Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) PADA KARYAWAN PROYEK PEMBANGUNAN PASAR

RAKYAT BULU

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

MUHAMMAD BAGUS PUTRA PRATAMA

NIM: 18.11.3.024

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN

TAHUN 2022
ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) PADA KARYAWAN PROYEK PEMBANGUNAN PASAR

RAKYAT BULU

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

MUHAMMAD BAGUS PUTRA PRATAMA

NIM: 18.11.3.024

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN PROYEK

PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT BULU

NAMA : MUHAMMAD BAGUS PUTRA PRATAMA

NIM : 18.11.3.024

KAMPUS : UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN

FAKULTAS : TEKNIK

PRODI : TEKNIK SIPIL

Diterima dan disetujui oleh :

Dekan Fakultas Teknik

Universitas Sunan Bonang

Lilik Retno wulan,ST.M.MPd.

NUPN. 8849320016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpah

kan rahmat dan hidayah – Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tercurah kepada

Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Penulisan berjudul“ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) PADA KARYAWAN PROYEK PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT

BULU“ini bertujuan untukk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu saya

dalam penyusunan proposal ini, sehingga proposal ini bisa selesai dengan hasil yang

maksimal.

Dalam penyusunan proposal ini, saya menyampaikan dari sepenuhnya bahwa

proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang

terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

terciptanya proposal yang lebih baik untuk masa mendatang.

Tuban, 6 Juni 2022

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan revolusi industri di Indonesia, perusahaan swasta maupun dalam

naungan negara (BUMN) tentunya diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas karyawan. Dengan dilakukannya peningkatan produktifitas pada karyawan

diharapkan supaya sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dapat digunakan dengan

semaksimal mungkin sehingga tidak terjadinya penggunaan anggaran yang sia-sia serta target

perusahaan yang ditetapkan dapat dicapai dengan memaksimalkan kinerja karyawan yang

dimiliki. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sumber daya manusia adalah salah satu aset yang

berharga suatu perusahaan,

maka semua sumber daya manusia yang dimiliki diharapkan bisa dijaga, dipelihara serta

dipertahankan dengan baik keberadaannya karena terciptanya keberhasilan suatu perusahaan

terdapat pada karyawan yang produktif, terampil dan berprestasi.

Salah satu bentuk produktivitas kerja pada karyawan adalah sesuatu pemeliharaan

keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan dilingkungan kerja.Dengan terdapat

pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut merupakan suatu bentuk pencegahan

yang terjadinya pada kecelakaan kerja dan menciptakan terjadinya suatu lingkungan kerja

yang aman serta nyaman, sehat serta efisien dalam meningkatkan produktivitas karyawan.

Terdapa banyak kasus kecelakaan kerja yang terjadi dilingkungan kerja baik ringan maupun

yang berat yang dialami oleh karyawan sehingga rasa nyaman bekerja karyawan
berkurang.terdapat kerugian yang dialami ketika terjadinya kecelakaan kerja oleh karyawan

itu sendiri maupun perusahaan. Hal tersebut dapa menurunkan efiensi perusahaan karena

menurunnya tingkat produktivitas karyawan tidakdapat meningkat secara maksimal dan

berdampak buruk bagi suatu perusahaan.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai pengaruh bagi karyawan dalam

menjalankan tugasny sehingga sering terjadinya kecelakaan kerja,karyawan haru mematuhis

tandar K3 yang ditetapkan oleh perusahaan agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan. Terdapat kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh karyawan itu sendiri yang

tidak mentaati peraturan standar K3 yang ditetapkan oleh perusahaan. Keselamatan kerja

pada karyawan perlu diperhatikan pada lingkungan kerja, karena keselamatan kerja

merupakan suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik

itu sedang mengoperasikan mesin, alat kerja dan lingkungan kerja yang terjamin.Apabila para

pekerja dalam kondisi yang sehat dan didukung prasarana keselamatan kerja yang terjamin

maka produktivitas kerja pada karyawan pun akan meningkat.

Di Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

keselamatan dan kesejateraan tenaga kerja. Pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat

(2) tentang jaminan penghidupan bagi warga negara, yang berbunyi “tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Pemerintah menyadari bahwa karyawan

berhak mendapatkan perlindungan oleh perusahaan dalam melakukan pekerjaan yang berupa

penetapan standar K3.

Pasar Rakyat Bulu dengan nilai pembuatanya Rp. 3.671.495.000.00. Merupakan

perusahaan yang bergerak dibidang jasa tenaga kerja konstruksi, selain itu menjalankan

bidang usaha berupa pekerjaan konstruksi umum meliputi bangunan gedung dan pabrik

Perusahaan memiliki tingkat tresiko yang cukup tinggi terutama pada bagian-bagian tertentu
yang mengharuskan para pekerja untuk langsung bersentuhan dengan bahankimia,

pembersihan, serta mengoperasikan mesinproduksi yang di gunakan oleh perusahaan, maka

dari itu sebuahp eran K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dimaksimalkan mampu menekan

ingginya angka pada kecelakaan kerja yang sering terjadi

memiliki komitmen untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dialami para

karyawan salah satunya dengan menyiapkan alat pelindung diri yang meliputi (sarung tangan,

kacamata safety, masker safety,helm safety, sepatu safety, dll).selain itu melakukan program

safty talk yang diadakan di setiap divisi. Dalam hasil pengamatan yang peneliti lakukan,

ditemukan sebagai permasalahan pada karyawan yang belum sepenuhnya melakukan

prosedur keselamatan kerja. Banyak ditemuan sejumlah karyawan yang melanggar peraturan

tentang K3 diantara lain masih banyak perkerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat

bekerja mulai dari sepatu yang sesuai prosedur disetiap bagian bahkan ada yang tidak

memakai sepatu,.selain itu ada beberapa yang tidak menggunakan sarung tangan, pelindung

rambut, masker.Selain dari alat pelindung diri, peneliti mengobservasi lingkungan disekitar.

Masih banyak hal-hal yang dapat terjadinya kecelakaan kerja seperti ada beberapa tumpukan

palet yang tidak tertata, terdapat kabel mesin yang tidak tertata sehingga saling bersentuhan

dengan genangan air.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan diatas maka dapat ditentukan

rumusan masalah daam penelitian ini adalah

1. Bagaimana sistem dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

pada karyawan

2. Bagaimana tingkat kesadaran yang dimiliki oleh karyawan terhadap keselamatan


dan kesehatan kerja (K3)?

1.3 Tujuan Penelitian

Bedasarkan berbagai macam masalah yang ada pada keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan yang dsajikan, tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui system manajemen k3 kontraktor dalam penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada karyawan

2. Untuk dapat mengetahui tingkat besaran kesadaran karyawan terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Dengan penelitian ini mahasiswa dapat mengukurt tingkat kemampuan dalam

mengatasi permasalahan yang menyangkut keselamatan kerja pada karyawan, dapat

dijadikan studi banding, dan juga menambah ilmu pengetahuan mahasiswa.

2. Bagi perusahaan

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan salah satu plan solusi on untuk

mengatasi beberapa masalah pada karyawan termasuk pada keselamatan kerja

3.Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai pandangan ide tentang keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan pada peneliti selanjutnya yang akan menciptakan solusi- solusi baru yang

sesuai dengan perkembangan zaman

1.5 Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas akhir ini, agar sasaran penelitian dapat tercapai dengan baik maka

diberikan batasan-batasan sebagai berikut:


Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi tentang faktor resiko dan penerapan

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan batasan sebagai berikut:

• Penelitian ini dibatasi pada faktor penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

pada proyek.

• Objek pada penelitian ini adalah persepsi karyawan (staf dan pekerja) pada proyek

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada karyawan

• Penelitian dilakukan dengan survey lapangan dengan menyebarkan daftar pertanyaan-

pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan untuk kemudian dapat diketahui

pengaruh resiko dan faktor manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

terhadap kinerja pekerja dalam Proyek penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) pada karyawan

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab yang didalamnya terdapat beberapa

sub bab, adapun isi dari tiap-tiap bab dapat dijelaskan sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang penelitian, ruang

lingkup dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi teori-teori, kajian pustaka yang bersumber

dari data primer dan sekunder yang mendukung penelitian sebagai dasar untuk

menganalisa masalah yang dibahas.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dimaksud mencakup bahan penelitian,

waktu dan tempat penelitian, referensi dan acuan normatif yang digunakan, metode

dan prosedur pengujian, pembuatan dan pengujian mortar geopolimer serat mortar

semen, teknik pengumpulan serta analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini diuraikan tahap-tahap penelitian yang

dilaksanakan dalam sistematika yang jelas dan teratur agar diperoleh hasil yang baik

dan dapat dipertanggung jawabkan.

BAB V : PENUTUP

Berisi mengenai kesimpulan dari penelitian dan masukan atau saran

untuk kemajuan pengembanagan penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Kinerja Karyawan

Kinerja merupakan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik bersifat fisik maupun non fisik

(Hadari Nawawi, 2005). Sedangkan menurut Prawirosentono (2008) kinerja adalah hasil

kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau dari kelompok orang dalam suatu organisasi,

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

norma maupun etika. Hal ini juga didukung oleh pendapat Cokroaminoto (2007) pengertian

kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan keseluruhan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas–tugas tersebut biasanya berdasarkan

indikator–indikator keberhasilan yang sudah diterapkan. Sebagai hasilnya akan diketahui

bahwa seorang karyawan masuk dalam tingkatan kerja tertentu. Tingkatannya dapat

bermacam-macam istilah. Kinerja dapat dikelompokkan melampaui target, sesuai target atau

dibawah target. Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2005) kinerja merupakan perilaku nyata

yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai

dengan perannya dalam perusahaan.

2.1.2 Faktor-Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor:

1.Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan

demografi.

2.Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude (sikap), personality (kepribadian),

pembelajaran, dan motivasi.


3. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan

job design. Menurut Mangkunegara (2005), faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional), yaitu faktor yang dihubungkan dengan

sifat-sifat seseorang. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan

rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor-faktor

internal dan eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja

seseorang. Menurut Mangkunegara (2005) faktor penentu prestasi kerja individu dalam

organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan.

1 Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memilik integritas yang

tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama

individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya 19 secara optimal

dalam melaksanakan kegiatan dan aktivitas kerja sehari-sehari dalam mencapai tujuan

organisasi

2. Faktor lingkungan kerja

organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor

lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang

memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja

harmonis, iklim kerja respek, dan dinamis , peluang berkarir dan fasilitas kerja yang

relative memadai.

Menurut Heidjrachman dan Saud (1984), keselamatan dan kesehatan terdapat tiga

penyebab umum suatu kecelakaan, yaitu secara kebetulan, kondisi tidak aman, dan sikap

yang tidak diinginkan. Terdapat hal lain yang menyebabkan terjadinya faktor-faktor antara

lain:
1. APD yang tidak sempurna.

2. Peralatan yang rusak.

3. Prosedur yang berbahaya didalam, di atas atau disekitar peralatan dan mesin.

4. Kurangnya percahayaan.

5. Tempat penyimpanan yang tidak aman.

6. Kondisi lapangan kurangaman

7. Kesadaran karyawan terhadap keselamatan kerja

2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pada masa sekarang keselamatan dan kesehatankerja (K3) merupakan suatu hal yang sangt

mempengaruhi dalam produktifitas kerja, bahkan pemerintah telah turun tangan untuk

meminimalisir tingkat kecelakaan di Indonesia yang tertuang dalam Permenaker No 9 Tahun

2012 Pasal 1 ayat 1, “keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan penyakit akibat kerja.”

Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejaterahan para

karyawan sehingga dapa melakukan tugasnya dengan baik. Tujuan keselamatan dan

kesehatan kerja sendiri yang berarti manfaat dari melindungi karyawan dari kecelakaan dan

kesehatan dalam bekerja. Menurut Sutrisno dan Ruswandi (2007:7),tujuan keselamatan kerja

merupakan suatu jaminan keselamatan yang dimiliki pekerja pada saat melakukan suatu

pekerjaan.

Perlindungan keselamatan kerja dapat dilakukan pada saat karyawan berangkat

kerja, sedang bekerja, maupun pulang kerja.

Tujuan K3 menurut Mangkunegara (2009:161) yaitu:

1. Mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik, sosial, dan
psikologis.

2. Perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif mungkin.

3. Hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dengan meningkatkan kesehatan gizi pegawai.

5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja

6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan dan kondisi kerja.

7. Pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Dalam perusahaan yang berhasil meimplementasikan sektor keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) pada karyawan diharapkan mampu mencapai zero accident,yang dimana

perusahaan mampu mengendalikan tingkat kecelakaan pada

suatu perusahaan. Sebagaian umum juga perusahaan juga memperhatikan dari

sektok keselamatan dan kesehatan yang baik dengan memberikan rasa nyaman pada

karyawan yang bekerja.

Ramli (2010:14) berpendapat sebuah tujuan K3 dapat dilihat dari aspek ketenaga kerjaan

bahwa suatu keselamatan kerja mengandung sebuah nilai pelindungan terhadap para pekerja

kecelakaan maupun penyakit akibat bekerja. Tenaga kerja merupakan salah satu aset

perusahaann yang sangat berharga dan merupakan unsur penting dalam suatu proses produksi

di samping unsur lainnya seperti material, mesin, dan tempat kerja. Karena itu tenaga kerja

harus dijaga, dibina, serta dikembangkan untuk meningkatkan suatu produktivitasnya. Karena

merupakan suatu bagian aset penting bagi perusahaan maka keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja perlu menjadi fokus utama

perusahaan agar produktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) merupakan salah satubentukkesejaterahan pekerja yang harus dipenuhi

oleh perusahaan karena pekerja merupakan sebuah aset perusahaan yang harus dijaga.
Denganadanya K3 dapat membantu produktifitas para pekerja dalam bekerja dengan

memberikan keamanan dan kenyamanan.

2.1.4 Unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam suatu proses berjalannya penerapan K3 terdapat bagian unsur-unsur yang membantu

dalam menangani tingginya angka kecelakaan kerja yang disebutkan oleh Sutrisno dan

Ruswandi (2007:5) adalah sebagai berikut:

1. Adanya APD yang lengkap.

2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.

3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tangung jawab.

4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan

kerja) Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.

5. Adanya sarana yang lengkap bagi karyawan.

6. Adanya kesadaran pada karyawan untuk menjaga keselamatan dan Kesehatan

kerja.

Dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bukan hanya

dilakukan individu tetapi sangat efektif jika dilakukan secara bersama-sama didalam suatu

perusahaan baik pimpinan maupun para pekerja. Menurut Flippo (Mutiara, 2004: 116), dalam

suatu tujuan penanganan program K3 pada karyawan

dapat dicapai jika terdapat unsur-unsur yang mendukung antara lain:

1. Adanya dukungan dari manajemen puncak.

2. Ditunjukknya direktur keselamatan.

3. Rekayasa pabrik serta kegiatan yang aman.

4. Diberikannya pendidikan dan kegiatan bagi semua karyawan untuk bertindak aman.

5. Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan.


6. Menganalisis penyebab kecelakaan.

7. Melaksanakan peraturan.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang unsur keselamatan dan kesehatan kerja, dapat

disimpulkan bahwa K3 sangat dibutuhkan untuk melindungi para pekerja untuk menciptakan

kondisi bekerja yang aman. Hal iniperlunya menetapkan peraturan didalam perusahaan

tentang penggunaan APD, kondisi lingkungan, tanda bahaya, safety talk, sarana prasarana

yang lengkap, serta kesadaran karyawan terhadap keselamatan dan kesehatan saat bekerja.

2.5 Kerangka Berfikir

2.1.5 Sistem penerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).

Menurut undang-undang yang dikutip dari Permenakera No 5 Tahun 1996 tentang

sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu suatu bagian yang

terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatankerja

(K3) yaitu strukturorganisasi K3, perencanaan K3, implementasinya, prosedur,

tanggung-jawab, proses dalam SDM yang dibutuhkan, pencapaian , pemeliharaan suatu

kebijakan perusahaan terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang bertujuan untuk

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja bertujuan untuk menjaga

lingkungan agar tetap nyaman dan aman serta dapat meningkatkan suatu produktifitas pada

karyawan yang bekerja.

Untuk sebuah pencapainya dari keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan di

perlunya sistem manajemen K3 yang baik dan terkordinasi menjaga para pekerja supaya tidak

terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas pada karyawan. Hal

ini dapat diketahui suatu problem yang diketahui pada sektorkeselamatan dan kesehatan kerja

yang ada

2.1.6 Keselamatan Kerja


Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan

keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan

kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus

memperoleh perlindungan dari berbagai permasalahan disekitarnya dan pada dirinya yang

dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.

Menurut Robert L. Mathis (2002), program manajemen keselamatan kerja yang efektif

adalah:

a. Komitmen dan tanggung jawab perusahaan Inti manajemen keselamatan kerja adalah

komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komperhensif. Usaha

ini sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk melibatkan

seluruh anggota perusahaan. Begitu komitmen dibuat untuk adanya keselamatan

kerja, usaha-usaha 20 perencanaan harus dikoordinasikan dengan tugas-tugas yang

diberikan oleh para atasan, manajer, spesialis keselamatan kerja dan spesialis sumber

daya manusia.

b. Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja Mendesain kebijakan dan peraturan

keselamatan kerja serta mendisiplinkan pelaku pelangaran, merupakan komponen

penting usaha-usaha keselamatan kerja. Dukungan yang sering terhadap perlunya

perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik

keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting dalam meningkatkan keselamatan

para pekerja.

c. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja Satu cara untuk mendorong keselamatan

kerja karyawan adalah dengan melibatkan seluruh karyawan di setiap kesempatan

dalam sesi pelatihan tentang keselamatan kerja dan dalam pertemuan-pertemuan

komite, di mana pertemuan ini juga diadakan secara rutin. Sebagai tambahan dalam
keselamatan kerja, komunikasi yang terus-menerus dalam membangun kesadaran

keselamatan kerja juga penting.

d. Komite keselamatan kerja Para pekerja sering kali dilibatkan dalam perencanaan

keselamatan kerja melalui komite keselamatan kerja, kadangkala terdiri dari para

pekerja yang berasal dari berbagai tingkat jabatan dan departemen. Komite

keselamatan kerja biasanya secara reguler memiliki jadwal meeting, memiliki

tanggung jawab spesifik untuk mengadakan tinjauan keselamatan kerja, dan membuat

rekomendasi dalam 21 perubahan-perubahan yang diperlukan untuk menghindari

kecelakaan kerja di masa mendatang.

e. Inspeksi, penyelidikan kecelakaan kerja, dan pelatihan Pada saat terjadi kecelakaan,

maka harus diselidiki oleh komite keselamatan kerja perusahaan atau oleh koordinator

keselamatan kerja. Dalam menyelidiki lokasi kecelakaan, adalah penting untuk

menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang turut menyumbang terjadinya

kecelakaan itu. Selain itu penyelidikan dengan wawancara terhadap karyawan yang

mengalami kecelakaan, dengan atasan langsungnya, dan para saksi kecelakaan itu.

Dalam penyelidikan kecelakaan kerja ada kaitan eratnya dengan penelitian, untuk

menetapkan cara-cara mencegah terjadinya kecelakaan. Kemudian rekomendasi harus

dibuat tentang bagaimana kecelakaan tersebut dapat dicegah, dan perubahan-

perubahan apa yang diperlukan untuk mencegah kecelakaan yang sama.

Mengidentifikasikan sebab-sebab kecelakaan terjadi sangat berguna, namun

mengambil langkah-langkah dalam mencegah kecelakaan yang sama juga sangat

penting.

f. Evaluasi terhadap usaha-usaha keselamatan kerja Perusahaan harus mengawasi dan

mengevaluasi usaha-usaha keselamatan kerjanya. Sama seperti catatan akuntansi

perusahaan yang diaudit, usaha-usaha keselamatan kerja perusahaan juga harus


diaudit secara periodik. Analisis ini harus dirancang untuk mengukur kemajuan dalam

manajemen keselamatan kerja.

Menurut Gary Dessler (1997), ada tiga alasan perlunya program-program

keselamatan kerja:

1. Moral Para manajer melakukan upaya pencegahan kecelakaan, dan atas dasar

kemanusiaan. Mereka melakukan hal ini untuk meringankan penderitaan

karyawan yang mengalami kecelakaan dan keluarganya.

2. Hukum Terdapat berbagai peraturan perundang-undang yang mengatur tentang

keselamatan kerja dan hukuman terdapat pihak-pihak yang membangkan

ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu,

perusahaan dapat dikenakan denda dan para supervisor dapat ditahan apabila

ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan fatal. Manajer yang terbukti bersalah

dikenakan hukuman penjara selama lima tahun dengan masa percobaan sepuluh

tahun.

3. Ekonomi Biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan akan cukup meskipun

kecelakaan yang terjadi sangat tinggi ataupun kecelakaan yang terjadi kecil.

Asuransi kompensasi karyawan ditunjukkan untuk memberi ganti rugi kepada

pegawai yang mengalami kecelakaan. Asuransi ini tidak meliputi biaya langsung

dan tidak langsung lainnya yang dikaitkan dengan kecelakaan.

Menurut Gary Dessler (1997), terdapat tiga penyebab kecelakaan yang utama:

1. Kemungkinan terjadinya kecelakaan Seperti berjalan di samping jendela kaca

tepat pada saat seseorang melempar bola pada jendela tersebut, memiliki andil

yang besar bagi timbulnya kecelakan.

2. Kondisi yang tidak aman, meliputi:


a. Peralatan yang tidak diamankan dengan baik.

b. Peralatan yang rusak.

c. Pengaturan atau prosedur yang berbahaya di sekitar mesin-mesin atau peralatan.

d. Gudang yang tidak aman: terlalu sesak atau banyaknya jumlah barang yang

tersimpan didalam gudang sehingga terjadi kemacetan pada arus barang.

e. Penerangan yang tidak baik (menyilaukan, gelap).

f. Ventilasi yang tidak baik (pengaturan udara tidak baik atau sumber udara kotor).

3. Tindakan yang tidak aman dari pihak pegawai, meliputi:

a. Tidak mengamankan peralatan.

b. Tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan perlindungan.

c. Membuang benda sembarangan.

d. Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman (apakah terlalu cepat atau terlalu lambat

menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan).

e. Menggunakan peralatan yang tidak aman atau dengan ceroboh.

f. Menggunakan prosedur yang tidak aman dalam memuat, menempatkan, mencampur

dan mengkombinasi.

g. Mengambil posisi yang tidak aman di bawah beban yang tergantung.

h. Mengangkat barang dengan ceroboh, mengganggu/menggoda, bertengkar, bermain

main dan sebagainya.


2.4.2 Tingkat Kesadaran Karyawan Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Kesadaran karyawan merupakan suatu pengaruh utama dalam penerapan keselamatan kerja

yang langsung. Kesadaran adalah bagian dari kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya,

diketahuinya. Didalam diri karyawan memiliki perilaku yang berbeda-beda baik positif

maupun negative.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk sebuah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus,

karena bertujuan menggambarkan suatukeadaan atas fenomena yang

terjadi di lapangan MenurutArikunto (2013: 3) dalam penelitian deskriptif merupakan suatu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan sesuatu hal, misalnya

dalam keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dalam pendekatan

deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan secara terperinci di dalam suatu

organisasi, lembaga, atau subjek yang sempit. Menurut Sugiyono (2011:8-9) Metode

penelitian kualitatif juga sering disebutkan sebagai penelitian yang natural yang dalam

kondisi alamiah (natural setting); dalam penelitian kualitatif bisa disebut juga sebagai metode

etnographi, karena pada awalnya metode yang dilakukan penelitian ini lebih banyak

digunakan dalam suatu penelitian bidangan tropologi budaya; disebut dengan metode

kualitatif karena sebuah datanya yang terkumpul dan anlisisnya lebih bersifat kualitatif.

Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti suatu kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti tersebut merupakan sebagai instrumen

kunci. Teknik dari suatu pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data

yang bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekan kan

makna dari pada generalisasi.

3.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pasar Rakyat Bulu, berlokasi di Desa Sukolilo, Kecamatan

Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur

3.3 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif terdapat informan penlitian yang dijadikan suatu pendekatan pada

objek yang memahami dalam sebuah informasi berkaitan objek yang diteliti. Dalam informan

yang dipilih memiliki sebuah kriteria khusus agar diharapkan mendapatkan suatu informasi

yang bermanfaat bagi penelitian yang dilakukan. Dalam menentukan informan dalam

penelitian terdapat sebuah kriteria-

kriteria yang dikatakan oleh para ahli. Menurut Spradley (Moleong, 2004: 165) informan

harus memiliki dari beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Informan yang menyatu atau berpegalaman dibidang yang akan dijadikan

sebuah objek dari penelitian.

2. Mampu memberikan sebuah informasi diluar kepala tentang sesuatu yang

ditanyakan.

3. Informan masih bekerja pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran

penelitian.

4. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi.

5. Informan yang memberikan suatu informasi tidak cenderung diolah dan dikemas terlebih
dahulu atau mereka relatif masih lugu dalam memberikan suatu informasi.

Bedasarkan kriteria untuk mencari informan yang dikatakan Spradley diatas, peneliti

menentukan informan yang dapat memenuhi dari kriteria yang ditentukan

tersebut. Informan yang penelitih tentukan merupakan orang-orang yang terkait secara penuh

didalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang tentunya

paham akan kondisi dan SOP K3. Informan yang dipilih oleh peneliti juga merupakan

seseorang karyawan yang bertugas sebagai pengawas pada para pelaksana pekerja yang

sedang bekerja.

Dalam pelaksanaanya penelitian ini menggunakan sebuah teknik key person. Dalam

melakukan teknik ini untuk memperoleh informan yang akan digunakan dikarenakan peneliti

sudah memahami informasi sejak awal tentang objek. Penelitian maupun informan

penelitihan sehingga peneliti membutuhkan teknik key person sebagai awalan untuk

melakukan sebuah wawancara atau

observarsi. Key person ini adalah tokoh formal maupun tokoh informal. (Bungin,

2007: 77)

Penulis menentukan informan penelitian yang dipilih dengan berjumlah 4 orang, yang

dibagai menjadi 2 orang formal dan 2 orang sebagai informal. Tokoh

formal yang menjadi subjek atau informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Foreman K3

Dalam penelitian ini, peneliti memilih bapak Subekhan sebagai foreman K3 sebagai tokoh

formal karena memiliki pengetahuan di bidang K3. Informan tersebut juga mengetahu

itentang sistem dan budaya K3

2. Staff K3

Dalam pengambilan data, peneliti melilih Risky Adi K sebagai tokoh formal yang dapat

memberikan informasi seputar penerapan K3 dan waktu yang cukup untuk melakukan proses
wawancara. Narasumber tersebut juga memiliki pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlaksana

Pelaksana merupakan seseorang yang berhadapan langsung dengan proses bekerja. Dengan

mencari data untuk dijadian penelitian perlunya orang yang yang langsung memiliki

pekerjaan yang beresiko terjadinya kecelakaan kerja Penulis mememilih 2 karyawan yang

siap untuk dijadikan narasumber

penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Didalam suatu jenis dan sember data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data

primer. Data primer yang merupakan suatu data diambil dari lingkungan

perusahaan yang diteliti baik pengamatan sendiri maupun melalui daftar pertanyaan yang

telah disiapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh melalui hasil

wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam bidang keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, terdapat berbagai teknik yang diperlukan untuk meneliti masalah

yang yang diteliti dan tujuan penelitian. Maka penulis menggunakan beberapa metode yang

dapat mempermudah penelitian ini, yaitu:

1. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara ditujukan kepada pemilik perusahaan yang digunakan untuk

mendapatkan data seputar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

2. Dokumentasi

Teknik memperoleh data yang memperihatkan secara langsung situasi dan


kondisi dilapangan dalam penerapan K3

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses dimana penelitian membentuk penyusunan pada data yang

diperoleh peneliti melalui observasi lapangan, wawancara, kuisioner,

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori ,menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting, dan yang

akan dipelajari sehingga dapat menyimpulkan penelitian yang mudah dipahami. Menurut

Miles & Huberman (1992: 16) dalam menganilisis sebuah data maka peneliti menggunkan

teknik analisis Interactive Model yakni dengan tahapan meliputi :Pengumpulan data; reduksi

data; penyajian data; dan

kesimpulan atau verifikasi.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat digunakan untuk penelitian ilmiah, sumber data primer, wawancara,

dan dokumentasi, Dalam hal ini peneliti dapat mengumpulkan informasi dengan seksama dan

apa adanya mencatat apa saja yang sudah didapatkan sesuai dengan hasil pengamatan,

wawancara terstruktur maupun tak terstruktur secara objektif bardasarkan fakta yang ada di

lapangan mengenai suatu pelaksanaan program pada keselamatan dan kesehatan kerja

2. Reduksi Data

Data yang dimiliki oleh penelit sangan banyan dan dibutuhkannya sebuah penyeleksi data

yang penting. Semakin banyak data yang diperoleh di lapangan maka data tersebut akan

semakin rumit untu dilakukan suatu penelitian. Untuk itu perlunya dilakukan analisis data

melauireduksi data.

Reduksi data merupakan sebuah rangkuman data yang memilih pokok-pokok pembahasan

yang penting dari tema penelitian dan membuang yang menurutnya tidak penting. Dengan itu

data reduksi memberikan gambaran yang jelas tentang suatu data yang diambil. sehingga
dapat mempermudah peneliti membuat kesimpulan.

3. Penyajian Data

Setelah melakukan sebuah reduksi data meka penelitian dapat mendisplay data yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif penyajian yang jelas merupakan hal yang penting bagaimana

peneliti mampu menyajikan dan menjelaskan suatu data yag diteliti. Penyajian dalam

kualitatif berupa bentuk tabel, grafik, phie chart, pictogram, dan sejenisnya. Melalui

penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga

akan semakin mudah difahami. Penyajian dalam penelitian kualitatif dapat dijelaskan dengan

singkat, namun penyajian kualitatif sering ditemui dalambentuk narasi.

4. Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusions or Verification)

Langkah selanjutnya dalam analisis data pada penelitian kualitatif adalah mekakukan sebuah

penarikan kesimpulan dan verivikasi dari data

penelitian yang dijelaskan. Kesimpulan awal yang dijelaskan bersifat sementara namun akan

berubah ketika sudah menemukan bukti-bukti yang kuat dan dapat mendukung data

penelitian. Jika kesimpulan awal didukung dengan bukti-bukti yang falid pada saat kembali

kelapangan maka disebut dengan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini mungkin dapat menjawab sera menjelaskan

berbagai rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awalpenelitian, dikarenakan sebuah

rumusan masalah dari penelitian kualitati hanya bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada langsung di lapangan. (Sugiyono 2010:345).

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Uji kreadibilitas perlu untuk menghindari unsur subjektifitas, ada beberapa cara untuk

mengatur uji kreadibilitas yaitu:

1. Ketekunan Pengamatan

Dalam penelitian ini ketekunan merupakan suatu awalan untuk mendukung proses penelitian.
Dalam hal itu bahwa kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti

secara sistematis. Dengan meningkatkan kefali dan dara peneliti melakukan pengecekan

ulang agar data yang diambil benar dan akurat. Demikian juga dengan meningkatkan

ketekunan maka, peneliti dapat menberikan sebuah deskripsi data yang jelas dan sistematis

tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara menggali lebih

banyak refrensi buku maupun penelitian terdahulu supaya dapat menguatkan data yang akan

diteliti dan juga sebagai bahan berbandingan. Dengan membaca ini maka wawasan serta

perabaan

konteks yang lebih mendalam peneliti akan semakin paham. Hal tersebut sehingga dapat

digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan oleh peneliti itubenar/dipercaya. (Sugiyono

2010:371)

2. Menggunakan Referensi

Bahan referensi yang dimaksud di sini adalah merupakan sebagai pendukung penelitian yang

akan diibuktikan dengan rekaman proses wawancara. Data sebagai referensi penelitian

berupa interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Dalam

laporan penelitian penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan

dokumentasi untuk menunjang keasliannya, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

(Sugiyono 2010:375)

3. Pelaksanaan member check

Dalam suatu penelitian terdapat berbagai macam kendala/kesalahan dari pengambilan data

maupun pada saat mendisplay data yang diperoleh. Maka perlunya suatu pengecekan ulang

dari data yang didapat anguna menjaga kevalidan data yang didapat. Sugiyono (2010:375)
menyatakan bahwa member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapakah tingkat

kevalidan data yang diperoleh dengan penjelasan penelitian.

4. Trigulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan data atau suatu pembanding terhadap data

itu. Penelitian ini menggunakan satutrigulasi yaitu trigulasi sumber. Triangulasi sumber data

adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang saling berbeda dengan menggunakan

suatu metode yang sama

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:

Penerbit Refika Aditama.

Ardana. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Arikunto,

Suharsimi. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnawi Sahlan & Bachroni Mohammad 1999. Stres Kerja Buletin Psikologis, Tahun VII,

No2. Hal 28-39.

Dombeck & Moran. (2000). Implications of Psychological Theories foSelf help: Introduction
Fatmawati Mallapingdan Nurfadilah. (2013). Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja Wanita Di PT Maruki Internasional. Jurnal Keselamatan Volume VI No.1/2013.

Freud, Sigmund. (2006). Pengantar umum psikoanalisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan

Ilmu Sosial lainnya.Jakarta:Putra Grafika

Heidjrachman, Ranupandojo, dan Suad Husnan, 2000, “Manajemen Personalia”, Edisi

Keempat, BPFE UGM, Jogjakarta.\

Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja. Rosdakarya.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber

Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP

Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia

Indonesia. Suwatno. 2001. Asas-Asas Manjemen Sumber Daya Manusia.

Ramlan, 2006;13, Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jilid 1, percetakan Unsoed,

Purwokerto

Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001.

Jakarta : Dian Rakyat, 2010.

Simanjuntak, Payaman J. 2003. Produktivitas Kerja Pengertian dan RuangLingkup. Jakarta:

Prisma Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: ALFABETA.

Suma'mur P.K., Dr, Msc. (1981), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT Toko

Gunung Agung : Jakarta.

Sutrisno, Kusmawan Ruswandi, 2007, Prosedur Keamanan,Keselamatan dan kesehatan

Kerja, Galia, Jakarta. Umi Narimawati. 2007.


Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta

Anda mungkin juga menyukai