Anda di halaman 1dari 18

A.

Judul Tugas Akhir


ANALISIS PENERAPAN SISTEM DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PADA PROYEK ALUR HOTEL DI JATINGALEH

B. Latar Belakang

Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan konstribusi penting dalam


perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua perkotaan. Pekerjaan dapat
berlangsung di tempat terbuka, tertutup, permukan air, kedalaman air, bawah tanah, darat,
udara, tempat bergerak maupun statis. Setiap tempat dan jenis pekerjaan selalu di
hadapkan dengan berbagai risiko, baik risiko terhadap tenaga kerja, alat kerja maupun
material kerja. Dan setiap jenis pekerjaan mengandung unsur bahaya, baik industri,
perkantoran, pertambangan, pelayanan jasa maupun konstruksi.

Terkait di dalam undang – undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan


Kerja; Peraturan Menteri No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan-peraturan tersebut di tetapkan bertujuan
untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Tempat kerja adalah
tempat di lakukan pekerjaan untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat tenaga kerja
yang bekerja dan kemungkinan adanya bahaya di tempat kerja tersebut.

Ada beberapa instansi yang bergerak dibidang konstruksi yang seluruh pekerja dan
staf-staf tenaga ahlinya masih menganggap bahwa SMK3 hanyalah moto dan belum
menerapkannya di dalam pekerjaan konstruksi tersebut. Disisi lain imbas dari ketidak
pedulian pekerja mengenai SMK3 adalah angka kecelakaan dan kerugian akibat
kecelakaan kerja masih sangat tinggi, SMK3 masih dipandang dalam lingkup kerja dan
belum menjadi bagian integral dari bisnis atau kegiatan pembangunan.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang
paling dasar, yaitu pembentukan budaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (Reason,
1997). Dan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat berfungsi dan efektif,
apabila program tersebut dapat terkomunikasikan kepada seluruh lapisan individu yang
terlibat pada proyek konstruksi.

1
Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait
dengan proses konstruksi termasuk tenaga prosfesi, pelaksana konstruksi dan juga para
pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri (Hillebrandt,
1985)

Menurut jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya bidang-bidang jasa
konstruksi (Triwidodo, 2003) meliputi :

1. Bidang perencenaan (design)

2. Bidang pelaksanaan (construction)

3. Bidang pengawasan (supervision/construction management)

4. Bidang pengelolaan lahan (property management)

5. Bidang pengembangaan lahan (developer)

Faktor lingkungan kerja dapat meliputi hal-hal yang berhubungan dengan proyek
konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan,
peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang tidak memadai, kurangnya pelatihan
keselamatan kerja yang diberikan pada pekerjaan, kurangnya pengawasan terhadap
keselamatan kerja para pekerja.

Faktor lingngkungan kerja dapat mendorong munculnya kesalahan dan


pelanggaran dari pihak pekerja. kesalahan dan pelanggaran tersebut dapat berupa
tindakan tidak aman bagi pekerja, contohnya pelanggaran terhadap peraturan dan
prosedur keselamatan kerja, dan salah satu hasil dari tindakan tidak aman adalah
timbulnya kecelakan kerja pada pihak pekerja (Reason, 1997)

C. Rumusan Masalah

Pokok dari permasalahan yang dibahas dalam penulisan tugas akhir ini secara garis
besar adalah :

a. Kemampuan-kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh tenaga ahli K3 ?

b. Pada sudut pandang tenaga ahli K3, faktor resiko keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) apa yang terjadi pada proyek ?

2
D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tugas akhir ini adalah :

a. Mengindentifikasi dan menganalisa kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki


oleh tenaga ahli K3 terhadap pelaksaan SMK3 khususnya pada proyek konstruksi
Gedung.

b. Menganalisa faktor resiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terjadi pada
proyek kontruksi gedung menurut Ahli K3.

E. Batasan Masalah

Penelitian Analisis Kemampuan Tenaga Ahli K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan


SMK3 di proyek pembangunan Gedung ini dibatasi pada aspek-aspek manajerial dan
non-manajerial, yaitu

a. Objek kajian penelitian adalah perusahaan jasa konstruksi yang sedang melaksanakan
proyek konstruksi Alur Hotel di Jatingaleh

b. Data-data yang digunakan merupakan data primer yang berupa data hasil survei
melalui penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap para pekerja pada proyek
konstruksi yang menjadi kajian

Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait
dengan proses konstruksi termasuk tenaga prosfesi, pelaksana konstruksi dan juga para
pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri (Hillebrandt,
1985)

F. Manfaat Penelitian
3
a. Bagi mahasiswa yang meneliti

Mengetahui pemahaman pengetahuan tentang analisis kemampuan tenaga ahli K3


konstruksi gedung pada pelaksaan SMK3.

b. Bagi Akademik

Menambahkan wawasan tentang analisis kemampuan tenaga ahli K3 konstruksi pada


pelaksanaan SMK3 di suatu pekerjaan proyek konstruksi Gedung.

G. Metodelogi Penelitian

1. Cara Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, data yang dikumpulkan akan dibagi 2 macam yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data yang diambil dari responden dengan mendistribusikan kuisioner


langsung kepada karyawan kontraktor dan pemilik proyek.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan media yang berhubungan


dengan obyek yang akan diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data yang membantu dan mendukung dalam penelitian ini berupa :

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan K3 atau tim ahli K3
yang berada atau bekerja dalam proyek pembangunan konstruksi, yang meliputi
Owner, Kontraktor dan Konsultan pengawas.

b. Sampel

4
Sampel adalah sebagian jumlah yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti
( Sugiyono, 2007:21 ), yaitu karyawan kontraktor yang menangani proyek
pembangunan konstruksi. Pada penelitian ini ada sebanyak 30 sample karyawan K3
atau tim ahli K3 pada setiap proyek pembangunan konstruksi gedung.

Arikom (2006:134), mengemukakan bahwa banyaknya sampel yang


dikerjakan tergantung dari ukuran populasi dari subyek yang diteliti, apabila subyek
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, banyak sampel dapat diambil
antara 10-15% atau 20-15%.

Penelitian ini termasuk penelitian survey yaitu yang mengambil sampel dari
suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
(Singaribun,1995). Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan
penelitian yaitu:

1. Sistematis, apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang


paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan
efisien.

2. Berencana apabila penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan


dan sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.

3. Mengikuti konsep ilmiah apabila mulai dari awal sampai akhir kegiatan
penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
memperoleh ilmu pengetahuan.

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang


berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang
diperlukan oleh peneliti ( Mardalis,2008 ).

3. Responden

5
Data-data pada penelitian ini, diperoleh dari pengisian kuesioner yang terlibat
dalam Proyek pembangunan Konstruksi gedung yang jumlahnya 30 responden yang
terdiri dari 15 responden dari kontraktor dan MK, 15 responden dari pekerja.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


dengan metode kuisioner tipe penelitian, karena kemudahannya dalam memberikan
jawaban dan jauh lebih singkat waktunya.

Alat yang digunakan adalah kuisioner berdasarkan pada karakter masalah


yang diteliti dan tujuan yang dicapai, maka kesungguhan, ketulusan, keseriusan
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat
penting dalam penelitian ini. Data yang diinginkan menyangkut fakta dan pendapat
yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner.

Kuisioner yang disebarkan adalah kuisioner tertutup, dimana kuisioner


disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih
satu jawaban yang sesuai dengan persepsi dirinya dengan cara memberikan tanda (X)
atau tanda checklist (√ )

Cara pengumpulan data yang ditempuh penulis sebagai berikut :

a. Metode kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan terjun langsung


meninjau pelaksanaan dilokasi proyek

b. Metode interview, yaitu metode dengan cara mewawancarai sumber yang


dianggap mengetahui tentang pekerjaan lapangan yang ada hubungannya
dengan judul tugas akhir. Sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembahasan serta dalam menarik kesimpulan, dalam hal
ini tanya jawab dengan staff lapangan dan manajemen proyek juga diperlukan.

5. Analisa Data

Menganalisa data melalui metode ranking data dari rata-rata yang didapat
dari tingkat macam kepentingan dengan pilihan Tidak Diterapkan (TD), Kurang
Diterapkan (KD), Diterapkan (D), Sangat Diterapkan (SD) atau dengan
menggunakan skala litert 1-4 (Tidak Diterapkan, Kurang Diterapkan, Diterapkan,
6
Sangat Diterapkan). Tipe pertanyaan ini dipilih untuk memudahkan para responden
dalam menjawab pertanyaan.

Menganalisa data untuk menentukan ranking dari dari kuisioner denga


menghitung nilai Indeks Kepentinga Relatif (IKR)

Untuk mendapatkan nilai IKR digunakan rumus :

i=n

Dimana :

X = rata-rata ukuran nilai faktor

Xi = ukuran nilai faktor pada responder kesatu

n = jumlah responden

Dimana :
IKR = Indeks Kepentingan n Relatif
M = jangkauan nilai faktor

M =4

Contoh perhitungan faktor-faktor perubahan waktu pelaksanaan pada


bangunan Gedung akibat inflasi dengan IKR.

i=n

7
X = 4,725

Variabel yang memiliki nilai IKR tertinggi diberi Ranking 1, demikian


seterusnya untuk nilai IKR yang rendah secara berurutan. Apabila terdapat dua atau
lebih variabel memiliki IKR yang sama, maka penentuan rankingnya dengan cara
menjumlahan ranking-ranking yang akan diwakilinya, kemudian dibagi dengan
banyaknya variabel yang memiliki nilai sama. Metode analisis ini akan sangat
berguna untuk mengindentifikasi ranking dan memberi prioritas terhadap variabel
studi.

6. Cara Penyimpulan

Untuk lebih memudahkan dan memahami isi data dan lebih komulatif, maka
penyimpulan hasil pengumpulan data dapat dibuat berupa table dan grafik, disamping
itu hasil pengumpulan data juga dibuat secara naratif, berupa deskripsi data yang
diperoleh dari hasil pengolahan data.

Dan besarnya nilai maen rank dapat diketahui menurut prioritas yang menjadi
pilihan responden kemudian diambil hasil ranking nya.

H. Landasan Teori

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


8
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan
bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunkana untuk mengembangkan dan
mengelola menerapkan kebijakan K3 dan resiko (OHSAS 18001:2007).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian


dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan penerepan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Permenaker
No. 05/MEN/1996).

2. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3),


perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Menetapkan kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan (SMK3).

b. Merencanakan pemenuan kebijakan, tujuan dan sasaran penerepan


keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan


mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Mengukur, memantau dan mengevalusi kinerja keselamatan dan kesehatan


kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatan pelaksanaan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) secara berkeseimbangan dengan
tujuan meningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
(Permenakertrans No. 05/MEN/1996).

3. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

9
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk memberikan pengetahuan
mengenai hal-hal yang berhubungan dnegan masalah keselamatan dan kesehatan
yang terjadi dalam perkerjaan. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terdapat tiga pokok masalah terjadinya kecelakaan kerja, yaitu peristiwa yang
terjadi secara kebetulan, kondisi dan tindakan atau perbuatan yang membahayakan
yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. (Moekijat 2010).

Secara umum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


memiliki empat tujuan yaitu :

a. Melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja sehingga pekerja dapat


memaksimalkan semua kemampuannya dalam bekerja tanpa tarasa khawatir.

b. Melindungi masyarakat sekitar misalnya dari bahaya pencemaran lingkungan,


polusi air dan udara, suara bising, dll.

c. Mengamankan asset produksi milik perusahaan yaitu barang, bahan dan


peralatan produksi, sehingga asset produksi tersebut berada ditempat yang
aman (secure) serta lebih tanah lama.

d. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, misalnya antisipasi kebakaran,


antisipasi bahan kimia berbahaya, radiasi, dan kecelakaan kerja lainnya.

4. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

Menurut Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapt


melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang


hilang.

b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah


karena menurunnya pengajuan klaim.
10
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan rasa kepemilikan.

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.

g. Perusahaan dapat meningkatka keuntungannya secara subtansial.

5. Landasan Hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

Layaknya sebuah program, maka program kesehatan dan keselamatan kerja di


perusahaan harus memiliki landasan hokum yang kuat. Ada beberapa landasan
hukum yang bias di sebutkan disini yaitu :

a. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja. No . Per-01/MEN/1980 tentang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.

c. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul


karena Hubungan Kerja.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

e. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan.

f. Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 Tentang Konvensi ILO No. 81


Mengenai Pengawasan Ketenaga Kerjaan dalam Industri dan Perdagangan,

g. Permen Pu No. 9 tahun 2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.

h. Undang-Undang No. 5 tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

11
Permenakertrans ini adalah landasan untuk Pengaruh Budaya Kemampuan Pekerja
Konstruksi Terhadap Pelaksanaan SMK3, mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS
8800 di Inggris.

6. Faktor Kecelakaan Kerja

Adanya banyak penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek


konstruksi gedung, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek
kosntruksi memliki konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek kebersihan dan
kerapiannya, lebih tepatnya disebut tidak tertata karena pada alat, pekerja, material.
Faktor lain penyebab terjadinya kecelakaan kerja faktor pekerja konstruksi yang
cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja, pemilihan
metoda kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja sehingga harus selalu
menyesuaikan, perselisihan antar pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya,
perselisihan pekerja dengan tim proyek, peralatan yang digunakan dan masih banyak
faktor lain.

Jumlah pekerja yang besar dalam proyek konstruksi membuat perusahaan sulit
untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif. Secara
umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi
(Ervianto, 2012) :

a. Faktor pekerja itu sendiri

b. Faktor metoda konstruksi

c. Peralatan

d. Manajemen

Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakan kerja perlu dilakukan sedini


mungkin. Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah (1) mengindentifikasi
setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokannya sesuai tingkat resiko;
(2) adanya pelatihan bagi para pekerja kosntruksi sesuai dengan keahliannya; (3)
melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan; (4)
menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek; (5) melaksanakan
pengaturan dilokasi proyek konstruksi (Ervianto, 2012).
12
7. Strategi dan Pendekatan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan


menghilangkan kerjadian kecelakaan dan penyakit kerja dikalangan karyawan sesuai
dengan kondisi perusahaaan (Ibrahim, 2010). Strategi yang perlu diterapkan
perusahaan meliputi (Ibrahim, 2010) :

1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan


dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat
keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja, serta tanggung jawab perussahaan dan karyawan, maka
perusahaan biasanya memiliki tingkar perlindungan yang minimum bahkan
maksimum.

2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan


dan kesehatan kerja bersifata formal ataukah informal. Secara formal
dimaksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan
dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak
tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-
kesepakatan.

3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur


dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif
berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan
rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara
reaktif, pihak manajemen perlu segera megatasi masalah keselamatan dan
kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat drajat keselamatan dan


kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan
kerja para karyawannya.

13
Schuler dan Jackson (2005) seperti dikutip Ibrahim (2010) menyatakan
bahwa, untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat
membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan
sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan.

8. Elemen-Elemen Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

Elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan dan


mengimplementasikan program Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)

a. Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah


dilaksanakan.

b. Kebijakan pimpinan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya


keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.

d. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung.

e. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung.

f. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan.

g. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

h. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja.

i. Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja.

j. Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara


berlanjut.

I. Sitematika Penulisan

Tugas Akhir ini terdiri dari :

14
BAB I. Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini membahas tentang latar belakang pembuatan


Tugas Akhir, indetifikasi masalah, perumusan masal, pembatasan
masalah, maksud dan tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II. Studi Pustaka

Pada studi pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori yang


berhubungan dengan judul Tugas Akhir, serta rumus-rumus dasar yang
digunakan dalam kegiatan observasi.

BAB III. Metodologi Penelittian

Pada bab ini akan dibahas uraian perhitungan serta diagram alurnya, dan
langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan observasi, pada bab ini
juga dapat dilihat diagram alur penelitian.

BAB IV. Data dan Analisa

Pada bab ini akan dibahas tentang data hasil pengamatan yang diperoleh
dari survei yang telah dilakukan dilapangan,berdasarkan kondisi dan
perhitungan tentang tingkat pelayanan dan kinerja jalan serta analisis data
yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan dalam pemecahan masalah
yang ada.

BAB V. Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

J. Daftar Pustaka

1. Depnaker, Himpunan peraturan Perundang-undangan K3, IQRA Media,


Bandung, 1997.
15
2. Tim Kopertis, Ilmu Manajemen Konstruksi untuk Perguruan Tinggi, Penerbit
Universita Tarumanagara, Jakarta, 1998.

3. Ervianto, W. I. 2005. Manajemen Proyek konstruksi. Andi, Yogyakarta

4. Hillenbrandt, P. N 1985. Economic Theory and The Construction Indutry, Second


Edition. Macmillan Press, London.

5. Triwidodo, B. et al. 1997. ISO 9000 Untuk Kontraktor. P. P. Perumahan. PT.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

6. Reason, J. T. 1997. Managing the Risk of Organizational Accident Ashgate


Publishing Ltd. Aldershot, Hants.

7. Anton, T. J. 1989. Occupational Safety and Health Management. Singapore.


McGrawHill, Inc.

K. Penutup

Proposal Tugas Akhir ini diajukan dan diharapkan dalam pengajuan proposal ini
dapat segara disetujui, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir dapat segera
dilanjutkan. Dengan melatar belakangi permasalahan serta mempersiapkan hal-hal
yang akan dikerjakan dalam Laporan Tugas Akhir nantinya. Maka proposal ini dapat
dijadikan pedoman dalam penyusunan Tugas Akhir dengan cepat.

16
LAMPIRAN A
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN
KUESIONER

17
LAMPIRAN B
KUESIONER

18

Anda mungkin juga menyukai