Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI I

STUDI LITERATUR RENCANA


ANGGARAN BIAYA KONSTRUKSI PADA
PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM
PROYEK PUSKESMAS SEDATI,
SIDOARJO

Oleh:
Ayodhya Gusti Ananda
NIM 18050724025

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan diharapkan
dapat mencetak lulusan penerus generasi bangsa yang sanggup
menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis, praktis, dan
aplikatif. Untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul dan
memiliki kemampuan serta keahlian yang mumpuni, Universitas
Negeri Surabaya (UNESA) sebagai salah satu Perguruan Tinggi
Negeri yang ada di Surabaya berusaha membentuk dan melatih
lulusan – lulusan yang ada untuk siap terjun ke dunia kerja.
Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu kegiatan
akademik yang berfokus pada kemampuan untuk
mengembangkan dan menempa ilmu yang telah dipelajari
selama menjalani perkuliahan dalam praktiknya. Kegiatan ini
dapat menambah pengalaman mahasiswa khususnya di Prodi S1
Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya dan memberikan
wawasan mendalam terkait dunia kerja sebelum lulus dari
bangku perkuliahan kelak.
Program PI/PKL pada masa pandemi COVID-19, penulis
melaksanakan kegiatan pengganti Praktik Kerja Lapangan (PKL)
berupa penulisan makalah. Praktik Kerja Lapangan 1 ini
menuntut agar mahasiswa bertujuan untuk menerapkan ilmu
yang di dapat saat di bangku perkuliahan seperti perencanaan
struktur, menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya),
penjadwalan, pengendalian mutu, dll.
Dalam hal ini, penulis membahas topik perbandingan RAB
(Rencana Anggaran Biaya) pekerjaan struktur yang difokuskan
pada pekerjaan kolom proyek Puskesmas Sedati, Kabupaten
Sidoarjo. Data – data yang digunakan untuk laporan PKL 1 ini
merupakan data sekunder berupa laporan perencanaan dan gabar
for construction yang diperoleh dari PT. Sigma Rakatama
Consulindo sebagai konsultan perencana. Fokus pada laporan ini
meliputi perhitungan volume struktur, arsitektur, dan harga.
Hasil akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini berupa
laporan akhir yang berisi tentang perencanaan proyek konstruksi.

B. Tujuan PI/PKL
Praktik Kerja Lapangan dilakukan dengan tujuan sebagai
penerapan ilmu teori yang telah diperoleh mahasiswa di
perkuliahan. Berikut adalah tujuan yang akan dicapai dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, antara lain :
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai pada Praktik Kerja
Lapangan diantaranya sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat di
bangku perkuliahan untuk menunjang pada saat
melakukan Praktik Kerja Lapangan.
b. Mahasiswa mampu memahami tugas serta peranan
konsultan perencana
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang akan dicapai pada Praktik Kerja
Lapangan, antara lain :
a. Mahasiswa mampu memahami perbedaan perhitungan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan menggunakan
koefisien dari konsultan dengan koefisien dari SNI dalam
perencanaan Proyek Pembangunan Puskesmas Sedati,
Kabupaten Sidoarjo.
b. Mahasiswa mampu memahami tahapan dalam
perencanaan perhitungan RAB Proyek Pembangunan
Puskesmas Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
c. Mahasiswa mampu membandingkan hasil perhitungan
RAB antara perhitungan konsultan dan perhitungan
mahasiswa.
C. Manfaat PI/PKL
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu teknik sipil yang
diperoleh di bangku perkuliahan ke bidang pekerjaan nyata
yang akan digunakan sebagai bekal saat bekerja.
2. Mahasiswa mampu menghitung rencana anggaran biaya.
3. Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang
perencanaan anggara biaya di bidang konsultan.
(Halaman sengaja dikosongkan)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Proyek
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat
sementara yang sudah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu
selesainya. Menurut Nurhayati (2010), sebuah proyek merupakan
suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh
waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi performansi yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Proses mencapai tujuan ada batasan yang harus dipenuhi
yaitu besarnya biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, dan
mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan
parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering
diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan diatas
disebut sebagai kendala (triple constraint) yaitu :
1. Anggaran
Proyek yang harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh
melebihi anggaran. Untuk proyek – proyek yang melibatkan
dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan bertahun –
tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan dalam total
proyek, tetapi dipecah atas komponen – komponennya atau
per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan, dengan demikian, penyelesaian bagian – bagian
proyek harus memenuhi sasaran anggaran per periode
2. Jadwal
Proyek harus dikerjakan dalam suatu kurun waktu yang
ditentukan dan terbatas. Jika tidak, maka akan menimbulkan
berbagai dampak negatif
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan, yang berarti mampu memenuhi
tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the
intended use

BIAYA (anggaran)

JADWAL (waktu) MUTU (kinerja)


Gambar 2.1 – Hubungan Triple Constrain ( Iman Soeharto 1997:3)

Ketiga batasan tersebut saling berhubungan, jika ingin meningkatkan


kinerja produk, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatnya
mutu, yang selanjutnya akan berakibat pada naiknya biaya yang
dapat melebihi anggaran yang sudah ditetapkan. Sebaliknya, jika
ingin menekan biaya maka akan berimbas pada waktu dan mutu
yang telah ditetapkan semula.

B. Perencanaan proyek
Proyek harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas
sesuai dengan kesepakatan. Apabila proyek tidak ditangani
dengan benar, kegiatan dalam proyek akan mengakibatkan
munculnya berbagai dampak negative yang akhirnya bermuara
pada kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang di cita –
citakan. (Istimawan Dipohusodo, 1995:4).
Merencanakan dan mermperkirakan sebuah proyek
bukanlah perkara yang mudah, perlu adanya perencanaan yang
matang dan juga harus berdasarkan teori yang mendukung. Hal
ini akan memudahkan identifikasi masalah apabila proyek
tersebut sedang dievaluasi, akrena kegiatan yang dilakukan
dalam suatu proyek tidak akan sama persis dengan yang telah
dilakukan sebelumnya.

C. Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan,
keterampilan, alat, dan teknik dalam aktivitas – aktivitas proyek
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek. Dalam
pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala –
kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut
sebagai segitiga project constraint yaitu biaya, waktu, mutu. Di
mana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan
kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor
tersebut akan mempengaruhi setidaknya saktu faktor lainnya.
Maka dari itu diperlukan suatu pengaturan yang baik, sehingga
perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan
(Santosa, 2013).
Manajemen proyek bisa dianggap berhasil apabila dapat
mencapai tujuan yang dikehendaki/dituju dengan syarat – syarat
berikut :
a) Dalam waktu yang ditentukan
b) Dalam biaya yang dianggarkan
c) Pada spesifikasi yang ditentukan
d) Diterima owner
e) Perubahan lingkup minimum yang disetujui
f) Tidak mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
g) Tidak mengubah budaya(positif) perusahaan.

D. Manajemen Biaya Proyek


Manajemen biaya proyek adalah suatu proses atau kegiatan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan
diselesaikan sesuai anggaran yang telah disetujui.
Biaya proyek atau anggaran proyek biasanya sangat
terbatas sehingga diperlukan pengelolaan yang baik. Pengelolaan
biaya proyek disebut manajemen biaya proyek yang digunakan
untuk menyelesaikan kegiatan dalam jadwal proyek.
Manajemen biaya proyek meliputi proses – proses yang
dibutuhkan untuk menjamin agar anggaran biaya cukup untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam proyek. Proses – proses
manajemen biaya proyek meliputi :
a) Perencanaan sumber daya
b) Estimasi biaya (cost estimating)
c) Penganggaran biaya (cost budgeting)
d) Pengendalian biaya (cost control)

E. Biaya Proyek
Menurut Arbana dan Pandia (2017), Biaya adalah semua
sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan
spesifik atau untuk mendapatkan sesuatu sebagai gantinya. Biaya
proyek adalah biaya yang digunakan pada waktu proyek
berlangsung sampai proyek itu selesai. Berdasarkan
pengertiannya, biaya terdiri dari biaya langsung dan biaya tak
langsung.
1. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung
dengan suatu proyek sehingga dapat ditelusuri secara tepat.
Contoh biaya langsung seperti, gaji pekerja, pembelian barang
proyek.
2. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung adalah biaya yang terkait dengan
suatu proyek, tetapi tidak dapat ditelurusi secara tepat. Contoh
biaya tak langsung seperti, tagihan listrik, sewa kantor untuk
kegiatan perusahaan.
Gambar 2.2 – Klasifikasi Perkiraan Biaya Proyek
(Iman Soeharto:1995)

F. Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya (RAB) adalah perhitungan atau
perkiraan biaya – biaya yang dibutuhkan untuk tiap pekerjaan,
sehingga didapat total biaya yang dibutuhkan dalam suatu
proyek yang akan dilaksanakan.
3. Menurut Soedrajat (1984), rencana anggaran biaya dibagi
menjadi dia, antara lain :
1. Rencana Anggaran Biaya Kasar
Merupakan rencana anggara biaya sementara dimana
pekerjaan dihitung tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat
berpengaruh terhadap biaya secara kasar, hasilnya hanya
terdapat sedikit selisih terhadap rencana anggaran biaya yang
dihitung secara teliti.
2. Rencana Anggaran Biaya Terperinci
Dilakukan dengan menghitung volume dan harga
seluruh pekerjaan yang dilaksanakan agar pekerjaan dapat
selesai secara memuaskan. Cara perhitungan pertama yaitu
dengan harga satuan, dimama seluruh harga satuan dan
volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Cara kedua yaitu dengan
harga seluruhnya kemudian dikali dengan harga kemudia
dijumlahkan seluruhnya.
Menurut Ibrahim (1993), RAB Proyek adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
bangunan atau proyek tersebut.

G. Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Tahap – tahap yang dilakukan untuk menyusun anggaran
biaya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengumpulan data di lapangan dan pengecekan
gambar kerja tentang jenis, harga serta kemampuan pasar
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
Gambar kerja adalah dasar untuk menentukan pekerjaan apa
saja yang ada dalam komponen bangunan yang akan
dikerjakan. Dari gambar akan didapatkan ukuran, bentuk dan
spesifikasi pekerjaan serta penyusunan metode pelaksanaan
konstruksi yang akan dilakukan nantinya di lapangan.
2. Melakukan perhitungan volume. Perhitungan volume adalah
menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan
pekerjaan.
3. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang
berlaku di daerah lokasi proyek dan atau upah pada
umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi
proyek
4. Melakukan perhitungan analisa bahan, upah, dan alat dengan
menggunakan analisa yang diyakini baik oleh pembuat
anggaran.

a) Analisan Bahan
Analisa bahan suatu pekerjaan adalah menghitung
banyaknya volume masingmasing bahan untuk setiap
aktifitas, serta biaya yang dibutuhkan.
b) Analisa Upah
Menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan untuk
setiap kegiatan serta besar biaya yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.
c) Analisa Peralatan
Analisa terhadap peralatan yang dibutuhkan dalam setiap
pekerjaan dalam suatu proyek dimana digunakan alat-alat
yang membutuhkan biaya.
d) Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan yang
memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar
kuantitas pekerjaan. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
adalah analisa terhadap harga satuan pekerjaan yang
didapat dari hasil penjumlahan harga satuan bahan dengan
harga satuan upah.
e) Membuat rekapitulasi. Rekapitulasi adalah jumlah masing-
masing sub item pekerjaan dan kemudian ditotal sehingga
didapatkan jumlah total biaya pekerjaan.

H. Analisa Harga Satuan Metode SNI


Analisa SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah analisis
biaya konstruksi yang telah disusun oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Berisi tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan untuk
masing – masing jenis pekerjaan. Harga yang dimaksud
merupakan harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan satu
jenis pekerjaan konstruksi (Departemen Kimpraswil, 2002).
Dalam analisa SNI memuat koefisien bahan bangunan dan
koefisien tenaga kerja yang diperlukan untuk tiap pekerjaan
sesuai dengan spesifikasi teknik yang bersangkutan. Nilai
koefisien merupakan faktor pengali pada perhitungan biaya
bahan dan upah tenaga kerja untuk siap jenis pekerjaan.
Prinsip metode SNI yaitu perhitungan harga satuan
pekerjaan yang berlaku untuk seluruh Indonesia berdasarkan
harga bahan, harga satuan upah, dan harga satuan alat, sesuai
dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap
jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis
pekerjaan yang telah dilakukan. Kemudian dalam pelaksanaan
perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar
teknik dan rencana kerja serta syarat – syarat yang berlaku (RKS).
Perhitungan koefisien bahan telah ditambahkan toleransi sebesar
15% – 20%, dimana didalamnya termasuk angkat susut yang
besarnya tergantung bahan dan komposisi masing – masing.

I. Analisa Harga Satuan Metode Lapangan


Menurut A.Soedradjat Sastraatmadja (1984) dalam buku Anggaran
Biaya Pelaksanaan menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses
perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan
pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat
sebelum dimulainya pembangunan maka jumlah ongkos yang diperoleh
ialah taksiran bukan biaya sebenarnya (actual cost).
Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode
Lapangan/Kontraktor adalah sebagai berikut :
1. Membuat Daftar Harga Satuan Material dan Daftar Harga Satuan
Upah.
2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara: perkalian antara harga
satuan bahan dengan nilai koefisien bahan.
3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara: perkalian antara
harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja.

J. Struktur
Struktur adalah bagian – bagian yang membentuk
bangunan. Pada dasarnya, elemen struktur berfungsi untuk
mendukung keberadaan elemen non struktur sehingga
membentuk satu kesatuan.
Struktur beton bertulang terdiri atas dua bahan bangunan
yang saling mendukung yakni baja dan beton. Baja adalah
material homogen. Sedangkan beton adalah struktur yang berasal
dari campuran semen, mortar, dan agregat batuan yang bersifat
heterogen
Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan
beban bangunan dari bagian bangunan paling atas hingga
bangunan paling bawah, lalu disebarkan menuju tanah. Dalam
perancangan struktur bagian – bagian sistem struktur harus
sanggup menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan yang
kemudian menyalurkannya menuju tanah dengan aman.

K. Kolom
Kolom adalah elemen struktur yang berfungsi untuk
menahan gaya aksial dan momen lentur. Pada dasarnya, kolom
meneruskan beban – beban dari elevasi atas menuju elevasi
bawah hingga akhirnya menuju tanah dengan melalui pondasi.
Dalam merencanakan struktur kolom harus
memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan
kekuatan yang lebih tinggi daripada untuk komponen struktur
lainnya. Selanjutnya, karena penggunaan di dalam praktik
umumnya kolom tidak hanya bertugas menahan beban aksial
vertikal, definisi kolom diperluas dengan mencakup juga tugas
menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan
kata lain, kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban
aksial tekan dengan eksentrisitas tertentu.

J. Jenis – Jenis Kolom


Menurut Istimawan Dipohosudo (1994) ada 3 jenis kolom beton
bertulang yaitu:
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan
pokok memanjang yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan
pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada
tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks
menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhana kolom ada 2 jenis yaitu :
1. Kolom utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk
rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m,
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal
lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20
2. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum
3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15.

Anda mungkin juga menyukai