Anda di halaman 1dari 108

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM PADA


PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA
GRESIK

PT. PP (persero), Tbk.

Oleh:
Fahrul Hasnan Abdillah
NIM 17050724035

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya laju


perekonomian serta jumlah penduduk yang terus
bertambah setiap tahun, lahan kosong untuk
hunian lambat laun akan berkurang dan sangat
jarang untuk ditemui. Permasalahan keterbatasan
lahan di daerah perkotaan dapat diatasi dengan
cara melakukan pembangunan sebuah apartemen.

Apartemen memiliki pengertian sebagai unit


tempat tinggal yang hanya mengambil sebagian dari
sebuah gedung dan terdiri dari beberapa unit
hunian dibangun secara bersusun yang dilengkapi
dengan fasilitas penunjang (Dewi & Aryani, 2011).
Dengan semakin mahal harga tanah serta rumah di
perkotaan, bangunan apartemen merupakan solusi
hunian yang dapat dipilih sebagai alternatif lain
dalam memilih hunian siap tinggal dan didukung
fasilitas penunjang yang memenuhi.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan


salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
mahasiswa sebagai syarat untuk menyelesaikan
program studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Dengan adanya kegiatan ini mahasiswa diharap
mampu dan mengambil pengalaman yang ada di
dalam dunia kerja secara langsung, serta dapat
mengimplementasikan ilmu yang didapat di bangku
perkuliahan untuk nantinya diterapkan saat
2

memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Praktik


Kerja Lapangan (PKL) juga merupakan sarana untuk
menambah wawasan mahasiswa khususnya dalam
hal pengembangan diri dalam dunia kerja demi
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di dalam perguruan tinggi.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini


dilaksanakan pada proyek pembangunan
Apartemen Gunawangsa yang berada di Jl. Veteran,
Gresik, yang dikerjakan oleh PT. PP (persero), Tbk.
Pokok pembahasan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
akan berfokus pada pelaksanaan pekerjaan
konstruksi kolom dengan menggunakan metode
penelitian secara langsung di lapangan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja


Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa dapat mengenal serta memperoleh


pengalaman di dalam dunia proyek.
b. Menerapkan serta membandingkan ilmu yang di
dapat di bangku perkuliahan ke dalam lapangan.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam pembangunan proyek.
2. Tujuan Khusus

Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja


Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut:
3

a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada
pembangunan Apartemen Gunawangsa, Gresik.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
gambar kerja kolom pada pembangunan
Apartemen Gunawangsa, Gresik.
c. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan K3 pada
pekerjaan kolom pembangunan Apartemen
Gunawangsa, Gresik.

C. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaanPraktik Kerja Lapangan


(PKL) adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa mampu menerapkan serta


membandingkan teori yang didapatkan pada
kegiatan perkuliahan secara langsung pada praktik
kerja lapangan
b. Mahasiswa mampu memahami tahapan-tahapan
pekerjaan serta metode pelaksanaan pekerjaan
melalui praktik kerja lapangan
c. Mahasiswa mendapatkan wawasan serta
pengalaman sesuai lingkungan kerja pada praktik
kerja lapangan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proyek Konstruksi

1. Definisi

Proyek adalah suatu proses dari gabungan rangkaian


aktivitas-aktivitas sementara yang mempunyai titik awal
dan titik akhir, yang melibatkan berbagai sumber daya yang
bersifat terbatas atau tertentu untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan (Tomigolung, 2013). Proyek
adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan dan kejadian
yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu dan
membuahkan hasil dalam suatu jangka tertentu dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Mohamad
Sobirin, 2016). Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan
aktivitas yang dapat direncanakan yang menggunakan
sumber daya (inputs) seperti uang dan tenaga kerja ,dan
proyek konstruksi ini dilaksanakan untuk mendapatkan
suatu manfaat ( benefit ) atau hasil ( returns ) di masa yang
akan mendatang (Paparang, Walangitan, & Pratasis, 2018).
Proyek konstruksi akan dikatakan berhasil apabila dalam
pelaksanaanya dapat berjalan sesuai dengan biaya atau
anggaran yang telah direncanakan ,tepat waktu dengan
jadwal yang telah ditentukan dan sesuai spesifikasi yang
telah ditetapkan (Risandi, 2017). Industri konstruksi ini
sebagaimana layaknya melakukan pelayanan jasa
,ketentuan mengenai biaya ,kualitas ,dan waktu
5

penyelesaian konstruksi sudah diikat didalam kontrak yang


telah disetujui dan ditetapkan sebelum proyek konstruksi
tersebut dilaksanakan (Remi, 2017).

B. Manajemen Proyek

1. Definisi

Manajemen proyek adalah suatu cara atau metode


untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau
infrastruktur dengan menggunakan sumber daya yang
efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan ,pelaksanaan
,pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal
(gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin
pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan
tepat mutu (Bukhori, 2018). Manajemen proyek konstruksi
mempunyai karekteristik, unik, melibatkan banyak sumber
daya, dan membutuhkan organisasi (Ismael, 2013).
Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah
modal bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi
dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek
pembangunan (Nata, Mangare, & Walangitan, 2016).

2. Tujuan Manajemen Proyek

Adapun tujuan dari proses manajemen proyek adalah


sebagai berikut:

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu,


dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan
penyelesaian suatu proyek.
6

b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya


tambahan lagi diluar dari perencanaan biaya yang
telah direncanakan.
c. Kualitas sesuai dengan persyaratan.
d. Proses kegiatan sesuai persyaratan (Ismael, 2013).

Tujuan pokok dari manajemen proyek konstruksi ialah


mengelola atau mengatur pelaksanaan pembangunan
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan
persyaratan (Tuelah, Tjakra, & Walangitan, 2014).

C. Struktur Organisasi

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang


dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang
relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar relatif,
terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan (Budiasih, 2012). Untuk dapat mencapai
tujuan itu bersama perlu adanya proses pengorganisasian dan
proses ini tercermin dalam struktur organisasi (Budiasih,
2012) . Struktur organisasi merupakan susunan sistem
hubungan antar posisi kepemimpinan yang ada dalam
organisasi (Budiasih, 2012). Organisasi Proyek adalah bagian
dari organisasi yang lebih besar seperti pemerintahan,
industri, badan atau lembaga pendidikan , lembaga kesehatan
,lembaga penelitian, kumpulan dari kelompok kepentingan,
dan lainnya (Husein,2011).
7

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek.

Sumber: http://duniatekniksipil76.blogspot.com

Keterangan:   
-------  : Garis Koordinasi
              : Garis Perintah 

Tim penyelenggara proyek memiliki peran dan tugas


tergantung dari hubungan kerjasama maka organisasi proyek
pada dasarnya yaitu kelompok yang terdiri dari manusia
yang secara bersama membentuk struktur sistematis yang
mengatur perilaku anggota-anggotanya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah digariskan bersama dalam suatu
proyek. Berikut ini adalah penjelasan mengenai komponen
struktur organisasi:

a) Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek/owner merupakan pemilik dan
seorang yang memberikan dana seluruh anggaran
untuk pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi dan
sebagai pemrakarsa proyek yang dapat berasal dari
8

perorangan, institusi pemerintah, maupun dari


kalangan swasta. Kegiatan operasional kegiatan
pelaksanaan proyek dilapangan, pemilik proyek akan
menunjukan suatu badan hukum yang akan bergerak
dibidang jasa konstruksi sebagai konsultan perencana
dan kontraktor. Pemilik proyek berhak secara penuh
untuk memberikan perintah sesuai dengan
keinginannya.
Pemilik proyek mulai bertugas semenjak
tercetusnya ide diadakan proyek sampai dengan
tahap operasional. Pemilik proyek tidak hanya
memiliki peran sebagai fasilitator saja tetapi pemilik
proyek berhak menentukan pengawas dan pelaksana
proyek, dan pemilik proyek berhak mengetahui
keadaan proyek dan pelaksanaanya serta berhak
mengadakan perubahan dalam pembangunan proyek
konstruksi, pemilik proyek juga berhak
menghentikan dan menolak hasil pekerjaan apabila
pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari spesifikasi
teknisnya.

b) Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah orang atau badan
hukum yang membuat perencanaan bangunan secara
lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang
lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem
bangunan (Diputra, 2009). Konsultan perencana
dapat berupa perseorangan, perseorangan berbadan
hukum, atau badan hukum yang bergerak dalam
bidang perencanaan (Diputra, 2009). Konsultan
perencana dalam kerjanya lebih dipusatkan dalam
studio perencanaan dan melibatkan banyak dari
9

staffnya yang berkeahlian spesialis untuk membahas,


berdikusi, dan juga memecahkan masalah yang
dihadapi pada perencanaan proyek konstruksi
tersebut.
Lingkup pekerjaan perencanaan dalam bidang
perencanaan sangat ditentukan dengan bagaimana
ikatan kerjanya dengan pemilik proyek konstruksi
dalam bentuk arahan penugasan yang tentunya
berdasarkan pada bidang konsultasi yang dikuasai.
Perencanaan proyek tidak menutup kemungkinan
dalam suatu proyek dapat terdapat lebih dari satu
konsultan perencana.
Konsultan perencana dalam proyek konstruksi
memiliki tugas dan kewajiban antara lain sebagai
berikut:
1) Membuat sketsa gagasan atau pemikiran.
2) Membuat Pra-rencana yaitu rencana berupa
time schedule.
3) Menyusun pengembangan rancangan
pelaksanaan yang berupa rancangan
arsitektur beserta uraian dan visualisasi dua
atau tiga dimensi, membuat rancangan
struktur dan utilitas beserta analisis
perhitungan.
4) Menyusun rancangan detail yang meliputi
pembuatan gambar detail untuk pelaksanaan
di lapangan, rencana kerja dan syarat, rincian
dari volume pekerjaan, menyusun rencana
anggaran biaya (RAB), dan menyusun
dokumen perencanaan.
5) Menyusun paket lelang yang meliputi
membantu pemilik proyek untuk
10

mempersiapkan dokumen pelelangan dan


membantu panitia pelelangan dalam
menyusun program pelelangan.
6) Konsultan perencana juga membantu panitia
pelelangan untuk memberikan penjelasan
termasuk menyusun berita acara.
7) Melakukan pengawasan berkala terhadap
pelaksanaan proyek serta melakukan
penyesuaian gambar dan teknik pelaksaan
proyek konstruksi.
8) Menyusun konsep petunjuk pemakaian dan
hasil pemeliharaan hasil proyek dan sesuai
dengan as built.

c) Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan penyedia jasa
orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan konstruksi
sampai selesai dan diserahterimakan (Tomigolung,
2013) . Konsultan pengawas biasanya digunakan
apabila perancangan dilakukan oleh satu konsultan
perencana dan pelaksanaan konstruksi fisik
dilakukan oleh satu kontraktor. Konsultan pengawas
berfungsi untuk membantu pemilik proyek dalam
melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi
fisik sehingga konsultan pengawas ini bertugas sejak
pemberian penjelasan pada saat pelelangan sampai
penyerahan hasil konstruksi fisik. Konsultan
pengawas dapat dirangkai oleh konsultan perencana
11

dan pemilihannya berdasarkan ketentuan yang telah


ditetapkan pemilik proyek.

Konsultan pengawas dalam pelaksanaan proyek


konstruksi memiliki tugas dan kewajiban antara lain
sebagai berikut:
1) Memeriksa dan mempelajari dokumen kontrak
yang akan dijadikan dasar dalam tugas
pengawasan pelaksanaan proyek konstruksi
2) Mengawasi pelaksanaan pemakaian material,
peralatan serta metode pelaksanaan yang akan
digunakan, dan mengawasi ketepatan waktu
dan pembiayaan konstruksi.
3) Mengawasi pelaksanaan proyek konstruksi
dari aspek kuantitas, kualitas dan laju
pencapaian volume pekerjaan dari pelaksanaan
proyek konstruksi tersebut.
4) Menyusun daftar kerusakan pada masa
pemeliharaan dan mengawasi perbaikannya.
5) Menginventariskan perubahan dan
penyesuaian yang harus dilakukan di lapangan
sehubungan dengan permasalahan yang
timbul.
6) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan
pekerjaan untuk pembayaran angsuran
pemiliharaan pekerjaan.
7) Meneliti gambar yang sesuai dengan pekerjaan
yang dilaksanakan di lapangan.
8) Membantu pemilik proyek dalam melakukan
pengurusan sampai dengan mendapatkan izin
penggunaan hasil proyek dari pemerintah
daerah setempat.
12

9) Konsultan pengawas juga membantu pemilik


proyek dalam menyiapkan dokumen
pendaftaran hasil proyek sesuai dengan
peraturan yang ditentukan.

d) Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan lembaga usaha
kontrak kerja yang bergerak dibidang pelaksanaan
pembangunan konstruksi fisik bangunan dan
kelengkapannya. Kontraktor memiliki peran utama
dalam proyek yaitu sebagai manajer sumber daya
yang bertugas untuk mengubah dokumen
perencanaan menjadi hasil berupa bangunan fisik
sesuai dengan yang telah direncanakan. Kontraktor
sebagai pengelola segenap sumber daya harus benar
dalam memiliki keahlian dalam bidang pengelolaan
sumber daya dengan keahliannya dalam menentukan
metode konstruksi berdasarkan teknologi dan teknik
konstruksi yang efektif dan efesien.
Kontraktor dalam pelaksanaan proyek konstruksi
memiliki tugas dan kewajiban antara lain sebagai
berikut:
1) Menerima dan mempelajari dokumen yang
akan dijadikan acuan dalam pelaksaan proyek
konstruksi tersebut.
2) Menyediakan seluruh sumber daya seperti
bahan, peralatan, dan tenaga kerja yang akan
dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek
konstruksi tersebut.
3) Melakukan perawatan dan perbaikan pada
bangunan dalam masa pemeliharaan, jika hasil
13

kerja yang didapat tidak memenuhi syrat yang


telah ditetapkan.

Kontraktor didalamnya terdapat unit kerja yang


bertujuan untuk mempermudah melakukan kontrol
serta koordinasi pelaksanaan proyek konstruksi
tersebut, masing-masing memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:

1) Operational Director
Operational Director adalah seseorang yang
bertanggung jawab terhadap semua aktivitas
operasional perusahaan yang dibawahinya,
mulai dari perencanaan proses hingga
bertanggung jawab pada hasil akhir proses
tersebut. Operational Director memiliki tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi seluruh pelaksanaan
operasional pelaksanaan proyek.
b) Membuat standar perusahaan mengenai
semua proses operasional, proyek dan
kualitas hasil pelaksanaan proyek.
c) Mengecek, mengawasi dan menentukan
semua kebutuhan dalam proses
operasional proyek.

2) Project Manager (PM)


Project Manager adalah seseorang yang telah
profesional dalam bidang manajemen proyek
dan juga memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan
proyek dari awal hingga selesainya proyek
14

tersebut. Project Manager juga menerima


tanggung jawab untuk mengembangkan
tugasnya dengan didasari oleh keyakinan
bahwa sumber daya yang ada yang telah
diberikan kepadanya layak untuk dapat
dikelola dan bertanggung jawab terhadap
tercapainya pelaksanaan proyek secara
keseluruhan (biaya, mutu, dan waktu).
Tugas dan wewenang Project Manager pada
proyek pembangunan apartemen Gunawangsa
Gresik adalah sebagai berikut:
a) Memastikan bahwa proyek yang
dijalankan selesai tepat waktu.
b) Mengambil suatu tindakan yang akan
membuat pengeluaran atas beban
anggaran sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan untuk masing-masing tolak
ukur dan dalam batas-batas jenis
pengeluaran yang telah tercantum dalam
anggaran yang telah ada.
c) Bertanggung jawab terhadap keuangan
proyek dan juga terhadap segi fisik untuk
proyek yang dipimpinya sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan program.
d) Mengawasi proyek dan memastikan hasil
yang diinginkan tercapai dengan sumber
daya yang paling efisien.
e) Memahami risiko yang ada di proyek dan
memiliki langkah-langkah untuk
mengatasi dan menghindari risiko
tersebut.
15

3) Deputy Project Manager (DPM)


Deputy Project Manager merupakan wakil
dari Project Manager yang bertugas membantu
Project Manager dalam mengendalikan jalannya
proyek di lapangan. Deputy Project Manager
(DPM) bertanggung jawab kepada Project
Manager yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
a) Menguasai detail dan spesifikasi teknis
kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan
proyek.
b) Membantu Project Manager menyusun
bahan/materi rencana mutu proyek.
c) Menyiapkan detail materi penyusunan
rencana anggaran proyek.
d) Menyusun schedule mingguan/bulanan
berdasarkan master schedule kontrak
e) kerja, menjamin pelaksanaan sehari-hari di
lapangan sesuai schedule yang dibuat.
f) Menjamin tersedianya tenaga kerja,
material, dan alat yang memadai.
g) Menjamin tersedianya gambar kerja untuk
dilaksanakan oleh mandor/subkontraktor.
h) Menjamin tersedianya dana pembayaran
upah/opname mandor.
i) Memimpin/mengarahkan secara langsung
koordinator lapangan untuk memenuhi
persyaratan mutu, waktu, dan biaya yang
telah disepakati.

4) Site Manager (SM)


16

Site manager proyek adalah orang atau


seseorang yang dipilih dengan kemampuan
tertentu untuk memimpin orang-orang dalam
proyek konstruksi yang berbagai karakteristik,
latar belakang budaya, dengan tujuan tertentu
dari proyek tersebut. Site manager memiliki
tugas di dalam proyek konstruksi adalah
sebagai berikut:
a) Merencanakan “Time Schedule”
pelaksanaan proyek sesuai dengan
kewajiban dari perusahaan terhadap
pemilik proyek atau kepentingan
perusahaan sendiri.
b) Mengadakan kontrol terhadap
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
intruksi yang telah diberikan baik dari segi
teknis, kualitas pekerjaan, maupun time
schedule.
c) Membicarakan masalah khusus dan
kesulitan teknis dengan Project Manager.
d) Mengatur penggunaan tenaga kerja di
proyek untuk menunjang rencana time
schedule.
e) Menyetujui dan menerima tenaga
pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai
dengan target dari kantor dan
menugaskan sesuai dengan tujuan
masing-masing.
  
5) Surveyor
17

Surveyor adalah seseorang yang memiliki


tugas untuk melakukan pengukuran di
lapangan atau di proyek konstruksi.
Tugas surveyor pada proyek konstruksi
adalah sebagai berikut:
a) Menentukan titik batas area proyek, ini
diperlukan pembuatan alur pagar proyek
dan penentuan koordinat gedung.
b) Membaca gambar dengan melihat bentuk
dan ukuran bangunan untuk
diaplikasikan di lapangan.
c) Menentukan elevasi kedalaman galian
pondasi dan lantai basement.
d) Menentukan as bangunan untuk mencari
lokasi titik tiang pancang dan pile cap.
e) Memantau kedataran cor beton pada
pekerjaan pengecoran plat lantai.
f) Menentukan atau marking as kolom
gedung.
g) Melakukan pengecekan kedataran elevasi
balok lantai agar sesuai dengan gambar
rencana.
h) Marking posisi letak untuk pemasangan
dinding batu bata, penentuan posisi letak
titik lampu, penentuan posisi sanitasi air,
dan lain-lain.

6) Supervisor
Supervisor adalah seseorang yang bertugas
sebagai pelaksana di lapangan dalam
mengarahkan tenaga kerja sesuai dengan
bidang tugasnya (bekisting, pembesian,
18

pengecoran, finishing, dan lain-lain) termasuk


pada permintaan material di proyek
konstruksi.

7) Quality Control (QC)


Owner proyek konstruksi memiliki harapan
agar proyek yang dimilikinya dapat memiliki
kualitas bangunan yang baik, oleh karena itu
diperlukan seorang staff quality control untuk
memastikan setiap item pekerjaan di proyek
mampu dapat dikerjakan dan diproduksi
dengan kualitas maksimal sesuai dengan
kualitas standar perusahaan akan kualitas
produk bangunan. Berikut adalah beberapa
tugas quality control pada proyek konstruksi:
a) Membuat permintaan untuk pemeriksaan
atau pengetesan barang untuk intern
kontraktor maupun bersama dengan
konsultan pengawas untuk memastikan
material yang akan digunakan
mempunyai mutu dan kualitas sesuai
dengan perencanaan.
b) Membuat surat teguran atau menegur
secara langsung kepada pelaksana, sub
kontraktor atau mandor apabila terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
c) Melakukan pengecekan terhadap material
yang akan didatangkan maupun yang
sudah tiba di proyek untuk memberikan
status kepada bahan bangunan tersebut
19

apakah ditolak atau diterima setelah


melihat kualitas bahan.
d) Melakukan pengecekan pada pelaksanaan
pekerjaan di lapangan sudah sesuai
dengan gambar pelaksanaan atau shop
drawing.
e) Membuat laporan dan data yang
dibutuhkan perusahaan yang
berhubungan dengan pekerjaan quality
control pada proyek konstruksi.

8) Engineering
Engineering adalah seseorang yang memiliki
keahlian dalam melakukan perhitungan
construction engineering, value engineering,
pembuatan shop drawing, time control dan
pengawasan pelaksanaan engineering pada
proyek konstruksi.

9) Quantity Surveyor (QS)


Quantity Surveyor bertugas menghitung
volume rencana pekerjaan di lapangan dan
membuat laporan kemajuan pekerjaan (progress
report) untuk penagihan pembayaran.

10) Barbending Schedule (BBS)


Barbending Schedule (BBS) adalah seseorang
bertanggung jawab dalam membuat, mengatur,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan
operasional Bar Bending Schedule. Adapun tugas
dan kewajiban sebagai berikut:
20

a) Merencanakan program kerja Barbending


Schedule (BBS) sesuai urutan kerja
lapangan.
b) Membuat rencana atau schedule
permintaan material besi.
c) Mengatur pendatangan besi sesuai
kebutuhan lapangan.
d) Menghitung kebutuhan material atau
volume besi beton yang akan dibutuhkan
dalam pelaksanaan proyek konstruksi
tersebut.

11)Drafter
Drafter adalah seseorang yang menyiapkan
gambar pelaksaan untuk di proyek dan
menyiapkan gambar shop drawing. Gambar shop
drawing adalah gambar detail yang akan
digunakan sebagai acuan pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan pembangunan di
lapangan sesuai dengan gambar perencanaan
yang telah ada sebelumnya. Berikut adalah
beberapa tugas drafter pada proyek konstruksi:
a) Membuat gambar pelaksanaan atau shop
drawing untuk acuan pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan di proyek.
b) Menjelaskan kepada pelaksana tentang
shop drawing apabila gambar yang telah
dibuat masih kurang dipahami baik dari
segi bentuk detail struktur maupun
gambar yang lainnya.
c) Membuat gambar akhir pekerjaan atau
asbuilt drawing sebagai laporan hasil
21

pelaksanaan kepada pemilik proyek atau


owner.

12)Administrasi Proyek
Administrasi proyek adalah seseorang yang
memiliki tugas administrasi di proyek seperti
surat menyurat.

13)Logistic
Orang yang bertugas sebagai pengadaan
barang dan pengawasan material bahan
bangunan, termasuk didalamnya adalah
membuat jadwal penyedian bahan dan
peralatan untuk pelaksanaan proyek. Logistic
juga bertugas untuk menyediakan pembelian
bahan dan peralatan yang telah diputuskan
oleh koordinator pelaksana yang sesuai dengan
jadwal pengadaan. Logistic juga menyusun
suatu sistem administrasi tentang penerimaan,
penyimpanan, dan pemakaian barang.

14)Mechanic
Orang yang memiliki tugas untuk
menyusun rencana kerja dan
mengkoordinasikan tugas mandor.

15)Safety
Safety adalah seseorang yang memiliki
tanggung jawab dan wewenang utama sebagai
berikut:
22

a) Merencanakan pencapaian tingkat


keselamatan, kesehatan dan lingkungan
kerja di proyek pada setiap tahap
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi dan waktu yang ditentukan.
b) Merencanakan keselamatan, kesehatan
dan lingkungan kerja pada pengelolaan
dan pengoprasian peralatan.
c) Tersedianya peralatan safety untuk para
pekerja yang akan melakukan kegiatan di
dalam proyek.
d) Terlaksananya program K3.

D. Kolom

a) Definisi

Kolom beton bertulang merupakan elemen penting dalam


suatu struktur bangunan, karena kolom beton bertulang
merupakan komponen struktur yang dapat memikul beban
vertikal dari berat bangunan atas dan meneruskannya ke
bagian struktur bawah bangunan (Recky Pasila, 2016).
Kolom merupakan bagian dari suatu kerangka bangunan
yang menempati posisi terpenting dalam sistem struktur
bangunan, bila terjadi kegagalan pada kolom maka dapat
berakibat keruntuhan komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya, atau bahkan terjadi keruntuhan
total pada keseluruhan struktur bangunan. Kegagalan
struktur kolom beton bertulang pada gedung dapat
disebabkan oleh oleh faktor lain yaitu: kesalahan konsep
atau desain pada saat melakukan perencanaan, kesalahan
pada tahap pelaksanaan kolom, dan dapat pula terjadi
karena adanya perubahan pemanfaatan gedung sehingga
23

mengakibatkan beban yang diterima tidaklah sesuai dengan


beban yang telah direncanakan atau dihitung pada saat
tahap pelaksanaan (Recky Pasila, 2016).

b) Fungsi Kolom

Kolom mempunyai fungsi adalah sebagai


penyanggah dan penerima beban dari atas lalu disalurkan
pada struktur bawah bangunan (sloof dan pondasi). Kolom
memiliki fungsi yang penting sehingga diharapkan pada
pelaksanaan pekerjaan kolom harus benar dan teliti agar
dapat menghasilkan kolom yang berkualitas dan kuat
karena apabila terjadi retak rambut ,keropos ,atau pecah
(splitting) pada kolom yang telah tercetak akan
mempengaruhi kekuatan kolom sendiri sehingga dapat
terjadi penurunan kekuatan pada kolom. Penurunan
kualitas kekuatan pada kolom dapat menyebabkan
robohnya suatu bangunan karena tidak sesuai dengan
perencanaan awal.

b) Jenis Kolom

Kolom ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut


bentuk dan susunan tulangan, serta letak atau posisi beban
aksial pada penampang kolom. Kolom juga dapat
dibedakan jenisnya menurut ukuran panjang-pendeknya
kolom dalam hubungannya dengan dimensi lateral.

a. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan


24

Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom


juga dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai
berikut:

1) Kolom pengikat sengkang lateral, baik berupa


empat persegi panjang maupun bujur sangkar,
dengan tulangan memanjang dan sengkang.
2) Kolom pengikat spiral merupakan kolom yang
terdapat tulangan memanjang dan sengkang
spiral.
3) Kolom komposit, merupakan kolom yang terdiri
atas beton profil baja structural yang berada
didalam beton.

Tiga jenis kolom tersebut, kolom bersengkang (segi empat,


bujur sangkar) merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai karena pekerjaannya mudah dan harga
pembuatannya lebih murah.

Gambar 2.2 Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan


tulangan

b. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom


25

Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya kolom dapat


dibedakan menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut:

1) Kolom panjang (sering pula disebut kolom


langsing atau kolom lurus) dan kolom pendek
(sering disebut kolom tidak langsing atau gemuk).
Beban yang bekerja pada kolom panjang dapat
menyebabkan terjadi kegagalan atau keruntuhan
kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena
bahaya tekuk.
2) Kolom pendek, kehilangan stabilitas lateral karena
tekuk ini tidak pernah dijumpai. Kegagalan atau
keruntuhan pada kolom pendek sering
disebabkan oleh kegagalan materialnya (lelehnya
baja tulangan dan atau hancurnya beton) (Ali
Asroni, 2010).

E. Beton

Beton merupakan material yang sangat penting dan


banyak digunakan untuk membangun infrastruktur,
kebutuhan akan beton meningkat sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana dasar
manusia (Riger Manuahe, 2014). Beton juga merupakan
material mutu tinggi dengan kemampuan menahan api dan
gempa bumi pada suatu bangunan ,namun demikian beton
mempunyai kekurangan yaitu kekuatan tarik yang kecil
sehingga perlu adanya gaya yang dapat menahan gaya tarik
(Wonlele, Dewi, & Nurlina, 2013). Baja merupakan material
yang memiliki kekuatan terhadap gaya tarik sehingga
perpaduan beton dengan baja tulangan dapat membuat
kolom menjadi kuat (Wonlele et al., 2013).

F. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


26

Pekerjaan kolom mempunyai tahapan pada


pelaksanaanya yang meliputi beberapa kegiatan antara lain
adalah proses fabrikasi kolom, proses pemasangan kolom,
pemasangan bekisting ,pengecoran kolom, pembongkaran
kolom.

1) Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilakukan sebelum tahap


pelaksanaan yang ada di proyek dilakukan. Standar
Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada halaman 43
tentang pekerjaan persiapan menyatakan bahwa:
a) Semua peralatan untuk pencampuran dan
pengangkutan beton harus bersih.
b) Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan
dari cetakan yang akan diisi beton.
c) Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d) Bagian dinding bata pengisi yang akan
bersentuhan dengan beton harus dibasahi secara
cukup.
e) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan
yang berbahaya.
f) Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran
sebelum beton dicor kecuali bila tremie digunakan
atau kecuali bila sebaliknya diizinkan oleh petugas
bangunan.
g) Semua material halus (laitance) dan material lunak
lainnya harus dibersihkan dari permukaan beton
sebelum beton tambahan dicor terhadap beton
yang mengeras.

2) Pembesian Kolom
27

Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari


pekerjaan struktur dan pekerjaan ini memegang
perananan yang sangat penting dari aspek
pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang
penting dalam kekuatan struktur gedung
(http://www.ilmusipil.com). Pada penulangan
kolom, ujung bawah tulangan kolom di lantai dasar
akan dihubungkan dengan pondasi sedangkan
bagian atas tulangan kolom akan dihubungkan
dengan balok yang menekan pelat lantai sehingga
menjadi satu kesatuan struktur portal yang kaku.
Penulangan kolom dilebihkan sampai sampai lantai
atas untuk menyambung tulangan kolom lantai
berikutnya
(http://metodebangunanblog.blogspot.com).
Berikut adalah proses pekerjaan pembesian dalam
proyek konstruksi adalah sebagai berikut:
a) Pembesian atau perakitan tulangan kolom
adalah precast atau dikerjakan di tempat lain
yang lebih aman
b) Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan
gambar kerja.
c) Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama.
Sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu
dibuat tanda pada tulangan utama dengan
kapur.
d) Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap
pertemuan antara tulangan utama dan sengkang
diikat oleh kawat dengan sistem silang.
e) Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi
tulangan precast diangkut dengan menggunakan
Tower Crane ke lokasi yang akan dipasang.
f) Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup
kaku, lalu dipasang beton deking sesuai
28

ketentuan. Beton deking berfungsi sebagai


selimut beton.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 29 tentang proses pelaksanaan pembesian
menyatakan bahwa:
Setiap material yang telah terganggu atau
terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk
pembuatan beton.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 48 tentang kait standar menyatakan bahwa:
a) Bengkokan 180 derajat ditambah perpanjangan 4db,
tetapi tidak kurang dari 65mm, pada ujung bebas
batang tulangan.
b) Bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 12db,
pada ujung bebas baang tulangan.
c) Untuk sengkang dan kait pengikat:
1. Batang tulangan D-16 dan yang lebih kecil,
bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 6db
pada ujung bebas batang tulangan.
2. Batang tulangan D-19, D-22, dan D-25, bengkokan
90 derajat ditambah perpanjangan 12db pada
ujung bebas batang tulangan.
3. Batang tulangan D-25 dan yang lebih kecil,
bengkokan 135 derajat ditambah perpanjangan
6db pada ujung bebas batang tulangan.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 48 tentang diameter bengkokan minimum
menyatakan bahwa:
29

a) Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam


batang tulangan, selain dari untuk sengkang dan
pengikat dengan ukuran D-10 hingga D-16, tidak
boleh kurang dari nilai dalam tabel 2.1.
b) Diameter dalam bengkokan untuk sengkang dan
pengikat tidak boleh kurang dari 4db untuk batang
tulangan D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang
tulangan yang lebih besar dari D-16, diameter
bengkokan harus sesuai dengan tabel 2.1.
c) Diameter dalam bengkokan pada tulangan kawat las
untuk sengkang dan pengikat tidak boleh kurang
dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-
7dan 2db untuk semua kawat lainnya. Bengkokan
dengan diameter dalam kurang dari 8db tidak boleh
berada kurang dari 4db dari persilangan las yang
terdekat.

Tabel 2.1 Diameter bengkokan

Sumber: SNI 28147-2013

3) Bekisting Kolom

Bekisting dalam pekerjaan konstruksi beton


artinya acuan, wadah atau cetakan (formwork)
berfungsi untuk menampung baja tulangan dan beton
basah yang akan dicor sesuai dengan bentuk yang
30

diharapkan dan menjaga hingga proses


pengerasannya (Zainullah, 2012). Bekisting terdiri
dari bidang kontak yang langsung menempel beton
(papan kayu, multiplek, plat baja atau bahan lain) dan
balok-balok pembagi maupun balok pendukungnya.
Pengerjaan bekisting memerlukan perencanaan yang
matang karena ketika dilaksanakan pengecoran
dengan kecepatan menanjak tinggi maka gaya
horizontal yang bekerja sangat besar terutama pada
bagian bawah yaitu sebesar tinggi cor dikalikan berat
jenis beton basah, yang apabila tidak diantisipasi
dengan kekuatan bekisting yang memadai bisa terjadi
kegagalan pengecoran karena bekistingnya jebol
(Zainullah, 2012).

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013


halaman 45 tentang desain cetakan atau bekisting
menyatakan bahwa: Cetakan harus kokoh dan cukup
rapat untuk mencegah kebocoran mortar.

4) Pengecoran kolom

Pengecoran pada kolom dilakukan setelah


pekerjaan pembesian pada tulangan kolom dan
pemasangan bekisting kolom telah selesai dilakukan dan
sesuai dengan shop drawing. Pengecoran akan dilakukan
apabila pekerjaan pembesian dan bekisting telah
dilakukan pemeriksaan agar tidak terjadinya kesalahan
dalam proses pengecoran.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 43 tentang persiapan sebelum pengecoran beton
menyatakan bahwa:
31

a) Semua peralatan untuk pencampuran dan


pengangkatan beton harus bersih.
b) Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari
cetakan yang akan diisi beton.
c) Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d) Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan
dengan beton harus dibasahi secara cukup.
e) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang
berbahaya
f) Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran
sebelum beton dicor kecuali bila tremie digunakan
atau kecuali bila sebaliknya diizinkan oleh petugas
bangunan.
g) Semua material halus (laitance) dan material lunak
lainnya harus dibersihkan dari permukaan beton
sebelum beton tambahan dicor terhadap beton yang
mengeras.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 44 pasal 5.9.1 tentang pengantaran (conveying)
ke lokasi pengecoran menyatakan bahwa: Beton harus
diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran
akhir dengan metoda yang mencegah pemisahan
(segregasi) atau tercecernya bahan.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 44 pasal 5.9.2 tentang pengantaran (conveying)
ke lokasi pengecoran menyatakan bahwa: peralatan
pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tampat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang
dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.
32

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 44 tentang pengecoran menyatakan bahwa:
a) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi
akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi
akibat penanganan kembali atau segregasi akibat
pengaliran.
b) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan
sedemikian hingga beton selama pengecoran
tersebut, tetap dalam keadaan plastis dan dengan
mudah dapat mengisi ruang diantara tulangan.
c) Beton yang telah mengeras sebagian atau telah
terkontaminasi oleh bahan lain tidak boleh dicor pada
struktur.
d) Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah
dicampur ulang setelah pengikat awal tidak boleh
digunakan kecuali bila disetujui oleh insinyur
profesional bersetifikat.
e) Setelah dimulainya pengecoran maka pengecoran
tersebut harus dilakukan secara menerus hingga
mengisi secara penuh panel atau penampang sampai
batasnya.
f) Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh
dengan menggunakan peralatan yang sesuai selama
pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling
tulangan dan seluruh celah dan masuk ke semua
sudut cetakan.

5) Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting pada kolom yang telah di


cor akan dilakukan apabila umur beton telah mencapai
umur ± 28 hari. Pembongkaran bekisting kolom di
proyek konstruksi bisa dilakukan lebih awal karena
33

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


yang lainnya sudah diatur sesuai jadwal dan juga kolom
merupakan struktur yang vertikal atau tidak
menggantung sehingga tidak masalah apabila
pembongkaran bekisting dilaksanakan lebih awal.
Pekerjaan struktur yang menggantung jangan dilakukan
pembongkaran lebih awal apabila beton belum cukup
umur, misalnya pekerjaan balok dan pekerjaan plat
lantai karena dapat mengakibatkan retaknya pada beton
dan lepasnya ikatan beton dengan tulangan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada
halaman 46 tentang pembongkaran bekisting
menyatakan bahwa: cetakan harus dibongkar dengan
cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi keamanan
dan kemampuan layan struktur. Beton yang akan
terpapar dengan adanya pembongkaran cetakan harus
memiliki kekuatan yang cukup yang tidak akan rusak
oleh pelaksanaan pembongkaran

6) Perawatan Kolom

Perawatan beton pada kolom dengan cara


melakukan curring bertujuan untuk menjaga supaya
beton tidak terlalu cepat terjadinya penguapan atau
sebagai tindakan untuk menjaga tingkat kelembaban
pada beton kolom.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013 pada


halaman 44 tentang perawatan beton menyatakan
bahwa:

a) Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus


dirawat pada suhu diatas 10⁰C dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya
selama 7 hari setelah pengecoran.
34

b) Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada


suhu diatas 10⁰C dan dalam kondisi lembab
untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari
pertama.

Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 pada halaman


58–59 tentang perawatan beton menyatakan bahwa:

a) Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang


beton, selama paling sedikit 2 minggu beton
harus dibasahi terus menerus dengan
menutupinya dengan karung basah. Pada pelat
atap pembahasan terus menerus ini harus
dilakukan dengan merendamnya dengan air.
Pada hari pertama sesudah selesai pengecoran,
proses pengerasan tidak boleh diganggu, sangat
dilarang untuk mempergunakan lantai yang
belum cukup mengeras sebagai tampat
penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan
untuk mengangkut bahan yang berat.

b) Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap


bertekanan udara luar, pemanasan atau proses-
proses lain untuk mempersingkat waktu
pengerasan dapat dipakai. Cara-cara ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh pengawas ahli.

G. Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).


Pekerjaan proyek konstruksi tentunya ingin diselesaikan
dengan tepat waktu, tetapi terkadang aktivitas pekerjaan
pada proyek dapat terganggu dengan berbagai hal, sehingga
mengalami ketelambatan waktu untuk penyelesaiannya.
Pekerjaan proyek konstruksi dapat berhenti atau terganggu
pelaksanaanya dikarenakan adanya kecelakaan kerja yang
mungkin terjadi pada suatu proyek konstruksi. Sistem
35

manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


diwajibkan untuk diterapkan pada saat pelaksanaan
pekerjaan konstruksi agar terciptanya sistem K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja yang melibatkan segala
pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif pada proyek konstruksi tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang
penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan
penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga
perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung(Tjakra, 2013). Pelaksanaan proyek konstruksi para
pekerja dan staff dari proyek tersebut wajib untuk
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada area
proyek,yaitu:

1. Sepatu Safety

Gambar 2.3 Sepatu Safety

Sepatu Safety merupakan sepatu yang wajib


digunakan oleh seluruh pekerja yang akan memasuki area
36

proyek konstruksi. Sepatu Safety sendiri mempunyai


fungsi untuk melindungi kaki dari benda keras dan tajam
yang ada di area proyek konstruksi. Sepatu safety memiliki
desain yang khusus yaitu terdapat bahan baja pada bagian
ujung depan sepatu itu untuk melindungi kaki dari
kejatuhan barang-barang keras.

2. Helm Proyek

Gambar 2.4 Helm Proyek

Helm proyek ini juga merupakan Alat Pelindung Diri


(APD) yang wajib digunakan oleh pekerja dan staff proyek
pada saat memasuki area proyek konstruksi. Helm Proyek
memiliki fungsi yaitu melindungi kepala dari barang-
barang keras yang jatuh dari atas. Warna helm proyek
sendiri memiliki arti yaitu helm proyek yang berwarna
putih merupakan orang staff dari PT.Mitralanggeng Putra
Mandiri Konstruksi, helm proyek berwarna biru
digunakan oleh pekerja yang ahli dalam pembesian, helm
yang berwarna merah akan digunakan oleh para safety
37

proyek,dan helm proyek berwarna hijau digunakan oleh


para pekerja yang melakukan pengecoran.

3. Rompi Safety

Gambar 2.5 Rompi Safety

Rompi Safety ini juga merupakan salah satu Alat


Pelindung Diri yang wajib digunakan untuk seluruh
pekerja dan staff proyek yang akan memasuki area proyek
konstruksi. Rompi safety ini terdapat reflektor yang
dimana akan menyala bila terkena sinar atau cahaya
sehingga dari kejauhan terlihat jika disitu terdapat orang
dan dapat memudahkan supir tower crane dapat melihat
para pekerja yang ada dibawahnya dan dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri / Perusahaan dan Struktur


Organisasi

1.) Gambaran Umum Proyek

Proyek pembangunan struktur apartement


gunawangsa Jl. Veteran, Gresik ini mempunyai total luas ±4,5
hektar. Proyek pembangunan ini dimulai pelaksanaan
pekerjaan strukturnya pada bulan April 2018, pelaksanaan
pekerjaan strukturnya telah selesai sampai dengan 2 tower,
yaitu tower A dan tower B, untuk tower C dan D masih
dalam tahap pekerjaan, dengan total 15 lantai pada tiap
tower.

Proyek apartement Gunawangsa Gresik ini


merupakan proyek pembangunan apartement superblock
yang memiliki 4 tower apartemen utama, 4 tower future
development serta business dan condotel yang juga future
development, dengan sumber dana dilakukan oleh
Gunawangsa Group sebagai pemilik proyek (owner), dengan
PT. PP Persero Tbk sebagai pihak kontraktor, dan PT. Merka
Construction Management sebagai pihak manajemen
konstruksi. Proyek apartement Gunawangsa Gresik ini
diharapkan dapat mengatasi permasalahan keterbatasan
lahan hunian dan tingginya harga rumah yang ada di
kawasan Gresik dan sekitarnya, khususnya Surabaya
sehingga masyarakat yang tinggal di Gresik dapat memiliki
tempat tinggal yang layak dan nyaman.
39

2.) Struktur Organisasi

Proyek pada umumnya pada pelaksanaannya


melibatkan berbagai pihak yang mempunyai tugas serta
wewenang sendiri-sendiri. Pelaksanaan pembangunan
proyek konstruksi secara garis besar unsur yang terlibat
didalamnya meliputi pemberi tugas (owner), konsultan
perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor. Keempat
unsur tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sesuai dengan kedudukan dan bidang keahliannya masing-
masing. Hubungan kerja antara unsur-unsur pada proyek
konstruksi sebagai berikut:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek ini dibentuk agar fungsi


dan tugas masing-masing komponen anggota tim pada
pembangunan proyek konstruksi dapat berjalan dengan lebih
jelas dan terarah.
40

a) Pemilik proyek (Owner)


Pemilik proyek (owner) merupakan pemilik dan
pemberi tugas sebuah pembangunan proyek
konstruksi tersebut yang dapat berasal dari
perorangan, instansi pemerintahan maupun bisa juga
dari kalangan pihak swasta. Pemilik proyek (owner)
lebih mengetahui untuk tujuan utama dari
diadakannya pembangunan proyek konstruksi tersebut
sehingga peran owner bukan hanya sebagai fasilitator
saja akan tetapi sekaligus juga sebagai motivator agar
seluruh tim proyek konstruksi tersebut dapat
menyelesaikan pembangunan proyek konstruksi
tersebut dan tujuan proyek dapat tercapai. PT.
Gunawangsa Putra Perkasa merupakan pemilik proyek
(owner) dari pembangunan apartemen Gunawangsa
Superblock Gresik.
Pemilik proyek (owner) mempunyai kewajiban
untuk menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut agar proyek pembangunan konstruksi tersebut
dapat terealisasikan dengan baik. Berikut adalah
penjelasan dari tugas dan kewajiban pemilik proyek
(owner) dalam pelaksanaan proyek konstruksi:
1) Menyediakan biaya dari tahap perencanaan sampai
dengan tahap pelaksanaan proyek konstruksi.
2) Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
3) Memberikan tugas kepada kontraktor.
4) Membuat surat perintah kerja (SPK).
5) Mengesahkan atau menolak tentang perubahan
yang telah direncanakan.
6) Meminta pertanggung jawaban kepada para
pelaksana proyek atas hasil kerja konstruksi.
41

b) Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang telah
ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk membuat
perencanaan pada proyek konstruksi tersebut. PT.
Gunawangsa Putra Perkasa sebagai pemilik proyek
(owner) memilih PT. Handoko & Associate Consulting
Engineer sebagai pihak konsultan perencana pada
proyek pembangunan apartemen Gunawangsa
Superblock Gresik. Konsultan perencana juga memiliki
tugas dan wewenang dalam pembangunan proyek
konstruksi sebagai berikut:
1) Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan
dengan keinginan pemilik proyek.
2) Membuat gambar pelaksanaan.
3) Membuat rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
sebagai pedoman pelaksanaan.
4) Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5) Memproyeksikan keinginan atau ide dari pemilik
proyek kedalam desain bangunan.
6) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan
struktur jika terjadi kegagalan konstruksi.

c) Konsultan pengawas
Konsultan pengawas merupakan kaki tangan dari
pemilik proyek (owner) yang akan membantu dalam
melaksanakan pengawasan pada tahap pembangunan
proyek konstruksi tersebut. Konsultan pengawas juga
bertugas sejak pemberian penjelasan pada saat
pelelangan sampai penyerahan hasil konstruksi fisik.
Pemilik proyek (owner) PT. Gunawangsa Putra Perkasa
memilih PT. Merka Construction Management untuk
menjadi konsultan pengawas yang akan mengawasi
42

pelaksanaan proyek pembangunan apartemen


Gunawangsa Superblock Gresik. Konsultan pengawas
memiliki tugas dan wewenang dalam pembangunan
proyek konstruksi sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai
pelaksanaan kontrak kerja.
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam
perjalanan proyek konstruksi.
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek agar
pemilik proyek (owner) dapat mengetahui kemajuan
dari pembangunan proyek.
4) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing
yang diajukan oleh pihak kontraktor sebagai
pedoman pembangunan proyek konstruksi tersebut.

d) Kontraktor
Kontraktor memiliki peran utama dalam pembangunan
proyek konstruksi adalah sebagai pengatur sumber
daya serta melaksanakan tugas yang akan merubah
sebuah dokumen perencanaan menjadi keluaran
bentuk bangunan fisik. Pemilik proyek (owner) memilih
PT. PP Persero Tbk sebagai pemenang lelang untuk
menjadi pihak kontraktor pada proyek pembangunan
apartemen Gunawangsa Superblock Gresik. Kontraktor
memiliki tugas dan wewenang dalam pembangunan
proyek konstruksi sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas keseluruhan dalam
pelaksanaan proyek yang ada di lapangan.
2) Mengatur dan mengkoordinasikan semua
pelaksanaan di lapangan sehingga pekerjaan yang
di lapangan dapat sesuai dengan yang telah
direncanakan.
43

3) Menyediakan material, tenaga kerja dan peralatan


untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
4) Melaksanakan pelaksanaan proyek sesuai dengan
peraturan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
dalam kontrak.
5) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time
schedule.
6) Bertanggung jawab dalam kegiatan pelaksanaan
proyek dan metode yang akan digunakan untuk
pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.
Kontraktor untuk mempermudah koordinasi dari
masing-masing bagian sesuai dengan tanggung jawab
yang dipikul maka pihak kontraktor PT. PP Persero
Tbk membuat struktur organisasi yang nantinya dapat
membantu dalam pelaksanaan proyek seperti pada
gambar 3.1

Berikut ini adalah penjelasan mengenai komponen


struktur organisasi:

1) Operational Director

Operational Director adalah seseorang yang


bertanggung jawab terhadap semua aktivitas
operasional perusahaan yang dibawahinya, mulai
dari perencanaan proses hingga bertanggung jawab
pada hasil akhir proses tersebut. Operational Director
memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
seluruh pelaksanaan operasional pelaksanaan
proyek.
44

b) Membuat standar perusahaan mengenai semua


proses operasional, proyek dan kualitas hasil
pelaksanaan proyek.
c) Mengecek, mengawasi dan menentukan semua
kebutuhan dalam proses operasional proyek.

2) Project Manager (PM)

Project Manager adalah seseorang yang telah


profesional dalam bidang manajemen proyek dan
juga memiliki tanggung jawab dalam perencanaan,
pengadaan dan pelaksanaan proyek dari awal hingga
selesainya proyek tersebut. Project Manager juga
menerima tanggung jawab untuk mengembangkan
tugasnya dengan didasari oleh keyakinan bahwa
sumber daya yang ada yang telah diberikan
kepadanya layak untuk dapat dikelola dan
bertanggung jawab terhadap tercapainya pelaksanaan
proyek secara keseluruhan (biaya, mutu, dan waktu).

Tugas dan wewenang Project Manager pada proyek


pembangunan apartemen Gunawangsa Superblock
Gresik adalah sebagai berikut:
a) Memastikan bahwa proyek yang dijalankan
selesai tepat waktu.
b) Mengambil suatu tindakan yang akan
membuat pengeluaran atas beban anggaran
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan untuk
masing-masing tolak ukur dan dalam batas-
batas jenis pengeluaran yang telah tercantum
dalam anggaran yang telah ada.
c) Bertanggung jawab terhadap keuangan
proyek dan juga terhadap segi fisik untuk
45

proyek yang dipimpinya sesuai dengan


petunjuk pelaksanaan program.
d) Mengawasi proyek dan memastikan hasil
yang diinginkan tercapai dengan sumber
daya yang paling efisien.
e) Memahami risiko yang ada di proyek dan
memiliki langkah-langkah untuk mengatasi
dan menghindari risiko tersebut.

3) Deputy Project Manager (DPM)

Deputy Project Manager merupakan wakil dari


Project Manager yang bertugas membantu Project
Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di
lapangan. Deputy Project Manager (DPM)
bertanggung jawab kepada Project Manager yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
a) Menguasai detail dan spesifikasi teknis
kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan
proyek.
b) Membantu Project Manager menyusun
bahan/materi rencana mutu proyek.
c) Menyiapkan detail materi penyusunan
rencana anggaran proyek.
d) Menyusun schedule mingguan/bulanan
berdasarkan master schedule kontrak
e) kerja, menjamin pelaksanaan sehari-hari di
lapangan sesuai schedule yang dibuat.
f) Menjamin tersedianya tenaga kerja, material,
dan alat yang memadai.
g) Menjamin tersedianya gambar kerja untuk
dilaksanakan oleh mandor/subkontraktor.
46

h) Menjamin tersedianya dana pembayaran


upah/opname mandor.
i) Memimpin/mengarahkan secara langsung
koordinator lapangan untuk memenuhi
persyaratan mutu, waktu, dan biaya yang
telah disepakati.

4) Site Manager (SM)

Site manager proyek adalah orang atau seseorang


yang dipilih dengan kemampuan tertentu untuk
memimpin orang-orang dalam proyek konstruksi
yang berbagai karakteristik, latar belakang budaya,
dengan tujuan tertentu dari proyek tersebut. Site
manager memiliki tugas di dalam proyek konstruksi
adalah sebagai berikut:

a) Merencanakan “Time Schedule” pelaksanaan


proyek sesuai dengan kewajiban dari
perusahaan terhadap pemilik proyek atau
kepentingan perusahaan sendiri.
b) Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah
diberikan baik dari segi teknis, kualitas
pekerjaan, maupun time schedule.
c) Membicarakan masalah khusus dan kesulitan
teknis dengan Project Manager.
d) Mengatur penggunaan tenaga kerja di proyek
untuk menunjang rencana time schedule.
e) Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana,
mandor, dan pekerja sesuai dengan target dari
kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan
masing-masing.
47

5) Surveyor
Surveyor adalah seseorang yang memiliki tugas
untuk melakukan pengukuran di lapangan atau di
proyek konstruksi.
Tugas surveyor pada proyek konstruksi adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan titik batas area proyek, ini
diperlukan pembuatan alur pagar proyek dan
penentuan koordinat gedung.
b) Membaca gambar dengan melihat bentuk dan
ukuran bangunan untuk diaplikasikan di
lapangan.
c) Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi
dan lantai basement.
d) Menentukan as bangunan untuk mencari lokasi
titik tiang pancang dan pile cap.
e) Memantau kedataran cor beton pada pekerjaan
pengecoran plat lantai.
f) Menentukan atau marking as kolom gedung.
g) Melakukan pengecekan kedataran elevasi balok
lantai agar sesuai dengan gambar rencana.
h) Marking posisi letak untuk pemasangan dinding
batu bata, penentuan posisi letak titik lampu,
penentuan posisi sanitasi air, dan lain-lain.

6) Supervisor

Supervisor adalah seseorang yang bertugas sebagai


pelaksana di lapangan dalam mengarahkan tenaga
kerja sesuai dengan bidang tugasnya (bekisting,
pembesian, pengecoran, finishing, dan lain-lain)
48

termasuk pada permintaan material di proyek


konstruksi.

7) Quality Control (QC)

Owner proyek konstruksi memiliki harapan agar


proyek yang dimilikinya dapat memiliki kualitas
bangunan yang baik, oleh karena itu diperlukan
seorang staff quality control untuk memastikan setiap
item pekerjaan di proyek mampu dapat dikerjakan
dan diproduksi dengan kualitas maksimal sesuai
dengan kualitas standar perusahaan akan kualitas
produk bangunan. Berikut adalah beberapa tugas
quality control pada proyek konstruksi:
a) Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau
pengetesan barang untuk intern kontraktor
maupun bersama dengan konsultan pengawas
untuk memastikan material yang akan
digunakan mempunyai mutu dan kualitas sesuai
dengan perencanaan.
b) Membuat surat teguran atau menegur secara
langsung kepada pelaksana, sub kontraktor atau
mandor apabila terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan proyek tersebut.
c) Melakukan pengecekan terhadap material yang
akan didatangkan maupun yang sudah tiba di
proyek untuk memberikan status kepada bahan
bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima
setelah melihat kualitas bahan.
d) Melakukan pengecekan pada pelaksanaan
pekerjaan di lapangan sudah sesuai dengan
gambar pelaksanaan atau shop drawing.
49

e) Membuat laporan dan data yang dibutuhkan


perusahaan yang berhubungan dengan
pekerjaan quality control pada proyek konstruksi.

8) Engineering

Engineering adalah seseorang yang memiliki


keahlian dalam melakukan perhitungan construction
engineering, value engineering, pembuatan shop
drawing, time control dan pengawasan pelaksanaan
engineering pada proyek konstruksi.

9) Quantity Surveyor (QS)

Quantity Surveyor bertugas menghitung volume


rencana pekerjaan di lapangan dan membuat laporan
kemajuan pekerjaan (progress report) untuk penagihan
pembayaran.

10) Barbending Schedule (BBS)

Barbending Schedule (BBS) adalah seseorang


bertanggung jawab dalam membuat, mengatur,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan operasional
Bar Bending Schedule. Adapun tugas dan kewajiban
sebagai berikut:
a) Merencanakan program kerja Barbending
Schedule (BBS) sesuai urutan kerja lapangan.
b) Membuat rencana atau schedule permintaan
material besi.
c) Mengatur pendatangan besi sesuai kebutuhan
lapangan.
d) Menghitung kebutuhan material atau volume
besi beton yang akan dibutuhkan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.
50

11) Drafter

Drafter adalah seseorang yang menyiapkan gambar


pelaksaan untuk di proyek dan menyiapkan gambar
shop drawing. Gambar shop drawing adalah gambar
detail yang akan digunakan sebagai acuan pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan di
lapangan sesuai dengan gambar perencanaan yang
telah ada sebelumnya. Berikut adalah beberapa tugas
drafter pada proyek konstruksi:
a) Membuat gambar pelaksanaan atau shop drawing
untuk acuan pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaan di proyek.
b) Menjelaskan kepada pelaksana tentang shop
drawing apabila gambar yang telah dibuat masih
kurang dipahami baik dari segi bentuk detail
struktur maupun gambar yang lainnya.
c) Membuat gambar akhir pekerjaan atau asbuilt
drawing sebagai laporan hasil pelaksanaan
kepada pemilik proyek atau owner.

12) Administrasi Proyek

Administrasi proyek adalah seseorang yang


memiliki tugas administrasi di proyek seperti surat
menyurat.

13) Logistic

Orang yang bertugas sebagai pengadaan barang


dan pengawasan material bahan bangunan, termasuk
51

didalamnya adalah membuat jadwal penyedian


bahan dan peralatan untuk pelaksanaan proyek.
Logistic juga bertugas untuk menyediakan pembelian
bahan dan peralatan yang telah diputuskan oleh
koordinator pelaksana yang sesuai dengan jadwal
pengadaan. Logistic juga menyusun suatu sistem
administrasi tentang penerimaan, penyimpanan, dan
pemakaian barang.

14) Mechanic

Orang yang memiliki tugas untuk menyusun


rencana kerja dan mengkoordinasikan tugas mandor.

15) Safety

Safety adalah seseorang yang memiliki tanggung


jawab dan wewenang utama sebagai berikut:
a) Merencanakan pencapaian tingkat keselamatan ,
kesehatan dan lingkungan kerja di proyek pada
setiap tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan spesifikasi dan waktu yang ditentukan.
b) Merencanakan keselamatan, kesehatan dan
lingkungan kerja pada pengelolaan dan
pengoprasian peralatan.
c) Tersedianya peralatan safety untuk para pekerja
yang akan melakukan kegiatan di dalam proyek.
d) Terlaksananya program K3.

B.) Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Yang dilakukan oleh mahasiswa teknik sipil Universitas
Negeri Surabaya (UNESA) adalah suatu pembelajaran nyata
yang langsung dilakukan di proyek konstruksi. Pelaksanaan
52

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini mahasiswa untuk dituntut


mengetahui hal yang terkait tentang pelaksanaan yang ada di
proyek konstruksi khususnya pada pelaksanaan pekerjaan
struktur bangunan yang dilaksanakan di proyek konstruksi.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan juga memiliki manfaat
bagi mahasiswa yaitu agar mahasiswa dapat melakukan
perbandingan antara ilmu yang ada dilapangan atau proyek
konstruksi dengan teori yang ada didalam perkuliahan.

1. Data Proyek
a) Nama Proyek : Gunawangsa Gresik
b) Nama pemilik : PT. PP Persero Tbk
c) Alamat Proyek : Jl. Veterean, Gresik
d) Fungsi proyek : Apartemen Superblock
e) Luas tanah : 4,5 Hektar
f) Luas bangunan : ± 520.080
g) Jumlah lantai : 15 Lantai
h) Nilai kontrak : ± Rp. 87.300.000.000,-

2. Lokasi Proyek pembangunan apartemen


Gunawangsa Superblock Gresik. Secara geografis
batasan lokasi proyek pembangunan ini adalah
sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Jl. Pahlawan
 Sebelah Timur : Jl. Apten Dulasim
 Sebelah Selatan : Jl. Veteran
 Sebelah Barat : Jl. R.A Kartini

Lokasi proyek dapat dilihat dari gambar dibawah ini.


53

Gambar 3.3 Lokasi proyek

Sumber: Google Maps

3. Waktu dan jadwal kegiatan


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
dilakukan pada proyek pembangunan apartemen
Gunawangsa Superblock Gresik yang dikerjakan oleh
pihak kontraktor yaitu PT. PP Persero Tbk yang
dimulai pada bulan Agustus. Mahasiswa
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan yang di
proyek Gunawangsa Superblock dimulai pada 21
Januari 2020 sampai dengan 21 Maret 2020.
54

4. Keterlibatan mahasiswa
Keterlibatan mahasiswa pada proyek
pembangunan apartemen Gunawangsa Superblock
Gresik adalah mengamati pekerjaan kolom pada
lantai 7-8 yang ada di proyek konstruksi dan
melakukan wawancara kepada pihak yang bisa
menjadi narasumber untuk pengambilan data tentang
tata cara pelaksanaan kolom. Pengamatan yang
dilakukan dapat meliputi alat dan bahan yang akan
digunakan dan juga tahap-tahap untuk pelaksanaan
pekerjaan di proyek konstruksi tersebut. Mahasiswa
tidak hanya melakukan pengamatan saja tetapi
mahasiswa juga mendapat tugas untu menghitung
kebutuhan besi, rencana anggaran biaya, menghitung
kebutuhan beton, dan memahami gambar yang telah
diberikan sebagai bentuk simulasi kerja untuk
mahasiswa.
Keterlibatan mahasiswa pada Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini selama ± 400 jam di proyek
pembangunan apartemen Gunawangsa Superblock
Gresik akan dijelaskan secara rinci dan jelas. Minggu
pertama untuk keterlibatan mahasiswa di proyek
konstruksi tersebut adalah melakukan perkenalan diri
kepada seluruh staff yang ada di kantor dan para
pekerja yang ada di lapangan, mendapatkan
pengarahan tentang K3 yaitu safety induction di dalam
proyek konstruksi tersebut, dan juga melakukan
identifikasi kegiatan pelaksanaan yang dilaksanakan
perlantai yang ada di proyek konstruksi tersebut.
55

Gambar 3.4 Layout Gunawangsa Superblock


Sumber: Arsip proyek

Minggu kedua untuk keterlibatan mahasiswa


pada pembangunan proyek Gunawangsa Superblock
adalah mahasiswa mengamati schedule pekerjaan
yang sedang berlangsung di proyek konstruksi
tersebut, melakukan pengamatan fabrikasi kolom
mulai dari tahap pemotongan besi yang
menggunakan alat yaitu bar cutter dan proses
pembengkokan besi juga menggunakan alat yaitu bar
bender hingga proses perakitan tulangan kolom,
melakukan pengamatan rangkaian tulangan kolom
yang dalam pemasangannya dalam pengangkatan
tulangan menggunakan tower crane, melakukan
pengamatan pemasangan bekisting kolom.
56

Gambar 3.5 Proses perakitan tulangan kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu ketiga untuk keterlibatan mahasiswa


dalam pekerjaan proyek Gunawangsa Superblock
Gresik adalah mahasiswa melakukan pengamatan
pelaksanaan perakitan tulangan kolom yang
pekerjaanya meliputi dari proses fabrikasi tulangan
hingga perakitan tulangan kolom menadi rangkaian
tulangan kolom yang telah selesai, penyambungan
rangkaian tulangan kolom pada overlap rangkaian
tulangan kolom, mengikuti proses checklist jarak
sengkang pada tulangan kolom, pemasangan
bekisting kolom yang akan diangkat dan diturunkan
sesuai kolom yang akan dilakukan pengecoran
menggunakan tower crane dan hingga mengikuti
proses pengecoran pada kolom.
57

Gambar 3.6 Proses penyambungan overlap tulangan


kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu keempat untuk keterlibatan


mahasiswa praktik kerja lapangan (Pkl) dalam
pekerjaan proyek Gunawangsa Superblock Gresik
adalah mahasiswa melakukan marking pada dinding
tower A sebagai penanda pada dinding yang mana
selanjutnya akan dilakukan tahap pekerjaan finishing
pada dinding tersebut. Tahapan ini diakukan dengan
menggunakan alat ukur waterpass, dengan cara
menentukan titik ukur awal sebagai ukuran acuan
yang mana akan di teruskan lalu diberi tanda garis
hitam pada dinding tiap ruangan di tower tersebut.
58

Gambar 3.7 Garis marking untuk penanda dalam


finihing.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu kelima untuk keterlibatan mahasiswa


pada praktik kerja lapangan (Pkl) dalam proyek
pembangunan Gunawangsa Superblock Gresik
adalah mahasiswa melakukan checklist pekerjaan
pada tower A, melakukan pengamatan pada proses
pemasangan bekisting kolom yang siap dilakukan
pengecoran, melakukan pengamatan pada proses
pengecekan pemasangan pada bekisting dan juga
melakukan pengamatan pada pekerjaan pemasangan
dinding exterior precast.
59

Gambar 3.8 Pekerjaan Finishing dinding exterior


precast.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu keenam untuk keterlibatan


mahasiswa praktik kerja lapangan (PKL) dalam
pekerjaan proyek Gunawangsa Superblock Gresik
adalah mahasiswa melakukan pengamatan proses
fabrikasi kolom untuk lantai 10 tower C, mahasiswa
juga melakukan pengamatan pada pekerjaan
pemasangan tulangan kolom, mahasiswa juga
melakukan pengecekan untuk dimensi dan jarak
sengkang apakah sudah sesuai dengan gambar dan
juga mahasiswa melakukan pengamatan pada
pekerjaan pengecoran kolom pada tower B.
60

Gambar 3.9 Proses pengecoran kolom tower B.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu ketujuh untuk keterlibatan


mahasiswa praktik kerja lapangan (PKL) dalam
pekerjaan proyek Gunawangsa Superblock Gresik
adalah mahasiswa pada di minggu ketujuh ini
melakukan pengamatan pada proses pemasangan
pembesian kolom, mahasiswa juga melakukan
pengamatan untuk proses penyambungan tulangan
kolom yang diangkat menggunakan bantuan dari
tower crane dan juga proses pemasangan bekisiting
kolom yang untuk pemasangannya bekisting tersebut
akan diangkat oleh tower crane ke titik pemasangan
tulangan kolom yang akan dipasang bekisting.
61

Gambar 3.10 Proses penyambungan tulangan kolom

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu kedelapan untuk keterlibatan


mahasiswa pada praktik kerja lapangan (PKL) dalam
pekerjaan proyek Gunawangsa Superblock Gresik
adalah mahasiswa pada minggu kedelapan ini
mahasiswa melakukan pengamatan untuk
pengangkatan tulangan kolom yang telah selesai
proses fabrikasi yang dalam pengangkatan
tulangannya akan dibantu oleh tower crane yang akan
mengangkat tulangan kolom tersebut dan akan
mengarahkannya ke titik pemasangan kolom tersebut,
dan mahasiswa juga melakukan pengamatan pada
62

proses pemasangan bekisting kolom yang nantinya


bekisting tersebut akan diangkat oleh tower crane dan
ada operator yang akan memberikan arahan kepada
supir tower crane agar bekisting tersebut dapat masuk
ke tulangan kolom secara perlahan dan hati dan tanpa
membuat gesekan pada tulangan kolom agar
tulangan sengkang pada kolom tidak terlepas.

Gambar 3.11 Proses pemasangan bekisting kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Minggu kesembilan ini untuk keterlibatan


mahasiswa pada pembangunan proyek Gunawangsa
Superblock adalah melakukan pengamatan fabrikasi
kolom mulai dari tahap pemotongan besi yang
menggunakan alat yaitu bar cutter dan proses
pembengkokan besi juga menggunakan alat yaitu bar
63

bender hingga proses perakitan tulangan kolom,


melakukan pengamatan rangkaian tulangan kolom
yang dalam pemasangannya dalam pengangkatan
tulangan menggunakan tower crane, melakukan
pengamatan pemasangan bekisting kolom yang
diangkat dan diturunkan oleh tower crane, hingga
proses pengecoran kolom yang dilakukan pada
malam hari dan sebelum proses pengecoran ini
dilakukan slump test.

Gambar 3.12 Tes slump sebelum dilakukan proses


pengecoran.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

5. Kebutuhan sumber daya


Sumber daya diperlukan guna melaksanakan
pekerjaan–pekerjaan yang merupakan komponen dari
64

proyek konstruksi. Sumber daya di proyek ini


mencakup modal, sarana, peralatan, teknologi, dan
tenaga kerja. Sarana yang akan digunakan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan apartemen
Gunawangsa Superblock Gresik adalah sebagai
berikut:
a) Peralatan
1) Tower Crane
Tower Crane adalah salah satu jenis alat berat
yang akan digunakan untuk membangun
gedung bertingkat dan jembatan. Tower Crane
memiliki fungsi yaitu untuk mengangkut
material atau peralatan yang berat yang
nantinya akan diangkat ke lantai atas yang
sedang melakukan pekerjaan.
65

Gambar 3.13 Tower Crane.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

2) Truck Mixer
Truck mixer merupakan kendaraan truck
yang berbentuk seperti molen yang didalamnya
membawa campuran beton yang siap untuk
dipakai dari pabrik beton ke proyek dengan
kapasitas 4m³ sampai dengan 7m³ beton siap
pakai. Proyek apartemen dan perkantoran
Gunawangsa Superblock Gresik ini
66

menggunakan jasa truck mixer dari PT. Merak


Jaya Beton. PT. Merak Jaya Beton yang akan
menyediakan beton yang siap pakai untuk
membantu pelaksanaan pengecoran pada
proyek apartemen dan perkantoran
Gunawangsa Superblock Gresik.

Gambar 3.14 Truck Mixer.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

3) Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang berfungsi
untuk menggetarkan beton pada saat
pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh
ruangan yang ada dan tidak terdapat rongga
udara diantara beton yang dapat membuat
67

beton keropos. Concrete Vibrator merupakan


alat yang digunakan pada saat waktu
pengecoran dan juga memiliki fungsi sebagai
mengarahkan beton yang telah dituang dan
memadatkan beton dan mengarahkan beton
agar dapat masuk semua ke bawah secara
merata pada saat waktu pengecoran agar hasil
dari beton ini dapat padat, rata dan tidak
berongga. Alat ini digunakan sebagai pemadat
pada saat pengecoran yang sedang berlangsung
baik pada pengecoran kolom, shear wall, pelat
dan balok.

Gambar 3.15 Concrete Vibrator.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

4) Theodolite.
Theodolite merupakan alat yang digunakan
untuk pengukuran sudut-sudut mendatar yang
dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak dinamakan dengan sudut vertikal. Sudut
68

tersebut berperan sebagai penentuan jarak


mendatar dan jarak tegak diantara dua buah
titik lapangan.

Gambar 3.16 Theodolit.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

5) Bar cutter
Bar cutter merupakan alat yang digunakan
pada saat fabrikasi besi. Bar cutter ini memiliki
fungsi untuk memotong besi tulangan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan karena
ukuran dari besi juga udah diperhitungkan. Bar
cutter untuk cara kerjanya yaitu besi tulangan
yang akan dipotong akan ditandai untuk titik
pemotongan sesuai dengan yang telah
ditetapkan setelah itu besi tersebut akan
69

dimasukkan ke dalam gigi Bar cutter tersebut


dan kemudian pedal pengendali dipijak dan
lalu dalam hitungan detik besi tersebut akan
terpotong dengan rapi.

Gambar 3.17 Bar Cutter.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

6) Bar Bender
Bar Bender merupakan alat yang digunakan
pada proses fabrikasi besi tulangan. Bar Bender
ini memiliki fungsi untuk membengkokan besi
tulangan secara cepat dan rapi.
70

Gambar 3.18 Bar Bender.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

7) Pipe Support atau Sapot.


Pipe support merupakan alat kontruksi yang
dapat membantu pada pekerjaan
pembangunan proyek. Pipe support ini
perancah yang memiliki fungsi sebagai
penyangga bekisting balok dan plat yang akan
dipasang besi lalu dilakukan pengecoran dan
Pipe support juga akan menahan bekisting
balok dan plat sampai dengan beton yang telah
71

dicor cukup umur untuk dilepas bekistingnya


dan juga perancah juga yang akan menentukan
elevasi suatu ruangan. Pipe support juga dapat
berfungsi untuk meratakan beban pada setiap
komponen yang didukungnya.

Gambar 3.19 Pipe Support atau Sapot .

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

8) Air Compressor
Air Compressor merupakan alat penghempus
udara bertekanan tinggi yang akan digunakan
untuk membersihkan kotran yang berada di
lokasi yang akan dilakukan pengecoran agar
kotoran tersebut tidak tercampur dengan beton
karena apabila tercampur maka akan
72

mengurangi mutu dari beton. Kotoran yang


dimaksud adalah seperti debu, sampah plastik,
serbuk kayu, dan bekas potongan kawat
bendrat. Alat ini digunakan setelah proses
pembesian selesai dan sebelum melakukan
proses pengecoran. Air Compressor sangat
dibutuhkan agar beton tidak tercampur dengan
kotoran.

Gambar 3.20 Air Compressor.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019).

9) Palu
73

Palu merupakan alat konstruksi yang


biasanya digunakan untuk memberikan
tekanan kepada paku yang akan dipasangi
paku.

10) Roll Meter


Roll meter merupakan alat konstruksi yang
digunakan untuk mengukur panjang. Roll
meter inidi pelaksanaan proyek konstruksi ini
biasanya digunakan dalam slump test, untuk
mengukur dimensi dari balok, jarak sengkang
balok dan kolom dan lain-lain.

11) Tang Catut


74

Tang catut adalah alat yang digunakan pada


saat proses fabrikasi besi. Tang catut biasanya

digunakan untuk memotong kawat bendrat


yang telah terikat dengan rapat di besi
tulangan.

Gambar 3.21 Tang Catut.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

12) Concrete Bucket


Concrete Bucket merupakan tempat untuk
pengangkutan beton dari truck mixer yang
akan diangkat ke tempat pengecoran. Beton
yang telah lolos tes slump dan telah
memenuhi syarat, maka beton dari truck
mixer akan dituangkan kedalam concrete
bucket kemudian pengangkutan akan
75

dilakukan dengan bantuan tower crane. dalam


pengerjaan penuangan beton dibutuhkan satu
orang sebagai operator concrete bucket yang
akan bertugas untuk membuka atau
mengunci agar beton tidak tumpah pada saat
dibawa ke area pengecoran dengan tower
crane.

Gambar 3.22 Concrete Bucket

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

b) Bahan
1. Semen
Semen merupakan bahan baku yang akan
digunakan untuk merekatkan batu, batu bata,
batako dan bahan bangunan lainnya. Semen di
proyek biasanya digunakan untuk merekatkan
bata ringan pada saat proses pembuatan
dinding dan juga semen juga untuk bahan
campuran dari beton ready mix.
76

Gambar 3.23 Semen.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

2. Besi
Besi merupakan bahan yang akan digunakan
untuk membuat tulangan utama dan tulangan
sengkang untuk kolom, balok dan plat. Besi
yang akan digunakan adalah besi ulir dengan
berbagai macam ukuran. Besi yang digunakan
dalam proyek konstruksi ini ada tipe ukuran
yang digunakan adalah D10, D13, D16, D19.

Gambar 3.24 Besi yang digunakan di proyek.


77

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

3. Beton Decking
Beton Decking merupakan beton yang
berbentuk lingkaran kecil yang digunakan
untuk acuan dalam membuat selimut beton.
Beton Decking juga dalam ukurannya
bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan
untuk selimut betonnya.

Gambar 3.25 Beton Decking.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

4. Beton Ready Mix


Beton yang digunakan untuk proyek
konstruksi ini menggunakan mutu fc 50 untuk
pengecoran kolom yang dipasok oleh PT.
Merak Jaya Beton. Bcampuran beton atau mix
beton dihadirkan ke proyek konstruksi
menggunakan truck mixer.
78

Gambar 3.26 Beton ready mix.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

5. Multipleks
Multipleks adalah Multipleks bisa digunakan
berulang sampai 8-10 kali pakai. Multipleks ini
pada umumnya tersedia dalam ketebalan
12mm, 15mm, dan 18mm.
79

Gambar 3.27 Multipleks.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

6. Kawat bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat
dari rangkaian tulangan yang bersilangan agar
tulangan tersebut dapat terikat dengan
kencang.

Gambar 3.28 Kawat Bendrat.


80

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

7. Air
Air merupakan bahan dasar yang sangat
penting dalam konstruksi beton mulai dari
bahan dasar campuran beton sampai dengan
digunakan untuk perawatan beton agar
menjaga tingkat kelembapan dari beton itu
sendiri.

c) Dana
Proyek pembangunan apartemen Gunawangsa
Superblock Gresik merupakan proyek dari PT.
Gunawangsa Putra Perkasa yang dalam
pelaksanaannya akan dikerjakan oleh
PT.Mitralaggen Putra Mandiri Konstruksi. Proyek
konstruksi ini dalam pelaksanaanya
membutuhkan anggaran sebesar ± Rp.
87.300.000.000,-.

d) Tenaga Kerja
Pengaturan atau pengorganisasian dalam
manajemen proyek dapat mencakup pada
pengaturan dan penyediaan tenaga kerja serta
ketetapan penentuan dan pengaturan pembagian
tugas antara orang dan kelompok orang. Pekerjaan
kolom jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
proses fabrikasi 2 orang yang akan memotong besi
tulangan dan tulangan sengkang, 1 orang yang
akan membengkokan tulangan sengkang dan 3
orang yang akan merakit tulangan utama dan
81

tulangan sengkang kolom. Pekerjaan pemasangan


bekisiting kolom dibutuhkan 3 orang yaitu 2 orang
yang akan membantu tower crane untuk
menyesuaikan bekisiting agar dapat masuk ke
tulangan karena bekisiting akan diangkat dan
akan diturunkan secara perlahan menggunakan
tower crane dan 1 orang lagi sebagai operator yang
akan memberikan arahan kepada supir tower crane
agar bekisting dapat terpasang secara baik dan
tidak menimbulkan kerusakan pada saat proses
penurunanya.

e) Sarana Pendukung
1) Direksi Keet
2) Pos Satpam
3) Mushola
4) Mess
5) Toilet
6) Gudang
7) Kantor
8) Kantor K3

C) Kolom

Kolom struktur yang terdapat pada proyek


apartemen dan perkantoran Gunawangsa Superblock Gresik
memiliki dimensi yang bermacam-macam. Kolom yang saya
amati pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kolom
tipe K2 memiliki dimensi 300 x 900 mm yang terletak pada
lantai 2-7 apartemen dan perkantoran Gunawangsa
Superblock Gresik. Letak dari kolom tipe K2 ini dapat dilihat
pada gambar 3.29 yang merupakan gambar detail kolom
proyek. Kolom tipe K2 ini terdapat pada tower A sampai D
82

dan letaknya terdapat pada tepi bangunan apartemen dan


perkantoran Gunawangsa Superblock Gresik.

Gambar 3.29 Gambar detail kolom K2 lantai 2-7.


Sumber: Dokumentasi pribadi (2020)

D) Pembahasan

1. Pekerjaan Persiapan
Hal pertama yang dilakukan adalah pekerjaan
persiapan dengan cara melakukan mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan pada saat pelaksaan
kolom seperti: mempersiapkan besi ulir ukuran D19
yang akan digunakan untuk tulangan utama dan besi
ulir ukuran D10 untuk tulangan sengkang,
mempersiapkan kawat bendrat, tang catut, bar bender,
dan bar cutter yang akan digunakan proses fabrikasi
83

besi kolom dan menyiapkan cetakan/bekisting kolom


untuk proses pengecoran.

Gambar 3.30 Gambar besi yang akan digunakan untuk


proses fabrikasi
Sumber: Dokumentasi pribadi (2020)

Gambar 3.31 Gambar cetakan/bekisting kolom K2


Sumber: Dokumentasi pribadi (2020)
84

2. Pekerjaan fabrikasi kolom


Pekerjaan fabrikasi kolom ini dilakukan dilahan
terbuka yang luas yang ada disebelah proyek
konstruksi. Pekerjaan pembesian kolom ini harus
dilakukan sesuai dengan gambar kerja (shop drawing)
karena gambar tersebut telah direncanakan.
a) Proses Pemotongan besi
Proses pemotongan besi merupakan tahap pertama
yang dilakukan pada proses fabrikasi besi untuk
kolom. Besi tulangan akan dipotong sesuai dengan
ukuran yang diperlukan dan untuk proses
pemotongan besi ini menggunakan bar cutter.
Pemotongan besi caranya yang pertama dengan
memberikan tanda menggunakan kapur pada besi
sebagai tanda untuk titik yang akan dipotong
kemudian besi tersebut akan diletakkan di gigi bar
cutter dan sesuaikan dengan titik yang telah
ditandai menggunakan kapur dan setelah itu besi
siap untuk dipotong. Pemotongan besi ini untuk
memenuhi kebutuhan untuk tulangan utama,
tulangan begel dan tulangan ties. Tulangan begel
dan tulangan ties yang telah selesai dipotong akan
melanjutkan pada proses pembengkokan tulangan
yang untuk penngerjaanya akan menggunakan alat
yaitu bar bender. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.31 dibawah ini yang merupakan alat
pemotong besi yang dapat memotong besi dengan
cepat.
85

Gambar 3.32 Bar cutter (alat pemotong besi).

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

b) Proses Pembengkokan
Proses pembengkokan besi ini dilakukan apabila
tulangan telah melewati proses pemotongan.
Pembengkokan besi ini dilakukan dengan
menggunakan bar bender yang dapat
membengkokan tulangan dengan cepat dan rapi
dan untuk cara kerjanya bar bender akan diatur
untuk sudut pembengkokannya sesuai dengan yang
telah ditetapkan. Setelah itu besi akan ditaruh
diletakkan bar bender dan nyalakan alat tersebut lalu
besi akan dibengkokan dengan bar bender dengan
cepat dan rapi. Tulangan begel dan tulangan ties
yang telah dibengkokan maka akan dirakit dengan
tulangan utama yang sudah ada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.32 dibawah ini
merupakan alat yang digunakan untuk
86

membengkokan tulangan besi dengan cepat dan


rapi.

Gambar 3.33 Bar Bender (alat membengkokan besi).

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

c) Proses Perakitan
Proses perakitan atau pembesian kolom ini
dikerjakan setelah proses pemotongan dan
pembengkokan besi telah selesai dikerjakan.
Perakitan atau pembesian kolom ini akan dikerjakan
oleh 3 pekerja yang akan merangkai tulangan utama
dengan tulangan begel dan tulangan ties yang jarak
antar tulangan begel dan tulangan sengkang telah
ditetapkan. Apabila perakitan kolom telah selesai
dan sesuai dengan gambar yang telah ditetapkan
maka tulangan tersebut telah menjadi rangkaian
tulangan kolom yang akan siap untuk dilakukan
pemasangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.33 dibawah ini merupakan proses
perakitan kolom dilahan terbuka yang ada di lahan
87

sebelah proyek dan kolom yang telah selesai dirakit


dan pada gambar 3.34 tulangan kolom yang telah
selesai dirakit.

Gambar 3.34 proses perakitan tulangan kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

Gambar 3.35 tulangan kolom yang telah selesai


dirakit.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).


88

d) Pemasangan rangkaian tulangan kolom


Pemasangan rangkaian tulangan kolom
penyambungan kolom ini dilakukan dengan overlap
40D yang telah sesuai dengan peraturan (SNI 03-
2847-2002) yang menyebutkan bahwa jarak overlap
minimal 40D. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.35 merupakan overlap dari tulangan
kolom yang telah disiapkan dan siap untuk
disambung dengan rangkaian tulangan kolom yang
baru dan pada gambar 3.36 merupakan overlap
telah sesuai dengan 40D, tulangan utama yang
digunakan D19 dan overlapnya sepanjang 110 cm
sehingga telah sesuai dengan teori.

Gambar 3.36 Overlap pada kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).


89

Gambar 3.37 Panjang overlap kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

e) Proses penyambungan rangkaian tulangan kolom


Rangkaian tulangan kolom yang telah selesai dirakit
maka rangkaian tulangan kolom tersebut akan
diangkat menggunakan tower crane ketitik kolom
tersebut akan dipasang dan supir tower crane dalam
mengarahkan rangkaian tulangan kolom dibantu
oleh 1 orang yang sebagai operator yang akan
memberikan komando kepada supir tower crane
melalui handy talky. Ada 2 pekerja yang akan
memasukkan rangkaian tulangan kolom, Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.37 dan
gambar 3.38 merupakan rangkaian tulangan kolom
yang diangkat oleh tower crane ke titik pemasangan
tulangan kolom dan proses pemasangan rangkaian
kolom.
90

Gambar 3.38 penyambungan rangkaian tulangan


kolom yang diangkat tower crane.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Pada gambar 3.38 rangkaian tulangan kolom


yang telah sampai dititik pemasangan kolom akan
diturunkan secara perlahan sesuai dengan arahan
operator yang memberikan arahan kepada supir
tower crane dan rangkaian kolom akan disesuaikan
oleh 2 pekerja yang akan naik ke tulangan kolom
yang telah ada dan akan menyambungkan antara
rangkaian tulangan kolom yang baru dengan
rangkaian tulangan kolom yang lama sesuai dengan
overlap yang telah ada. Apabila tulangan kolom telah
tersambung sesuai pada overlap tersebut maka
tulangan tersebut akan dikencangkan menggunakan
bendrat agar rangkaian tulangan kolom tersebut
dapat menyatu dengan kuat dan rapat. Apabila
telah selesai proses penyambungan rangkaian
kolom maka pengait tower crane tersebut akan
dilepas dan kolom akan ditutup bekisting untuk
91

langkah selanjutnya agar dapat dilakukan


pengecoran.

Gambar 3.39 proses penyambungan tulangan kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

f) Membuat garis marking


Surveyor akan membuat garis marking
sebagai tempat dimana bekisting kolom akan
diletakkan. Jarak marking antara bekisting kolom
dengan tulangan ini adalah selimut beton yang
mempunyai tebal 3cm. Setelah garis marking telah
dibuat maka lanjut pada proses selanjutnya adalah
pemasangan sepatu kolom. Gambar 3.39
merupakan garis marking yang telah dibuat oleh
surveyor untuk sepatu kolom.
92

Gambar 3.40 garis marking untuk sepatu kolom.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

g) Pembuatan sepatu kolom.


Sepatu kolom ini memiliki fungsi sebagai
acuan tempat berhentinya bekisting. Sepatu kolom
ini untuk membuat selimut beton agar tulangan
kolom tidak timbul pada saat telah dicetak. Sepatu
kolom ini berupa besi tulangan yang telah
dibengkokan dan setelah itu dipasang dan
disambungkan dengan cara pengelasan. Gambar
3.40 merupakan sepatu kolom yang telah selesai
disambungkan.
93

Gambar 3.41 sepatu kolom yang telah disambung.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

3. Pekerjaan bekisting kolom


Setelah rangkaian tulangan kolom terpasang langkah
selanjutnya adalah menyiapkan bekisting kolom yang
akan digunakan untuk menutup rangkaian tulangan
kolom yang telah terpasang dan siap untuk dilakukan
pengecoran. Beberapa tahapan pekerjaan bekisting
kolom sebagai berikut:
a) Menyiapkan bekisting kolom yang akan digunakan.
94

Gambar 3.42 Bekisting kolom yang akan digunakan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

b) Membersihkan bekisting kolom dari debu dan


kotoran dari bekas pengecoran kolom yang
sebelumnya.

c) Bekisting akan diangkat menggunakan tower crane


ke titik rangkaian kolom yang akan dilakukan
pengecoran dan pada proses pemindahan dan
proses penurunan bekisting ke rangkaian kolom
dibantu oleh seorang operator yang akan
memberikan arahan menggunakan handy talky
95

kepada supir tower crane dalam menurunkan


bekisting tersebut secara perlahan-lahan agar tidak
terjadi gesekan antara tulangan dengan bekisting. 2
pekerja juga membantu supir crane dalam
memasukkan bekisting ke dalam rangkaian
tulangan kolom tersebut, 2 pekerja itu akan naik ke
atas rangkaian tulangan kolom tersebut dengan
menggunakan alat pelindung diri safety belt atau
nama di proyek sabuk. Gambar 3.42 ini proses
penurunan bekisting kolom yang dibantu oleh 2
orang pekerja dan 1 operator.

Gambar 3.43 proses pemasukkan bekisting kolom.


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).
96

d) Tie rod dipasang untuk mengikat mal dan kemudian


dikuatkan dengan wing nut pada bekisting yang
telah dipasang sehingga pada saat proses
pengecoran tidak terjadi kebocoran.

e) Kemudian push pull dikaitkan dengan steak yang


telah dipasang sebelumnya dilantai. Push pull
digunakan untuk mengatur ketegakan bagian atas
bekisting sekaligus menjadi penyokong bekisting.
Gambar 3.43 merupakan push pull yang telah
terpasang dibekisting.

Gambar 3.44 push pull yang telah terpasang.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).


97

f) Pengecekan vertikal bekisting kolom menggunakan


media kayu yang diberi tali dan pemberat pada
ujung tali tersebut. Pertama kayu tersebut telah
diikat oleh tali dan setelah itu tali tersebut akan
dipasang dibagian atas bekisting dan yang pada
dibagian bawah tali terdapat pemberat. Setelah itu
diukur antara panjang dari bekisting ke tali apabila
hasil pengukuran bagian atas bekisting dan bawah
bekisting sama maka bekisting telah berdiri dengan
tegak apabila belum sesuai maka push pull akan
diputar untuk menyesuaikan dengan bekisting
bagian bawah. Gambar 3.44 merupakan proses
pengecekan vertikal pada bekisting.

Gambar 3.45 pengecekan vertikal bekisting.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).


98

g) Memasang kayu kaso pada setiap ujung atas


bekisting kolom untuk menjaga jarak antara
tulangan kolom dan bekisting.

4. Pengecoran kolom
Pelaksanaan pengecoran kolom dilakukan apabila
proses bekisting kolom telah selesai. Beton yang
digunakan untuk pengecoran kolom ini memakai K400
dan pengecoran ini menggunakan beton ready mix.
Berikut adalah langkah-langkah melakukan
pengecoran kolom sebagai berikut:

a) Menyiapkan alat pendukung dilapangan untuk


pelaksanaan pengecoran yaitu vibrator, bucket, pipa
tremie, air compressor, dan lampu penerangan karena
pengecoran dilakukan pada saat malam hari.

b) Sebelum beton dimasukkan ke bucket, dilakukan


pengambilan benda uji beton untuk dilakukan tes
slump dari truck mixer. Toleransi dari tes slump yaitu
(12-2) dan (12+2) apabila beton tidak memenuhi dari
toleransi tes slump ini maka dilakukan tes slump
kembali sampai 3 kali apabila tidak memenuhi maka
beton akan ditolak. Pengecekan tes slump ini
dilakukan pada semua setiap truck mixer yang
datang. Gambar 3.46 merupakan tes slump benda uji
sebelum beton tersebut dituang ke bucket.
99

Gambar 3.46 pengecekan tes slump sebelum beton


dituang ke bucket.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

c) Beton yang telah lolos tes slump maka akan dituang


ke bucket dan bucket akan diisi penuh dengan beton
dari truck mixer. Setelah penuh bucket akan diangkat
menggunakan tower crane dan pada proses ini
terdapat 2 operator yang akan memberikan arahan
kepada supir tower crane masing-masing terdapat di
titik pengecoran dan titik penuangan beton dari
truck mixer ke bucket. Setelah bucket sampai dititik
100

pengecoran maka terdapat 1 orang yang akan naik


ke bucket sebagai operator yang bertugas untuk
membuka atau mengunci untuk mengatur beton
tersebut kapan akan dikeluarkan. 2 orang pekerja
juga akan naik keatas bekisting dengan membawa
vibrator untuk meratakan beton tersebut. Gambar
3.47 merupakan penuangan beton dari truck mixer ke
bucket.

Gambar 3.47 penuangan beton ke bucket.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

d) Apabila beton telah siap dituang ke dalam bekisting


maka operator bucket akan membuka kunci bucket
dan setelah itu beton akan tertuang kedalam
bekisting dengan sendirinya dan dibantu oleh 2
orang pekerja yang akan meratakan dan
memadatkan beton tersebut dengan vibrator beton
101

tersebut dapat tercampur dengan merata. Gambar


3.48 merupakan proses pengecoran kolom yang ada
pada tower B. Proses pengecoran ini dilakukan
secara terus menurus dengan berulang-ulang hingga
beton telah terpenuhi dalam setiap cetakan kolom
yang ada di Tower B.

Gambar 3.48 penuangan beton ke dalam bekisting.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).

5. Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting pada kolom pada proyek
apartemen dan perkantoran Gunawangsa Superblock
Gresik dilakukan 12 jam setelah proses pengecoran.
Beton kolom ini tidak langsung menerima beban besar
sehingga pembongkaran bekistingnya lebih cepat
dibandingkan pembongkaran pada balok dan pelat
102

lantai. Berikut adalah langkah-langkah kerja


pembongkaran bekisting:
a) Hal pertama yang dilakukan adalah mengendorkan
wing nut, push pull dan kickers brace .
b) Setelah itu melepas wing nut dan tie rod.
c) Melepas push pull dan kickers brace pada wedge head
piece.
d) Langkah selanjutnya adalah melepas push pull dan
kickers brace dari base plate secara bersamaan
bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari
permukaan beton.
e) Kemudian bekisting kolom akan diangkat dan lalu
dipindahkan menggunakan tower crane untuk
dilakukan pembersihan dan pengolesan dengan oli.

6. Perawatan beton
Perawatan beton kolom pada proyek apartemen dan
perkantoran Gunawangsa Superblock Gresik ini
dilaksanakan hanya 1 kali saja dengan menyiramkan
air. Perawatan beton ini dilakukan untuk menjaga
tingkat kelembapan pada beton kolom.

E) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian
sasaran tujuan proyek. PT. PP Persero Tbk dalam pelaksanaan
pada proyek pembangunan apartemen Gunawangsa
Superblock Gresik sudah baik dalam penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3),adapun kebijakan dari pihak
kontraktor adalah para pekerja dan para staff yang akan
memasuki area proyek wajib menggunakan Alat Pelindung
103

Diri (APD) pada proyek pembangunan apartemen


Gunawangsa Superblock Gresik seperti agar para pekerja dan
staff terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan dan
menanggulangi kecelakaan kerja pada proyek pembangunan
tersebut. Gambar 3.49 merupakan pekerja yang telah
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti
helm proyek,rompi,dan sepatu safety.

Gambar 3.49 Pekerja yang menggunakan Alat


Pelindung Diri (APD) lengkap.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020).


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada
konstruksi kolom pada proyek pembangunan apartemen
Gunawangsa Gresik dan ternyata mendapatkan hasil
yang cukup baik karena pelaksanaan proyek sudah
memenuhi standar yang sesuai dengan gambar kerja.
Dari pengamatan pelaksanaan pembangunan
apartemen Gunawangsa Gresik ini yang telah kami
lakukan selama 2 bulan di lapangan/di proyek, dapat
kami tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahapan–tahapan pekerjaan konstruksi kolom di
lapangan dimulai dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan tulangan, pekerjaan bekisting, pekerjaan
pengecoran sampai dengan perawatan beton kolom.
2. Selama pekerjaan berlangsung, proyek
menggunakan peralatan dan alat-alat berat yang
telah digunakan sesuai fungsinya khususnya untuk
pekerjaan kolom.
3. Membaca gambar kerja dan melakukan pengecekan
tulangan saat checklist agar sesuai dengan gambar
kerja khususnya pada tulangan kolom sebelum
melakukan proses pengecoran.
Demikian kesimpulan yang dapat kami tarik
berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan
selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
selama 2 bulan di lapangan pada proyek pembangunan
apartemen Gunawangsa Gresik.
105

B. Saran
Saran-saran yang dapat saya sampaikan berdasarkan
hasil pengamatan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL)
yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum pengecoran kolom harus diadakan
pengecekan terhadap tulangan kolom, pembersihan
area agar kotoran tidak mengurangi kekuatan mutu
beton dan melakukan tes slump pada beton yang
akan dituang ke bekisting kolom.
2. Seharusnya untuk perawatan beton pada kolom
dilaksanakan minimal 3 hari untuk beton mutu
tinggi sesuai dengan SNI 2847-2013 Pasal 5.11.2
untuk menjaga tingkat kelembapan pada beton,
3. Dalam melakukan pekerjaan konstruksi seharusnya
pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD)
harus sangat diperhatikan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja saat pekerjaan konstruksi
berlangsung.
106

DAFTAR PUSTAKA

Diputra, I. G. A. (2009). Sistem Penilain Kinerja Konsultan


Perencana Dalam Menangani Proyek Perencanaan
Bangunan Gedung. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 13(2),
149–160.
Ismael, I. (2013). KETERLAMBATAN PROYEK
KONSTRUKSI GEDUNG FAKTOR PENYEBAB
DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA Oleh.
Jurnal Momentum, 14(1), 46–56.
Mohamad Sobirin. (2016). Kinerja Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung Dipengaruhi Oleh Beberapa Faktor
Seperti Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alat dan
Sumber Daya Material. Jurnal Sains Dan Teknologi
Utama, XI(2), 117–132.
Nata, H., Mangare, J. B., & Walangitan, D. R. O. (2016).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Kontraktor
Pada Proyek Konstruksi. Jurnal Sipil Statik, 4(6), 383–
390.
Recky Pasila, Sumajouw, M. D. J., & Pandeleke, R. E.
(2016). Kajian Kapasitas Perkuatan Kolom Beton
Bertulang Dengan Tambahan Dengan Metode Concrete
Jacketing. Jurnal Tekno, 14(65), 29–36.
Tuelah, J. D. P., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. . (2014).
PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN
KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN
PROYEK PEMBANGUNAN (Studi Kasus : THE
LAGOON TAMAN SARI). Jurnal Tekno Sipil,
12(61), 47–54.
Wonlele, T., Dewi, S. M., & Nurlina, S. (2013). Penerapan
107

Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka


Batang Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa Sipil, 7(1), 1–
12.
Zainullah, A., Suharyanto, A., & Budio, S. P. (2012).
Pengaruh upah, kemampuan dan pengalaman kerja
terhadap kinerja pekerja pelaksanaan bekisting pada
pekerjaan beton. Jurnal Rekayasa Sipil, 6(2), 125–133.

Anda mungkin juga menyukai