perusahaan tergantung dari sumber daya manusia atau tenaga kerjanya. Jika sumber daya
manusianya bagus maka perusahaan jasa konstruksi itu juga semakin maju dan dari proyek
itu bisa menguntungkan atau mendapatkan profit oriented yang bagus juga. Banyak aspek
yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja dan harus dibudayakan agar dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Aspek-aspek sumber daya manusia meliputi aspek kompetensi,
motivasi, loyalitas dan disiplin kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh aspek sumber daya manusia terhadap kinerja pada proyek dalam suatu konstruksi.
merupakan aspek – aspek pribadi yang dapat diukur dan esensial untuk pencapaian kinerja
yang berhasil.
informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu dalam melaksanakan pekerjaan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
b. Keterampilan (skill)
c. Prilaku (attitude)
Prilaku Attitude adalah hal ini erat hubungannya dengan kebiasaan dan prilaku. Jika
kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dengan hubungan dengan
prilaku pekerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya jika kebiasaan pegawai adalah
baik, seperti tepat waktu, displin, simple, maka prilaku kerja juga baik.
2. MotivasiMotivasi yaitu energi untuk
merupakan salah satu metode dalam memotivasi seseorang untuk terus melakukan yang
terbaik demi kemajuan perusahaan, dalam konsep manajemen secara umum, metode ini bisa
mengarahkan perbuatan pegawai ke arah perasaan yang senang sehingga pegawai akan
melakukan perbuatan yang baik secara berulang-ulang dan membuat sorang pegawai lebih
giat dalam memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah diterimanya.
b. Situasi pekerjaan:
Situasi pekerjaan disini yang dimaksud adalah kondisi hubungan pekerja dalam manajemen
baik secara hirarki horizontal, maupun vertikal, sehingga mampu menciptakan iklim tau
situasi kerja yang baik.
Yang ditekankan pada bagian ini adalah sejauh mana seorang pekerja memiki pemahaman
dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Seorang pekerja dengan
kualitas SDM yang baik tentunya akan memiliki pemahaman dan tanggung jawab yang baik
dengan tugasnya.
mencurahkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki melaksanakan tugas dengan tanggung
jawab, disiplin serta jujur dalam bekerja, menciptakan hubungan yang baik dengan atasan,
rekan kerja serta bawahan dalam menyelesaikan tugas, menjaga citra perusahaan dan bersedia
bekerja dengan jangka waktu yang panjang.
Adapun indikator – indikator yang mempengaruhi loyalitas seperti :
pegawai untuk mentaati segala peraturan yang berlaku dan mentaati perintah yang diberikan
atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan yang ditentukan.
dimana seorang pegawai seharusnya dapat menyelesaikan tugas dan kewenanganya dengan
baik, mempu bekerja secara optimal, efektif, dan efesien, profesional dan mampu
memprioritaskan kepentingn perusahaan dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan
tertentu.
pegawai untuk senantiasa loyal atau memberikan sepenuhnya waktu, tenaga, dan pikiran
sesuai dengan tanggung jawab dan hak yang pantas diterima oleh seorang pegawai kepada
perusahaanya.
d. Kejujuran:
Kejujuran lebih pada prihal terkait etika dan moral dari seorang pegawai, dimana seorang
pegawai bekerja sesuai keadaan dan tanggung jawab yang sebenarnya.
menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik
yang tertulis maupun tidak tertulis.
hendaknya dapat bersikap dan bertindak secara profesional, hal ini dilaksanakan oleh seluruh
lapisan dan posisi pada manajemen.
Pada umumnya setiap pekerja dalam melakukan seluruh rangkaian aktivitasnya telah
memiliki klarifikasi kerja dengan batasan prosedural yang jelas.
Sarana dan perasarana merupakan aspek utama dalam rangkaian suatu pekerjaan, hasil dari
kinerja sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana penunjangnya.
Lalu di dalam lingkup struktur organisasi suatu proyek dibutuhkan tenaga ahli dalam
pelaksanaan pengawasan serta mengecek apakah suatu pekerjaan di dalam proyek itu sendiri
telah sesuai dengan standartnya.
Pemilik Proyek ( owner )
Owner adalah orang atau badan hukum yang mempunyai pekerjaan dan memberi
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa untuk melaksanakannya dan yang membayar biaya
tersebut.
Pemilik proyek ( owner ) mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :
a. Memiliki ide atau rencana yang jelas tentang pekerjaan yang diinginkan.
b. Bertanggung jawab atas segala biaya yang akan dikeluarkan untuk ijin mendirikan
bangunan.
c. Pemilik menanggung seluruh dana yang diperlukan dalam jumlah yang cukup
agar proyek dapat berjalan dengan lancar sehingga proyek selesai pada batas waktu
yang direncanakan.
Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan atau badan hukum baik pemerintah maupun swasta
yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
penjelasan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) berdasarkan hasil pelelangan atau
penunjukan langsung dari pemilik proyek dan telah mengadakan perjanjian untuk
melaksanakan pekerjaan.
Tugas dan tanggung jawab kontraktor meliputi hal – hal dibawah ini :
a) Melaksanakan proyek sesuai dengan apa yang ada dalam bestek dan diuraikan
dalam spesifikasi pekerjaan.
b) Menyediakan material dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan yang telah
mendapat persetujuan dari pemilik proyek.
c) Memberitahukan kepada Manajemen Konstruksi secara tertulis apabila terjadi
penyipangan atau ketidaksesuaian antara uraian spesifikasi pekerjaan dengan
gambar kerja.
Adapun tugas dalam lingkup kerja kontraktor di dalam struktur organisasi adalah sebagai
berikut :
Project Manager
1. Membuat jadwal (master construction schedule) pekerjaan dan Network Planning.
2. Menyusun Rencana Anggaran Proyek berdasarkan RAP awal dari Estimate
Manager dan mempresentasikan pada Direksi.
3. Menentukan metode kerja sesuai kondisi proyek dan menentukan alternative
metode kerja untuk efisiensi penggunaan RAP.
4. Melakukan koordinasi dengan fungsi lain terkait untuk kelancaran pelaksanaan
proyek (surat menyurat / meeting,dll)
5. Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal terkait dengan lingkup pekerjaan
untuk kelancaran pelaksanaan proyek (perijinan2)
6. Mengendalikan dan memastikan pelaksanaan kegiatan proyek berjalan sesuai
dengan target biaya, mutu, waktu dan safety.
7. Melakukan serah terima proyek kepada pemilik proyek dan menjamin terjadinya
perolehan Surat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan berikut Surat Referensi
Pekerjaan dari pihak Pemberi Tugas.
8. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan
konstruksi di proyek dibawah koordinasi Operation Manager.
9. Memantau proses kegiatan proyek di lapangan dan segera mengambil langkah
koreksi bila terjadi penyimpangan.
Quality Control
1. Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material datang serta rencana inspeksi
dan tes proses pekerjaan di lapangan.
2. Melakukan koordinasi dengan Project Manager, terkait dengan kualitas hasil
pekerjaan.
3. Melakukan koordinasi dengan Site Manager, terkait dengan persiapan lahan kerja
dan hasil pekerjaan.
4. Melakukan koordinasi dengan Supervisor, terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
5. Memastikan bahwa aset yang ada di bagian Quality Control terpelihara dengan
baik.
6. Melakukan verifikasi pemeriksaan hasil pekerjaan maupun tahap pekerjaan
apakah sudah sesuai spek.
7. Mengontrol tindak lanjut hasil uji / tes terkait dengan Quality Control.
8. Mengontrol pelaksanaan dan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan
standart kualitas yang telah ditentukan.
Safety Supervisor
1. Bersama dengan Safety Team Merencanakan sasaran dan program kerja urusan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2. Merencanakan kebutuhan APAR dan peralatan K3.
3. Menyusun jadwal inspeksi audit K3 di proyek.
4. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk Kesehatan dan keselamatan
kerja.
5. Mengatur penempatan APAR, dan mengatur kegiatan tanggap darurat K3 proyek.
6. Menginventarisasi perlengkapan K3 di proyek.
7. Mengidentifikasi, menginventarisasi dan membuat laporan tertulis tentang semua
potensi kejadian kebakaran, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kondisi kerja.
Cashier
1. Merencanakan pengeluaran yang disesuaikan dengan permintaan dana dan
merencanakan data pelaporan.
2. Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait untuk kebutuhan dana untuk
mengatur pengeluaran yang sesuaikan dengan permintaan dana.
3. Melakukan pembayaran opname mandor dan pengeluaran rutin proyek dengan
persetujuan Project Manager / Site Manager.
4. Melakukan pembayaran untuk keperluan pembelian tunai (jumlah kecil,
mendesak dan tidak berulang untuk item yang sama) dengan persetujuan Project
Manager / Site Manager dan Logistik Pusat.
5. Memverifikasi semua pengeluaran dana kas proyek.
6. Mengecek penerimaan dan pengeluaran kas.
Chief Engineer
1. Merencanakan sasaran dan program kerja Engineering (memahami dokumen
kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material, rencana Subkontraktor,
material take off, variation order, dokumen BAST 1).
2. Merencanakan metode kerja dalam lingkup Engineering.
3. Merencanakan pembagian kerja antara Engineer Sipil dan Arsitek.
4. Membantu mengkoordinasikan penerapan sistem / teknologi konstruksi baru
yang akan diimplementasikan.
5. Melakukan koordinasi dengan Dept. Design terkait pembuatan shop drawing
untuk proyek Design and Built.
6. Melakukan koordinasi dengan Site Manager dan MEP Coordinator terkait
pekerjaan Engineering.
7. Melaksanakan isi Dokumen Kontrak Kerja dalam lingkup tugas dan
tanggungjawabnya.
8. Mengajukan usulan pengembangan sistem pengelolaan berkaitan dengan
efektivitas dan keandalan fungsi Engineering.
9. Mengevaluasi data teknis dan metode pelaksanaan Supplier / Subkontraktor
dalam rangka proses persetujuan Manajemen Konstruksi / Owner.
10. Melakukan evaluasi penawaran-penawaran Supplier, Subkontraktor bersama
PM / SM sesuai dengan Rencana Anggaran Pelaksanaan.
Engineer
1. Merencanakan sasaran dan program kerja Engineering (memahami dokumen
kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material, dokumen BAST 1)
2. Membantu mengkoordinasikan penerapan sistem / teknologi konstruksi baru
yang akan diimplementasikan.
3. Mengkoordinir rekaman pasif dan laporan akhir proyek untuk diserahkan ke
kantor pusat sesuai prosedur yang telah ditetapkan
4. Melaksanakan isi Dokumen Kontrak Kerja dalam lingkup tugas dan
tanggungjawabnya.
5. Meng-evaluasi data teknis supplier / Subkontraktor dalam rangka proses
persetujuan Manajemen Konstruksi / Owner.
6. Memonitor proses kegiatan pelaksanaan pekerjaaan di lapangan dan segera
mengusulkan adanya langkah koreksi bila terjadi penyimpangan, kepada Chief
Engineer.
Drafter
1. Merencanakan program kerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
2. Mengatur filling soft copy di komputer dan hard copy.
3. Membuat gambar-gambar kerja sesuai pengarahan Engineer proyek dan
schedule yang ditetapkan.
4. Memeriksa kesesuaian gambar for construction dari konsultan / owner terkait
dengan bidang kerja lainnya (MEP, sipil / arsitek, landscape, dll), untuk
diterapkan dalam pembuatan shop drawing.
Quantity Surveyor
1. Merencanakan program kerja (tagihan, progress proyek, pekerjaan tambah /
kurang, evaluasi anggaran, opname Mandor / Subkontraktor, volume pekerjaan,
final account ke Owner / Subkontraktor).
2. Melakukan koordinasi dengan Site Manager / Project Manager terkait dengan
kebutuhan material dan biaya dengan persetujuan Atasan.
3. Melakukan koordinasi dengan Project Manager terkait dengan progress claim
proyek dengan persetujuan Atasan.
4. Menghitung volume pekerjaan pada awal proyek untuk pembuatan RAP.
5. Memonitor pekerjaan tambah dan kurang / variation order di lapangan.
H. membantu proses kontrak antara pemilik proyek dengan konsultan perencana: mengawal
klien/pemilik proyek, pada saat melakukan perjanjian kerja dengan kontraktor terpilih.
Fase Perencanaan
1. Sub Bidang Persiapan :
a. pengidentifikasi proyek : mempelajari secara cermat jenis, maksud dan tujuan dari
proyek terkait, agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemilik proyek.
b. penyusunan jadwal pekerjaan : membuat perencanaan progres kerja yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan proyek.
c. persiapan SDM+peralatan : menyiapkan sumber daya manusia (tenaga ahli) yang
diperlukan sesuai kebutuhan dan syarat dari proyek tersebut, serta mempersiapkan
alat- alat yang mendukung.
d. penyusunan rencana pemakaian sumber daya : menyusun jadwal dan pembagian
tugas (job description) sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing
sumber daya manusia dan sumber daya peralataa
Pelelangan Kontraktor :
a. menyiapkan dokumen lelang : menggandakan dokumen lelang yang sudah
diverifikasi dan divalidasi sesuai jumlah peserta lelang, atau sesuai jumlah yang
tertera di kontrak awal.
b. prakualifikasi kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek membuat
pengumuman lelang dan menyeleksi kontraktor yang mendaftar.
c. mengundang kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek mengundang
kontraktor untuk menghadiri penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
d. pengambilan dokumen pelelangan : bersama dengan klien/pemilik proyek
mengurus pengambilan dokumen lelang oleh para kontraktor.
e. penjelasan dan petunjuk (aanwijzing) : bersama dengan klien/pemilik proyek,
mengadakan rapat dengan para kontraktor yang lolos prakualifikasi, menjelaskan
secara detail tata cara pelelangan dan detail teknis pekerjaan proyek yang harus
dilaksanaan.
f. pemasukan penawaran kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek,
menerima dokumen penawaran yang diajukan oleh kontraktor.
g. memberikan masukan pemilihan kontraktor dengan pertimbangan-
pertimbangan dari aspek rencana teknis pengerjaan sampai besaran anggaran
yang diajukan.
h. membantu proses kontrak antara pemilik proyek dengan kontraktor : mengawal
klien/pemilik proyek, pada saat melakukan perjanjian kerja dengan kontraktor
terpilih.
FASE PELAKSANAAN
Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek Bill of Quantity (BQ) atau daftar volume
pekerjaan
Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan Data jenis transportasi yang dapat digunakan
proyek. disekitar lokasi proyek.
Metode kerja yang digunakan untuk Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan
melaksanakan masing-masing item tenaga kerja yang di butuhkan untuk
pekerjaan. menyelesaikan pekerjaan.
Data sumberdaya meliputi material, Data sumber daya material, peralatan, sub
peralatan, sub kontraktor yang tersedia kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi
disekitar lokasi pekerjaan proyek proyek.
berlangsung.
Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan,
pembayaran pekerjaan, tenggang waktu tenaga kerja, sub kontraktor, material.
pembayaran progress dan lain-lain
Kriteria Estimator
Penjadwalan atau schedule suatu proyek konstruksi selayaknya harus direncanakan secara
matang dan optimal guna menghindari terjadinya keterlambatan waktu proyek/overun
scheduled serta dampak-dampak buruk lainnya.
Suatu perencanaan penjadwalan atau schedule proyek konstruksi yang baik ditentukan oleh
beberapa faktor penentu khususnya ditujukan bagi seorang estimator schedule, diantaranya:
1) Kemampuan dalam mengestimasi waktu alokasi sumber daya (peralatan, material dan man
power) yang akan dialokasikan selama proyek konstruksi berlangsung. Hal ini penting
mengingat seringnya terjadi penyimpangan waktu transportasi sumber daya selama proses
konstruksi misalnya yang paling sering terjadi yaitu keterlambatan dalam pengiriman
material ke lokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh secara langsung terhadap durasi
total pelaksanaan proyek yang telah direncanakan terlebih jika keterlambatan tersebut berada
pada jalur kritis/Critical Path.
2) Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam tahapan perencanaan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, misalnya urutan sistematis item pekerjaan mulai dari tahap awal sampai akhir
yang berurutan dan logis sesuai dengan kondisi serta perencanaan alokasi sumber daya saat
proyek konstruksi berlangsung. Hal ini juga ditentukan dari tingkat pengalaman seorang
estimator scheduled dalam penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.
3) Kemampuan estimasi lama durasi waktu pelaksanaan pada suatu item pekerjaan juga
menentukan tingkat keberhasilan perencanaan penjadwalan suatu proyek konstruksi dimana
pada faktor ini diperlukan analisis terhadap besar produktivitas sumber daya yang akan
digunakan misalnya produktivitas tenaga kerja/man power dan peralatan/equipment terhadap
volume total pekerjaan yang akan dikerjakan. Bahkan dalam hal ini seorang estimator dapat
secara langsung menentukan nilai durasi waktu pelaksanaan berdasarkan pengalaman empiris
yang biasa terjadi di lapangan.
Produktivitas Resources:
Kapasitas Volume / Waktu Kerja Resources (Cycle Time)
Total Durasi Waktu:
Volume Total / (Jumlah Resources x Produktivitas Resources)
4) Kemampuan estimasi terhadap hal-hal yang mungkin dapat terjadi diluar perencanaan selama
proses konstruksi berlangsung. Ini juga menjadi faktor tambahan yang setidaknya harus
dimiliki oleh seorang estimator schedule dalam memprediksi durasi suatu item pekerjaan. Hal
tersebut bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal misalnya faktor cuaca, kerusakan
peralatan, timbulnya kecelakaan kerja, masalah sosial, timbulnya klaim, dan sebagainya.
Namun yang paling penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator schedule dalam
menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal serta pada proses monitoring
dan pengendaliannya. Hal ini dikarenakan pada phase planning/perencanaan suatu proyek
harus dilakukan dengan matang sehingga sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko
potensi penyebab keterlambatan khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan
tingkat kompleksitas yang tinggi. Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan
suatu proyek konstruksi di atas kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang berkecimpung
dalam bidang industri konstruksi. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika membuat project
schedule, seperti:
1) Alokasi Resource Pada Pekerjaan
Resource bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan computer dan
proyektor, tempat ruang rapat, misalnya atau layanan seperti training atau tim pendukung out
source yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas.
Bagaimanapun juga resource yang utama adalah manusia. Pertama, project manager akan
mengalokasikan orang-orang tertentu untuk suatu pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan
tersebut berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa
dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu disesuaikan
dengan kemampuan dan beragai hal lain karena ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh
siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh satu atau beberapa orang
saja.
2) Identifikasikan Setiap Ketergantungan
Sebuah pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas, resource atau
work product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas lain. Contoh: test plan tidak mungkin
dilaksanakan selama software belum ditulis, program baru dapat ditulis setelah class atau
modul dibuat dan dideskripsikan pada tahapan desain. Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi
nomor, dengan angka tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini
adalah sedikit gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi tergantung pada
pekerjaan lainnya.
3) Buat Jadwalnya
Tiap pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan. Dengan demikian jadwal bisa dibuat,
contoh: Tiap pekerjaan ditunjukkan dengan kotak, sedangkan ketergantungan antar pekerjaan
ditunjukkan dengan gambar panah. Kotak hitam berbentuk wajik antara D dan E (pada
gambar di atas) disebut milestone atau pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan
untukmenunjukkan kejadian penting pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang antara C
danD yang juga mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau dua
subpekerjaan yang memiliki induk yang sama. Jadwal bisa dibuat dalam bentuk Gantt Chart,
PERT atau diagram semacamnya Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan sebuah tool
manajemen proyek.
Risk Plan
Risk plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan
bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut. Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah
musuh semua rencana, termasuk rencana proyek. Terkadang ada saja waktu-waktu yang
tidak menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource tiba-tiba
tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian.
Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:
1) Pembahasan Resiko Potensial
Project manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan masalah-
masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk mengemukakan
resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya di papan tulis setiap ada
yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit pendapat mungkin akan muncul pada
awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya
suasana mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud disini adalah resiko spesifik. Jika suatu resiko dirasa belum spesifik
maka project manager akan memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik.
Sumber masalah yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision
and Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.
2) Estimasi Dan Resiko/Masalah
Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 masalah dengan
resiko kecil hingga 5 masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya besar, mungkin
menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya.
3) Buat Sebuah Risk Plan
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi masalah-
masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai lima. Penjadwalan Proyek
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan,
mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek.
PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu
metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk
mengatur programmisil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu bersamaan
yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau Critical Path Method.
- Karakteristik Pert
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik dasar
PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam
jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah:
a) Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
b) Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan
c) mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
d) Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis.
- Karakteristik proyek
a) Kegiatannya dibatasi oleh waktu sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
b) Dibatasi oleh biaya.
c) Dibatasi oleh kualitas.
d) Biasanya tidak berulang-ulang.
- Manfaat Pert
a) Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
b) Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
c) Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik
untukkelancaran proyek.
d) Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
e) Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.