Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penerapan SMK3 dalam proyek konstruksi pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas kinerja, keselamatan, dan kesehatan kerja di pekerjaan
konstruksi tersebut. Dengan mendorong partispasi aktif para pekerja sehingga dapat
terwujud kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terstruktur dan
terintegrasi terhadap pengendalian resiko di tempat kerja, baik berupa kecelakaan
seperti penyakit akibat kerja maupun pencemaran lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas seperti yang tercantum pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Maka menjadi penting untuk mencermati data kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja melalui lembaga otoritatif atau sumber yang kredibel, sehingga
siapapun dapat memahami tujuan penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap aktivitas kerja yang berisiko, khususnya pada proyek
konstruksi.
Tingkat resiko mulai dari berdampak ringan hingga berdampak berat yang
menjadi satu perhatian khusus bagi setiap pelaksanaan kegiatan konstruksi.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2022, jumlah kecelakaan kerja di
Indonesia mencapai angka 265.334 kasus kecelakaan kerja. Pekerjaan Konstruksi
merupakan salah satu penyumbang angka kecelakaan. Hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran perusahaan dan pekerja tentang risiko yang dapat ditanggung. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya fasilitas APD, kurangnya kesadaran pentingnya K3 baik dari
perusahaan maupun pekerja atau aspek penerapan SMK3 lainnya.
Merujuk dari penelitian sebelumnya, Wahyu Andika dkk (2020) menyatakan
bahwa Penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi kecelakaan kerja pada
pekerjaan konstruksi, Menurut Sampurna Bangun (2016), dalam jurnalnya yang
berjudul Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Gedung
(Studi Kasus Di Ibu Kota Jakarta), menyatakan bahwa pada pelaksanaan SMK3 pada
proyek-proyek di Jakarta memiliki nilai prosentase rata - rata sebesar 91,58%. Angka
1
ini dikategorikan BAIK dalam hal pelaksanaan SMK3 di proyek. Sedangkan menurut
Feri dan Arneta (2020) Penerapan SMK3 pada proyek pengerjaan Revitalisasi dan
Perluasan Depo Kontainer di PT BGR Divre IV Palembang menunjukan angka
74,01%. Menurut Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008, angka tersebut tergolong
sedang. Yang artinya penerapan SMK3 pada proyek konstruksi ini harus ditingkatkan
lagi karena belum sampai pada tahap memuaskan.
Atas dasar teori dan data di atas, maka SMK3 diwajibkan menjadi panduan
dalam menjalankan kegiatan konstruksi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada
proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sayang, Cianjur untuk mencegah atau mengurangi tingkat kecelakaan kerja demi
terciptanya keselamatan dan Kesehatan kerja bagi pekerja, dengan harapan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang produktif, aman dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur?
2. Bagaimana pemenuhan lima prinsip penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang, Cianjur?
3. Bagaimana tingkat pencapaian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang,
Cianjur?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD


Sayang, Cianjur.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif,
sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
interview pihak terkait, observasi dan review dokumen.
2
3. Data yang didapat kemudian dianalisis, sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku. Lampiran data yang dianalisis adalah data penilitian yang sesuai
dengan topik peniltian mengenai penerapan dan peniliaian SMK3 Konstruksi.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang,
Cianjur.
2. Mengetahui pemenuhan lima prinsip penerapan SMK3 pada proyek
Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.
3. Mengetahui tingkat pencapaian penerapan SMK3 pada proyek proyek
Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penilitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini menambah wawasan tentang penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) pada proyek konstruksi.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi pihak manapun yang ingin mengetahui
tentang pentingya penerapan SMK3 pada proyek konstruksi.
3. Bagi Jasa Konstruksi
Hasil penilitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka bentuk upaya
meningkatkan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada
proyek konstruksi.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan gambaran umum tentang latar belakang, rumusan masalah,
3
maksud, tujuan dan manfaat dari penelitian ini, batasan masalah serta
sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Berisikan tentang studi pustaka dengan menguraikan teori-teori yang
dijadikan referensi dalam penulisan, pembahasan, dan penilitian Tugas
Akhir.

BAB III METODE PENELITIAN


Berisikan mengenai metode analisis, pengumpulan data, pembuatan dan
penyusunan kuisioner untuk melajutkan dan menyelesaikan tugas akhir ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisikan mengenai pembahasan dari hasil data dan menguraikan proses
analisis sesuai dengan metode kerja yang dijabarkan pada BAB III.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan mengenai kesimpulan pokok hasil penilitian dan analisis
sesuais dan merupakan jawaban dari rumusan, serta memberi saran untuk
melanjutkan penilitian dimasa mendatang.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Proyek Konstruksi


2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi
Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia,
material, peralatan, dan modal yang dipimpin dalam suatu wadah organisasi
sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sedangkan proyek konstruksi,
kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan, dan
konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan
raya, waduk, dan sebagainya yang memerlukan berbagai sumber daya dalam
jumlah besar dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh orang banyak (Husen, 2010).
Proyek Konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan diantara pihak-pihak yang
tarkait dalam suatu proyek dinilai melalui hubungan fungsional dan hubungan
professional. Akibat banyaknya pihak yang berpartisipasi pada suatu proyek
konstruksi maka berpotensi melahirkan konflik yang cukup tinggi (Ervianto,
2005).

2.1.2 Tahapan Proyek Konstruksi


Menurut Irika dan Lenggogeni, (2013), tahapan Proyek Konstruksi dimulai
sejak munculnya prakarsa dan pembangunan, yang selanjutnya ditindaklanjuti
denan survey dan seterusnya, hingga konstruksi benar-benar berdiri dan dapat
dioperasikan sesuai dengan tujuan dan fungsionalnya.
Suatu proyek dibagi menjadi beberapa tahapan untuk menjaga kesesuaian
hubungan pada kegiatan operasional pihak-pihak yang terkait dalam

5
pelaksanaannya. Hal tersebut terintegrasi menjadi suatu bentuk siklus kehidupan
proyek yang mencakup:
a.) What: Teknik apa yang dilakukan
b.) When: Kapan deliverables tercapai dan bagaimana ditinjau divalidasi
c.) Who: Siapa yang terlihat
d.) How: Bagaimana mengontrol dan menyetujui.

Secara garis besar, tahapan proyek konstruksi adalah sebagai berikut:


1. Tahap Konseptual atau Tahap Kelayakan
Tahap Konseptual merupakan penetapan garis-garis dasar rencana proyek.
Tahap ini mencakup rekruitmen konsultan untuk menerjemahkan kebutuhan
pemilik, pembuatan Term of Reference (TOR), survey, study kelayakan
proyek, dan pemilihan desain, program serta pembentukan biaya proyek.

2. Tahap Perencanaan dan Design


Tahap perencanaan dan design ini meliputi:
- Tahap pra rancangan (Preliminary design)
- Pengembangan rancanan (Developer design)
- Tahap rancangan akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan

3. Tahap Tender
Tahap ini disebut juga tahap pelelangan, tahap lelang dilaksanakan untuk
pengadaan konsultan dan pengadaan kontraktor.

4. Tahap Pelaksanaan
Sesuai namanya, tahap ini adalah tahap pelaksanaan pembangunan
konstruksi fisik yang sudah dirancang. Setelah kontrak kerja ditandatangani
dan SPK (Surat Perintah Kerja) dikeluarkan, maka pekerjaan pelaksanaan
bisa dilaksanakan.

5. Tahap serah Terima


Tahap ini merupakan tahap terakhir dari suatu proyek. Setelah semua
pekerjaan selesai dan dokumen administrasi terlengkapi, selanjutnya Berita
Acara Serah Terima (BAST) disertai Surat Jaminan Perawatan/Garansi

6
ditandatanani oleh pemberi kerja, maka proyek tersebut sudah bisa dikatakan
selesai.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai sebuah
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja
dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan ditinjau dari
keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya (Ima, 2014).
1. Keselamatan (Safety)
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang
dilakukan dengan tujuan untuk melindungi pekerja (dari kecelakaan kerja),
menjaga keselamatan orang lain, melindungi peralatan kerja, tempat kerja
dan bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan
melancarkan proses produksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan (safety).
a. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident loss)
b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko yang
tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate unacceptable
risks)

2. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan
psikologi individu (the degree of physiological and psychological well-
being of the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah
upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap
oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja
yang sehat.

7
2.2.2 Peraturan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan harus
mendapatkan perhatian serius. Perhatian dunia internasional terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja semakin tinggi sejak lahirnya Occupational and Safety
Management Systems atau sering disingkat dengan OHSAS 18001: 1999 yang
diterbitkan oleh British Standard International (BSI) dan badan-badan sertifikasi
dunia yang berisi standar manajemen K3. Indonesia juga memiliki perhatian
serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya beberapa aturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja, sebagai berikut:
1. Undang-Undang terkait K3
- Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
- Undang Undang Dasar 1945 pasal 5, 20 dan 27.
- Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan.
- Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur K3


- Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
- Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
- Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
- Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Peraturan Menteri yang mengatur K3


- Permenakertranskop RI No. 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
- Permenakertrans RI No. 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
8
- Permenakertrans RI No. 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan
Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.
- Permenakertrans RI No. 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan
Hyangienen Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga
Paramedis Perusahaan.
- Permenakertrans RI No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
- Permenakertrans RI No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
- Permenakertrans RI No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
- Permenakertrans RI No. 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja
- Permen PU No. 05 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
- Permenakertrans RI No. 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
- Permenakertrans RI No. 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
- Permenakertrans RI No. 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja.
- Permenaker RI No. 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
- Permenaker RI No. 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pemakaian Asbes.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi.
- Permenaker RI No. 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.

9
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
- Permenaker RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-
instalasi Penyalur Petir.
- Permenaker RI No. 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Permenaker RI No. 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih
Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
- Permenaker RI No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
- Permenaker RI No. 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan,
Pemberhentian, dan Tata Kerja Dokter Penasehat.
- Permenaker RI No. 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
- Kemenakertrans No. 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.

4. Keputusan Menteri terkait K3


- Kepmenaker RI No. 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan
keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep
125/MEN/82 Tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

10
- Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum RI No. 174 Tahun 1986 No. 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
- Kepmenaker RI No. 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
- Kepmenaker RI No. 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional.
- Kepmenaker RI No. 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
- Kepmenaker RI No. 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya.
- Kepmenakertrans RI No. 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
- Kepmenakertrans RI No. 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan
yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
- Kepmenakertrnas RI No. 68 Tahun 2004 tentang Pencegahandan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

5. Instruksi Menteri terkait K3


- Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun 1997 tentang
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.
- Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3.
- Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No. 84
Tahun 1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis
Statistik Kecelakaan.

11
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan,
Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

2.2.3 Tujuan Penerapan K3


Tujuan utama dari Penerapan K3 berdasarkan UndangUndang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
seta alat di tempat kerja.
2. Menjamin bahwa setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Dengan mempelajari materi tersebut diharapkan dapat memahami dan


mengembangkan bangunan kebijakan K3, menyiapkan Alat Pelindung Diri,
memanfaatkan statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
mengembangkan program K3 dengan mitra kerja. menetapkan dan
mengembangkan tujuan K3, membangun organisasi dan tanggung jawab
pelaksanaan K3, mengidentifikasi bahaya.

2.3 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan baik berupa fsik, psikis maupun
material yang terjadi akibat kerja. Menurut beberapa sumber, pengertian kecelakaan
kerja adalah sebagai berikut:
a.) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
b.) OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat

12
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian
kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
c.) Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur
dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
d.) Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak
terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
e.) Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan
luka pada pada seseorang (Hinze, 1997).
f.) Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian
lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007).

2.3.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Ada berbagai tujuan untuk mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan
kerja, salah satunya yaitu dasar untuk mengidentifikasi proses alami suatu
kejadian seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa
peralatan atau material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode
kecelakaan kerja akan membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan
informasi-informasi di atas. Ada banyak standar yang menjelaskan referensi
tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS
1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk
mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:
1. Terjatuh dari ketinggian
2. Terjatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
13
7. Terpajan suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
11. Kontak dengan Listrik
12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13. Terpajan radiasi
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak jangka panjang dengan
16. Kontak lainnya dengan bahan kimia
17. Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
18. Terpajan faktor stress mental
19. Longsor atau runtuh
20. Kecelakaan kendaraan/Mobil
21. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
22. Mekanisme cidera yang tidak spesifik

2.3.2 Dampak Kecelakaan Kerja


Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det Norske
Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis kerugian akibat terjadinya kecelakaan
kerja meliputi manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan kualitas.

Gambar 2.1 Dampak Kecelakaan Kerja (Sumber: Google)

14
2.3.3 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Cidera adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh
kecelakaan (Heinrich 1980). Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of
Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit
terbagi menjadi:
1. Kepala; mata.
2. Leher.
3. Batang tubuh; bahu, punggung.
4. Anggota gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain
jari,dan jari tangan.
5. Anggota gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, dan jari
kaki.
6. Sistem tubuh.
7. Bagian organ lainnya.

Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh
yang spesifik yaitu untuk membantu dalam mengembangkan program mencegah
terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera kepala dengan
penggunaan helm safety, cidera telinga menggunakan ear muff atau ear plug.
Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya
cidera karena kecelakaan kerja.

2.3.2 Klasifikasi Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut membuat perusahaan melakukan
pengklasifikasian atau penggolongan jenis cidera. Pengklasifikasian cidera ini
bertujuan untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak
standar referensi penerapan yang digunakan oleh perusahaan, salah satunya
adalah standar Australia AS 1885-1 (1990). Berikut adalah pengelompokan jenis
cidera dan keparahannya:
15
a.) Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja.

b.) Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time


Injury) adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat
permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari
pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan
hari kerja.

c.) Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) adalah
semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga
termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode
sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja
alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut
terjadi.

d.) Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang
sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan
kerja pola atau jadwal kerja.

e.) Cidera dirawat di Rumah Sakit (Medical Treatment Injury) adalah


kecelakaan kerja yang tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

f.) Cidera ringan (first aid injury) adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja
yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan
setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

g.) Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non-Injury Incident) Adalah


suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja

16
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.

2.3.3 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor
yang menyebabkan kecelakaan kerja diakibatkan oleh 4 faktor (Husni, 2003)
yaitu:
1. Faktor manusia; dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
2. Faktor material; memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
3. Faktor sumber bahaya diantaranya:
a.) Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang
salah.
b.) Keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya.
c.) Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari
keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.
4. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

2.3.4 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja


Teori penyebab kecelakaan kerja antara lain:
1. Teori Domino
Teori Domino diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931.
Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan
tidak aman dari manusia/pekerja (unsafe act), sedangkan sisanya
disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia
yaitu 10% disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dan 2%
disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan yang
terjadi lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang
dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak
aman akan terjadi jika manusia berbuat suatu kekeliruan atau kesalahan.
17
Lebih jauh lagi, hal ini faktor karakteristik manusia itu sendiri yang
dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).

Gambar 2.2 Teori Domino (Sumber: Google)

2. Teori Bird & Loftus


Kunci kejadian atau kecelakaan pada teori ini masih tetap sama
seperti apa yang diungkapkan oleh Heinrich, yaitu adanya tindakan dan
kondisi tidak aman. Bird dan Loftus sudah tidak lagi melihat kesalahan
terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan
pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan. Secara rinci, faktor penyebab
kecelakaan kerja menurut teori ini adalah sebagai berikut:
- Kurangnya kontrol dari Manajemen
- Sumber penyebab utama
18
- Gejala penyebab langsung
- Kontak peristiwa
- Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Gambar 2.3 Teori Bird & Loftus (Sumber: Google)

3. Teori Lapisan Keju (Swiss Cheese)


Teori ini dikemukakan oleh Psikolog dari Britania bernama James
Reason pada tahun 1990. Swiss Cheese Model atau Model Lapisan Keju
adalah suatu model yang digunakan untuk menganalisis risiko dan
manajemen risiko sistem manusia. Model ini meliputi urutan dari kegagalan
manusia menuju ke arah suatu kecelakaan atau suatu kesalahan. Hal ini
diibaratkan sebagai irisan keju swiss yang berbadan tegap bersama-sama
dan berdampingan, itulah sebabnya mengapa teori ini dinamakan teori
Lapisan Keju atau Swiss Cheese.
Swiss cheese model digunakan untuk menganalisis kecelakaan besar
atau major accident dan kegagalan sistem yang cenderung terjadi karena
beberapa sebab atau kesalahan-kesalahan kecil yang membawa ke arah
bahaya bahkan kecelakaan. Pada model swiss cheese, setiap potongan keju
merepresentasikan penghalang keselamatan atau tindakan preventif atas

19
bahaya. Namun, penghalang tersebut tidak bebas dari kesalahan atau
kegagalan. Masing-masing dari setiap penghalang mempunyai ‘lubang’.
Swiss cheese model berhubungan dengan kegagalan aktif dan kegagalan
laten.
Kontak antara manusia dan beberapa aspek pada sistem yang lebih
luas merupakan kesalahan aktif yang menyebabkan kecelakaan, contohnya
kontak antara manusia dengan mesin. Sedangkan kesalahan laten
merupakan kondisi kesalahan yang lebih tidak terlihat ataupun kurang
terdeteksi padaorganisasi maupun pada disain yang dapat menyebabkan
kerugian. James Reason menjelaskan bahwa terdapat empat tingkatan
kesalahan manusia dan setiap tingkatan mempengaruhi tingkatan-tingkatan
setelahnya. Empat tingkatan kesalahan tersebut, yaitu pengaruh
pengrganisasian dan kebijakan manajemen (organizational influences),
pengawasan yang tidak baik (unsafe supervision), Kondisi yang mendukung
munculnya tindakan tidak aman (precondition of unsafe acts), dan tindakan
tidak aman (unsafe acts).

Gambar 2.4 Teori Lapisan Keju (Sumber : Google)

2.4 Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Faktor keselamatan kerja adalah faktor yang penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja, semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada kalangan petugas kesehatan dan

20
non kesehatan di Indonesia masih belum terekam dengan baik. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Dalam dunia kerja, khususnya di
Indonesia masih banyak yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman pekerja walaupun sudah tersedia
Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau Manmade Disease. Berkaitan dengan
hal itu ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan denga pekerjaan
(Hebbie Ilma Adzim, 2013).

1.1.1. Penyebab-Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Penyebab PAK secara umum antara lain:
1. Golongan fisik
Penyebab akibat kerja berdasarkan golongan fisik antara lain bising,
radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, dan penerangan.
2. Golongan Kimiawi
Penyebab akibat kerja berdasarkan golongan kimiawi meliputi semua
bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, dan kabut.
3. Golongan Biologik
Penyebab akibat kerja berdasarkan golongan biologik antara lain
bakteri, jamur, dan lain-lain.
4. Golongan Ergonomik
Penyebab akibat kerja berdasarkan golongan ergonomik adalah desain
tempat kerja dan beban kerja.
5. Golongan Psikis
Penyebab akibat kerja berdasarkan golongan psikis antara lain stres
psikis dan tekanan atau tuntutan pekerjaan.

1.1.2. Jenis Penyakit Akibat Kerja


21
Jenis PAK secara umum antara lain:
1. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran disebabkan oleh kebisingan yang terus
menerus. Oleh karena itu, saat bekerja di tempat bising, pekerja diwajibkan
menggunakan APD yaitu air plug atau air muff, sesuai dengan kapasitas
bunyi yang diterima.
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan disebabkan oleh penerangan cahaya atau
radiasi di tempat kerja. Gangguan penglihatan dapat berupa iritasi mata,
bayangan ganda sampai dengan kebutaan.
3. Pneumoconiosis atau penyakit saluran pernapasan
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa
alamiah maupun ulah manusia,yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi
bahkan konstruksi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan
jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan yang ada. Partikel-
partikel udara sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnyaudara
yang tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

2.5 Analisis Resiko dan Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, atau bahkan dapat menyebabkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka, 2008). Potensi
bahaya dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori umum atau juga disebut
sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut :
1. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances)
2. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards)
3. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards)
4. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards)
5. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards)

22
6. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration
Hazards)
7. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards)
8. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards)
9. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards)
10. Potensi bahaya ergonomi (Hazards relating to human Factors)
11. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards)
12. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses
produksi, properti, image publik, dan lain-lain.

2.6 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)


2.6.1. Pengertian SMK3
Pengertian SMK3 tidak dapat dilepaskan dari pengertian istilah “sistem”.
Istilah sistem berasal dari istilah bahasa Inggris system, yang didefinisikan oleh
Stevano III & Stuberud (1983), a system is an arrangement, set, or collection of
things connected or related in such a manner as to form an enterity or a whole.
Sebuah sistem adalah susunan atau kumpulan benda-benda yang dihubungkan
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan atau keutuhan tertentu.
Pada umumnya sistem tersebut merupakan paduan dari bagian-bagian yang
membentuk suatu keutuhan tertentu, dan mempunyai tujuan sesuai rencana yang
telah ditentukan.

Sistem manajemen K3 telah diatur menurut Peraturan Menteri Tenaga


Kerja Republik Indonesia, yaitu Permenaker No.05/MEN/1996, yang
dinyatakan bahwa: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan,
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang yang terjadi seminimal
mungkin berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman efisien dan produktif.

23
2.6.2. Tujuan SMK3
Secara umum, berbagai SMK3 yang diterapkan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Sebagai alat ukur K3 dalam berorganisasi
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam berorganisasi
3. Sebagai dasar penghargaan
4. Sebagai sertifikasi

2.6.3. Penerapan dan Penilaian SMK3


Implementasi SMK3 mempunyai beberapa tahapan yang harus
dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif, karena SMK3 memiliki elemen-
elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam
suatu organisasi atau perusahaan. Mengacu pada peraturan pemerintah No. 50
Tahun 2012, dalam menerapkan SMK3 setiap perusahaan wajib melaksanakan:
1. Penetapan Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3
Kelima prinsip di atas masing masing mempunyai batasan-batasan atau syarat
pemenuhan yang implementasinya berkaitan dengan penerapan di lapangan.

Penilaian penerapan SMK3 juga perlu dilakukan agar program K3


dapat dipantau dan dievaluasi, untuk selanjutnya ditinjau dan ditingkatkan
kinerjanya. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Penilaian
SMK3 meliputi:
1. Kriteria Audit SMK3
Audit SMK3 mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut:
- Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
- Pembuatan dan pendokumentasian K3
- Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak
- Pengendalian dokumen
- Pembelian dan pengendalian produk
24
- Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
- Standar pemantauan
- Pelaporan dan perbaikan kekurangan
- Pengelolaan material dan perpindahannya
- Pengumpulan dan penggunaan data
- Pemeriksaan SMK3
- Pengembangan keterampilan dan kemampuan
2. Penetapan Krieria Audit Tiap Pencapaian Penerapan SMK3
Pelaksanaan Penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan
SMK3 yang terdiri dari:
- Penilaian tingkat awal, yaitu penilaian yang penerapan SMK3 nya
mengacu pada 64 kriteria
- Penilaian tingkat transisi, yaitu penilaian yang penerapan SMK3 nya
mengacu pada 122 kriteria
- Penilaian tingkat lanjut, penilaian yang penerapan SMK3 nya
mengacu pada 166 kriteria
3. Tingkat penilaian penerapan SMK3 diklasifiasikan sebagai berikut:
- Pencapaian penerapan SMK3 sebesar 0-59% termasuk dalam
kategori penilaian “Kurang”
- Pencapaian penerapan SMK3 sebesar 60-84% termasuk dalam
kategori penilaian “Baik”
- Pencapaian penerapan SMK3 sebesar 85-100% termasuk dalam
kategori penilaian “Memuaskan”

25
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan


pendekatan deskriptif, atau biasa disebut metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini
memanfaatkan data kualitatif kemudian dijabarkan atau dideskripsikan. Tujuan dari
metode ini adalah membuat gambaran secara sistematis kondisi penerapan SMK3
pada proyek konstruksi, khususnya pada Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD
Sayang, Cianjur yang lebih spesifik, transparan dan mendalam.
Menurut Sugiono (2016), deskriptif kualitatif merupakan metode penilitian
yang dikembangkan para pemikir filsafat Postpositivisme, digunakan agar meneliti
keadaan obyek alamiah (sebagai lawanya eksperimen), serta dimana peniliti adalah
merupakan variabel kunci dalam teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
trigulasi (gabungan), analisa data dilakukan persefektif induktif, dan penelitian
kualitatif lebih menegasikan makna daripada generalisasi. Pendapat lain mengatakan
bahwa karakteristik utama paradigma postpositivisme adalah pencarian makna dibalik
data.

3.2 Tahapan Penelitian


Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tema penelitian
2. Menentukan rumusan, batasan masalah, dan tujuan penilitian

26
3. Mengumpulkan landasan teori guna memperdalam ilmu yang berkaitan dengan
penilitian.
4. Menyiapkan instrumen yang sudah disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012
5. Melaksanakan observasi dan wawancara serta mencari data mengenai penerapan
SMK3 pada proyek yang menjadi subyek penilitian
6. Menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara menyesuaikan antara
Instrument penelitian dan penerapan SMK3 pada proyek terkait
7. Menarik Kesimpulan dari hasil data yang telah dianalisis
8. Menyelesaikan penyusunan laporan penilitian

Tahapan-tahapan penelitian akan digambarkan dalam bagan alur berikut ini:

Mulai

Menentukan Tema, Rumusan Masalah,


Subjek dan Metode Penelitian

Melakukan
Penelitian

Data Data
Primer Sekunder

Analisis

Hasil dan
Kesimpulan

Penulisan Laporan
27

Selesai
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang,
Cianjur, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei tahun 2023.

3.4 Subyek dan Obyek

Subyek penelitian merupakan informan atau responden yang digali data atau
informasinya. Pada penelitian ini, subyeknya adalah Proyek Rehabilitasi dan
Renovasi RSUD Sayang, Cianjur.
Obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang,
organisasi atau barang yang bisa diteliti (Supranto, 2000). Sedangkan menurut Anto
Dayan (1986), obyek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk
mendapatkan data secara lebih terarah. Pada penelitian ini, obyeknya adalah
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3.5 Populasi, Sampel, dan Informan Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja Proyek Renovasi dan
Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur. Informan penelitian dalam analis penerapan
SMK3 pada Proyek Renovasi dan Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur ditentukan
menggunakan tehnik Purposive Sampling. Teknik Purposive Sampling termasuk
dalam jenis non-random sampling. Menurut Sugiono (2018), Teknik Purposive
Sampling adalah pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa pertimbangan

28
tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah
sampel yang akan diteliti. Kriteria sampel informan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pekerja Proyek Renovasi dan Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur
b. Informan yang berwenang pada kebijakan SMK3 Proyek Renovasi dan
Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur
c. Informan yang bertanggungjawab atas SMK3 Proyek Renovasi dan
Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur.

Maka peneliti menentukan 3 sampel informan berdasarkan pemenuhan kriteria di


atas:
1. Manager proyek, yang sekaligus menjabat sebagai ketua P2K3 Proyek
Renovasi dan Rehabilitasi RSUD Sayang, Cianjur (1 orang)
2. HSE koordinator (1 orang)
3. HSE Inspector (1 orang).

3.6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari sumber asli tanpa media perantara.
Data primer yang didapat berupa catatan dan dokumentasi. Pada penelitian ini
penulis memperoleh data primer dengan dua cara yaitu:
1. Pengamatan
Pengamatan di Lapangan dilakukan dengan cara meninjau langsung
kegiatan pekerjaan konstruksi. Hal-hal yang diamati antara lain
kegiatan K3L seperti kegiatan Safety Talk, inspeksi K3, Tool Box
Meeting, serta kelengkapan K3 dan penerapannya seperti pemakaian
alat pelindung diri, pemasangan jaring Scaffolding, pemasangan rambu-
rambu K3L dan papan informasi.
2. Wawancara
Wawancara dengan pihak informan dimaksudkan agar penelitian
mendapatkan informasi secara langsung dari sumber yang

29
bersangkutan. Informasi yang digali dari informan antara lain kebijakan
K3, Tujuan dan sasaran, penyediaan SDM dan tindakan pengendalian
resiko.

3.6.2 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara,
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Umumnya berupa catatan, laporan
historis yang tersusun dalam arsip. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :

1. Dokumen Instruksi Kerja


Dokumen Instruksi Kerja berisi metode pekerjaan konstruksi. Hal
ini bekaitan erat dengan penggunaan APD dan atribut K3 lainnya
seperti safety net dan rambu-rambu K3L.
2. Dokumen Rencana Mutu, K3L dan Pengendalian Resiko
Dokumen Rencana Mutu, K3L dan Pengendalian Resiko pada
proyek ini memuat:
- Data umum proyek
- Struktur organisasi proyek dan P2K3
- RAB K3L
- Tujuan dan sasaran K3L
- Lain-lain
Data-data di atas digunakan sebagai data pendukung hasil
wawancara yang dilakukan penulis dengan informan.
3. Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Sama halnya dengan Dokumen Rencana Mutu, K3L dan
Pengendalian Resiko, Dokumen RKK juga digunakan sebagai data
pendukung hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan informan.

30
3.7 Metode pengolahan Data
Pengolahan data mengunakan kuesioner berisikan poin-poin sesuai dengan
PP No. 50 Tahun 2012 dengan kategori jawaban sesuai (terpenuhi), kategori minor
(ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan perundang-undangan, standar,
pedoman, dan acuan lainnya), kategori mayor (tidak melaksanakan salah satu prinsip
K3), dan dan kategori kritikal (berakibat fatal atau kematian). Uji validitas
menggunakan validitas konseptual, yakni berdasarkan teori/peraturan yang sudah
ditetapkan dari PP No. 50 Tahun 2012. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
dengan instrumen checklist tidak perlu menggunakan uji reliabilitas, karena
kuesionernya tidak dikembangkan sendiri, melainkan berasal dari peraturan checklist
SMK3 pada PP No. 50 Tahun 2012. Pengisian kuisioner berdasarkan dengan data
primer dan sekunder yang didapat.
Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012, Perusahaan tingkat lanjut memiliki 166
kriteria, kategori ditentukan berdasarkan presentase kriteria terpenuhi terhadap 166
kriteria. Hasil dari presentase kriteria yang terpenuhi kemudian dikkategorikan
menjadi tiga jenis. Pengelompokan kategori tersebut menurut PP No 50 Tahun 2012
adalah sebagai berikut:
a. Kategori “MEMUASKAN” = 85% -100 %
b. Kategori “BAIK” = 60% -84 %
c. Kategori “KURANG” = 0% -59 %

3.8 Instrumen Penelitian


Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang memuat penerapan SMK3 pada proyek konstrusi.
Penyusunan instrumen penilitian dilandasi oleh rumusan masalah mengenai analisis
penerapan SMK3 pada Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang, Cianjur.
Secara ringkas, gambaran variabel/indikator penelitian ini terdapat dalam tabel 3.1
berikut:

31
No. Variabel Instrumen

a) Penyusunan kebijakan keselamatan dan kesehatan


kerja
b) Penetapan Kebijakan keselamatan dan Kesehatan
Pemenuhan Kebijakan kerja
K3 pada penerapan c) Melaksanakan ketentuan dalam meresmikan tujuan
1
SMK3 dan sasaran K3 guna menjamin kebijakan masih
relevan dalam pelaksanaan kerja K3 dilokasi proyek
d) Komitmen
e) Meninjau ulang kebijakan K3 secara teratur dan
berkala
a) Penyedia Jasa menyusun rencana keselamatan dan
Pemenuhan Kesehatan kerja berdasarkan hasil penelaahan awal,
2 Perencanaan K3 pada identifikasi bahaya, mentaati peraturan dan sumer
penerapan SMK3 daya yang dimiliki
b) Rencana K3 yang disusun oleh penyedia jasa
a) Menyediakan Sumber daya manusia yang mempunyai
Pemenuhan
kualifikasi serta kompoten dalam pelaksanaan K3
3 Pelaksanaan K3 pada
b) Menyediakan Sarana dan Prasarana
penerapan SMK3
c) Instruksi Kerja

Pemenuhan a) Pengukuran, Pemeriksaan dan Pengujian


4 Pemantauan dan
b) Audit Internal SMK3
Evaluasi
a) Tinjauan Ulang Penerapan SMK3
5 Pemenuhan
Peningkatan SMK3 b) Peningkatan Kinerja SMK3
a) Pengembangan dan Pemeliharaan Komitmen
b) Pembuatan dan Pendokumentasian K3
c) Pengendalian Rancangan dan Peninjauan Kontrak
d) Pengendalian Dokumen
e) Pembelian dan Pengendalian Produk
Pemenuhan Penilaian f) Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
6
SMK3 g) Standar Pemantauan
h) Pelaporan dan perbaikan Kekuarangan
i) Pengelolaan Material dan Perpindahannya
32
j) Pengumpulan dan Penggunaan Data
k) Pemeriksaan SMK3
l) Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan
Tabel 3.1 Variabel Penerapan SMK3 Pada Proyek Rehabilitasi dan Renovasi
RSUD Sayang, Cianjur (Sumber: Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012)

3.9 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati dan
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan
menurut Setiadi (2013), Kerangka Konsep Penelitian merupakan kaitan atau
hubungan antara konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Berdasarkan konsep dari variable-variabel di atas, maka penulis menyusun
kerangka konsep variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Penetapan Kebijakan

Perencanaan

Pelaksanaan Penerapan
SMK3

Pemantauan dan
Evaluasi

Peningkatan

Penilaian

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uraian Umum Proyek


Dalam pelaksanaan penelitian untuk penyusunan laporan tugas akhir,
kegiatan pelaksanaan di lapangan termasuk bagian penting dari proyek konstruksi
dan merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang sebelumnya telah dibuat.
Pelaksanaan proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur
sepenuhnya dilakukan oleh Kontraktor PT. Brantas Abibraya (Persero). Dalam
pelaksanaannya sering dijumpai kondisi yang tidak sesuai dengan rencana yang telah
direncanakan sebelumnya. Agar hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi maka
perlu adanya kerja sama yang baik tanpa adanya penyimpangan dari yang sudah
direncanakan sebelumnya agar pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya kendala.
Penelitian ini akan membahas tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan proyek konstruksi, karena sesungguhnya
pekerjaan Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur sangat
memiliki resiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja yang
ada di lokasi proyek. Untuk mengatasi terjadimya kecelakaan kerja diperlukan sistem
manajemen pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk mewujudkan
program kerja K3 dengan baik.
4.1.1 Data Umum Proyek
a. Nama Proyek : Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur
b. Alamat Proyek : Jl. Rumah Sakit No. 1 Kel. Bojongherang, Cianjur,
Jawa Barat
c. Pemilik Proyek : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
d. Nilai Kontrak : Rp. 103.394.710.000,00
34
e. Konsultan Perencana : PT. Virama Karya (Persero)
f. Kontraktor Pelaksana : PT. Brantas Abibraya (Persero)
g. Konsultan MK : PT. Virama Karya (Persero)

4.2 Hasil Data Responden


Pengambilan data responden yang diolah dan hasilnya digunakan untuk
memberikan penjelasan maupun gambaran tentang responden yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan diagram. Data tersebut terdiri dari :
4.2.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Terdapat 30 sampel yang menjadi bahan penelitian tugas akhir ini dan
masing-masing sampel dibagikan kuesioner yang terdapat pertanyaan-
pertanyaan sebagai bahan penelitian. Dari pembagian kuesioner tersebut maka
dapat disimpulkan dengan tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner


No Keterangan Jumlah
1 Kuesioner yang dibagikan 30
2 Kuesioner yang tidak kembali 0
3 Kuesioner yang tidak memenuhi syarat 6
4 Kuesioner yang dapat diolah 24

4.2.2 Identitas Umum Responden


Dalam penelitian ini identitas umum responden merupakan profil dari
tenaga ahli dan tim kontraktor PT. Brantas Abibraya (Persero), serta tenaga
kerja yang ada di Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.
Identitas umum responden meliputi identitas usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan durasi pengalaman kerja.
Perhitungan data pribadi responden ada pada lampiran 2 dengan hasil
rekap perhitungan data sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data Identitas Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 24 100%

35
Perempuan 0 0%
Jumlah 24 100%

Dari data diatas jumlah responden laki-laki adalah 24 orang atau dengan
persentase 100 % dan tidak ada responden yang berjenis kelamin perempuan
atau dengan persentase 0%. Responden didominasi oleh responden laki-laki.
Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor jumlah peminat di suatu konstruksi
lebih banyak dari laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Berikut ini adalah tabel Data Identitas Usia Responden di Rehabilitasi
dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.

Tabel 4.3 Data Identitas Usia Responden


Usia Jumlah Persentase
< 25 Tahun 5 21 %
25 – 35 Tahun 8 33 %
36 – 45 Tahun 7 29 %
> 45 Tahun 4 17 %
Jumlah 24 100 %

Data identitas untuk usia responden kurang dari 25 tahun terdapat 5


responden atau dengan persentase 21%, usia 25 - 35 tahun terdapat 8 responden
atau dengan persentase 33%, usia 36 – 45 tahun terdapat 7 responden atau
dengan persentase 29%, dan responden yang berusia lebih dari 45 tahun
terdapat 4 responden atau dengan persentase 17%. Pada Proyek Rehabilitasi
dan Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur usia responden paling banyak
adalah 25 – 35 tahun. Pada usia tersebut manusia memiliki tingkat produktifitas
yang tinggi dan semangat kerja yang besar.

Berikut ini Data Identitas Pendidikan Terakhir Responden pada Proyek


Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.

Tabel 4.4 Data Identitas Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Jumlah Presentase

36
SMP 6 25%
SMA/SMK 12 50%
D3 0 0%
S1 6 25%
S2 0 0%
Jumlah 24 100%

Data pendidikan terakhir responden dengan tingkatan pendidikan SMP


sebanyak 6 responden atau dengan persentase 25%, pada tingkatan pendidikan
SMA sebanyak 12 responden atau dengan persentase 50%, tingkatan
pendidikan D3 sebanyak 0 responden atau dengan persentase 0%, tingkatan
pendidikan responden S1 sebanyak 6 atau dengan persentase 25%, dan yang
mencapai tingkatan pendidikan S2 sebanyak 0 atau dengan persentase 0%.
Faktor ini dipengaruhi oleh standar perusahaan konstruksi menerima pekerja
sebagai tenaga ahli minimal Sarjana atau S1 dan memungkinkan lulusan SMK
juga dapat diterima sebagai tenaga ahli di proyek-proyek. Lulusan SMK juga
dinilai memiliki kompetensi kerja yang sudah diajarkan di waktu masa
pendidikan.

Berikut adalah Data Identitas Berapa Lama Pengalaman Kerja


Responden di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang,
Cianjur.

Tabel 4.5 Data Identitas Pengalaman Kerja Responden


Durasi Kerja Jumlah Persentase
< 1 Tahun 0 0%
1 – 5 Tahun 6 25%
5 – 10 Tahun 13 54%
> 10 Tahun 5 21%
Jumlah 24 100%

Dari data kuesioner responden mengenai berapa lama pengalaman kerja


dengan durasi kerja < 1 tahun sebanyak 0 responden atau memiliki persentase
37
0%, durasi kerja 1 – 5 tahun sebanyak 6 responden atau memiliki persentase
sebesar 25%, durasi kerja 5 - 10 tahun sebanyak 13 responden atau 54%,
responden yang memiliki pengalaman kerja dengan durasi lebih dari 10 tahun
sebanyak 5 responden atau 21%. Dengan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengalaman kerja sangat berpengaruh dan penting bagi para pekerja.

Berikut adalah data responden yang pernah mendapatkan pelatihan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang, Cianjur.

Tabel 4.6 Data Pelatihan K3 Responden


Pelatihan K3 Jumlah Persentase
Ya 5 21%
Tidak 19 79%
Jumlah 24 100%

38
4.2.3 Analisis Data Responden
Data responden yang dianalisis adalah kecocokan perbandingan antara
syarat responden dan data sampel responden.
1. Sampel harus sesuai dengan riwayat tingkat pendidikan dan jabatan.
Riwayat pendidikan diambil dari tingkat pendidikan tertinggi.
2. Sampel memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun, apabila terdapat
sampel yang memiliki kerja kurang dari 1 tahun tidak bisa dijadikan
sampel. Pengalaman kerja diambil dari pengalaman kerja yang paling
lama.
a. Jabatan Responden
Tabel 4.7 Data Jabatan Responden
No Jabatan Jumlah
1 Site Manager 1
2 Site Engineer 1
3 K3 5
4 Pelaksana 1
5 Administrasi 2
6 Drafter 2
7 Surveyor 2
8 Tukang 16
Jumlah 30

Berdasarkan perbandingan syarat responden dan data sampel


responden, didapat analisa jabatan responden sesuai dengan pendidikan dan
diambil berdasarkan pendidikan tertinggi, maka didapat sampel sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Data Jabatan Responden
No Jabatan Jumlah
1 Site Manager 1
2 Site Engineer 1
3 K3 5

39
4 Pelaksana 1
5 Administrasi 2
6 Drafter 2
7 Surveyor 2
8 Tukang 10
Jumlah 24

Berdasarkan perbandingan antara syarat responden dan data kuesioner


pada sampel responden, dengan ini analisa riwayat pendidikan responden
sesuai dengan jabatan responden, maka diperoleh 24 sampel yang
memenuhi syarat sebagai berikut:

Tabel 4.9 Data Pendidikan Terakhir Responden


No Riwayat Pendidikan Jumlah Responden
1 SD 6
2 SMP 6
3 SMA/SMK 12
4 D3 0
5 S1 6
Jumlah 30

4.3 Hasil Uji Analisis Data


4.3.1 Uji Validitas Data
Uji validitas data ini digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner (Sugiyono, 2017). Kuesioner dapat dikatakan valid apabila
pertanyaan pada kuesioner mampu menerangkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Jadi, validitas digunakan untuk mengukur apakah
pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat benar-benar dapat mengukur
apa yang akan diukur. Uji validitas data dapat diketahui dengan melihat r tabel
dengan r hitung, maka pertanyaan yang ada di kuesioner dapat dikatakan valid.

40
Perhitungan uji validitas data terdapat pada lampiran 4. Rekap hasil
perhitugan uji validitas data kuesioner dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Data


Variabel Item R Tabel R Hitung Keterangan
X1.1 0,404 0,550 Valid
X1.2 0,404 0,605 Valid
X1.3 0,404 0,662 Valid
Resiko X1.4 0,404 0,647 Valid
Kecelakaan X1.5 0,404 0,749 Valid
Kerja (X1) X1.6 0,404 0,826 Valid
X1.7 0,404 0,679 Valid
X1.8 0,404 0,808 Valid
X2.1 0,404 0,693 Valid
X2.2 0,404 0,433 Valid
X2.3 0,404 0,745 Valid
Potensi X2.4 0,404 0,477 Valid
Kecelakaan X2.5 0,404 0,770 Valid
Kerja (X2) X2.6 0,404 0,810 Valid
X2.7 0,404 0,703 Valid
X2.8 0,404 0,422 Valid
X3.1 0,404 0,459 Valid
X3.2 0,404 0,446 Valid
X3.3 0,404 0,572 Valid
Penerapan X3.4 0,404 0,491 Valid
Pengendalian X3.5 0,404 0,413 Valid
Kecelakaan X3.6 0,404 0,455 Valid
Kerja (X3) X3.7 0,404 0,712 Valid
X3.8 0,404 0,580 Valid
X4.1 0,404 0,415 Valid

41
Berdasarkan hasil data yang diolah seperti tabel di atas, uji validitas
kuesioner menunjukan nilai R-Hitung semua variabel penelitian > R- Tabel
(0,404), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kuesioner valid.

4.3.2 Uji Reliabilitas Data


Uji reliabilitas data digunakan untuk alat ukut kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah stabil/konsisten (Ghozali, 2016).
Mengukur reliabilitas dapat menggunakan uji statistic Cronbach’s Alfa.
Variabeldapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa lebih
dari 0,60 (Ghozali, 2016).
Perhitungan uji reliabilitas data terdapat pada lampiran 5. Hasil rekap
uji reliabilitas data terhadap kuesioner pada masing-masing variabel penelitian
dapat dikatakan sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Data


Variabel Cronbach Keterangan

Resiko Kecelakaan Kerja 0,841 Reliabel

Potensi Kecelakaan Kerja 0,799 Reliabel


Penerapan Pengendalian
0,632 Reliabel
Kecelakaan Kerja
Pengawasan Pengendalian
0,633 Reliabel
Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil data tabel di atas, uji reliabilitas data menunjukan


nilai Cronbach’s Alpha setiap instrument untuk semua variabel penelitian
mempunyai nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa
instrumen yang ada pada penelitian ini adalah reliabel dan layak digunakan.

4.3.3 Indeks Kepentingan Relatif (IKR)


Data kuesioner yang diisi responden selanjutnya dianalisa untuk
mengetahui tingkatan kepentingan dalam sistem manajemen keselamatan dan

42
kesehatan kerja (K3) di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD
Sayang Cianjur. Menentukan nilai dengan menghitung rata-rata (mean) atau
bobot dari perhitungan Indeks Kepentingan Relatif (IKR) dari daftar kuesioner.
Dalam menentukan seberapa pengaruhnya menggunakan metode indeks.
Metode indeks ini berdasarkan pada pendekatan model statistic non parametrik,
yaitu menghitung bagaimana kepentingan dan sejauh mana faktor- faktor
tersebut terjadi dan diterapkan di lapangan.

Analisis kuesioner responden untuk mencari urutan penilaian tindakan


dalam Sistem Manajemen K3. Nilai Indeks Kepentingan Relatif (IKR) dapat
dihitung sebagai berikut:

Perhitungan nilai IKR variabel X1.1:

∑ X 1.1 =n


=100
24

x ̅ =4 , 17

Jadi nilai rata-rata (mean) dari variabel X1.1 adalah 4,17. Kemudian
berikutnya adalah menghitung nilai Indeks Kepentingan Relatif dari X1.1:

x X 1.1
=IKR
m

4 ,17
=IKR
5 , 02

0 , 83=IKR

Jadi nilai Indeks Kepentingan Relatif (IKR) dari variabel X1.1 adalah 0,83.
Dari keterangan kesimpulan penilaian yang berarti variabel X1.1 merupakan
faktor yang beresiko.

Perhitungan data penilaian kuesioner responden terdapat pada lampiran


3 dan hasil rekapan data kuesioner responden dapat dilihat sebagai berikut:

43
Tabel 4.12 Data Penilaian Kuesioner Responden
Tolak Ukur
No Pertanyaan Kuesioner Jumlah
1 2 3 4 5
Resiko Kecelakaan Kerja
Terpukul peralatan kerja saat
1 0 2 2 10 10 24
melakukan pekerjaan
2 Terjatuh dari ketinggian 0 3 3 11 7 24
Terkena percikan api ketika
3 0 3 0 16 5 24
pekerjaan pengelasan
Tertimpa material/peralatan yang
4 0 1 0 11 12 24
jatuh dari ketinggian
Tertimbun tanah saat melakukan
5 1 1 5 14 3 24
pekerjaan galian
Terbentur material/peralatan yang
6 1 0 0 16 7 24
keras

7 Terkena benda tajam 0 2 0 11 11 24

kontak langsung dengan suhu,


radiasi, bahan kimia, dan
8 1 1 5 12 5 24
kebisingan
Potensi Kecelakaan Kerja
Pengetahuan pekerja dalam
1 0 1 0 16 7 24
menjalankan peralatan kerja
2 Tidak memakai APD 0 0 0 8 16 24
Kondisi tempat kerja yang tidak
3 0 1 2 15 6 24
sehat dan berbahaya
Pekerja tidak mematuhi peraturan
4 0 0 0 7 17 24
yang ditentukan
Kondisi peralatan kerja yang tidak
5 0 1 2 12 9 24
layak atau kurang perawatan

44
Material konstruksi yang tidak
6 0 1 2 17 4 24
memenuhi standar mutu
Metode pelaksanaan kerja yang
7 0 1 2 12 9 24
tidak memadai
Kurangnya rambu-rambu aturan
8 0 0 4 13 7 24
K3 di lokasi proyek
Penerapan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Inspeksi rutin terhadap
1 0 0 2 12 10 24
penggunaan APD pada pekerja
Pemasangan rambu-rambu
2 0 0 .0 10 14 24
keselamatan dan safety line
Pemeriksaan alat dan perawatan
3 0 0 1 15 8 24
rutin
Tersedianya metode kerja dan
4 0 0 0 14 10 24
program kerja
Menyediakan alat pemadam
5 0 0 6 14 4 24
kebakaran
Tersedianya jalur evakuasi untuk
6 0 0 0 9 15 24
keadaan darurat
7 Pelatihan/sosialisasi tentang K3 0 0 2 17 5 24

8 Pengecekan kesehatan pekerja 0 0 0 14 10 24

Pengawasan Pengendalian Kecelakaan Kerja


Penyimpanan, penggunaan, dan
1 0 0 2 16 6 24
pemeliharaan alat kerja
Alat pelindung diri yang
2 0 0 0 10 14 24
digunakan pekerja

3 Kondisi kesehatan para pekerja 0 0 0 10 14 24

Pengawasan resiko kecelakaan


4 0 0 0 14 10 24
kerja

45
Rambu-rambu K3 pada tempat
5 0 0 2 11 11 24
yang dikategorikan berbahaya
Memeriksa tempat kerja dan
6 0 0 0 14 10 24
kelengkapan K3 secara rutin
Pengukuran ketercapaian
7 0 0 1 18 5 24
pelaksanaan program K3
Evaluasi terhadap sasaran program
8 0 0 2 16 6 24
K3

Penilaian data responden tersebut diolah dengan mengukur Indeks


Kepentingan Relatif (IKR) dengan mengukur setiap variabel dari kuesioner.
Perhitungan Indeks Kepentingan Relatif (IKR) terdapat pada lampiran 3.

Berikut adalah analisis tingkat resiko kecelakaan kerja yang terjadi di


Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur.

Tabel 4.13 Resiko Kecelakaan Kerja


No Pertanyaan Kuesioner x̅ IKR Rank Keterangan

Terpukul peralatan kerja saat


1 4,17 0,83 (Tepat) 3 Resiko Tinggi
melakukan pekerjaan

2 Terjatuh dari ketinggian 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 6 Resiko Tinggi

Terkena percikan api ketika


3 3,96 0,79 (Kurang Tepat) 5 Resiko Tinggi
pekerjaan pengelasan

Tertimpa material/peralatan
4 4,42 0,88 (Tepat) 1 Resiko Tinggi
yang jatuh dari ketinggian

Tertimbun tanah saat


5 3,71 0,74 (Kurang Tepat) 8 Resiko Tinggi
melakukan pekerjaan galian

46
Terbentur material/peralatan
6 4,17 0,83 (Tepat) 4 Resiko Tinggi
yang keras

7 Terkena benda tajam 4,29 0,86 (Tepat) 2 Resiko Tinggi

kontak langsung dengan


8 suhu, radiasi, bahan kimia, dan 3,79 0,76 (Kurang Tepat) 7 Resiko Tinggi
kebisingan

Setelah itu, hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan
sesuai dengan rangking dari penilaian faktor resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.14 Resiko Kecelakaan Kerja Berdasarkan Ranking


No Pertanyaan Kuesioner x̅ IKR Rank Keterangan

Tertimpa material/peralatan
1 4,42 0,88 (Tepat) 1 Resiko Tinggi
yang jatuh dari ketinggian

2 Terkena benda tajam 4,29 0,86 (Tepat) 2 Resiko Tinggi

Terpukul peralatan kerja


3 4,17 0,83 (Tepat) 3 Resiko Tinggi
saat melakukan pekerjaan

Terbentur material/peralatan
4,17 0,83 (Tepat) 4 Resiko Tinggi
4 yang keras

Terkena percikan api ketika


5 3,96 0,79 (Kurang Tepat) 5 Resiko Tinggi
pekerjaan pengelasan

6 Terjatuh dari ketinggian 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 6 Resiko Tinggi

47
Kontak langsung dengan
7 suhu, radiasi, bahan kimia, dan 3,79 0,76 (Kurang Tepat) 7 Resiko Tinggi
kebisingan

Tertimbun tanah saat


8 3,71 0,74 (Kurang Tepat) 8 Resiko Tinggi
melakukan pekerjaan galian

Dari hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan


mengenai resiko terjadinya kecelakaan kerja di Proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur menjadi faktor yang dapat terjadi di
lokasi proyek tersebut. Hal ini dapat ditunjukan dari nilai rata-rata (mean) dari
setiap pertanyaan yang diuji memiliki nilai diatas 2,50. Dengan hasil tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tertimpa material/peralatan yang jatuh dari ketinggian menjadi resiko
tertinggi terjadinya kecelakaan kerja di lokasi proyek. Memiliki nilai
rata-rata 4,42 dari jawaban responden yang mendekati tingkat penilaian
resiko sangat tinggi yaitu 4,51. Hal itu dapat disebabkan karena
tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja dari para pekerja
proyek. Oleh karena itu perlu meningkatkan konsentrasi tenaga kerja
dan mengurangi kecerobohan tenaga kerja.
2. Terkena benda tajam di lokasi proyek juga merupakan resiko tinggi
terjadinya kecelakaan kerja. Dengan nilai rata-rata 4,29 dari jawaban
responden dan nilai indeks kepentingan relatif 0,86. Hal ini dapat
disebabkan karena benda-benda tajam seperti paku, potongan besi,
kawat, dan material-material lain berserakan kemudian mengenai
tenaga kerja yang tidak melihat benda tersebut.
3. Terpukul peralatan saat melakukan perkerjaan dan terbentur benda
yang keras merupakan kegiatan resiko tinggi selanjutnya dengan nilai
rata-rata jawaban responden 4,17 dan nilai IKR 0,83. Kecelakaan kerja
ini dapat disebabkan karena tenaga kerja yang kurang berhati- hati
dalam melakukan pekerjaannya.
48
4. Terkena percikan api, terjatuh dari ketinggian, kontak langsung dengan
bahan kimia, radiasi, kebisingan, dan tertimbun tanah saat melakukan
pekerjaan galian juga merupakan kegiatan yang beresiko tinggi.
Dengan nilai rata-rata jawaban responden 3,50 < X < 4,50, artinya
kegiatan ini juga beresiko tinggi tetapi secara tingkatan masih dibawah
dari kegiatan-kegiatan diatas. Kegiatan tersebut terjadi karena beberapa
faktor antara lain kondisi peralatan yang kurang perawatan, kondisi
kesehatan yang kurang baik, kecerobohan pekerja, kalkulasi yang
kurang dalam perencanaan, kurangnya alat pengamanan, dan kelalaian
manusia itu sendiri.

Berikut ini adalah analisis tingkat potensi penyebab kecelakaan kerja


yang terjadi di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang,
Cianjur.
Tabel 4.15 Potensi Penyebab Kecelakaan Kerja

No Pertanyaan Kuesioner x̅ IKR Rank Keterangan


Pengetahuan pekerja
1 dalam menjalankan 4,21 0,84 (Tepat) 3 Berpengaruh
peralatan kerja

Sangat
2 Tidak memakai APD 4,67 0,93 (Sangat Tepat) 2
Berpengaruh

Kondisi tempat kerja yang


3 4,08 0,82 (Tepat) 7 Berpengaruh
tidak sehat dan berbahaya

Pekerja tidak mematuhi Sangat


4 4,71 0,94 (Sangat Tepat) 1
peraturan yang ditentukan Berpengaruh

Kondisi peralatan kerja


5 yang tidak layak atau 4,21 0,84 (Tepat) 4 Berpengaruh
kurang perawatan

49
Material konstruksi yang
6 tidak memenuhi standar 4,00 0,80 (Tepat) 8 Berpengaruh
mutu

Metode pelaksanaan kerja


7 4,21 0,84 (Tepat) 5 Berpengaruh
yang tidak memadai

Kurangnya rambu-rambu
8 aturan K3 di lokasi 4,13 0,83 (Tepat) 6 Berpengaruh
proyek

Kemudian hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan


sesuai dengan rangking dari penilaian faktor potensi penyebab kecelakaan
kerja. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16 Potensi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Rangking

No Pertanyaan Kuesioner 𝒙̅ IKR Rank Keterangan


Pekerja tidak mematuhi Sangat
1 peraturan yang ditentukan 4,71 0,94 (Sangat Tepat) 1
Berpengaruh

Sangat
2 Tidak memakai APD 4,67 0,93 (Sangat Tepat) 2
Berpengaruh
Pengetahuan pekerja
3 dalam menjalankan 4,21 0,84 (Tepat) 3 Berpengaruh
peralatan kerja

Kondisi peralatan kerja


4 yang tidak layak atau 4,21 0,84 (Tepat) Berpengaruh
kurang perawatan
Metode pelaksanaan kerja
5 4,21 0,84 (Tepat) 5 Berpengaruh
yang tidak memadai

50
Kurangnya rambu-rambu
6 aturan K3 di lokasi 4,13 0,83 (Tepat) 6 Berpengaruh
proyek

Kondisi tempat kerja yang


7 4,08 0,82 (Tepat) 7 Berpengaruh
tidak sehat dan berbahaya

Material konstruksi yang


8 tidak memenuhi standar 4,00 0,80 (Tepat) 8 Berpengaruh
mutu

Hasil analisis diatas diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan kepada


responden mengenai potensi penyebab kecelakaan kerja di Proyek Rehabilitasi
dan Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur memiliki pengaruh di lokasi
proyek tersebut. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata (mean) dari setiap
pertanyaan yang diajukan kepada responden memiliki nilai diatas 2,50. Dari
analisa diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pekerja yang tidak mematuhi peraturan menjadi perilaku yang sangat


berpengaruh terhadap potensi yang mengakibatkan kecelakaan kerja.
Dengan nilai rata-rata atau mean antara 4,51 < x < 5,00 yaitu 4,71 dari
jawaban responden. Dari perilaku pekerja tersebut pekerja dapat
berpotensi mengalami kecelakaan kerja karena mengabaikan peraturan
yang telat dibuat oleh tenaga ahli K3.
2. Tidak memakai APD menjadi faktor kedua dengan nilai rata rata ata
mean antara 4,51 < X < 5,00 yaitu 4,67 dan masuk kategori sangat
berpengaruh terhadap potensi penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
APD sangat penting bagi pekerja karena dapat mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja di lokasi proyek. Penggunaan APD antara
lain helm proyek, rompi, body harness safety, dan sepatu yang standar
digunakan di lokasi proyek.
3. Pengetahuan pekerja dalam menjalankan alat kerja, kondisi peralatan
yang tidak layak, metode pelaksanaan kerja yang tidak memadai
51
menjadi faktor berikutnya yang dapat berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja. Dengan nilai rata-rata jawaban dari responden 4,21 yaitu 3,51 <
X < 4,50 termasuk kategori berpengaruh. Hal ini disebabkan kurangnya
perawatan pada peralatan yang digunakan, minimnya pengetahuan
pekerja mengenai alat kerja, dan metode kerja yang direncanakan tidak
sesuai dengan lingkungan proyek.
4. Kurangnya rambu-rambu K3, kondisi tempat kerja yang berbahaya, dan
material yang digunakan tidak memenuhi standar mutu menjadi faktor
selanjutnya dengan memiliki nilai rata-rata 3,51 < X < 4,50, artinya
faktor tersebut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja tetapi
tidak sebesar faktor-faktor diatas. Hal ini disebabkan karena kurangnya
tersedia rambu peringatan K3, lingkungan tempat kerja yang ekstrim,
dan penggunaan material yang tidak sesuai mutu perencanaan.

Berikut ini adalah analisis tingkat penerapan pengendalian kecelakaan


kerja yang terjadi di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang
Cianjur.
Tabel 4.17 Pengendalian Kecelakaan Kerja

No Pertanyaan Kuesioner 𝒙̅ IKR Rank Keterangan


Inspeksi rutin terhadap
1 penggunaan APD pada 4,33 0,87 (Tepat) 5 Dilaksanakan
pekerja
Pemasangan rambu-
Rutin
2 rambu keselamatan dan 4,58 0,92 (Tepat) 2
Dilaksanakan
safety line

Pemeriksaan alat dan


3 4,29 0,86 (Tepat) 6 Dilaksanakan
perawatan rutin

Tersedianya metode kerja


4 4,42 0,88 (Tepat) 3 Dilaksanakan
dan program kerja

52
Menyediakan alat
5 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 8 Dilaksanakan
pemadam kebakaran

Tersedianya jalur
Rutin
6 evakuasi untuk keadaan 4,63 0,93 (Sangat Tepat) 1
Dilaksanakan
darurat
Pelatihan/sosialisasi
7 tentang K3 4,13 0,83 (Tepat) 7 Dilaksanakan

Pengecekan kesehatan
8 4,42 0,88 (Tepat) 4 Dilaksanakan
pekerja

Kemudian hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan


sesuai dengan rangking dari penilaian faktor potensi penyebab kecelakaan
kerja. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.18 Pengendalian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Rangking
IKR Rank Keterangan
No Pertanyaan Kuesioner 𝒙̅
Tersedianya jalur
Rutin
1 evakuasi untuk keadaan 4,63 0,93 (Sangat Tepat) 1 Dilaksanakan
darurat
Pemasangan rambu-
Rutin
2 rambu keselamatan dan 4,58 0,92 (Sangat Tepat) 2
Dilaksanakan
safety line

Tersedianya metode kerja


3 4,42 0,88 (Tepat) 3 Dilaksanakan
dan program kerja

Pengecekan kesehatan
4 4,42 0,88 (Tepat) 4 Dilaksanakan
pekerja

Inspeksi rutin terhadap


5 penggunaan APD pada 4,33 0,87 (Tepat) 5 Dilaksanakan
pekerja

53
Pemeriksaan alat dan
6 4,29 0,86 (Tepat) 6 Dilaksanakan
perawatan rutin

Pelatihan/sosialisasi
7 4,13 0,83 (Tepat) 7 Dilaksanakan
tentang K3

Menyediakan alat
8 3,92 0,78 (Kurang Tepat) 8 Dilaksanakan
pemadam kebakaran

Di atas adalah hasil analisis penerapan pengendalian kecelakaan kerja di


Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur. Dapat
diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden mempunyai
pengaruh di lingkungan proyek. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata
atau mean setiap pertanyaan yang diajukan. Dari semua pertanyaan memiliki
nilai diatas 2,50. Data tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tersedianya jalur evakuasi untuk keadaan darurat memiliki nilai mean
tertinggi yaitu 4,63 dengan kesimpulan nilai mean 4,51 < X < 5,00
termasuk kategori rutin dilaksanakan atau sudah sangat diterapkan di
lokasi proyek. Menempati rangking pertama menandakan jalur evakuasi
untuk keadaan darurat menjadi bagian terpenting dalam penerapan
pengendalian kecelakaan kerja di lingkungan proyek.
2. Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan safety line memiliki nilai
rata-rata atau mean tertinggi kedua yaitu 4,58 dengan kesimpulan nilai
mean 4,51 < X < 5,00 dan masuk kategori rutin dilaksanakan atau sudah
sangat dilaksanakan. Pemasangan rambu- rambu keselamatan dan safety
line merupakan instrument penting dalam penerapan pengendalian
kecelakaan kerja karena dapat menjadi peringatan atau pemberitahuan
kepada pekerja di lokasi proyek.
3. Tersedianya metode kerja dan pengecekan kesehatan pekerja memiliki
nilai mean yang sama yaitu 4,42 termasuk kategori dilaksanakan karena
memiliki nilai mean 3,52 < X < 4,50. Metode kerja dan program kerja
yang sesuai dengan kondisi lingkungan proyek serta sumber daya

54
manusia yang memadahi merupakan faktor pengendalian yang
diterapkan di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang, Cianjur.
Pengecekan kesehatan pekerja juga menjadi faktor yang dilaksanakan
karena kesehatan pekerja juga mempengaruhi kinerja para pekerja.
4. Inspeksi rutin terhadap penggunaan APD para pekerja, pemeriksaan
peralatan dan perawatan rutin dan pelatihan/sosialisasi tentang K3 juga
dilaksanakan di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi RSUD Sayang,
Cianjur. Dengan nilai rata-rata atau nilai mean 3,51 < X < 4,50. Hal ini
guna untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh kerusakan alat, kesalahan dalam penggunaan alat, terhindar dari
resiko terkena benda keras, dan pengetahuan pekerja tentang pelaksanaan
K3 di Lingkungan proyek.
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran memiliki nilai rata-rata atau nilai
mean terkecil dengan nilai 3,92 tetapi termasuk kategori dilaksanakan
karena memiliki nilai mean antara 3,51 < X < 4,50. Penyediaan alat
pemadam kebakaran menjadi penting karena untuk pengendalian apabila
terjadi kebakaran di lokasi proyek.
Berikut ini adalah analisis tingkat pengawasan pengendalian kecelakaan
kerja yang terjadi di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang
Cianjur.
Tabel 4.19 Pengawasan Pengendalian Kecelakaan Kerja

No Pertanyaan Kuesioner 𝒙̅ IKR Rank Keterangan

Penyimpanan,
1 penggunaan, dan 4,17 0,83 (Tepat) 6 Tepat
pemeliharaan alat kerja

Alat pelindung diri yang


2 4,58 0,92 (Sangat Tepat) 1 Sangat Tepat
digunakan pekerja

Kondisi kesehatan para


3 4,58 0,92 (SangatTepat) 2 Sangat Tepat
pekerja

55
Pengawasan resiko
4 4,42 0,88 (Tepat) 3 Tepat
kecelakaan kerja

Rambu-rambu K3 pada
5 tempat yang 4,38 0,88 (Tepat) 5 Tepat
dikategorikan berbahaya
Memeriksa tempat kerja
6 dan kelengkapan K3 4,42 0,88 (Tepat) 4 Tepat
secara rutin

Pengukuran ketercapaian
7 4,17 0,83 (Tepat) 8 Tepat
pelaksanaan program K3

Evaluasi terhadap sasaran


8 4,17 0,83 (Tepat) 7 Tepat
program K3

56
Kemudian hasil dari perhitungan olah data kuesioner di atas diurutkan
sesuai dengan rangking dari penilaian faktor potensi penyebab kecelakaan
kerja. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20 Pengawasan Pengendalian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Rangking

No Pertanyaan Kuesioner 𝒙̅ IKR Rank Keterangan


Alat pelindung diri yang
1 digunakan pekerja 4,58 0,92 (Tepat) 1 Sangat Tepat

Kondisi kesehatan para


4,58 0,92 (Tepat) 2 Sangat Tepat
2 pekerja

Pengawasan resiko
3 4,42 0,88 (Tepat) 3 Tepat
kecelakaan kerja

Memeriksa tempat kerja


4 dan kelengkapan K3 4,42 0,88 (Tepat) 4 Tepat
secara rutin
Rambu-rambu K3 pada
5 tempat yang 4,38 0,88 (Tepat) 5 Tepat
dikategorikan berbahaya
Penyimpanan,
6 penggunaan, dan 4,17 0,83 (Tepat) 6 Tepat
pemeliharaan alat kerja

Evaluasi terhadap sasaran


7 4,17 0,83 (Tepat) 7 Tepat
program K3

Pengukuran ketercapaian
8 4,17 0,83 (Tepat) 8 Tepat
pelaksanaan program K3

57
Dari hasil analisis data diatas dapat didapati bahwa pertanyaan
kuesioner mengenai pengawasa pengendalian kecelakaan kerja yang diajukan
kepada responden memiliki pengaruh di lingkungan proyek. Hal ini
dikarenakan nilai rata-rata atau mean dari pertanyaan pada kuesioner yang
diajukan memiliki nilai diatas 2,50. Dengan data diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap alat pelindung diri dan kondisi kesehatan para


pekerja memiliki nilai rata-rata atau mean tertinggi dengan nilai 4,58
dan masuk kategori sangat tepat dengan nilai mean antara 4,51 < X <
5,00. Alat pelindung diri menjadi salah satu kelengkapan yang wajib
digunakan oleh pekerja di lokasi proyek untuk menghindari resiko
terjadinya kecelakaan kerja, dan kesehatan kerja juga dinilai penting
karena kesehatan pekerja dapat mempengaruhi kinerja pekerja di lokasi
proyek.
2. Pengawasan resiko kecelakaan kerja, memeriksa tempat kerja dan
kelengkapan K3 secara rutin memiliki tingkatan kedua dengan nilai
rata-rata atau mean 4,42 dan termasuk kategori tepat karena memiliki
nilai rata-rata atau mean 3,50 < X < 4,50. Pengawasan resiko
kecelakaan kerja dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja di lokasi
proyek dengan kontrol rutin yang dilakukan oleh tim K3 di lapangan.
Memeriksa tempat kerja dan kelengkapan K3 juga menjadi kegiatan
pengawasan yang tepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
3. Pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kategori bahaya menjadi
kegiatan pengawasan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi berikutnya
dengan nilai rata-rata atau mean 4,38 dan termasuk kategori tepat
karena memiliki nilai mean antara 3,50 < X < 4,50. Pemasangan rambu
K3 di tempat berbahaya dapat menjadi peringatan keras agar pekerja di
lokasi tersebut lebih memperhatikan keselamatan kerja agar terhindar
dari kecelakaan kerja.
4. Penyimpanan, penggunaan, dan pemeliharaan alat kerja, evaluasi
program K3, dan pengukuran ketercapaian program K3 mempunyai
nilai rata-rata terkecil dengan nilai 4,17 tetapi masuk kategori tepat
karena memiliki nilai antara 3,50 < X < 4,50. Pemeliharaan alat kerja

58
menjadi kegiatan pengawasan yang tepat karena kegiatan tersebut dapat
mencegah terjadinya kerusakan alat saat digunakan sehingga orang
yang menggunakan alat tersebut terhindar dari kecelakaan kerja.
Evaluasi program K3 dan pengukuran ketercapaian program K3 juga
dinilai tepat karena dapat menjadi bahan evaluasi kegiatan pelaksanaan
K3 sebelumnya sehingga dapat mengetahui faktor apa yang belum
sepenuhnya dilaksanakan.

4.4 Hasil Pengamatan Pelaksanaan K3


Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang, Cianjur maka didapatkan hasil pengamatan pelaksanaan K3
berupa identifikasi resiko dan bahaya, serta penerapan pengendalian resiko yang
sudah dilaksanakan di lokasi proyek.
Berikut rincian jawaban dan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada Kepala Tim K3:
I. Identifikasi
Terjadi Resiko dan
No Pertanyaan Wawancara
Ya Tidak Bahaya
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
1 ini pernahkah terjadi kaki/tangan pekerja  - Tabel 4.21 Identifikasi
Resiko dan Bahaya
yang tergores?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
2 ini pernahkah terjadi pekerja yang - 
tertimbun galian?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
3 ini pernahkah terjadi pekerja yang - 
tertimpa material ?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
4 ini pernahkah terjadi pekerja yang terjatuh - 
dari ketinggian?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
5 ini pernahkah terjadi pekerja yang - 
tersetrum aliran listrik?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek
6 - 
ini pernahkah terjadi kebakaran?
Selama berlangsungnya kegiatan proyek59
7 ini pernahkah terjadi pekerja yang  -
terpapat Covid-19?
Berdasarkan hasil tabel di atas maka dapat dijelaskan keterangan sebagai
berikut :
1. Kecelakaan kerja berupa kaki/tangan pekerja tergores adalah jenis
kecelakaan ringan, karena sering terjadi pada pekerja – pekerja yang lalai
dalam menggunakan APD. Contoh yang sering terjadi adalah kaki
terkena paku atau tergores saat pembesian dan pekerjaan keramik.
2. Kecelakaan kerja berupa pekerja tertimbun tanah galian tidak pernah
terjadi karena adanya fasilitas alat keamanan yang memadai dan adanya
bimbingan operator alat berat agar lebih berhati-hati dalam bekerja.
3. Kecelakaan kerja berupa pekerja tertimpa material tidak pernah terjadi
karena proses dan penyimpanan material yang baik dapat mengantisipai
terjadinya kecelakaan.
4. Kecelakaan kerja berupa pekerja yang tersetrum aliran listrik tidak pernah
terjadi karena selalu mensosialisasikan masalah bahaya tegangan tinggi
dengan memberi rambu-rambu bahaya tegangan tinggi.
5. Kecelakaan kerja berupa kebakaran di lokasi proyek tidak pernah terjadi
karena selalu melakukan checking peralatan sebelum pemakaian dan
dengan di fasilitasi APAR yang cukup di beberapa titik rawan kebakaran.
6. Pada proyek ini terdapat pekerja yang terpapar Covid-19 dikarenakan
mobilitas yang sangat tinggi, bertemu dengan banyak orang di luar lokasi
proyek sehingga tidak dapat memutus rantai penyebaran Covid-19.
7. Kecelakaan kerja berupa pekerja yang jatuh dari ketinggian tidak pernah
terjadi karena selalu menekankan kewaspadaan dalam bekerja.

II. Penerapan Pengendalian Resiko

Tabel 4.22 Penerapan Pengendalian Resiko


Dilaksanakan
No Pertanyaan Wawancara
Ya Tidak
Apakah pemeriksaan perlengkapan
1 keselamatan untuk pengendalian resiko  -
dan bahaya sudah dilaksanakan?

60
Apakah inspeksi rutin APD kepada
2 pekerja untuk pengendalian resiko dan  -
bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah tersedianya metode kerja &
3 program kerja untuk pengendalian resiko  -
dan bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah memasang rambu-rambu
4  -
keselamatan dan safety line untuk
pengendaian resiko dan bahaya sudah
dilaksanakan?

Apakah menyediakan alat pemadam


5 kebakaran untuk pengendalian resiko dan  -
bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah memeriksa keamanan instalasi
6 sebelum bekerja untuk pengendalian  -
resiko dan bahaya sudah dilaksanakan?
Apakah pengecekan kesehatan pekerja
7 untuk pengendalian resiko dan bahaya  -
sudah dilaksanakan?
Apakah penyediaan jalur evakuasi dalam
8 keadaan darurat untuk pengendalian  -
resiko dan bahaya sudah dilaksanakan?

Berdasarkan hasil tabel diatas maka dapat dijelaskan keterangan sebagai


berikut :

61
1. Pemeriksaan perlengkapan keselamatan untuk pengendalian resiko dan
bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur karena setiap pagi diadakan safety morning untuk
mensosialisasikan dan melakukan pemeriksaan perlengkapan keselamatan

kerja maupun cek suhu badan untuk pemeriksaan kesehatan.


Gambar 4.1 Pemeriksaan Suhu Tubuh

2. Inspeksi rutin APD kepada pekerja untuk pengendalian resiko dan bahaya
sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD
Sayang Cianjur, karena setiap hari tim K3 dari pelaksana proyek
melakukan safety patrol guna memantau seluruh pekerja memakai APD
dan digunakan dengan benar dari lantai dasar – lantai atap.

Gambar 4.2 Inspeksi Rutin APD

3. Tersedianya metode kerja & program kerja untuk pengendalian resiko dan
bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang, Cianjur. Metode kerja berupa sosialisasi tata cara

62
penggunaan APD contohnya pemasangan safety net harus menggunakan
FBH, pemasangan di ketinggian > 1,8 meter harus menggunakan FBH.
Program kerja berupa identifikasi kondisi lapangan apabila kondisi jalan
becek harus dibersihkan dahulu, untuk kayu – kayu yang terdapat paku
harus disingkirkan terlebih dahulu agar meminimalisir terjadinya resiko

kerja, pemasangan pagar keliling untuk membatasi keluar masuknya orang


yang tidak berkepentingan.
Gambar 4.3 Pemasangan Pagar Keliling

4. Memasang rambu-rambu keselamatan dan safety line untuk pengendalian


resiko dan bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang, Cianjur berupa pemasangan rambu- rambu cuci
tangan sebelum bekerja, rambu-rambu APD saat bekerja, dan pemasangan
safety line pada batas – batas bahaya ketinggian.

Gambar 4.4 Pemasangan Rambu-Rambu K3

63
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran untuk pengendalian resiko dan

bahaya sudah dilaksanakan berupa fasilitas APAR dibeberapa tempat yang


rawan kebakaran dan mudah dijangkau apabila terjadi kebakaran.
Gambar 4.5 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

6. Memeriksa keamanan instalasi sebelum bekerja untuk pengendalian resiko


dan bahaya sudah dilaksanakan berupa pemasangan rambu- rambu agar
diperhatikan oleh pekerja. Contohnya apabila ingin menggunakan Bor atau
Gerenda harus dicek terlebih dahulu apakah kabelnya masih layak atau
sudah terkelupas agar tidak menimbulkan aliran listrik (strum) begitu juga
untuk semua pekerjaan yang membutuhkan aliran listrik.

Gambar 4.6 Pengecekan Instalasi Listrik

7. Pengecekan kesehatan pekerja sebelum bekerja untuk pengendalian resiko

64
dan bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang Cianjur berupa pemeriksaan suhu badan setiap

berkala dengan menggunakan Thermo Gun dan pada saat safety morning
selalu membagikan masker secara gratis.
Gambar 4.7 Pengecekan Suhu Tubuh dengan Thermo Gun

8. Penyediaan jalur evakuasi dalam keadaan darurat untuk pengendalian


resiko dan bahaya sudah dilaksanakan di proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Gedung RSUD Sayang, Cianjur yaitu berupa pemasangan rambu-rambu
untuk titik evakuasi dan titik berkumpul jadi apabila ada kebakaran atau
bencana alam lainnya dapat melakukan evakuasi darurat pada tempat yang
sudah disediakan.

Gambar 4.8 Tempat Kumpul (Assembly Point)

65
4.5 Rangkuman Hasil Analisis
4.5.1 Uji validitas data
Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid tidaknya pertanyaan
pada kuesioner terhadap sesuatu yang diukur. Pada Tabel. 4.12 hasil uji
validitas data menunjukan pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner valid,
karena memiliki nilai r-hitung diatas nilai r-tabel yaitu 0,404.

4.5.2 Uji reliabilitas data


Uji reliabilitas data digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan
intrumen yang ada pada kuesioner penelitian. Pada Tabel 4.13 hasil uji
reliabilitas data variabel pada penelitian ini dikatakan layak digunakan karena
memiliki nilai diatas 0,60.

4.5.3 Indeks Kepentingan Relatif (IKR)


Berdasarkan perhitungan analisis penerapan sistem manajemen K3 di
Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang, Cianjur maka
diketahui hasil analisis dari penelitian terhadap jawaban responden sebagai
berikut:
1. Hasil analisis jawaban responden terhadap resiko kecelakaan kerja yang
diperoleh dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang ada pada Tabel
4.16 merupakan kegiatan beresiko tinggi karena memiliki nilai antara
3,50 < X < 4,50. Kegiatan yang memiliki nilai tertinggi adalah tertimpa
material/peralatan yang jatuh dari ketinggian dengan nilai rata-rata
(mean) jawaban dari responden 4,42. Kegiatan yang memiliki nilai
terkecil adalah tertimbun tanah saat melakukan pekerjaan galian dengan
nilai rata-rata (mean) dari jawaban responden 3,71.
2. Hasil analisis dari jawaban responden terhadap potensi yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja menyatakan bahwa faktor-
faktor yang terdapat pada Tabel 4.18 merupakan faktor yang berpengaruh.
Terdapat 2 faktor yang memiliki keterangan sangat berpengaruh karena
memiliki nilai antara 4,51 < X < 5,00 yaitu faktor pekerja tidak mematuhi
peraturan dan pekerja tidak memakai alat pelindung diri. Nilai terkecil
dengan nilai 4,40 adalah material yang tidak memenuhi standar mutu,
tetapi faktor tersebut berpengaruh terhadap potensi terjadinya kecelakaan
kerja.
3. Hasil analisis dari jawaban responden terhadap penerapan pengendalian

66
kecelakaan kerja pada Tabel 4.20 menyatakan bahwa sudah dilaksanakan
karena memiliki nilai antara 3,50 < X < 4,50. Faktor yang rutin
dilaksanakan adalah tersedianya jalur evakuasi dan pemasangan rambu-
rambu K3 karena memiliki nilai diatas 4,51. Dan faktor memiliki nilai
terkecil adalah menyediakan alat pemadam kebakaran, namun keterangan
faktor tersebut sudah dilaksanakan.
4. Hasil analisis jawaban responden terhadap kegiatan pengawasan
pengendalian kecelakaan kerja pada Tabel 4.22 menyatakan bahwa
faktor-faktor yang ditanyakan adalah tepat karena memiliki nilai diatas
3,50. Faktor yang memiliki nilai tertinggi adalah pengawasan terhadap
alat pelindung diri yang digunakan pekerja dan kesehatan pekerja yang
memiliki nilai rata-rata jawaban responden diatas 4,51. Jawaban dengan
nilai rata-rata terkecil adalah pengukuran capaian program K3, namun hal
tersebut tepat untuk dilaksanakan.

4.5.4 Hasil Pengamatan K3


I. Identifikasi Resiko dan Bahaya
Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapatkan hasil pengamatan
pelaksanaan K3 berupa identifikasi resiko dan bahaya yang terjadi di lokasi
proyek berupa :
1. Kecelakaan kerja berupa kaki/tangan pekerja tergores adalah jenis
kecelakaan ringan, karena sering terjadi pada pekerja – pekerja yang lalai
dalam menggunakan APD. Kecelakaan kerja tersebut sering terjadi pada
saat pekerjaan pembesian dan pemasangan keramik.
2. Pada proyek ini terdapat pekerja yang terpapar Covid-19 dikarenakan
mobilitas yang sangat tinggi, bertemu dengan banyak orang diluar lokasi
proyek sehingga tidak dapat memutus rantai penyebaran Covid-19. Pada
proyek ini terdapat 4 orang yang terpapar Covid-19.

II. Penerapan Pengendalian Resiko


Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapatkan hasil
pengamatan pelaksanaan K3 berupa penerapan pengendalian resiko yang

67
sudah dilaksanakan di lokasi proyek, yaitu :
1. Pemeriksaan perlengkapan keselamatan.
2. Inspeksi rutin APD kepada pekerja.
3. Tersedianya metode kerja & program kerja.
4. Memasang rambu-rambu keselamatan dan safety line.
5. Menyediakan alat pemadam kebakaran.
6. Memeriksa keamanan instalasi sebelum bekerja.
7. Pengecekan kesehatan pekerja sebelum bekerja.
8. Penyediaan jalur evakuasi dalam keadaan darurat.

68
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penelitian tugas akhir ini memiliki tujuan untuk menganalisis sistem
manajemen K3 yang ada di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang
Cianjur. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di lokasi proyek maka penerapan
sistem manajemen K3 punya pengaruh penting dalam pelaksanaan proyek
konstruksi.
Analisis sistem manajemen K3 di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur antara lain identifikasi resiko kecelakaan kerja, potensi yang
menyebabkan kecelakaan kerja, penerapan pengendalian kecelakaan kerja, dan
pengawasan penerapan pengendalian kecelakaan kerja. Dengan hasil analisis tersebut
maka dapat diketahui urutan dari nilai Indeks Kepentingan Relatif (IKR) tertinggi
sampai terendah. Berdasarkan hasil data yang diolah, maka kesimpulan hasil
pengujian sebagai berikut:
1. Identifikasi resiko kecelakaan kerja yang tertinggi adalah tertimpa
material/peralatan yang jatuh dari ketinggian. Resiko kecelakaan kerja
tersebut dapat disebabkan karena kecerobohan para pekerja yang kurang hati-
hati di lokasi proyek. Dan yang terendah adalah terkena percikan api, terjatuh
dari ketinggian, kontak langsung dengan kebisingan, dan tertimbun tanah
ketika pekerjaan galian. Walaupun memiliki nilai IKR yang rendah tetapi
kegiatan tersebut tetap beresiko tinggi.
2. Potensi terjadinya kecelakaan kerja yang memiliki nilai IKR tertinggi adalah
pekerja yang tidak mematuhi peraturan sebagai contoh tidak memakai alat
pelindung diri, mengabaikan rambu-rambu peringatan yang sudah disediakan
oleh tim K3 di titik-titik bahaya. Faktor yang memiliki nilai terkecil adalah
kurangnya rambu-rambu K3, kondisi tempat kerja yang berbahaya, dan
material yang tidak sesuai mutu. Faktor tersebut memiliki nilai kecil karena
pengendalian kecelakaan kerja di proyek sudah direncanakan dengan baik.

69
3. Penerapan pengendalian kecelakaan kerja yang memiliki nilai IKR tertinggi
adalah tersedianya jalur evakuasi apabila terjadi keadaan darurat artinya
faktor tersebut sudah sangat dilaksanakan di lokasi proyek. Dan penerapan
pengendalian kecelakaan kerja dengan nilai IKR terendah adalah
menyediakan alat pemadam kebakaran. Walaupun memiliki nilai yang
terendah tetapi di lokasi proyek sudah disediakannya alat pemadam
kebakaran.
4. Pengawasan pengendalian kecelakaan kerja memiliki nilai IKR tertinggi
adalah kegiatan pengawasan atau pengecekan alat pelindung diri dan kondisi
kesehatan pekerja yang artinya kegiatan tersebut sangat tepat dilakukan dalam
hal pengawasan supaya kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Kegiatan yang
memiliki nilai IKR terendah adalah penyimpanan, penggunaan, dan
pemeliharaan alat kerja, evaluasi dan pengukuran ketercapaian program K3.
Walaupun memiliki nilai terendah, namun kegiatan tersebut juga dinilai tepat
untuk dilaksanakan sebagai pengawasan pengendalian kecelakaan kerja.
5. Dari Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapat hasil identifikasi
resiko dan bahaya yang terjadi di proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur, yaitu tangan/kaki tergores karena termasuk
kecelakaan ringan yang umum terjadi di lokasi proyek, dan terdapat 4 orang
yang terpapar Covid-19 karena mobilitas yang sangat tinggi, bertemu dengan
banyak orang diluar. lokasi proyek sehingga tidak dapat memutus rantai
penyebaran Covid-19.
6. Dari Hasil wawancara dengan Kepala Tim K3 proyek Rehabilitasi dan
Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, maka didapat hasil penerapan
pengendalian resiko dan bahaya yang sudah dilaksanakan di proyek
Rehabilitasi dan Renovasi Gedung RSUD Sayang Cianjur, yaitu pemeriksaan
perlengkapan keselamatan, inspeksi rutin APD kepada pekerja, tersedianya
metode kerja & program kerja, memasang rambu-rambu keselamatan dan
safety line, menyediakan alat pemadam kebakaran, memeriksa keamanan
instalasi sebelum bekerja, pengecekan kesehatan pekerja sebelum bekerja,
dan penyediaan jalur evakuasi dalam keadaan darurat.

70
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan tentang analisis
penerapan sistem manajemen K3 di Proyek Rehabilitasi dan Renovasi Gedung
RSUD Sayang Cianjur, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kelengkapan alat keselamatan pekerja perlu dilakukan pengawasan secara
ketat karena alat pelindung diri seperti helm, rompi, dan sepatu yang standar
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja.
2. Kesehatan pekerja di lokasi proyek harus lebih diperhatikan karena faktor
tubuh manusia yang kurang sehat dapat mengurangi konsentrasi saat
melakukan pekerjaan sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
3. Pengawasan terhadap penerapan K3 harus rutin dilaksanakan dari mulai
pekerja,kondisi tempat kerja, dan peralatan yang digunakan diawasi semua
pihak terutama tim K3.
4. Sosialisasi dan pelatihan khusus K3 diberikan kepada pekerja dengan rutin
agar pekerja mengerti apa saja yang perlu diperhatikan dan memiliki
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Metode dan evaluasi program K3 rutin dilaksanakan untuk mengukur
ketercapaian pelaksanaan K3 di lokasi proyek agar dapat mengetahui
kekurangan dalam penerapan sistem manajemen K3.
6. Peneliti berharap untuk waktu kedepan dapat dilakukan penelitian yang lebih
maksimal, karena pada penelitian ini hasil yang didapat dan pengaruh yang
diberikan masih belum maksimal. Peneliti berharap akan ada peneliti lanjutan
yang meneliti tentang sistem manajemen K3, dan aspek-aspek lainnya.

71

Anda mungkin juga menyukai