PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan adanya kebutuhan untuk pelestarian dan penataan akan aset-aset sejalan
dengan Undang-undang (UU) No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang menguraikan
bahwa cagar budaya yang berkembang merepresentasikan kekayaan budaya bangsa
sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan. Upaya
pelestarian ini sebaiknya diwujudkan dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana
yang diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan
berbagai aspek, termasuk nilai budaya yang terkandung dalam kawasan bersejarah. Dalam
lingkup yang lebih mikro, upaya pelestarian ini juga perlu dilakukan terhadap bangunan
gedung dan lingkungan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Untuk dapat mewujudkan kondisi ini diperlukan suatu arahan penanganan yang
komprehensif skala kawasan yang dapat menjadi payung perencanaan sampai dengan
skala bangunan dan lingkungannya. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat mensinergikan seluruh
perencanaan di kawasan yang diarahkan atau memiliki potensi sebagai kawasan pusaka
sehingga dapat mendukung dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya penataan dan
pelestarian kawasan yang ditetapkan sebagai aset pusaka secara utuh dan komprehensif.
RTBL juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam dokumen
yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007).
Kerja praktek merupakan salah satu syarat kelulusan bagi seorang mahasiswa, yang
merupakan salah satu bentuk interaksi antara lembaga pendidikan dengan instansi,
sehingga dalam kegiatan ini mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menganalisa secara
ilmiah, efektif dan efisien untuk menghasilkan suatu perencanaan yang dapat direalisasikan.
Salah satu materi yang terkait dengan orientasi studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
adalah Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Goa
Selarong Kabupaten Bantul.
Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang bertujuan
mengendalikan
pemanfaatan
ruang
dan
menciptakan
lingkungan
yang
tertata,
masyarakat, serta sebagai upaya perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih
melengkapi peraturan bangunan yang ada di kawasan Goa Selarong. Penyusunan dokumen
RTBL Kawasan Goa Selarong, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai
produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada
kawasan Goa Selarong, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan supaya memenuhi kriteria
perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan, yang meliputi: pemenuhan
persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui
perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta
peningkatan daya hidup ekonomi lingkungan. Selain itu, RTBL mempunyai manfaat untuk
mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara
efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang tata bangunan, mewujudkan kesatuan
karakter
dan
meningkatkan
kualitas
tata
bangunan
dan
lingkungan/kawasan,
agar
sesuai
dengan
aspirasi
dan
kebutuhan
masyarakat
dalam
dengan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Goa
Selarong Kabupaten Bantul. Melatih mahasiswa dalam bekerjasama dengan pihak lain,
baik yang seprofesi.
1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktik
Lingkup kerja praktik meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Melakukan Kerja Praktek (KP) di PT.Trikarsa Buwana Persada Gemilang
b. Menyusun Laporan Kerja Praktek (LKP) dan selama menyusun LKP mahasiswa
wajib melakukan asistensi dibawah bimbingan dosen dan pembimbing yang
ditunjuk dari instansi tempat KP.
c. Seminar KP, yang mengangkat masalah-masalah berkaitan degan bidang yang
ditangani selama melakukan kerja praktik
Setelah melakukan kerja praktek mahasiswa harus menyusun laporan kerja praktek di
bawah bimbingan dosen pembimbing yang kemudian diseminarkan hasil kerja praktek
dengan mengangkat permasalahan yang ditemukan saat kerja praktek. Untuk lebih jelasnya
dapat di lihat pada Gambar 1 Bagan Alur kerja Praktik.
Gambar 1
Bagan Alur Kerja Praktik
Mahasiswa Teknik Planologi
(Calon Praktikan)
Belum
Sudah
Telah Menempuh MK sampai SMT VI
Menempuh 110 SKS
Tidak
GAGAL KP
Setuju
Tidak
Surat Pengantar Ke IKP
(SKP 02)
Setuju
Ujian Seminar KP
Undangan Seminar
(SKP 09)
Surat Tugas KP
dari STTNAS
(SKP 04)
Melaksanakan KP
Laporan Mingguan
Konsultasi
SK Pembimbing KP
(SKP 05)
Tidak Selesai
Dlm 1 SMT
Surat Keterangan Selesai dari IKP
(SKP 06)
Presensi KP
(SKP 07)
Selesai
Dlm 1 SMT
Penyusunan Laporan KP
Asistensi
Draft Seminar
1.6.
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan Kerja Praktek seperti dibawah ini :
BAB
PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang dilakukannya Kerja Praktek, penjelasan
mengenai prosedur pelaksanaan Kerja Praktek, tujuan dilakukannya Kerja
Praktek, ruang lingkup dan kedudukan praktikan dalam proyek yang
dilaksanakan.
BAB
II
BAB
III
BAB
IV
BAB
PENUTUP
Berisi penjelasan yang diperoleh praktikan dari hasil kerja praktek
serta
BAB II
MANAJEMEN STRUKTUR ORGANISASI DAN INSTANSI PEKERJAAN
2.1. Informasi Umum
Instansi kerja praktek merupakan instansi yang dipilih sebagai tempat melaksanakan
kerja praktek, instansi yang di pilih adalah PT. Trikarsa Buwana Persada Gemilang yang
beralamat di Mergangsan Kidul 2/1374 Yogyakarta
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi Perusahaanyang efektif dan efisien dibutuhkan untuk menangani
berbagai proyek agar semua sumber daya dapat dimanfaatkan secara efisien sehingga
proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan kualitas yang telah ditentukan.Iklim
pembangunan di Indonesia yang dinamis juga menuntut pengadaan proyek yang komplek,
bervariasi dan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan. Untuk menghadapi tantangan
tersebut, PT. TRIKARSA BUWANA PERSADA GEMILANG telah mengembangkan sistem
manajemen terpadu penanganan proyek secara:
a. Team Work
Kunci keberhasilan pengelolaan proyek adalah kerjasama tim yang merupakan
komponen dasar dalam pengelolaan dan pelaksanaan proyek. Program kerja
disusun dan dikembangkan melalui diskusi intensif antara tenaga ahli dan tenaga
pendukung yang terlibat dalam proyek.
b. Fleksibilitas
Setiap proyek yang ditangani dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan
pengguna jasa/pemberi kerja. Hal ini menuntut perubahan-perubahan yang bahkan
dapat terjadi ditengah proyek yang sedang berlangsung. PT. TRIKARSA BUWANA
PERSADA GEMILANG memiliki pengalaman untuk mengantisipasi perubahan yang
mungkin terjadi dan menyusun program kerja baru untuk memenuhi maksud dan
tujuan setiap kegiatan/proyek.
Direktur Utama
Direktur
Sekretaris
Manajer Teknis
Dari gambar di atas dapat dilihat struktur organisasi perusahaan dan penanggung jawab
kegiatan dari rencana tata bangunan dan lahan yang akan dilaksanakan di Kawasan Goa
Selarong Kecamatan Panjangan Kabupaten Bantul.
2.3
tugas dan tanggung jawab sub pekerjaan pada rnasing-masing tenaga ahli dan secara
keseluruhan akan menjadi tanggung jawab Team Leader/ Pemimpin Tim dapat dilihat seperti
Gambar 3 Struktur Organisasi Pelaksana Kegiatan.
Gambar 3
Struktur Organisasi Pelaksana Kegiatan
MAHASISWA PRAKTEK
Muhammad Andrie Ferdian
OB
Bln II
2
3
Bln III
2
3
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
18,0
6,0
12,0
9,0
27,0
45,0
2.5
Seperti yang diminta dalam Kerangka Acuan dan Rencana Kerja pada KAK.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan Penyusunan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Goa Selarong Kabupaten Bantul adalah
selama 3 bulan terhitung setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
9
Kegiatan
Persiapan
Pembentukan tim pelaksana
Pendalaman materi yang tertuang dalam
Kerangka Acuan Pekerjaan
c Penyiapan metodologi dan jadwal
pelaksanaan
d Kajian referensi dan studi terkait
e Penyiapan pelaksanaan menyangkut
penyusunan program kerja (alur pikir dan
jadwal),
penyusunan
instrumen
pendataan (kuesioner, peralatan, bahan
dan tenaga) yang akan dilibatkan.
2
Pengumpulan Data
a Pengumpulan data sekunder
b Observasi/pengamatan lapangan
c Pengukuran
d Dokumentasi lapangan
e Interview/wawancara
f Pengisian angket/kuesioner
g Entry data
3
Focus Group Discussion (FGD)
4
Pengolahan Data
5
Analisis Data
a Analisis fisik
b Analisis non fisik
c Pemilihan dan penetapan kawasan
perencanaan
d Penyusunan skenario perencanaan
6
Penyusunan Rencana
a Arahan Program Investasi
b Panduan Pengendalian Pelaksanaan
7
Pembuatan Laporan Kegiatan
a Laporan Pendahuluan
b Laporan Antara
c Draft Laporan Akhir
d Laporan Akhir
8
Diskusi dan Paparan
a Pembahasan Laporan Pendahuluan
b Pembahasan Laporan Antara
c Pembahasan Draft Laporan Akhir
9
Revisi Laporan
a Revisi Laporan Pendahuluan
b Revisi Laporan Antara
c Revisi Draft Laporan Akhir
e Copy CD
Sumber : PT.Trikarsa Buwana Persada,2015
Jml
Mgg
u
Bln I
1
Bln II
4
Bln III
4
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
1,00
6,00
6,00
4,00
4,00
5,00
2,00
5,00
5,00
3,00
3,00
5,00
4,00
3,00
2,00
6,00
4,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
2,00
2,00
1,00
10
BAB III
GAMBARAN UMUM PROYEK
3.1
Latar Belakang
Keberagaman dan banyaknya pusaka yang dimiliki Indonesia saat ini memerlukan
perhatian dan penanganan yang lebih intensif dan berkelanjutan. Banyak ragam pusaka
bendawi tak bergerak seperti bangunan rumah tradisional, candi, keraton maupun bendawi
bergerak seperti kendaraan tradisional dibiarkan terbengkalai, dilupakan dan akhirnya punah
dan musnah. Hal ini juga terjadi pada pusaka non bendawi, dimana banyak bahasa, tarian,
adat istiadat kita yang mulai ditinggalkan sehingga dilupakan dan hilang. Rusak, hilang dan
musnahnya pusaka bisa disebabkan oleh tangan dan aktivitas manusia, tidak adanya
perlindungan kawasan dalam bentuk regulasi dan penataan bangunan dan lingkungan
namun juga tidak jarang disebabkan oleh alam, baik melalui bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, gunung meletus, maupun akibat iklim.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang dibentuk oleh Kesultanan yang
didirikan oleh P.Mangkubumi pada Tahun 1755 yang telah bergabung dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan dikuatkan dengan UU Nomor 13 Tahun 2012 sebagai
daerah yang memiliki keistimewaan dalam hal tata cara pengisian jabatan, kedudukan,
tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan Pemerintah Daerah,
Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang. Dalam perjalanan tersebut banyak meninggalkan
pusaka yang bernilai tinggi, beragam dan unik, tersebar dan dapat ditemui di berbagai
kawasan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten
Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman baik secara kasat mata ataupun dalam jiwa.
Berdasarkan segi kepentingan dan luas pengaruhnya memiliki pusaka kota, propinsi,
nasional dan dunia. Berdasarkan jenisnya, pusaka terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya
dan gabungan keduanya yaitu pusaka saujana. Adapun secara fisik, pusaka dapat terbagi
atas pusaka bendawi (tangible heritage) dan pusaka non bendawi (intangible heritage).
Pemerintah, masyarakat, pemerhati pelestarian, hingga pihak swasta sebenarnya
sudah menunjukkan kepeduliannya akan upaya melestarikan pusaka Daerah Istimewa
Yogyakarta ini namun tidak jarang penanganannya masih belum tuntas dan belum sejalan
bahkan mendukung arah perkembangan kota yang dinamis, sehingga pusaka tersebut
belum berkaitan dengan kekinian. Hal ini sungguh disayangkan karena sebenarnya banyak
pusaka DIY yang berpotensi menjadi Pusaka Dunia. Terkait dengan kondisi ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa upaya pelestarian saja tidak cukup. Perlu pengayaan jangka panjang untuk
berbagai kepentingan perkembangan peradaban manusia, ekonomi, pendidikan dan
penelitian. Sebuah pekerjaan besar untuk mewujudkan kawasan-kawasan pusaka di
Kabupaten Bantul agar dapat menjadi kota pelestari peradaban (world heritage cities).
11
Pemerintah Kabupaten Bantul harus dapat bekerjasama dengan komunitas pusaka, dunia
usaha dan perguruan tinggi setempat serta terus berkomitmen mengawinkan potensi masa
lalu, di mana landmark yang unik serta nafas tradisi harus tetap dipertahankan menjadi
ruhnya, untuk kemudian ditransformasikan di era kekinian dalam suatu sustainable urban
development.
Adanya kebutuhan untuk pelestarian dan penataan akan aset-aset pusaka ini sejalan
dengan Undang-undang (UU) No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang menguraikan
bahwa cagar budaya yang berkembang merepresentasikan kekayaan budaya bangsa
sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan. Upaya
pelestarian ini sebaiknya diwujudkan dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana
yang diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan
berbagai aspek, termasuk nilai budaya yang terkandung dalam kawasan bersejarah. Dalam
lingkup yang lebih mikro, upaya pelestarian ini juga perlu dilakukan terhadap bangunan
gedung dan lingkungan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Untuk dapat mewujudkan kondisi ini diperlukan suatu arahan penanganan yang
komprehensif skala kawasan yang dapat menjadi payung perencanaan sampai dengan
skala bangunan dan lingkungannya. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat mensinergikan seluruh
perencanaan di kawasan yang diarahkan atau memiliki potensi sebagai kawasan pusaka
sehingga dapat mendukung dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya penataan dan
pelestarian kawasan yang ditetapkan sebagai aset pusaka secara utuh dan komprehensif.
RTBL juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam dokumen
yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007).
3.1.1 Perlunya Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kawasan Gua Selarong memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Kawasan
Gua Selarong dinilai sangat penting sebagai menjadi kawasan cagar budaya, dalam rangka
mendukung terwujudnya visi Kabupaten Bantul "Bantul Projotamansari Sejahtera,
Demokratis, dan Agamis", potensi budaya dan kepariwisataan beserta aspek-aspek
pendukungnya, pengembangan kawasan Gua Selarong sebagai kawasan cagar budaya,
dan wisata sejarah yang terpadu (rangkaian) dengan destinasi wisata lainnya di kecamatan
Pajangan, diharapkan akan memulihkan tingkat kunjungan dan mendatangkan banyak
wisatawan.
12
Maksud
Maksud dari kegiatan penyusunan RTBL kawasan Gua Selarong, kecamatan
Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan RTBL Kawasan Gua Selarong, kecamatan
3.2.3
Sasaran
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RTBL Gua Selarong, Kabupaten Bantul adalah:
a. Tersusunnya rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk Kawasan RTBL
sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan, bersama
masyarakat dan semua stake holder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal
dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya.
b. Tersusunnya Program Investasi Pembangunan kawasan RTBL sebagai bagian
upaya peningkatan kualitas permukiman dengan menyertakan masyarakat
sebagai bagian integral dari upaya pembangunan di lingkungan/kawasan.
13
Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
pendanaanya.
14
panduan
rencana
teknik
tata
bangunan
yang
lebih
(administration
guidelines)
c. Arahan Pengendalian Pelaksanaan (development guidelines)
1) Rumusan arahan substansi teknis kelanjutan dari rencana dan program
sebagai masukan teknis bagi Peraturan Daerah tentang bangunan pada
lingkungan tertentu, yang pengembangan lingkungannya telah mengacu
kepada RTBL yang disusun.
2) Arahan bersifat lokal sesuai dengan batasan lingkungan yang dikendalikan,
aturan yang bersifat performance-based sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari RTBL.
3) Merupakan
ketentuan
umum
penatalaksanaan
atau
menajemen
pelaksanaannya
15
3.3.2
Lingkup Keluaran
Sesuai dengan ruang lingkup dalam Kerangka Acuan Kerja, keluaran dari
pengembangan kawasan;
h. Rencana umum penataan bangunan dan lingkungan di tiap kawasan;
i. Panduan rancangan penataan bangunan dan lingkungan di tiap kawasan dan area contoh;
j. Panduan rancang penggal jalan pada jalan yang dianggap paling signifikan membawa
karakter kota pusaka;
k. Rencana investasi dalam penataan bangunan dan lingkungan di tiap kawasan;
l. Hasil penentuan spot terpilih untuk pengembangan fisik;
m. Hasil kesepakatan di dalam FGD;
n. Rekapitulasi hasil diskusi partisipatif mengenai konsep pembangunan kawasan.
o. Rumusan ketentuan pengendalian rencana penataan bangunan dan lingkungan di tiap
kawasan
p. Rumusan ketentuan pengendalian pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan di
tiapkawasan
3.3.3
Lingkup Spasial
Penetapan ruang lingkup wilayah secara konkret (delineasi atau penentuan batas
wilayah/area studi) dengan wilayah studi kawasan Gua Selarong seluas 30 Ha.
3.3.4
Lingkup Waktu
Waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah 90
16
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
15
Tahun
2010
tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
j)
17
Lingkungan (RTBL) Kawasan Goa Selarong dilakukan melalui tahapan kegiatan meliputi:
3.5.1
Tahap Persiapan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
3.5.2
prasarana/sarana
dan
fasilitasnya,
4) Karakteristik arsitektur yang ada, dll yang dianggap perlu.
18
Komponen
analisis
yang
diperlukan
antara
lain
analisis
sosial
1) Perkembangan
Sosial-Kependudukan:
gambaran
kegiatan
sosial-
Pertumbuhan
Ekonomi:
gambaran
sektor
pendorong
perkembangan
penggunaan
tanah,
produktivitas
kawasan,
dan
berbasis
masyarakat
(community-based
development)
langsung
maupun
tidak
langsung,
masyarakat
diberikan
20
dengan
aspirasi
publik;
Perencanaan
disesuaikan
dengan
yang
akan
terkena
dampak
langsung
dari
suatu
kegiatan
Visi Pembangunan,
Konsep Perancangan Struktur tata bangunan dan lingkungan,
Konsep komponen perancangan kawasan,
Blok-blok pengembangan kawasan dan program penanganannya.
3.5.6 Tahap Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancang (Design Guidelines)
a) Rencana Umum; Merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan
lingkungan
yang
bersifat
umum
dalam
mewujudkan
lingkungan/
kawasan
perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, danberkelanjutan. Adapun materi
rencana umum mengakomodasi komponen-komponen rancangan suatu kawasan,
antara lain; 1) Struktur peruntukan lahan; 2) Intensitas pemanfaatan lahan; 3) Tata
Bangunan; 4) Sistem Sirkulasi dan jalur penghubung; 5) Sistem ruang terbuka dan
tata hijau; 6) Tata kualitas lingkungan; 7) Sistem Prasarana dan Utilitas lingkungan.
b) Panduan Rancang (Design Guidelines); merupakan penjelasan lebih rinci atas
Rencana Umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi
utama melalui pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan,
21
kepentingan,
setelah
mempertimbangkan
kebutuhan
tingkat
kompleksitasnya.
23
PROGRAM BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
TAHAP ANALISIS
ANALISIS
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT
KAWASAN
PERENCANAAN
RENCANA UMUM
DAN PANDUAN RANCANGAN
RENCANA
UMUM
PERENCANGAN
RENCANA
PRASARANA DAN
SARANA LINGKUNGAN
Gambar 3.1. Diagram Tahapan
Pelaksanaan
Kegiatan
PANDUAN RANCANGAN
RENCANA INVESTASI
SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI
POLA KERJASAMA OPERASIONAL INVESTASI
4
TAHAP PENGEMBANGAN
DUKUNGAN PELAKSANAAN
KETENTUAN
PENGENDALIAN RENCANA
STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA
ARAHAN PENGENDALIAN RENCANA
PEDOMAN PENGENDALIAN
5
3.6 Gambaran Umum Kecamatan Pajangan PELAKSANAAN
ASPEK-ASPEK PENGENDALIAN PELAKSANAAN
ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN
24
3.6.1
Bujur Timur; dan 705235 sampai 705344 Lintang Selatan. Ibukota Kecamatan Pajangan
berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Kecamatan Pajangan
adalah sebagai berikut:
a) Sebelah utara : Kecamatan Kasihan dan Sedayu
b) Sebelah timur : Kecamatan Bantul
c) Sebelah selatan
: Kecamatan Pandak
d) Sebelah barat
: Sungai Progo
Secara administratif, Kecamatan Pajangan dibagi atas 3 (tiga) desa, yaitu Desa
Sendangsari, Guwosari dan Triwidadi. Luas wilayah administrasi Kecamatan Pajangan
secara keseluruhan adalah 3.324,74 Ha. Desa Triwidadi merupakan desa terluas di
Kecamatan Pajangan dengan luas wilayah 1.270,38 Ha.
Gambar 5
Peta Administrasi Kecamatan Pajangan
25
2012 adalah sebanyak 2.415 jiwa dengan rincian 1.221 jiwa laki-laki dan 1.194 jiwa
perempuan. Bisa dilihat pada tabel III yiatu jumlah penduduk kawasan Goa Selarong tahun
2012 yang ada di bawah ini.
Tabel III
Jumlah Penduduk Kawasan Goa Selarong Tahun 2012
No
1
Dukuh
Kembangputiha
n
2
3
Jumlah
RT
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Total
Jumlah
475
426
901
Kentolan Lor
337
362
699
Watugedug
409
406
815
Jumlah
16
1221
1194
2415
Identifikasi kawasan secara umum mencakup seluruh area studi, (30 Ha) sebagaimana
digambarkan pada peta delineasi. Berdasarkan kondisi umum tersebut dipersempit menjadi
spot-spot kawasan prioritas yang secara tematik menunjukkan karakteristik aktivitas dan
keruangan tertentu, berdasarkan sifat homogenitas kegiatan. Secara spesifik, spot kawasan
akan diidentifikasi dan digambarkan lebih detail komponen-komponen yang ada pada area
tersebut.
Gambar 6
26
Kentolan Lor
Watugedug
Jumlah
16
Luas wilayah administrasi Kecamatan Pajangan secara keseluruhan adalah 3.324,74 Ha.
Desa Triwidadi merupakan desa terluas di Kecamatan Pajangan dengan luas wilayah
1.270,38 Ha.
Terdapat 4 zona yang akan dijadikan obyek studi secara lebih detail, yaitu: Spot pada zona
IKawasan Gua Selarong, Spot pada zona II Kawasan Gua Selarong, Spot zona III (Barat
jalan), Spot zona IV ( Timur jalan). Dapat dilihat pada Gambar 5 kawasan Studi atau area
fokus RTBL di kawasan Goa Selarong.
Gambar 7
Kawasan Fokus Studi
27
Identifikasi kawasan Goa Selarong untuk mendapatkan gambaran potensi dan masalah
serta memberikan gambaran tentang peluang dan tantangan perkembangan dan
kecenderungan yang terjadi pada wilayah perencanaan. Sebagai dasar dalam menentukan
aspek-aspek strategis dalam rangka mengarahkan dan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan wilayah kawasan Gua Selarong pada masa mendatang, sekaligus
dipergunakan sebagai acuan menuju kondisi tata bangunan dan lingkungan yang hendak
dicapai.
b. Zona II ( Penyangga)
Zona II (penyangga) kawasan Gua Selarong adalah sebuah subkawasan seluas
sekitar 8 Ha, di Selatan zona inti Gua Selarong. Fungsi yang ada saat ini meliputi
permukiman, kebun, kolam, tebing. Zona penyangga ini memiliki potensi wisata berbasis
sejarah dan purbakala, karena pada zona tersebut terdapat peninggalan Yoni dan batu-batu
yang diduga sebagai bagian dari reruntuhan bangunan candi, serta sumber air (sendang
Manikmaya dan sendang Umbulmaya). Pada bagian selatan terdapat Bulak yang dulu
merupakan lokasi prajurit Diponegoro berkumpul/berbaris.
28
Gambar 8
Zona I Inti Kawasan Goa Selarong
29
Zona I Kawasan Inti Goa Selarong area masuk pengunjung wisatawan yang datang dari
berbagai daerah yang memasuki area utama dari kawasan Goa Selarong. Disini akan
menjelaskan keterangan gambar yang ada di area Goa Selarong.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
:Parkiran Utama untuk kendaraan roda empat dan juga berfungsi disaat ada
kegiatan seperti Grebeg Selarong beberapa waktu yang lalu.
Gambar 4
Gambar 9
Batas Utara Zona I (Inti) Kawasan Goa Selarong
30
Gambar 1
:Batas Utara dari area Goa Selarong dengan UIN yang berada diatas.
Gambar 2
:Batas Goa Selarong dengan UIN dibatasi oleh jalan yang ada di atas.
Gambar 3
Gambar 10
Fungsi Bangunan Bagian Utara di Zona I (Inti)
1
31
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 11
Bangunan di Zona I (Inti) Kawasan Goa Selarong
1
2
32
Disini dijelaskan bangunan yang ada di kawasan Goa Selarong baik itu dari area
parkiran utama, jalan dari parkiran menuju area Goa sampai bangunan yang ada di area
Goa Selarong. Ada beberapa bangunan yang ada yaitu meliputi:
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
:Industri meubel kayu yang berada tepat berada badan jalan parkiran.
Gambar 6
Gambar 7
:Di area Goa Selarong juga terdapat pendopo untuk para wisatawan.
Gambar 8
33
3
4
6
5
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
: Manikmoyo
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
: Kolam ikan
Gambar 13
Batas Barat Zona II (Penyangga) Kawasan Goa Selarong
34
Gambar 1, 2 dan 3
Gambar 14
Batas Selatan Zona II (Penyangga) Kawasan Goa Selarong
35
Gambar 1 dan 2
Gambar 15
Zona III Barat Jalan
36
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 16
Zona IV Timur Jalan
37
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
:Lahan kosong
3.6.2
Kemiringan Lereng
Bentangan wilayah Kecamatan Pajangan berupa daerah dataran hingga berbukit
38
Desa Sendangsari dengan luas 827,11 Ha atau 24,88 %. Sedangkan daerah bergunung
berada di Desa Sendangsari dan Desa Guwosari dengan kemiringan lereng 15 25
%.Tingkat kemiringan lereng tiap desa dapat dilihat dari Tabel V Kemiringan Lereng Menurut
Desa di Kecamatan Pajangan.
Tabel IV
Kemiringan Lereng Menurut Desa di Kecamatan Pajangan
Kemiringan
No
Desa
Lereng
Luas (ha)
%
1
Guwosari
0-2%
246,35
7,41
2-8%
319,09
9,60
8 - 15 %
196,25
5,90
15 - 25 %
48,38
1,46
Sendangsar
2
i
0-2%
388,95
11,70
2-8%
32,95
0,99
8 - 15 %
827,11
24,88
15 - 25 %
37,85
1,14
3
Triwidadi
0-2%
424,97
12,78
2-8%
36,75
1,11
8 - 15 %
766,09
23,04
100,0
Jumlah
3.324,74
0
Sumber: Analisis, 2014
3.6.3
39
Curah hujan di Kecamatan Pajangan berkisar antara 1400 1700 mm/tahun. Curah
hujan tertinggi terdapat di Desa Sendangsari dengan curah hujan 1600-1700 mm/thn. Data
curah hujan dapat dilihat dari Tabel V Jumlah Curah Hujan di Kecamatan Pajangan.
No
1
2
Tabel V
Jumlah Curah Hujan di Kecamatan Pajangan
Curah Hujan
Desa
(mm/thn)
Luas (ha)
Guwosari
1400-1500
222,39
1500-1600
586,84
Sendangsari
1400-1500
858,96
1500-1600
398,54
1600-1700
32,82
Triwidadi
1400-1500
635,07
1500-1600
590,12
Jumlah
3.324,74
%
6,69
17,65
25,84
11,99
0,99
19,10
17,75
100,00
Berdasarkan nilai intensitas curah hujan bulanan, dapat diketahui jumlah Bulan
Basah (BB), dan Bulan Kering (BK), yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk
menentukan tipe curah hujan wilayah menurut Metode Schmidt dan Fergusson (Nilai Q).
Menurut Metode Schmidt dan Fergusson di Kecamatan Pajangan termasuk tipe iklim C: 5-6
bulan basah dan tipe iklim C1: 5-6 bulan basah dan 2 bulan kering. Data selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel VI tentang Kondisi Iklim Kecamatan Pajangan.
No
1
Desa
Guwosari
Sendangsar
i
Triwidadi
Tabel VI
Kondisi Tipe Iklim Kecamatan Pajangan
Tipe Iklim
Luas (ha)
C : 5-6 Bulan Basah
656,11
C1 : 5-6 Bulan Basah dan 2 Bulan
Kering
153,97
C : 5-6 Bulan Basah
C1 : 5-6 Bulan Basah dan 2 Bulan
Kering
C : 5-6 Bulan Basah
C1 : 5-6 Bulan Basah dan 2 Bulan
Kering
Jumlah
%
19,73
4,63
1.107,55
33,31
179,31
615,18
5,39
18,50
612,62
3.324,74
18,43
100,00
40
3.7.1 Geografis
Desa Gowosari merupakan bagian integral dari wilayah Kecamatan Pajangan
Kabupaten Bantul. Desa Guwosari memiliki wilayah seluas 830.0110 Ha, yang wilayahnya
berbatasan dengan :
a)
b)
c)
d)
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Secara topografis, Desa Guwosari terletak pada ketinggian 25 m sampai dengan 120 m
dari permukaan laut, yang terdiri dari daerah seluas 249,0110 Ha (30%) yang terletak pada
bagian timur membujur ke utara dan daerah perbukitan dengan luas 581,000 Ha (70%) yang
terletak pada bagian barat. Kemiringan lahan di Desa Guwosari antara 2% sampai dengan
>45%. Secara Geologis jenis tanah yang ada di Desa Guwosari antara lain : Tanah Regosol,
Tanah Grumosol dan Tanah Litosol. Perubahan penggunaan tanah selama kurun waktu 2
(dua) tahun terakhir menunjukan jenis sawah tanah berkurang seluas 2 Ha (0,5%),
perkampungan bertambah seluas 4 Ha (13,5%). Dapat dilihat dari Tabel VII Perubahan
Penggunaan Lahan di Desa Guwosari tahun 2011-2012.
Tabel VII
Perubahan Penggunaan Lahan Di Desa Guwosari
Tahun 2011-2012
No
1
2
3
4
Jenis Lahan
Sawah
Tegalan
Pekarangan
Lainnya
Luas Lahan Ha
/tahun
2011
2012
45.8745
44.8745
403.153
402.153
339.525
335.525
39.668
39.668
Keterangan
Bangunan
Bangunan
Bangunan
Sumber data : Bagian Ekbang Desa Guwosari Kec.Pajangan Kabupaten Bantul 20112012
3.7.2
3.7.2.1 Kependudukan
41
Dukuh
Jumlah
RT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kembangputihan
Kentolan Lor
Kentolan Kidul
Gandekan
Dukuh
Iroyudan
Kadisono
Kembanggede
Karangber
Santan
Kalakijo
Kedung
Bungsing
Watugedug
Pringgading
Jumlah
6
6
4
5
6
6
4
4
4
4
6
4
4
9
75
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
475
426
337
362
294
318
368
363
548
498
481
475
440
408
290
292
285
268
266
266
433
388
210
221
354
325
409
406
550
498
5740
5514
Total
Jumlah
Jumlah KK
901
699
612
731
1046
956
848
582
553
532
821
431
679
815
1048
11254
227
202
195
240
322
314
268
179
188
162
263
144
203
254
302
3513
Sumber data : Bagian Ekbang Desa Guwosari Kec.Pajangan Kabupaten Bantul 2014
3.7.2.2 Budaya
42
Jiwa
Budaya/ Kesenian
Gerebeg Selarong
Tradisi masyarakat
Keterangan
Sumber: www.bantulkab.go.id
Masyarakat desa masih
menjalankan adat istiadat dan
tradisi kejawen yang sudah melekat
sejak jaman dulu seperti kenduren,
genduri apem, nyadran, merti
dusun, sedekah, jagongan, supitan,
panggih.
3.7.2.3 Perekonomian
43
Perekonomian masyarakat kawasan Goa Selarong saat ini mulai hidup dengan
berbagai ragam
Disini industri kecil yang berupa kerajinan tangan dari masyarakat sekitar Goa Selarong
sangat bermacam-macam. Kerajinan yang ada saat ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
Kerajinan Keris
Kerajinan Kipas
Meubel kayu
dll
Kerajinan ini berada sangat dekat dengan kawasan Goa Selarong bahkan hasil produksinya
seperti kipas dibiarkan pemilik nya dijemur dibadan jalan menuju Goa Selarong salah
satunya kerajinan yang kipas yang di produksi nya di kawasan Goa Selarong.
44
Mata pencaharian utama penduduk kawasan Goa Selarong mayoritas adalah buruh
tani, sebagian kecil karyawan, PNS dan pedagang/wirausaha. Kegiatan usaha yang
terdapat di kawasan Goa Selarong meliputi kerajinan tangan, perdagangan dan jasa. Pada
bidang perdagangan terdiri dari usaha pertokoan, warung dan rumah tinggal sebagai
showroom, pembuatan kerajinan (workshop) dan usaha yang bergerak di bidang jasa
lainnya. Bisa dilihat dari Tabel X untuk jenis Kegiatan Usaha yang ada disekitar kawasan
Goa Selarong.
Tabel X
Jenis Kegiatan Usaha
Kegiatan Jenis Usaha
Keterangan
1) Komersial
dagang
a)
Pertokoan
b) Show
Room
45
2) Industri
kerajinan/ workshop
1) Wisata Alam; kawasan Gua Selarong memiliki kondisi alam yang masih sangat alami,
asri, hijau dan tidak dibuatbuat. Dari jalan masuk kawasan, sudah terlihat
pemandangan bukit, tebing yang sangat kental dengan nuansa hutan dan pedesaan,
serta hamparan sawah dan kebun yang luas dan terlihat hijau serta pepohonan di sela
sela rumah penduduk yang memberi kesan teduh. Lebih jauh memasuki kawasan Gua
Selalrong, akan semakin terlihat keaslian alamnya. Banyak rumah yang mempunyai
halaman yang luas dan tetap dibiarkan apa adanya namun tetap bersih. Air terjun di
Barat kawasan Gua Selarong dan sumber air sendang Manikmoyo yang berada di
tebing bukit terlihat masih sangat alami sehingga semakin memberi kesan pedesaan.
Kondisi alam seperti inilah yang sekarang sudah jarang ditemui di desa desa lain dan
menjadikan nilai lebih tersendiri bagi kawasan Gua Selarong.
46
Suasana alam yang ada di Kawasan Goa Selarong sangat sejuk dan asri, tak lupa dengan
sejarah-sejarah yang tak terlupakan. Di Goa Selarong juga terdapat Yoni yaitu sumber air
yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Dari Gambar
dibawah dapat dilihat Suasana Alam Kawasan Goa Selarong.
Gambar 18
Suasana Alam Kawasan Goa Selarong
Potensi paket wisata yang ditawarkan oleh kawasan Goa Selarong dapat merupakan bagian
akhir (ending) dari rangkaian jelajah wisata di Kecamatan Pajangan, yang mencakup: a)
wisata kerajinan batik kayu dan sendang banyunibo di Krebet; b) wisata sejarah Sendang
Ngembel; c) wisata sejarah intake air/dam kamijoro; d) wisata sejarah petilasan Mangir; e)
wisata sejarah Goa Selarong.
47
BAB IV
RENCANA UMUM PENGEMBANGAN KAWASAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN GOA SELARONG KABUPATEN BANTUL
agronomi
yang
tangguh
dalam
rangka
mendukung
tumbuh
pemerintah
dan
kemasyarakatan
yang
tertib
secara
pasti,
kemasyarakatan
akan
sangat
membantu
terwujudnya
keamanan
dan
Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin
kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat yang menghuninya.
48
g. Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat
serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang
menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri, tidak
mewah, tetapi lebih cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang
berstandar pada kreatifitas manusiawi
h. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat kabupaten Bantul
telah terpenuhi secara lahir dan bathin
i.
Demokratis
pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah
menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa
tanggung jawab.
j.
49
2.
Function - Pemanfaatan lahan : penetapan hirarki pengembangan fungsifungsi kawasan ditentukan dengan memperhatikan potensi-potensi kawasan.
Lahan yang terletak di zona inti yang memiliki aksesibilitas, strategis serta nilai
ekonomi tinggi dapat dimanfaatkan sebagai magnet/ daya tarik utama kegiatan
ditunjang dengan pengembangan fasilitas pendukung untuk atraksi kesenian ,
seperti ruang pentas seni, museum budaya, ruang pertemuan, dan penunjang
aktivitas sosial lainnya. Untuk pengembangan fungsi perdagangan dan jasa
serta penataan parkir, penataan ruang terbuka hijau (RTH),sementara lahan di
sepanjang koridor luar kawasan inti, ditetapkan peruntukannya sebagai kawasan
campuran permukiman dan lingkungan hijau resapan air.
3.
dan
souvenir
kerajinan.
Pengembangan
kawasan
haruslah
memperhatikan faktor eksistensi kawasan yang telah eksis selama bertahuntahun dengan mempertimbangkan tingkat skala kegiatannya.
4.
5.
6.
50
Dapat dilihat dari Gambar 17 yaitu tentang Visi Pengembangan Kawasan Goa Selarong
yang meliputi dari beberapa aspek baik Pembangunan Fisik Maupun NonFisik. Beberapa
sektor penting yang untuk pengembangan kawasan Goa Selarong seperti Ruang Sosial,
Skala dan Karakter Manusiawi, Kehidupan masyarakat sekitar, Ruang Sosial, Budaya dll.
Gambar 19
Visi Pengembangan Kawasan Goa Selarong
wisata
dengan
mengutamakan
keamanan
dan
kenyamanan
bertempat tinggal
c) Kawasan jasa dan perdagangan bagi para pengrajin yang diarahkan pada
perdagangan eceran formal dan informal, ekonomi kecil dan menengah, serta
jasa pariwisata yang mendukung karakter budaya.
51
Strategi Pengembangan
a) Ekonomi : Memperluas pengembangan area ekonomi, sektor formal - informal
b) Sosial: Peningkatan Fasilitas sosial dan pelayanan umum, zona permukiman
c) Budaya: Konsolidasi, mengembangkan dan memanfaatkan potensi/aset-aset
budaya baik itu tradisi atau warisan budaya termasuk adanya perkembangan
budaya kontemporer
d) Lingkungan: Memantapkan lingkungan berkelanjutan antara natural environment
dan social environment
52
politik,
pemerintahan,
kebudayaan
dan
pertambahan
penduduk,
53
Kawasan ini pun memiliki potensi-potensi yang dapat ditingkatkan lagi peranan dan
fungsinya bagi pengembangan kehidupan termasuk di dalamnya yaitu memperkuat karakter
dan citra kawasan.
4.6 Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan dalam menyusun konsep perancangan tata bangunan dan
lingkungan Kawasan RTBL Goa Selarongini adalah mengoptimalkan fungsi kawasan
dengan mengarahkan beberapa bagian kawasan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Setiap bagian kawasan diarahkan untuk memberikan kekuatan karakter yang mendukung
citra kawasan melalui peningkatan kualitas lingkungan kawasan yang terbentuk.
Beberapa pertimbangan penting yang perlu diperhatikan adalah :
a. Strategi pengembangan tata ruang yang telah disusun sebelumnya yang
menetapkan Kawasan RTBL Goa Selarongsebagai sebagai kawasan strategis cagar
budaya dan sejarah skala regional.
b. Pengembangan Kawasan RTBL Goa Selarongsebagai upaya konsolidasi kawasan
dengan cara melakukan penataan fungsi-fungsi kawasan sejarah dan sekitarnya
secara tematis, perbaikan dan pengembangan sequence kawasan.
c. Kebijakan tata ruang dengan memperhatikan sektor-sektor yang menjadi prioritas
utama penanganan pada kawasan, pemerataan pembangunan serta pemberdayaan
ekonomi tradisional
Pada bagian tertentu kawasan, koridor ruas jalan dan simpul-simpulnya serta area
yang menjadi pelingkupnya perlu diarahkan dan diberikan penekanan agar dapat
memberikan karakter, nilai, maupun citra atau image tertentu, sehingga mudah dikenali dan
memberikan kesan mendalam bagi pengguna maupun orang yang melintasi kawasan.
Sepanjang jalan utama Goa Selarong, sebagai bagian koridor kawasan perlu penataan,
dengan mengatur dan mengorganisasi secara visual koridor jalan tersebut, dan
menyediakan suatu framework yang berperan memperkuat eksistensi kawasan serta
menciptakan citra kawasan di masa depan. Framework, merupakan kerangka konsep
struktur kawasan yang membentuk definisi terhadap kawasan.
Usaha ini dilakukan untuk lebih memberdayakan kawasan melalui pengolahan
potensi-potensi yang ada dengan memperhatikan fungsi perkotaan modern dan tetap
konsisten dalam setting arsitektural yang kontekstual dengan lingkungan (sosial dan budaya
kawasan). Untuk membentuk dan memperkuat visual wajah jalan yang serasi dan
memperkuat kawasan, maka perlu dibuat suatu panduan perancangan untuk mengarahkan
perubahan pada wajah jalan.
54
55
Yoni dan batu-batu yang diduga sebagai bagian dari reruntuhan bangunan candi, serta
sumber air (sendang Manikmaya dan sendang Umbulmaya).
Konsep pengembangan pada zona ini diarahkan pada Penataan dan pengembangan fungsi
ruang kebudayaan dan pendidikan, dengan:
a. Penataan situs-situs (Yoni, sendang Manikmoyo dan sendang Umbulmoyo)
b. Pengembangan RTH untuk taman, outbond dan Camping ground
c. Pengembangan Museum/ diorama
d. Pengembangan ruang pentas seni dan budaya (panggung kesenian)
e. Penataan akses/ jalan masuk kawasan, RTH dan parkir
f.
Penataan dan pengembangan street furniture (lampu jalan dan taman, papan
informasi, sculpture dsb.
signage
Memperkuat fungsi pendukung aktivitas wisata (warung, kios souvenir, artshop).
56
Gambar 20
PENA
57
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
yang berkaitan dengan materi kerja praktek tersebut. Selain kesimpulan dan permasalahan,
pada bab ini juga berisikan saran-saran dari praktikan sendiri yang mungkin dapat menjadi
suatu masukan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan kerja praktek dan untuk Institusi
STTNAS Yogyakarta serta Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.
5.1 Kesimpulan
Terkait dengan kerja praktek mengenai Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan
Lingkungan (RTBL) Kawasan Goa Selarong Kabupaten Bantul yang telah disusun dalam
bentuk laporan, kemudian dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a. Upaya pelestarian kawasan Goa Selarong perlu dilakukan terhadap bangunan
gedung dan lingkungan karena telah di tetapkannya sebagai cagar budaya,
sebagaimana yang telah di amanatkan dalam UU No 28 Tahun 2002 tentang
bangunan gedung.
b. Visi yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan kawasan wisata Goa
Selarong yaitu Terwujudnya Kawasan wisata Goa Selarong sebagai Kawasan
Strategis Sosio-Kultural berupa kawasan wisata berbasis potensi sejarah dan alam
serta budaya masyarakat.
c. Tersusunnya Program Investasi Pembangunan kawasan RTBL sebagai bagian
upaya peningkatan kualitas permukiman dengan menyertakan masyarakat sebagai
bagian integrasi dari upaya pembangunan di lingkungan/kawasan.
d. Konsep perancangan tata bangunan dan lingkungan Kawasan RTBL Goa Selarong
ini adalah mengoptimalkan fungsi kawasan dengan mengarahkan beberapa bagian
kawasan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
e. Berbagai fasilitas yang ada di kawasan Goa Selarong kondisinya perlu ditingkatkan,
dan bangunan bangunan baru yang berdiri disekitar kawasan perlu mandapatkan
penanganan yang tepat untuk menghindari terjadinya degradasi lingkungan atau
penurunan kualitas lingkungan.
a. Tersusunnya rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan Goa Selarong
Kabupaten Bantul dapat dijadikan sebagai acuan dalam program selanjutnya yaitu
Desain Engineering Detail (DED).
58
5.2
Saran
5.2.1
dari usaha menepati waktu penyelesaian proyek dan banyaknya proyek yang dipercayakan
pada pihak Trikarsa. Dalam pendampingan kepada praktekan masih tergolong kurang,
praktekan masih sering dibiarkan santai karena terkadang pihak Trikarsa kebingungan akan
memberikan tugas apa kepada praktekan.
5.2.2
Lingkungan Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan di PT. Trikarsa cukup baik dan menyenangkan, karena santai
dan bersifat kekeluargaan. Hal itu dapat dilihat dengan makan siang bersama, sholat Jumat
bersama, dan bebas untuk mengobrol. Lingkungan kerja pun juga tergolong bersih. Namun
ruangan yang digunakan praktikan cukup panas, sehingga kadang kurang mendukung
proses kerja praktikan dan rekan kerja yang lainnya.
5.2.3
untuk kerja praktik, karena selama ini mahasiswa masih banyak yang terbuang waktunya
hanya untuk mencari tempat kerja praktek, sehingga berdampak pada mundurnya
pembuatan laporan dan makalah serta seminar KP.
5.2.4
Calon Praktikan
a)
Jika sudah mendapatkan tempat kerja praktek, segera mengurus surat tugas supaya
b)
c)
dosen pembimbing.
Jangan sungkan untuk bertanya pada pihak Instansi KP ataupun pada dosen
pembimbing.
59
60
61
62