Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELAYANAN VAKSINASI BAGI BALITA DAN ANAK SEKOLAH


DI KABUPATEN KUPANG TAHUN 2019

Kode Kegiatan : 1.02.1.02.01.16.09


Penanggungjawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang
Bidang : Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Seksi : Surveilens dan Imunisasi
kEGIATAN : Sosialisasi dan Advokasi Penyakit Infeksi Emerging
(PIE)

I. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2374);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
503);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1755);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508);
12. Penyakit infeksi emerging tertentu meliputi: a.poliomielitis; b.penyakit virus
ebola; c.penyakit virus MERS; d.influensa A (H5N1)/Flu burung; e.penyakit
virus hanta; f.penyakit virus nipah; g.demam kuning; h.demam lassa;
i.demam congo; j.meningitis meningokokus; dan k.penyakit infeksi emerging
baru.

13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang
Kesehatan;

2
II. PENDAHULUAN
Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia.
Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya
kembali penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia
menanggung beban berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden
disease) (Kemenkes, 2013).Kondisi ini semakin buruk dengankondisi lingkungan
yang tidak sehatmenyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya
menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang seperti
leptospirosis(Widarso dan Wilfried, 2008).
Dalam 30 tahun terakhir ini telah muncul lebih dari 30 Penyakit Infeksi
Emerging (PIE) yang disebabkan munculnya organisme baru. Riset ilmiah
terhadap 335 penyakit baru yang ditemukan antara tahun 1940 dan 2004
mengindikasikan bahwa negara-negara yang berhubungan dengan Dataran Indo-
Gangga dan DAS Mekong menjadi hotspot global kemunculan PIE. Virus Nipah,
demam berdarah Crimean-Congo, dan avian influenza A (H5N1) merupakan
contoh penyakit yang telah muncul baru-baru ini dan menyerang Kawasan Asia
Tenggara. Dampak yang ditimbulkan dari sebuah penyakit baru sulit diprediksi
namun diketahui bisa sangat bermakna, karena pada saat penyakit baru itu
menyerang manusia, mungkin hanya sedikit kekebalan yang dimiliki manusia
atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kawasan Asia Tenggara menurut WHO memiliki kondisi yang mengundang
munculnya Penyakit Infeksi Emerging (PIE). Sebagai contoh, bersirkulasinya
berbagai tipe virus influenza di daerah yang memiliki peternakan unggas besar
sekaligus peternakan babi yang tidak dikelola sesuai standar kesehatan sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran/kontaminasi produk hewan, menjadi
media (incubator) yang cocok untuk terjadinya percampuran beberapa virus
influenza dan berpotensi memunculkan strain virus baru atau bahkan virus baru.
Terdapat faktor yang mempercepat kemunculan penyakit baru, yaitu yang
memungkinkan agen infeksi berkembang menjadi bentuk ekologis baru agar
dapat menjangkau dan beradaptasi dengan inang yang baru, serta agar dapat
menyebar lebih mudah di antara inang-inang baru. Faktor-faktor itu antara lain
urbanisasi dan penghancuran habitat asli (memungkinkan manusia dan hewan
hidup lebih dekat); perubahan iklim dan ekosistem; perubahan dalam populasi
inang reservoir atau vektor serangga perantara; dan mutasi genetik mikroba.
Penyakit Infeksi Emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang
suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun
meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu
3
populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging
infectious disease).Termasuk kelompok PIE adalah penyakit yang pernah terjadi
di suatu daerah di masa lalu, kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun
kemudian dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi
adalah penyakit lama yang muncul dalam bentuk klinis yang baru, yang bisa jadi
lebih parah atau fatal.
Penyakit Infeksi Emerging mendapat perhatian khusus dan menjadi masalah
kesehatan masyarakat serius. Kekhawatiran akan PIE tidak hanya karena dapat
menimbulkan kematian, tetapi juga karena dapat membawa dampak sosial dan
ekonomi yang besar dalam era globalisasi, saat seluruh dunia saling terhubung.
Sebagai contoh, perkiraan biaya langsung yang ditimbulkan saat SARS menjadi
pandemi di Kanada dan negara-negara Asia adalah sekitar 50 miliar dolar AS.
Dampak PIE semakin besar bila terjadi di negara berkembang yang relatif
memiliki sumber daya lebih terbatas dengan ketahanan sistem kesehatan
masyarakat yang tidak sekuat negara maju. Ilustrasi dampak kerugian tersebut
dapat dilihat dalam video animasi berikut ini:
Ruang lingkup Penyakit Infeksi Emerging terbagi menjadi tiga yaitu
Penyakit Virus Emerging (Penyakit virus Ebola, Penyakit virus Hanta, Penyakit
kaki tangan dan mulut, Penyakit virus Nipah, Penyakit virus MERS, Demam
berdarah Crimean-Congo, Demam Rift Valley, Poliomyelitis dan Penyakit virus
baru). Penyakit Bakteri Emerging (Botulisme, Bruselosis, Listeriosis,
Melioidosis, Pes, Demam semak). Dan Penyakit Parasitik Emerging
(Toksoplasmosis, Penyakit parasit baru).
Penyakit Infeksi Emerging sangat tinggi berpotensi menyebar atau biasa
disebut dengan epidemi, pandemi dan bisa berstatus sebagai PHEIC/KKMMD.
Untuk lebih jelasnya kita perlu mengetaui apa yang dimaksud dengan epidemi,
pandemi dan PHEIC/KKMMD. Epidemi adalah kenaikan kejadian suatu
penyakit yang berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens yang di perkirakan.
Pandemi adalah penyebaran luas (mendunia) penyakit baru karena agen
biologis. Sedangkan PHEIC/KKMMD merupakan kependekan dari Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD), artinya masalah kesehatan
masyarakat global yang memerlukan kerjasama internasional sesuai ketetapan
dalam IHR 2005 (International Health Regulation / Peraturan Kesehatan
Internasional). PHEIC/KKMMD adalah kejadian luar biasa yang mengancam
kesehatan masyarakat negara lainnya melalui penyebaran global dan
penanggulangannya memerlukan respons internasional yang terkoordinir dimana
4
Negara perlu melaporkan setiap kejadian yang berpotensi menjadi PHEIC yang
ditetapkan oleh Dirjen WHO.
Untuk lebih memahami perbedaan epidemi, pandemi dan PHEIC/KKMD
berikut penjelasan yang membedakannya. Untuk epidemi dapat dibedakan
menjadi dua jenis epidemi yaitu Common sources (exposure epidemics) yaitu
karena adanya satu sumber penularan, dan Propagated sources (progressive
epidemics) yaitu karena adanya banyak sumber penularan akibat person to
person transmission. Pembedaan ini dapat diikuti jika kegiatan surveilans benar-
benar dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu. (Baca: Hasil evaluasi
surveilans influenza berat di Indonesia)
Karakteristik pandemi merupakan penyakit baru (tersering: zoonosis,
penyakit akibat virus), penyebaran tingkat global, dan sebagian besar
masyarakat tidak mempunyai kekebalan. Sedangkan karakteristik
PHEIC/KKMMD adalah mengakibatkan kejadian serius terhadap kesehatan
masyarakat, kejadian yang tidak biasa/tidak diperkirakan, berisiko menyebar
secara internasional, dan berisiko terhadap pembatasan perjalanan/perdagangan
internasional. [Buletin Master PIE Vol. 01/Maret 2017]

Penyakit infeksi emerging adalah penyakit infeksi yang bersifat cepat


menyebar pada suatu populasi manusia, dapat berasal dari virus, bakteri, atau
parasit. Sebagian besar (75%) penyakit infeksi emerging ditularkan ke manusia
dari hewan (penyakit zoonosa). Ada tiga jenis penyakit infeksi emerging
yaitu:1.Penyakit infeksi yang muncul dan menyerang suatu populasi manusia
untuk pertama kalinya (new emerging infectious diseases). 2.Penyakit infeksi
yang telah ada sebelumnya namun kasusnya meningkat dengan sangat cepat atau
menyebar meluas ke daerah geografis baru. 3.Penyakit infeksi di suatu daerah
yang kasusnya sudah sangat menurun atau terkontrol, tapi kemudian meningkat
lagi kejadiannya, kadang dalam bentuk klinis lebih berat atau fatal (re-emerging
infectious diseases). Penyakit infeksi emerging menjadi ancaman penting bagi
keamanan kesehatan global, karena dapat menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) yang tidak hanya menyebabkan kematian yang banyak tapi juga
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Sebagai contoh kejadian
severe acute respiratory syndrome (SARS)pada tahun 2002 telah menginfeksi
>6500 orang yang tersebar di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan
mengakibatkan kerugian ekonomi kurang lebih sebesar 12,3-28,4 Milliar dolar
AS. Mobilitas dari dan ke negara terjangkit merupakan faktor risiko penyebaran
penyakit lintas negara. Pada masa belum ada kasus suatu penyakit baru di tingkat
5
global dan belum ada di Indonesia, maka kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini
menjadi faktor kunci. Ketika sudah terdapat kasus konfirmasi dan/atau penularan
lokal, maka respon menjadi faktor kunci disamping tetap melakukan
kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini. Respon yang diperlukan pada kondisi ini
terutama adalah 1) penemuan kasus dan penelusuran kontak 2) isolasi dan
tatalaksana kasus 3) mobilisasi sosial 4) pemulasaran jenazah yang aman.
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menugaskan Pemerintah
yang diwakili oleh Kementerian Kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan
termasuk kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini, pengendalian, dan pemberantasan
penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya. Selain itu, pada peraturan
kesehatan internasional yang disebut International Health Regulation (IHR
(2005)) mensyaratkan negara- negara yang menyepakatinya agar memiliki
kapasitas inti minimal untuk melakukan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini
dalam hal surveilans dan respon atas setiap kejadian (termasuk kejadian penyakit
infeksi emerging) yang berpotensi menjadi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia/KKMMD. Dalam situasi KLB/wabah, penanggulangan
KLB/wabah dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, sesuai ketentuan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Pada penyakit infeksi
emerging tertentu, perlu dilakukan kewaspadaan ketat terhadap penderita dan
terduga penderita, termasuk terhadap orang yang kontak dengan penderita, untuk
kepentingan pencegahan penyebaran penyakit karena merupakan penyakit baru
yang belum diketahui severitasnya atau karena sifat penyakitnya yang berpotensi
menjadi KKMMD dan /atau dapat menyebar dengan cepat menjadi pandemi.
Pada penyakit infeksi emerging tertentu ini perlu dilakukan penatalaksanaan
penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi
penderita, serta tindakan karantina dengan pembiayaan dari Kementerian
Kesehatan dengan mekanisme khusus. Penyakit infeksi emerging tertentu yang
dimaksud adalah penyakit baru atau penyakit infeksi yang berpotensi menjadi
pandemi misalnya Poliomielitis, Penyakit virus ebola, Penyakit virus MERS,
Influensa A (H5N1)/Flu burung, Penyakit virus hanta, Penyakit virus Nipah,
Demam Kuning; Demam Lassa, Demam Congo, Meningitis Meningokokus, dan
Penyakit Infeksi Emerging baru lain yang ditetapkan oleh Menteri.

6
elama tiga dekade terakhir telah muncul
tidak kurang dari 30 Penyakit Infeksi
Emerging (PIE). Riset ilmiah terhadap 335
penyakit baru yang ditemukan antara tahun 1940
dan 2004 mengindikasikan bahwa negara-negara
yang lokasinya berhubungan dengan daratan Indo-
Gangga dan DAS Mekong menjadi hotspot global
kemunculan kasus penyakit infeksi emerging.
Penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang
muncul dan menyerang suatu populasi untuk
pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun
meningkat dengan cepat, baik dalam satu populasi
maupun menyebar ke daerah geografis yang baru.
Penyebaran penyakit infeksi emerging dapat
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dan parasit.
Virus nipah, demam berdarah, crieman-congo dan
avian influenza A (H5N1) merupakan contoh
penyakit yang telah muncul dan menyerang di
kawasan Asia Tenggara.
Penyakit yang tergolong dalam penyakit infeksi
emerging ini sebagian besar (75%) berasal dari
penyakit zoonosis. WHO menyebutkan banyak
faktor yang dapat menyebabkan munculnya
penyakit zoonosis antara lain perubahan
lingkungan hidup, kondisi demografi manusia dan
hewan, perkembangan pathogen penyakit dan
perubahan perilaku manusia. Beberapa peyakit
infeksi emerging yang perlu diamati saat ini antara
lain: Poliomeylitis, penyakit virus zika, penyakit
virus ebola, MERS, Flu Burung dan demam kuning.
Denganmeningkatnyaperjalanan,
perdagangan dan mobilitas penduduk di dunia,
penyakit infeksi emerging dapat dengan mudah
bergerak dari suatu populasi ke populasi lainnya
dengan menyeberangi perbatasan internasional.
Untuk itu diperlukan upaya kesiapsiagaan,
kewaspadaan dini dan respon dalam menghadapi
penyakit infeksi emerging baik di pintu masuk
maupun wilayah. Upaya kewaspadaan dan respon
ini tentunya memerlukan peran Tim Gerak Cepat
(TGC) yang baik di tiap tingkatan.
Permenkes nomor 1501 tahun 2010 yang berisi
tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan,
mengamanatkan bahwa pembentukan TGC yang
terdiri dari tenaga medis, epidemiolog kesehatan,
sanitarian, entomolog kesehatan dan tenaga
laboratorium dengan melibatkan tenaga pada
program/sektor terkait maupun masyarakat. Tugas
dan fungsi TGC menurut Permenkes nomor 82
tahun 2014 yaitu melakukan deteksi dini KLB atau
wabah yang meliputi upaya respon KLB atau wabah
serta melaporkan dan membuat rekomendasi
kegiatan penanggulangan.
Pentingnya peran TGC dalam upaya
kesiapsiagaan, kewaspadaan dini dan respon
terhadap penyakit potensial KLB dan wabah
memerlukan petugas yang handal, untuk itu
petugasnya perlu diberikan pengetahuan dan
ketrampilan mengenai penanganan penyakit infeksi
emerging. Upaya yang telah dilakukan oleh Subdit
PIE yaitu dengan melakukan TOT kepada petugas
di tingkat Provinsi yang berasal dari Dinas

7
Bahan ajar pada pelatihan ini terdiri dari materi
dasar yaitu Kebijakan dan Strategi Nasional dalam
Menghadapi Penyakit Infeksi Emerging di
Indonesia. Sedangkan materi inti meliputi ; Deteksi
Dini dan Respon Menghadapi Penyakit Infeksi
Emerging di Pintu Masuk, Deteksi Dini dan Respon
Menghadapi Penyakit Infeksi Emerging di Wilayah,
Prinsip Tatalaksana Kasus Penyakit Infeksi
Emerging di Rumah Sakit, Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasyankes dan
Masyarakat, Pengelolaan Spesimen Penyakit
Infeksi Emerging, Komunisasi Risiko, SKDR dan
Surveilans PD3I.
Sebagai tindak lanjut pendidikan dan pelatihan
yang ini di akhir sesi Kepala Seksi Surveilans dan
Imunisasi, H.Yusri, SKM mengharapkan agar tiap
Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim Gerak
Cepat yang baik sehingga nantinya mampu untuk
melakukan kegiatan kesiapsiagaan, kewaspadaan
dan respon terhadap berbagai peyakit yang
potensial menyebabkan KLB/wabah.
(Maman Sumsel)

8
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
alam upaya peningkatan kapasitas
sumberdayamanusiadalam
pengendalian penyakit infeksi emerging,
Subdit Penyakit Infeksi Emerging (PIE) telah
melaksanakan kegiatan Training of Trainer (TOT)
Tim Gerak Cepat (TGC) dalam menghadapi
penyakit infeksi emerging di pintu masuk negara
dan wilayah.
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 90% secara merata pada
anak usia 11 bulan.
b. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa.
c. Tidak ada daerah kantong rawan penyakit PD3I tahun 2019.
d. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah
1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2019.

IV. TEMPAT PELAKSANAAN


Tempat Pelayanan Imunisasi dilaksanakan di desa terpencil dan desa sangat
terpencil di 13 Kecamatan pada Kabupaten Kupang.

V. SASARAN
Sasaran kegiatan pelayanan Imunisasi adalah bayi berusia 0 – 11 bulan,
Balita usia 9 – 59 bulan.

VI. TENAGA PELAKSANA


Petugas yang memberikan pelayanan Imunisasi adalah Petugas Juru
Imunisasi /Jurim dan perawat atau Bidan yang mempunyai wewenang
memberikan Imunisasi di damping oleh tenaga teknis dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kupang.

VII. SUMBER BIAYA


Kegiatan ini bersumber dari dana alokasi umum (DAU) Dinas kesehatn
Kabupaten Kupang tahun 2019 sebesar Rp. 19.607.400,- (Sembilan Belas Juta
Enam Ratus Tujuh Ribu Empat Ratus Rupiah) dengan perinciannya adalah :

9
a. Belanja ATK kegiatan : Rp. 507.400,-
 Kertas F4 folio 500 gr 2 rim : Rp. 110.400,-
 Balpoint 1 lusin : Rp. 30.700,-

 Hekter kecil 1 buah : Rp. 16.400,-


 Amplop Putih 1 dos : Rp. 22.300,-
 Map Odner biasa 12 buah : Rp. 327.600,-

b. Transportasi kegiatan
1. Uang harian pejabat eselon IV/ASN gol III ke daratan Timor : Rp.
12.900.000,-
 Transportasi ke Pusk. Baun
Remigius Gunas,SKM : Rp. 675.000,-
Erland Lima : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Oemasi
M. Saleh,SKM : Rp. 675.000,-
Rio Nahak,SKM : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Baumata
Oktovianus Tunbonat,S.Kep : Rp. 675.000,-
Decky Wage,SH : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Oekabiti
E. Merpati Lay,SST : Rp. 675.000,-
Meky R. Damaru : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Batakte
dr. Kuji L.K. Riwu Kaho : Rp. 675.000,-
E. Merpati Lay,SST : Rp. 675.000,-
 Transportasi ke Pusk. Tarus
Maria Th. W. Sanggu,Amd Keb : Rp. 675.000,-
Max Leo Penu,SKM : Rp. 675.000,-
 Transportasi ke Pusk. Pakubaun
Raymundus Efi, SSi : Rp. 675.000,-
Charles Kapitan : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Oesao
Martha M. Lette,SKM : Rp. 675.000,-

10
Arnold Tasi : Rp. 600.000,-

 Transportasi ke Pusk. Fatukanutu


dr. Kuji L.K. Riwu Kaho : Rp. 675.000,-
Funu A.W. Atto : Rp. 600.000,-
 Transportasi ke Pusk. Sonraen
E. Merpati Lay,SST : Rp. 675.000,-
Meky R. Damaru : Rp. 600.000,-

2. Uang harian pejabat eselon IV/ASN gol III ke daratan Amfoang dan
Semau : Rp. 5.800.000,-
 Transportasi ke Pusk. Fatumonas
 dr. Kuji L.K. Riwu Kaho : Rp. 1.000.000,-
 E. Merpati Lay,SST : Rp. 1.000.000,-
 Transportasi ke Pusk. Akle
Max Leo Pennu,SKM : Rp. 1.000.000,-
Funu A.W. Atto : Rp. 900.000,-
 Transportasi ke Pusk. Uitao
Max Leo Pennu,SKM : Rp. 1.000.000,-
Funu A.W. Atto : Rp. 900.000,-

3. Ongkos Perahu – Semau : Rp. 400.000,-

VIII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai
acuan pelaksanan kegiatan.

Oelamasi, Maret 2019


Kepala Bidang P2P Pelaksana Kegiatan

dr.Kuji L.K Riwu Kaho E. Merpati Lay,SST


NIP : 19760909 200501 2 2015 NIP : 19750306 200012 2 004

Mengetahui
11
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Kupang

dr. Robert A.J Amaheka


Pembina Tk. I
NIP : 19691121 200212 1 006

12

Anda mungkin juga menyukai