Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pandemi merupakan sebutan yang digunakan ketika sebuah penyakit sudah

menyebar pada sejumlah bagian negara di dunia. Wabah penyakit merupakan

salah satu faktor penyebab terbesar kematian penduduk. Penyebab berjangkitnya

wabah yang menimbulkan kematian bisa disebabkan faktor alamnya, faktor

manusianya maupun dari faktor penyakitnya. Faktor alam dapat berupa gunung

meletus, banjir, kekeringan, sedangkan faktor manusia berkaitan dengan kegiatan

sehari-harinya seperti pembuangan limbah rumah tangga, cara mengeksploitasi

sumber daya alam, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Timbulnya wabah dapat memberi gambaran buruknya kondisi kesehatan

penduduk. Berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi masyarakat meliputi

nutrisi yang tidak baik, kurangnya kebersihan air, kebersihan lingkungan maupun

pelayan Kesehatan, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak

satu dengan yang lain agar tidak terpapar virus dari wabah tersebut.

Pertumbuhan penduduk jawa yang besar berpengaruh terhadap tingkat

kepadatannya.1 Dalam satu sisi jumlah penduduk yang besar memang

menguntungkan yaitu untuk tenaga kerja, untuk perang, tetapi bagi pemerintah

kolonial jumlah penduduk besar menutut konsekuensi lain yaitu menyediakan

mata pencahariaan yang lebih banyak.2 Sudah sejak lama pulau jawa adat

1
J van Gelderen, et al., “Tanah Dan Penduduk Di Indonesia”. (Jakarta: Bhratara, 1974), hlm.
20
2
Ibid.

1
2

penduduknya dan salah satu sebabnya adalah tingkat kelahiran yang tinggi.

Dengan demikian kepadatan penduduk itu merupakan masalah komunal, yaitu

Ketika desa tidak lagi mampu hidup menurut prinsip-prinsip perkapitalisme yang

khusus.3

Sejak Pemerintah Belanda menetapkan Sistem tanam paksa pada tahun 1830,

segera terjadi perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Pengenalan

teknologi memberi andil dalam perluasan tanah persawahan rakyat terutama

dengan dibangunnya irigasi dan pengolahan tanah. Peningkatan perusahaan

sampingan dalam perniagaan dan industri kecil maupun dibukanyaperkebunan-

perkebunan ikut berperan memberi nafkah hidup kepada banyak orang, 4 yaitu

dengan menjadi buruh atau tenaga kerja diperkebunan.

Ketika persebaran penduduk harus dibatasi factor ilmiah yaitu terbatasnya

luas pula jawa, maka kehidupan ekonomi tidak mampu lagi menjamin kehidupan

penduduknya dan dapat menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan berpengaruh besar

terhadap pola makan dan gizi penduduk. Faktor kekurangan makanan

berpengaruh besar terjadinya kemunduran daya tahan tubuh, akibatnya tubuh

menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Angka kematian di Jawa pada tahun

1880 menunjukkan jumlah 525.101 jiwa5 dan tahun 1916 angka kematian

mencapai 586.757 jiwa dan penduduk Jawa 3 tahun 1880 berjumlah 18.736.757

jiwa.6

3
J.H. Boeke. “Prakapitalisme Di Asia”.(Jakarta” Sinar Harapan, 1983), hlm. 25
4
J. van Gelderen et al., op. cit., hlm.25-26
5
Peter Boomgaard and A.J. Gooszen, Population Trends 1795-1942” dalam Changing
Economy in Indonesia Volume 11. (Amsterdam: Royal Topical Institut (KIT), 1991), hlm. 82
6
Widjajo Nitisastro. Population Trends in Indonesia. (London: Cornell University Press,
1970), hlm. 102.
3

Data kematian tidak seluruhnya menyebutkan secara jelas penyebab

kematian, tetapi salah satu penyebabnya adalah seringnya muncul wabah penyakit

dunia. Penyakit-penyakit yang banyak menyerang penduduk adalah : pes, thypus,

demam berdarah, campak, leptospirosis, desentri, kolera, malaria, suspek diphteri,

suspek H5NI, suspek MERS-CoV, acute flaccid paralysis, chikungunya, hepatitis,

TBC, pneumonia, cacar, sipilis atau raja singa, berbagai jenis penyakit kulit dan

penyakit cacing tambang.

Di Indonesia wabah penyakit yang pernah menyerang adalah : penyakit cacar

menyerang Ternate tahun 1558 dan di Ambon tahun 1564,7 tahun 1668 dalam

bulan April sampai Juli berjangkit penyakit panas di Makassar.8 Pada tahun 1883,

1896-1899, 1901-1913, 1915-1919 pulau Jawa diserang wabah kolera, tahun 1882

wabah malaria, tahun 1880 wabah thypus.9 Di Sumatera penyakit yang dibawa air

seperti thypus dan kolera banayk membunuh orang di dataran rendah dan penyakit

malaria yang berjangkit tahun 1930 telah dipercaya selama berabad-abad sering

menyerang penduduk.10

Dunia juga dikejutkan dengan wabah Middle East Respiratory Syndrome-

Corona Virus atau biasa disingkat MERS-CoV adalah penyakit sindrom

pernapasan yang disebabkan oleh Virus-Corona yang menyerang saluran

pernapasan mulai dari yang ringan sampai yang berat. Gejalanya adalah demam,

batuk dan sesak nafas, bersifat akut, dan biasanya pasien memiliki penyakit ko-
7
Ibid., hlm. 58.
8
Sartono Kartodirdjo. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 I. (Jakarta: PT. Gramedia
1987, hlm. 102, 107.
9
J.C. Breman. Jawa Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografis. (Jakarta: Bhratara,
1971), hlm. 36-374
10
Anthony Reid, "Inside Out The Colonial Displacement of Sumatra's Population" dalam Peter
Boomgaard et al., eds. Paper Landschapes, Exploration in the Environmental History of
Indonesia. (Leiden: KITLV Press, 1997), hlm. 79-80.
4

morbid (penyakit penyerta). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Corona,

salah satu virus yang masih berkerabat dengan virus penyebab SARS.

Virus MERS-CoV merupakan suatu strain baru virus Corona yang belum

pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Belum diketahui dengan

jelas asal mula virus ini menyebar, namun beberapa peneliti menduga bahwa

penyebaran virus ini berasal dari salah satu jenis kelelawar. Berbeda dengan

penyakit menular SARS yang sudah lama hilang kabarnya, penyakit menular

MERS-CoV muncul kembali karena belum ada suatu cara kontrol yang tepat

terhadap penyakit ini.

Virus MERS-CoV menyebabkan penyakit yang lebih parah pada orang tua,

orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan orang-orang dengan

penyakit kronis seperti kanker, penyakit paru-paru kronis dan diabetes. Salah satu

strategi yang diambil adalah meningkatkan kekebalan tubuh manusia yakni

dengan pemberian vaksin. Namun sampai saat ini juga belum tersedia vaksin

untuk penyakit menular tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi dinamika

populasi akibat penyakit menular, misalkan perpindahan populasi, gaya hidup,

dan meningkatnya perjalanan internasional. Untuk penyakit menular seperti

SARS dan MERS-CoV, faktor perpindahan populasi menjadi faktor penting yang

mempengaruhi penyebaran penyakit diantara wilayah yang berbeda.

Virus corona (Covid-19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di

dunia. WHO Semenjak Januari 2020 telah menyatakan dunia masuk kedalam

darurat global terkait virus ini. Ini merupakan fenomena kejadian luar biasa yang

terjadi di bumi pada abad ke 21. Terhitung mulai tanggal 19 Maret 2020 sebanyak
5

214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang meninggal dunia dan pasien

yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang.

Di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat bencana

terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 terkait pandemi virus ini. Langkah-

langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus

kejadian luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan

Social Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi

bahkan memutus mata rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak

aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak

langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal. Tetapi banyak

masyarakat yang tidak menyikapi hal ini dengan baik. seperti contohnya

pemerintah sudah meliburkan para siswa dan mahasiswa untuk tidak berkuliah

atau bersekolah ataupun memberlakukan bekerja didalam rumah, namun kondisi

ini malahan dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk berlibur. Masyarakat

Indonesia yang menganggap enteng virus ini, dengan tidak mengindahkan

himbauan-himbauan pemerintah.

Angka kasus virus Corona COVID-19 terus bertambah di Indonesia,

membuat pemerintah pusat sekaligus daerah menyerukan imbauan kepada warga

untuk tetap di rumah, agar penularan tak semakin parah. Namun tak seluruh warga

mengindahkan imbauan, masih banyak yang ngeyel untuk melakukan aktivitas di

luar.

Polri pun akhirnya turun tangan, menjangkau kerumunan, mengingatkan agar

warga yang berkumpul segera bubar hingga siap memidanakan yang melawan

saat dibubarkan. Dasar sikap Polri ini adalah imbauan Presiden yang
6

diperkuat Maklumat Kapolri. Adapun aturan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana jika seseorang menolak atau melawan petugas yang berwenang

saat membubarkan kerumunan maka akan mendapatkan sanksi hukum

sebagaimana dalam Pasal 212 KUHP yang berbunyi “Melawan seorang pejabat

yang menjalankan tugas yang sah, dipidana penjara paling lama selama 1 tahun 4

bulan”, Pasal 216 ayat 1 KUHP berbunyi “Tidak menuruti perintah dan

permintaan yang dilakukan menurut undang-undang, dipidana penjara paling lama

4 bulan 2 minggu”, dan Pasal 218 KUHP berbunyi “Barang siapa pada waktu

rakyat datang berkerumun dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah

tiga kali oleh atau atas nama penguasa yang berwenang, diancam karena ikut serta

dengan pidana penjara 4 bulan 2 minggu”. Sedangkan ketentuan diluar KUHP

yang dapat menjerat pelaku adalah UU Nomor 6 Tahun 2018 Tentang

Kekarantinaan Kesehatan. Dan UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular pada Pasal 14 ayat (1) dan (2).

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa

langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah

penyebaran virus, yaitu:

 Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan

karatina di rumah sakit rujukan

 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi

penderita

 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri

dan istirahat yang cukup


7

 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk

menjaga kadar cairan tubuh

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau

COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan

menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan anda terinfeksi virus ini, yaitu:

 Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang

lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak

 Selalu gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,

termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan

 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang

mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar

mrumah atau di tempat umum

 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat

 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif

terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek

 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang

tisu ke tempat sampah

 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,

termasuk kebersihan rumah

 Usahakan untuk tidak kontak langsung dengan hewan liar

 Pastikan hewan yang dipelihara menggunakan produk antiserangga atau kutu

 Cegah hewan liar untuk tidak tidur di kasur atau sofa ruang tamu agar penyakit

tidak mudah tersebar


8

 Hindari tumpukan benda rongsokan, makanan hewan atau kotoran yang

memungkinkan tikus singgah

Ada beberapa dampak yang timbul akibat penularan wabah penyakit menular

tersebut. Antara lain :

 Perdagangan terhenti

 Penurunan pendapatan dalam bidang hiburan dan jasa secara signifikan (bisa

mencapai setengah kali dari pendapatan biasanya)

 Berkurangnya tenaga kerja

 Berkurangnya produktivitas kerja

 Pengurangan ekspor sekaligus kenaikan impor

 Jatuhnya industri jasa

Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ANCAMAN PIDANA BAGI YANG

BERKERUMUN PADA SAAT PANDEMI MENURUT UU NO. 4 TAHUN

1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap ancaman pidana bagi yang berkerumun

menurut UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular ?

2. Bagaimana sanksi hukum bagi seseorang yang tidak mematuhi peraturan

penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan akibat wabah menular tersebut ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan yuridis terhadap ancaman pidana yang

berkerumun munurut UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular.
9

2. Untuk mengetahui bagaimana sanksi hukum bagi seseorang yang tidak

mematuhi peraturan penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan akibat wabah

menular.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah serta utujuan penelitian, maka hasil penelitian

diharapkan dapat memberikan mnafaat sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan

pelaksanaaan pemutusan rantai penyebaran pandemic covid-19 di Indonesia

yang saat ini sedang terjadi.

2. Penelitian ini diharapkan juga memberikan sumbangan pemikiran terhadap

bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan pemusnahan pandemik covid-19

yang bersifat dapat mengancam nyawa masyarakat Indonesia.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan

skripsi ini, maka secara garis besar dapat digambarkan sistematika skripsi ini

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini didalamnya mencakup mengenai Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian dan

Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


10

Memuat Landasan Teori yang mendukung dan relevan dengan

permasalahan dalam penelitian ini terkait perlindungan hukum

terhadap pelanggaran Wabah Penyakit Menular

BAB III METODE PENELITIAN

Menjelaskan metode yang digunkan dalam penelitian ini seperti

Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Bahan Hukum, Teknik

pengambilan Bahan Hukum dan Teknik analisa

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ANCAMAN PIDANA BAGI

YANG BERKERUMUN PADA SAAT PANDEMI MENURUT

UU NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT

MENULAR. Rumusan Masalah : 1. Bagaimana Tinjauan Yuridis

Terhadap Ancaman Pidana Bagi Yang Berkerumun Menurut UU

Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular; 2.

Bagaimana Sanksi Hukum Bagi Seseorang Yang Tidak Mematuhi

Peraturan Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan Akibat

Wabah Menular Tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

dan saran-saran penulis sebagia rekomendasi yang membangun

bagi institusi yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai