1. PENDEKATAN TEKNIS
Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (Owner) untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa badan
usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli dibidang masing-masing
seperti Tekni Sipil, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal dan lain-lain sehingga sebuah
bangunan dapat dibangun dengan baik secara efektif dan efisien.
B. Penyimpanan Bahan/Material
Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.
Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat
diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai drainase
yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas
dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah
segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi
maksimum tumpukan 5 m.
G. Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes lapangan.
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar,
setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang digunakan
dan spesifikasi.
B. Pengukuran meter panjang (m’)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang suatu
konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya).
C. Pengukuran meter kubik (m ) 3
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar.
Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga panjang, lebar, dan
tebal menghasilkan volume yang akurat.
D. Pengukuran berat (ton)
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :
Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.
Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut
(berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).
B. Keselamatan kerja
Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :
1. Disiplin kerja :
Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus
dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan
setiap saat dengan cepat.
Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan
lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.
2. Peniadaan kecelakaan fatal :
Perambuan sesuai dengan standar perambuan.
Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan
kerapihan kerja sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi
lampu agar mudah terlihat pada malam hari.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait,
yakni :
Faktor perambuan darat
Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.
Atribut pada tenaga kerja.
Astek
Dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani
dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada
semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progres yang hendak
dicapai.
Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap
pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan
rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada
daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap
pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu
petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta
jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.
Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan
warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light”
atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa
juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan, rute
perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik. Dump
Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang
namun harus masih tetap dalam area perambuan.
Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan
penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila
sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian.
3. Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan
terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju
rompi refleksionis warna orange yang harus dikenakan pada saat melaksanakan
tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu
mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang
dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat
membahayakan dan mengurangi akurasi.
4. Astek (Asuransi tenaga kerja)
Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko
tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan
asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Astek.
Spekulasi
Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang
ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?
Evaluasi
Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ?
Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?
C. Pendekatan kondisi kerja
Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan
kondisi sebagai berikut :
Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali
mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau
kondisi khusus.
Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over time.
2.2.3 Output
Notulen rapat koordinasi;
Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).
B. Ruang Lingkup
Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan
hasil pengawasan.
Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh
Penyedia Jasa Pemborongan.
Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.
C. Output
Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.
Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.
A. Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan
pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-
batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan/proyek.
Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik
acuan. Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok
penuntun dan papan dasar pelaksanaan.
3.8.2 Pabrikasi
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas untuk
mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan sebelum
pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang perlu difabrikasi di luar area
proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut, akan
diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan
sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.
3.8.3 Pengelasan
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh
pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las yang
dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar kontraktor.
Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus
mempunyai kartu rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau yang
setara. Kontraktor harus menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan hasil tes las
specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek meragukan sertifikat para operator
las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek berhak untuk meminta tes kualifikasi
ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh kontraktor.
Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low
hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang
digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung atau penyambungan harus
menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia dan JIS atau acuan standar
untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari pihak
proyek.
3.8.4 Pengecatan
Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan
kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan contoh
warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap lapisan sampai dengan lapisan cat
terakhir.
4. PROGRAM KERJA
Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program
kerja yang konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk
mencapai target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang
akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini dilakukan berdasarkan :
Ruang lingkup pekerjaan;
Volume pekerjaan;
Batas waktu;
Keahlian personil;
Jumlah personil;
Peralatan yang dipakai;
Schedule mobilisasi;
Arahan Pengguna Jasa;
Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.
Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan
urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas
yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem layanan
konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas maupun kuantitas pekerjaan
dapat dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban
puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan
terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan
diupayakan untuk dihindari.
Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai
berikut :
Persiapan awal, studi terdahulu;
Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;
Koordinasi dengan unsur pekerjaan;
Koordinasi team konsultan;
Koordinasi dengan instansi terkait;
Tahap pengawasan teknik.
4.2 Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi terkait
dan koordinasi intern konsultan.
A. Pemimpin Pekerjaan
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekwensi yang cukup.
B. Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara
Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :
Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan.
Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
Kemajuan pekerjaan.
Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa Pemborongan
dan atau sebaliknya.
Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.
Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.
Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan
pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan
secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2
– 3 harian.
C. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu
melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan
dengan scope pekerjaan.
D. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team
Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :
1. Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
Laporan bulanan.
Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
Masalah lapangan dan pemecahannya.
Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
2. Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara
berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
3. Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk meyakinkan
bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen
kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.
4. Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar staf
Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.
C. Pengawasan mutu
Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan
membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi
dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :
Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.
Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel yang
diambil dari lokasi kerja.
Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.
D. Pengawasan kuantitas
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang
ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses bahan-
bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi
Metoda perhitungan.
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan (work item).
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
E. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode dan
lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan
yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
4.4 Pelaporan
Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari pelaksanaan
pekerjaan, maka konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan pendahuluan,
laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan akhir.
Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-
kendala selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap minggu/bulannya.
Proses penyusunan laporan mingguan/bulanan akan mengacu kepada laporan dari field
engineer dan pengawas lapangan untuk setiap lokasi yang akan diawasi. Sebelumnya
diarsipkan maka perlu dilakukan pembahasan bersama-sama dengan direksi.
Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan
dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto
dokumentasi yang bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %, 75 %
dan 100 %). Secara rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :
A. Laporan Bulanan
Merupakan resume Laporan Mingguan per bulan, yang berisi antara lain :
permasalahan yang terjadi di lapangan perbulan, usulan pemecahan dan tindak
lanjut, kemajuan pekerjaan konstruksi di lapangan tiap akhir bulan. Laporan ini
diserahkan kepada Pemberi Tugas setiap akhir bulan.
B. Laporan Akhir
Berisi uraian lengkap mengenai kegiatan pengawasan, dengan lampiran :
1. Buku Harian Lapangan (BHL).
2. Addendum Surat Perjanjian (Kontrak) tentang perpanjangan waktu dan
Perubahan Tata Cara Pembayaran (kalau ada).
3. Surat Pernyataan selesai pekerjaan.
4. Foto Dokumen Lapangan sebanyak 1 exemplar/minggu.
5. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan I (PHO).
Laporan ini diserahkan di akhir pelaksanaan pekerjaan.