PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan mengenai kesimpulan pokok hasil penilitian dan analisis
sesuais dan merupakan jawaban dari rumusan, serta memberi saran untuk
melanjutkan penilitian dimasa mendatang.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
pelaksanaannya. Hal tersebut terintegrasi menjadi suatu bentuk siklus kehidupan
proyek yang mencakup:
a.) What: Teknik apa yang dilakukan
b.) When: Kapan deliverables tercapai dan bagaimana ditinjau divalidasi
c.) Who: Siapa yang terlihat
d.) How: Bagaimana mengontrol dan menyetujui.
3. Tahap Tender
Tahap ini disebut juga tahap pelelangan, tahap lelang dilaksanakan untuk
pengadaan konsultan dan pengadaan kontraktor.
4. Tahap Pelaksanaan
Sesuai namanya, tahap ini adalah tahap pelaksanaan pembangunan
konstruksi fisik yang sudah dirancang. Setelah kontrak kerja ditandatangani
dan SPK (Surat Perintah Kerja) dikeluarkan, maka pekerjaan pelaksanaan
bisa dilaksanakan.
6
ditandatanani oleh pemberi kerja, maka proyek tersebut sudah bisa dikatakan
selesai.
2. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan
psikologi individu (the degree of physiological and psychological well-
being of the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah
upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap
oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja
yang sehat.
7
2.2.2 Peraturan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan harus
mendapatkan perhatian serius. Perhatian dunia internasional terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja semakin tinggi sejak lahirnya Occupational and Safety
Management Systems atau sering disingkat dengan OHSAS 18001: 1999 yang
diterbitkan oleh British Standard International (BSI) dan badan-badan sertifikasi
dunia yang berisi standar manajemen K3. Indonesia juga memiliki perhatian
serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya beberapa aturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja, sebagai berikut:
1. Undang-Undang terkait K3
- Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
- Undang Undang Dasar 1945 pasal 5, 20 dan 27.
- Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan.
- Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
9
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
- Permenaker RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-
instalasi Penyalur Petir.
- Permenaker RI No. 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih
Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
- Permenaker RI No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan,
Pemberhentian, dan Tata Kerja Dokter Penasehat.
- Permenaker RI No. 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
- Kemenakertrans No. 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
10
- Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum RI No. 174 Tahun 1986 No. 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
- Kepmenaker RI No. 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
- Kepmenaker RI No. 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional.
- Kepmenaker RI No. 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya.
- Kepmenakertrans RI No. 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
- Kepmenakertrans RI No. 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan
yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
- Kepmenakertrnas RI No. 68 Tahun 2004 tentang Pencegahandan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
11
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan,
Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.
12
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian
kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
c.) Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur
dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
d.) Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak
terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
e.) Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan
luka pada pada seseorang (Hinze, 1997).
f.) Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian
lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007).
14
2.3.3 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Cidera adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh
kecelakaan (Heinrich 1980). Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of
Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit
terbagi menjadi:
1. Kepala; mata.
2. Leher.
3. Batang tubuh; bahu, punggung.
4. Anggota gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain
jari,dan jari tangan.
5. Anggota gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, dan jari
kaki.
6. Sistem tubuh.
7. Bagian organ lainnya.
Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh
yang spesifik yaitu untuk membantu dalam mengembangkan program mencegah
terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera kepala dengan
penggunaan helm safety, cidera telinga menggunakan ear muff atau ear plug.
Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya
cidera karena kecelakaan kerja.
c.) Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) adalah
semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga
termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode
sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja
alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut
terjadi.
d.) Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang
sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan
kerja pola atau jadwal kerja.
f.) Cidera ringan (first aid injury) adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja
yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan
setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
16
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
19
bahaya. Namun, penghalang tersebut tidak bebas dari kesalahan atau
kegagalan. Masing-masing dari setiap penghalang mempunyai ‘lubang’.
Swiss cheese model berhubungan dengan kegagalan aktif dan kegagalan
laten.
Kontak antara manusia dan beberapa aspek pada sistem yang lebih
luas merupakan kesalahan aktif yang menyebabkan kecelakaan, contohnya
kontak antara manusia dengan mesin. Sedangkan kesalahan laten
merupakan kondisi kesalahan yang lebih tidak terlihat ataupun kurang
terdeteksi padaorganisasi maupun pada disain yang dapat menyebabkan
kerugian. James Reason menjelaskan bahwa terdapat empat tingkatan
kesalahan manusia dan setiap tingkatan mempengaruhi tingkatan-tingkatan
setelahnya. Empat tingkatan kesalahan tersebut, yaitu pengaruh
pengrganisasian dan kebijakan manajemen (organizational influences),
pengawasan yang tidak baik (unsafe supervision), Kondisi yang mendukung
munculnya tindakan tidak aman (precondition of unsafe acts), dan tindakan
tidak aman (unsafe acts).
20
non kesehatan di Indonesia masih belum terekam dengan baik. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Dalam dunia kerja, khususnya di
Indonesia masih banyak yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman pekerja walaupun sudah tersedia
Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau Manmade Disease. Berkaitan dengan
hal itu ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan denga pekerjaan
(Hebbie Ilma Adzim, 2013).
2.5 Analisis Resiko dan Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, atau bahkan dapat menyebabkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka, 2008). Potensi
bahaya dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori umum atau juga disebut
sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut :
1. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances)
2. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards)
3. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards)
4. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards)
5. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards)
22
6. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration
Hazards)
7. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards)
8. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards)
9. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards)
10. Potensi bahaya ergonomi (Hazards relating to human Factors)
11. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards)
12. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses
produksi, properti, image publik, dan lain-lain.
23
2.6.2. Tujuan SMK3
Secara umum, berbagai SMK3 yang diterapkan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Sebagai alat ukur K3 dalam berorganisasi
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam berorganisasi
3. Sebagai dasar penghargaan
4. Sebagai sertifikasi
25
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
26
3. Mengumpulkan landasan teori guna memperdalam ilmu yang berkaitan dengan
penilitian.
4. Menyiapkan instrumen yang sudah disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012
5. Melaksanakan observasi dan wawancara serta mencari data mengenai penerapan
SMK3 pada proyek yang menjadi subyek penilitian
6. Menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara menyesuaikan antara
Instrument penelitian dan penerapan SMK3 pada proyek terkait
7. Menarik Kesimpulan dari hasil data yang telah dianalisis
8. Menyelesaikan penyusunan laporan penilitian
Mulai
Melakukan
Penelitian
Data Data
Primer Sekunder
Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
Penulisan Laporan
27
Selesai
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
Subyek penelitian merupakan informan atau responden yang digali data atau
informasinya. Pada penelitian ini, subyeknya adalah Proyek Rehabilitasi dan
Renovasi RSUD Sayang, Cianjur.
Obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang,
organisasi atau barang yang bisa diteliti (Supranto, 2000). Sedangkan menurut Anto
Dayan (1986), obyek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk
mendapatkan data secara lebih terarah. Pada penelitian ini, obyeknya adalah
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
28
tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah
sampel yang akan diteliti. Kriteria sampel informan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pekerja Proyek Renovasi dan Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur
b. Informan yang berwenang pada kebijakan SMK3 Proyek Renovasi dan
Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur
c. Informan yang bertanggungjawab atas SMK3 Proyek Renovasi dan
Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur.
29
bersangkutan. Informasi yang digali dari informan antara lain kebijakan
K3, Tujuan dan sasaran, penyediaan SDM dan tindakan pengendalian
resiko.
30
3.7 Metode pengolahan Data
Pengolahan data mengunakan kuesioner berisikan poin-poin sesuai dengan
PP No. 50 Tahun 2012 dengan kategori jawaban sesuai (terpenuhi), kategori minor
(ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan perundang-undangan, standar,
pedoman, dan acuan lainnya), kategori mayor (tidak melaksanakan salah satu prinsip
K3), dan dan kategori kritikal (berakibat fatal atau kematian). Uji validitas
menggunakan validitas konseptual, yakni berdasarkan teori/peraturan yang sudah
ditetapkan dari PP No. 50 Tahun 2012. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
dengan instrumen checklist tidak perlu menggunakan uji reliabilitas, karena
kuesionernya tidak dikembangkan sendiri, melainkan berasal dari peraturan checklist
SMK3 pada PP No. 50 Tahun 2012. Pengisian kuisioner berdasarkan dengan data
primer dan sekunder yang didapat.
Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012, Perusahaan tingkat lanjut memiliki 166
kriteria, kategori ditentukan berdasarkan presentase kriteria terpenuhi terhadap 166
kriteria. Hasil dari presentase kriteria yang terpenuhi kemudian dikkategorikan
menjadi tiga jenis. Pengelompokan kategori tersebut menurut PP No 50 Tahun 2012
adalah sebagai berikut:
a. Kategori “MEMUASKAN” = 85% -100 %
b. Kategori “BAIK” = 60% -84 %
c. Kategori “KURANG” = 0% -59 %
31
No. Variabel Instrumen
Penetapan Kebijakan
Perencanaan
Pelaksanaan Penerapan
SMK3
Pemantauan dan
Evaluasi
Peningkatan
Penilaian
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
35
Perempuan 0 0%
Jumlah 24 100%
Dari data diatas jumlah responden laki-laki adalah 24 orang atau dengan
persentase 100 % dan tidak ada responden yang berjenis kelamin perempuan
atau dengan persentase 0%. Responden didominasi oleh responden laki-laki.
Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor jumlah peminat di suatu konstruksi
lebih banyak dari laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Berikut ini adalah tabel Data Identitas Usia Responden di Rehabilitasi
dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.
36
SMP 6 25%
SMA/SMK 12 50%
D3 0 0%
S1 6 25%
S2 0 0%
Jumlah 24 100%
38
4.2.3 Analisis Data Responden
Data responden yang dianalisis adalah kecocokan perbandingan antara
syarat responden dan data sampel responden.
1. Sampel harus sesuai dengan riwayat tingkat pendidikan dan jabatan.
Riwayat pendidikan diambil dari tingkat pendidikan tertinggi.
2. Sampel memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun, apabila terdapat
sampel yang memiliki kerja kurang dari 1 tahun tidak bisa dijadikan
sampel. Pengalaman kerja diambil dari pengalaman kerja yang paling
lama.
a. Jabatan Responden
Tabel 4.7 Data Jabatan Responden
No Jabatan Jumlah
1 Site Manager 1
2 Site Engineer 1
3 K3 5
4 Pelaksana 1
5 Administrasi 2
6 Drafter 2
7 Surveyor 2
8 Tukang 16
Jumlah 30
39
4 Pelaksana 1
5 Administrasi 2
6 Drafter 2
7 Surveyor 2
8 Tukang 10
Jumlah 24
40
Perhitungan uji validitas data terdapat pada lampiran 4. Rekap hasil
perhitugan uji validitas data kuesioner dapat dilihat sebagai berikut:
41
Berdasarkan hasil data yang diolah seperti tabel di atas, uji validitas
kuesioner menunjukan nilai R-Hitung semua variabel penelitian > R- Tabel
(0,404), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kuesioner valid.
42
kesehatan kerja (K3) di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD
Sayang Cianjur. Menentukan nilai dengan menghitung rata-rata (mean) atau
bobot dari perhitungan Indeks Kepentingan Relatif (IKR) dari daftar kuesioner.
Dalam menentukan seberapa pengaruhnya menggunakan metode indeks.
Metode indeks ini berdasarkan pada pendekatan model statistic non parametrik,
yaitu menghitung bagaimana kepentingan dan sejauh mana faktor- faktor
tersebut terjadi dan diterapkan di lapangan.
∑ X 1.1 =n
x̅
x̅
=100
24
x ̅ =4 , 17
Jadi nilai rata-rata (mean) dari variabel X1.1 adalah 4,17. Kemudian
berikutnya adalah menghitung nilai Indeks Kepentingan Relatif dari X1.1:
x X 1.1
=IKR
m
4 ,17
=IKR
5 , 02
0 , 83=IKR
Jadi nilai Indeks Kepentingan Relatif (IKR) dari variabel X1.1 adalah 0,83.
Dari keterangan kesimpulan penilaian yang berarti variabel X1.1 merupakan
faktor yang beresiko.
43
Tabel 4.12 Data Penilaian Kuesioner Responden
Tolak Ukur
No Pertanyaan Kuesioner Jumlah
1 2 3 4 5
Resiko Kecelakaan Kerja
Terpukul peralatan kerja saat
1 0 2 2 10 10 24
melakukan pekerjaan
2 Terjatuh dari ketinggian 0 3 3 11 7 24
Terkena percikan api ketika
3 0 3 0 16 5 24
pekerjaan pengelasan
Tertimpa material/peralatan yang
4 0 1 0 11 12 24
jatuh dari ketinggian
Tertimbun tanah saat melakukan
5 1 1 5 14 3 24
pekerjaan galian
Terbentur material/peralatan yang
6 1 0 0 16 7 24
keras
44
Material konstruksi yang tidak
6 0 1 2 17 4 24
memenuhi standar mutu
Metode pelaksanaan kerja yang
7 0 1 2 12 9 24
tidak memadai
Kurangnya rambu-rambu aturan
8 0 0 4 13 7 24
K3 di lokasi proyek
Penerapan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Inspeksi rutin terhadap
1 0 0 2 12 10 24
penggunaan APD pada pekerja
Pemasangan rambu-rambu
2 0 0 .0 10 14 24
keselamatan dan safety line
Pemeriksaan alat dan perawatan
3 0 0 1 15 8 24
rutin
Tersedianya metode kerja dan
4 0 0 0 14 10 24
program kerja
Menyediakan alat pemadam
5 0 0 6 14 4 24
kebakaran
Tersedianya jalur evakuasi untuk
6 0 0 0 9 15 24
keadaan darurat
7 Pelatihan/sosialisasi tentang K3 0 0 2 17 5 24
45
Rambu-rambu K3 pada tempat
5 0 0 2 11 11 24
yang dikategorikan berbahaya
Memeriksa tempat kerja dan
6 0 0 0 14 10 24
kelengkapan K3 secara rutin
Pengukuran ketercapaian
7 0 0 1 18 5 24
pelaksanaan program K3
Evaluasi terhadap sasaran program
8 0 0 2 16 6 24
K3
Tertimpa material/peralatan
4 4,42 0,88 (Tepat) 1 Resiko Tinggi
yang jatuh dari ketinggian
46
Terbentur material/peralatan
6 4,17 0,83 (Tepat) 4 Resiko Tinggi
yang keras
Setelah itu, hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan
sesuai dengan rangking dari penilaian faktor resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tertimpa material/peralatan
1 4,42 0,88 (Tepat) 1 Resiko Tinggi
yang jatuh dari ketinggian
Terbentur material/peralatan
4,17 0,83 (Tepat) 4 Resiko Tinggi
4 yang keras
47
Kontak langsung dengan
7 suhu, radiasi, bahan kimia, dan 3,79 0,76 (Kurang Tepat) 7 Resiko Tinggi
kebisingan
Sangat
2 Tidak memakai APD 4,67 0,93 (Sangat Tepat) 2
Berpengaruh
49
Material konstruksi yang
6 tidak memenuhi standar 4,00 0,80 (Tepat) 8 Berpengaruh
mutu
Kurangnya rambu-rambu
8 aturan K3 di lokasi 4,13 0,83 (Tepat) 6 Berpengaruh
proyek
Sangat
2 Tidak memakai APD 4,67 0,93 (Sangat Tepat) 2
Berpengaruh
Pengetahuan pekerja
3 dalam menjalankan 4,21 0,84 (Tepat) 3 Berpengaruh
peralatan kerja
50
Kurangnya rambu-rambu
6 aturan K3 di lokasi 4,13 0,83 (Tepat) 6 Berpengaruh
proyek
52
Menyediakan alat
5 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 8 Dilaksanakan
pemadam kebakaran
Tersedianya jalur
Rutin
6 evakuasi untuk keadaan 4,63 0,93 (Sangat Tepat) 1
Dilaksanakan
darurat
Pelatihan/sosialisasi
7 tentang K3 4,13 0,83 (Tepat) 7 Dilaksanakan
Pengecekan kesehatan
8 4,42 0,88 (Tepat) 4 Dilaksanakan
pekerja
Pengecekan kesehatan
4 4,42 0,88 (Tepat) 4 Dilaksanakan
pekerja
53
Pemeriksaan alat dan
6 4,29 0,86 (Tepat) 6 Dilaksanakan
perawatan rutin
Pelatihan/sosialisasi
7 4,13 0,83 (Tepat) 7 Dilaksanakan
tentang K3
Menyediakan alat
8 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 8 Dilaksanakan
pemadam kebakaran
54
manusia yang memadahi merupakan faktor pengendalian yang
diterapkan di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang, Cianjur.
Pengecekan kesehatan pekerja juga menjadi faktor yang dilaksanakan
karena kesehatan pekerja juga mempengaruhi kinerja para pekerja.
4. Inspeksi rutin terhadap penggunaan APD para pekerja, pemeriksaan
peralatan dan perawatan rutin dan pelatihan/sosialisasi tentang K3 juga
dilaksanakan di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang,
Cianjur. Dengan nilai rata-rata atau nilai mean 3,51 < X < 4,50. Hal ini
guna untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh kerusakan alat, kesalahan dalam penggunaan alat, terhindar dari
resiko terkena benda keras, dan pengetahuan pekerja tentang pelaksanaan
K3 di Lingkungan proyek.
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran memiliki nilai rata-rata atau nilai
mean terkecil dengan nilai 3,92 tetapi termasuk kategori dilaksanakan
karena memiliki nilai mean antara 3,51 < X < 4,50. Penyediaan alat
pemadam kebakaran menjadi penting karena untuk pengendalian apabila
terjadi kebakaran di lokasi proyek.
Berikut ini adalah analisis tingkat pengawasan pengendalian kecelakaan
kerja yang terjadi di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang
Cianjur.
Tabel 4.19 Pengawasan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Penyimpanan,
1 penggunaan, dan 4,17 0,83 (Tepat) 6 Tepat
pemeliharaan alat kerja
55
Pengawasan resiko
4 4,42 0,88 (Tepat) 3 Tepat
kecelakaan kerja
Rambu-rambu K3 pada
5 tempat yang 4,38 0,88 (Tepat) 5 Tepat
dikategorikan berbahaya
Memeriksa tempat kerja
6 dan kelengkapan K3 4,42 0,88 (Tepat) 4 Tepat
secara rutin
Pengukuran ketercapaian
7 4,17 0,83 (Tepat) 8 Tepat
pelaksanaan program K3
56
Kemudian hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan
sesuai dengan rangking dari penilaian faktor potensi penyebab kecelakaan
kerja. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Pengawasan resiko
3 4,42 0,88 (Tepat) 3 Tepat
kecelakaan kerja
Pengukuran ketercapaian
8 4,17 0,83 (Tepat) 8 Tepat
pelaksanaan program K3
57
Dari hasil analisis data diatas dapat didapati bahwa pertanyaan
kuesioner mengenai pengawasa pengendalian kecelakaan kerja yang diajukan
kepada responden memiliki pengaruh di lingkungan proyek. Hal ini
dikarenakan nilai rata-rata atau mean dari pertanyaan pada kuesioner yang
diajukan memiliki nilai diatas 2,50. Dengan data diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
58
menjadi kegiatan pengawasan yang tepat karena kegiatan tersebut dapat
mencegah terjadinya kerusakan alat saat digunakan sehingga orang
yang menggunakan alat tersebut terhindar dari kecelakaan kerja.
Evaluasi program K3 dan pengukuran ketercapaian program K3 juga
dinilai tepat karena dapat menjadi bahan evaluasi kegiatan pelaksanaan
K3 sebelumnya sehingga dapat mengetahui faktor apa yang belum
sepenuhnya dilaksanakan.
60
Apakah inspeksi rutin APD kepada
2 pekerja untuk pengendalian resiko dan -
bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah tersedianya metode kerja &
3 program kerja untuk pengendalian resiko -
dan bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah memasang rambu-rambu
4 -
keselamatan dan safety line untuk
pengendaian resiko dan bahaya sudah
dilaksanakan?
61
1. Pemeriksaan perlengkapan keselamatan untuk pengendalian resiko dan
bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur karena setiap pagi diadakan safety morning untuk
mensosialisasikan dan melakukan pemeriksaan perlengkapan keselamatan
2. Inspeksi rutin APD kepada pekerja untuk pengendalian resiko dan bahaya
sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD
Sayang Cianjur, karena setiap hari tim K3 dari pelaksana proyek
melakukan safety patrol guna memantau seluruh pekerja memakai APD
dan digunakan dengan benar dari lantai dasar – lantai atap.
3. Tersedianya metode kerja & program kerja untuk pengendalian resiko dan
bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang, Cianjur. Metode kerja berupa sosialisasi tata cara
62
penggunaan APD contohnya pemasangan safety net harus menggunakan
FBH, pemasangan di ketinggian > 1,8 meter harus menggunakan FBH.
Program kerja berupa identifikasi kondisi lapangan apabila kondisi jalan
becek harus dibersihkan dahulu, untuk kayu – kayu yang terdapat paku
harus disingkirkan terlebih dahulu agar meminimalisir terjadinya resiko
63
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran untuk pengendalian resiko dan
64
dan bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang Cianjur berupa pemeriksaan suhu badan setiap
berkala dengan menggunakan Thermo Gun dan pada saat safety morning
selalu membagikan masker secara gratis.
Gambar 4.7 Pengecekan Suhu Tubuh dengan Thermo Gun
65
4.5 Rangkuman Hasil Analisis
4.5.1 Uji validitas data
Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid tidaknya pertanyaan
pada kuesioner terhadap sesuatu yang diukur. Pada Tabel. 4.12 hasil uji
validitas data menunjukan pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner valid,
karena memiliki nilai r-hitung diatas nilai r-tabel yaitu 0,404.
66
kecelakaan kerja pada Tabel 4.20 menyatakan bahwa sudah dilaksanakan
karena memiliki nilai antara 3,50 < X < 4,50. Faktor yang rutin
dilaksanakan adalah tersedianya jalur evakuasi dan pemasangan rambu-
rambu K3 karena memiliki nilai diatas 4,51. Dan faktor memiliki nilai
terkecil adalah menyediakan alat pemadam kebakaran, namun keterangan
faktor tersebut sudah dilaksanakan.
4. Hasil analisis jawaban responden terhadap kegiatan pengawasan
pengendalian kecelakaan kerja pada Tabel 4.22 menyatakan bahwa
faktor-faktor yang ditanyakan adalah tepat karena memiliki nilai diatas
3,50. Faktor yang memiliki nilai tertinggi adalah pengawasan terhadap
alat pelindung diri yang digunakan pekerja dan kesehatan pekerja yang
memiliki nilai rata-rata jawaban responden diatas 4,51. Jawaban dengan
nilai rata-rata terkecil adalah pengukuran capaian program K3, namun hal
tersebut tepat untuk dilaksanakan.
67
sudah dilaksanakan di lokasi proyek, yaitu :
1. Pemeriksaan perlengkapan keselamatan.
2. Inspeksi rutin APD kepada pekerja.
3. Tersedianya metode kerja & program kerja.
4. Memasang rambu-rambu keselamatan dan safety line.
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran.
6. Memeriksa keamanan instalasi sebelum bekerja.
7. Pengecekan kesehatan pekerja sebelum bekerja.
8. Penyediaan jalur evakuasi dalam keadaan darurat.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian tugas akhir ini memiliki tujuan untuk menganalisis sistem
manajemen K3 yang ada di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang
Cianjur. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di lokasi proyek maka penerapan
sistem manajemen K3 punya pengaruh penting dalam pelaksanaan proyek
konstruksi.
Analisis sistem manajemen K3 di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur antara lain identifikasi resiko kecelakaan kerja, potensi yang
menyebabkan kecelakaan kerja, penerapan pengendalian kecelakaan kerja, dan
pengawasan penerapan pengendalian kecelakaan kerja. Dengan hasil analisis tersebut
maka dapat diketahui urutan dari nilai Indeks Kepentingan Relatif (IKR) tertinggi
sampai terendah. Berdasarkan hasil data yang diolah, maka kesimpulan hasil
pengujian sebagai berikut:
1. Identifikasi resiko kecelakaan kerja yang tertinggi adalah tertimpa
material/peralatan yang jatuh dari ketinggian. Resiko kecelakaan kerja
tersebut dapat disebabkan karena kecerobohan para pekerja yang kurang hati-
hati di lokasi proyek. Dan yang terendah adalah terkena percikan api, terjatuh
dari ketinggian, kontak langsung dengan kebisingan, dan tertimbun tanah
ketika pekerjaan galian. Walaupun memiliki nilai IKR yang rendah tetapi
kegiatan tersebut tetap beresiko tinggi.
2. Potensi terjadinya kecelakaan kerja yang memiliki nilai IKR tertinggi adalah
pekerja yang tidak mematuhi peraturan sebagai contoh tidak memakai alat
pelindung diri, mengabaikan rambu-rambu peringatan yang sudah disediakan
oleh tim K3 di titik-titik bahaya. Faktor yang memiliki nilai terkecil adalah
kurangnya rambu-rambu K3, kondisi tempat kerja yang berbahaya, dan
material yang tidak sesuai mutu. Faktor tersebut memiliki nilai kecil karena
pengendalian kecelakaan kerja di proyek sudah direncanakan dengan baik.
69
3. Penerapan pengendalian kecelakaan kerja yang memiliki nilai IKR tertinggi
adalah tersedianya jalur evakuasi apabila terjadi keadaan darurat artinya
faktor tersebut sudah sangat dilaksanakan di lokasi proyek. Dan penerapan
pengendalian kecelakaan kerja dengan nilai IKR terendah adalah
menyediakan alat pemadam kebakaran. Walaupun memiliki nilai yang
terendah tetapi di lokasi proyek sudah disediakannya alat pemadam
kebakaran.
4. Pengawasan pengendalian kecelakaan kerja memiliki nilai IKR tertinggi
adalah kegiatan pengawasan atau pengecekan alat pelindung diri dan kondisi
kesehatan pekerja yang artinya kegiatan tersebut sangat tepat dilakukan dalam
hal pengawasan supaya kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Kegiatan yang
memiliki nilai IKR terendah adalah penyimpanan, penggunaan, dan
pemeliharaan alat kerja, evaluasi dan pengukuran ketercapaian program K3.
Walaupun memiliki nilai terendah, namun kegiatan tersebut juga dinilai tepat
untuk dilaksanakan sebagai pengawasan pengendalian kecelakaan kerja.
5. Dari Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapat hasil identifikasi
resiko dan bahaya yang terjadi di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur, yaitu tangan/kaki tergores karena termasuk
kecelakaan ringan yang umum terjadi di lokasi proyek, dan terdapat 4 orang
yang terpapar Covid-19 karena mobilitas yang sangat tinggi, bertemu dengan
banyak orang diluar. lokasi proyek sehingga tidak dapat memutus rantai
penyebaran Covid-19.
6. Dari Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapat hasil penerapan
pengendalian resiko dan bahaya yang sudah dilaksanakan di proyek
Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, yaitu pemeriksaan
perlengkapan keselamatan, inspeksi rutin APD kepada pekerja, tersedianya
metode kerja & program kerja, memasang rambu-rambu keselamatan dan
safety line, menyediakan alat pemadam kebakaran, memeriksa keamanan
instalasi sebelum bekerja, pengecekan kesehatan pekerja sebelum bekerja,
dan penyediaan jalur evakuasi dalam keadaan darurat.
70
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan tentang analisis
penerapan sistem manajemen K3 di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kelengkapan alat keselamatan pekerja perlu dilakukan pengawasan secara
ketat karena alat pelindung diri seperti helm, rompi, dan sepatu yang standar
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja.
2. Kesehatan pekerja di lokasi proyek harus lebih diperhatikan karena faktor
tubuh manusia yang kurang sehat dapat mengurangi konsentrasi saat
melakukan pekerjaan sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
3. Pengawasan terhadap penerapan K3 harus rutin dilaksanakan dari mulai
pekerja,kondisi tempat kerja, dan peralatan yang digunakan diawasi semua
pihak terutama tim K3.
4. Sosialisasi dan pelatihan khusus K3 diberikan kepada pekerja dengan rutin
agar pekerja mengerti apa saja yang perlu diperhatikan dan memiliki
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Metode dan evaluasi program K3 rutin dilaksanakan untuk mengukur
ketercapaian pelaksanaan K3 di lokasi proyek agar dapat mengetahui
kekurangan dalam penerapan sistem manajemen K3.
6. Peneliti berharap untuk waktu kedepan dapat dilakukan penelitian yang lebih
maksimal, karena pada penelitian ini hasil yang didapat dan pengaruh yang
diberikan masih belum maksimal. Peneliti berharap akan ada peneliti lanjutan
yang meneliti tentang sistem manajemen K3, dan aspek-aspek lainnya.
71