B.IV.1 UMUM
Dalam penanganan tugas yang dibebankan pada konsultan supervisi, pendekatan (approach) yang dilakukan
disesuaikan dengan Kerangka Acuan (Term of Reference - TOR) yang ada, di mana konsultan supervisi akan
melaksanakan tugas pengawasan dan pengendalian ini secara Assistance Concept. Dengan demikian, sifat
dari tugas konsultan supervisi adalah membantu pemilik proyek dalam mengawasi pelaksanaan
pembangunan (konstruksi) Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja
Girder/ Baja Konvensional yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Pendekatan lain yang diterapkan dalam kegiatan pengawasan ini adalah Sistim Manajemen Jaminan Kualitas
(Quality Assurance) yang akan sangat membantu mempermudah penelurusan data dan rekaman serta
pembuatan dokumentasi lainnya yang diperlukan. Dengan pendekatan ini maka tanggung jawab dan
pengambilan keputusan sepenuhnya ada pada proyek atau pemberi tugas setelah mempertimbangkan saran-
saran yang diberikan oleh konsultan.
Agar dapat mencapai target dan sasaran yang telah ditentukan, maka koordinasi antara tim konsultan
dengan pimpinan proyek berikut staf dan para pengawas yang ditunjuk serta para pelaksana/kontraktor
harus dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka organisasi konsultan akan dibentuk
sedemikian rupa sehingga komunikasi dengan proyek menjadi mudah serta sesuai dengan perwilayahan
daerah kerja dan relevan dengan program kerja kontraktor.
Pada prinsipnya pekerjaan pengawasan ini dilaksanakan untuk memperoleh sebuah konstruksi yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Berkualitas seperti yang ditentukan dalam spesifikasi, gambar, dan sebagainya baik ditinjau dari segi
bahan, pelaksanaan, maupun fungsi bangunan.
b. Memenuhi budget atau anggaran dengan volume kerja dan biaya konstruksi yang sesuai dengan
pekerjaan yang direncanakan.
c. Menepati waktu pelaksanaan sesuai jadual pelaksanaan yang disepakati bersama dalam kontrak.
d. Menjaga kelancaran dan keselamatan semua kegiatan pelaksanaan konstruksi serta menghindarkan
dampak negatif kegiatan pelaksanaan konstruksi.
Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, diperlukan suatu sistem yang melibatkan semua pihak yang
berperan dalam pelaksanaan konstruksi. Terdapat empat pihak yang terkait dalam kontrak pelaksanaan yaitu
pemilik proyek atau pemberi tugas, konsultan perencana, konsultan supervisi, dan kontraktor. Oleh karena
itu, sistem yang dipakai harus merupakan sistem yang dapat menampung kepentingan keempat pihak
tersebut dan merupakan sistem komunikasi yang baik dan lancar, sehingga penerapan sistem tersebut tidak
akan mengganggu proses pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sistim
tersebut di atas sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dari parameter penunjangnya seperti antara lain:
`
a. Organisasi Proyek Organisasi ini perlu diadakan untuk mengatur setiap proses dalam penyelesaian
pekerjaan konstruksi baik yang merupakan kegiatan pelaksanaan konstruksi, kegiatan supervisi, maupun
kegiatan penyelesaian permasalahan yang timbul.
b. Manual Operasi Pelaksanaan Manual Operasi Pelaksanaan ini perlu diadakan untuk mengetahui
prosedural detail pelaksanaan dari setiap kegiatan yang harus ditempuh untuk mencapai aspek legal
dari kegiatan yang bersangkutan dan terjaminnya sebuah konstruksi yang memenuhi kriteria di atas.
Berikut ini disajikan diagram yang menunjukkan berbagai tugas yang perlu dilaksanakan untuk mencapai
suatu konstruksi yang memenuhi syarat.
`
`
Jaminan Kualitas (Quality Assurance) proyek merupakan susunan prosedur yang jelas dan merupakan
metoda kerja standar yang akan dilaksanakan oleh seluruh anggota tim konsultan, kontraktor, dan proyek
untuk memastikan tercapainya tingkat kualitas dan kuantitas dari pekerjaan dalam lingkuplingkup batasan
yang telah disetujui/disusun di semua aspek-aspek pelayanan.
Pelaksanaan jaminan kualitas untuk pekerjaan fisik, idealnya dimulai dari pekerjaan desain. Hasil pekerjaan
desain harus dimengerti/dikuasai (termasuk hasil pengukuran) sebelum pekerjaan fisik dimulai.
Selanjutnya, standarisasi pengujian dan prosedur testing serta kriteria-kriteria teknisnya perlu ditetapkan
dan disetujui bersama.
Petunjuk atau guidelines untuk para supervisor, termasuk juga pihak proyek atau pihak ketiga (misal
Technical Audit), perlu disiapkan. Dengan demikian hal-hal tersebut di atas seharusnya masuk dalam
dokumen kontrak pekerjaan. Sehubungan masalah jaminan kualitas masih relatif baru digunakan sehingga
perlu waktu untuk penyesuaian. Untuk itu diusulkan untuk melaksanakan jaminan kualitas (Quality
Assurance) secara Learning by Doing.
Konsep Learning by Doing dapat tercapai melalui interaksi secara terus menerus antara Sistem Kualitas
(Quality System) kontraktor dan Program Jaminan Kualitas (Quality Assurance Program) konsultan.
Interaksi tersebut akan saling mengisi demi tercapainya bangunan yang berkualitas.
Dalam hal tersebut di atas konsultan supervisi akan menyiapkan Manual Operasi Jaminan Kualitas (Quality
Assurance Operation Manual) dan suatu Rencana Jaminan Kualitas (Quality Assurance Plan) harus disusun
oleh kontraktor.
Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan supervisi maka diperlukan suatu petunjuk
operasi pelaksanaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pekerjaan yang dilakukan. Manual ini
diusulkan berbentuk tabel dilengkapi dengan flowchart dari prosedural yang harus ditempuh. Prosedur
pelaksanaan supervisi dilakukan sesuai dengan diagram alir hubungan kerja antara keempat pihak yang
terkait seperti terlihat pada Gambar A.1.
Pelaksanaan supervisi pekerjaan pada prinsipnya mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Budget (Anggaran)
1) Batas Kerja
Pada saat pekerjaan akan dimulai terlebih dahulu harus ditentukan batas-batas areal pekerjaan di
mana dalam hal ini dilakukan secara bersama-sama oleh konsultan supervisi dan kontraktor
berdasarkan gambar rencana yang telah disajikan dalam cetak biru. Pada pekerjaan ini sekaligus
ditentukan koordinat baras areal kerja dengan menggunakan peralatan topografi dan batas-batas
alamiah yang ada. Hasil dari penentuan batas areal pekerjaan ini harus mendapatkan persetujuan
dari pemberi tugas.
2) Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor harus selalu dimonitor untuk tiap-tiap jenis
pekerjaan pada setiap jenis bangunan/pekerjaan. Karena pekerjaan ini akan berlangsung dalam skala
`
waktu tertentu, maka perlu dilakukan supervisi mulai dari tingkat harian, mingguan, bulanan, dan
kuartalan sampai pelaksanaan pekerjaan proyek selesai. Dari data- data ini konsultan supervisi akan
dengan mudah membuat kurva “S” yang secara langsung menggambarkan kemajuan pekerjaan
konstruksi. Untuk itu konsultan supervisi menyiapkan perangkat-perangkat praktis yang langsung
dapat digunakan untuk melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan supervisi pekerjaan (kuantitas dan kualitas) yang telah dilaksanakan maka konsultan
supervisi akan membuat perkiraan biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan konstruksi dan kemudian
membandingkan dengan rencana biaya semula, sehingga dalam hal ini konsultan supervisi akan
mampu mendeteksi arus uang tunai (cas flow) dari biaya konstruksi yang dapat ditagihkan
kontraktor ke pemberi tugas. Selain itu berdasarkan hal tersebut konsultan supervisi akan dapat
menentukan kekurangan/kelebihan biaya konstruksi dari pekerjaan dan selanjutnya dapat dipakai
sebagai bahan pengambilan keputusan bagi finansial proyek.
b. Kualitas Pekerjaan
Konsultan supervisi akan mengendalikan kualitas pekerjaan sehubungan dengan adanya spesifikasi
teknis yang harus dipenuhi oleh kontraktor untuk berbagai bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
konstruksi. Untuk ini perlu dilakukan pengecekan bahan baik dengan pengecekan langsung di lapangan
maupun dengan pengetesan contoh (sample) di laboratorium. Pengendalian ini harus dilakukan secara
acak (random) dengan disaksikan oleh semua pihak yang terkait. Pengujian di lapangan dilakukan
dengan disaksikan oleh pihak kontraktor, konsultan supervisi dan pemberi tugas. Pelaku pengujian
lapangan akan dilakukan oleh pihak lain yang independent yang telah disepakati oleh semua pihak.
Sedangkan pengujian laboratorium dilakukan oleh laboratorium yang independent harus disepakati oleh
semua pihak. Prosedur pelaksanaan pengujian dan peralatan pengetesan yang digunakan dalam
pengecekan tersebut akan ditentukan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan oleh
konsultan perencana dan apabila tidak tercantum sebelumnya akan dilaksanakan sesuai ketentuan
standar yang berlaku.
Selain itu supervisi kualitas yang dilakukan terhadap fungsi konstruksi yang dibangun. Hal ini perlu
dilakukan mengingat manfaat dari konstruksi yang dibangun sangat bergantung pada fungsi dari
masing-masing bangunan yang ada. Pengecekan fungsi dari konstruksi bangunan dilakukan berdasarkan
gambar rencana (cetak biru) yang ada. Pengecekan juga dapat dilakukan dengan cara mencocokan
elevasi dan dimensi dari konstruksi yang dibangun dengan gambar rencana (cetak bitu). Untuk itu
konsultan supervisi akan bekerja dengan menggunakan perangkat-perangkat praktis yang dapat
menjamin aspek legalitas dari supervisi yang dilakukan.
c. Waktu
Pengendalian waktu dilakukan untuk memenuhi jadual pelaksanaan konstruksi yang direncanakan
sehingga secara ekonomi dan finansial, pemberi tugas tidak mengalami kerugian akibat keterlambatan
yang mungkin terjadi. Untuk itu konsultan supervisi mempersiapkan sistem pengendalian yang
mencakup kemajuan pelaksanaan pekerjaan harian, mingguan, dan bulanan untuk tiap-tiap jenis
pekerjaan. Sehingga dengan demikian konsultan supervisi dapat dengan mudah menyusun kurva “S”
yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Dengan adanya kurva “S” ini
konsultan supervisi dapat dengan mudah mengetahui perlu atau tidaknya mendesak kontraktor untuk
`
melakukan percepatan pelaksanaan pekerjaan atau mengusulkan suatu ganti rugi yang harus
ditanggung kontraktor kepada pemberi tugas.
Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan akan mengacu ketiga hal di atas dan harus tetap memperhatikan
keselamatan semua pihak yang terlibat. Dengan adanya kegiatan yang aman bagi semua pihak dan
sesuai standar yang berlaku, akan menjamin kelancaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi dan untuk
hal tersebut konsultan supervisi akan mengkoordinasikan seluruh aspek kegiatan pelaksanaan konstruksi
termasuk yang akan berdampak pada proyek dan lingkungan proyek.
Sesuai dengan TOR maka konsultan supervisi akan membuat laporan dari setiap kegiatan supervisi yang
dilakukan yang diantaranya mencakup beberapa hal sebagai berikut :
1. Laporan Harian / Mingguan yang merupakan lampiran laporan bulanan dan berisikan:
a) Catatan Harian aktivitas kerja pelaksanaan terhadap jenis, volume dan prestasi pekerjaan yang
dilaksanakan
b) Evaluasi pelaksanaan rencana kerja atas hal-hal lain yang dianggap perlu
c) Hasil pengujian-pengujian terhadap material maupun hasil pekerjaan
d) Jumlah peralatan berat yang tersedia beroperasi maupun yang rusak
e) Keadaan Cuaca.
2. Laporan Bulanan dibuat rangkap 2 (dua) yang berisikan:
a. Data-data proyek
b. Uraian pelaksanaan fisik serta gambar-gambar pelaksanaan
c. Pemeriksaan kualitas pekerjaan (quality/control)
d. Perubahan Desain, lengkap dengan perhitungan struktur, gambar, volume, spesifikasi teknik dan
biaya
e. Evaluasi kapasitas aktual peralatan yang terdiri dilapangan
f. Material yang tersedia, yang masuk dan yang terpakai
g. Kesimpulan dan rekomendasi
h. Photo-photo dan dokumen pekerjaan
3. Laporan Akhir, dibuat setelah seluruh pekerjaan fisik selesai sebanyak rangkap 2 (dua) yang berisikan :
a. Pendahuluan
b. Metoda dan standar pengawasan
c. Hasil pengendalian kualitas (Quality control)
d. Daftar Pekerjaan dan Volume pekerjaan (Bill Of Quantity)
e. Evaluasi
f. Pekerjaan tambah kurang, lengkap dengan perhitungan volume dan biaya
g. Kesimpulan dan Rekomendasi
4. Laporan khusus dapat berisikan antara lain :
a. Laporan persoalan-persoalan penting tentang kondisi tanah dan cuaca
b. Tambahan penelitian tanah, material dan mutu beton dan lain-lain.
c. Desain ulang untuk penghematan
d. Perpanjangan waktu pelaksanaan
e. Penyimpangan terhadap spesifikasi
`
Untuk koordinasi dan pelaporan seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi, konsultan supervisi akan
menyusun serangkaian pertemuan/rapat berikut prosedur pertemuan tersebut. Secara umum saat ini
dapat diklasifikasikan jenis-jenis pertemuan yaitu :
a. Pertemuan berkala untuk menelaah (review) berbagai masalah berkaitan dengan disain dan
pelaksanaan konstruksi.
d. Pertemuan khusus untuk membahas hal-hal khusus yang timbul seperti pekerjaan tambah kurang
dan sebagainya.
e. Pertemuan membahas usulan perubahan disain dan gambar kerja (Shop Drawing) yang diajukan
kontraktor.
Dalam kegiatan supervisi ini yang perlu diatur adalah hubungan kerja antara keempat pihak yang terlibat
dan hubungan kerja pelaksanaan pada masing-masing pihak, yang terdiri dari :
a. Pemberi Tugas Pemberi tugas adalah seorang atau sekelompok orang yang mewakili pemilik (owner)
bangunan yang akan dibangun. Pada awalnya pemilik mempunyai gagasan atau ide dan berusaha
mewujudkan gagasan tersebut dengan memberi tugas kepada konsultan perencana/perancang dan
kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Pemilik menunjuk stafnya untuk
melaksanakan tugas sehari-hari dalam melaksanakan proyek tersebut. Pemberi tugas yang ditunjuk
pemilik mempunyai tugas antara lain :
b. Konsultan Perencana Merupakan pihak yang menjual jasa dalam merancang atau mendisain suatu
bangunan. Disain ini dibuat sesuai dengan kerangka acuan yang telah diberikan oleh pemberi tugas.
Setelah disain yang dibuat disetujui pemberi tugas maka oleh konsultan perencana dibuat suatu
dokumen pelelangan untuk pekerjaan tersebut. Selanjutnya dalam pelaksanaan konstruksi, konsultan
perencana berfungsi sebagai tempat konsultasi mengenai hal-hal teknis di lapangan dan kalau ada
keragu-raguan atas dokumen kontrak. Konsultan perencana mempunyai tugas dan wewenang antara
lain :
`
(2). Menyiapkan dokumen pelelangan sebagai landasan dokumen kontrak yang merupakan acuan kerja
bagi kontraktor.
c. Konsultan Supervisi bertugas mengawasi supervisi pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik lapangan agar
tidak menyimpang dari rencana yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Konsultan supervisi selalu
memantau pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor di lapangan. Namun dalam tugasnya, dengan sistim
Assistance Concept konsultan supervisi dapat memberi saran kepada proyek untuk memerintahkan
pemeriksaan khusus atas bagian pekerjaan tertentu. Konsultan supervisi harus memberi laporan
harian/mingguan/bulanan pekerjaan teknis maupun administratif. Laporan juga ditandatangani oleh
kontraktor dan diserahkan kepada pemberi tugas untuk selanjutnya diteruskan ke pemilik proyek. Di
samping itu konsultan supervisi dapat meminta kepada proyek untuk menyetujui, menolak atau
mengusulkan perubahan pekerjaan, force majeur, permohonan perubahan kontrak, pekerjaan
tambah/kurang, gambar pelaksanaan, dan memberi keputusan yang bijaksana dalam
mempertimbangkan usul-usul kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab penuh kepada pemilik proyek atau pemberi tugas atas kepercayaannya
dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan fisik hingga selesai. Dalam struktur organisasi ini pihak
kontraktor dapat melakukan pembagian pekerjaan kepada subkontraktor yang lebih berpengalaman dan
dapat dipercaya apabila pekerjaan tersebut membutuhkan spesialisasi. Subkontraktor tidak mempunyai
hubungan langsung dengan pemberi tugas, tetapi bertanggung jawab langsung kepada kontraktor.
Sedangkan kontraktor bertanggung jawab kepada pemberi tugas. Jika terjadi kesalahan pekerjaan,
maka kontraktor akan terkena sangsi dari pemberi tugas atau pemilik.
Dalam menyusun hubungan kerja antara keempat pihak yang terkait tersebut perlu dibuat struktur
organisasi yang efektif dan dinamis, agar setiap proses interaksi yang terjadi antara pihak-pihak tersebut
dapat berlangsung secara langsung dan terpantau dengan baik oleh pihak lainnya. Sehingga bila ada
permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat, baik dan benar. Namun demikian untuk memperoleh aspek
legal dari setiap keputusan yang diambil perlu adanya persetujuan dari pihak pemberi tugas. Dalam hal ini
pemberi tugas mengambil keputusan setelah memperoleh informasi lengkap dari konsultan supervisi
kemudian mengkonfirmasikan ke kontraktor. Struktur organisasi yang menggambarkan hubungan kerja
tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
`
Dari uraian di atas, maka Konsultan Supervisi berkewajiban dan bertanggung jawab, sbb:
2) Memeriksa rencana detail jadwal pembangunan, jadwal kerja di lokasi serta mengontrol pelaksanaannya
dan membuat usulan-usulan koreksi bila diperlukan
3) Memeriksa daftar pengadaan bahan/material, peralatan berdasarkan kualitas dan kuantitas sesuai
spesifikasi teknis, serta melakukan tindakan-tindakan pencegahan (preventif) berupa teguran-teguran
lisan maupun tertupis seandainya diperkirakan terjadi keterlambatan pelaksanaan
6) Membantu Pengguna Jasa Konsultansi (selanjutnya ditulis Pengguna Jasa) dalam mengklaim Penyedia
Barang/Jasa bila terdapat kekurangan-kekurangan secara teknis sesuai Kontrak.
7) Memeriksa dan menyiapkan Berita Acara tingkatan kemajuan fisik Penyelesaian Pembangunan sesuai
yang dibutuhkan dalam Kontrak Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan Jembatan
Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional .
11) Dalam melaksanakan pekerjaannya, Penyedia Jasa harus menjaga agar kehadirannya dalam pekerjaan
tersebut selalu tepat waktu sesuai jadwal yang sudah disepakati
a. Konsultan Pengawas bertanggung jawab secara profesional atas jasa pengawasan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan dan kode tata ‘laku’ profesi yang berlaku.
c. Penanggung jawab profesional pengawasan adalah tidak hanya konsultan sebagai suatu perusahaan
tetapi juga bagi para tenaga ahli profesional pengawasan yang terlibat.
Rincian tahapan Penyusunan rencana kerja yang tercakup dalam pekerjaan yang dilakukan,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
Persiapan Administrasi
Penyusunan Bagan Organisasi Pekerjaan
Pembuatan Jadwal Waktu Pelaksanaan
Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
Tingkat keberhasilan suatu pekerjaan tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para Tenaga
Ahli yang menangani, akan tetapi faktor perencanaan (kerja) akan memegang peranan kunci yang
akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan adanya rencana
kerja diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan, sehingga
dukungan dari masing-masing personil baik “Team Desain” maupun “Team Lapangan” akan
memberikan hasil yang optimal. Mengingat pentingnya rencana kerja ini, Ketua Tim akan
memimpin langsung untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan:
`
a. Persiapan Administrasi
Pekerjaan Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal setelah menerima Surat Perintah
Mulai Kerja (SPK)/Kontrak. Persiapan administrasi tersebut meliputi:
Bagan organisasi dibuat dimaksudkan agar semua pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
baik karena telah terdifinisi masing-masing tugas, wewenang dan tanggung jawab antara semua
pihak yang terkait, dalam hal ini pelaksanaan Paket Paket 51 Pengawasan Teknis
Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional. Secara garis besar,
pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konstruksi ini adalah:
1. KPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Konsultan Supervisi
3. Kontraktor Pelaksana
Bagan Organisasi yang akan diusulkan oleh Konsultan Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan ini
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini. akan mencerminkan :
o Hubungan kerja
o Tugas, wewenang dan tanggung jawab
o Mekanisme Kerja
o Jalur instruksi
o Jalur koordinasi
o Jalur komunikasi
`
KONTRAKTOR
PELAKSANA
1) Hubungan Kerja dan Koordinasi dengan Pemberi Kerja Tim Supervisi akan berada dan
berkantor di dekat lokasi pekerjaan sebagai upaya untuk dapat memonitor secara langsung
dan terus menerus mengenai perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan standard
mutu dan persyaratan/spesifikasi teknis yang ada. Tim Supervisi akan membuat laporan
kemajuan yang akan disampaikan kepada Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang mencakup aktivitas konsultan
sendiri maupun aktivitas Kontraktor sebagai Pelaksana fisik. Pekerjaan-pekerjaan ini juga
mencakup hal-hal seperti pembuatan rekayasa lapangan, Contract Change Order, Menganalisa
klaim Kontraktor, memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly Certificate)
lengkap dengan back up datanya, serta penyiapan Professional Hand Over (PHO) dan Final
Hand Over (FHO). Disamping itu Konsultan Supervisi akan membantu Satuan Kerja Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul dengan Kontraktor dan memberikan
pendapat yang diminta atau tidak berdasarkan pertimbangan dan analisa obyektif terhadap
semua tuntutan yang mungkin diajukan oleh Kontraktor. Koordinasi kegiatan Team
Pengawasan Lapangan akan dilaksanakan oleh Tim Supervisi yang dalam hal ini akan diwakili
oleh Ketua Tim bersama-sama dengan Pemberi Kerja.
2) Hubungan Kerja dan Koordinasi dengan Kontraktor Hubungan koordinasi dengan kontraktor
dilakukan melalui Pemberi Kerja atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan
adalah berupa “Tugas Pembantuan”, yang berarti Konsultan bertugas membantu Direksi untuk
melakukan pengawasan terhadap Kontraktor dan memberikan saran-saran kepada Pengguna
Jasa/Direksi mengenai masalah-masalah yang berkaitan dan timbul dengan di dalam
pelaksanaan pekerjaan. Selain itu konsultan akan membantu Pengguna Jasa/Direksi perihal
`
instruksi dan saran- saran kepada Kontraktor mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan,
pemilihan dan penempatan staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang
digunakan dan membantu monitoring pelaksanaan kerja, pemilihan bahan/material konstruksi,
dll. Selain itu terhadap masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di dalam pelaksanaan
pekerjaan, akan didiskusikan secara bersama-sama antara konsultan, kontraktor, dan direksi
lapangan. Konsultan akan memberikan saran, alternatif pemecahan masalah serta
rekomendasi di dalam upaya untuk pengambilan keputusan, dimana keputusan ini nantinya
harus disetujui oleh Pemberi Kerja/Direksi sebelum dilaksanakan di lapangan.
Periodik meeting, sedikitnya sekali dalam seminggu diadakan bersama-sama dengan Pengguna
Jasa/Direksi dan bilamana perlu dengan Kontraktor untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja minggu
sebelumnya, serta membuat program kerja minggu berikutnya.
Pelaksanaan Mengingat pelaksanaan pekerjaan cukup komplek dan harus sudah dapat diselesaikan
dalam 135 (Seratus tiga puluh lima) hari kalender, maka diperlukan suatu manajemen
pengelolaan yang cermat guna terselesaikannya aktivitas kegiatan ini dengan baik. Sehinggan
pemahaman item-item pekerjaan serta urut-urutan kerja serta keterkaitan item satu dengan yang
lain harus benar-benar dipahami. Dari hasil evaluasi dan analisa semua aktivitas kegiatan
selanjutnya dituangkan dalan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan. Evaluasi dan pengawasan semua
aktivitas kegiatan akan dilakukan secara kontinyu sehingga terjamin ketepatan waktu pelaksanaan
sesuai dengan Jadwal yang telah disediakan.
Dalam waktu paling lama 2 (dua) minggu, Konsultan akan menyiapkan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) yang akan memuat :
Kantor Pusat Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli yang
cukup berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk mengawasi,
mengkoordinir dan menganalisa semua aktivitas pekerjaan agar diperoleh standar kualitas yang
cukup tinggi. Untuk penempatan tenaga ahli konsultan melakukan analisa teknis kebutuhan Man
Month untuk masing-masing tenaga ahli untuk tiap item pekerjaan.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, Konsultan akan menyiapkan fasilitas kerja sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja. Dalam hal untuk meningkatkan
kualitas hasil dan efisiensi kerja apabila dimungkinkan Konsultan akan menambah atau
meningkatkan kualitas/spesifikasi peralatan yang digunakan. Mengingat komponen perangkat keras
dan lunak dalam pekerjaan ini memegang peranan penting dalam perwujudan hasil studi yang
optimal. Untuk mendukung terciptanya kerja yang menghasilkan produktifitas yang tinggi, serta
untuk mengaplikasikan dari suatu rencana pekerjaan yang telah disusun perlu ditunjang adanya
peralatan dan sarana yang memadai, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Peralatan yang
akan disediakan oleh Kantor Pusat dalam pendukung pelaksanaan tersebut diantaranya :
1) Peralatan Kantor
ATK
Komputer
Meja tulis kantor
Printer
Dan lain-lain
2) Peralatan Survey Lapangan
Dukungan peralatan yang disediakan Konsultan tersebut akan disesuaikan dengan pengadaan
peralatan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
C. Pengumpulan Data
Konsultan akan melakukan pengumpulan data yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan,
dinantaranya adalah :
KAK Konsultan
Hasil Kajian Terdahulu
Dokumen Pelelangan dan Dokumen Kontrak Jasa Pemborongan
Spesifikasi Teknik dan Note design Pelaksanaan Konstruksi
Peraturan-peraturan Kementrian Pekerjaan Umum
Hasil survey dll.
`
Pada awal pelaksanaan pekerjaan, konsultan supervisi akan melaksanakan survey lapangan untuk
mengetahui kondisi existing, rencana konstruksi Paket 51 Pengawasan Teknis Peningkatan
Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional, maupun bangunan-bangunan lainnya.
Survey pendahuluan ini, disebut sebagai Field Engineering atau Rekayasa Lapangan. Beberapa
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rekayasa Lapangan oleh tim supervisi diantaranya sebagai
berikut :
Melakukan identifikasi lapangan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk masing- masing
konstruksi disesuaikan dengan hasil desain.
Melakukan inventarisasi masalah-masalah pada bangunan existing (jika ada) serta melakukan
klarifikasi terhadap kebutuhan konstruksi yang diperlukan.
Melakukan kajian kembali terhadap data dan masukan teknis dari SID yang pernah dilakukan
serta melakukan klarifikasi dengan kondisi existing untuk dapat mengevaluasi apakah diperlukan
modifikasi desain atau tidak
Berdasarkan hasil peninjauan kondisi lapangan yang dilengkapi dengan catatan mengenai keadaan
lapangan, selanjutnya dibandingkan dengan hasil desain untuk mengevaluasi apakah terdapat
perbedaan yang cukup signifikan sehingga diperlukan adanya review desain terhadap beberapa
konstruksi yang relatif vital
Tim Supervisi akan membantu dan berkoordinasi dengan Direksi untuk menentukan jenis dan macam
Review Desain yang akan dilakukan. Tim Supervisi akan mengusulkan kegiatan Review Desain jika
ditemukan beberapa hal sebagai berikut :
Jika jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan belum ada hasil survey dan desainnya.
Jika terdapat perbedaan kondisi lapangan dengan data yang terdapat dalam hasil desain.
Jika dipandang perlu dilakukan perubahan type dan konstruksi berdasarkan pertimbangan teknis
dan sepanjang masih tercantum dalam surat perjanjian kontrak.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam review desain apabila tidak diperlukan lagi adanya survei
dan investigasi ulang, meliputi hal-hal sebagai berikut :
Tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan review design masih diperlukan, agar desain yang
dihasilkan sesuai dengan kondisi lapangan terakhir.
Konsultan supervisi dalam mengusulkan review desain/rekomendasi desain akan selalu berkonsultasi
dengan direksi yang telah ditunjuk Pejabat Pengadaan Paket Paket 51 Pengawasan Teknis
Peningkatan Jembatan Konstruksi Baja Girder/ Baja Konvensional. Pelaksanaan review
desain dan penggambaran akan dilaksanakan oleh Kontraktor dan diperiksa oleh Konsultan dan
disertai dengan alasan hasil analisa selanjutnya diajukan kepada Pemberi Kerja/Direksi untuk
mendapat persetujuan.
Tim Supervisi akan melakukan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor,
dimana seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam dokumen kontrak
pekerjaan fisik (spesifikasi) dan nota desain yang sebelumnya telah dibuat. Konsultan Supervisi
terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman dasar pelaksanaan konstruksi agar pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dapat berjalan lancar dan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini
mencakup antara lain:
Penyusunan rencana konstruksi adalah agar pelaksanaan konstruksi dapat berjalan lancar sesuai
dengan sc
Akses jalan masuk dan jembatan yang memadai (kekuatan, kapasitas maupun lebar
jalan/jembatan Route/rencana jalur pengangkutan material konstruksi) untuk transportasi
bahan dan peralatan konstruksi. Jika diperlukan rencana perbaikan yang dibutuhkan.
Terdifinisinya lokasi, kuantitas dan kualitas material konstruksi yang akan digunakan.
Tersedianya peralatan konstruksi yang diperlukan baik itu jenis, kapasitas maupun
jumlahnya.
Tersedianya sumber daya manusia dalam jumlah yang cukup serta mempunyai pengetahuan
sebagaimana tuntutan jenis pekerjaan yang akan ditangani.
Terdifinisinya bangunan sementara yang diperlukan.
Rencana perbaikan situ/waduk yang diperlukan
Rencana pembuatan bangunan sementara yang diperlukan
Jadwal Pelaksanaan Konstruksi
Jadwal, Jumlah dan Jenis Peralatan yang akan digunakan
Rencana Alokasi Pemakaian Bahan Konstruksi
Guna memperoleh mutu yang handal dari pembangunan infrastruktur, diperlukan langkah-
langkah pendekatan terhadap segala aspek yang akan mempengaruhi tercapainya kehandalan
`
mutu tersebut. Beberapa system standar yang diperlukan dalam rangka pencapaian kehandalan
mutu konstruksi adalah:
Quality Assurance
Quality Control Circle
SNI terkait
Total Quality Management
Sistem Mutu menurut spesifikasi teknik
Peraturan-peraturan Departemen Pekerjaan Umum
Dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan besarnya cakupan sektor yang harus ditangani dan ditetapkan indikatornya,
dalam hal ini Konsultan akan membatasi pada pengendalian mutu pekerjaan konstruksi.
Penerapan system pengendalian mutu konstruksi dilakukan dengan membuat model sebagai
checklist yang memuat semua aspek terkait, seperti tabel di bawah ini :
Sesuai dengan tugas yang diberikan, Konsultan melalui Direksi, akan mengarahkan dan
membantu Kontraktor dalam pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK). Pelaksanaan Quality
Control dilakukan oleh Tim Supervisi yang dikoordinasi Ketua Tim, untuk menjamin bahwa mutu
dari material yang dipakai oleh kontraktor memenuhi persyaratan spesifikasi, serta pelaksanaan
`
konstruksi sesuai dengan prosedur yang dipersyaratkan sehingga mutu hasil konstruksi sesuai
dengan spesifikasi yang diminta. Lingkup pekerjaan Quality Control termasuk pada hal-hal
sebagai berikut :
a) Mengikuti petunjuk teknis, senantiasa memberikan informasi kepada Ketua Tim serta Direksi
Pekerjaan tentang kendali mutu.
b) Melakukan supervisi terhadap penyusunan organisasi dan tata letak dan laboratorium di
lapangan milik kontraktor, membantu mobilisasi pengujian serta menjamin bahwa semua
keperluan laboratorium sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam spesifikasi.
d) Melaksanakan supervisi kegiatan harian dari semua pekerjaan yang harus dilakukan oleh
kontraktor untuk kendali mutu dari material/bahan, kualitas konstruksi ataupun tenaga teknis
laboratorium serta segera memberikan laporan tertulis kepada Direksi Pekerjaan bila
ditemukan penyimpangan dalam prosedur pengujian atau kekurangan baik untuk
material/bahan ataupun tenaga.
e) Menganalisa semua data pengujian kendali mutu yang dilakukan kontraktor, dan merumuskan
serta mengirimkan rekomendasi tertulis untuk dapat menerima atau menolak bahan/material,
proses pelaksanaan maupun metode yang dipergunakan untuk dikerjakan.
g) Memeriksa dan meringkas semua data tentang kendali mutu serta memberi usulan dalam
menerima atau menolak usulan kontraktor tentang bahan/material konstruksi dan bahan-
bahan yang digunakan.
h) Membantu tugas-tugas laboratorium, khususnya dalam penyiapan laporan kendali mutu yang
harus dikirim kepada Direksi.
j) Melakukan analisa dan evaluasi terhadap uji lapangan hasil konstruksi (kualitas beton, kualitas
timbunan tanah, dsb).
Kegiatan supervisi pelaksanaan konstruksi yang akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi
mencakup:
1) Kegiatan Pra-Konstruksi
`
2) Selama Konstruksi
Evaluasi dan kaji ulang terhadap Jadwal pelaksanaan konstruksi yang telah disusun oleh
kontraktor, sehingga ketepatan waktu pelaksanaan dapat dikendalikan.
Meneliti dan mengevaluasi semua usulan rencana kerja dan dokumen- dokumen yang
berhubungan dengan implementasi proyek dan pekerjaan konstruksi yang diserahkan
kontraktor untuk disetujui.
Melakukan pengecekan dan evaluasi terhadap aktivitas kontraktor apakah telah sesuai
dengan Jadwal dan rencana kerja yang telah disetujui.
Mengoptimasikan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi agar diperoleh biaya
pekerjaan yang paling ekonomis.
Meneliti gambar konstruksi (shop drawing, working drawing, detail drawing) dan
perhitungan yang disiapkan oleh kontraktor.
Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan Check List Pengawasan
Pekerjaan, dalam hal ini dapat diterapkan Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau disebut
juga Rencana Mutu Kontrak (RMK). Format Laporan-laporan tersebut dapat dilihat pada
Lampiran Form Supervisi.
Menyediakan formulir (request) untuk pengajuan atas pelaksanaan setiap item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Menetapkan pemeriksaan secara periodik dan cara kerja test bahan konstruksi dan
mengevaluasi hasil tesnya, memberi rekomendasi persetujuan bahan bangunan yang
digunakan sesuai dengan persyaratan teknis yang telah ditentukan dalam kontrak.
Memberikan saran dan persetujuan terhadap Jadwal pengadaan dan jumlah bahan
konstruksi yang diusulkan oleh Kontraktor.
Memberikan saran atas gudang dan cara-cara penyimpanan bahan konstruksi untuk
menjaga kualitas bahan, diantaranya penyimpanan semen, besi beton dan sebagainya.
Menolak bahan/material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
Meneliti dan menginspeksi kualitas material/bahan dan peralatan yang dipakai oleh
kontraktor.
Memeriksa spesifikasi teknis untuk setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi.
Mengevaluasi dan meneliti pekerjaan tambah/kurang jika diperlukan, termasuk
pengawasan terhadap tambahan pekerjaan penyelidikan dan penelitian lapangan.
Memberikan pengarahan pada rencana pengadaan dan kuantitas dari bahan konstruksi.
Melakukan inspeksi ke pabrik penyalur bahan konstruksi dan peralatan jika diperlukan.
Menyiapkan laporan inspeksi, test dan aktivitas supervisi.
Pengawasan yang teliti dalam pelaksanaan konstruksi.
`
Monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja ini harus terus
menerus dilakukan untuk dapat tercapainya Jadwal seperti yang diinginkan.
Pada evaluasi Jadwal kerja ini dapat dilakukan revisi-revisi dan perubahan atau
pembaharuan apabila timbul keterlambatan pelaksanaan, untuk dapat dikejar
dari sisa waktu yang telah disediakan.
c) Tes Material
d) Supervisi Konstruksi
Pengawasan merupakan bagian pokok dari program kerja konsultan yakni berupa
monitoring secara kontinyu segala pekerjaan kontraktor serta hasilnya. Metode
pelaksanaan kerja kontraktor dimonitor agar sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki di dalam spesifikasi, dan apabila terdapat cara pelaksanaan yang
menyimpang dari ketentuan yang ada, kontraktor harus dapat menjelaskan dan
memberikan argumentasi bahwa metode pekerjaan yang diterapkan tidak akan
mengurangi kualitas pekerjaan. Inspektor ataupun anggota Tim Supervisi yang lain
akan membuat laporan harian mengenai pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja yang
ada, peralatan yang dipakai, estimasi kuantitas hasil pekerjaan dan bilamana perlu
konsep dan sket gambar serta ukuran, serta total kuantitas, kondisi cuaca serta
kondisi lokasi pekerjaan. Pekerjaan pengawasan akan dilakukan secara teliti dan
terkendali untuk masing-masing item pekerjaan dengan menggunakan prosedur
pengawasan yang lazim digunakan dan dengan menggunakan tata cara dan flow
chart yang berlaku. Pengawasan detail akan dilakukan terhadap pekerjaan utama.
Selama kontraktor melaksanakan pekerjaan, Tim Supervisi akan selalu memonitor
mengenai pembuatan profil konstruksi (Uitzet), pengukuran-pengukuran awal,
kualitas material, pemadatan, kadar air material, gradasi material, pekerjaan
shoulder (bahu jalan), saluran tepi dan lain-lain. Tim Supervisi akan secara bersama
memonitor, memberikan saran-saran teknis apabila diperlukan dan tindakan
alternatif yang biasa ditempuh apabila terdapat kesulitankesulitan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk pekerjaan struktur akan dilakukan monitoring terhadap
kestabilannya, pelaksanaan campuran dan komposisi campuran dan lain-lain. Hasil
pemantauan pekerjaan akan selalu dicatat dalam catatan Buku Harian Lapangan
(BHL) yang dilakukan baik pada saat awal, selama dan setelah pekerjaan
dilaksanakan. Pengukuran kuantitas hasil pekerjaan akan dilakukan bersama-sama
Konsultan, Kontraktor dan pihak Pemberi Kerja dimana pengukuran ini dilakukan
setelah pekerjaan tersebut dan dapat diterima baik dari segi hasil pekerjaan
(performance) maupun mutu, pelaksanaan pekerjaan. Prosedur pembayaran yang
dilakukan akan mengikuti ketentuan yang disebutkan didalam dokumen kontrak,
terutama menginduk pada spesifikasi (persyaratan khusus) atau pada buku dokumen
Kontrak fisik. Tahapan dan Prosedur pengawasan dan pelaksanaan supervisi
konstruksi untuk berbagai jenis kegiatan pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:
kontrak dapat dihindari, demikian pula ketidak jelasan tentang Rencana Mutu
Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor
dapat dipahami sehingga terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu
dalam pertemuan tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja
pelaksanaan, struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi
dan efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian pekerjaan
yang akan diserahkan kepada sub- kontraktor. Dalam membuat RMP atau RMK
kontraktor sekurangkurangnya menjelaskan tentang uraian singkat pekerjaan,
organisasi pelaksana kontraktor, rencana kerja pelaksanaan oleh kontraktor
dilengkapi dengan bagan alurnya, standar prosedur dan standar desain yang akan
digunakan, inspeksi dan test yang akan dikerjakan.
b) Pekerjaan Persiapan
Drawing, Working Drawing, Detail Drawing) Yang dimaksud dengan Gambar Kerja
(shop drawing, working drawing, detail drawing) adalah gambar dari bagian-
bagian disain konstruksi yang dibuat lebih jelas dengan skala gambar yang lebih
besar, sehingga dapat memperlihatkan bagianbagian yang terkecil, yang harus
dikerjakan dan dapat digunakan secara langsung sebagai tuntunan para tenaga
kerja trampil untuk melaksanakan pekerjaannya. Gambar Kerja yang dibuat harus
mengikuti ketentuan atau mengacu pada pedoman membuat gambar teknik yang
berlaku (bentuk simbul-simbul gambar, ukuran huruf dan angka, maupun tanda-
tanda lainnya). Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Gambar Kerja tersebut
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan.
Yang dimaksud dengan Buku Harian Lapangan (BHL) adalah buku yang
disediakan oleh Kontraktor yang digunakan untuk mencatat kegiatan, peristiwa,
kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan, yang terjadi setiap hari di
lapangan pekerjaan. Yang dimaksud dengan Buku Pengawasan adalah buku yang
disediakan oleh Kontraktor yang digunakan oleh Pengawas Pekerjaan untuk
mencatat kegiatan, peristiwa atau kejadian yang menyangkut pengawasan
pekerjaan yang terjadi setiap hari di lapangan. Termasuk disini adalah pemberian
petunjuk dan pengarahan dari Konsultan agar pelaksanaan pekerjaan benar-
benar berlangsung sesuai dengan ketentuan dalam kontrak dan dapat
dilaksanakan sesuai dengan Jadwal pelaksanaan. Dalam Buku Harian, Kontraktor
harus mencatat semua kegiatan, diantaranya adalah:
(4) Selalu membuat catatan harian tentang pekerjaan yang telah selesai,
bahan-bahan/material yang telah dipakai,tenaga kerja dilapangan,
keterlambatan peralatan, keadaan cuaca dan peristiwa-peristiwa lainnya.
Supervisi yang dilaksanakan Konsultan dalam kegiatan ini adalah agar Kontraktor
dalam menempatkan /menyimpan bahan konstruksi pada tempat yang memenuhi
persyaratan, sebelum bahan tersebut digunakan yakni aman, tidak mengganggu
lingkungan dekat dengan tempat penggunaan bahan tersebut dan terlindung dari
gangguan hujan dan sebagainya. Sedangkan pengujian bahan konstruksi dengan
cara menerapkan tatacara dalam standar prosedur pengujian yang telah
disepakati. Bahan yang akan digunakan harus lulus dari pengujian mutu bahan
dan hasil pengujian dicatat dan disimpan dengan baik dan tertib karena akan
menjadi bagian dari bukti pelaksanaan pekerjaan.
• Untuk lokasi yang ada aliran airnya, akan dicatat ketinggian muka air maksimal
yang pernah terjadi, ketinggian exsisting saat itu, muka air banjir dan banjir
tertinggi, serta tanda/gejala erosi yang dilengkapi dengan sketsa lokasi dan foto
serta karakter aliran sungai.
j) Inventarisasi Jembatan
♦ Jenis perkerasan yang ada misalnya HRS, AC. Lasbutag, Penetrasi madacam
dll.
♦ Kondisi Daerah Milik Jalan (Damija) dan Kondisi Daerah Pengawasan Jalan
(Dawasja) serta utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-gorong,
`
♦ Lokasi awal dan akhir harus jelas dan sama dengan yang
dipergunakan oleh pemeriksaan yang lainnya.
♦ Foto akan ditempelkan pada format yang standart dengan mencantumkan hal-
hal yang diperlukan misalnya Nomor dan ruas jalan, arah pengambilan foto,
tinggi petugas pemegang Nomor STA.
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan
merah yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
Sedangkan khusus untuk profil memanjang titik yang terletak disumbu jalan
diberi paku dengan dilingkari cat kuning pada kiri-kanan sumbu jalan.
Kondisi Lebar Koridor(m) Interval (m) Jalan Baru Interval (m) Jembatan
Pegunungan 75 + 75 25 25
● Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 M dari
perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu dan hilir) yang
masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
potongan melintang 25 meter.
`
Gambar topografi juga mencakup semua Daerah manfaat Jalan (DAMIJA) dan
Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).
- Bangunan pelengkap
- Batas Landskape
- Batas ROW
3. PENGAWASAN PROYEK
Pengawasan proyek mencakup bukan hanya segi Pengendalian Mutu Proyek, tetapi
jugapemantauan proyek secara umum, kemajuan menyeluruh dari Kontraktor, dan metode-
metode yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam Kontrak.
`
Konsultan Supervisi dan Staf biasanya memantau kemajuan tiap-tiap kegiatan dengan
menggunakan Jadwal Waktu yang dibuat Kontraktor seperti diminta dalam Persyaratan
Umum Kontrak. Jadwal ini digunakan sebagai patokan untuk membandingkan kemajuan
yang dicapai.
Kontraktor harus membuat jadwal yang Iebih terinci untuk semua kegiatan utama pada
format yang sesuai.
Jenis, ketersediaan dan produktivitas dari alat Kontraktor harus dicatat dan dilaporkan.
Catatan cuaca harus memasukkan keadaan cuaca sebenarnya seperti suhu max dan min
harian, curah hujan dan sebagainya, dan juga indikasi pengaruhnya terhadap proyek. Ada
perbedaan pengaruh terhadap proyek yang disebabkan oleh hujan yang turun sebanyak 50
mm pada pukul 6 sore dengan hujan turun sebanyak 30 mm pada pukul 7 pagi. Kehilangan
jam kerja/waktu (pada saat Kontraktor tidak dapat bekerja) harus dimasukkan.
Catatan harus dibuat untuk kebutuhan kegiatan utama proyek. Kegiatan seperti pekerjaan
beton pada pelat lantai beton dan pemancangan tiang dsb, harus dianalisa. Jumlah orang
persatuan pengukuran, jumlah jam alat per satuan pengukuran dan keluaran per satuan
waktu (mis. meter pemancangan per jam) harus dicatat untuk dipakai di masa datang.
Catatan tersebut berguna jika terjadi perselisihan dengan Kontraktor mengenai tingkat
kecepatan kemajuan dsb, tetapi juga berguna untuk membuat data base atau pustaka
informasi dalam mempersiapkan Rencana Biaya di masa mendatang.
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dimaksudkan sebagai jaminan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan
oleh Kontraktor dan diterima oleh Pimpro/Engineer memenuhi Gambar Rencana, Syarat-
syarat Teknik dan dokumen serta perintah lain dari Pimpro/Engineer selama Kontrak
berlangsung.
Dengan terus mengadakan pengecekan dan pengetesan dari pekerjaan Kontraktor, maka
Pemberi Pekerjaan dapat meyakinkan bahwa Pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan
standar spesifikasi dan kualitas.
Tingkat pengendalian yang dicapai pada dasarnya berbanding langsung dengan jumlah
masukan usaha pengawasan oleh Engineer dan staf. Kontraktor akan berusaha memenuhi
Syarat-syarat Teknik dengan usaha minim, oleh karena itu penting bahwa Konsultan
Suvervisi dari staf memastikan dipenuhinya Syarat-syarat Teknik. Seringkali perlu dijelaskan
`
pada Kontraktor bahwa target mutu dari Syarat-syarat Teknik tidak akan terpenuhi bila
kontraktor tidak memenuhi persyaratan mutu, misalnya persyaratan standar lapis
permukaan beton mensyaratkan bahwa bahan yang dipakai untuk bekisting harus bebas
dari cacad permukaan dan kekurangan lain.
Pemakaian bahan yang tidak sesuai bukan berarti harus selalu ditolak oleh Direksi
Pekerjaan/Engineer pada tahap bahan sedang digunakan, tetapi dapat menyebabkan
sulitnya atau tidak terpenuhinya Syarat-syarat Teknik.
Penetuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk
bahan timbunan diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka baru mencari quarry terdekat berikutnya. Informasi quarry yang akan
disampaikan adalah : jenis dan karakteristik material, prakiraan kuantitas, jarak ke
lokasi pusat pengolahan (Base Camp), foto dokumentasi, dan bila perlu kesulitan dan
kendalan yang mungkin timbul.
No PENGUJIAN ACUAN
3) Setelah Konstruksi
Setelah pelaksanaan pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan oleh Kontraktor, tugas dan
tanggung jawab Konsultan Supervisi mencakup halhal sebagai berikut:
`
(3) Kemungkinan adanya bagian pekerjaan yang belum selesai 100 %, tetapi telah
dianggap selesai.
(4) Kemungkinan adanya pekerjaan yang telah selesai, tetapi belum dapat diterima
Pengawas Pekerjaan, tetapi telah dihitung volumenya.
c) Pekerjaan dalam Masa Pemeliharaan Yang dimaksud dengan “Pekerjaan dalam masa
pemeliharaan“ adalah : kegiatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor, selama masa
pemeliharaan yang bertujuan untuk tetap menjaga atau memelihara agar supaya
bangunan beserta kelengkapannya yang telah diserahkan dalam tahap pertama, tetap
dalam kondisi yang baik sesuai dengan yang telah disetujui. Selama masa ini
Konsultan supervisi akan melakukan kegiatankegiatan:
(1) Melakukan pemeriksaan untuk semua pekerjaan yang perlu diperlihara dan
dicatat hal-hal yang ada perubahan bentuk, misalnya retak-retak, penurunan,
longsor pengapuran atau pengecatan yang mengelupas.
e) Serah Terima Akhir (FHO) Pekerjaan Sebagai tahap akhir pelaksanaan konstruksi
adalah Serah Terima Akhir Pekerjaan (FHO) yang akan dilakukan dari Kontraktor
kepada Pemberi Kerja setelah masa pemeliharaan selesai. Sebelum dilakukan Serah
Terima Akhir Pekerjaan (FHO), Konsultan Supervisi akan menyusun dokumen
penyerahan pekerjaan yang telah sempurna dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.
Pedoman operasi dan pemeliharaan yang dibuat antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Pedoman pengoperasian
b. Petunjuk perawatan.