BAB III
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
A. Umum
1. Latar Belakang
Setiap Pelaksanaan Konstruksi Fisik Bangunan Pemerintah yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Harus Mendapatkan Pengawasan Secara Teknis dilapangan, Agar Rencana dan
Spesifikasi Teknis yang telah disiapkan dan digunakan sebagai dasar Pelaksanaan
Konstruksi dapat berlangsung secara efektif. Pelaksanaan pengawasan lapangan harus
dilakukan secara penuh dengan menempatkan tenaga - tenaga Ahli Pengawasan dilapangan
Sesuai dengan kebutuhan dan Kompleksitas pekerjaan. Konsultan pengawas bertugas
secara umum mengawasi pekerjaan konstruksi, dari segi biaya, mutu, dan waktu kegiatan
pelaksanaan. Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa
pengawasan yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku.
Kinerja pengawasan lapangan sangat ditentukan oleh kualitas, integritas, dan intensitas
pengawasan, yang secara menyeluruh dapat melakukan kegiatannya berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yang telah disepakati.
2. Nama Pekerjaan
Nama pekerjaan ini adalah Jasa Konsultan Pengawas Kegiatan Kontraktual (DAK
FISIK SMP 2024).
3. Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan Jasa Konsultan Pengawas Kegiatan Kontraktual (DAK FISIK SMP
2024) adalah Kabupaten Buton.
Modulus kerja yaitu semua pekerjaan pengawasan akan ditangani oleh konsultan dan
secara proaktif melakukan konsultasi dan koordinasi dengan direksi
pekerjaan dan instansi terkait untuk memberikan hasil yang maksimal.
Sistem komunikasi yaitu Site Engineer bertanggung jawab terhadap aktivitas pengawasan
dan hasil pekerjaan secara keseluruhan serta dalam melaksanakan tugas tetap mengacu pada
standar kerja jasa konsultansi.
2. Pendekatan Teknis
Dalam pendekatan teknis ini beberapa langkah yang harus dilakukan oleh konsultan supervisi
yaitu :
a. Sistem Manajemen Proyek
Konsultan harus melaksanakan suatu sitem manajemen proyek yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan proyek yang meliputi pengendalian jadwal, kualitas dan biaya
pelaksanaan konstruksi
b. Engineering Desain selama masa Konstruksi
Dalam pelaksanaan kegiatannya konsultan melakukan perubahan atau pembuatan
desain apabila terjadi perubahan desain sesuai dengan kondisi lapangan setelah melalui
kajian teknis, memberikan persetujuan terhadap gambar konstruksi (Shop Drawing)
yang diajukan kontraktor.
c. Inspeksi dan Pengujian Selama Pabrikasi dan Instalasi.
Konsultan melakukan monitoring pelaksanaan pabrikasi, pengujian dan pengiriman
barang untuk menjamin tepat waktu melalui inspeksi secara periodic, melakukan kajian
dan persetujuan atau prosedur pengujian yang dibuat kontraktor.
d. Supervisi Konstruksi
Konsultan dalam melaksanakan pengawasan konstruksi dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut :
Pengawasan pengujian material yang akan digunakan di lokasi pekerjaan.
Pengawasn terhadap mutu pekerjaan.
Melakukan control terhadap kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
Melakukan control terhadap kualitas pekerjaan.
Pengawasan keamanan dan keselamatan kerja.
Melakukan pengecekan dan memberikan persetujuan terhadap Gambar Kerja (shop
drawing), sertifikat dan As-built Drawing.
Inspeksi dan pekerjaan commissioning.
Berdasarkan rencana Aktifitas seperti pada Gambar 4. Rencana Aktifitas Pekerjaan, maka
konsultan akan merinci pelaksanaan pengawasan berdasarkan tahapan pekerjaan karena
suatu kegiatan mempunyai ketergantungan kepada kegiatan lainnya.
Adanya dukungan dari masyarakat selama baik pada tahap pra konstruksi,
tahap konstruksi dan pasca konstruksi.
Sebagai bahan dalam penyusunan program kerja dan metode pelaksanaan.
3) Rapat Pra Konstruksi
Secara umum walaupun hanya berbentuk suatu rapat, Rapat Pra Konstruksi adalah
tahapan penting untuk melaksanakan pekerjaan supaya sesuai dokumen kontrak
karena merupakan koordinasi awal yang dihadiri oleh semua pihak pelaksana
pekerjaan meliputi Dinas Terkait, kontraktor dan Konsultan. Dengan demikian
semua pihak akan memberikan tanggapan tata cara melaksanakan dan apresiasi
terhadap dokumen kontrak.
a) Materi
Organisasi Kerja.
Tata cara pengaturan pelaksanaan
Review dan penyempurnaan terhadap schedule dikaitkan dengan target
volume, mutu dan waktu.
Jadwal pengadaan bahan, alat dan mobilitas personil.
Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual
check), koordinasi dengan tim perencana.
Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemda setempat.
Penyusunan rencana kendali mutu proyek.
Peninjauan lokasi pekerjaan bersama tim perencana
Menyusun acara “Rekayasa Lapangan/Field Engineering” guna
penyesuaian gambar rencana terhadap kebutuhan lapangan.
Pemahaman mengenai keselamatan kerja, keselamatan bangunan,
keselamatan pengguna jalan beserta penanganannya berupa asuransi-
asuransi, peralatan-peralatan keselamatan kerja dan pengaturan lau
lintasnya.
Penjelasan dan pembahasan mengenai rencana Base Camp, Penentuan
Instansi Penguji Independent.
Pembahasan mengenai kebutuhan uang muka untuk kebutuhan pelaksanaan
fisik.
b. Masa Pelaksanaan
1) Mobilisasi Kontraktor
Pada tahap ini konsultan Pengawas akan melaksanakan pekerjaan- pekerjaan antara
lain :
Menyiapkan formulir-formulir yang diperlukan dalam pengawasan pekerjaan.
2) Review Design
Metodologi Review design akan dibagi dalam beberapa tahapan proses. Untuk
lingkup kegiatan ini, konsultan juga ditugaskan untuk mengadakan review design
dengan lingkup sebagai berikut :
Melakukan pembuatan/perbaikan desain terhadap penambahan ataupun
perubahan konstruksi yang signifikan dari rencana yang ada dalam Dokumen
Kontrak Pelaksanaan Konstruksi.
Melalukan evaluasi dan review terhadap jaringan yang sudah ada.
c. Masa Konstruksi
Dalam masa konstruksi, konsultan akan melaksanakan pengawasan dan pemantauan
terhadap pencapaian program fisik proyek secara menerus dilapangan dan pengendalian
proyek secara sistematis dengan menggunakan metode-metode yang sudah baku, adalah
sebagai berikut :
Membuat Analisa prediksi dan rekomendasi terhadap kendala-kendala yang
berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan proyek.
Memberikan nasihat kepada Pemberi Tugas didalam menyusun kebijakan dan
langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
Menyediakan bantuan dan arahan yang tepat bagi Kontraktor pada saat
ditemukannya masalah yang ada hubungannya dengan dokumen kontrak,
pemeriksaan terhadap survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan masalah
lain yang berhubungan dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pemberi Tugas, menghadiri dan
mencatat semua rapat/pertemuan dengan kontraktor. Pemimpin Proyek dan Instansi
terkait lainnya serta menyediakan bantuan teknis apabila diperlukan didalam
kaitannya dengan pelaksanaan proyek dan masalah-masalah kontrak.
Sedangkan tugas Konsultan Pengawas dalam hal kontrak terhadap Kontraktor secara
garis besar akan meliputi :
Pengendalian teknis : aspek mutu, volume, waktu dan biaya.
Pengendalian atas proses koordinasi terkait.
Pengendalian administrasi proyek.
Evaluasi rencana proyek.
Pelaporan.
1) Pengendalian Pelaksana
a) Rentang Kendali Pre-auditii
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-
audit” adalah seluruh kegiatan Konsultan sebelum melakukan pengawasan,
yang terdiri dari :
Pengumpulan dan Analisa terhadap data
Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi
lapangan.
Pemeriksaan terhadap kesiapan Pelaksanaan Kegiatan yang meliputi
material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.
4) Evaluasi Rencana
Konsultan pengawas terus menerus melakukan evaluasi atas rencana proyek
yang akan dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyelesaian
rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapanya maksud dan
tujuan proyek dengan sebaik-baiknya.
9) Pengendalian Proyek
Untuk menetapkan metodologi pengontrolan proyek secara baik dan sistematis maka
konsultan membaginya ke dalam beberapa tahap.
a) Tahapan Initialisasi
Tahap initialisasi dilakukan untuk menjabarkan aktifitas-aktifitas proyek (work
Breakdown Structurel WBS) sampai ke level yang terendah yang
mencerminkan keterkaitan antar aktifitas. Tahapan ini dimulai dari
pendeskripsian dan penggolongan aktifitas proyek yang ada, menentukan
volume dan bobot dari masing-masing aktifitas, pengurutan pelaksanaan
aktifitas (network planning- predecessor dan successor dari setiap aktifitas
detail) dan tipe dari relasi-relasi antar aktifitas, yaitu SS-start to start,SF-Start to
finish, FS-finish to start atau FF-Finish to Finish.
b) Tahapan Pelaksanaan
Tahapan ini dipergunakan untuk memonitor dan mengawasi jalannya
pelaksanaan proyek. Termasuk didalam tahapan ini adalah proses update data
kemajuan hasil pelaksanaan proyek yang diperinci dari prestasi detail sampai ke
prestasi secara umum, mengawasi aktifitas-aktifitas kritis yang ditampilkan
pada barchart dan pengawasan terhadap resource yang terlibat dengan
menambah atau mengurangi jumlah resource (tenaga, bahan dan alat) apabila
perlu.
Pengisian hasil kemajuan proyek dapat dilihat dari hasil pencapaian
kemajuan proyek pada memperlihatkan kemajuan yang berarti atau justru
berada pada kondisi kritis yaitu aktifitas yang memiliki total Float sama
dengan nol. Pelaksanaan aktifitas tersebut tidak boleh mengalami penundaan
lebih dari satu hari kerja. Keberadaan kondisi kritis dari suatu aktifitas
digambarkan dalam garis yang berbeda warna pada tampilan barchart, yaitu
sebagai berikut :
Total float = 0, digunakan dengan warna merah;
1<Total float <5, digambarkan dengan warna kuning;
Sedangkan total float>=6, digambarkan dengan warna hijau.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi project control dan menjadi salah satu
acuan bagi Analisa kemajuan pelaksanaan proyek yang menjadi tanggung
jawabnya. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa tindakan untuk meningkatkan
kinerja proyek, seperti penambahan tenaga ahli, tenaga pekerja, bahan dan alat
penunjang, atau merubah metode pelaksanaannya.
c) Tahap pelaporan
Tahap pelaporan ini ditujukan untuk menyampaikan kemajuan pelaksanaan
proyek actual dilapangan kepada pihak pemberi tugas/pemilik proyek untuk
mendapatkan gambaran kemajuan proyekdilapangan, dengan ikut
memperhatikan hal-hal kritis yang diperoleh dari Analisa pelaksanaan proyek.
Bentuk laporan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan, dan terbagi
menjadi pelaporan kemajuan proyek secara tabular, pelaporan kemajuan
proyek secara barchart, serta dalam bentuk S-Curve; yang membandingkan
pencapaian actual dengan baseline proyek Dibawah ini adalah bagaimana
pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan
waktu yang tidak perlu yang akan memberoskan waktu tenaga dan biaya.
i. chedule Pelaksanaan Kegiatan
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule
pelaksanaan yang dibuat pelaksanaan kegiatan. Apakah rencana kerja
proses pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Selanjutnya
berdasarkan schedule pelaksanaan kegiatan yang sudah disetujui.
Konsultan pengawas akan mengndalikan waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan ke dalam target harian,
sehingga setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau
tidak, bila target volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus
diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan
dengan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka
diharapkan proyek bisa diselesaikan “on schedule”.
ii. Peralatan
Untuk mengerjakan pekerjaan irigasi diperlukan peralatan dengan
kombinasi/ beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencakup.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan
dalam waktu yang ditentukan.
oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan. Bila
kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja
perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur/overtime.
iv. Jumlah Jam Kerja
Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja
per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang
lebih kecil dari pada bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja
sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa
diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari
siang, maka perlu untuk kerja malam/overtime.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai
secara optimal maka konsultan memahami secara sungguh-sungguh
“Network Planning” yang umumnya telah dibuat oleh pelaksana kegiatan
dengan metode lintas kritis.
Mengingat sangat pentingnya time schedule ini didalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin time
schedule dari pelaksanaan kegiatan dan akan membantu pelaksanaan
kegiatan dalam mereview dan menyusun kembali time schedule tersebut
bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan
“Barchart/S-Curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector
Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/menunjukkan lokasi dari waktu. Schedule ini pada arah
“absis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat”
menggambarkan waktu.
b) Penyimpanan Bahan/Material
Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa
untuk menjamin perlindungan kualitas.
Bahan-bahn yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang
mudah dapat diperiksa oleh konsultan. Tempat penympanan harus bebas
dari tumbuh-tumbuhan dan puing harus mempunyai drainase yang lancer.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan
diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah agregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.
Penumpukan berbagai ragam agregat untuk botmix, beton, harus dipisahkan
dengan papan pembata guna mencegah pencampuran bahan-bahan.
Jenis dan frekuensii/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.
- Buku direks
- Time schedule
- MCA (Mutual Check Awal)
- Request & Shop Drawing
- Laporan Harian
- Laporan Mingguan
- Risalah Rapat
- Berita Acara Opname Pekerjaan
- Record Cuaca
- Photo Dokumentasi
- Change Order
- Addendum
- Monthly Certificate (MC)
- PHO (Provinsial Hand Over)/FHO (Final Hand Over)
- Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek
kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu perintah
perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis
Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak. Maka
Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu addendum.
17) Sertifikat Penyelesaian Akhir
Bila Pelaksanaan Kegiatan menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua
kewajiban dalam Periode Jaminan, maka Pelaksanaan Kegiatan harus membuat
permohonan untuk Serah Terima Pertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia
Serah Terima dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan
tersebut, maka Konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
Semua kegiatan tersebut di atas jelas menjadi kendala bagi kelancaran dan
keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek.
Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang
optimal dan sesedikit mungkin akibat buruk yang ditimbulkannya.
Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur efektif, bahu jalan dibagian luar yang
sudah diperkeras dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus untuk kendaraan
penumpang sedan dan jeep atau sejenisnya dan alternative lain dengan membuat
jalur baru dengan memanfaatkan areal yang kosong disekitar lokasi pekerjaan
tersebut. Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian
haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk
dan keluar dari lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di
atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah
memperhatikan wawasan lingkungan.
Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer
di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan
dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus
lalu lintas yang ada.
b) Keselamatan Kerja
Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :
i. Disiplin kerja:
Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus
dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling
berhubungan setiap saat dengan cepat. Pengendalian waktu
dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan
lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.
ii. Peniadaan kecelakaan fatal :
Perambuan sesuai dengan standar perambuan. Pemasangan pagar
pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapihan kerja
sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar mudah
terlihat pada malam hari.
Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait
antara lain :
a) Faktor perambuan darurat
Perambuan Darurat Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada
tahap pelaksanaan pun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja
yang berada pada daerah perambuan.
Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya
rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga
rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya
seperti ditunjukkan pada keperluan “rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi
tanda “spot light” atau cat berpendar yang biasa terlihat bila kena sorot lampu
pada malam hari. Bisa juga d engan lampu-lamou sebagai pengganti spot
light.
d) Astek
Jaminan perlindungan keselamatan tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi
adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan
asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal astek.
2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis.
Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas
dan atau Konsultan Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan
di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut,
Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Pengawas memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan, sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor
untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
e. Material/Bahan Bangunan
1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam
bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral,
split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor
ke lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempa penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui Pengawas.
4. Sebelum dilaksanakan pemasangan Kontraktor diwajibkan memberikan kepada
Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari
produsen/pabrik.
5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
a) Semen
Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang
memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150. Umur
semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan. Semen yang telah
menggumpal tidak boleh digunakan. Kadar alkali maksimum 0,40%.
b) Agregat :
Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi
test, standard laboratorium dan mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan
ASTM 0-33. Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu, agregat beton yang
digunakan haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam,
partikel pipih dan material-material merusak lainnya seperti alkali, organik dan
bahan-bahan lunak & ekspansif. Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber
pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika
pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium,
maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.
Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan
ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm). Pasir harus terdiri dari butir-
butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan organik, tanah lempung
dan sebagainya.
c) Air :
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9
PUBI – 1982. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
d) Baja tulangan :
Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran- kotoran lain
yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan
dalam PBI 1971.
Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran
sesuai dengan dokumen lelang.
Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai
kekuatan dan ukuran baja tulangan.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum
masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk
setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium- laboratorium yang
disetujui oleh Pengawas.
e) Admixture :
Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.
Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan,
nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya,
resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat
dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan
baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini. High-range water-reducing, jika
diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan persyaratan ASTM C494 type
F atau G.
f. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan mobilisasi
peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan pengukuran
kembali (setting out).
Untuk memperjelas prosedur kerja dan prosedur pengawasan disampaikan dalam flowchart
skematis tersebut diatas, maka akan diuraikan satu per satu secara ringkas dan jelas disampaikan
sebagai berikut :