Anda di halaman 1dari 73

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang (UNITRI) merupakan
perguruan tinggi swasta yang menekankan penguasaan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung era globalisasi. Sebagai
mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Jurusan Teknik
Sipil semester VI, kami diwajibkan untuk mengikuti Program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) selama 1 bulan pada awal 23 Februari 2022 sampai 23
Maret 2022 yang mana merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa
untuk lanjut ke semester berikutnya. Banyak manfaat yang didapat dalam
Praktek Kerja Lapangan ini yaitu, memberi gambaran pada mahasiswa
tentang dunia kerja yang sesungguhnya, merubah pola pikir mahasiswa,
menambah ilmu pengetahuan dan yang terpenting adalah menjadikan
mahasiswa siap bekerja pada saat mahasiswa telah lulus kuliah karena bekal
yang dimiliki mempunyai modal dasar ia bekerja.
Perencanaan sebuah gedung atau perumahan, khususnya gedung MPM
sukerejo, harus memperhatikan beberapa kriteria yang matang dari unsur,
kekuatan, kenyamanan, serta aspek ekonomisnya. Kenyamanan yang
diinginkan membutuhkan tingkat ketelitian dan keamanan yang tinggi dalam
perhitungan konstruksinya. Faktor yang seringkali mempengaruhi kekuatan
konstruksi adalah beban hidup, beban mati, beban angin, dan beban gempa.
Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keadaan atau kondisi lokasi
pembangunan perumahan akan mempengaruhi pula terhadap kekuatan gempa
yang ditimbulkan yang kemudian berakibat pada bangunan itu sendiri.
Indonesia sebagai salah satu daerah rawan gempa, kondisi ini memberikan
pengaruh dasar dalam proses perencanaan sebuah gedung/bangunan di
Indonesia. Maka dari itu membutuhkan suatu solusi untuk memperkecil
resiko yang terjadi akibat gempa,
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk kuliah dimana
mahasiswa terjun langsung dilapangan. Diharapkan dengan melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa akan lebih banyak mengetahui
seluk beluk proyek dan ilmu-ilmu lain di lapangan.
1.1 Rumusan Masalah
Adapun analisis situasi di atas, permasalahan yang akan di angkat dalam
pelaksanaan kegiatan PKL ini adalah:
a. Bagaimana Situasi dan Kondisi Proyek?
b. Bagaimana Struktur dan Organisasi Proyek?
c. Bagaimana mengetahui metode pelaksanaan kolom dan balok yang ada di
Lapangan?
1.2 Tujuan Dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan praktik kerja lapangan.
a. Tujuan umum
a. Untuk memperoleh pengalaman kerja mahasiswa di lapangan agar bisa
menjadi tenaga kerja yang profesional.
b. Untuk memahami pelaksanaan proyek di lapangan secara nyata dan
konsep yang benar.
c. Untuk membentuk sikap mental, disiplin, terampil dan kemampuan dalam
berkomunikasi dengan karyawan dan pekerja lapangan.
d. Untuk menggali, mengamati dan menganalisis secara lebih mendalam
mengenai pekerjaan di lapangan, dan dapat disinkronkan dengan teori
yang ada.
b. Tujuan khusus
a. Untuk memahami dan mengetahui manajemen pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
b. Untuk memahami dan mengetahui struktur organisasi atau garis koordinasi
proyek.
c. Untuk memahami bagaimana pelaksanaan pekerjaan kolom dan balok
yang baik dan benar.
1.3.2. Manfaat praktik kerja lapangan
Pekerjaan kolom dan balok pada proyek pembangunan gedung MPM
mempunyai peranan penting, khususnya bagi mahasiswa berupa penerapan
sistem pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL) yang sesuai dengan metode
yang ada di lapangan.
a.Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat yang di ambil dari pelaksanaan praktik kerja lapangan bagi
mahasiswa antara lain:
a. Dapat memberikan pengalaman yang nyata dan aktual kepada mahasiswa
dalam penerapan mata kuliah yang dipelajari dibangku kuliah dengan
praktik yang ada di lapangan.
b. Dapat membentuk sikap mental, disiplin, bertanggung jawab dan berbagai
keterampilan di lapangan.
c. Mahasiswa dapat membandingkan teori yang dipelajari dibangku kuliah
dengan penerapan di lapangan dalam pelaksaan pekerjaan kolom dan
balok.
d. Mahasiswa mampu memahami konstruksi pada setiap komponen pada
pelaksanaan pekerjaan kolom dan balok.
b. Manfaat bagi program studi
a. Dapat dijadikan bahan masukan untuk mengembangkan ilmu dibidang
teknik sipil.
b. Menambah referensi ke perpustakaan yang berkaitan dengan materi
terutama dalam bidang praktik kerja lapangan.
c. Mendapat lulusan yang kreatif, inovatif dibidang konstruksi.
c. Manfaat bagi pihak perusahaan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi atau kebijakan pelaksanaan pada
pekerjaankolm da balok pada pembangunan gedung MPM.
BAB II DESKRIPSI KEGIATAN

2.1 Kegiatan Umum


2.1.1 Definisi Proyek
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu
proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur
sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang
sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan
cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumberdaya yang
terbatas.Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk
mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan infrastruktur.
Pelaksanaan dalam manajemen konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu. Pelaksanan dalam manajemen konstruksi memiliki
beberapa fungsi antara lain:
a. Sebagai pelaksanaan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian
antara perencanaan dan pengawasan.
b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja, metode kerja,
gambar kerja, dan spesifikasi pekerjaan.
c. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil kerja dilapangan.
d. Mengusulkan perubahan rencana pelaksanaan karena kondisi pelaksanaan
yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai
dengan rencana.
e. Menjaga kebersihan dan ketertiban dilapangan.
f. Mengontrol setiap kebutuhan proyek untuk dilaporkan kepada manajer
proyek.

Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap


masalah– masalah yang
terjadi di lapangan.
a. Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Lokasi proyek di Jl. Raya Malang-
Surabaya,Krajan,Kec.Sukerejo,Pasuruan.

Gambar 2. 1 peta lokasia lokasi


b. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Setiap pembangunan suatu peroyek biasanya melibatkan beberapa
pihak dimana pihak yang satu dengan pihak yang lainyan sangat erat
hubungangannya dan harus dapat bekerja sama , sehingga nantinya tujuan
dan hasil yang hendak di capai akan dapat terealisasi . Berdasarkan sifat dan
bentuknya struktur organisasi peroyek dapat di bedakan menjadi 2 yaitu :
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi proyek dapat di definisikan sebagai
pengorganisasian dalam lingkup pekerjaan proyek kontruksi yang
mempunyai hubungan kerjasama yang baik dan bertanggung jawab antara
semua unsur-unsur yang terkait dalam struktur organisasi.
2) Struktur organisasi lapangan
Dalam melaksanakan suatu proyek maka pihak kontraktor
(pemborong), salah satu kewajibannya adalah membuat struktur organisasi
lapangan. Pada gambar struktur organisasi lapangan akan diperlihatkan
struktur organisasi lapangan dari pihak kontraktor (pemborong) pada
pembangunan
Tujuan pembentukan organisasi proyek antara lain:
Menjelaskan hubungan, kedudukan hak dan wewenang dari masing -
masing pihak agar terjadi keselarasan untuk menghindari kesimpang
dalam menjalani hak, wewenang dan tanggung jawab.
a) Dengan adanya pembagian kerja yang jelas di maksudkan agar tidak
terjadi pemusatan pekerjaan hanya pada satu unsur saja tetapi setiap
unsur dapat menggunakan keahliannya secara optimal untuk
mencapai hasil kerja yang maksimal
b) Memudahkan dalam pelaksanan, pengawasan baik setiap item
pekerjaan maupun secara keseluruhan kegiatan, sehingga dapat
melihat kemajuan dan hambatan yang ada di proyek, agar proyek
tersebut dapat berjalan dengan tertib dan selesai tepat waktu sesuai
dengan Time Schedule.
STRUKTUR ORGANISASI
PROJECTMPM-SUKOREJO

Kordinator proyek
Welly Mulyono

Project Manager Angineer


Faris Ansheilla

Drafter Site Manager Logistik


Dwi.S Bernahda Shyahyadi

1) Uraian Tugas Pada Struktur Organisasi


Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek antara lain:
1. Kordinator proyek
Koordinator proyek adalah seseorang yang mengkoordinir sebuah kegiatan
dalam hal ini yaitu proyek pekerjaan. Orang tersebut melakukan penugasan guna
mengawasi jalannya proyek. Tak hanya mengawasi tapi juga memastikan
semuanya berjalan dengan lancar.Jadi bisa disimpulkan bahwa profesi ini
memiliki tugas mengawasi sebuah proyek diarea secara langsung. Keberadaannya
sangat krusial demi menjaga kelancaran suatu pekerjaan. Baik seputar
pembangunan atau jenis lainnya.Kewajiban koordinator lapangan adalah
memastikan seluruh aspek dalam proyek tersedia dan berjalan sesuai rencana.
Apabila terjadi sesuatu pada pekerjaan, maka bagian inilah yang akan
bertanggung jawab. Bahkan termasuk mengenai kinerja para pekerjanya.Tugas
Koordinator Lapangan Beserta Tanggung Jawabnya.Untuk menjadi seorang
koordinator lapangan yaitu:
 Mengatur dan mengelola kebutuhan lapangan.
 Memberikan arahan di lapangan.
 Membuat laporan kerja.
 Memastikan semua pekerjaan berjalan lancar.

2. Project manager
Project manager merupakan seseorang yang diberi tanggung jawab
untuk melaksanakan strategi manajemen proyek untuk mencapai tujuan
proyek. Hal ini sejalan dengan pengertian project manager menurut Project
Management Body of Knowledge Guide (PMBOK Guide) yakni seseorang
yang bertanggung jawab dalam mengurus sebuah proyek Secara sederhana,
project manager adalah pemimpin sebuah proyek
Project manager memiliki peran penting atas stabilitas sebuah proyek
anda. Karena
itu, penting untuk memastikan project manager yang anda pilih benar berat
handal untuk
membawa proyek berjalan pada cara yang terbaik. Bayangkan jika anda
merekrut pect
manager yang spesifikasinya adalah pada proyek konstruksi, namun anda
tempatkan pada
proyek teknologi informasi, Bayangkan pula pa project manager yang anda
pilih ternyata
tidak cukup memiliki kemampuan leadership, analisa bisnin, hingga
kemampuan teknikal
yang baik.
Adapun tugas dari project manager, yaitu:
a) Membuat rencana proyek
b) Mengalokasikan pekerjaan kepada tim
c) Membentuk komunikasi tim yang efektif
d) Melakukan kalkulasi anggaran
e) Mitigasi masalah dan krisis
f) Memonitor perkembangan proyek berdasarkan blueprint
g) Membuat laporan untuk stakeholder
3. Drafter
Drafter adalah orang yang bekerja membuat gambar (kasarnya sih
tukang gambar). Mereka membuat atau menyiapkan gambar-gambar kerja
teknik, sehingga gambar tersebut dapat dengan jelas dan mudah dimengerti
orang lain dan mudah dalam proses pembentukan obyek gambar tersebut.
Tanggung Jawab Drafter antara lain:
 Mampu menggambar teknik menggunakan software CAD atau sejenisnya,
baik itu jgambar 2D atau 3D
 Mampu menerapkan pemahaman gambar teknik yang benar
 Mampu menjelaskan mengenai gambar, kepada pelaksana lapangan
mengenai desain/bentuk dengan detail dan pastikan penjelasan dapat
dipahami
 Merevisi gambar perencanaan, jika terjadinya perubahan plan yang dapat
disesuaikan di lapangan
 Memastikan desain telah sesuai dengan standar kualitas.
4. Manejer Proyek (Site Manager)
Manejer Proyek adalah orang yang duduk di dalam proyek atau yang secara
langsung memimpin pelaksanaan dan bertanggung jawab atas :
a. Tercapainya sasaran proyek sebagaimana yang di tetapkan.
b. Efektifitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya milik perusahaan
yang dipercayakan kepadanya.
c. Upaya untuk mendapat hasil yang baik dari proyek sesuai untuk
kepentingan bersama
Tugas dan wewenang manejer proyek adalah :
a. Mengupayakan rencana kerja dan anggaran pelaksanaan proyek
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
b. Mengupayakan kualitas dan pelaksanaan kerja, pemanfaatan
sumberdaya keuangan dan waktu penyelesaian proyek secara optimal.
c. Memiliki metode kerja yang handal dan efektif.
d. Menandatangani surat menyurat sehubungan dengan pelaksanaan
proyek.
e. Mengupayakan pemilihan kemanpuan dan disiplin bawahannya untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
f. Mengupayakan strategi pelaksanaan untuk mencapai hasil yang baik.
5. Logistik
Logistic adalah bagian dari organisasi proyek yang bertanggung jawab
terhadap
keselamatan dan ke beradaan barang dalam gudang. Tugas wewenangnya
adalah:
a. Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan pengeluaran barang dari
dalam gudang.
b. Bertanggung jawab terhadap banyaknya barang dalam gudang dan
melaporkan kepada pengawas lapangan.

6. Angineer
Engineer/insinyur adalah seseorang yang bekerja di bidang engineering
dan mampu menggunakan ilmunya untuk menghasilkan suatu benda yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang engineer/insinyur
juga membantu memecahkan masalah dal Untuk menjadi seorang
engineer/insinyur, dibutuhkan suatu kerja keras dan ketekunanam teknologi
yang ada.
2.2 Kegiatan Khusus
2.2.1 Pekerjaan Kolom Dan Balok
1. Pekerjaan Kolom
a. Pekerjaan Kolom Beton
Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom
beton (tiang beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi
vertikal. Kolom berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan
penerus beban dari atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman
dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan
perhitunganFungsi dari kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan , kolom itu seperti rangka tubuh
manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
sturuktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting ,agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom
didistribusikan kepermukaan tanah dibawahnya. Struktur kolom, dibuat dari
besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tarikan
dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan akan tekanan. Gabungan kedua material ini didalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof
dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan tersebut.
b. Jenis – Jenis Kolom
. Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis
yaitu kolom utama dan kolom praktis.
a) Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi untuk menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak begitu
besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 15/25, dengan
tulangan pokok 6d12mm, dan begel d 810cm ( 6 d 12 maksudnya jumlah besi
beton diameter 12mm 6 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan
jarak 10 cm).

Gambar 2.2 kolom Utama

b) Kolom praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi untuk membantu kolom
utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-15 mm.
2. Keuntungan Dan Kerugian Beton
Adapun keuntungan dan kerugian dari beton bertulang adalah :
1. Keuntungan beton bertulang.
 Mempunyai daya dukung yang besar, melebihi bahan-bahan kayu,
batu bata dan sebagainya. Karena kuat tekan sangat tinggi dari
betonnya dan kuat tarik yang sangat besar dari bajanya.
 Mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang tinggi dan dapat
tahan lama asalkan dipelihara dengan baik.
 Cukup tahan terhadap kejutan serta getaran, misalnya akibat gempa
bumi, mesin yang bergetar dan lain-lain.
 Beton dapat dicor dalam bentuk sesuai dengan yang dikehendaki,
dan mendapatkan keteguhan yang disyaratkan sehingga
penggunaannya praktis.

2. Kerugian beton bertulang.


 Biaya mahal dan pembongkarannya sulit sehingga tidak sesuai
untuk bangunan yang sifatnya sementara.
 Berat sendiri yang relatif besar.
 Sisa pembongkaran konstruksi beton tidak dapat digunakan lagi
(sulit untuk dibongkar pasang).
 Mutu beton tergantung pada pelaksanaannya.
 Sifat keteguhan beton dicapai pada saat pelaksanaannya, sehingga
untuk mengetahui kekuatan beton harus mengadakan pengujian
beton dan slump test. Relatif sulit dalam pelaksanaannya, di mana
membutuhkan keahlian dan pengawasan khusus di dalam
pengerjaannya.
a. Bahan Pembuat Beton
1. Semen portland
Semen digunakan sebagai pengikat antara agregat-agregat menjadi
satu kesatuan. Semen yang digunakan adalah semen hidrolik yaitu suatu
bahan pengikat yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air dan akan
menghasilkan suatu produk yang tahan air. Semen yang digunakan sebaiknya
disimpan dengan baik agar mutu semen tidak berubah dan dalam
pengangkutannya harus terlindungi dari hujan. Penyimpanan semen
sebaiknya dilakukan di dalam gudang yang berventilasi yang diletakkan
minimal 30 cm dari permukaan tanah dengan tinggi tumpukan maksimal 2
meter. Menurut SNI 15-2049-2014, semen Portland dibagi menjadi lima jenis
antara lain:
1. jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis-jenis lain..
2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi rendah.
5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Jenis-jenis semen tersebut didasarkan atas besarnya prosentase dari
komposisi dan senyawa kimia yang ada didalam semen Portland. Masing-
masing semen memiliki kadar yang berbeda.Dalam pekerjaan pembangunan
perumahan ini, semen yang digunakan adalah Semen tiga roda (jenis tipe 1).

Gambar 2.2 Semen

2. air
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan
air, maka sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air, apakah air
tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Air tawar yang
dapat diminum, tanpa diragukan dapat dipakai. Persyaratan mutu air sesuai
dengan PBI 1971 NI-2, antara lain:
 Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat
organik atau bahan lain yang dapat adukan dalam hal ini sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.
 Apabila terjadi keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan yang diakui,
untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak adukan.
 Apabila pemeriksaan contoh air seperti yang tertera pada poin (2) ini
tidak dapat dilakukan, maka pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan
percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan
memakai air tanpa disuling. Air tersebut dapat dipakai apabila kekuatan
tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa disuling pada umur 7
dan 28 hari paling sedikit. adalah 90% dari kekuatan tekan mortar
dengan memakai air yang telah disuling pada umur yang sama.
 Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton, dapat
ditentukan.
 menurut ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat.
Selain hal tersebut di atas, air yang digunakan untuk perawatan
selanjutnya Tujuan utama dalam penggunaan air untuk pengecoran
adukan beton adalah agar terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses
kimia antara semen dan air, sehingga mengakibatkan campuran menjadi
mengeras.Air yang digunakan dalam pembangunan rumah tinggal
adalah air yang diambil dari kran yang bersumber dari PDAM dan
ditampung didalam drom, yang berada disamping proyek.
3. Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu-
batuan pecah. Pemilihan agregat tergantung dari :
 Syarat-syarat yang ditentukan oleh suatu jenis beton.
 Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu.
Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi.
Dibawah ini adalah pembagian jenis agregat, berdasarkan tingkat
kekasarannya :
1. Agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt).
2. Agregat halus (puing batu, terak lahar, serbuk batu/bims).
3. Agregat kasar (bariet, biji besi, magnetiet dan limoniet).
Pemilihan agregat halus hendaknya memenuhi persyaratan yang
sesuai dengan pengawasan dan mutu agregat pada berbagai mutu beton,
antara lain :
1. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak mudah
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari
maupun hujan.
2. Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.
3. Kadar lumpur yang terkandung di dalam agregat tidak boleh lebih dari
5% terhadap berat kering.
4. Terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam ukurannya (max 5 mm).
Dalam pekerjaan pembangunan perumahan ini, pasir yang digunakan
adalah pasir sungai yang diambil dari dasar sungai.

Gambar :Agregat Kasar Dan Halus


3. Pekerjaan Bekesting Kolom
a. Pengertian Bekisting
Bekisting adalah konstruksi sementara yang dipergunakan
untuk mendukung dan memberikan bentuk pada beton. Meskipun bekisting
hanyalah struktur yang dalam penggunaannya bersifat sementara, namun kualitas
dan kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan baik karena beton mortar
mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk membuat bekisting melengkung.
Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu
direncanakan sedemikian rupa sehingga kontruksi tidak mengalami kerusakan
akibat lendutan atau lenturan ketika beton dituangkan.
b. Syarat-Syarat Pembuatan Bekisting
Pembuatan bekesting harus memenuhi beberapa persyaratan agar
konstruksinya sesuai yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting
menurut Arief Sabaruddin dalam bukunya membangun rumah sederhana
tahan gempa antara lain:
1. Papan bekesting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku, awet dan
diberi rangka secukupnya untuk mencegah melengkungnya maupun
terpelintirnya papan pengaruh dari sinar matahari dan hujan.
2. Bekesting dan penyokongnya atau rangka harus kuat menahan beban
bekesting itu sendiri, beban orang, peralatan dan bahan-bahan lain yang
digunakan.
3. Sambungan antara bagian yang membentuk bekesting harus cukup rapat
agar adukan tidak keluar dari bekesting yang dapat menyebabkan
pemborosaan akibat dari terbuangnya adukan beton dari bekesting yang
mengalami kebocoran. Kebocoran dapat menimbulkan cacat pada beton
itu sendiri.
c. Bahan dan Alat Pembuatan Bekisting Kolom

Pembuatan bekesting harus mempertimbangkan segi ekonomis biaya


yang diperlukan. Selain itu, permukaan beton yang dihasilkan maupun
kecepatan pengeringannya juga harus dipertimbangkan.
 Bahan yang diperlukan dalam pembuatan bekesting antara lain:

1. Kayu
Gamnbar : kayu
Kayu yang digunakan berupa papan dari kayu randu, dan sejenisnya; mutu
kayu kelas II, III, IV. Tebal berkisar 2-5 cm lebar maksimal 20 cm.

 Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting adalah:

1. Gergaji yang digunakan untuk memotong kayu besi dan papan randu
sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Paku dan kawat yang
digunakan sebagai pengikat rangkaian bekesting yang akan dibuat.
2. Pemukul/palu dan kawat yang digunakan sebagai penancap alat
pengikat
3. Meteran yang digunakan sebagai alat pengukur untuk menentukan
ukuran dari bekesting yang diperlukan
4. Pensil dan mistar sebagai alat mengukur dan memberikan dimensi
dalam menentukan suatu ukuran bekesting sesuai dengan ukuran yang
diperlukan.
5. Pensil dan mistar sebagai alat mengukur dan memberikan dimensi
dalam
menentukan suatu ukuran bekesting sesuai dengan ukuran yang
diperlukan.
4. Pekerjan pembesian
a. Baja tulangan
Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur
beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja
sama antara beton dan tulangan. Tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan
batang-batang besi. Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang
digunakan untuk penulangan beton. Dalam konstruksi bangunan dikenal
dengan baja ulir dan baja polos, di mana baja berpenampang ulir mempunyai
kekuatan lebih jika dibandingkan dengan baja polos. Syarat-syarat yang
ditentukan dalam tulangan baja :
 Baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan,
retak-retak dan gelombang.
 Permukaan hanya diperbolehkan untuk berkarat ringan.
 Batang-batang baja tulangan harus lurus.
 Dimensi dari tulangan yang dipakai yaitu Ø12 mm dan Ø10 mm,
sedangkan dimensi untuk sengkang atau begel yaitu Ø8 mm. Mutu beton
yang dipakai adalah K250/fc1 = 25 Mpa mutu baja U24/fy = 240 Mpa.

Pekerjaan pembesian terbagi atas :


 Perakitan tulangan
Untuk pekerjaan kolom pada proyek Pembangunan Perumahan
panorama temas kota batu perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang
dan proses pembuatan kolom dapat berjalan lebih cepat. Langkah-langkah
pengerjaannya :
 membuat daftar pembengkokan.
 meluruskan dan membersihkan kotoran dari bagian-bagian karat
yang lepas.
 memotong menurut panjang yang telah ditentukan pada daftar
pembengkokan.
 memasang (menyetel) menurut gambar konstruksi yang telah
ditentukan.

pemotongan tulangan harus sesuai dengan panjang tulangan yang


telah tercantum dalam gambar dan harus diketahui luas penampang
sebenarnya sebelum dipotong. Ada beberapa cara pemotongan tulangan
 pemotongan dengan gunting tangan untuk baja diameter kecil.
 pemotongan dengan mesin gunting yang digerakan tangan untuk
baja berdiameter yang lebih besar.
 pemotongan dengan gergaji.
Pemotongan dengan gergaji dilakukan dengan memberikan tanda
pada besi beton sesuai panjangnya. Tulangan dipotong dengan menggergaji
secara baik, penggergajian hanya dilakukan untuk ¾ Ø, sisanya bisa
dipatahkan.Pemotongan dengan gunting paralel dilakukan jika Ø antara 5mm
sampai 12mm, dan pelaksanaannya dengan gergaji atau gunting potong besi
tidak dapat dilakukan. Setiap besi yang akan dipotong harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Besi harus bersih dari karatan.
2. Besi harus dalam keadaan lurus agar diproleh ketepatan ukuran.
3. Pemisahan besi menurut diameter sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemotongan.
b. Pembengkokan Baja Tulangan

Pekerjaan tulangan,ujung tulangan harus dibuat kait. Pada peralihan


momen positif ke momen negatif pada umumnya sebagian tulangan pokok
dibengkokan dari daerah positif ke daerah negatif.
Syarat-syarat pembengkokan tulangan sbb:
1. Batang tulangan tidak boleh bengkok atau di luruskan dengan cara-
cara yang merusak tulangan tersebut.
2. Batang tulangan yang di profilkan, setelah bengkok dan diluruskan
kembali tidak boleh bengkok lagi dalam jarak 60 cm dari
bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang yang tertanam sebagian di dalam beton tidak
boleh dibengkokan atau di luruskan di lapangan, kecuali apabila di
tentukan dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh
perencana.
4. Membengkokan dan meluruskan batang tulangan harus di lakukan
dalam keadan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh
perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak
dapat dapat dipanaskan sampai kelihatan berwarna merah padam,
tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850ºC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami
pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami
pemanasan di atas 100ºC yang bukan pada waktu dilas, maka
dalam perhitungan sebagian kekuatan baja harus diambil kekuatan
baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan dan tidak
boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
8. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan
dalam jarak 8 kali diameter batang dari setiap bagian bengkokan.
c. Perangkaian Baja Tulangan
Baja tulangan yang sudah dibengkokan diikat dengan kawat baja
diameter 1 mm yang telah dibakar (bindrad). Perangkaian tulangan dilakukan
setelah disusun terlebih dahulu, meliputi pemasukan begel kedalam tulangan
dan mengikatnya dengan kuat.Cara mengikat harus kuat, dilakukan secara
bersilang dan sebaiknya kelihatan sejajar dengan tarikan yang kokoh. Setelah
diikat bindrad diputus disisakan sedikit dan tidak boleh terlalu berimpit. Bila
sulit diatur dapat digunakan besi penolong untuk memberi jalan agar beton
tidak menumpuk menjadi satu. Untuk menghindari berhimpitnya sengkang,
maka diletakan ditengah-tengah agar jarak penulangan bawah dan atas sesuai
dengan kedudukannya dalam gambar toleransi ukuran diluar sengkang, lilitan
dan ikatan diperbolehkan sebesar ± 6 mm.
Menurut R. Soemadi dalam bukunya Pelaksanaan Pekerjaan Beton
adalah setelah bekesting seluruhnya maupun sebagian selesai, tulangan
disetel atau dipasang oleh pekerja, batang-batang saling ikat pada sisi
persilangan dengan kawat pengikat, setelah dibuat ikatan mengelilingi kedua
batang yang saling menyilang kedua ujung kawat pengikat diputar bersama-
sama serta lilitan dipotong, tulangan itu harus diikat kuat-kuat agar selama
dituangi adukan tidak dapat bergeser atau berpindah tempat.
d. Pemasangan Baja Tulangan
Baja tulangan harus diletakan pada tempatnya dengan benar sesuai
dengan gambar agar tidak bergeser atau berpindah tempat, ini membutuhkan
ketelitian dan ketepatan. Harus dipertimbangkan adanya penyangga, cetakan
dan selimut beton.Jarak antara tulangan harus memadai sehingga campuran
dapat masuk. Minimal besar tulangannya adalah 75 mm. acuan dan tulangan,
tidak boleh menempel, harus ada jarak minimal yang harus ditaati dengan
membuat pengganjal sebagai penjaga jarak.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan
tulangan antara lain sebagai berikut:
1. Pemasangan baja tulangan harus kokoh dan antara letakan diberi
penjaga jarak agar tidak bergeser, melengkung atau berpindah
tempat saat memasukan adukan.
2. Menghindari pemasangan baja tulangan yang berkarat, terkena
tanah dan lain-lain untuk menjaga lepasnya baja tulangan dari
adukan beton.
3. Penanaman instalasi listrik seperti pipa-pipa didalam konstruksi
beton ditanam dengan memperhatikan bahwa baja tidak akan
merusak kekuatan beton.
4. Pemasangan pipa-pipa yang berbahaya (penyambung gas, zat
kimia) diperlukan syarat-syarat penutup dalam pasangan.

2.2.2 Pekerjaan Balok


Balok merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban
yang diterima oleh pelat beban balok anak, dan beban-beban lain yang bekerja
di atasnya, dan kemudian meneruskannya pada kolom. Balok terdiri dari balok
induk yang berfungsi membagi pelat menjadi segmen sebagai pengikat kolom
yang satu dengan yang lain, sehingga pelat menahan beban dari yang luas ke
yang lebih kecil, dan balok anak yang merupakan balok yang bertumpu pada
balok induk yang menerima beban dari pelat dan kemudian diteruskan ke balok
induk. Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja
dalam arah transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya
momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994).
Balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari
pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya balok dicor
secara monolit 7 dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan di
bagian bawah atau di bagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami
oleh balok ialah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh
lentur ataupun gaya lateral (Wahyudi L dan Rahim, 1999). Apabila balok
bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen
lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada balok tersebut.
Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian
atas dan regangan tarik akan terjadi di bagian bawah penampang. Regangan
tersebut akan mengakibatkan tegangan-tegangan yang harus di tahan oleh
balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
(Dipohusodo, 1994). Untuk memperhitungkan kemampuan kapasitas daya
dukung komponen balok struktur terlentur, sifat utama bahwa bahan beton
kurang mampu menahan tegangan tarik akan menjadi dasar pertimbangan
Dengan cara memperkuat tulangan baja pada daerah di mana tegangan tarik
bekerja akan diperoleh balok yang mampu menahan lentur.
1. Kriteria dan Perencanaan Balok
Persyaratan Perencanaan balok menurut PBBI 1971 SNI 2 hal. 91 sebagai
berikut:
 Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih.Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar
badan yang dipilih.
 Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2
lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
 Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari
luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil
kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarang sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang-sengkang bekerja
sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih
dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang
dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
2. Peraturan Pembuatan Balok Struktur
Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen yang
paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini menggunakan
susunan hierarki balok, di mana beban pada permukaan mula-mula dipikul oleh
elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya
diteruskan ke kolektor dan tumpuan. Semakin besar beban, yang disertai dengan
bertambah panjang, pada umumnya akan memperbesar ukuran atau tinggi elemen
struktur. Ukuran elemen struktur untuk setiap sistem dapat ditentukan
berdasarkan analisis bentang, beban dan material. Ada beberapa kriteria pokok
yang harus dipenuhi, antara lain:
 Kemampuan layan, efisiensi, kemudahan.
 Tegangan aktual yang timbul pada balok tergantung pada besar dan
distribusi material pada penampang melintang elemen struktur. Semakin
besar balok maka semakin kecil tegangannya.
 Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal yang penting.
Semakin tinggi suatu elemen, semakin kuat kemampuannya untuk
memikul lentur.
 Variabel dasar yang penting dalam desaian adalah besar beban yang ada,
jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok. Kondisi
tumpuan jepit lebih kaku dari pada yang ujung-ujungnya dapat berputar
bebas.
 Balok dengan tumpuan jepit dapat memikul beban berpusat di tengah
bentang dua kali lebih besar dari pada balok yang sama tidak dijepit
ujungnya.
3. Metode Pelaksanaan Struktur Balok
1. Pekerjaan Persiapan
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/memastikan keretakan
ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur
waterpass. Rencanakan ukuran balok, urutan pemasangan bekisting kayu
balok ukuran 5/7 dan papan 2 x 20 cm, penempatan balok sesuai gambar
rencana dan dilakukan pengukuran pada setiap posisi bekisting balok,
selanjutnya melakukan pekerjaan bekisting dan penulangan balok.
2. Pekerjaan Bekisting
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendri yang
baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang ada.
Sementara dibawah ada kolom, tiang dari balok dan bamboo dan pasangan
bata yang menyangga atau pyokong atau penyanggah (schafolding) guna
memperkuat dudukan balok yang akan dicor. Pekerjaan bekisting balok.
Pembuatan penal bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam
pemotongan multripleks harus cermat dan teliti sehinga hasil akhirnya sesuai
dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat.
Pekerjaan balok dilakukan langsung dilokasi dengan mempersiapkan
material utama papan multipleks. Tujuan pemasangan bekisting balok adalah
untuk mengetahui penting pembuatan cetakan yang baik, rata, kuat, siku, dan
lurus, karena apabila bekisting tidak siku maka beton yang dihasilkan akan
berubah bentuknya. Tahap-tahap dalam pemasangan bekisting balok dan pelat
adalah sebagai berikut:
 Kolom harus diselesaikan terlebih dahulu karena kolom berfungsi
sebagai pendukung komponen balok dan pelat.
 Setelah kolom terbentuk maka dilanjutkan dengan pemasangan
scaffolding.
 Ketinggian scaffolding untuk pemasangan balok adalah dengan cara
mengatur base jack atau U-Head jack. Menurut Sajekti (2009), cetakan
balok beton atau pelat beton yang menggantung, beban keseluruhan
harus dipikul oleh balok-balok kayu, kemudian beban dari balok kayu
tersebut diteruskan ketiang-tiang penyangga yaitu scaffolding.

Gambar 2.2.2 Bagian-Bagian Scaffolding.


Pengertian scaffolding dalam ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan
kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat dari bambu, kayu, atau
batang besi) yang memudahkan pekerja membangun gedung. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam memasang scaffolding pada pekerjaan balok dan
pelat adalah sebagai berikut:
 Ketinggian penyangga
 Jarak antar penyangga
 Stabilitas penyangga
 Kekuatan penyangga
Pada U-Head dipasang balok kayu (girder) sejajar dengan arah cross
brace dan di atas girder dipasang balok dengan arah melintangnya, kemudian
dipasang papan bekisting sebagai alas balok.
1. Pemasangan
 Bekisting balok pada posisi dan elevasi yang direncanakan.
 Setelah pemasangan bekisting balok selesai, dilanjutkan dengan
memasang bekisting pelat lantai.
 Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai harus rapat untuk mencegah
terjadinya kebocoran saat dilakukan pengecoran. Proyek ini menggunakan
jenis bekisting konvensional yaitu bekisting yang menggunakan kayu.
Dalam proses pengerjaannya, kayu kayu dipasang dan dibongkar pada
bagian struktur yang dikerjakan. Namun ada beberapa kekurangan dan
kelebihan dalam pemakaian bekisting konvensional diantaranya adalah
sebagai berikut;
Kelebihan menggunakan bekisting konvesional:
 Material papan/kayu tidak awet
 Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama
dibanding bekisting knock down.
 Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku.
 Bentuknya tidak presisi.
Kelebihan pemakaian bekisting konvesional:
 Papan/kayu dapat dipakai berulang kali (maksimal 5 kali) sehingga
dapat menghemat biaya
 Harganya lebih murah dari pada bekisting knock down
 Tidak memerlukan mesin untuk memasang bekisting
 Dikarenakan bekisting konvensional relatif ringan tidak seperti
bekisting knock down.
Menurut SNI 03-2847 tentang cetakan dan acuan, cetakan harus
menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi
komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana. Cetakan
harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar. Cetakan juga
harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan
bentuknya. Cetakan harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah meresap
air dan direncanakan sedemikian rupa hingga mudah dilepaskan dari beton
tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.
4. Syarat-Syarat Pembuatan Bekisting
Pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar kostruksinya
sesuai dengan yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting menurut Arief
Sabaruddin dalam bukunya membangun rumah sederhana tahan gempa:
1. Konstruksinya kuat
Bekisting yang baik memiliki kekuatan setara dengan beban yang bakal
ditopangnya. Kekuatan yang dimaksud mampu menjaga tingkat kestabilan
selama proses pengecoran maupun setelahnya. Dengan demikian
pembangunan konstruksi pun dapat berjalan lancar sesuai rencana dan
mempunyai risiko yang rendah.
2. Ketetapan bentuk
Bentuk bekisting dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan konstruksi
beton yang diinginkan. Perhatikan pula kerataan dan ketegakan bekisting
tersebut. Bekisting yang baik selalu memiliki tingkat kerataan yang kokoh.
3. Tidak bocor
Persyaratan ketiga yaitu bekisting wajib dipastikan tidak bocor.
Strukturnya harus dibuat serapat mungkin sehingga air yang terkandung di
adukan semen tidak keluar. Tujuannya supaya dimensi bekisting yang tercetak
memiliki ukuran yang benar benar akurat.
4. Bersifat kedap air
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bekisting seyogyanya
dipilih yang bersifat kedap air. Hal ini dimaksudkan supaya material tersebut
tidak menyerap air semen yang terdapat di dalam adukan beton. Fungsi
lainnya yakni agar beton mudah dilepaskan dari bekisting sehingga hasilnya
permukaan beton tersebut tetap mulus.
5. Gampamg dibongkar
Seperti yang sudah disebutkan di atas, struktur bekisting dipakai untuk
sementara waktu. Artinya struktur ini perlu direncanakan agar kaku, kuat, dan
stabil. Di samping itu, bekisting pun sebaiknya juga gampang dipasang serta
dibongkar kembali.

a. Pemasangan Bekisting
Tahapan pekerjaan beksiting ini sangat perlu diperhatikan karena
berdampak langsung pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Persyaratan
pekerjaan beksiting menurut Dinas Pekerjaan Umum yang harus dipenuhi
ialah:
 Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu
tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
 Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk/deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat
struktur sia-sia.
 Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah
tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja. Selain itu, perencanaan
dan desain bekisting harus memenuhi aspek bisnis dan teknologi sehingga
pertimbangan pertimbangan di bawah ini setidaknya harus terpenuhi:
 Ekonomis,
 Kemudahan dalam pemasangan dan bongkar.
 Tidak bocor.
Pemasangan bekisting balok akan dilaksanakan bersamaan dengan
pemasangan bekisting plat lantai, tapi dikerjakan sesuai fungsi masing-
masing. Pekerjaan pertama yang dilakukan untuk membuat bekisting balok
adalah pemasangan gelegar akan mengikuti benang yang telah diukur sesuai
permukaan balok. Pada pekerjaan bekisting, ada beberapa balok yang tidak
memerlukan penopang atau tiang penyanga, yaitu pada bagian yang
dibawahnya pasangan dinding bata, karena penempatan tersebut langsung
dinding bata yang menopangnya dan hanya menggunakan papan setebal 2 cm
untuk mengukur sesuai dimensi balok dan kasu usuk 5/7 untuk mengikat
pada setiap ujung balok sehingga kuat dan tidak goyah atau begeser pada saat
pengecoran. Pertama yang harus di lakukan adalah mempersiapkan papan
bekisting sesuai dengan ukuran balok, untuk memperkuat arah memanjang
pada balok di pasang kayu kaso 5/7 (di pasang vertikal). Pada bekisting pelat
lantai, pemasangan plywood disatukan dengan rangkaian balok sesuai dengan
ukuran yang di butuhkan.Pemasangan bekisting balok akan dilaksanakan
bersamaan dengan pemasangan bekisting plat lantai, tapi dikerjakan sesuai
fungsi masing- masing.
Pekerjaan pertama yang dilakukan untuk membuat bekisting balok adalah
pemasangan gelegar akan mengikuti benang yang telah diukur sesuai
permukaan balok. Pada pekerjaan bekisting, ada beberapa balok yang tidak
memerlukan penopang atau tiang perancah, yaitu pada bagian yang
dibawahnya pasangan dinding bata, karena penempatan tersebut langsung
dinding bata yang menopangnya dan hanya menggunakan papan setebal 2 cm
untuk mengukur sesuai dimensi balok dan kasu usuk 5/7 untuk mengikat
pada setiap ujung balok sehingga kuat dan tidak goyah atau begeser pada saat
pengecoran.
5. Pekerjaan Pembesian
a. Perakitan Tulangan
Untuk pekerjaan balok pada proyek Pembangunan Perumahan Panorama
Temas perakitan tulangan di lakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan balok dapat
berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :
 Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran balok.
 Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan pada balok, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada balok
tersebut.
 Merakit satu per satu bentuk dari tulangan balok dengan kawat pengikat
agar kokoh dan tulangan tidak mudah lepas. Menurut PBI 1971, pada
balok harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih
dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkang-sengkang
bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang tersebut tidak boleh
diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok.
 Diameter batang sengkang minimal 6 mm pada jenis baja lunak dan baja
sedang, dan berdiameter minimal 5mm untuk jenis baja keras.
b. Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan balok maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk balok tersebut tidak terlalu berat dan
ketinggian dari atas permukaan tanah tidak terlalu tinggi. Pada penulangan balok
dilakukan secara bersamaan dengan penulangan plat, karena pada pekerjaan
penulangan balok satu kesatuan dengan pekerjaan penulangan plat. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
 Hasil rakitan tulangan dipasang diatas pasangan dinding bata merah dan
pada bekisting yang telah disediakan secara horizontal dari permukaan
tanah dengan bantuan waterpass
 Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan papan
bekisting, jarak antara tulangan dengan papan bekisting 20 mm, yaitu
dengan menggunakan pengganjal yang dibuat dari batu kali disetiap ujung
sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dengan beton
(selimut beton) dan tulangan tidak kelihatan dan tidak enjadi karat
 Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.
2.2.3 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
a. Persiapan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-hal
seperti dibawah ini:
1. Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak dan
tidak bocor. Bekisting juga harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses pengecoran.
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini, maka tidak boleh ditunda sampai
mendekati waktu pengecoran. Pemeriksaan ini meliputi :
 Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
 Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan menggunakan waterpass
 Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal maupun
vertikal
 Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan permukaan
bekisting serta tulangan harus benar-benar dijaga. Untuk
membersihkan kotoran yang ringan menggunakan kompressor.
Sedangkan untuk kotoran yang bersifat berat seperti potongan kawat
bendrat atau logam lainnya menggunakan potongan magnet yang
didekatkan sehingga menempel dan diambil.
 Pemeriksaan sambungan bekisting
 Pemeriksaan perkuatan bekisting
 Jarak beton decking
2. Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum
pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta
pengaitan antar tulangan sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang
sesuai dengan spesifikasi.
Pemeriksaan ini berkaitan dengan:
 Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama
 Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
 Pemeriksaan penyambungan tulangan
 Pemeriksaan kekuatan bendrat
 Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lain
yang dapat mengurang daya rekatan. Sebelum melakukan pekerjaan
pengecoran kita harus mempersiapkan tenaga kerja, alat dan bahan.
Alat Pengecoran
 Sekop
 Strika beton/cetak
 Besi ukur tebal beton
 Ember
 Molen
 Besi pemadat beton
 Gerobak sorong
 Tangga darurat
 Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan
campuran beton
 Papan dan multriplek untuk jalur grobak dorong
Bahan Pengecoran
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
 Tenaga Kerja
 Tukang cor yang terampil, karena pekerjaan pengecoran
membutuhkan kecepatan dan keterampilan yang baik.
3. Pelaksanaan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
Menyiapkan alat-alat pendukung dilapangan seperti kaleng, persiapan
tangga darurat untuk mengangkat beton secara manual, gerobak sorong
penyalur beton. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada
pekerjaan pengecoran tersebut dilakukan secara manual dan tidak melakukan
truk mixe panjang penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan kaki
ayam yang harus sesuai dengan gambar rencana. Pastikan semua tulangan dan
bekisting telah dicek.
Menentukan volume area siap cor. Untuk pekerjaan plat dan balok,
penentuan batas stop cor atau volume cor dilihat dari kondisi bekisting
dilapangan. Jika bekisting sudah siap pada jarak bentang tertentu, maka
volume cor yang diambil adalah ¼ atau ¾ jarak bentang area bekisting yang
telah mampu menahan berat beton segar (diambil pada perhitungan mekanika
rekayasa, jarak yang diambil merupakan jarak dimana besarnya momen sama
dengan nol).
4. Pembersihan area yang akan dicor.
Menuangkan spesi beton kedalam bekisting balok dan plat dengan grobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecoran dalam
pemadatan beton dengan penumbukan melalui besi secara manual. Pada saat
pengecoran, setelah beton segar dituangkan dan dipadatkan dilakukan
pekerjaan perataan permukaan beton sesuai dengan ketebalan yang telah
direncanakan. Perataan ini masih menggunakan sistem manual memakai
ruskam kayu. Perataan ini bertujuan agar permukaan plat rata dan
memastikan tidak ada udara yang terjebak didalam campuran beton.
Selanjutnya dilakukan pengukuran ketebalan plat sekaligus
pengecekannya menggunakan pesawat waterpass dan batang kayu yang telah
diberi tanda. Untuk perawatannya, basahi permukaan pelat dan dengan air
setiap 2 kali sehari selama satu minggu. Bekisting balok dan plat dapat
dilepas setelah umur beton telah mencapai 28 hari dan dalam membongkar
bekisting diharapkan berhati-hati untuk menghindari terjadi patah pada balok.

Truk Readi Mix Pompa Beton


Gambar 2.2.3 Pengecoran Balok Dan Pelat Lantai

BAB III
HASIL KEGIATAN PELAKSANAAN

3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan lahan pada proyek pembangunan produksi dan
pelatihan lengkap dengan fasilitasnya yang dilakukan yaitu pertama terdiri
dari pengukuran batas lahan yang dimiliki owner untuk direncanakan
konstruksinya sudah ditentukan. Pekerjaan persiapan ini dibuat untuk
mendesain bangunan yang akan dibuat oleh owner.
Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek
pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang
membentuk suatu struktur yang diinginkan. Karena itu, pasukan material
yang berkualitas tinggi akan dapat menghasilkan struktur yang memenuhi
syarat kekuatan, ketahanan, kekakuan, dan kestabilan. Selain itu faktor
kelancaran pengadaan material akan membantu penyelesaian struktur secara
tepat waktu.
Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya
biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material
yang digunakan (Nugraha, 1985), pada tahap pelaksanaan konstruksi
penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup
besar, sehingga upaya untuk meminimalisasi sisa material penting untuk
diterapkan. Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan
dalam dua bagian besar (Gavilan, 1994), yaitu:
1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, krikil, batu bata,
besi tulangan, baja, dan lain-lain.
2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses
konstruksi dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah
bangunan tersebut selesai, misalnya: perancang, bekisting, dan dinding
penahan sementara.

Arus penggunaan material konstruksi mulai sejak pengiriman ke lokasi,


proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada
salah satu dari keempat posisi dibawah ini (Gavilan, 1994), yaitu :
1. Struktur fisik bangunan.
2. Kelebihan material (left over).
3. Digunakan kembali pada proyek yang sama (reuse).
4. Sisa material (waste).
3.3.1 Metode Pelaksanaan Kolom
a. pembesian kolom
Pekerjaan pembesian tulanagan pokok dilakukan ditempat yang terpisah.
Setelah pekerjaan pembesian selesai dikerjakan, kemudian diangkat secara
manual oleh para pekerja untuk dipasang pada titik koordinat kolom.
Tulangan yang digunakan pada tulangan kolom adalah :
1. Untuk tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan.
2. D10 untuk tulangan sengkang digunakan tulangan D8.
Tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom adalah sebagai
berikut :
1. Pertama-tama dilakukan marking kolom (sipatan). Secara manual dengan
menggunakan benang ukur, dimana ukuran diambil dari titik as bangunan.
Kemudian dipasang stek tulangan kolom.
2. Pengadaan material tulangan kolom.
3. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pabrikasi pembesian terdiri dari
tulangan utama dan sengkang untuk struktur kolom pada lokasi pabrikasi
dengan bantuan alat bar bender dan bar cutter.

Gambar 3.3.1 Bar bender


Sumber: dokumentasi pribadi

4. Baik tulangan pokok, sengkang, ties maupun tambahan dapat disesuaikan


terlebih dahulu ukurannya sebelum proses pemasangan. Jika panjang besi
melebihi dari gambar kerja, besi dapat dipotong dengan menggunakan mesin
bar cutter dan untuk kait tulangan sengkang atau tulangan kolom yang
memerlukan pembengkokan, maka bisa menggunakan mesin bar bender.
5. Bar bender adalah alat untuk membengkokan baja tulangan sesuai dengan
ketentuan yang ada pada shop drawing seperti mebuat kait, sengkang,
tulangan. Alat ini bekerja dengan menggunakan daya listrik dari genset.
Namun pada proyek pembangun ini bar bender yang dipakai masih manual
diamana setiap bar bender disesuaikan dengan ukuran besi.
Gambar 3.3.3 Bar bender
Sumber : dokumentasi pribadi

6. Tahap selanjutnya adalah proses pemasangan dan pengikatan pada setiap


tulangan utama
dan sengkang menggunakan bendrat.
7. Tahap selanjutnya adalah proses pemasangan dan pengikatan pada setiap

tulangan utama dan sengkang menggunakan bendrat.

Gambar 3.3.1 pengukuran antara jarang sengkang kolom


Sumber : dokumentasi pribadi

8. Pada tahap pemasangan tulangan kolom ini, proses pemasangannya


dilakukan langsung di setiap titik kolom yang disesuaikan dengan shope
darwing yang direncanakan.

Gambar 3.3.1 Skema Penulangan Kolom


Sumber : Pt mahameru Property
9. Pembesian kolom dipasang overlap dengan spesifikasi penyaluran (Ld)
tulangan tekan dan tarik dengan stek kolom yang sudah ada.

Gambar 3.3.1 Pemasangan Kolom


Sumber : dokumentasi pribadi

b. Pekerjaan pembesian kolom


Bekisting adalah konstruksi sementara yang dipergunakan untuk
mendukung dan memberikan bentuk pada beton. Meskipun bekisting
hanyalah struktur yang dalam penggunaannya bersifat sementara, namun
kualitas dan kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan baik karena
beton mortar mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk membuat
bekisting melengkung. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan
yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga kontruksi
tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan ketika beton
dituangkan.
Dalam pemasangan bekisting keamanan merupakan bagian yang tak
kalah penting. Ambruknya sebuah bekisting dapat merupakan sebuah
malapetaka. Karena bekisting serta alat-alat penopangnya termasuk dalam
suatu konstruksi yang bersifat sementara, adakalanya terhadap beberapa
komponen tertentu kurang diperhatikan. Sebuah bekisting yang direncanakan
terlebih dahulu akan lebih tepat mencapai sasaran dan lebih murah.
Perencanaan dan biaya yang tinggi mempunyai pengaruh besar terhadap
rencana sebuah konstruksi yang bersifat sementara. (Istimawan Dipohusodo,
1992), pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar
kontruksinya sesuai dengan yang diharapkan persyaratan tersebut meliputi:
1. Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku dan diberi
rangka secukupnya untuk mencegah melengkung maupun terpelintirnya
papan oleh pengaruh sinar mataharidan hujan. Papan harus cukup kuat dan
sedikit tebal untuk menahan beton basah dengan tepi yang tepat.
2. Bekisting dan penyokongnya harus kuat menahan beban yang meliputi beton
itu sendiri, orang, peralatan dan bahan - bahan lain yang digunakan.
3. Sambungan antara bagian yang membentuk bekisting harus cukup rapat
agar adukan tidak bocor. Kebocoran dapat menimbulkan cacat tampilan dan
penumpukan beton. Akibat lenturan, sambungan rapat dapat kembali
terbuka. Sambungan juga memperhitungkan kemudahan untuk melepasnya
nanti.
4. Pembuatan bekisting harus mempertimbangkan biaya, prinsipnya biaya
minimal tetapi hasilnya tidak mengecewakan.
5. Setelah bekisting dibuat harus diadakan pemeriksaan terhadap kedudukan
vertical dan horizontal, kedudukan as, kedudukan klem-klem, kebocoran atau
lubang dan kebersihan bekisting. ( Astanto, Triono Budi. 2001).

Gambar 3.3.1 Skema Penggunaan Bekisting


Sumber ; google.com

Tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan bekisting kolom:


1. Pabrikasi
a. Pembuatan material bekisting dengan memotong sesuai dengan ukuran
panjang dan tinggi kolom struktur.
b. Pabrikasi bekisting tiang kolom disesuaikan dengan panjang dan jumlah
kolom yang dibutuhkan.
c. Merangkai material bekisting dengan tiang kolom sesuai dengan jarak
pemasangan yang telah direncanakan sehingga menjadi 4 sisi panel
bekisting.
d. Mempersiapkan balok perangkai atau sabuk kolom dan pen, serta penahan.
Ini berfungsi akar bekisting lebih rapat ketika dilakukan pengecoran
kolom.
2. Pemasangan (erect)
a. Lumasi material kontak dengan mendirikan keempat panel kolom dan
memastikan bahwa tulangan kolom telah terselubungi dan membentuk
penampang sesuai dengan rencana.
b. Tegakkan cetakan kolom pada as yang telah ditentukan, pastikan
ketegakkan kolom menggunakan unting-unting.
c. Pasang balok perangkai dan pen pengikat yang saling mengikat pada
keempat sisi.
d. Memasang sloot penahan pada keempat sisi kolom agar konstruksi
perancah bekisting kaku dan tegak, bekisting kolom siap dicor.
3. Pembongkaran (strip)
a. Setelah memasuki masa pembongkaran, maka sloot penahan dibongkar
terlebih dahulu.
b. Balok perangkai dan pen penjepit dibuka dan ditempatkan secara rapi
dan teratur untuk kemudahan dalam penggunaan selanjutnya.
c. Panel-panel bekisting dan perancah dilepaskan dari permukaan beton
kolom untuk kemudian dibersihkan maupun diperbaiki.
c. Pelaksanaan pengecoran kolom
Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan pembesian dan
bekisting kolom telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan
melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas.
Tahap pelaksanaan pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
penuangan spesi beton ke balok beton dengan menggunakan gerobak sorong
dan ember atau kaleng dan dalam pelaksanaan ini dilaksanakan secara
manual. Sebelum pelaksanaan pengecoran, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat-alat pendukung dilapangan seperti kaleng, persiapan tangga
darurat untuk mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur
beton, lampu penerangan jika pengecoran dilakukan .
b. Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran, malam hari.
c. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut di lakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixe panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kokoh menahan beban.
d. Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting.
e. Setelah hal - hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
f. Menuangkan spesi beton kedalam bekisting balok dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton dengan penumbukan memakai besi secara manual.
g. Bekisting balok dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai 21
hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hati untuk
menghindari terjadi patah pada balok.
Sebelum melakuakan pekerjaan pengecoran kita harus mempersiapkan
tenaga kerja sebagai berikut :
1. Alat dan bahan pemeriksaan kondisi bekisting :
a. Sekop
b. Strika beton/cetok
c. Besi ukur tebal beton
d. Ember
e. Molen
f. Besi pemadat beton
g. Gerobak sorong
h. Tangga darurat
i. Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan campuran beton
j. Papan dan Multriplek untuk jalur gerobak dorong
2. Bahan pengecoran plat :
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
3. Pemeriksaan bekisting :
a. Pemeriksaan pada setiap sudut bekisting.
b. Pemeriksaan permukaan bekisting.
c. Pemeriksaan kondisi besi balok (jika berdebu di sirami air).
d. Pemeriksaan sambungan bekisting Tenaga kerja.
Tukang cor yang terampil karena pekerjaan pengecoran membutuhkan
kecepatan dan ketrampilan yang baik. Setelah semua sudah siap, pimpinan
kerja akan memberi komando kepada pekerja untuk melakukan pekerjaan
campuran beton pada bangunan tersebut (menggunakan molen secara
manual) untuk memulai pengecoran. Pengecoran di mulai dari bagian
belakang bangunan.
3.3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok
Balok merupakan penyangga beban struktural bangunan yang secara
fisik terdistribusi pada arah horizontal.Balok sendiri juga digunakan sebagai
pengikat atau pengaku struktur karena letaknya pada ujung-ujung yang
terhubung dengan kolom bangunan.Tahapan-tahapan dalam pekerjaan balok
yaitu :
a Pekerjaan persiapan
Rencanakan urutan balok, urutan pemasangan bekisting kayu balok ukuran
5 atau 7 dan papan 2 x 20 cm , penempatan balok sesuai gambar rencana dan
dilakukan pengukuran pada setiap posisi bekisting balok. Selanjutnya
melakukan pekerjaan bekisting dan penulangan balok.
b. Pekerjaan bekisting
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri
yang baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang
ada. Sementara dibawa ada kolom, tiang dari balok dan bambu dan pasangan
bata yang menyangga atau penyokong atau penyanggah (schafolding) guna
memperkuat dudukan balok yang akan di cor. Tujuan pemasangan bekisting
balok adalah untuk mengetahui penting pembuatan cetakan yang baik, rata,
kuat, siku dan lurus, karena apabila bekisting tidak siku maka beton yang
dihasilkan akan berubah bentuknya.
1. Syarat-syarat pembuatan bekisting
Pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar
konstruksinya sesuai yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting menurut
(Uddin, Arief Sabar, 2006 ). Dalam membangun rumah sederhana tahan gempa
antara lain :
a. Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku, awet dan diberi
rangka secukupnya untuk mencegah melengkungnya maupun terpelintirnya
papan pengaruh dari sinar matahari dan hujan.
b. Bekisting dan penyokongnya atau rangka harus kuat menahan beban
bekisting itu sendiri, beban orang, peralatan dan bahan-bahan lain yang
digunakan.
c. Sambungan antara bagian yang membentuk bekisting harus cukup rapat agar
adukan tidak keluar dari bekisting yang dapat menyebabkan pemborosaan
akibat dari terbuangnya adukan beton dari bekisting yang mengalami
kebocoran. Kebocoran dapat menimbulkan cacat pada beton itu sendiri.
2. Proses pembuatan bekisting
Pada pekerjaan bekisting balok dalam proyek ini menggunakan multiplex
tebal 0,9 cm dan penyangga rangka balok menggunakan kayu berukuran 5
atau 7. Adapun langkah-langkah pembuatan bekisting balok adalah sebagai
berikut :
d. Menyiapkan bahan dan alat-alat yang disiapkan antara lain palu, pensil,
meteran dan gergaji. Sedangkan bahannya adalah multiplex dengan tebal 0,9
cm, papan 2 cm, kayu balok, paku dan besi penahan bekisting.
e. Memotong multiplex dan balok kayu serta besi sesauai dengan ukuran yang
ditentukan.
f. Merangkai bekisting balok yang sudah dipasang sebelumnya.
g. Multiplex disambung dengan cara dipaku atau di ikat pada balok-balok atau
besi dukung yang telah disiapkan sebelumnya.
h. Mengecek kembali kekuatan bekesting yang telah dipasang.
3. Pemasangan bekisting
Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada saat pemasangan
bekisting antara lain :
a. Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang membentuk ukuran dan
batas-batas sesuai dengan gambar rencana.
b. Bekisting harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat mencegah kebocoran
adukan.
c. Bekisting harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang tetap.
d. Bekisting dalam keadaan lembab atau harus dibasahkan terlebih dahulu
sebelum pengecoran dikerjakan agar air semen tidak meresap pada waktu
pengecoran.
e. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku, sehingga setelah dibongkar
akan memberikan bidang yang rata dan hanya sedikit memerlukan
penghalusan serta celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada
waktu pengecoran tidak ada air pengecoran yang keluar.
f. Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian konstruksi dengan
sistem bekisting telah mencapai umur sesuai dengan beban yang diterima
oleh konstruksi tersebut. apabila beban besar, sebaiknya dibuka setelah
beton mencapai umur 28 hari. apabila pada saat pembongkaran terjadi cacat,
maka harus diperbaiki dengan melapisinya denga campuran beton yang
sama dengan yang telah ada.
Pemasangan bekisting balok akan dilaksanankan bersamaan dengan
pemasangan bekisting plat lantai, tapi dikerjakan sesuai fungsi masing-
masing. Pekerjaan pertama yang dilakukan untuk membuat bekisting balok
adalah pemasangan gelegar akan mengikuti benang yang telah diukur sesuai
permukaan balok.
Pada pekerjaan bekisting, ada beberapa balok yang tidak memerlukan
penopang atau tiang perancah, yaitu pada bagian yang dibawanya pasangan
dinding bata merah, karena penepatan tersebut lansung dinding bata yang
menopangnya dan hanya menggunakan papan setebal 2 cm untuk mengukur
sesuai dimensi balok dan kasu usuk 5/7 untuk mengikat pada setiap ujung
balok sehingga kuat dan tidak goyah atau bergeser pada saat pengecoran.
c. Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pembesian dibagi atas :
1. Perkaitan tulangan
Untuk pekerjaan balok pada proyek pembangunan perumahan Islami
Malang perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan
balok dapat berjalan lebih cepat.
a. Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran balok. Usuk 5/7 bekisting balok.
b. Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan balok, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada balok tersebut.
c. Merakit satu per satu bentuk dari tulangan balok dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak mudah terlepas.
2. Pemasangan tulangan
Setelah merakit tulangan balok maka untuk pemasangan tulangan dilakukan
dengan cara manual karena tulangan untuk balok tersebut tidak terlalu berat dan
ketinggian dari atas permukaan tanah tidak telalu tinggi.
Pada penulangan balok dilakukan secara bersamaan dengan penulangan
balok, karena pada pekerjaan penulangan balok satu kesatuan dengan pekerjaan
penulangan plat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan :
a. Hasil rakitan tulangan dipasang diatas pasangan dinding bata merah dan
pada bekisting yang telah disediakan secaraa horisontaldari permukaan
tanah dengan bantuan waterpass.
b. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan papan
bekisting , jarak antara tulangan dengan papan bekiting 20 mm, yaitu
dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung
sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan
bekisting untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton)
dan tulangan tidak kelihatan dan tidak menjadi karat.
c. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Dengan berdasarkan pada daftar bengkok dan kita potong tulangan
yang di lanjutkan dengan penbengkokan, setelah itu kita memotong dan
membengkokkan tulangan kita rakit antara tulangan pokok dengan bendrat
sebagai pengikat. Setelah tulangan dirangkai kita pasang tulangan balok
pada posisinya dengan mengunakan alat bantu gunting-gunting guna
mendapatkan ketegakan sesuai dengan yang direncanakan.
3.3.4 Pengecoran Balok
Pengecoran balok dilakukan setelah selesai melakukan pemeriksaan
secara cermat terhadap keadaan dan posisi balok, peletakan penulangan
mesin mendorong bahan adukan dari truk mixer ke dalam dan dilaksanakan
secara bertahap, setingkat demi setingkat setinggi bekisting kolom. Selama
pengecoran,bekisting balok diakibatkan bahan pengisi tidak masuk secara
menyeluruh sehingga bisa mengakibatkan pengeroposan pada balok.
Pelaksanaan pengecoran beton dan pelat dilakukan setelah pemasangan
bekisting dan tulangan selesai, dalam hal ini pelaksanaan pengecoran
dilakukan serentak untuk semua balok & pelat pada ketinggian tertentu
sehingga akan mempercepat waktu, dimana pengecoran dimulai dari balok
dan pelat dan dilanjut ke berikutnya.
Penulangan spesi beton ke balok dengan menggunakan gerobak sorong
dan ember atau kaleng dalam pelaksanaan ini harus di lakukan secara
manual Sebelum pelaksanaan pengecoran ini dilakukan, hal-hal yang harus
di siapkan untuk pngecoran adalah sebagai brikut :
a. Menyiapkan alat-alat pendukung dilapangan seperti kaleng, persiapan tangga
darurat untuk mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur
beton, lampu penerangan jika pengecoran dilakukan .
b. Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran, malam hari.
c. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut di lakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixe panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kokoh menahan beban.
d. Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting.
e. Setelah hal-hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
f. Menuangkan spesi beton kedalam bekisting balok dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton dengan penumbukan memakai besi secara manual.
g. Bekisting balok dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai 21
hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hatiuntuk
menghindari terjadi patah pada balok.
Sebelum melakuakan pekerjaan pengecoran kita harus mempersiapkan
tenaga kerja sebagai berikut :
1. Alat dan bahan pemeriksaan kondisi bekisting.
a. Sekop
b. Strika beton/cetok
c. Besi ukur tebal beton
d. Ember
e. Molen
f. Besi pemadat beton
g. gerobak sorong
h. tangga darurat
i. Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan campuran beton
Papan dan Multriplek untuk jalur gerobak dorong.
1. Bahan pengecoran plat
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air

2. Pemeriksaan bekisting
a. Pemeriksaan pada setiap sudut bekisting
b. Pemeriksaan permukaan bekisting
c. Pemeriksaan kondisi besi balok (jika berdebu di sirami air)
d. Pemeriksaan sambungan bekisting

3. Tenaga kerja
Tukang cor yang terampil karena pekerjaan pengecoran membutuhkan
kecepatan dan ketrampilan yang baik.Setelah semua sudah siap, pimpinan
kerja akan memberi komando kepada pekerja untuk melakukan pekerjaan
campuran beton pada bangunan tersebut (menggunakan molen secara
manual) untuk memulai pengecoran. Pengecoran di mulai dari bagian
belakang bangunan.
3.3.4 Situasi Dan Kondisi Di Lapangan
a. Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan proyek dan pengawasan proyek merupakan wujud nyata dari
seluruh rangkaian pekerjaan untuk merealisasikan apa yang telah direncanakan.
Pada dasarnya pemanfaatan sumber daya sangat penting dalam konteks
ketersediaan, keberhasilan dari proyek sangat tergantung dari ketersediaan
sumber daya dan pemanfaatan sumber daya efektif dan efisien. (Ahdi, 2009).
Pelaksanaan dan pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek, mutu suatu pekerjaan sangat
berpengaruh pada instansi pengawas lapangan. Pengawas dan pelaksana yang baik
tentu mempunyai hasil yang baik dari struktur organisasi proyek yang
bersangkutan. Selain itu pelaksanaan dan pengawas pekerjaan dalam suatu proyek
harus mematuhi aturan dan syarat-syarat yaitu (RKS) serta time Schedule yang
telah ditentukan oleh perencana atau pemilik proyek yang berpedoman pada
jadwal yang telah disusun.
a. Biaya
b. Kuantitas (quality)
c. Waktu (time)
Ketiga parameter tersebut tidak hanya berlaku pada akhir pekerjaan tetapi
sepanjang tahap pekerjaan proyek konstruksi berlangsung dan dari setiap item
pekerjaan, hai ini menjadi tolak ukur ketelitian pelaksanaan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Pelaksanaan lapangan adalah bagian dari kontraktor yang bertugas dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknik dilapangan. Hak dan kewajiban
pelaksana antara lain:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja, metode kerja, gambar
kerja, dan spesifikasi pekerjaan.
b. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil kerja dilapangan.
c. Mengusulkan perubahan rencana pelaksanaan karena kondisi pelaksanaan yang
tidak memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan
rencana.
d. Menjaga kebersihan dan ketertiban dilapangan.
e. Mengontrol setiap kebutuhan proyek untuk dilaporkan kepada manajer proyek.
b. Permasalahan Yang Terjadi Di Proyek
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi pasti ada permasalahan atau kendala
yang dihadapi, untuk itu perlu adanya pengendalian proyek agar proyek dapat
berjalan dengan lancar. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya koordinasi antara pekerja dengan pelaksanaan atau pengawas
sehingga terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dimaksud.
2. Cuaca kurang mendukung saat pelaksanaan sehingga tidak mencapai
bobot yang direncanakan per hari, bahkan hingga target bulan.
3. Pada saat proses pekerjaan konstruksi berlangsung pekerja yang tidak
memperhatikan K3, seperti tidak menggunakan alat perlindungan seperti
tidak mengenakan helm, sepatu dan menggunakan sarung tangan saat
bekerja pekerjaan, hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan para pekerja
yang dimana kecelakaan ringan meliputi luka biasa dan adapun kecelakaan
fatal yang mengakibatkan kematian para pekerja.
BAB IV ESTIMASI BIAYA DAN TIME SCHEDULE

4.1. Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS)


Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang berisikan
nama proyek berikut penjelasannya berupa jenis, besar dan lokasinya, serta tata
cara pelaksanaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan-
keterangan lain yang hanya dapat dijelaskan dalam bentuk tulisan. RKS biasanya
diberikan bersamaan dengan gambar yang semuanya menjelaskan mengenai
proyek akan dilaksanakan.
4.2. Dokumen Tender Rencana Kerja Syarat (RKS)
a. Syarat-Syarat Umum.
b. Penjelasan umum.
1. Kriteria dan syarat-syarat ini, yang selanjutnya disebut dokumen
tender. Dokumen tender adalah petunjuk yang harus diikuti dan
dipenuhi oleh pemborong atau rekan dalam penyusunan dan
menyampaikan penawaran serta merupakan syarat-syarat yang
mengikuti dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemborong atau rekanan harus membaca dengan seksama semua
petunjuk tertulis di dalam dokumen tender ini.
c. Keterangan Mengenai Pekerjaan
1. Pekerjaan yang dimaksud adalah pembangunan Gedung
MPM,Sukerejo.
2. Pekerjaan tersebut berlokasi di Jalan Surabaya-Malang.
b. Syarat-Syarat Administrasi.
A. Peraturan Umum.
1. Pemborong harus menaati dengan tertib segala peraturan hukum
yang berlaku dan semua syarat-syarat yang berhubungan dengan
pelaksanaan dari pekerjaan sejauh tidak bertentangan dengan
peraturan atau persyaratan yang dikeluarkan.
2. Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan
kembali dalam dokumen tender ini, berarti hanya meminta perhatian
khusus dan tidak menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan
umum dan suplemen yang ada. Tetapi apabila ada ketentuan yang
berlainan, maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen
tender ini.
B. Syarat Perijinan Pemborong (Kontrak)
1. Untuk melaksanakan pekerjaan, pemberi tugas, dan pemborong akan
membuat surat perijinan pemborong yang ditanda tangani kedua
belah pihak.
2. Pada kontrak atau surat perijinan pemborong dilampirkan dokumen
sebagai berikut:
a. Jaminan pelaksanaan.
b. Surat perintah kerja.
c. Seluruh dokumen penawaran untuk pekerjaan ini beserta
lampiran-lampirannya.
d. Berita acara rapat pemberian penjelasan pekerjaan.
e. Dokumen tender beserta lampirannya dan gambar-gambar.
d. Jaminan Pelaksanaan.
1. Sebelum menandatangani surat perijinan pemborong diwajibkan
menyerahkan jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak
berupa jaminan Bank Pemerintah.
2. Apabila pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani
surat perjanjian pemborong, maka jaminan pelaksanaan disita dan
menjadi hak pemilik.
3. Jaminan pelaksanaan berlaku sampai tanggal yang disepakati dan
akan dikembalikan kepada pemborong setelah pekerjaan selesai
100% yang dinyatakan dengan berita acara serah terima kedua belah
pihak.
e. Dokumen Tender, Gambar dan Petunjuk-petunjuk.
1. Dokumen tender dan gambar rencana pekerjaan berlaku sebagai
dasar pedoman untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Jika terdapat perbedaan antara dokumen-dokumen tender dan
gambar ataupun gambar dengan gambar maka ketentuan yang
mengikat adalah yang paling menguntungkan pemberi tugas dan hal
ini akan diputuskan pada rapat koordinasi (saat pelaksanaan
berlangsung.
3. Pemborong harus menyediakan sedikitnya 1 setcopy gambar-gambar
dan dokumen tender di tempat pekerjaan dalam keadaan tetap rapi
dan bersih yang dapat dilihat setiap saat oleh pemberi tugas atau
pengawas lapangan.
f. Pemakaian Ukuran dan Gambar Kerja.
1. Apabila dianggap perlu, pemborong harus membuat gambar kerja
(shop drawing) pelaksanaan untuk pekerjaan ini. Gambar-gambar
tersebut sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari pengawas lapangan.
2. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja dan
RKS ini.
3. Pemborong wajib mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dan
segera memberi tahu kepada pengawas lapangan apabila terdapat
perbedaan ukuran antara gambar-gambar maupun terdapat situasi di
lapangan.
4. Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap
gambar yang ada.
g. Hak dan Kewajiban Pemborong.
1. Pemborong tidak diperbolehkan mengalihkan seluruh hak dan
kewajibannya atas pekerjaan yang menjadi tugas kepada pihak lain
(sub leetting), tanpa izin tertulis dari pemberi tugas.
2. Pemborong wajib mempelajari dan menaati semua ketentuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam UU,
persyaratan umum dan suplemennya, persyaratan instansi teknik
yang berwenang.
3. Pemborong wajib menaati keputusan dan petunjuk-petunjuk dari
pemberi tugas dan pengawas lapangan sepanjang hal tersebut tidak
menyimpang dari dokumen tender dan gambar-gambar.
4. Pemborong dapat meminta penjelasan kepada pengawas lapangan
bila mana menurut pendapatnya ada bagian-bagian dokumen surat
perjanjian pemborong atau hal-hal yang kurang jelas.
h. Tanggung Jawab Pemborong.
1. Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam dokumen tender dan gambar-
gambar.
2. Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan dengan pemborong sendiri.
3. Bila terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan, maka pemborong wajib memberikan saran-saran
perbaikan kepada pemberi tugas melalui pengawas lapangan.
4. Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
5. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab pemborong.
6. Pemborong harus bertanggung jawab atas alat-alat yang digunakan,
terhadap kemungkinan timbulnya klaim tuntutan ganti rugi dari
pihak ketiga, serta biaya-biaya yang diperlukan untuk hal tersebut..
i. Perizinan.
1. Pembayaran dan penebusan seluruh biaya yang diperlukan untuk
surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pengurusnya dilakukan oleh
pemborong.
2. Surat perizinan dalam persyaratan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini harus diurus oleh pemborong dan atas
tanggung jawab dan biaya pemborong.
3. Pemborong harus menyerahkan surat izin yang diperoleh atau
disyaratkan yang menyangkut pekerjaan ini kepada pemberi tugas.
4. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan resminya
(certificate) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus
diurus oleh pemborong atas tanggung dan biaya pemborong.
j. Pengawal Penyelenggaraan dari Pemborong.
1. Pemimpin harian pelaksanaan pekerjaan oleh pemborong harus
diserahkan kepada penanggung jawab lapangan yang ahli dan
berpengalaman, serta memiliki wewenang penuh untuk memutuskan
segala persoalan pemborong di tempat pekerjaan ini.
2. Pemborong harus membuat bagian organisasi pekerjaan yang
lengkap dengan nama-nama petugasnya.
3. Penanggung jawab lapangan berada di tempat pekerjaan selama jam
pekerjaan dan setiap saat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
atau pada setiap saat waktu yang dianggap perlu oleh pemberi tugas
atau pengawas lapangan.
k. Risiko Upah dan Harga.
1. Selambat-lambatnya 14 hari kalender setelah ditunjuk sebagai
pelaksana pekerjaan (sejak dikeluarkannya surat perintah kerja),
pemborong harus telah siap dengan bagan rencana kerja (Baechart)
dalam skala waktu sesuai dengan batas waktu maksimum yang
ditentukan.
2. Tuntutan (klaim) kenaikan harga borongan hanya diizinkan apabila
pemerintah daerah mengeluarkan edaran tentang kenaikan harga
bahan atau upah di dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Jika terjadi hal demikian seperti disebutkan dalam ayat-ayat maka
perhitungan dilakukan menurut peraturan tersebut.
l. Laporan-laporan
1. Pemborong diwajibkan membuat catatan-catatan berupa laporan
harian yang memberikan gambaran dan catatan yang singkat dan
jelas:
a. Paraf berlangsungnya pekerjaan.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong
bawahan.
c. Catatan dan pemerintah pemberi tugas dan pengawasan lapangan
yang telah disampaikan, tertulis maupun lisan.
d. Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai
dan yang ditolak).
e. Keadaan cuaca.
f. Hal ikhwal mengenai pekerjaan.
g. Pekerjaan tambah atau kurang.
h. Lain-lain dianggap perlu.
2. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu oleh
pemborong dibuat laporan mingguan yang disampaikan langsung
kepada pengawas.
3. Bila mana ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dan tidak serasi di
dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus melaporkan dan
memberi saran secara tertulis kepada pengawas atau pemberi tugas.
4. Dokumentasi.
a. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat
pekerjaan masih 0% harus diadakan pemotretan ditempat-tempat
yang dianggap penting menurut pertimbangan pemberi tugas dan
pengawasan lapangan.
b. Setiap permintaan pembayaran atau termin (angsuran) dan
penyerahan pertama harus diadakan pemotretan yang
menunjukkan prestasi pekerjaan (min. 5 Arah).
m. Penyerahan Pekerjaan.
1. Rencana tanggal penyerahan pertama maupun penyerahan kedua
yang harus dilanjutkan kepada pemberi tugas selambatnya 3 hari
kalender sebelum tanggal penyerahan dimaksud.
2. Sebelum penyerahan pekerjaan dilakukan, pengawas lapangan akan
mengadakan pemeriksaan seksama atas keseluruhan hasil pekerjaan
pemborong. Pemberkasan dapat dilakukan lebih dari satu kali
sampai memuaskan pemberi tugas yang selanjutnya menetapkan
tanggal penyerahan pekerjaan.
3. Pada saat pelaksanaan maupun penyerahan akan dibuat berita acara,
yaitu berita acara pemeriksaan pekerjaan untuk penyerahan pertama
dan kedua dan berita acara penyerahan pertama atau kedua
pekerjaan.
n. Masa Pemeliharaan.
1. Jangka waktu pemeliharaan pekerjaan ditetapkan selama 30 hari dari
kalender terhitung sejak penyerahan pertama pekerjaan.
2. Di dalam jangka waktu pemeliharaan pemborong wajib
memperbaiki bangunan atau instalasi yang rusak atas tanggungan
dan biaya pemborong sampai hal diterima baik oleh pemberi tugas.
o. Keterlambatan dan Perpanjangan Waktu.
1. Keterlambatan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kesalahan pemborong
tidak dijadikan alasan untuk perpanjangan waktu.
2. Keterlambatan akibat dari tindakan pemberi tugas dan keadaan force
majeure dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan perpanjangan
waktu setelah dinilai dengan seksama dan atas perintah dari
pemborong.
3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh
pemborong selambat-lambatnya 7 hari kalender setelah terjadinya
peristiwa-peristiwa dimaksud, jika tidak diajukan jangka waktu
tersebut, maka dianggap tidak ada permohonan perpanjangan waktu.
p. Pekerjaan Tambah Kurang.
1. Apabila tambah kurang dapat dilaksanakan setelah pemborong
menerima pemerintah tertulis dari pemberi tugas.
2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar
harga satuan pekerjaan, harga satuan upah, serta harga satuan bahan
dan peralatan yang dilampirkan pemborong dalam surat
penawarannya.
q. Uraian Umum.
1. Pada prinsipnya pemborong harus mengizinkan pihak-pihak lain
yang ditugaskan oleh pemberi tugas dan pengawas pelaksanaan
pekerjaan untuk bekerja pada waktu dan tempat yang sama.
2. Jam kerja adalah mulai dari jam 08.00 sampai jam 16.00 untuk
setiap harinya, kecuali hari libur resmi. Jika pemborong
menghendaki lain, maka pemborong harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada pemberi tugas/pengawas lapangan.
3. Untuk kelancaran mekanisme surat menyurat, makan surat
pemborong yang ditujukan kepada pemberi tugas ataupun siapa saja
yang kaitannya dengan pekerjaan ini, diserahkan melalui pengawas
lapangan.
c. Syarat-Syarat Teknis.
A. Uraian Umum.
1. Pemberi pekerjaan meliput; pengadaan, pengolahan, pengangkutan
semua bahan, pengerahan tenaga kerja, mengadakan, mobilisasi alat
pembantu dan sebagainya yang pada umumnya langsung atau tidak
termasuk di dalam usaha menyelesaikan dengan baik dan
menyerahkan pekerjaan yang sempurna dan lengkap.
2. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran termasuk
segala sesuatu yang berada di dalamnya diserahkan tanggung
jawabnya kepada kontraktor dengan berita acara penyerahan
lapangan.
3. Oleh kontraktor, pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna
dalam keadaan selesai di mana termasuk pembersihan lapangan dan
sebagainya.
B. Lingkup Pekerjaan.
1. Pekerjaan sub struktur.
a. Pekerjaan fondasi.
b. Pekerjaan sloof.
2. Pekerjaan upper struktur.
a. Pekerjaan kolom.
b. Pekerjaan balok.
c. Pekerjaan tangga.
d. Pekerjaan atap dan pelat.
e. Pekerjaan lain-lain sesuai gambar kerja.
C. Pengukuran.
1. Ukuran-ukuran patokan dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam
gambar-gambar.
2. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar-gambar utama dengan
gambar-gambar perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-
ukuran pada gambar utama. Namun demikian hal-hal tersebut harus
dilaporkan segera kepada ,direksi lapangan.
3. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru selama
pelaksanaan pekerjaan adalah tanggung jawab dan risiko kontraktor
sepenuhnya.
4. Sebagai ukuran pokok kurang lebih 0,00 (titik duga pokok = 0)
ditentukan kemudian oleh tanda-tanda tersebut dari pokok-pokok
beton yang permanen di atas halaman pembangunan. Oleh
kontraktor, tanda-tanda tetap ini harus dijaga dan dipelihara selama
pembangunan.
5. Pelaksanaan pengukuran agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Garis sepadan dan pokok-pokok yang sah dikerjakan oleh
kontraktor dan disahkan oleh pengawas dinyatakan dalam sebuah
berita acara.
b. Pelaksanaan ini jika terdapat keterlambatan, tidak akan dapat
dipakai alasan untuk penundaan waktu pembangunan, semua
biaya adalah tanggung jawab kontraktor.
D. Pekerjaan Galian dan Tanah.
1. Pekerjaan galian
a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai seperti dinyatakan dalam
gambar-gambar dan syarat-syarat yang ditentukan menurut
keperluan.
b. Dasar dari semua galian lubang fondasi harus datar.
c. Kedalaman semua galian harus mendapatkan semua pemeriksaan
dan persetujuan direksi lapangan.
d. Terhadap kemungkinan berkumpulnya air dalam galian-galian,
baik pada waktu menggali maupun pada waktu mengerjakan
fondasi, harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika
diperlukan dapat bekerja terus-menerus untuk menghindari
terkumpulnya air tersebut.
e. Bagian harus diurug kembali dengan tanah bersih dari kotoran.
E. Urugan.
Urugan pasir harus menggunakan pasir yang bersih dan disirami
dengan air, kemudian ditumbuk hingga padat. Urugkan pasir dilakukan di
bagian dalam dari bekas galian fondasi, di bawah semua fondasi
pasangan batu bata dan di bawah semua lantai dengan tebal sesuai
gambar.
F. Pekerjaan Fondasi.
1. Pekerjaan persiapan fondasi.
a. Lingkup pekerjaan.
Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian,
pengurugan dan pembuatan konstruksi pondasi.
b. Penggalian fondasi.
Semua galian dilaksanakan dengan gambar syarat yang
ditentukan menurut keperluan.
2. Pengaruh fondasi.
a. Lingkup pekerjaan
 Untuk peninggian guna mencapai level konstruksi sesuai
gambar .
 Luas daerah pengurugan sesuai rencana.
b. Bahan-bahan.
Bila tidak dicantumkan dalam gambar beton bertulang, beton
rabat dan fondasi atau urugan di bawah pelat beton bertulang,
beton rabat dan fondasi harus terdiri dari urugan pasir setebal 15
cm padat.

G. Pekerjaan Beton Bertulang.


1. Pekerjaan beton bertulang dipergunakan pada pelat, tangga, balok,
kolom, sloof dan fondasi.
2. Ukuran-ukuran pembesian dari semua bagian konstruksi beton
bertulang diberikan secara lengkap di dalam gambar dan merupakan
patokan dalam perhitungan volume pekerjaan beton pada perincian
harga penawaran.
3. Tidak diperkenankan kepada kontraktor untuk melaksanakan
pengecoran beton tanpa izin terlebih dahulu kepada konsultan
pengawas untuk diadakan pemeriksaan konstruksi dan selanjutnya
dinyatakan persetujuan pengecoran secara tertulis.
4. Penyimpanan.
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus
sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah, segera
setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang kering,
terlindung dari pengaruh cuaca, ventilasi secukupnya dan lantai
bebas dari tanah.
c. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan
kayu dan bebas dari zat asing lainnya.
d. Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
dari satu dan lain jenisnya/gradasinya dan di atas lantai beton
ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.
5. Pelaksaan pembuatan beton/kualitas beton adukan beton adalah
campuran dari semen portland, pasir, batu pecah/kerikil dan air.
Semuanya diaduk dalam perbandingan tertentu sehingga didapat
kekentalan yang baik dengan kekuatan yang diinginkan. Mutu beton
fc’ = 25 Mpa digunakan untuk semua struktur beton dengan fy = 400
Mpa.
6. Cetakan dan acuan.
a. Untuk mencegah terserapnya air beton oleh cetakan, maka cetakan
harus dilapisi dengan lembaran plastik atau kertas semen yang
dihubungkan dengan cermat.
b. Papan batas cetakan hanya boleh digunakan kembali jika masih
dalam keadaan baik dan harus disetujui oleh direksi lapangan.
c. Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan dapat menampung beton-beton
sementara sesuai dengan kecepatan pembetonan.
7. Lantai kerja.
Untuk bangunan konstruksi beton yang terletak langsung di atas
tanah harus dibuat lantai kerja setebal 5 cm.
8. Cetakan dan acuan.
a. Sebelum pengecoran dilakukan, semua pekerjaan acuan, tulangan,
instalasi, harus sudah terpasang dan mendapat pemeriksaan
persetujuan tertulis dari direksi lapangan.
b. Acuan harus dibersihkan dengan cara menyemprotkan air bersih
atau menggunakan kompresor.
c. Beton harus dicor pada tempat pekerjaan secepat mungkin setelah
bidan acuan dibasahi air dimulai.
d. Bilamana pengecoran pada salah satu bagian konstruksi terpaksa
harus diputuskan maka tempatnya harus terletak pada batas
pelaksanaan, yang akan ditentukan oleh direksi lapangan
berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk konstruksi beton
bertulang.
e. Adukan beton tidak boleh dituangkan terlalu tinggi yang dapat
mengakibatkan kerikil dan spesinya tidak menyatu. Tinggi
maksimal pengecoran tidak boleh lebih dari 3,5 cm.
f. Selama pengecoran berlangsung adukan beton yang menutupi
beton dengan plastik.
9. Perawatan beton.
Perawatan dilakukan dengan cara menyiram beton dengan
menutupi dengan plastic.

H. Pekerjaan Batu.
1. Batu bata harus berkualitas baik.
2. Pasangan batu bata dipasang lapis berlapis diisi atau diikat dengan
adukan 1 PC : 4 Pasir.
3. Batu bata yang dipakai adalah batu bata bertulang dengan kerapian
pori yang padat dan halus.
4. Bersih dari lumpur yang lumut pada waktu pemindahan dan
penumpukan sementara ketempatan pemasangan.
I. Pekerjaan Plesteran.
Semua dinding bagian luar dan dalam diplester dengan ketebalan
1,5 sampai 2 cm dengan adukan 1 : 4 untuk trasram digunakan adukan
1 : 2 dan untuk parit digunakan adukan 1 : 4.
J. Pekerjaan Pembesian.
Baja pekerjaan beton yang digunakan besi yang tidak boleh cacat
seperti serpih, retak, gelembung, lipatan atau bagian yang tidak
sempurna. Untuk besi tulangan menggunakan besi ulir. Beton yang
digunakan harus bersih dari kotoran, lemak dan karat uang lapis.
Kawat harus berkulita
4.3 Perhitungan Volume Kolom Dan Balok
Perhitungan biaya dan waktu dilakukan dengan menghitung volume
tiap-tiap item pekerjaan yang telah ditentukan serta menentukan metode
pelaksanaan masing-masing item pekerjaan untuk menghitung produktivitas
baik alat, material maupun tenaga manusia, sehingga diperoleh biaya dan
durasi pelaksanaan.Perhitungan biaya dan waktu meliputi pekerjaan struktur
bawah dan pekerjaan struktur atas.
Pekerjaan kolom dan balok menggunakan metode konvensional bukan
dengan menggunakan metode pracetak tahapan pekerjaan dimulai dengan
menentukan waktu pelaksanaan dengan menghitung pemotongan besi,
bengkokan dan kait besi, Pemasangan besi, pemasangan bekisting,
pengecoran, waktu beton setting, pembongkaran bekisting dan pengangkatan
material.
Menghitung volume pekerjaan merupakan data penting dari sebuah
proyek karena dengan adanya volume pekerjaan akan diketahui kebutuhan
material tiap kpekerjaan. Khusus untuk ( RAB ) pada analisis ini hanya
memperhitungkan volume pekerjaan kolom. Contoh perhitungan volume
pekerjaan dan kebutuhan material adalah:
4.31. Perhitungan Volume Kolom
TABEL 1 Perhitungan Kolom
T.Volum T.Vol.Beki
Perhitungan Volume Kolom
e Kolom stingl
No Nama Pekerjaan Volume
Kolom 13 x 30 P L T
1 Volume Kolom 0,13 0,3 9,9 0,386 0,3861
2 Pekerjaan Bekesting Kolom 0,13 0,3 9,9 0,386 0,3861
Kolom 20 x 30
1 Volume Kolom 0,2 0,4 9,9 0,792 0,792
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,2 0,4 9,9 0,792 0,792

T.Volum T.Vol.Beki
Perhitungan Volume Kolom
e Kolom stingl
Kolom 13x 40
1 Volume Kolom 0,13 0,4 9,9 0,515 0,5148
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,13 0,4 9,9 0,515 0,5148
Kolom L 13 x 40 x40
1 Volume Kolom 0,13 0,16 9,9 0,206 0,61776
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,13 0,4 9,9 0,515 0,51

T.Volum T.Vol.Beki
Perhitungan Volume Kolom
e Kolom stingl
Sloof 20 x 40
1 Volume Kolom 0,2 0,4 9,9 0,792 0,792
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,2 0,4 9,9 0,792 0,792
Kolom L 20 x 40 x40
1 Volume Kolom 0,2 0,16 9,9 0,3168 0,9504
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,2 0,4 9,9 0,792 0,79

T.Volum T.Vol.Beki
Perhitungan Volume Kolom
e Kolom stingl
Kolom 30 x 40
1 Volume Kolom 0,3 0,4 9,9 1,188 1,188
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,3 0,4 9,9 1,188 1,188
Kolom 40 x 40
1 Volume Kolom 0,4 0,4 9,9 1,584 1,584
2 Pekerjaan Bekesting Sloof 0,4 0,4 9,9 1,584 1,584
TABEL 2 Perhitungan Besi Kolom
DETAIL SLOF NO JENIS PEKERJAAN RUMUS VOLUME SATUAN
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom 13 x 30 Ø10(1,042) Jlh Tul pd kolom x T. kolom 6 9,9 59,4 m²
Jlh Batang P. tul kolom xjlh koloh 59,40 5 297 m²
Pjg besi utama x jlh kolom/12 297 12 25 batang
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,8 0,25 0,05 0,50 m²
Kolom 13 x 30 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 5 330 bh
Jlh begel x pjg 1begel /12 330 0,50 12 14 Batang
berat besi 330 0,62 204,60 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom 20 x 30 Ø16(1,042) Jlh Tul pd kolom x T. kolom 6 9,9 59,4 m²
Jlh Batang P. tul kolom xjlh koloh 59,4 8 475 m²
Pjg besi utama x jlh kolom/12 475,2 12 40 batang
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,15 0,25 0,05 0,90 m²
Kolom 20 x 30 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 8 528 bh
Jlh begel x pjg 1begel /12 528 0,90 12 40 Batang
berat besi 528 0,62 327,36 kg

TABEL 3 Perhitungan Besi Kolom


DETAIL SLOF NO JENIS PEKERJAAN RUMUS VOLUME SATUAN
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom 13x 40 Ø13(1,04) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 6 9,9 59,4 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 59,4 6 356 m²
berat besi 356,4 12 30 batang
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,8 0,35 0,05 2,40 m²
Kolom 13x 40 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 6 396 bh
Jumlah Besi 396 2,40 12 79 Batang
berat besi 396 0,62 245,52 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom L 13 x 40 x40 Ø13(1,04) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 8 9,9 79,2 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 79,2 5 396 m²
berat besi 396 12 33 batang
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,8 0,80 0,05 3,30 m²
Kolom L 13 x 40 x40 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 5 330 bh
Jumlah Besi 330 3,30 12 91 Batang
berat besi 330 0,62 204,60 kg

TABEL 4 Perhitungan Besi Kolom


DETAIL SLOF NO JENIS PEKERJAAN RUMUS VOLUME SATUAN
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom 30 x 40 Ø16(1,5782) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 10 9,9 99,0 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 99 3 297 m²
berat besi 297 12 25 batang
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,25 0,35 0,05 1,30 m²
Kolom 30 x 40 Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 3 198 bh
Jumlah Besi 198 1,30 12 21 Batang
berat besi 198 0,62 122,76 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Kolom 40 x 40 Ø16(1,5782) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 97 9,9 960,3 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 960,3 3 2881 m²
berat besi 2880,9 12 240 batang
b Besi Sekang 2880,9 0,62 1786,16 kg
Panjang sekang 0,35 0,35 0,05 1,50 m²
Kolom 40 x 40 Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 9,9 0,15 97 6402 bh
Jumlah Besi 6402 1,50 12 800 Batang
berat besi 6402 0,62 3969,24 kg

Jumlah besi Ø 16 362 Batang


Jumlah besi Ø 13 63 Batang
Jumlah besi Ø10 932 Batang
Jumlah besi Ø8 223 Batang
TABEL 5 Perhitungan Besi Kolom
MENGHITUNG PENGECORAN
Menggunakan mutu beton K 225 Rumus jumlah satuan
Jumlah Total Volume Sloof = 4,18 m3
a. Perhitungan semen portland
1 zak= 50kg
1 m3 = 450g
voleme sloof x 1 6,83 406 2770,97436
m3 semen 2770,97436 50 55 zak
dibulatkan mjd 669 zak
b Perhitungan Pasir
1 m3 =684 kg
berat jenis = 1400kg/m3
volume x 1 m3 pasir 6,83 684 4668,34104
4668,34104 1400 3,335 mᶾ

c Perhitungan kerikil/split
1 m3 = 1026 kg
beraat jenis = 1350kg/mᶾ
volume sloff x 1 6,83 1026 7002,51156 mᶾ
m3 kerikil/split 7002,51156 1350 5,187 mᶾ

d Perhitungan Air
1 m3 = 215 liter
Voleme sloff x 1 6,83 215 1467,3879 liter
m3 air

4.3.1.Perhitungan Volume Kolom


1. Perhitungan Volume Sambungan Kolom Balok
TABEL 6 Perhitungan Sambungan Kolom Balok
T.Volum T.Vol.Be
Perhitungan VolumeBalok
e Balok kisting
No Nama Pekerjaan Volume
Balok 15 x 25 P T L
1 Volume Balok 134,05 0,15 0,25 5,026875 5,027
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,3 0,5 20,1075 20,11
Balok 20 x 30
1 Volume Balok 134,05 0,2 0,3 8,043 8,043
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,4 0,6 32,172 32,172
Balok 20 x 40
1 Volume Balok 134,05 0,2 0,4 10,724 10,724
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,3 0,8 32,172 32,172
Balok 20 x 30 (4)
1 Volume Balok 134,05 0,2 0,3 32,172 32,172
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,4 0,6 32,172 32,17
Balok 25 x 40
1 Volume Balok 134,05 0,25 0,4 13,405 13,405
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,5 0,08 5,362 5,362
Balok 30 x 40 (10)
1 Volume Balok 134,05 0,3 0,4 160,86 160,86
2 Pekerjaan Bekesting Balok 134,05 0,6 0,5 402,15 402,15
TOTAL VOLUME BALOK 230,2
TOTAL VOLUME BALOK 524,1
2. Perhitungan Volume Sambungan Kolom Balok
TABEL 7 Perhitungan Pembesian Sambungan Kolom Balok
PEMBESIAN SLOOF
DETAIL BALOK NO JENIS PEKERJAAN RUMUS VOLUME SATUAN
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 15 x 25 Ø16(1,5782) Jlh Tul pd balokx P. balok 4 134,1 536,20 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 536,20 12 45 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,10 0,1 0,05 0,50 m²
Balok 15 x 25 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 0,50 2681 12 112 Batang
berat besi 1187,3 1,04 1234,79 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 20 x 30 Ø13(1,042) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 4 134,1 536,20 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 536,20 12 45 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,10 0,1 0,05 0,50 m²
Balok 20 x 30 Ø8-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 0,50 2681 12 112 Batang
berat besi 1187,3 0,39 463,05 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 20 x 40 Ø16(1,5782) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 4 134,1 536,20 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 536,20 12 45 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,10 0,1 0,05 0,50 m²
Balok 20 x 40 Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 0,50 2681 12 112 Batang
berat besi 1187,3 0,62 736,13 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 20 x 30 (4) Ø13(1,04) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 16 134,1 2144,80 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 2144,80 12 179 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,15 0,3 0,05 4,00 m²
Balok 20 x 30 (4) Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 4,00 2681 12 894 Batang
berat besi 1187,3 1,04 1234,79 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 25 x 40 Ø16(1,5782) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 4 134,1 536,20 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 536,20 12 45 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,10 0,1 0,05 0,50 m²
Balok 25 x 40 Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 0,50 2681 12 112 Batang
berat besi 1187,3 0,62 736,13 kg
1 Perhitungan Besi
a Besi utama
Balok 30 x 40 (10) Ø16(1,5782) Jlh Tul pd sloof x P. Sloof 40 134,1 5362,00 m²
Jlh Batang Jumlah Besi 5362,00 12 447 Batang
berat besi 536,20 1,04 557,65 Kg
b Besi Sekang
Panjang sekang 0,25 0,35 0,05 1,30 m²
Balok 30 x 40 (10) Ø10-150(4,74 kg)(tumpuan) 536,20 0,20 2681 bh
Jumlah Besi 1,30 2681 12 290 Batang
berat besi 1187,3 0,62 736,13 kg
Jumlah besi Ø 16 581 Batang
Jumlah besi Ø 13 156 Batang
Jumlah besi Ø10 1408 Batang
Jumlah besi Ø8 223 Batang
3. Perhitungan Pengecoran sambungan kolom balok
TABEL 8 Pengecoran sambungan kolom balok
Menggunakan mutu beton K 225 Rumus jumlah satuan
Jumlah Total Volume Balok= 230,23 m3
Perhitungan semen portland
1 zak= 50kg
1 m3 = 450g
voleme Balok x 1 230,23 406 93473,7
m3 semen 34831,6 50 697 zak
dibulatkan mjd 669 zak
Perhitungan Pasir
1 m3 =684 kg
berat jenis = 1400kg/m3
volume x 1 m3 pasir 230,23 684 157478
58681,7 1400 41,92 mᶾ

Perhitungan kerikil/split
1 m3 = 1026 kg
beraat jenis = 1350kg/mᶾ
volume sloff x 1 230,23 1026 236217 mᶾ
m3 kerikil/split 88022,6 1350 65,20 mᶾ

Perhitungan Air
1 m3 = 215 liter
Voleme sloff x 1 m3 230,23 215 49499,6 liter
air

4.5 Analisa Satuan Harga Pekerjaan (ASHP)


Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga
satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan
bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan,
standart pengupahan pekerja dan harga sewa / beli peralatan untuk
menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan
pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai
satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upahtenaga kerja
ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk
merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan.
Yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan adalah jumlah bahan
dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat
dari pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan Daftar Satuan
Bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi dan dikumpulkan
dan dicatat dalam suatu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.
Analisa Satuan Harga Pekerjaan Kolom dan Balok (ASHP).
HARGA
NO JENIS PEKERJAAN VOLUME SATUAN JUMLAH HARGA
SATUAN
II PEKERJAAN KOLOM
1 Pekerjaan Pembesian
Besi beton ø16 362 Buah Rp 64.000 Rp 23.179.200
besi beto n 013 63 Buah Rp 42.500 Rp 2.664.750
Besi beton ø10 932 Kg Rp 15.000 Rp 13.975.500
Besi beton ø8 223 Oh Rp 90.000 Rp 20.097.000
Kawat beton (benrat) 60 Kg Rp 15.000 Rp 900.000
Kepala Tukang 1 Oh Rp 90.000 Rp 90.000
Tukang besi 5 Oh Rp 80.000 Rp 400.000
Mandor 1 Oh Rp 100.000 Rp 100.000
Pekerja 12 Oh Rp 700.000 Rp 8.400.000
Jumlah Rp 1.091.500 Rp 29.987.000,00
2 Pekerja Bekesting
Multiplek 52 Lembar Rp 98.000 Rp 5.096.000
Kayu usuk 5/7 204 Batang Rp 35.000 Rp 7.140.000
Paku 5-10 40 Kg Rp 17.000 Rp 680.000
Kepala Tukang 1 Oh Rp 90.000 Rp 90.000
Tukang kayu 1 Oh Rp 80.000 Rp 80.000
Mandor 1 Oh Rp 100.000 Rp 100.000
Pekerja 12 Oh Rp 70.000 Rp 840.000
Jumlah Rp 490.000 Rp 14.026.000,00
3 Pekerjaan Pengecoran
Semen 50 Kg 55 zak Rp 55.000 Rp 3.048.072
Pasir 3 m3 Rp 250.000 Rp 750.000
Kerikil 5 m3 Rp 183.000 Rp 915.000
Kepala Tukang 1 Oh Rp 90.000 Rp 90.000
Mandor 1 Oh Rp 100.000 Rp 100.000
Pekerja 12 Oh Rp 70.000 Rp 840.000
Jumlah Rp 748.000 Rp 5.743.072
Total Jumlah Rp 49.756.072
III PEKERJAAN BALOK
1 pekerjaan bekesting
multiple k 52 le mbar Rp 98,000 Rp 5.096,000
kayu usus k 5/ 7 15 batang Rp 35,000 Rp 525,000
paku 5- 10 5 kg Rp 17,000 Rp 85,000
kepala tukang 1 Oh Rp 90,000 Rp 90,000
tukang kayu 1 Oh Rp 80,000 Rp 80,000
mandor 10 Oh Rp 100,000 Rp 1.000,000
pekerja 12 Oh Rp 70,000 Rp 840,000
Jumlah Rp 490,000 Rp 7.716,000
2 pekerjaan pembesian
besi beto n 013 357 batang Rp 64,000 Rp 22.848,000
besi beto n 10 49 batang Rp 64,000 Rp 3.136,000
besi beto n 08 32 batang Rp 42,500 Rp 1.360,000
kawat beton ( bendrat) 30 kg Rp 15,000 Rp 450,000
Ke pala tukang 2 Oh Rp 90,000 Rp 180,000
tukang besi 4 Oh Rp 80,000 Rp 320,000
mandor 1 Oh Rp 100,000 Rp 100,000
pekerja 7 Oh Rp 70,000 Rp 490,000
Jumlah Rp 461,500 Rp 28.884,000
3 pekerjaan pengecoran
se men 50 kg 0 zak Rp 55,000 Rp -
pasir 0 m3 Rp 250,000 Rp -
kerikil 0 m3 Rp 183,000 Rp -
kepala tukang 1 Oh Rp 90,000 Rp 90,000
mandor 1 Oh Rp 100,000 Rp 100,000
pekerja 12 Oh Rp 70,000 Rp 840,000
Jumlah Rp 748,000 Rp 1.030,000
Total Jumlah Rp 37.630.000,00
TOTAL KESELURUHAN Rp 87.386.071,80
4.9 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
RAB adalah prakiraan biaya material, biaya upah, dan biaya lain-lain yang
dibutuhkan untuk mendirikan suatu bangunan. Rab diperlukan sebagai pedoman
pembangunan agar proses pembangunan tersebut berjalan secara efektif dan
efisiensi.
RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB) KOLOM DAN BALOK
Tabel 4 1 Rencana Anggaran Biaya Kolom dan Balok
HARGA
NO JENIS PEKERJAAN VOLUME SATUAN JUMLAH HARGA
SATUAN
I PEKERJAAN KOLOM
1 Pekerjaan Pembesian Rp 29.987.000
2 Pekerja Bekesting Rp 14.026.000
3 Pekerjaan Pengecoran Rp 5.743.072
Total Jumlah Rp 49.756.071,80
II PEKERJAAN BALOK
1 pekerjaan bekesting Rp 7.716
2 pekerjaan pembesian Rp 28.884,000
3 pekerjaan pengecoran Rp 1.030,000
Total Jumlah Rp 37.630.000,00
TOTAL KESELURUHAN Rp 87.386.071,80

4.10 Time Schedule (Waktu Pelaksanaan)


Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S
(S-Curve) dalam satuan bobot persen.
a. Fungsi kurva “S” ini adalah :
1. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan
membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi
dilapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak
mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.
2. Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang
ada, untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume
pekerjaan yang telah diselesaikan.
b. Ada dua macam bobot persen:
1. Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis
pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum
dalam dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen
menyatakan hubungan antara harga kumulatif bobot persen dengan
waktu.
2. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis
pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat
dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif
pekerjaan dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
c.Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Time Schedule ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek, sesuai
jangka waktu yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, Time Schedule harus selalu
dikontrol agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi. Jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada pekerjaan yang
lain yang dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan
penambahan tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya.
1. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana
a. Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di Time Schedule.
b. Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar perincian haraga
pada item pekerjaan terhadap harga total dari semua item pekerjaan.
c. Membagi bobot persen pekerjaan dengan lama waktu yanag dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Time Schedule. Misalnya jika
direncanakan pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot
persen pekerjaan dibagi 4 tiap minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan
untuk mempermudah penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
d. Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu.
e. Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan waktu yang
direncanakan sampai dengan waktu dari proyek tersebut.
f. Memplot grafik hubungan antara kumulaatif dari persen pekerjaan waktu.
Adapun Time Schedule (Waktu Pelaksanaan) dari Proyek Pembangunan.
Perumahan Gading View Jl. Raya Sempu, Gading Kulon, Kec. Dau - Kota
Malang Propinsi Jawa Timur antara lain:
Tabel 4 2 Time Schedule Pondasi,Sloof,Kolom dan Dinding.
URAIAN PEKERJAAN BIAYA(Rp) BOBOT % MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
PEKERJAAN KOLOM 100%
Pekerjaan Pembesian Rp 29.987.000,00 34,32 6,86 6,86 6,86 6,86 6,86
Pekerjaan Bekesting Rp 14.026.000,00 16,05 4,01 4,01 4,01 4,01
Pekerjaan Pengecoran Rp 5.743.071,80 6,57 1,31 1,31 1,31 1,31 1,31
TOTAL HARGA Rp 49.756.071,80 ` 50%
PEKERJAAN SAMBUNGAN BALOK
Pekerjaan Pembesian Rp 7.716.000 8,83 1,77 1,77 1,77 1,77 1,77
Pekerjaan Bekesting Rp 28.884.000 33,05 5,51 5,51 5,51 5,51 5,51 5,51
Pekerjaan Pengecoran Rp 1.030.000 1,18 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,168 0%
TOTAL HARGA Rp 37.630.000,00
TOTAL KESELURUHAN Rp 87.386.071,80 100 6,86 6,86 10,88 10,88 12,19 5,33 3,08 3,08 3,08 7,27 7,27 5,68 5,68 5,68 5,68 0,17 0,17 0,17
Proges Rencana Harian 6,86 13,73 24,60 35,48 47,67 52,99 56,08 59,16 62,24 69,51 76,79 82,46 88,14 93,82 99,49 99,66 99,83 100,00
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan praktek kerja lapangan pada proyek pembangunan
Pembangunan Gedung Mpm Sukorejo, Pasuruan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Koordinasi yang baik karena antara pihak yang terlibat dalam proyek baik
kontraktor, konsultan, pengawas dan pemilik proyek (owner) sangat
menentukan kelancaran pada saat berjalannya proyek di lapangan, selain itu
dibutuhkan pula pengawasan yang terpadu dan terorganisir untuk pekerjaan di
lapangan sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
gambar rencana.
Apabila terjadi hal-hal diluar perencanaan pada saat pelaksanaan berjalan,
maka pengawas lapangan mengambil suatu tindakan yang tepat sehingga tidak
menyimpang dari perencanaan awal yang telah ditetapkan.
2. Pekerjaan Pondasi, Sloof ,kolom dan dinding secara garis besar sudah sesuai
dengan rencana dan gambar kerja. Kesesuaian pelaksanaan pekerjaan pada
saat di lapangan, meliputi:
1.Pekerjaan persiapan 4. Pekerjaan Bekisting dan
2.Pekerjaan Tanah 5. Pengecoran
3.Pekerjaan Pembesian
5.2 Saran
Setelah melihat keadaan di lapangan dimana telah dilaksanakan praktek kerja
lapangan, maka pada pembangunan Pembangunan Gedung Mpm Sukorejo,
Pasuruan ini juga tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan tersebut, maka
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Ketelitian dalam melakukan suatu pekerjaan sangat dibutuhkan mengingat
resiko yang mempengaruhi suatu pekerjaan sangatlah besar.
2. Pengelolaan dan manajemen yang baik sangat mutlak bagi suatu proyek
dalam mengontrol dan mengendalikan situasi dan kondisi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati (2010:4): Pengertian tentang Proyek.


Frick, Heinz & Setiawan, Pujo L. 2001. Ilmu Konstruksi Struktur
Bangunan. Ervianto, Wufram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi.
Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.
Dodi dan Mas, Suryanto. “Penilaian Kualifikasi Pengetahuan Mandor
Konstruksi Berdasarkan SKKNI Pada Proyek Bangunan Gedung Di
Wilayah Surabaya”, Jurnal Teknik Sipil (online).
(http://ejournal.unesa.ac.id, diakses 21 Juni 2013).
Badan Standarisasi Nasional. 1981. SII 0013-1981: Mutu dan Cara
Uji Semen Portland. BSN. Jakarta.
Sutaryo & Kusdjono. (1984). Kamus Istilah Teknik Sipil. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
A Guide to the Project Management Of Body Knowledge (PMBOK Guide).
(2004) USA Cahyadi, E.R. 2001.Manajemen Risiko. Jakarta
Anonim,SK.SNI -03-2834-2000, Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal, Badan Standardisasi Nasional.Jakarta.
[BSN] Badan Standar Nasional. (1990). SK. SNI T-15-1990-03, Gradasi
Agregat Halus. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Ranowijaya,19 juni 2012,
Unsur-Unsur-Pokok-Pelaksana-Pembangunan-Suatu-Proyek
https://www.scribd.com/doc/97522568/

Anda mungkin juga menyukai