hendaknya bekerja
Minang. Etnis Minang tetap sama dalam pelestarian adat istiadat,
mempertahankan kebudayaan awal sehingga komunikasi antar suku
yang dibawanya dan membawa orang semakin baik
Karo ke dalam kebudayaan tersebut
atau alloplastis DAFTAR PUSTAKA
3. Tidak terdapat konflik yang E. Koswara, 1991, Teori-teori
mengganggu selama proses interaksi Kepribadian, Psikoanalisis, Beha-
antar etnis Karo dan etnis Minang. viorisme, Humanistik, Eresco,
Kebudayaan yang dibawa oleh Bandung.
masing-masing etnis dapat membaur Fisher, Aubrey, 1986, Teori-teori
satu sama lain membentuk satu Komunikasi, PT. Remaja
kebudayaan baru ataupun mengikuti Rosdakarya, Bandung.
kebudayaan penduduk asli yaitu etnis Hafied Cangara, 2003, Pengantar Ilmu
Karo Komunikasi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


98
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA ISSN : 2085 – 0328

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu, 1998,


Metodologi Penelitian, Jakarta,
Bumi Aksara.
Nazir, Moh., 1998, Metodologi Penelitian,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ningrat, Koenciri, 1985, Metodologi
Penelitian Masyarakat, Erlangga,
Jakarta.
Nasution, S., 1985, Riwayat Komunikasi
dan Sejarah Kemanusiaan, Bumi
Aksara, Jakarta.
Maryati dan Suryawati, 2003, Pengantar
Sosiologi, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin, 1985, Psikologi
Komunikasi Remaja, Karya CV,
Bandung.
Uchjana, Effendi Onong, 1993, Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Onong, U. Effenfy, 1987, Human
Relations dan Relation Dalam
Management, Alumni Bandung.
Sutrisno Hadi,1997, Metodologi Research,
Yayasan Fakultas Psikologi UGM,
Ypgyakarta.

PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 2/ OKTOBER 2011


99

Anda mungkin juga menyukai