PENDAHULUAN
Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur terus mengalami kemajuan setiap waktu.
Hal ini terlihat dari pembangunan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur yang dilakukan
pemerintah dan berbagai pihak terkait, dengan tujuan menunjang berbagai kegiatan dan
memenuhi berbagai kebutuhan yang ada. Salah satu contohnya adalah Proyek Pembangunan
Puskesmas Naibonat. Teknik sipil merupakan salah satu Program Studi Strata I Fakultas
Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang, yang mampu menghasilkan tenaga ahli
yang bekerja dibidang konstruksi.
Untuk menghasilkan tenaga ahli tersebut tentu seorang Calon Sarjana Teknik Sipil harus
mampu menguasai ilmu konstruksi seluas - luasnya baik secara teori maupun praktek
dilapangan. Untuk itu mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori di jenjang perkuliahan,
namun juga harus bisa memahami keadaan lapangan nantinya yang akan dihadapi kelak
dengan menjalani Kerja Praktek (KP) sebagai salah satu syarat ketuntasan studi dan juga
bekal kedepan saat telah menjadi seorang sarjana.
Kurikulum Program Studi Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana Kupang, terdapat mata
kuliah “Kerja Praktek (KP)” yang dimaksudkan kepada mahasiswa agar mahasiswa mampu
mengenal dunia kerja konstruksi nantinya dengan melakukan praktek di lapangan
berdasarkan teori yang diperoleh selama perkuliahan. Selain itu pula hal ini juga bertujuan
baik bagi mahasiswa agar dimana dengan adanya interaksi langsung dengan pihak-pihak
yang terlibat di proyek, mahasiswa diharapkan dapat memahami seluk - beluk dalam proses
pelaksanaan proyek konstruksi. Dengan demikian mahasiswa diharapkan mempunyai
wawasan untuk terjun kedunia kerja dan menghadapi berbagai persaingan yang ada.
Proyek konstruksi yang akan ditinjau sebagai tempat kerja praktek adalah Proyek
Pembangunan Puskesmas Naibonat. Alasan pemilihan proyek pembangunan ini adalah
karena proyek ini baru mulai dilakukan pada awal kerja praktek sehingga mahasiswa dapat
mengikuti proses pelaksanaan pembangunan Puskesmas Naibonat dari komponen struktur
seperti pondasi foot plat, pondasi pile cap, pedestal, sloof, kolom, balok, pelat, dan tangga.
Selain itu juga terdapat komponen nonstruktur dan manajemen proyek sehingga mahasiswa
dapat mengamati berbagai prosedur pelaksanaan yang ada.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur, serta menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan (Sucipto, 2014). Era globalisasi, K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap
bagian kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan.
K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan
atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat mengancam
dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya. Dalam Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan bahwa upaya K3 harus
diselengarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko
bahaya kesehatan. Rumah sakit dan klinik termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya karyawan
yang bekerja, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit dan klinik (Yuwono
& Yuanita, 2015).
Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap tenaga kerja
berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga
kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga
pekerja merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja, untuk dapat bekerja sebaik mungkin dan
juga dapat mendukung keberhasilan serta target dalam pekerjaan dapat tercapai (Saputra,
2012). Salah satu faktor yang dapat membentuk kepuasan kerja adalah adanya jaminan dan
kondisi kerja yang nyaman bagi anggota organisasi. Dan K3 merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Indrawati dkk, 2017).
Kepuasan kerja menurut Mathis dan Jackson (2011) adalah keadaan emosional yang
positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja dapat
diartikan sebagai perasaan puas yang diperoleh di tempat kerja, baik dalam hal beban kerja,
lingkungan atau kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja atau penyelia, dan kompensasi.
Kepuasan kerja sulit didefinisikan karena rasa puas itu bukan keadaan yang tetap melainkan
dapat dipengaruhi dan diubah oleh kekuatan-kekuatan baik dari dalam maupun dari luar
(Puspitawati & Riana, 2014).
Konsultasi/asistensi
Pada proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat memiliki beberapa item yang
ditinjau yaitu tinjauan umum system pelaksanaan proyek dan pelaksanaan dan kendala yang
terjadi dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta mengetahui tingkat
kinerja pada proyek konstruksi. Dan responden penelitian ini adalah tenaga kerja pada proyek
konstruksi di Puskesmas Naibonat.
1.6 Informasi Proyek
Berikut ini adalah data (informasi) berkaitan dengan Informasi Pelaksanaan Proyek
Pembangunan Rehabilitas Stadion Oepoi Kota Kupang tahun 2021
a) Nama Pekerjaan : Pembangunan Puskesmas Naibonat
b) Lokasi Proyek : Naibonat – Kabupaten Kupang
c) Sumber Dana : Dana DAK Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
d) Nomor Kontrak : 600/271.a/SDK/2021
e) Tanggal Kontrak : 12 Juli 2021
f) Nilai Kontrak : Rp. 5.850.570.000,00
g) Waktu Pelaksanaan : 150 (seratus Lima puluh) hari kalender
h) Konsultan Perencanaan : CV. Archilogic
i) Kontaktor Pelaksanaan : CV. Tifanny Karya
j) Konsultan Pengawas : CV. Joshua Engineering
k) Tahun Anggaran : 2021
Papan informasi proyek Pembangunan Puskesmas Naibonat Kupang dapat dilihat
pada gambar 1.2
Proyek Ruang lingkup dari pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Puskesmas Naibonat
yaitu :
1. Pekerjaan Persiapan
Kegiatan ini dilakukan sebelum pelaksanaan tahap konstruksi. Kegiatan yang
termasuk di dalam ini adalah pengukuran dan pematokan area kerja, pembersihan
lokasi kerja, pemasangan benchmark/patok dan papan-papan bouwplank ,penggalian
tanah dan penimbunan ( cutting ).
2. Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan ini meliputi pembuatan bekisting/cetakan beton, pekerjaan pondasi foot plat
dan pondasi pile cap, urugan dan pemadatan pada area galian, pembesian dan
pengecoran kolom, sloof, balok dan pelat, serta tangga, serta pekerjaan struktur dak
atap.
3. Pekerjaan Arsitektur
Kegiatan ini meliputi pekerjaan dinding dan plesteran, kusen pintu dan jendela ,
pekerjaan lantai keramik, pekerjaan plafon baik itu pada lantai satu, lantai dua dan
lantai tiga juga pekerjaan arsitektur untuk dak atap.
4. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing.
Kegiatan ini meliputi pengadaan daya dan pekerjaan instalasi listrik, pekerjaan
instalasi perpipaan air bersih dan air kotor ( plumbing ).
5. Pekerjaan Fasum
Kegiatan ini meliputi pekerjaan saluran, serta pekerjaan septictank dan fasilitas
persampahan.
6. Pasca Konstruksi Melaksanakan kegiatan pasca konstruksi, meliputi pekerjaan
pemeliharaan gedung dan pembersihan kembali area kerja.
Proyek ini dilakukan dan dikerjakan oleh Cv. Tifanny Karya , dengan lama waktu
pelaksanaan 150 hari kalender ( seratus lima puluh hari ) dengan nilai adendum kontrak
Rp.5.850.570.000,00 ( lima miliar delapan ratus lima puluh juta lima ratus tujuh puluh ribu
rupiah ) untuk pekerjaan Struktural.
BAGAN
1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah seorang atau intuisi pemilik sebuah proyek dimana
memberikan pekerjaan bangunan dan membayar biaya pekerjaan bangunan. Pemilik
proyek mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
Menunjuk MK pemenang tender untuk mengawasi proyek tersebut.
Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek tersebut.
Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
Membuat surat perintah kerja ( SPK ).
Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek dan
MK untuk megawasi proyek.
Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi ( MK ).
2. Kontraktor
Kontraktor adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Kontraktor bertanggung jawab langsung
pada pemilik proyek (owner) dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim
pengawas (MK) dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim
pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Dalam proyek ini pihak
pelaksana konstruksi adalah CV Tiffany karya.
Tugas, hak dan kewajiban pelaksana yang seharusnya adalah sebagai berikut :
Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik
Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi
kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan
pelaksanaan lapangan
Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian
bahan yang tepat.
Membuat dokumentasi foto lapangan tiap bulan.
Membetulkan semua kerusakan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan
sebagai akibat kesalahan penggunaan bahan.
Menyerahkan pekerjaan jika pekerjaan selesai secara keseluruhan atau dapat pula
diserahkan per bagian pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan keamanan pelaksanaan pekerjaan.
3. Konsultan Perencana
Konsultan adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan
pembangunan proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pelaksana yang
menerima tugas untuk menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut
kesepakatan dengan pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta
gambar rencana yang telah dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksana konstruksi
adalah CV. Archilogic
Konsultan Perencana mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar bestek, Rencana Kerja dan
Syarat (RKS), perhitungan struktur , serta perencanaan anggaran biaya.
Membuat pra-rencana
Membuat rencana pelaksanaan
Membuat anggaran biaya
Mengadakan koordinasi dengan Sub Dinas lain dan instansi terkait sesuai dengan
bidangnya.
Melaksanakan pembinaan,pengawasan dan pengendalian dibidang bina program.
4. Konsultan adalah pihak yang diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan
proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Pelaksana yang menerima tugas
untuk menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut kesepakatan
dengan pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta gambar rencana
yang telah dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksanaan proyek ini adalah CV. Joshua
Engineering dan pihak perencana adalah adalah CV. Archilogic Konsultan. Tugas,
hak dan kewajiban pelaksana adalah sebagai berikut :
a) Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik.
b) Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi
kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan
pelaksanaan lapangan.
c) Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian
bahan yang tepat.
d) Membetulkan semua kerusakan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan sebagai
akibat kesalahan penggunaan bahan.
Pelaksanaan fisik dari suatu proyek di lapangan merupakan kegiatan nyata dari hasil
perencanaan yang termuat dalam gambar kerja dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Teknis). Kegiatan-kegiatan tersebut dititik beratkan pada pekerjaan fisik, mulai dari
pekerjaan yang ringan sampai pada pekerjaan yang berat dan didasarkan atas kemampuan
serta cara kerja dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan.
Pelaksanaan fisik dari Pembangunan Puskesmas Naibonat mulai dilaksanakan pada
tanggal 21 Juli 2021, sedangkan pelaksanaan kerja praktek di tempat tersebut dimulai pada
tanggal 27 Agustus 2020 sampai dengan 27 November 2020 sehingga penulis tidak dapat
mengikuti proses pengerjaan bangunan dari tahap awal. Pada saat kerja praktek, dilokasi
proyek telah dilaksanakan beberapa jenis pekerjaan, yaitu :
1. Pekerjaan Galian
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Penulangan Sloof
Sloof adalah struktrur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang
tersalurkan setiap titik di pondasi tersalur merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai
pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah.
Sloof merupakan jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja di desain khusus
luas penampang dan jumlah pembesiannya disesuaikan dengan kebutuhan beban yang
akan dipikul oleh sloof tersebut nantinya.
Pada proyek ini sloof yang dikerjakan yaitu menggunakan dimensi 0.25 x 0.4 m &
0.15 x 0.3 m dengan ukuran tulangan pokok diameter 16 mm dan tulangan sengkang
diameter 10 mm. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengerjaan Sloof.
3.1.1 Pembesian
Proses ini terdiri dari pekerjaan pemotongan, pembengkokkan dan
perakitan. Pekerjaan pemotongan dan pembengkokkan besi telah dikerjaan
sebelumnya, bersamaan dengan pemotongan dan pembengkokkan besi untuk
tulangan fondasi. Diameter besi yang digunakan untuk tulangan utamanya adalah
16 mm sedangkan untuk tulangan sengkangnya 10 mm. Setelah pekerjaan
pemotongan dan pembengkokkan selesai, besi-besi tersebut dibawa ke lokasi
pengerjaan sloof dan dirakit. Perakitan dilakukan setelah penempatan tulangan
kolom dikerjakan. Jarak antar besi yang dirakit untuk tulangan sloof ini dapat
dilihat pada Lampiran.
3.3.1 Pembesian
Seperti hal nya pada kolom, balok juga demikian, pembesian di lakukan dengan
memotong besi menggunakan cutting wheel ,lalu di lakukan pembengkokan baik
itu pada bagian hak dan begel seperti pada kolom sebelumnya. Selanjutnya besi
dirakit dan disambungkan pada besi kolom dimana perakitan beracuan pada detail
seperti pada gambar 3.3.1.
Gambar 3.3.1 Detail Penulangan Balok
Sumber: Data Kerja Praktik, 2021
3.3.2 Pekerjaan Bekisting
Bekisting berfungsi sebagai cetakan untuk bentuk balok agar sesuai dengan
perencanaan. Pada pekerjaan balok bekisting yang di gunakan yaitu bekisting
konvensional berupa bekisting triplek seperti terlihat pada gambar 3.3.2.
TINJAUAN KHUSUS
Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat
pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk
dan memelihara fasilitas air yang baik (Agus, T., 1989).
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan kesehatan
kerja juga mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat
kerja (Ramli, S., 2010).Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. (Armanda, 2006).
Undang – Undang kesehatan No.23 Tahun 1992 bagian 6 tentang Kesehatan Kerja,pada
pasal 23 berisi :
2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja,
dan syarat kesehatan kerja.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalana berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah melalui
jalan biasa atau wajar dilalui (Permenaker no. Per 03/Men/1994). Kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat
didefinisikan suatu 13 kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma’mur, 2009). Kecelakaan kerja
juga dapat diartikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan hubungan kerja pada
perusahaan dimana kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau keadaan pada
saat melaksanakan pekerjaaan (Reese, C. D., 2009). Kecelakaan juga dapat dipicu oleh
kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperi ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu
yang tidak aman melampaui ambang batas. Selain itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari
manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli,
S., 2010). Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampakpada
masyarakat luas (Depkes RI, 2008).
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja Spesialisasi dalam kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umumnya. Hakikat dari kesehatan kerja : a. Sebagai alat untuk mencapai
derajat kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik; buruh, petani, nelayan, pegawai negri
atau pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja. b.
Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada meningginya efisiensi
dan daya dukung produktifitas faktor manusia dalam produksi.
Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit-
penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya daya produktifitas
tenaga manusia, pemberantasan kecelakaan kerja dan melipat gandakan kegairahan serta
kenikmatan kerja, perlindungan masyarakat luas demi bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk industri. Disimpulkan tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi sangatlah
penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya
yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi. Mengingat pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja maka semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment
(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja (Ervianto, W. I., 2005).
Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki standar di proyek
konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri konstruksi. Helm pelindung dan sepatu
merupakan peralatan perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja untuk
melindungi diri dari 9 benda keras. Di beberapa industri, kacamata pelindung dibutuhkan.
Kelengkapan peralatan perlindungan diri membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan
luka-luka, (Charles A. W, 1999, hal 401). Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus
diidentifikasi, kondisi dimana alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan
direncanakan secara sesuai, serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap
terjamin.
Contoh peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi
1. Helm Keselamatan
2. Sabuk dan Tali Keselamatan
3. Sepatu Boot
4. Sepatu Pelindung
5. Masker
6. Kacamata Pengaman
7. Sarung Tangan
8. Pelindung Wajah
9. Rompi Safety Proyek
Berikut ini merupakan beberapa peralatan perlindungan diri yang terdapat pada proyek
Gedung Puskesmas Naibonat
1. Helm Keselamatan
2. Sepatu Boot
3. Rompi Safety Proyek
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan
kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program
keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat
kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari
pihak lain.
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya baik
fisik, mental maupun sosial.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.
K3 merupakan kepanjangan dari keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti yang telah
diulas secara singkat sebelumnya, K3 ini sendiri adalah bidang yang berkaitan erat dengan
keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja yang penerapannya ada pada proyek hingga
perusahaan konstruksi itu sendiri. Sesuai namanya, tujuan penerapan K3 adalah mewujudkan
keselamatan dan kesehatan kerja, terutama manusia atau tenaga kerja yang terlibat. Pada
praktiknya, penerapan K3 tidak hanya dilakukan oleh pekerjaan konstruksi saja. Melainkan
juga banyak institusi dan perusahaan lainnya. Semisal pabrik, rumah sakit, laboratorium dan
banyak lagi. Pada pekerjaan konstruksi, penerapan K3 ini sendiri meliputi banyak aspek. Dari
aspek pencegahan, adanya pemberian sanksi, juga kompensasi, penyembuhan dan perawatan
luka untuk para pekerja hingga tersedianya perawatan kesehatan untuk yang terluka dan
sedang cuti sakit. Bahaya fisik dan mekanik di dunia konstruksi.
Penerapan K3 dalam dunia profesionalisme kerja, pada dasarnya mengacu pada risiko
bahaya yang terjadi selama pekerjaan dilakukan. Terdapat beberapa jenis bahaya yang
berbeda, sehingga penerapan K3 sendiri juga berbeda. Untuk pekerjaan konstruksi, penerapan
K3 konstruksi perlu diterapkan karena beberapa risiko bahaya fisik dan mekanik yang
berpeluang besar terjadi selama pekerjaan dilakukan. Mengingat adanya penggunaan alat-alat
berat, jumlah material bahan yang sangat besar hingga sulitnya pekerjaan yang dilakukan.
Terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beberapa konstruksi mengharuskan pekerja
untuk bekerja pada ketinggian tertentu. Sehingga risiko jatuh dari ketinggian hingga
meninggal saat bekerja, berpeluang besar terjadi. Sementara pekerjaan yang melibatkan alat-
alat berat, dari mulai memindahkan komponen besar, melakukan pemotongan hingga
penyatuan komponen tertentu, juga berisiko membuat pekerja mengalami luka bakar,
tertusuk, tertimpa dan banyak lagi. Bahkan seorang pekerja konstruksi juga tidak memiliki
lingkungan kerja yang nyaman selama proyek berlangsung.
Tempat konstruksi yang sempit, lingkungan yang rawan bencana hingga kebisingan
dari penggunaan alat-alat berat, memiliki risiko bahaya yang tidak dapat diremehkan. Risiko
pekerja mengalami sesak napas, pusing, kelelahan, kram hingga stres karena suhu udara yang
sangat panas dapat terjadi. Pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi, salah satunya
adalah untuk meminimalkan risiko-risiko bahaya tersebut. Sistem manajemen K3 yang
professional Mengenai penerapan K3 dalam konstruksi dan pekerjaan lainnya, setiap negara
memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Hanya saja, telah dibuat standar baku K3
internasional yang mengharuskan setiap negara melaksanakan penerapan K3 minimal. Untuk
mewujudkan penerapakan K3 yang lebih optimal dalam dunia konstruksi, setiap perusahaan
wajib memiliki Sistem
1. Rasa peri kemanusiaan Penderitaan yang dialami oleh yang bersangkutan akibat
kecelakaan tidak dapat diukur dengan uang adanya kompensasi hanya membantu
meringankan.
2. Pertimbangan ekonomis Hal ini dapat berupa biaya kompensasi, kenaikan premi asuransi,
kehilangan waktu kerja. Juga penggantian alat-alat yang mengalami kerusakan akibat
terjadinya kerusakan. Hambatan yang sering terjadi dalam proyek konstruksi dari sisi pekerja/
masyarakat :
Hambatan yang sering terjadi dalam proyek konstruksi dari sisi perusahaan:
Berikut ini adalah contoh ketidakdisiplinan pekerja pada proyek Gedung Puskesmas Naibonat
Akibat pekerja enggan menggunakan peralatan perlindungan diri adalah dapat terjadi
kecelakan kerja seperti pada gambar berikut :
Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolahan
proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan
mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi. Berikut
ini merupakan factor – factor penghambat kinerja pada proyek konstruksi.
3. Keterlambatan yang diakibatkan selain kedua belah pihak diatas, antara lain ;
Akibat kebakaran yang bukan kesalahan Kontraktor,Konsultan, Owner.
Akibat perang, gempa, banjir, ataupun bencana lainnya.
Perubahan moneter.
12. Faktor waktu dan kontrol (Schedulling and Controlling thechniques) terdiri dari :
Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan.
Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek.
Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek.
Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan
konstruksi.
Masalah yang terjadi selama pelaksanaan.
Tidak memenuhi perencanaan awal proyek.
Persiapan dan ijin Shop Drawing.
Menunggu ijin untuk kontrol material.
Berdasarkan factor – factor diatas, penyebab keterlambatan proyek yang paling sering
terjadi di proyek konstruksi Puskesmas Naibonat adalah faktor peralatan (Equipment)
yang terdiri dari:
Keterlambatan pengiriman peralatan
Berikut ini merupakan alat – alat yang digunakan dalam proyek konstruksi Puskesmas
Naibonat
1. Excavator
Alat ini digunakan untuk mengangkut dan memindahkan material dari satu
titik ke titik lainnya
2. Molen
4. Gerobak Artco
Alat ini digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat
lainya
5. Truk Mixer (Truk Molen)
Alat ini digunakan untuk mengantarkan campuran beton menuju titik pengecoran
dalam proyek ini untuk pengecoran pelat pada lantai 2.
Kerusakan peralatan
Kerusakan Gerobak Artco
Kekurangan peralatan.
Produktifitas peralatan.