Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

2.1. Pekerjaan Umum


2.1.1. Definisi Proyek
Proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia,
yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu
serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan,
Dipohusodo (1995). Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan
untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-
aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek
juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan
cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumberdaya yang terbatas. Sehingga
pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil
dalam bentuk bangunan infrastruktur (Azharuddin, 2008).
Pengawasan dalam manajemen konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu. Pengawasan dalam manajemen konstruksi memiliki beberapa
fungsi antara lain:
Sebagai pengawasan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
a. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan dan mengatasi kendala-
kendala pada waktu pelaksanaan.
b. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
c. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
d. Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dan
mengatur pelaksanaan pekerjaan pembangunan sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification).
e. Sebagai pengawasan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
f. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan dan mengatasi kendala-
kendala pada waktu pelaksanaan.
g. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
h. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dan
mengatur pelaksanaan pekerjaan pembangunan sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification).
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Mutu bangunan (Quality Control)
2. Biaya yang digunakan (Cost Control)
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan (Time Control)
2.1.2. Lokasi Proyek
Desa Lengkong Cepang, Kec. Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai.
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gambar 2.2. Lokasi Proyek


2.1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi setiap pembangunan suatu proyek biasanya melibatkan
beberapa pihak dimana pihak yang satu dengan yang lainnya sangat erat
hubungannya dan harus dapat bekerja sama, sehingga nantinya tujuan dan hasil
yang hendak dicapai akan dapat terealisasi. Organisasi proyek menunjukan pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proyek dengan wewenang dan tanggung jawab
sesuai kontrak yang disetujui bersama pihak-pihak yang terlibat dalam struktur
organisasi.
Organisasi proyek menunjukan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proyek dengan wewenang dan tanggung jawab sesuai kontrak yang disetujui
bersama pihak-pihak yang terlibat dalam struktur organisasi.
2.1.4. Struktur Organisasi Proyek PT Unggul Bangun Harmonis

2.1.5. Tugas dan Wewenang Organisasi Proyek


1. Struktur Organisasi Lapangan
Struktur organisasi lapangan merupakan struktur organisasi proyek yang
menunjukan orang-orang yang terlibat dalam teknis pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Bentuk struktur organisasi ini merupakan tugas kontraktor dengan
mementingkan ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Kelancaran proyek
ditentukan oleh unsur-unsur yang menangani pelaksanaanya.
Struktur organisasi lapangan untuk proyek yang satu dengan yang lain
berbeda-beda tergantung:
a. Lingkup dan besarnya proyek.
b. Potensi pekerjaan.
c. Anggota staf yang tersedia.
Prinsip-prinsip berikut yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
organisasi di lapangan:
a. Jalur instruksi harus langsung dan sejelas mungkin.
b. Masing-masing staf harus memiliki uraian pekerjaan secara jelas dan
terperinci.
c. Masing-masing individu dibekali dengan wewenang untuk mengambil
keputusan sesuai dengan jabatannya.
2. Tugas dan Wewenang
Organisasi proyek merupakan suatu organisasi yang terdiri dari beberapa
unsur, yang masing-masing mempunyai hubungan kerja yang sangat erat.
Organisasi proyek dimaksud sengaja dibentuk untuk saling menunjang dan saling
mendukung dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Tugas dan wewenang organisasi proyek adalah sebagai berikut:
1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek adalah orang atau badan baik instansi pemerintahan
maupun swasta yang mempunyai keinginan untuk memiliki bangunan. Pemilik
proyek merupakan pemegang anggaran yang mempunyai kesanggupan
menyediakan dana yang cukup untuk merealisasikan suatu proyek. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka pemilik proyek akan menunjuk perencana dan
kontraktor yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Adapun syarat-syarat pemilik proyek antara lain sebagai berikut:
a. Untuk perorangan harus memiliki dana atau anggaran biaya yang diperlukan
dan lokasi lahan bangunan yang diinginkan.
b. Untuk swasta harus mempunyai pengangkatan tanah dan bangunan untuk
instansi dinas pemerintahan melalui departemen harus memiliki surat.
c. Keputusan otoritas yaitu pejabat yang menerima SKP dan tanah bangunan.
SKP (Sisa Kemampuan Paket) adalah sisa pekerjaan yang dapat
dikerjakan oleh penyedia pekerjaan konstruksi dalam waktu yang bersamaan
(dalam kurun waktu 5 tahun terakhir). Persyaratan SKP hanya berlaku untuk
pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya. Satu penyedia barang jasa tidak
boleh mengerjakan paket secara bersamaan melebihi dari kemampuan paket yang
sudah ditentukan dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010. Kemampuan paket
dibedakan untuk usaha kecil atau non kecil. Untuk usaha kecil kemampuan
paketnya dibatasi sampai dengan 5 paket pengadaan barang jasa. Sehingga SKP
dapat didefinisikan sebagai jumlah paket yang boleh dimenangkan oleh suatu
penyedia barang/jasa setelah dihitung dari Kemampuan Paketnya (KP) dikurangi
jumlah pekerjaan yang sedang dikerjakannya, Krisna Dwi Kusuma (2016).
2. Pemimpin Proyek
Pemilik proyek membentuk penanggung jawab pelaksana pembangunan
yaitu pemimpin proyek yang bertindak sebagai pemberi tugas.
Tugas dan kewajiban serta wewenang pemimpin antara lain:
a. Mengenai keputusan terakhir yang mengenai proyek tersebut.
b. Menandatangani semua surat perintah kerja dan syarat perjanjian pelaksanaan
pekerjaan dengan pihak kontraktor pelaksana.
c. Mengeluarkan semua instruksi kepada pihak pengawas dan kontraktor
pelaksana.
d. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan maupun perpanjangan yang
diajukan oleh pihak kontraktor pelaksana.
e. Mengadakan pelelangan.
f. Mengusulkan calon kontraktor pemenang kepada pemilik proyek.
g. Mengadakan perjanjian kontrak dengan kontraktor.
h. Menetapkan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
i. Menetapkan pekerjaan tambah atau kurang akibat perubahan desain atau sebab
lain.
3. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu tim ahli yang menerima pekerjaan
perencanaan dari pemilik proyek. Tim ini meliputi ahli dari berbagai disiplin ilmu
seperti teknik sipil, arsitektur, listrik, geologi dan lain sebagainya. Perencana
bertanggung jawab atas hasil hitungan perencanaan yang dikerjakannya.
Konsultan perencana berfungsi membantu pemimpin proyek untuk melaksanakan
pengadaan dokumen perencanaan, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan dan
memberi penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan serta terhadap persoalan
perencanaan yang timbul selama konstruksi.
Tugas dan kewajiban serta wewenang tim perencana adalah sebagai
berikut:
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek
(bisa pihak swasta maupun pemerintah).
b. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada
konsultan pengawas, konsultan pengawas ini sendiri adalah orang/instansi yang
menjadi wakil pemilik proyek dilapangan.
c. Membuat gambar kerja pelaksanaan.membuat rencana kerja dan syarat-syarat
pelaksanaan banguan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
d. Membuat Rencana Anggaran Biaya dalam suatu proyek (RAB).
e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek ke dalam
desain banguan.melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan.
f. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.
g. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana bangunan
yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
4. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang pengawasan
pekerjaan konstruksi. Selain itu konsultan pengawas berfungsi membantu
pimpinan proyek untuk melaksanakan pengawasan terhadap konstruksi yang
dilaksanakan oleh kontraktor, agar tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan
yang bisa berakibat fatal terhadap proyek yang dibangun.
Pada dasarnya, konsultan pengawas mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut:
a. Mengadakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan.
b. Berwenang untuk menolak pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan
perencanaan.
5. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan usaha atau pengusaha yang telah lulus
prakualifikasi dari pemerintahan setempat dan sanggup menaati peraturan yang
telah dibuat oleh pemilik proyek serta mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan proyek tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kesuksesan suatu proyek sangat ditentukan dan sangat tergantung dari
pelaksana pekerjaan yang dituntut bekerja secara profesional.
Adapun syarat-syarat kontraktor adalah sebagai berikut:
a. Pemilik modal yang memadai.
b. Memiliki tenaga ahli yang cukup.
c. Memiliki peralatan kerja.
d. Memiliki kantor dan ruang kerja.
e. Memiliki riwayat hidup yang baik.
Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab kontraktor adalah:
1. Sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak, kontraktor harus melaksanakan,
menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian dan
ketelitian.
2. Kontraktor harus mengarahkan semua keperluan tenaga kerja, bahan dan lain-
lain dimana hal tersebut memenuhi persyaratan yang telah tercantum di dalam
dokumen kontrak, maupun persyaratan yang wajar dan perlu untuk
disimpulkan dalam dokumen kontrak.
6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja ini statusnya tetap yaitu bekerja sampai pekerjaan proyek
selesai. Tenaga kerja ini umumnya terdiri dari tenaga ahli yang memegang
peranan dalam mewujudkan keberhasilan suatu proyek antara lain:
a. Manajer proyek (project manager)
Manajer proyek mempunyai tugas antara lain mengatur jalannya proyek,
memberi pengarahan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan kepada pengawas lapangan atau mandor, serta membuat laporan
mengenai kemajuan atau hambatan pelaksanaan proyek.
b. Manajer Lapangan (site manager)
Manajer lapangan adalah seorang yang ditunjuk pihak kontraktor yang
bertugas mewakili pihak kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan proyek, dimana
tugasnya adalah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
proyek di lapangan.
7. Logistik Proyek
Logistik proyek mempunyai tugas sebagai penghubung pihak proyek pada
suplier-suplier bahan, memperhitungkan keperluan bahan-bahan bangunan dan
mencatat setiap pemasukan dan pemakaian bahan, serta mengawasi keadaan mutu
bahan yang digunakan. Membuat suatu laporan manajerial tentang penggunaan
peralatan, pemakaian dan persediaan bahan di proyek.
8. Mandor
Mandor sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan pekerjaan proyek
yang dalam istilah manajemen konstruksi selalu berada dan memiliki efisiensi
kerja yang cukup besar, namun keberadaan seorang mandor adalah perlu. Karena
efisiensi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu sistem yang saling
berkaitan. Mandor adalah komponen yang tidak bisa dianggap ringan dalam suatu
proyek, efisiensi mandor sangat diperlukan sebagai pengawas langsung bagi
pekerja-pekerja yang melakukan pekerjaan supaya terarah dan menggunakan
waktu dengan seefisien mungkin, biasanya yang menjadi mandor adalah orang
yang dihormati oleh pelaksana pekerjaan. Mandor bertugas mengawasi dan
mengkoordinasi serta memberikan upah kepada pekerja-pekerja yang posisi
mereka berada dibawahnya.
9. Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana pekerjaan adalah tenaga kerja yang bertugas melaksanakan
pekerjaan fisik bangunan di lapangan sehingga bisa terwujud baik pekerja yang
memiliki keahlian (tukang), maupun tidak memiliki keahlian seperti buruh harian
kasar semua adalah unsur pekerja fisik bangunan yang secara langsung
menjadikan sebuah bangunan (tinta pena, 1995).
2.1.6. Sistem Pengupahan
Suatu upah tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah per jam-orang, rupiah
per minggu-orang dan lain-lain. Dikelompokan menjadi bermacam-macam
golongan seperti pengalaman, keterampilan, latihan, pendidikan dan lain-lain.
Besarnya upah bervariasi tergantung kecuali pada hal-hal yang telah disebutkan di
atas, juga pada letak geografis, waktu dan faktor-faktor lain misalnya kerja lembur
dan hari-hari besar. Dikenal bermacam cara untuk memperkirakan besar biaya
upah buruh diantaranya adalah:
1. Memakai petunjuk dan data-data dari buku manual (handbook). Untuk ini
diperlukan perincian macam-macam pekerjaan yang spesifik akan dilakukan.
2. Metode man-loading yaitu suatu cara memperkirakan besar biaya tenaga kerja
untuk merampungkan suatu kegiatan tertentu yang didasarkan atas pengkajian
yang sistematis dari lingkup kegiatan, peralatan yang akan dipakai dan lokasi
kegiatan yang akan dikerjakan. Kemudian diperkirakan jumlah dan
susunan/campuran (man power mix) yang diperlukan dan dikalikan dengan
satuan biaya yang bersangkutan.
3. Biaya transport tenaga kerja, material dan peralatan, biaya latihan (training),
biaya komputer dan reproduksi.
4. Biaya administrasi dan overhead. Ini diantaranya meliputi pengeluaran untuk
administrasi, pajak perusahan, uang jaminan (warranty) membayar lisensi,
membayar asuransi, menyewa kantor dan biaya penggunaan tenaga listrik dan
air.
2.1.7. Proses pengawasan
Banyaknya faktor kesalahan yang muncul dan hasil pekerjaan yang tidak
sesuai, sering diakibatkan oleh kelalaian manusia baik dari para pekerja tukang,
pengawas, dan pihak-pihak lainnya yang ikut terlibat. Pengawasan dalam bidang
teknis ini menyangkut masalah mutu pekerjaan.

2.1.8. Maksud, Tujuan, dan Fungsi pengawasan


1. Maksud Pengawasan
Yaitu untuk memperhatikan kualitas hasil pelaksanaan pekerjaan kolom
yang baik, maka salah satu yang harus diperhatikan adalah pengawasan mutu
bahan yang akan dipakai. Pengawasan dilakukan pada saat bahan yang akan
dipakai pada proses pekerjaan.
2. Tujuan Pengawasan
Konsep utama yang menjadi perhatian pengawasan adalah memperhatikan
proses pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dimulai dengan mengamati mutu,
bahan/material sejak dari lokasi sumber yang dilakukan oleh pekerja proyek.
Tujuan pengawasan yang dilakukan yaitu mengawasi atau mengamati
pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan agar dapat dijadikan ilmu
tambahan’
3. Fungsi Pengawasan
Secara umum fungsi pengawasan adalah memastikan bahwa semua yang
dijalankan telah sesuai dengan acuan yang sudah direncanakan. Fungsi
manajemen pengawasan juga disebut dengan fungsi pengendalian atau
controlling.
2.2. Pekerjaan khusus
a. Pekerjaan Balok
Balok (beam) merupakan elemen struktur yang berfungsi mentransmisikan
beban dari plat menuju kolom. Pada umumnya balok dicor secara monolit dengan
kolom dan plat lantai. Balok memiliki karakteristik penulangan pada satu sisi saja,
khususnya untuk tahanan terhadap lentur.
Balok umumnya ada dua tipe, balok T dan balok L. Bekisting dari balok
sendiri akan menerima gaya vertikal dan horizontal dari berat beton, gaya angina,
beban konstruksi dan beban kejut. Dalam pelaksanaannya ada tiga tahapan yang
harus diperhatikan yaitu stability, strength, dan serviceability. Hal yang harus
dihindari dalam pemasangan bekisting yaitu terciptanya eksentrisitas akibat lebar
bekisting balok yang lebih lebar dari support dan tidak tersupport dengan benar
daerah sisi dinding.

2.2.1. Jenis-jenis Balok


a. Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang
oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban. Dalam pemilihan balok
kayu, faktor berikut harus dipertimbangkan: jenis kayu, kualitas structural,
modulus elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan geser yang diizinkan dan
defleksi minimal yang diizinkan untuk penggunaan tertentu. Sebagai tambahan,
perhatikan kondisi pembebanan yang akurat dan jenis koneksi yang digunakan.
b. Balok Baja
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun
rangka bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu lantai sampai gedung
pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi (onsite) maka
biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi desain.
Hasilnya berupa konstruksi rangka structural yang relatif cepat dan akurat. Baja
structural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak
terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastis karena api,
pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan
api. Pengecoran balok dan pelat sering dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Di cor sekaligus menjadi satu kesamaan struktur.
2. Kombinasi cor di tempat (balok) dan forecast Tahapan pelaksanaan untuk
pekerjaan balok dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pemasangan bekisting,
pembesian, dan pengecoran
Tahapan pelaksanaan untuk pekerjaan balok dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
pemasangan bekisting, pembesian, dan pengecoran.
1. Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan balok, urutan pemasangan bekisting kayu balok ukuran
5/7 dan papan 2x20 cm, penempatan balok sesuai gambar rencana dan dilakukan
pengukuran pada setiap posisi bekisting balok, selanjutnya melakukan pekerjaan
bekisting dan penulangan balok.
2. Pekerjaan Bekisting
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri yang
baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang ada.
Sementara dibawah ada kolom, tiang dari balok dan bambu, dan pasangan bata
yang menyangga (scaffolding) guna memperkuat dudukan balok yang akan dicor.
Tujuan pemasangan bekisting balok adalah untuk mengetahui penting pembuatan
cetakan yang baik,rata, kuat, siku,dan lurus, karena apabila bekisting tidak siku
maka beton yang dihasilkan akan berubah bentuknya.
a. Syarat-syarat pembuatan bekisting
Pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar konstruksinya
sesuai dengan yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting menurut Arief
Sabarrudin dalam bukunya membagun rumah sederhana tahan gempa antara lain:
1) Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku, awet,dan diberi
rangka secukupnya untuk mencegah melengkungnya maupun terpelintirnya
papan pengaruh dari sinar atau hujan.
2) Bekisting dan penyokongnnya atau rangka harus kuat menahan beban bekisting
itu sendiri, beban orang, peralatan dan bahan-bahan lain yang digunakan.
3) Sambungan antara bagian membentuk bekisting harus cukup rapat agar adukan
titik keluar dari bekisting yang dapat menyebabkan pemborosan akibat dari
terbuangnya adukan beton dari bekisting yang mengalami kebocoran.
Kebocoran dapat menimbulkan cacat pada beton itu sendiri.
b. Proses Pembuatan Bekisting
Pada pekerjaan bekisting balok dalam proyek ini menggunakan multiplek tebal
0,9 cm dan penyangga rangka balok menggunakan kayu berukuran 5/7.
Adapun langkah-langkah pembuatan balok adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan bahan dan alat
Alat yang disiapkan antara lain palu, pensil, meteran dan gergaji.
Sedangkan bahannya adalah multiplek dengan tebal 0,9 cm, papan 2 cm, kayu
balok atau kaso, paku dan besi penahan bekisting.
1. Memotong multiplek dan balok kayu serta besi sesuai dengan ukuran yang
ditentukan
2. Merangkai bekisting balok yang sudah dipasang sebelumnya
3. Multiplex disambung dengan cara dipaku atau diikat pada balok-balok atau
besi dukung yang telah disiapkan sebelumnya
4. Mengecek kembali kekuatan bekisting yang telah dipasang.
b) Pemasangan Bekisting
Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada saat pemasangan bekisting
antara lain:
1. Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang membentuk ukuran dan
batas-batas sesuai dengan gambar rencana.
2. Bekisting harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat mencegah kebocoran
adukan.
3. Bekesting harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang tetap.
4. Bekesting dalam keadaan lembab atau harus dibasahkan terlebih dahulu
sebelum pengecoran dikerjakan agar air semen tidak meresap pada waktu
pengecoran.
5. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku, sehingga setelah dibongkar akan
memberikan bidang yang rata dan hanya sedikit memerlukan penghalusan serta
celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada waktu pengecoran
tidak ada air pengecoran yang keluar.
6. Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian konstruksi dengan sistem
bekisting telah mencapai umur sesuai dengan beban yang diterima oleh
konstruksi tersebut. Apabila beban besar, sebaiknya dibuka setelah beton
mencapai umur 28 hari. Apabila pada saat pembongkaran terjadi cacat, maka
harus diperbaiki dengan melapisinya dengan campuran beton yang sama
dengan yang telah ada.
Pemasangan bekisting balok akan dilaksanakan bersamaan dengan pemasangan
bekisting plat lantai, tapi dikerjakan sesuai fungsi masing-masing. Pekerjaan
pertama yang dilakukan untuk membuat bekisting balok adalah pemasangan
gelegar akan mengikuti benang yang telah diukur sesuai permukaan balok.
3. Pekerjaan Pembesian
a. Perakitan tulangan
Untuk pekerjaan balok pada proyek Pembangunan Puskesmas Lengkong
Cepang perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan balok dapat
berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan:
1. Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran balok.
2. Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan balok, dengan memperhitungkan
bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada balok tersebut.
3. Merakit satu per satu bentuk dari tulangan balok dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak mudah terlepas.
b. Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan balok maka untuk pemasangan tulangan
dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk balok tersebut tidak terlalu
berat dan ketinggian dari atas permukaan tanah tidak terlalu tinggi.
Pada penulangan balok dilakukan secara bersamaan dengan penulangan
balok, karena pada pekerjaan penulangan balok satu kesatuan dengan pekerjaan
penulangan plat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
1. Hasil rakitan tulangan dipasang diatas pasangan dinding bata merah dan pada
bekisting yang telah disediakan secara horizontal dari permukaan tanah dengan
bantuan waterpass.
2. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan papan
bekisting, jarak antara tulangan dengan papan bekisting 20 mm, yaitu dengan
menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali di setiap ujung sisi/tepi
tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan bekisting untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak
kelihatan dan tidak menjadi karat.
3. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Dengan berdasarkan pada daftar bengkok dan potong, kita potong tulangan
yang dilanjutkan dengan pembengkokan, setelah itu kita memotong dan
membengkokkan tulangan kita rakit antara tulangan pokok dengan bendrat
sebagai pengikat. Setelah tulangan dirangkai kita pasang tulangan balok pada
posisinya dengan menggunakan alat bantu gunting-gunting guna mendapatkan
ketegakan sesuai dengan yang direncanakan.
4. Pengecoran balok
Pengecoran balok dilakukan setelah selesai melakukan pemeriksaan secara
cermat terhadap keadaan dan posisi balok, peletakan penulangan mesin
mendorong bahan adukan dari truk mixer ke dalam dan dilaksanakan secara
bertahap, setingkat demi setingkat setinggi bekisting kolom. Selama pengecoran,
bekisting balok diakibatkan bahan pengisi tidak masuk secara menyeluruh
sehingga bisa mengakibatkan pengeroposan pada balok. Pelaksanaan pengecoran
beton dan pelat dilakukan setelah pemasangan bekisting dan tulangan selesai,
dalam hal ini pelaksanaan pengecoran dilakukan serentak untuk semua balok dan
pelat pada ketinggian tertentu sehingga akan mempercepat waktu, dimana
pengecoran dimulai dari balok dan pelat dan dilanjut ke berikutnya.
Penuangan spesi beton ke balok beton dengan menggunakan gerobak
sorong dan ember atau kaleng dan dalam pelaksanaan ini dilaksanakan secara
manual.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat-alat pendukung di lapangan seperti kaleng, persiapan tangga
darurat untuk mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur
beton, lampu penerangan jika pengecoran dilakukan malam hari.
2. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut dilakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixer.
3. Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran, panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kokoh menahan beban.
4. Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting.
5. Setelah hal-hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
6. Menuangkan spesi beton ke dalam bekisting balok dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton.
7. Bekisting balok dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai 21
hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hati untuk
menghindari terjadi patah pada balok.
Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran kita harus mempersiapkan alat,
bahan, pemeriksaan kondisi bekisting dan tenaga kerja:
1. Alat:
a. Sekop
b. Strika beton/cetok
c. Besi ukur tebal beton
d. Ember
e. Molen
f. Besi pemadat beton
g. Gerobak sorong
h. Tangga darurat
i. Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan campuran beton
j. Papan dan Multiplek untuk jalur gerobak dorong
2. Bahan pengecoran plat:
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
3. Pemeriksaan bekisting:
a. Pemeriksaan pada setiap sudut bekisting
b. Pemeriksaan permukaan bekisting
c. Pemeriksaan kondisi besi balok (jika berdebu di sirami air)
d. Pemeriksaan sambungan bekisting
4. Tenaga Kerja:
Tukang cor yang terampil karena pekerjaan pengecoran membutuhkan
kecepatan dan keterampilan yang baik. Setelah semua sudah siap, pimpinan kerja
akan memberi komando kepada pekerja untuk melakukan pekerjaan campuran
beton pada bangunan tersebut (menggunakan molen secara manual) untuk
memulai.

2.2.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton (tiang
beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom
berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan penerus beban dari atas
menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi. Kolom berfungsi sangat
penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari
atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.Seluruh
beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan
komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat
mendadak.
Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus diperhitungkan
secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi dari pada untuk
komponen struktur lainnya. Dak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil.
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga,
yaitu Kolom ikat (tie column). Kolom spiral (spiral column). Kolom komposit
(composite column). Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan
Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:
1) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
2) Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3) Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Pada bangunan, kolom merupakan batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang berfungsi sebagai pemikul beban dari balok. Peran kolom sangatlah
penting bagi suatu bangunan, di mana runtuhnya kolom dapat berakibat pada
keruntuhan sebagian dan atau keseluruhan struktur bangunan tersebut. Artinya,
kolom inilah yang menjadi elemen terpenting penyangga beban tekan vertikal
suatu bangunan sehingga dapat` berdiri dengan tegak.
Pada dasarnya, suatu kolom bangunan dibuat dengan menggabungkan
material yang tahan terhadap tarikan dan material yang terhadap tekanan. Besi
dan beton adalah dua material yang paling sering dipakai untuk membuat kolom
bangunan ini. Perlu diketahui, besi merupakan material yang paling tahan dengan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang paling tahan dengan tekanan.
Kombinasi dari keduanya menghasilkan kolom yang sanggup menahan gaya tarik
dan gaya tekan yang timbul pada suatu bangunan.
Prinsip kerja kolom bangunan yaitu meneruskan beban bangunan yang di
topangnya ke pondasi sehingga dapat berdiri tegak. Bisa dibayangkan bagaimana
kerangka tulang mampu membuat suatu makhluk hidup dapat berdiri tegak,
begitulah prinsip kerja kolom bangunan. Penghitungan beban yang ditahan kolom
dimulai dari beban atap yang akan menjalar ke kolom dan akhirnya beban dibawa
ke permukaan tanah melalui pondasi. Berdirinya setiap bangunan ditopang oleh
kolom utama dan kolom praktis.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu banguan dan memikul beban dari balok, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
lantai.
Tahapan-tahapan dalam pekerjaan kolom yaitu :
1. Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan kolom, urutan pemasangan bekisting kayu kolom
ukuran 5/7 dan papan 2 x 20 cm , penempatan kolom sesuai gambar rencana dan
dilakukan pengukuran pada setiap posisi bekisting kolom, selanjutnya melakukan
pekerjaan bekisting dan penulangan kolom.
2. Pekerjaan Bekisting
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri yang
baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang ada.
Tujuan pemasangan bekisting kolom adalah untuk mengetahui penting pembuatan
cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan lurus, karena apabila bekisting tidak siku
maka beton yang dihasilkan akan berubah bentuknya. Untuk mendapatkan
struktur kolom yang monolit disarankan agar proses pengecoran struktur kolom
ini dilakukan dalam kesatuan waktu tertentu. Oleh karenanya kemampuan cetakan
atau bekisting kolom harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu
menahan gaya-gaya yang timbul selama proses pengecoran, terutama yang
ditimbulkan oleh agregat beton basah.
1) Syarat-syarat pembuatan bekisting
Pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar
konstruksinya sesuai yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting menurut
Arief Sabaruddin dalam bukunya membangun rumah sederhana tahan gempa
antara lain:
a. Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku, awet dan diberi
rangka secukupnya untuk mencegah melengkungnya maupun terpelintirnya
papan pengaruh dari sinar matahari dan hujan.
b. Bekisting dan penyokongnya atau rangka harus kuat menahan beban bekisting
itu sendiri, beban orang, peralatan dan bahan-bahan lain yang digunakan.
c. Sambungan antara bagian yang membentuk bekisting harus cukup rapat agar
adukan tidak keluar dari bekisting yang dapat menyebabkan pemborosan
akibat dari terbuangnya adukan beton dari bekisting yang mengalami
kebocoran. Kebocoran dapat menimbulkan cacat pada beton itu sendiri.
2) Proses Pembuatan Bekisting
Pada pekerjaan bekisting kolom dalam proyek ini menggunakan multiplek
tebal 9 mm dan penyangga rangka balok menggunakan kayu berukuran 5/7 cm.
Adapun langkah-langkah pembuatan bekisting kolom adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan dan alat:
Alat yang disiapkan antara lain palu, pensil, meteran dan gergaji.
Sedangkan bahannya adalah multiplek dengan tebal 9 mm, papan 2 cm, kayu
balok atau kaso, paku dan besi penahan bekisting.
b. Memotong multiplek dan balok kayu serta besi sesuai dengan ukuran yang
ditentukan
c. Merangkai bekisting kolom yang sudah dipasang sebelumnya
d. Multiplex disambung dengan cara dipaku atau diikat pada balok-balok atau
besi dukung yang telah disiapkan sebelumnya
e. Mengecek kembali kekuatan bekisting yang telah dipasang.
3. Pekerjaan Pembesian
a. Perakitan tulangan
Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan balok dapat
berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan:
1. Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran kolom.
2. Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan kolom, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada kolom tersebut.
3. Merakit satu per satu bentuk dari tulangan kolom dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak mudah terlepas.
b. Pemasangan Tulangan
1. Pemasangan tulangan utama kolom (tulangan memanjang) dilakukan dengan
bantuan perancah untuk menyangka tulangan agar tetap tegak.
2. Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom (tulangan
memanjang), pasang tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan
utama kolom tidak bergeser atau berubah posisinya.
3. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Dalam pemasangan besi tulangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain :
a. Besi atau baja tulangan harus bersih dari kotoran.
b. Rangkaian tulangan harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan gambar
rencana dan tidak boleh terlalu rapat dalam penempatanya.
c. Ikatan yang dilakukan pada tulangan harus benar-benar kuat.
Apabila diperlukan penyambungan, maka besi tulangan harus diberi
overlapping sesuai spesifikasi teknis
4. Pengecoran Kolom
Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar ke
area bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan cor
tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap.
Penulangan spesi beton ke kolom dengan menggunakan gerobak sorong
dan ember atau kaleng dan dalam pelaksanaan ini dilaksanakan secara manual.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat-alat pendukung di lapangan, persiapan tangga darurat untuk
mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur beton, lampu
penerangan jika pengecoran dilakukan.
2. Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran, malam hari.
3. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut dilakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixer panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kokoh menahan beban.
4. Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting.
5. Setelah hal-hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
6. Menuangkan spesi beton ke dalam bekisting kolom dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton.
7. Bekisting kolom dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai
21 hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hati untuk
menghindari terjadi patah pada kolom.
Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran kita harus mempersiapkan tenaga
kerja,alat,bahan dan pemeriksaan kondisi bekisting:
1. Alat:
a. Sekop
b. Strika beton/cetok
c. Besi ukur tebal beton
d. Ember
e. Molen
f. Besi pemadat beton
g. Gerobak sorong
h. Tangga darurat
i. Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan campuran beton
j. Papan dan Multiplek untuk jalur gerobak dorong.
2. Bahan pengecoran Kolom :
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
3. Tenaga kerja :
Tukang cor yang terampil karena pekerjaan pengecoran membutuhkan
kecepatan dan keterampilan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai