Anda di halaman 1dari 34

`

B. IV. URAIAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI

B.IV.1 UMUM
Dalam penanganan tugas yang dibebankan pada konsultan supervisi, pendekatan (approach) yang dilakukan
disesuaikan dengan Kerangka Acuan (Term of Reference - TOR) yang ada, di mana konsultan supervisi akan
melaksanakan tugas pengawasan dan pengendalian ini secara Assistance Concept. Dengan demikian, sifat
dari tugas konsultan supervisi adalah membantu pemilik proyek dalam mengawasi pelaksanaan
pembangunan (konstruksi) Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja
Girder/ Baja Konvensional yang dilaksanakan oleh kontraktor.

Pendekatan lain yang diterapkan dalam kegiatan pengawasan ini adalah Sistim Manajemen Jaminan Kualitas
(Quality Assurance) yang akan sangat membantu mempermudah penelurusan data dan rekaman serta
pembuatan dokumentasi lainnya yang diperlukan. Dengan pendekatan ini maka tanggung jawab dan
pengambilan keputusan sepenuhnya ada pada proyek atau pemberi tugas setelah mempertimbangkan saran-
saran yang diberikan oleh konsultan.

Agar dapat mencapai target dan sasaran yang telah ditentukan, maka koordinasi antara tim konsultan
dengan pimpinan proyek berikut staf dan para pengawas yang ditunjuk serta para pelaksana/kontraktor
harus dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka organisasi konsultan akan dibentuk
sedemikian rupa sehingga komunikasi dengan proyek menjadi mudah serta sesuai dengan perwilayahan
daerah kerja dan relevan dengan program kerja kontraktor.

Pada prinsipnya pekerjaan pengawasan ini dilaksanakan untuk memperoleh sebuah konstruksi yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Berkualitas seperti yang ditentukan dalam spesifikasi, gambar, dan sebagainya baik ditinjau dari segi
bahan, pelaksanaan, maupun fungsi bangunan.

b. Memenuhi budget atau anggaran dengan volume kerja dan biaya konstruksi yang sesuai dengan
pekerjaan yang direncanakan.

c. Menepati waktu pelaksanaan sesuai jadual pelaksanaan yang disepakati bersama dalam kontrak.

d. Menjaga kelancaran dan keselamatan semua kegiatan pelaksanaan konstruksi serta menghindarkan
dampak negatif kegiatan pelaksanaan konstruksi.

Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, diperlukan suatu sistem yang melibatkan semua pihak yang
berperan dalam pelaksanaan konstruksi. Terdapat empat pihak yang terkait dalam kontrak pelaksanaan yaitu
pemilik proyek atau pemberi tugas, konsultan perencana, konsultan supervisi, dan kontraktor. Oleh karena
itu, sistem yang dipakai harus merupakan sistem yang dapat menampung kepentingan keempat pihak
tersebut dan merupakan sistem komunikasi yang baik dan lancar, sehingga penerapan sistem tersebut tidak
akan mengganggu proses pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sistim
tersebut di atas sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dari parameter penunjangnya seperti antara lain:
`

a. Organisasi Proyek Organisasi ini perlu diadakan untuk mengatur setiap proses dalam penyelesaian
pekerjaan konstruksi baik yang merupakan kegiatan pelaksanaan konstruksi, kegiatan supervisi, maupun
kegiatan penyelesaian permasalahan yang timbul.

b. Manual Operasi Pelaksanaan Manual Operasi Pelaksanaan ini perlu diadakan untuk mengetahui
prosedural detail pelaksanaan dari setiap kegiatan yang harus ditempuh untuk mencapai aspek legal
dari kegiatan yang bersangkutan dan terjaminnya sebuah konstruksi yang memenuhi kriteria di atas.

Berikut ini disajikan diagram yang menunjukkan berbagai tugas yang perlu dilaksanakan untuk mencapai
suatu konstruksi yang memenuhi syarat.
`
`

B.IV.2 JAMINAN KUALITAS PROYEK

Jaminan Kualitas (Quality Assurance) proyek merupakan susunan prosedur yang jelas dan merupakan
metoda kerja standar yang akan dilaksanakan oleh seluruh anggota tim konsultan, kontraktor, dan proyek
untuk memastikan tercapainya tingkat kualitas dan kuantitas dari pekerjaan dalam lingkuplingkup batasan
yang telah disetujui/disusun di semua aspek-aspek pelayanan.

Pelaksanaan jaminan kualitas untuk pekerjaan fisik, idealnya dimulai dari pekerjaan desain. Hasil pekerjaan
desain harus dimengerti/dikuasai (termasuk hasil pengukuran) sebelum pekerjaan fisik dimulai.
Selanjutnya, standarisasi pengujian dan prosedur testing serta kriteria-kriteria teknisnya perlu ditetapkan
dan disetujui bersama.

Petunjuk atau guidelines untuk para supervisor, termasuk juga pihak proyek atau pihak ketiga (misal
Technical Audit), perlu disiapkan. Dengan demikian hal-hal tersebut di atas seharusnya masuk dalam
dokumen kontrak pekerjaan. Sehubungan masalah jaminan kualitas masih relatif baru digunakan sehingga
perlu waktu untuk penyesuaian. Untuk itu diusulkan untuk melaksanakan jaminan kualitas (Quality
Assurance) secara Learning by Doing.

Konsep Learning by Doing dapat tercapai melalui interaksi secara terus menerus antara Sistem Kualitas
(Quality System) kontraktor dan Program Jaminan Kualitas (Quality Assurance Program) konsultan.
Interaksi tersebut akan saling mengisi demi tercapainya bangunan yang berkualitas.

Dalam hal tersebut di atas konsultan supervisi akan menyiapkan Manual Operasi Jaminan Kualitas (Quality
Assurance Operation Manual) dan suatu Rencana Jaminan Kualitas (Quality Assurance Plan) harus disusun
oleh kontraktor.

B.IV.3 MANUAL OPERASI PELAKSANAAN

Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan supervisi maka diperlukan suatu petunjuk
operasi pelaksanaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pekerjaan yang dilakukan. Manual ini
diusulkan berbentuk tabel dilengkapi dengan flowchart dari prosedural yang harus ditempuh. Prosedur
pelaksanaan supervisi dilakukan sesuai dengan diagram alir hubungan kerja antara keempat pihak yang
terkait seperti terlihat pada Gambar A.1.

Pelaksanaan supervisi pekerjaan pada prinsipnya mencakup beberapa hal sebagai berikut:

a. Budget (Anggaran)

1) Batas Kerja

Pada saat pekerjaan akan dimulai terlebih dahulu harus ditentukan batas-batas areal pekerjaan di
mana dalam hal ini dilakukan secara bersama-sama oleh konsultan supervisi dan kontraktor
berdasarkan gambar rencana yang telah disajikan dalam cetak biru. Pada pekerjaan ini sekaligus
ditentukan koordinat baras areal kerja dengan menggunakan peralatan topografi dan batas-batas
alamiah yang ada. Hasil dari penentuan batas areal pekerjaan ini harus mendapatkan persetujuan
dari pemberi tugas.

2) Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor harus selalu dimonitor untuk tiap-tiap jenis
pekerjaan pada setiap jenis bangunan/pekerjaan. Karena pekerjaan ini akan berlangsung dalam skala
`

waktu tertentu, maka perlu dilakukan supervisi mulai dari tingkat harian, mingguan, bulanan, dan
kuartalan sampai pelaksanaan pekerjaan proyek selesai. Dari data- data ini konsultan supervisi akan
dengan mudah membuat kurva “S” yang secara langsung menggambarkan kemajuan pekerjaan
konstruksi. Untuk itu konsultan supervisi menyiapkan perangkat-perangkat praktis yang langsung
dapat digunakan untuk melaksanakan tugasnya.

3) Biaya Pekerjaan Konstruksi

Berdasarkan supervisi pekerjaan (kuantitas dan kualitas) yang telah dilaksanakan maka konsultan
supervisi akan membuat perkiraan biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan konstruksi dan kemudian
membandingkan dengan rencana biaya semula, sehingga dalam hal ini konsultan supervisi akan
mampu mendeteksi arus uang tunai (cas flow) dari biaya konstruksi yang dapat ditagihkan
kontraktor ke pemberi tugas. Selain itu berdasarkan hal tersebut konsultan supervisi akan dapat
menentukan kekurangan/kelebihan biaya konstruksi dari pekerjaan dan selanjutnya dapat dipakai
sebagai bahan pengambilan keputusan bagi finansial proyek.

b. Kualitas Pekerjaan

Konsultan supervisi akan mengendalikan kualitas pekerjaan sehubungan dengan adanya spesifikasi
teknis yang harus dipenuhi oleh kontraktor untuk berbagai bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
konstruksi. Untuk ini perlu dilakukan pengecekan bahan baik dengan pengecekan langsung di lapangan
maupun dengan pengetesan contoh (sample) di laboratorium. Pengendalian ini harus dilakukan secara
acak (random) dengan disaksikan oleh semua pihak yang terkait. Pengujian di lapangan dilakukan
dengan disaksikan oleh pihak kontraktor, konsultan supervisi dan pemberi tugas. Pelaku pengujian
lapangan akan dilakukan oleh pihak lain yang independent yang telah disepakati oleh semua pihak.
Sedangkan pengujian laboratorium dilakukan oleh laboratorium yang independent harus disepakati oleh
semua pihak. Prosedur pelaksanaan pengujian dan peralatan pengetesan yang digunakan dalam
pengecekan tersebut akan ditentukan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan oleh
konsultan perencana dan apabila tidak tercantum sebelumnya akan dilaksanakan sesuai ketentuan
standar yang berlaku.

Selain itu supervisi kualitas yang dilakukan terhadap fungsi konstruksi yang dibangun. Hal ini perlu
dilakukan mengingat manfaat dari konstruksi yang dibangun sangat bergantung pada fungsi dari
masing-masing bangunan yang ada. Pengecekan fungsi dari konstruksi bangunan dilakukan berdasarkan
gambar rencana (cetak biru) yang ada. Pengecekan juga dapat dilakukan dengan cara mencocokan
elevasi dan dimensi dari konstruksi yang dibangun dengan gambar rencana (cetak bitu). Untuk itu
konsultan supervisi akan bekerja dengan menggunakan perangkat-perangkat praktis yang dapat
menjamin aspek legalitas dari supervisi yang dilakukan.

c. Waktu

Pengendalian waktu dilakukan untuk memenuhi jadual pelaksanaan konstruksi yang direncanakan
sehingga secara ekonomi dan finansial, pemberi tugas tidak mengalami kerugian akibat keterlambatan
yang mungkin terjadi. Untuk itu konsultan supervisi mempersiapkan sistem pengendalian yang
mencakup kemajuan pelaksanaan pekerjaan harian, mingguan, dan bulanan untuk tiap-tiap jenis
pekerjaan. Sehingga dengan demikian konsultan supervisi dapat dengan mudah menyusun kurva “S”
yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Dengan adanya kurva “S” ini
konsultan supervisi dapat dengan mudah mengetahui perlu atau tidaknya mendesak kontraktor untuk
`

melakukan percepatan pelaksanaan pekerjaan atau mengusulkan suatu ganti rugi yang harus
ditanggung kontraktor kepada pemberi tugas.

d. Kelancaran dan Keselamatan Kegiatan/Pekerjaan

Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan akan mengacu ketiga hal di atas dan harus tetap memperhatikan
keselamatan semua pihak yang terlibat. Dengan adanya kegiatan yang aman bagi semua pihak dan
sesuai standar yang berlaku, akan menjamin kelancaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi dan untuk
hal tersebut konsultan supervisi akan mengkoordinasikan seluruh aspek kegiatan pelaksanaan konstruksi
termasuk yang akan berdampak pada proyek dan lingkungan proyek.

B.IV.4 PELAPORAN DAN PERTEMUAAN (MEETING)

Sesuai dengan TOR maka konsultan supervisi akan membuat laporan dari setiap kegiatan supervisi yang
dilakukan yang diantaranya mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1. Laporan Harian / Mingguan yang merupakan lampiran laporan bulanan dan berisikan:
a) Catatan Harian aktivitas kerja pelaksanaan terhadap jenis, volume dan prestasi pekerjaan yang
dilaksanakan
b) Evaluasi pelaksanaan rencana kerja atas hal-hal lain yang dianggap perlu
c) Hasil pengujian-pengujian terhadap material maupun hasil pekerjaan
d) Jumlah peralatan berat yang tersedia beroperasi maupun yang rusak
e) Keadaan Cuaca.
2. Laporan Bulanan dibuat rangkap 2 (dua) yang berisikan:
a. Data-data proyek
b. Uraian pelaksanaan fisik serta gambar-gambar pelaksanaan
c. Pemeriksaan kualitas pekerjaan (quality/control)
d. Perubahan Desain, lengkap dengan perhitungan struktur, gambar, volume, spesifikasi teknik dan
biaya
e. Evaluasi kapasitas aktual peralatan yang terdiri dilapangan
f. Material yang tersedia, yang masuk dan yang terpakai
g. Kesimpulan dan rekomendasi
h. Photo-photo dan dokumen pekerjaan
3. Laporan Akhir, dibuat setelah seluruh pekerjaan fisik selesai sebanyak rangkap 2 (dua) yang berisikan :
a. Pendahuluan
b. Metoda dan standar pengawasan
c. Hasil pengendalian kualitas (Quality control)
d. Daftar Pekerjaan dan Volume pekerjaan (Bill Of Quantity)
e. Evaluasi
f. Pekerjaan tambah kurang, lengkap dengan perhitungan volume dan biaya
g. Kesimpulan dan Rekomendasi
4. Laporan khusus dapat berisikan antara lain :
a. Laporan persoalan-persoalan penting tentang kondisi tanah dan cuaca
b. Tambahan penelitian tanah, material dan mutu beton dan lain-lain.
c. Desain ulang untuk penghematan
d. Perpanjangan waktu pelaksanaan
e. Penyimpangan terhadap spesifikasi
`

Untuk koordinasi dan pelaporan seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi, konsultan supervisi akan
menyusun serangkaian pertemuan/rapat berikut prosedur pertemuan tersebut. Secara umum saat ini
dapat diklasifikasikan jenis-jenis pertemuan yaitu :

a. Pertemuan berkala untuk menelaah (review) berbagai masalah berkaitan dengan disain dan
pelaksanaan konstruksi.

b. Pertemuan sehubungan kemajuan pelaksanaan konstruksi.

c. Pertemuan koordinasi membahas masalah administrasi dan teknis.

d. Pertemuan khusus untuk membahas hal-hal khusus yang timbul seperti pekerjaan tambah kurang
dan sebagainya.

e. Pertemuan membahas usulan perubahan disain dan gambar kerja (Shop Drawing) yang diajukan
kontraktor.

B.IV.5 ORGANISASI PROYEK

Dalam kegiatan supervisi ini yang perlu diatur adalah hubungan kerja antara keempat pihak yang terlibat
dan hubungan kerja pelaksanaan pada masing-masing pihak, yang terdiri dari :

a. Pemberi Tugas Pemberi tugas adalah seorang atau sekelompok orang yang mewakili pemilik (owner)
bangunan yang akan dibangun. Pada awalnya pemilik mempunyai gagasan atau ide dan berusaha
mewujudkan gagasan tersebut dengan memberi tugas kepada konsultan perencana/perancang dan
kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Pemilik menunjuk stafnya untuk
melaksanakan tugas sehari-hari dalam melaksanakan proyek tersebut. Pemberi tugas yang ditunjuk
pemilik mempunyai tugas antara lain :

(1). Mengawasi pelaksanaan pekerjaan

(2). Menyetujui atau menolak laporan rutin

(3). Menandatangani berita acara pemeriksaan pekerjaan

(4). Menyetujui atau menolak perubahan dalam pekerjaan

(5). Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang

(6). Mengesahkan dokumen yang akan menjadi dokumen kontrak.

b. Konsultan Perencana Merupakan pihak yang menjual jasa dalam merancang atau mendisain suatu
bangunan. Disain ini dibuat sesuai dengan kerangka acuan yang telah diberikan oleh pemberi tugas.
Setelah disain yang dibuat disetujui pemberi tugas maka oleh konsultan perencana dibuat suatu
dokumen pelelangan untuk pekerjaan tersebut. Selanjutnya dalam pelaksanaan konstruksi, konsultan
perencana berfungsi sebagai tempat konsultasi mengenai hal-hal teknis di lapangan dan kalau ada
keragu-raguan atas dokumen kontrak. Konsultan perencana mempunyai tugas dan wewenang antara
lain :
`

(1). Bertindak sebagai perencana awal teknis dan administrasi.

(2). Menyiapkan dokumen pelelangan sebagai landasan dokumen kontrak yang merupakan acuan kerja
bagi kontraktor.

(3). Bersama pemberi tugas mengadakan lelang.

c. Konsultan Supervisi bertugas mengawasi supervisi pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik lapangan agar
tidak menyimpang dari rencana yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Konsultan supervisi selalu
memantau pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor di lapangan. Namun dalam tugasnya, dengan sistim
Assistance Concept konsultan supervisi dapat memberi saran kepada proyek untuk memerintahkan
pemeriksaan khusus atas bagian pekerjaan tertentu. Konsultan supervisi harus memberi laporan
harian/mingguan/bulanan pekerjaan teknis maupun administratif. Laporan juga ditandatangani oleh
kontraktor dan diserahkan kepada pemberi tugas untuk selanjutnya diteruskan ke pemilik proyek. Di
samping itu konsultan supervisi dapat meminta kepada proyek untuk menyetujui, menolak atau
mengusulkan perubahan pekerjaan, force majeur, permohonan perubahan kontrak, pekerjaan
tambah/kurang, gambar pelaksanaan, dan memberi keputusan yang bijaksana dalam
mempertimbangkan usul-usul kontraktor.

d. Kontraktor (Pelaksana Konstruksi) Bertugas menjalankan proyek pelaksanan pembangunan. Dalam


melaksanakan pembangunan ini kontraktor harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan gambar-
gambar rencana dan spesifikasi yang dibuat oleh konsultan perencana serta mentaati perjanjian atau
kontrak yang telah disetujui bersama. Di dalam kontrak tercantum tugas yang harus dilaksanakan,
kewajiban kontraktor terhadap pemberi tugas, konsultan perencana maupun konsultan supervisi dan
hak-hak dari kontraktor.

Kontraktor bertanggung jawab penuh kepada pemilik proyek atau pemberi tugas atas kepercayaannya
dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan fisik hingga selesai. Dalam struktur organisasi ini pihak
kontraktor dapat melakukan pembagian pekerjaan kepada subkontraktor yang lebih berpengalaman dan
dapat dipercaya apabila pekerjaan tersebut membutuhkan spesialisasi. Subkontraktor tidak mempunyai
hubungan langsung dengan pemberi tugas, tetapi bertanggung jawab langsung kepada kontraktor.
Sedangkan kontraktor bertanggung jawab kepada pemberi tugas. Jika terjadi kesalahan pekerjaan,
maka kontraktor akan terkena sangsi dari pemberi tugas atau pemilik.

Dalam menyusun hubungan kerja antara keempat pihak yang terkait tersebut perlu dibuat struktur
organisasi yang efektif dan dinamis, agar setiap proses interaksi yang terjadi antara pihak-pihak tersebut
dapat berlangsung secara langsung dan terpantau dengan baik oleh pihak lainnya. Sehingga bila ada
permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat, baik dan benar. Namun demikian untuk memperoleh aspek
legal dari setiap keputusan yang diambil perlu adanya persetujuan dari pihak pemberi tugas. Dalam hal ini
pemberi tugas mengambil keputusan setelah memperoleh informasi lengkap dari konsultan supervisi
kemudian mengkonfirmasikan ke kontraktor. Struktur organisasi yang menggambarkan hubungan kerja
tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
`

B.IV.6 LINGKUP KEGIATAN

Dari uraian di atas, maka Konsultan Supervisi berkewajiban dan bertanggung jawab, sbb:

1) Memeriksa gambar-gambar design, perhitungan-perhitungan dan spesifikasi peralatan yang akan


dipasang dan membuat koreksi-koraksi bila diperlukan dan menyetujui bila sudah sesuai

2) Memeriksa rencana detail jadwal pembangunan, jadwal kerja di lokasi serta mengontrol pelaksanaannya
dan membuat usulan-usulan koreksi bila diperlukan

3) Memeriksa daftar pengadaan bahan/material, peralatan berdasarkan kualitas dan kuantitas sesuai
spesifikasi teknis, serta melakukan tindakan-tindakan pencegahan (preventif) berupa teguran-teguran
lisan maupun tertupis seandainya diperkirakan terjadi keterlambatan pelaksanaan

4) Mengawasi pelaksanaan Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja


Girder/ Baja Konvensional

5) Memeriksa gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) pembangunan, dengan membubuhkan


stempel/paraf Peyedia Pekerjaan.

6) Membantu Pengguna Jasa Konsultansi (selanjutnya ditulis Pengguna Jasa) dalam mengklaim Penyedia
Barang/Jasa bila terdapat kekurangan-kekurangan secara teknis sesuai Kontrak.

7) Memeriksa dan menyiapkan Berita Acara tingkatan kemajuan fisik Penyelesaian Pembangunan sesuai
yang dibutuhkan dalam Kontrak Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan Jembatan
Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional .

8) Selama pelaksanaan pembangunan, membuat dan mempersiapkan Berita Acara/Adendum Kontrak


dalam hal permasalahan teknis bila diperlukan. Dalam hal ini termasuk membuat saran kepada
Pengguna Jasa terdapat hal-hal yang menyimpang dari kontrak dan spesifikasi dan atau terdapat hal-hal
yang tidak lazim.
`

9) Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan bila terjadi penyimpangan kontrak yang


mengakibatkan adanya denda.

10) Mempersiapkan Berita Acara Penyerahan Pekerjaan dengan semua kelengkapannya.

11) Dalam melaksanakan pekerjaannya, Penyedia Jasa harus menjaga agar kehadirannya dalam pekerjaan
tersebut selalu tepat waktu sesuai jadwal yang sudah disepakati

B.IV.7 TANGGUNGJAWAB KONSULTAN

a. Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa pengawasan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan dan kode tata ‘laku’ profesi yang berlaku.

b. Secara umum tanggung jawab konsultan adalah minimal sebagai berikut:

1) Kesesuaian pelaksanaan konstruksi dengan dokumen pelelangan / pelaksanaan yang dijadikan


pedoman, serta peraturan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.

2) Kinerja pengawasan telah memenuhi standar hasil pengawasan yang berlaku.

3) Hasil evaluasi pengawasan dan dampak yang ditimbulkan.

c. Penanggung jawab profesional pengawasan adalah tidak hanya konsultan sebagai suatu perusahaan
tetapi juga bagi para tenaga ahli profesional pengawasan yang terlibat.

B.IV.8 PENDEKATAN TEKNIS

B.IV.8.1. KEGIATAN PENDAHULUAN

A. Penyusunan Rencana Kerja

Rincian tahapan Penyusunan rencana kerja yang tercakup dalam pekerjaan yang dilakukan,
meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Persiapan Administrasi
 Penyusunan Bagan Organisasi Pekerjaan
 Pembuatan Jadwal Waktu Pelaksanaan
 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak

Tingkat keberhasilan suatu pekerjaan tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para Tenaga
Ahli yang menangani, akan tetapi faktor perencanaan (kerja) akan memegang peranan kunci yang
akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan adanya rencana
kerja diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan, sehingga
dukungan dari masing-masing personil baik “Team Desain” maupun “Team Lapangan” akan
memberikan hasil yang optimal. Mengingat pentingnya rencana kerja ini, Ketua Tim akan
memimpin langsung untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan:
`

Jadwal pelaksanaan supervisi pekerjaan

Jadwal penugasan masing-masing personil

Uraian tugas dari masing-masing personil

Hubungan kerja antar personil maupun dengan proyek

Hubungan kerja dengan Kontraktor

Peralatan yang akan dibutuhkan

Dukungan pendanaan, dsb

a. Persiapan Administrasi

Pekerjaan Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal setelah menerima Surat Perintah
Mulai Kerja (SPK)/Kontrak. Persiapan administrasi tersebut meliputi:

1. Administrsi surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,


persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin sehingga
tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
2. Persiapan Administrasi ini harus dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang
berpengalaman dalam menangani pekerjaan ini, sehingga diharapkan dapat dilaksanakan
sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu.
3. Semua Masalah administrasi tersebut selalu dibawah pengawasan Ketua Tim yang
bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan.

b. Penyusunan Bagan Organisasi Pekerjaan Supervisi

Bagan organisasi dibuat dimaksudkan agar semua pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
baik karena telah terdifinisi masing-masing tugas, wewenang dan tanggung jawab antara semua
pihak yang terkait, dalam hal ini pelaksanaan Paket Paket 51 Pengawasan Teknis
Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional. Secara garis besar,
pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konstruksi ini adalah:

1. KPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Konsultan Supervisi
3. Kontraktor Pelaksana
Bagan Organisasi yang akan diusulkan oleh Konsultan Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan ini
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini. akan mencerminkan :

o Hubungan kerja
o Tugas, wewenang dan tanggung jawab
o Mekanisme Kerja
o Jalur instruksi
o Jalur koordinasi
o Jalur komunikasi
`

BAGAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERAJAAN

KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
RUANG KAB. HULU SUNGAI TENGAH

PPTK DINAS PEKERJAAN UMUM DAN KONSULTAN PENGAWAS


PENATAAN RUANG KAB. HULU
SUNGAI TENGAH CV. TAKABEYAJAYA UTAMA
RUANG PROVINSI KALIMANTAN

KONTRAKTOR

PELAKSANA

1) Hubungan Kerja dan Koordinasi dengan Pemberi Kerja Tim Supervisi akan berada dan
berkantor di dekat lokasi pekerjaan sebagai upaya untuk dapat memonitor secara langsung
dan terus menerus mengenai perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan standard
mutu dan persyaratan/spesifikasi teknis yang ada. Tim Supervisi akan membuat laporan
kemajuan yang akan disampaikan kepada Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang mencakup aktivitas konsultan
sendiri maupun aktivitas Kontraktor sebagai Pelaksana fisik. Pekerjaan-pekerjaan ini juga
mencakup hal-hal seperti pembuatan rekayasa lapangan, Contract Change Order, Menganalisa
klaim Kontraktor, memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly Certificate)
lengkap dengan back up datanya, serta penyiapan Professional Hand Over (PHO) dan Final
Hand Over (FHO). Disamping itu Konsultan Supervisi akan membantu Satuan Kerja Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul dengan Kontraktor dan memberikan
pendapat yang diminta atau tidak berdasarkan pertimbangan dan analisa obyektif terhadap
semua tuntutan yang mungkin diajukan oleh Kontraktor. Koordinasi kegiatan Team
Pengawasan Lapangan akan dilaksanakan oleh Tim Supervisi yang dalam hal ini akan diwakili
oleh Ketua Tim bersama-sama dengan Pemberi Kerja.

2) Hubungan Kerja dan Koordinasi dengan Kontraktor Hubungan koordinasi dengan kontraktor
dilakukan melalui Pemberi Kerja atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan
adalah berupa “Tugas Pembantuan”, yang berarti Konsultan bertugas membantu Direksi untuk
melakukan pengawasan terhadap Kontraktor dan memberikan saran-saran kepada Pengguna
Jasa/Direksi mengenai masalah-masalah yang berkaitan dan timbul dengan di dalam
pelaksanaan pekerjaan. Selain itu konsultan akan membantu Pengguna Jasa/Direksi perihal
`

instruksi dan saran- saran kepada Kontraktor mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan,
pemilihan dan penempatan staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang
digunakan dan membantu monitoring pelaksanaan kerja, pemilihan bahan/material konstruksi,
dll. Selain itu terhadap masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di dalam pelaksanaan
pekerjaan, akan didiskusikan secara bersama-sama antara konsultan, kontraktor, dan direksi
lapangan. Konsultan akan memberikan saran, alternatif pemecahan masalah serta
rekomendasi di dalam upaya untuk pengambilan keputusan, dimana keputusan ini nantinya
harus disetujui oleh Pemberi Kerja/Direksi sebelum dilaksanakan di lapangan.

Periodik meeting, sedikitnya sekali dalam seminggu diadakan bersama-sama dengan Pengguna
Jasa/Direksi dan bilamana perlu dengan Kontraktor untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja minggu
sebelumnya, serta membuat program kerja minggu berikutnya.

c. Pembuatan Jadwal Waktu

Pelaksanaan Mengingat pelaksanaan pekerjaan cukup komplek dan harus sudah dapat diselesaikan
dalam 135 (Seratus tiga puluh lima) hari kalender, maka diperlukan suatu manajemen
pengelolaan yang cermat guna terselesaikannya aktivitas kegiatan ini dengan baik. Sehinggan
pemahaman item-item pekerjaan serta urut-urutan kerja serta keterkaitan item satu dengan yang
lain harus benar-benar dipahami. Dari hasil evaluasi dan analisa semua aktivitas kegiatan
selanjutnya dituangkan dalan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan. Evaluasi dan pengawasan semua
aktivitas kegiatan akan dilakukan secara kontinyu sehingga terjamin ketepatan waktu pelaksanaan
sesuai dengan Jadwal yang telah disediakan.

d. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak

Dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu, Konsultan akan menyiapkan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) yang akan memuat :

 Informasi Perusahaan, mencakup Nama Perusahaan, Kualifikasi/Klasifikasi, Bidang/Layanan


(Sub Bidang/Sub Layanan), Alamat, Pimpinan Perusahaan, No. Telp/fax, dll).
 Struktur Organisasi Perusahaan, termasuk uraian tugas/jabatan dari masingmasing bagian/unit
dan tenaga ahli.
 Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, Jadwal pelaksanaan pekerjaan, Jadwal penugasan
personil termasuk uraian tugas dan wewenang maupun mekanisme kerja untuk masing-
masing tenaga ahli yang terlibat.
 Program kerja Konsultan, standar prosedur, kriteria perencanaan, pedoman standar yang
digunakan, bagan alir, buku referensi yang dipakai.
 Penyiapan Lembar Kerja Rencana Mutu (Quality Plan) Implementasi Pekerjaan.
 Daftar Simak.
 Jadwal Inspeksi dan Test (berapa kali, penggunan peralatan, metode yang digunakan,
bukti/hasil yang telah dicapai, penanggung jawab, dll)
 Pengendalian Dokumen (administrasi, keuangan, kontrak)
 Rencana Tindak Turun Tangan (T3)
 Metode pengawasan, audit dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan agar tercapai standar
mutu yang diinginkan.

B. Demobilisasi Personil Dan Peralatan


`

a. Penempatan Tenaga Ahli

Kantor Pusat Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli yang
cukup berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk mengawasi,
mengkoordinir dan menganalisa semua aktivitas pekerjaan agar diperoleh standar kualitas yang
cukup tinggi. Untuk penempatan tenaga ahli konsultan melakukan analisa teknis kebutuhan Man
Month untuk masing-masing tenaga ahli untuk tiap item pekerjaan.

b. Dukungan Fasilitas Kerja dan Peralatan

Untuk memperoleh hasil yang optimal, Konsultan akan menyiapkan fasilitas kerja sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja. Dalam hal untuk meningkatkan
kualitas hasil dan efisiensi kerja apabila dimungkinkan Konsultan akan menambah atau
meningkatkan kualitas/spesifikasi peralatan yang digunakan. Mengingat komponen perangkat keras
dan lunak dalam pekerjaan ini memegang peranan penting dalam perwujudan hasil studi yang
optimal. Untuk mendukung terciptanya kerja yang menghasilkan produktifitas yang tinggi, serta
untuk mengaplikasikan dari suatu rencana pekerjaan yang telah disusun perlu ditunjang adanya
peralatan dan sarana yang memadai, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Peralatan yang
akan disediakan oleh Kantor Pusat dalam pendukung pelaksanaan tersebut diantaranya :

1) Peralatan Kantor

 ATK
 Komputer
 Meja tulis kantor
 Printer
 Dan lain-lain
2) Peralatan Survey Lapangan

 Kendaraan transportasi (Mobil dan Motor)


 Perlengkapan lapangan untuk personil
 Alat Dokumentasi (Kamera)
 Bahan Survey (Roll meter dll)

Dukungan peralatan yang disediakan Konsultan tersebut akan disesuaikan dengan pengadaan
peralatan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

C. Pengumpulan Data

Konsultan akan melakukan pengumpulan data yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan,
dinantaranya adalah :

 KAK Konsultan
 Hasil Kajian Terdahulu
 Dokumen Pelelangan dan Dokumen Kontrak Jasa Pemborongan
 Spesifikasi Teknik dan Note design Pelaksanaan Konstruksi
 Peraturan-peraturan Kementrian Pekerjaan Umum
 Hasil survey dll.
`

Konsultan juga akan mengumpulkan pedoman-pedoman dan standar pelaksanaan Kegiatan


Pembangunan Jalan.
`

D. Peninjauan Kondisi Lapangan

Pada awal pelaksanaan pekerjaan, konsultan supervisi akan melaksanakan survey lapangan untuk
mengetahui kondisi existing, rencana konstruksi Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan
Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional, maupun bangunan-bangunan lainnya.
Survey pendahuluan ini, disebut sebagai Field Engineering atau Rekayasa Lapangan. Beberapa
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rekayasa Lapangan oleh tim supervisi diantaranya sebagai
berikut :

 Melakukan identifikasi lapangan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk masing- masing
konstruksi disesuaikan dengan hasil desain.
 Melakukan inventarisasi masalah-masalah pada bangunan existing (jika ada) serta melakukan
klarifikasi terhadap kebutuhan konstruksi yang diperlukan.
 Melakukan kajian kembali terhadap data dan masukan teknis dari SID yang pernah dilakukan
serta melakukan klarifikasi dengan kondisi existing untuk dapat mengevaluasi apakah diperlukan
modifikasi desain atau tidak

D.IV.8.2. KEGIATAN EVALUASI DAN REKOMENDASI DESAIN

a. Evaluasi Hasil Desain

Berdasarkan hasil peninjauan kondisi lapangan yang dilengkapi dengan catatan mengenai keadaan
lapangan, selanjutnya dibandingkan dengan hasil desain untuk mengevaluasi apakah terdapat
perbedaan yang cukup signifikan sehingga diperlukan adanya review desain terhadap beberapa
konstruksi yang relatif vital

b. RekomendaSi Desain (Review Design)

Tim Supervisi akan membantu dan berkoordinasi dengan Direksi untuk menentukan jenis dan macam
Review Desain yang akan dilakukan. Tim Supervisi akan mengusulkan kegiatan Review Desain jika
ditemukan beberapa hal sebagai berikut :

 Jika jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan belum ada hasil survey dan desainnya.
 Jika terdapat perbedaan kondisi lapangan dengan data yang terdapat dalam hasil desain.
 Jika dipandang perlu dilakukan perubahan type dan konstruksi berdasarkan pertimbangan teknis
dan sepanjang masih tercantum dalam surat perjanjian kontrak.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam review desain apabila tidak diperlukan lagi adanya survei
dan investigasi ulang, meliputi hal-hal sebagai berikut :

 Standar/peraturan yang dipakai sebagai acuan


 Cara dan metode perhitungan yang digunakan
 Rumus-rumus yang digunakan
 Persyaratan-persyaratan sebagai batasan yang harus dipenuhi
 Penentuan dimensi dan analisa stabilitas struktur
 Penggambaran bangunan hasil review desain
 Perhitungan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi
 Penyusunan spesifikasi teknis
`

 Usulan Addendum bila perubahan konstruksinya relatif besar

Tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan review design masih diperlukan, agar desain yang
dihasilkan sesuai dengan kondisi lapangan terakhir.

Konsultan supervisi dalam mengusulkan review desain/rekomendasi desain akan selalu berkonsultasi
dengan direksi yang telah ditunjuk Pejabat Pengadaan Paket Paket 51 Pengawasan Teknis
Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional. Pelaksanaan review
desain dan penggambaran akan dilaksanakan oleh Kontraktor dan diperiksa oleh Konsultan dan
disertai dengan alasan hasil analisa selanjutnya diajukan kepada Pemberi Kerja/Direksi untuk
mendapat persetujuan.

D.V.8.3. KEGIATAN PENGAWASAN

Tim Supervisi akan melakukan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor,
dimana seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam dokumen kontrak
pekerjaan fisik (spesifikasi) dan nota desain yang sebelumnya telah dibuat. Konsultan Supervisi
terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman dasar pelaksanaan konstruksi agar pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dapat berjalan lancar dan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini
mencakup antara lain:

a. Penyusunan Rencana Konstruksi (Construction Plan)

Penyusunan rencana konstruksi adalah agar pelaksanaan konstruksi dapat berjalan lancar sesuai
dengan sc

hedule yang telah dibuat yang didukung oleh:

 Akses jalan masuk dan jembatan yang memadai (kekuatan, kapasitas maupun lebar
jalan/jembatan Route/rencana jalur pengangkutan material konstruksi) untuk transportasi
bahan dan peralatan konstruksi. Jika diperlukan rencana perbaikan yang dibutuhkan.
 Terdifinisinya lokasi, kuantitas dan kualitas material konstruksi yang akan digunakan.
 Tersedianya peralatan konstruksi yang diperlukan baik itu jenis, kapasitas maupun
jumlahnya.
 Tersedianya sumber daya manusia dalam jumlah yang cukup serta mempunyai pengetahuan
sebagaimana tuntutan jenis pekerjaan yang akan ditangani.
 Terdifinisinya bangunan sementara yang diperlukan.
 Rencana perbaikan situ/waduk yang diperlukan
 Rencana pembuatan bangunan sementara yang diperlukan
 Jadwal Pelaksanaan Konstruksi
 Jadwal, Jumlah dan Jenis Peralatan yang akan digunakan
 Rencana Alokasi Pemakaian Bahan Konstruksi

b. Penyusunan Pedoman Kendali Mutu Pekerjaan (Quality Control)

Guna memperoleh mutu yang handal dari pembangunan infrastruktur, diperlukan langkah-
langkah pendekatan terhadap segala aspek yang akan mempengaruhi tercapainya kehandalan
`

mutu tersebut. Beberapa system standar yang diperlukan dalam rangka pencapaian kehandalan
mutu konstruksi adalah:

 Quality Assurance
 Quality Control Circle
 SNI terkait
 Total Quality Management
 Sistem Mutu menurut spesifikasi teknik
 Peraturan-peraturan Departemen Pekerjaan Umum
 Dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan besarnya cakupan sektor yang harus ditangani dan ditetapkan indikatornya,
dalam hal ini Konsultan akan membatasi pada pengendalian mutu pekerjaan konstruksi.
Penerapan system pengendalian mutu konstruksi dilakukan dengan membuat model sebagai
checklist yang memuat semua aspek terkait, seperti tabel di bawah ini :

 NKM dibawah 50 % : kurang baik


 NKM diantara 50 % - 75 % : baik
 NKM diatas 75 % : sangat baik

Sesuai dengan tugas yang diberikan, Konsultan melalui Direksi, akan mengarahkan dan
membantu Kontraktor dalam pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK). Pelaksanaan Quality
Control dilakukan oleh Tim Supervisi yang dikoordinasi Ketua Tim, untuk menjamin bahwa mutu
dari material yang dipakai oleh kontraktor memenuhi persyaratan spesifikasi, serta pelaksanaan
`

konstruksi sesuai dengan prosedur yang dipersyaratkan sehingga mutu hasil konstruksi sesuai
dengan spesifikasi yang diminta. Lingkup pekerjaan Quality Control termasuk pada hal-hal
sebagai berikut :

a) Mengikuti petunjuk teknis, senantiasa memberikan informasi kepada Ketua Tim serta Direksi
Pekerjaan tentang kendali mutu.

b) Melakukan supervisi terhadap penyusunan organisasi dan tata letak dan laboratorium di
lapangan milik kontraktor, membantu mobilisasi pengujian serta menjamin bahwa semua
keperluan laboratorium sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam spesifikasi.

c) Melakukan supervisi terhadap pemasangan peralatan pengujian dan menjamin semua


peralatan yang dipakai sudah memenuhi syarat.

d) Melaksanakan supervisi kegiatan harian dari semua pekerjaan yang harus dilakukan oleh
kontraktor untuk kendali mutu dari material/bahan, kualitas konstruksi ataupun tenaga teknis
laboratorium serta segera memberikan laporan tertulis kepada Direksi Pekerjaan bila
ditemukan penyimpangan dalam prosedur pengujian atau kekurangan baik untuk
material/bahan ataupun tenaga.

e) Menganalisa semua data pengujian kendali mutu yang dilakukan kontraktor, dan merumuskan
serta mengirimkan rekomendasi tertulis untuk dapat menerima atau menolak bahan/material,
proses pelaksanaan maupun metode yang dipergunakan untuk dikerjakan.

f) Evaluasi terhadap ketetapan prosedur pekerjaan pengujian yang dilaksanakan kontraktor,


pemilihan sumber material, melaporkan secara tertulis pada Direksi Pekerjaan bila terdapat
kekurangan dalam prosedurpengujian yang dilaksanakan atau kekurangan dari bahan atau
kualitas tenaga dalam melaksanakan pekerjaan- pekerjaan pada paket kontrak tersebut.

g) Memeriksa dan meringkas semua data tentang kendali mutu serta memberi usulan dalam
menerima atau menolak usulan kontraktor tentang bahan/material konstruksi dan bahan-
bahan yang digunakan.

h) Membantu tugas-tugas laboratorium, khususnya dalam penyiapan laporan kendali mutu yang
harus dikirim kepada Direksi.

i) Menyiapkan rencana kerja datail untuk pekerjaan penyelidikan (investigations) termasuk


pengeboran atau sondir bila diperlukan, dan mengkoordinasikan semua kegiatan Tim Supervisi
lapangan dalam melaksanakan rencana kerja dilapangan

j) Melakukan analisa dan evaluasi terhadap uji lapangan hasil konstruksi (kualitas beton, kualitas
timbunan tanah, dsb).

c. Aktivitas Pelaksanaan Supervisi (Aspek Umum Pengawasan)

Kegiatan supervisi pelaksanaan konstruksi yang akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi
mencakup:

1) Kegiatan Pra-Konstruksi
`

Kegiatan pra-konstruksi yang akan dilaksanakan pada umumnya menyangkut kegiatan


proses tender kontraktor meliputi kegiatan penyiapan paket-paket pekerjaan; penyiapan
dokumen lelang termasuk penyiapan gambar konstruksi, spesifikasi teknik maupun BOQ
prakualifikasi kontraktor; penjelasan pekerjaan; evaluasi calon pemenang serta penyiapan
dokumen kontrak pemborongan.

2) Selama Konstruksi

Selama pelaksanaan konstruksi, Konsultan akan melaksanakan aktivitas supervisi konstruksi


pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan :

 Evaluasi dan kaji ulang terhadap Jadwal pelaksanaan konstruksi yang telah disusun oleh
kontraktor, sehingga ketepatan waktu pelaksanaan dapat dikendalikan.
 Meneliti dan mengevaluasi semua usulan rencana kerja dan dokumen- dokumen yang
berhubungan dengan implementasi proyek dan pekerjaan konstruksi yang diserahkan
kontraktor untuk disetujui.
 Melakukan pengecekan dan evaluasi terhadap aktivitas kontraktor apakah telah sesuai
dengan Jadwal dan rencana kerja yang telah disetujui.
 Mengoptimasikan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi agar diperoleh biaya
pekerjaan yang paling ekonomis.
 Meneliti gambar konstruksi (shop drawing, working drawing, detail drawing) dan
perhitungan yang disiapkan oleh kontraktor.
 Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan Check List Pengawasan
Pekerjaan, dalam hal ini dapat diterapkan Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau disebut
juga Rencana Mutu Kontrak (RMK). Format Laporan-laporan tersebut dapat dilihat pada
Lampiran Form Supervisi.
 Menyediakan formulir (request) untuk pengajuan atas pelaksanaan setiap item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
 Menetapkan pemeriksaan secara periodik dan cara kerja test bahan konstruksi dan
mengevaluasi hasil tesnya, memberi rekomendasi persetujuan bahan bangunan yang
digunakan sesuai dengan persyaratan teknis yang telah ditentukan dalam kontrak.
 Memberikan saran dan persetujuan terhadap Jadwal pengadaan dan jumlah bahan
konstruksi yang diusulkan oleh Kontraktor.
 Memberikan saran atas gudang dan cara-cara penyimpanan bahan konstruksi untuk
menjaga kualitas bahan, diantaranya penyimpanan semen, besi beton dan sebagainya.
 Menolak bahan/material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
 Meneliti dan menginspeksi kualitas material/bahan dan peralatan yang dipakai oleh
kontraktor.
 Memeriksa spesifikasi teknis untuk setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi.
 Mengevaluasi dan meneliti pekerjaan tambah/kurang jika diperlukan, termasuk
pengawasan terhadap tambahan pekerjaan penyelidikan dan penelitian lapangan.
 Memberikan pengarahan pada rencana pengadaan dan kuantitas dari bahan konstruksi.
 Melakukan inspeksi ke pabrik penyalur bahan konstruksi dan peralatan jika diperlukan.
 Menyiapkan laporan inspeksi, test dan aktivitas supervisi.
 Pengawasan yang teliti dalam pelaksanaan konstruksi.
`

 Bersama-sama Pelaksana Fisik (Kontraktor) dan Direksi/yang mewakili melakukan


pengukuran dan menyepakati hasil pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam
kontrak pelaksanaan fisik.
 Mencatat semua hasil pengukuran besaran/volume pekerjaan yang diperlukan untuk
pembayaran dengan menggunakan formulir yang lazim dan disetujui oleh Direksi.
 Melaporkan kepada Direksi atas setiap persoalan yang timbul dan potensial sehubungan
dengan kontrak dan memberikan pilihan/alternatif cara penyelesaiannya. Persoalan
tersebut dapar berupa kemungkinan anggaran yang tidak mencukupi, kemungkinan
terlambat, kualitas yang tidak dipenuhi.
 Menelaah semua tuntutan pembayaran tambahan atau perpanjangan waktu yang
diajukan oleh Kontraktor dan memberi saran/pendapat kepada Direksi.
 Terhadap Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan isi SPK atau
Surat Perjanjian Kontrak (SPK) dikenakan sanksi atau teguran atau peringatan. Sebelum
teguran dikeluarkan, Konsultan membuat surat pemberitahuan/instruksi kepada
Kontraktor dengan sepengetahuan Pemberi Kerja. Apabila Kontraktor tidak
melaksanakan isi surat pemberitahuan/instruksi dari Konsultan, maka Pemberi Kerja
akan mengeluarkan Surat Teguran I.
Apabila Surat Teguran I tidak dilaksanakan oleh Kontraktor dalam waktu 3 (tiga) hari
kerja, maka Konsultan membuat rekomendasi kepada Pemberi Kerja untuk dikeluarkan
Surat Teguran II.

 Mengevaluasi usulan dokumen pembayaran bulanan yang diajukan oleh kontraktor.


 Melakukan pemeriksaan dan memberikan saran/ pendapat atas pekerjaan Pelaksanaan
Fisik yang telah selesai secara lengkap untuk dapat dinyatakan diterima oleh Direksi,
guna menetapkan dimulainya masa pemeliharaan.
 Mengadakan telaah dan saran/pendapat penanganan atas kelainan- kelainan yang
mungkin terjadi selama masa pemeliharaan.
 Memeriksa gambar terlaksana (as-built drawing) kontraktor.
 On the job training kepada staff proyek dalam pelaksanaan kegiatan supervisi
konstruksi.
 Menyiapkan sertifikat pembayaran prestasi pekerjaan yang diperlukan Kontraktor untuk
mengajukan permintaan angsuran pembayaran atas hasil kerja termasuk penyediaan
material. Angsuran ini harus didasarkan pada jumlah yang disetujui dalam rapat yang
diselenggaran setiap akhir bulan antara Konsultan Pengawas, Kontraktor dan Direksi
Lapangan. Sertifikat pembayaran prestasi ini harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
untuk pelaksanaan pemeriksaan akhir. Penjabaran lebih lanjut terhadap pelaksanaan
supervisi konstruksi tersebut diuraikan dalam penjelasan berikut :
a) Evaluasi Jadwal Kerja Kontraktor

 Tim Supervisi akan mengevaluasi rencana kerja (Schedule) kontraktor untuk


disesuaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seperti waktu yang
tersedia, kondisi cuaca, ketersediaan peralatan, ketersediaan tenaga kerja dan
material. Selain itu urutan-urutan pekerjaan juga harus diperhatikan di dalam
penyusunan rencana kerja yang akan dimintakan persetujuan ke Pemberi Kerja
yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar rencana kerja secara keseluruhan
agar dapat diperoleh cara kerja yang efektif dan efisien.
 Jadwal Kerja Kontraktor yang dibuat juga tidak terlepas dari pedoman dasar
yang telah dibuat yakni Rencana Konstruksi (Construction Plan).
`

 Monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja ini harus terus
menerus dilakukan untuk dapat tercapainya Jadwal seperti yang diinginkan.
Pada evaluasi Jadwal kerja ini dapat dilakukan revisi-revisi dan perubahan atau
pembaharuan apabila timbul keterlambatan pelaksanaan, untuk dapat dikejar
dari sisa waktu yang telah disediakan.

b) Evaluasi Perhitungan dan Gambar Konstruksi

 Tim Supervisi akan mengevaluasi analisis perhitungan selama desain atau


desain rehabilitasi, serta gambar rencana konstruksinya sebelum kontraktor
memulai pelaksanaannya. Evaluasi ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya
sudah tidak ada kesalahan, baik daftar keamanan konstruksi, efisiensi biaya
maupun kelayakan konstruksi. Tidak menutup kemungkinan pada tahapan
evaluasi ini akan dilakukan koreksi, revisi modifikasi desain, agar didapatkan
hasil yang lebih baik. Tim Supervisi akan selalu melakukan koordinasi dengan
Direksi, dan KPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk mendapatkan persetujuan hasil
evaluasi.

c) Tes Material

 Tim Supervisi, selain melaksanakan pengawasan pekerjaan lapangan


secara visual, juga akan melakukan pengawasan kualitas material di
laboratorium. Pengawasan ini dimaksudkan agar seluruh material yang dipakai
untuk pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan seperti yang diuraikan di dalam
dokumen kontrak, khususnya spesifikasi teknik. Teknisi laboratorium beserta
Supervisor Konstruksi akan memonitor pekerjaan- pekerjaan laboratori
Supervisor Konstruksi akan memonitor pekerjaan- pekerjaan laboratorium
seperti analisa test, gradasi material, test stability, test kompaksi/kepadatan,
analisa formula campuran, soundness test untuk agregat, dan test-test
laboratorium lainnya.
 Evaluasi Kualitas dan Kuantitas Pekerjaan
 Ketua Tim supervisi akan secara rutin dan terus-menerus melakukan
berkoordinasi dengan anggota team maupun melakukan pengawasan terhadap
kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor. Dalam
pengawasan kualitas pekerjaan, konsultan akan melakukan checking terhadap
metodologi pelaksanaan, kualitas bahan-bahan dan campuran yang dilakukan,
peralatan yang digunakan
 Maupun kemampuan tenaga kerja. Untuk beberapa pekerjaan khususnya
konsultan akan meminta kepada kontraktor untuk melakukan test aterial
maupun test laboratorium untuk mengetahui kekuatan material. Dan
selanjutnya konsultan akan mengevaluasi hasil test laboratorium tersebut.
 Sampling kualitas bahan yang telah disetujui hendaknya
 Disimpan di kantor lapangan Kontraktor untuk digunakan sebagai
monitoring visual atas bahan-bahan konstruksi yang akan digunakan Sedangkan
untuk pengawasan kuantitas
`

 Pekerjaan, konsultan supervisi akan melakukan langkah- langkah sebagai


berikut:
 melakukan pemeriksaan kuantitas material.
 melakukan pemeriksaan terhadap pengukuran yang dilakukan baik sebelum
maupun sesudah pelaksanaan konstruksi (joint measurement).

d) Supervisi Konstruksi

Pengawasan merupakan bagian pokok dari program kerja konsultan yakni berupa
monitoring secara kontinyu segala pekerjaan kontraktor serta hasilnya. Metode
pelaksanaan kerja kontraktor dimonitor agar sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki di dalam spesifikasi, dan apabila terdapat cara pelaksanaan yang
menyimpang dari ketentuan yang ada, kontraktor harus dapat menjelaskan dan
memberikan argumentasi bahwa metode pekerjaan yang diterapkan tidak akan
mengurangi kualitas pekerjaan. Inspektor ataupun anggota Tim Supervisi yang lain
akan membuat laporan harian mengenai pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja yang
ada, peralatan yang dipakai, estimasi kuantitas hasil pekerjaan dan bilamana perlu
konsep dan sket gambar serta ukuran, serta total kuantitas, kondisi cuaca serta
kondisi lokasi pekerjaan. Pekerjaan pengawasan akan dilakukan secara teliti dan
terkendali untuk masing-masing item pekerjaan dengan menggunakan prosedur
pengawasan yang lazim digunakan dan dengan menggunakan tata cara dan flow
chart yang berlaku. Pengawasan detail akan dilakukan terhadap pekerjaan utama.
Selama kontraktor melaksanakan pekerjaan, Tim Supervisi akan selalu memonitor
mengenai pembuatan profil konstruksi (Uitzet), pengukuran-pengukuran awal,
kualitas material, pemadatan, kadar air material, gradasi material, pekerjaan
shoulder (bahu jalan), saluran tepi dan lain-lain. Tim Supervisi akan secara bersama
memonitor, memberikan saran-saran teknis apabila diperlukan dan tindakan
alternatif yang biasa ditempuh apabila terdapat kesulitankesulitan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk pekerjaan struktur akan dilakukan monitoring terhadap
kestabilannya, pelaksanaan campuran dan komposisi campuran dan lain-lain. Hasil
pemantauan pekerjaan akan selalu dicatat dalam catatan Buku Harian Lapangan
(BHL) yang dilakukan baik pada saat awal, selama dan setelah pekerjaan
dilaksanakan. Pengukuran kuantitas hasil pekerjaan akan dilakukan bersama-sama
Konsultan, Kontraktor dan pihak Pemberi Kerja dimana pengukuran ini dilakukan
setelah pekerjaan tersebut dan dapat diterima baik dari segi hasil pekerjaan
(performance) maupun mutu, pelaksanaan pekerjaan. Prosedur pembayaran yang
dilakukan akan mengikuti ketentuan yang disebutkan didalam dokumen kontrak,
terutama menginduk pada spesifikasi (persyaratan khusus) atau pada buku dokumen
Kontrak fisik. Tahapan dan Prosedur pengawasan dan pelaksanaan supervisi
konstruksi untuk berbagai jenis kegiatan pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:

a) Pre Construction Meeting

Penyelenggaraan pre construction meeting, dimaksudkan untuk mempelajari lebih


dalam hal-hal yang kurang atau tidak jelas tentang isi dokumen kontrak beserta
kelengkapannya serta penjelasan dari kontraktor atas Rencana Mutu Pekerjaan
(RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dianggap belum jelas. Dengan
demikian keraguan atau beda pendapat dalam penafsiran pasal-pasal dokumen
`

kontrak dapat dihindari, demikian pula ketidak jelasan tentang Rencana Mutu
Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor
dapat dipahami sehingga terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu
dalam pertemuan tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja
pelaksanaan, struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi
dan efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian pekerjaan
yang akan diserahkan kepada sub- kontraktor. Dalam membuat RMP atau RMK
kontraktor sekurangkurangnya menjelaskan tentang uraian singkat pekerjaan,
organisasi pelaksana kontraktor, rencana kerja pelaksanaan oleh kontraktor
dilengkapi dengan bagan alurnya, standar prosedur dan standar desain yang akan
digunakan, inspeksi dan test yang akan dikerjakan.

b) Pekerjaan Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini, Konsultan akan melakukan pengawasan dan


pemeriksaan terhadap kegiatan kontraktor menyangkut:

(1) Penyiapan Kantor Lapangan Kontraktor, termasuk system sanitasi,


penerangan, gudang penyimpanan material konstruksi dan bengkel
peralatan.

(2) Ruang kerja pengawas (Direksi keet)

(3) Penyiapan papan nama proyek.

(4) Penyiapan jalan kerja dan bangunan sementara.

(5) Mobilisasi peralatan dan SDM.

(6) Penyiapan gambar kerja.

(7) Pengadaan dan pengujian bahan konstruksi.

c) Pekerjaan Pengukuran Lapangan (Uitzet)

Pekerjaan pengukuran ini dilakukan baik untuk pengukuran ulang maupun


pengukuran tambahan untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis atas
keadaan lapangan kondisi terakhir. Sebelum melaksanakan pengukuran,
kontraktor harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas Pekerjaan untuk
memulai pekerjaan. Kontraktor harus memelihara benchmark (BM) yang telah
ditunjuk dan bilamana diperlukan harus membuat penambahan patok-patok tetap
sebagai patok bantu dalam melakukan kegiatan pengukuran. Kegiatan
pengecekan patok benchmark serta kegiatan pengukuran, termasuk metode
perhitungan hasil ukur maupun hasil gambar harus dilakukan sesuai dengan
pedoman atau standar prosedur pengukuran yang berlaku dan disetujui.
Selanjutnya hasil dari pengukuran ini akan digunakan untuk pembuatan Gambar
Kerja serta pembuatan Mutual Check 0% (MC–0).]

d) Pembuatan dan Pemeriksaan Gambar Kerja (Shop Drawing)


`

Drawing, Working Drawing, Detail Drawing) Yang dimaksud dengan Gambar Kerja
(shop drawing, working drawing, detail drawing) adalah gambar dari bagian-
bagian disain konstruksi yang dibuat lebih jelas dengan skala gambar yang lebih
besar, sehingga dapat memperlihatkan bagianbagian yang terkecil, yang harus
dikerjakan dan dapat digunakan secara langsung sebagai tuntunan para tenaga
kerja trampil untuk melaksanakan pekerjaannya. Gambar Kerja yang dibuat harus
mengikuti ketentuan atau mengacu pada pedoman membuat gambar teknik yang
berlaku (bentuk simbul-simbul gambar, ukuran huruf dan angka, maupun tanda-
tanda lainnya). Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Gambar Kerja tersebut
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan.

e) Penyiapan Buku Harian Lapangan, Buku Pengawasan

Yang dimaksud dengan Buku Harian Lapangan (BHL) adalah buku yang
disediakan oleh Kontraktor yang digunakan untuk mencatat kegiatan, peristiwa,
kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan, yang terjadi setiap hari di
lapangan pekerjaan. Yang dimaksud dengan Buku Pengawasan adalah buku yang
disediakan oleh Kontraktor yang digunakan oleh Pengawas Pekerjaan untuk
mencatat kegiatan, peristiwa atau kejadian yang menyangkut pengawasan
pekerjaan yang terjadi setiap hari di lapangan. Termasuk disini adalah pemberian
petunjuk dan pengarahan dari Konsultan agar pelaksanaan pekerjaan benar-
benar berlangsung sesuai dengan ketentuan dalam kontrak dan dapat
dilaksanakan sesuai dengan Jadwal pelaksanaan. Dalam Buku Harian, Kontraktor
harus mencatat semua kegiatan, diantaranya adalah:

(1) Penerimaan material konstruksi

(2) Kegiatan pekerjaan konstruksi yang dilakukan

(3) Penggunaan alat-alat kerja

(4) Jumlah tenaga kerja

(5) Progres pekerjaan yang telah dicapai

(6) Kejadian-kejadian baik yang mengganggu maupun yang tidak mengganggu


kegiatan lapangan

(7) Keadaan cuaca atau hari hujan

(8) Dan lain-lain kegiatan Dalam Buku Pengawasan, Pengawas Pekerjaan/


Konsultan akan mencatat semua kegiatan atau peristiwa yang berkaitan
dengan pengawasan dan pengendalian pekerjaan, diantaranya adalah:

1) Persetujuan rencana kerja kontaktor yang rinci, metode pelaksanaan,


setting out/uitzet, pekerjaan yang selesai dan memenuhi persyaratan.

2) Petunjuk atau arahan bagi pelaksana pekerjaan, agar pelaksanaan


pekerjaan atau mutu pekerjaan jangan sampai menyimpang.
`

3) Teguran atau peringatan kalau terjadi penyimpangan atau


keterlambatan.

4) Penolakan terhadap bahan material yang akan digunakan atau hasil


kegiatan yang tidak sesuai dengan persyaratan. Disamping hal
tersebut diatas, Konsultan akan menyiapkan format Laporan harian,
Mingguan, Bulanan maupun checklist Pengawasan Pekerjaan untuk
diisi oleh Kontraktor maupun Pengawas Pekerjaan, termasuk komentar
Konsultan.

f) Monitoring dan Sistem Pelaporan

Monitoring kegiatan Kontraktor merupakan salah satu tugas utama Konsultan


Supervisi agar pekerjaan konstruksi dapat berjalan sebagaimana ditetapkan
dalam kontrak. Monitoring akan dilakukan diantaranya melalui sistem pelaporan
agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan standar isian yang telah ditentukan.
Konsultan akan memberi perhatian khusus terhadap tingkat kecermatan
informasi, ketepatan dan waktu pendistribusian laporan. Monitoring dan sistem
pelaporan laporan ini meliputi :

(1) Menyiapkan/menyerahkan laporan bulanan tepat pada waktunya, teliti


dan menunjukan secara fisik dan finansial kemajuan Kegiatan.

(2) Melaporkan dengan segera secara tertulis terhadap semua kesulitan-


kesulitan yang mungkin akan terjadi dalam pelaksanaann pekerjaan
sehubungan dengan kondisi Kegiatan dalam waktu mendatang dan lain
sebagainya yang diperkirakan dapat menyulitkan/merugikan pelaksanaan
pekerjaan. Laporan ini juga harus memuat usulan pemecahannya
terhadap hal-hal yang dikuatirkan tersebut diatas.

(3) Melaporkan secara lengkap dan tertulis serta saran pemecahanya


terhadap hal-hal yang akan menyebabkan keterlambatan pekerjaan.

(4) Selalu membuat catatan harian tentang pekerjaan yang telah selesai,
bahan-bahan/material yang telah dipakai,tenaga kerja dilapangan,
keterlambatan peralatan, keadaan cuaca dan peristiwa-peristiwa lainnya.

(5) Membuat file yang baik sehubungan dengan korespondes/ surat-


menyurat dengan pihak kontraktor, Direksi Pekerjaan, Pemberi Kerja/
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Projek Manager dan lain- lainnya.

(6) Membuat catatan-catatan dan mem-file-nya secara baik terhadap hasil


pekerjaan, hasil test material, Sertifikat Pembayaran (Pay Certificates),
pengukuran volume pekerjaan dilapangan, back-up perhitungan dan As-
built drawing.
`

(7) Melaksanakan inspeksi sebelum inspeksi akhir dan membuat laporan


tentang kekurangankekurangan/kerusakan hasil pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan dalam suatu daftar.

(8) Menyiapkan laporan penyelesaian pekerjaan untuk Pemberi Kerja yang


memuat masalah yang dihadapi selama pekerjaan dan penyelesaiannya
serta lampiran-lampirannya yang meliputi: file Change-Order, file As-built
Drawing dan file hasil test.

(9) Membuat dokumentasi atas pelaksanaan pekerjaan Kontraktor ataupun


atas pelaksanaan kegiatan Konsultan sendiri.

(10) Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan kontraktor di lapangan sesuai


dengan pengawasan mutu sesuai dengan RMK Kontraktor.

(11) Membuat laporan kegiatan pengawasan masing-masing tenaga ahli


mengenai tugas dan wewenang, schedule kerja serta langkah-langkah
yang telah diambil.

g) Pekerjaan Sementara atau Darurat

Konsultan supervisi akan melakukan pengawasan dan pengarahan kepada


Kontraktor atas pekerjaan sementara atau darurat yang dilaksanakan. Berbagai
pekerjaan sementara yang mungkin terjadi diantaranya adalah:

(1) Pekerjaan dewatering atau pengeringan

(2) Pembuatan saluran pengelak

(3) Pembuatan tanggul pengelak/Coverdam

(4) Pembuatan/perbaikan jalan/jembatan

(5) Pembuatan kerangka penyangga atau perancah

(6) Dan lain-lain.

h) Penempatan dan Pengujian Bahan Konstruksi

Supervisi yang dilaksanakan Konsultan dalam kegiatan ini adalah agar Kontraktor
dalam menempatkan /menyimpan bahan konstruksi pada tempat yang memenuhi
persyaratan, sebelum bahan tersebut digunakan yakni aman, tidak mengganggu
lingkungan dekat dengan tempat penggunaan bahan tersebut dan terlindung dari
gangguan hujan dan sebagainya. Sedangkan pengujian bahan konstruksi dengan
cara menerapkan tatacara dalam standar prosedur pengujian yang telah
disepakati. Bahan yang akan digunakan harus lulus dari pengujian mutu bahan
dan hasil pengujian dicatat dan disimpan dengan baik dan tertib karena akan
menjadi bagian dari bukti pelaksanaan pekerjaan.

i) Survey Pendahuluan Jembatan


`

Survey pendahuluan terhadap pekerjaan Jembatan dilakukan dengan tujuan


sebagai berikut :

• Menentukan titik abutmen jembatan

• Mengidentifikasi medan secara stationing / urutan jarak dengan


mengelompokkan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan, tebing
dan lain sebagainya.

• Memperkirakan / merumuskan secara tepat penerapan desain jembatan.

• Dalam penarikan alinyemen sementara juga akan memperkirakan


kebutuhan panjang oprit jembatan yang diperlukan dengan mempertimbangkan
terhadap jalan masuk ke pekarangan/lahan rumah di kaki jembatan.

• Menentukan titik awal dan akhir pengukuran serta pemasangan


patok BM pada abutmen jembatan serta BM yang dapat dijadikan titik referensi
setempat.

• Melakukan pencatatan seperlunya dan pengambilan foto pada lokasi yang


dianggap rawan longsor.

• Melakukan pencatatan lokasi-lokasi yang akan dilakukan test pit dan


pengeboran.

• Untuk lokasi yang ada aliran airnya, akan dicatat ketinggian muka air maksimal
yang pernah terjadi, ketinggian exsisting saat itu, muka air banjir dan banjir
tertinggi, serta tanda/gejala erosi yang dilengkapi dengan sketsa lokasi dan foto
serta karakter aliran sungai.

• Mendiskusikan dengan para engineer lainnya apakah lokasi yang diamati


sudah sesuai serta mengestimasi / memperkirakan jenis kendala yang
akan mungkin timbul pada saat pelaksanan konstruksi fisik dan konsep
pemecahannya.

j) Inventarisasi Jembatan

Inventarisasi ini bertujuan untuk mendapatkan data-data akurat mengenai


kondisi existing jembatan yang terdapat pada ruas jalan maupun jembatan yang
akan ditinjau, meliputi :

1. Inventarisasi JALAN TERDEKAT

Data-data yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :

♦ Lebar perkerasan yang ada dalam satuan meter.

♦ Jenis perkerasan yang ada misalnya HRS, AC. Lasbutag, Penetrasi madacam
dll.

♦ Kondisi Daerah Milik Jalan (Damija) dan Kondisi Daerah Pengawasan Jalan
(Dawasja) serta utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-gorong,
`

bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak pagar, bangunan-bangunan, tingan


listrik maupun tiang telpon, jaringan pipa PDAM dan hal-hal penting lainnya.

♦ Lokasi awal dan akhir harus jelas dan sama dengan yang
dipergunakan oleh pemeriksaan yang lainnya.

♦ Pencatatan menggunakan form standar yang berlaku dalam lingkungan Bina


Marga.

♦ Foto akan ditempelkan pada format yang standart dengan mencantumkan hal-
hal yang diperlukan misalnya Nomor dan ruas jalan, arah pengambilan foto,
tinggi petugas pemegang Nomor STA.

j. Pengukuran Penampang MEMANJANG.

Pengukuran penampang memanjang diarahkan memanjang pada sumbu


jembatan lama dan pada as jalan yang ada, kecuali pada tempat-tempat yang
memungkinkan diadakan realigment harus diadakan tambahan pengukuran.

k. Pengukuran Penampang MELINTANG

Pengukuran penampang melintang diambil pada abutmen dan bentang tengah


jembatan. Pengukuran yang harus dilakukan meliputi daerah sejauh daerah
pengawasan jalan. Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan dasar dan
atas gorong-gorong, tepi bahu jalan dan permukaan saluran selokan, tebing
sungai dan lantai kendaraan jembatan.

Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan
merah yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
Sedangkan khusus untuk profil memanjang titik yang terletak disumbu jalan
diberi paku dengan dilingkari cat kuning pada kiri-kanan sumbu jalan.

Adapun persyaratan Pengukuran Penampang Melintang sebagai berikut :

Kondisi Lebar Koridor(m) Interval (m) Jalan Baru Interval (m) Jembatan

Datar, landai dan lurus 75 + 7 5 50 25

Pegunungan 75 + 75 25 25

Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 25 25

l. Pengukuran pada PERPOTONGAN RENCANA TRASE


JEMBATAN dengan SUNGAI atau JALAN

● Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 M dari
perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu dan hilir) yang
masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
potongan melintang 25 meter.
`

● Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing minimum


100 meter dari garis tepi sungai / jalan atau sampai pada garis pertemuan antara
oprit jembatan dengan jalan. Interval pengukuran potongan melintang rencana
trase jalan sebesar 25 meter.

● Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran potongan melintang


dan memanjang baik terhadap sungai maupun jalan, sebesar 10 m, 15 m, dan 25
m.

● Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek disekitar persilangan


dilakukan secara detail.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, informasi- informasi


penting akan digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar
situasi dengan interval garis ketinggian (kontur) 1 meter.

Gambar topografi akan memperlihatkan seluruh informasi-informasi penting ada


ada pada daerah pengaruh pada kedua sisi jalan atau centerline rencana
jalan baru, seperti bangunan, jaringan jalan, jalan kreta api, tata guna lahan
(sawah, tegalan, permukiman dll), jaringan listrik tegangan tinggi, utilitas bawa
tanah, saluran irigasi dsb.

Gambar topografi juga mencakup semua Daerah manfaat Jalan (DAMIJA) dan
Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).

Semua data lapangan yang permanen akan digambarkan seperti :

- Batas jalur jalan dan bahu jalan

- Bangunan pelengkap

- Batas sekolah, letak dan dimensi gorong-gorong

- Batas Landskape

- Batas ROW

- Posis dan Dimensi :

a. Jembatan : Interchange, Overpass, Box, jembatan

b. Tiang : SUTET, SUTT, PJU, Telepon

3. PENGAWASAN PROYEK

Pengawasan proyek mencakup bukan hanya segi Pengendalian Mutu Proyek, tetapi
jugapemantauan proyek secara umum, kemajuan menyeluruh dari Kontraktor, dan metode-
metode yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam Kontrak.
`

Konsultan Supervisi dan Staf biasanya memantau kemajuan tiap-tiap kegiatan dengan
menggunakan Jadwal Waktu yang dibuat Kontraktor seperti diminta dalam Persyaratan
Umum Kontrak. Jadwal ini digunakan sebagai patokan untuk membandingkan kemajuan
yang dicapai.

Kontraktor harus membuat jadwal yang Iebih terinci untuk semua kegiatan utama pada
format yang sesuai.

Jenis, ketersediaan dan produktivitas dari alat Kontraktor harus dicatat dan dilaporkan.

Perubahan-perubahan penting dibicarakan dengan Kontraktor.

Keterangan mengenai klasifikasi serta jumlah pekerja proyek dikumpulkan untuk


memastikan bahwa Kontraktor mampu menyelesaikan tugas pada waktunya dengan mutu
yang diminta. Sebagai contoh, bila terlalu sedikit tukang kayu di lokasi pekerjaan maka
akan muncul masalah yang potensial dengan konstruksi perancah, dan sebagainya.

Catatan cuaca harus memasukkan keadaan cuaca sebenarnya seperti suhu max dan min
harian, curah hujan dan sebagainya, dan juga indikasi pengaruhnya terhadap proyek. Ada
perbedaan pengaruh terhadap proyek yang disebabkan oleh hujan yang turun sebanyak 50
mm pada pukul 6 sore dengan hujan turun sebanyak 30 mm pada pukul 7 pagi. Kehilangan
jam kerja/waktu (pada saat Kontraktor tidak dapat bekerja) harus dimasukkan.

Catatan harus dibuat untuk kebutuhan kegiatan utama proyek. Kegiatan seperti pekerjaan
beton pada pelat lantai beton dan pemancangan tiang dsb, harus dianalisa. Jumlah orang
persatuan pengukuran, jumlah jam alat per satuan pengukuran dan keluaran per satuan
waktu (mis. meter pemancangan per jam) harus dicatat untuk dipakai di masa datang.

Catatan tersebut berguna jika terjadi perselisihan dengan Kontraktor mengenai tingkat
kecepatan kemajuan dsb, tetapi juga berguna untuk membuat data base atau pustaka
informasi dalam mempersiapkan Rencana Biaya di masa mendatang.

4. ASPEK UMUM DARI PENGAWASAN PELAKSANAAN

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dimaksudkan sebagai jaminan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan
oleh Kontraktor dan diterima oleh Pimpro/Engineer memenuhi Gambar Rencana, Syarat-
syarat Teknik dan dokumen serta perintah lain dari Pimpro/Engineer selama Kontrak
berlangsung.

Dengan terus mengadakan pengecekan dan pengetesan dari pekerjaan Kontraktor, maka
Pemberi Pekerjaan dapat meyakinkan bahwa Pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan
standar spesifikasi dan kualitas.

Tingkat pengendalian yang dicapai pada dasarnya berbanding langsung dengan jumlah
masukan usaha pengawasan oleh Engineer dan staf. Kontraktor akan berusaha memenuhi
Syarat-syarat Teknik dengan usaha minim, oleh karena itu penting bahwa Konsultan
Suvervisi dari staf memastikan dipenuhinya Syarat-syarat Teknik. Seringkali perlu dijelaskan
`

pada Kontraktor bahwa target mutu dari Syarat-syarat Teknik tidak akan terpenuhi bila
kontraktor tidak memenuhi persyaratan mutu, misalnya persyaratan standar lapis
permukaan beton mensyaratkan bahwa bahan yang dipakai untuk bekisting harus bebas
dari cacad permukaan dan kekurangan lain.

Pemakaian bahan yang tidak sesuai bukan berarti harus selalu ditolak oleh Direksi
Pekerjaan/Engineer pada tahap bahan sedang digunakan, tetapi dapat menyebabkan
sulitnya atau tidak terpenuhinya Syarat-syarat Teknik.

Kebanyakan pekerjaan jembatan melibatkan pemakaian bahan dalam kuantitas besar.


Standar keseluruhan pekerjaan jembatan terutama ditentukan oleh mutu bahan dan
quarry.

Penetuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk
bahan timbunan diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka baru mencari quarry terdekat berikutnya. Informasi quarry yang akan
disampaikan adalah : jenis dan karakteristik material, prakiraan kuantitas, jarak ke
lokasi pusat pengolahan (Base Camp), foto dokumentasi, dan bila perlu kesulitan dan
kendalan yang mungkin timbul.

ACUAN SAMPLING DAN TESTING

No PENGUJIAN ACUAN

1 Resistivity ASTM G 57-78

2 SPT-Split Spoon Sample ASTM D 1586-94

3 Stand Pipe AASTHO T252-84

4 Kadar Air ASTM D 2216-92

5 Batas Susut ASTM D 427-93

6 Batas Platis ASTM D 4318-93

7 Batas Cair SK-SNI-M-07-1989-F

8 Analisa Saringan SNI-1742-1989

9 Berat Jenis ASTM D 845-92

10 Berat Isi SNI-1742-1989

11 Direct Shear ASTM D 3080-90 SNI. 03-2813-1992

12 Swelling ASTM D 4546-90

13 Permeability KH. Head Vol 2 1984

3) Setelah Konstruksi

Setelah pelaksanaan pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan oleh Kontraktor, tugas dan
tanggung jawab Konsultan Supervisi mencakup halhal sebagai berikut:
`

a) Perhitungan Progres Pekerjaan Selesai (MC-100) Evaluasi progress pekerjaan yang


terakhir atau MC-100, dilakukan bersama-sama antara Pihak Proyek, Konsultan
maupun Kontraktor dengan melakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu dan
setelah itu dilakukan pembahasan atas progress yang telah dicapai. Dalam MC-100
hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

(1) Kemungkinan adanya kelebihan/kekurangan volume pekerjaan pada bagian


pekerjaan tertentu.

(2) Kemungkinan adanya keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan.

(3) Kemungkinan adanya bagian pekerjaan yang belum selesai 100 %, tetapi telah
dianggap selesai.

(4) Kemungkinan adanya pekerjaan yang telah selesai, tetapi belum dapat diterima
Pengawas Pekerjaan, tetapi telah dihitung volumenya.

(5) Kebersihan dan kerapihan lapangan yang dipersyaratkan belum terpenuhi.

(6) Kemungkinan adanya pembongkaran dan pembersihan pekerjaan sementara


yang belum dilakukan atau diselesaikan.

(7) Kemungkinan adanya klaim sub-kontraktor yang belum diselesaikan oleh


Kontraktor.

b) Pemeriksaan As-built Drawings Setelah pelaksanaan konstruksi selesai dikerjakan,


sebagaimana mestinya kontraktor menyiapkan as-built drawings dari masing-masing
bangunan. Dalam hal ini Konsultan supervisi akan melakukan pemeriksaan terhadap
as- built drawings tersebut agar benar-benar sesuai dengan kondisi bangunan di
lapangan baik itu mencakup dimensi, posisi, elevasi maupun detail-detail bagian
bangunan lainnya. As-built drawings yang dibuat akan berperanan cukup penting
karena akan dipakai sebagai dasar untuk pembayaran maupun keperluan dimasa
mendatang.

c) Pekerjaan dalam Masa Pemeliharaan Yang dimaksud dengan “Pekerjaan dalam masa
pemeliharaan“ adalah : kegiatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor, selama masa
pemeliharaan yang bertujuan untuk tetap menjaga atau memelihara agar supaya
bangunan beserta kelengkapannya yang telah diserahkan dalam tahap pertama, tetap
dalam kondisi yang baik sesuai dengan yang telah disetujui. Selama masa ini
Konsultan supervisi akan melakukan kegiatankegiatan:

(1) Melakukan pemeriksaan untuk semua pekerjaan yang perlu diperlihara dan
dicatat hal-hal yang ada perubahan bentuk, misalnya retak-retak, penurunan,
longsor pengapuran atau pengecatan yang mengelupas.

(2) Membuat catatan-catatan agar Kontraktor melakukan perbaikan atau


penyempurnaan atau penggantian bagian bagian yang dianggap mengalami
kerusakan atau perubahan atau yang belum sempurna dan harus diperbaiki
selama masa pemeliharaan.

(3) Membantu Pemberi Kerja dalam menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.


`

(4) Sebelum dilakukan penyerahan kedua, kondisi bangunan dan kelengkapannya


harus dalam kondisi masih baik tanpa ada perubahan atau kerusakan.

d) Penyerahan Pekerjaan Konstruksi (Professional Hand Over) Pada akhir pekerjaan


konstruksi, maka kontraktor akan mengajukan permintaan PHO (Provesional Hand
Over) kepada Pemberi Kerja, Ketelibatan Team Supervivsi dalam hal ini adalah
membantu memberikan penjelasan- penjelasan teknis mengenai pekerjaan, saran-
saran teknis, informasi mengenai test laboratorium, kuantitas pekerjaan, gambar-
gambar desain/revisi desain dll. Di samping itu Tim Supervisi juga akan membuat
usulan pekerjaan-pekerjaan yang perlu diperbaiki oleh kontraktor dalam bentuk daftar
keruasakan yang masih menjadi tanggung jawab kontraktor selama periode
pemeliharaan atau biasa disebut “Defect and Defeciacies” dan penyerahan berkas-
berkas teknis dan administrasi kepada Pemberi Kerja.

e) Serah Terima Akhir (FHO) Pekerjaan Sebagai tahap akhir pelaksanaan konstruksi
adalah Serah Terima Akhir Pekerjaan (FHO) yang akan dilakukan dari Kontraktor
kepada Pemberi Kerja setelah masa pemeliharaan selesai. Sebelum dilakukan Serah
Terima Akhir Pekerjaan (FHO), Konsultan Supervisi akan menyusun dokumen
penyerahan pekerjaan yang telah sempurna dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.

f) Administrasi Seperti halnya pekerjaan pengawasan, pekerjaan administrasi harus


diselenggarakan dengan tertib, karena prosedurnya administrasi ini sangat penting
artinya didalam mendapatkan catatan-catatan secara tertulis mengenai pekerjaan
yang sedang dilaksanakan. Dalam kaitan ini, Tim Supervisi berkewajiban membuat
seluruh prosedur pekerjaan fisik mengikuti dan mempunyai catatan-catatan baik pada
saat pengajuan pekerjaan oleh kontraktor (Request of Work), catatan-catatan hasil
pengawasan pengawasan baik secara visual di lapangan maupun hasil test
laboratorium, termasuk juga perhitungan quantitas hasil pekerjaan sebagai bahan
pembayaran, dimana catatan-catatan ini harus disimpan dan diarsipkan dengan tertib.
Surat-menyurat dengan Kontraktor baik yang menyangkut administrasi biasa maupun
administrasi teknis akan diselenggarakan dengan baik dan tertib sesuai dengan
ketentuan didalam Dokumen kontrak. Pengajuan Pembayaran Bulanan (Monthly
Certificate) oleh kontraktor akan dicocokkan dan dipelajari dengan melihat catatan-
catatan harian inspektor lapangan dan hasil pengukuran dan perhitungan bersama
(joint measurement).

B.IV.8.4. PENYUSUNAN PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pedoman operasi dan pemeliharaan yang dibuat antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Pedoman pengoperasian

b. Petunjuk perawatan.

c. Petunjuk pengoperasian fasilitas konstruksi bangunan jembatan.

Anda mungkin juga menyukai