Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) menurut profesor Winslow (Leavel &
Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat
yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di
masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian
pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan
pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat
mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan


meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948).

Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi
dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.
Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang
bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perjalanan pandemi di Dunia?


2. Bagaimana era kesehatan masyarakat berdasarkan paradigma, kerangka aksi dan
kejadian penting per era?
3. Bagaimana sejarah perkembangan kesehatan masyarakat sebelum kemerdekaan,
setelah kemerdekaan (Bekasi, dana sehat dan pos obat desa, puskesmas, Pusling &
Pustu, Pembangunan kesehatan masyarakat desa, setelah deklarasi Alma Ata,
Posyandu, Desa Siaga?
4. Bagaimana cara menggunakan kerangka BIG GEMS untuk memeriksa faktor-faktor
yang mempengaruhi penyebaran COVID-19 dan pengendalian atau kegagalan untuk
mengendalikan Pandemi COVID-19?
5. Apa peran yang dimainkan dalam pelayanan kesehatan, kesehatan masyarakat dan
faktor sosial dalam mengendalikan atau kegagalan dalam mengendalikan Pandemi
COVID-19?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perjalanan pandemi di Dunia.


2. Untuk mengetahui era kesehatan masyarakat berdasarkan paradigma, kerangka aksi
dan kejadian penting per era.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kesehatan masyarakat sebelum
kemerdekaan, setelah kemerdekaan (Bekasi, dana sehat dan pos obat desa, puskesmas,
Pusling & Pustu, Pembangunan kesehatan masyarakat desa, setelah deklarasi Alma
Ata, Posyandu, Desa Siaga.
4. Untuk mengetahui cara menggunakan kerangka BIG GEMS untuk memeriksa faktor-
faktor yang mempengaruhi penyebaran COVID-19 dan pengendalian atau kegagalan
untuk mengendalikan Pandemi COVID-19.
5. Untuk mengetahui peran yang dimainkan dalam pelayanan kesehatan, kesehatan
masyarakat dan faktor social dalam mengendalikan atau kegagalan dalam
mengendalikan Pandemi COVID-19.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perjalanan Pandemi di Dunia

A. Pes
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu yang
tinggal di tikus. Orang terinfeksi penyakit pes melalui gigitan kutu tikus atau gigitan
tikus yang sudah terinfeksi. Penyakit Pes ini pernah menjadi wabah dalam beberapa
kurun waktu, diantaranya adalah
a. Wabah pes tahun 541 – 542
Dikenal sebagai wabah Justinian. Wabah ini menyerang Kekaisaran Bizantium dan
kota-kota pelabuhan Mediterania. Korban yang tewas akibat penyakit ini mencapao
30-50 juta jiwa atau sekitar 10 persen dari populasi Konstantinopel.
b. Wabah pes tahun 1346 – 1353
Wabah ini awal mula terjadi di daratan Eropa dan dikenal sebagai the black
death. Wabah ini menyebabkan 25 jiwa meninggal dan menghancurkan tiga benua
sekaligus yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.

B. Kolera
Wabah ini terjadi sekitar tahun 1817 – 1823. Pertama kali berasal dari Jessore, India.
Wabah ini menyebar dari sungai Gangga hingga ke Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika
Utara. Seorang dokter di Inggris bernama John Snow berhasil melacak bahwa
penyebab wabah ini berasal dari air yang tercemar. Disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholerae yang menginfeksi saluran cerna yaitu usus halus.

C. Flu Spanyol
Penyakit itu disebabkan oleh virus H1N1 yang biasanya menyerang burung. Penyakit
ini terjadi tahun 1918 – 1920 pada saat berlangsung Perang Dunia I. Di Amerika
Utara, flu pertama kali muncul di Kansas pada awal 1918, selanjutnya di Eropa pada
musim semi. Pada musim semi 1918 di Madrid, flu menyebabkan pandemi sehingga
disebut "Flu Spanyol." Sekitar 500 juta orang menjadi korban dari penyakit ini dan
sekitar seperlima dari total tersebut meninggal dunia. Hal tersebut diperparah karena
bersamaan dengan terjadinya Perang Dunia I. Faktanya, penyakit ini tidak berasal dari

3
negara Spanyol, hanya pemberitaan berasal dari situ, sehingga sampai dengan saat ini
penyakit tersebut disebut flu Spanyol.

D. Flu Asia
Penyakit ini berasal dari wabah pandemi influenza A subtipe H2N2 yang berasal dari
burung. Awalnya, penyebaran gangguan ini dari China pada 1956-1958. Beberapa
daerah yang terkena penyakit ini adalah Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat.
wabah ini menyebar dari provinsi Guizhou ke Singapura, Hongkong, dan Amerika
Serikat. Flu asia ini tercatat menyebabkan kematian sebanyak 2 juta jiwa.

E. Flu Hongkong
Menginfeksi pertama kali di Hongkong pada tahun 1968 dan berlangsung sampai
tahun 1970. Penyebabnya adalah virus influenza A tipe H3N2 yang berasal dari
burung. Kasus "Flu Hongkong" pertama kali dilaporkan pada 13 Juli 1968. Setelah
itu, hanya butuh waktu tiga bulan sampai virus ini menyerang penduduk di Singapura,
Vietnam, Filipina, India, Australia, Eropa, hingga Amerika Serikat. Total kematian 1
juta jiwa. Infeksi menyebabkan gejala pernapasan bagian atas khas influenza.
Gejalanya menggigil, demam, dan nyeri otot. Gejala-gejala ini biasanya bertahan
selama 4-6 hari.

F. HIV/AIDS
Disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang berasal dari hewan
primata sehingga menyebabkan terjadinya Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS). Berawal dari virus simpanse di Afrika Barat tahun 1920-an.
Penyakit HIV/AIDS ditemukan pertama kali tahun 1976 di Kongo dan ditetapkan
sebagai pandemik global sejak tahun 1981. Sampai sekarang masih ditemukan
penyakit ini. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan saat ini penyakit
HIV/AIDS menewaskan 36 juta jiwa dari seluruh penjuru dunia.

G. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)


Terjadi antara tahun 2002 – 2003. Disebabkan oleh Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus yang berasal dari hewan liar. Wabah ini berasal dari Provinsi
Guangdong, China dan menjadi pandemi karena dalam waktu yang sangat singkat
menyebar ke 26 negara di seluruh dunia.

4
H. Flu Burung
Penyakit Flu Burung atau Avian Influenza (AI) yang terjadi pada tahun 2003 hingga
tahun 2010 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza Tipe A subtipe
H5N1 dari family Orthomyxoviridae yang menyerang burung/ unggas/ ayam.
Penyakit ini bersifat zonosis yang selain dapat menular dari unggas ke unggas lain
dapat pula menular dari unggas ke manusia.

I. Flu Babi
Hal ini disebabkan oleh virus baru dengan jenis H1N1 yang berasal dari Meksiko
pada  2009 sebelum menyebar hingga ke seluruh dunia. Total infeksi yang terjadi
karena penyakit ini adalah 1,4 miliar orang dengan angka kematian dapat mencapai
500.000 ribu orang. Diperkirakan ada 60,8 juta kasus flu babi di dunia dengan
151.000 sampai 574.000 kematian. Flu babi terjadi sekitar tahun 2009 – 2010.

J. MERS CoV
MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) adalah suatu strain
baru virus Corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya.
Virus ini berasal dari unta dan pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun
2012. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), sejak September
2012 sampai 10 Juni 2015, telah ditemukan 1.257 kasus konfirmasi MERS-CoV
dengan 448 orang mengalami kematian (CFR (Case Fatality Rate): 35,64%). MERS-
CoV mulai berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta dapat pula
menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.

K. Influenza A
Disebabkan oleh virus H7N9 yang berasal dari burung. Sejak Februari 2013 sampai
23 Agustus 2017 terdapat 1.583 kasus konfirmasi Avian Influenza A H7N9 di
Tiongkok dan 1 kasus konfirmasi di Malaysia, dengan 612 kasus kematian. Risiko
pandemi influenza muncul jika terjadi penggabungan genetik virus Flu Burung pada
hewan dengan virus influenza pada manusia. akibatnya terjadi virus influenza jenis
baru yang mungkin lebih ganas dan tubuh manusia tidak mempunyai daya tahan
untuk mengatasinya.

5
L. Ebola
Pertama kali muncul di Sudan dan Republik Demokratik Kongo tahun 1976. Tahun
2014 menginfeksi warga Afrika Barat. Terjadi sekitar tahun 2013 – 2016 dan
menyebabkan 11.325 kematian ari 28.600 orang yang terinfeksi. Kasus pertama
ditemukan di sebuah desa kecil di Guinea pada tahun 2014 dan menyebar ke beberapa
negara tetangga di Afrika Barat, diantaranya adalah Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Ebola ditularkan dari hewan liar (kelelawar buah, landak, dan primata non-manusia)
ke manusia. Lalu, menyebar dengan transmisi antar manusia melalui kontak langsung
dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan
pada permukaan dan bahan-bahan (misalnya tempat tidur, pakaian) yang
terkontaminasi dengan cairan terinfeksi ini. Virus ini bermula dari seekor kelelawar
yang menggigit anak umur satu tahun di Guinea-Conakry, Afrika. (Wening
Widjajanti)

M. COVID-19
COVID-19 adalah penyakit akibat infeksi virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang berasal dari hewan liar. COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu,
hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Menurut data yang dirilis Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 21 Juni
2022 adalah 6.069.255 orang, dengan jumlah kematian 156.695 jiwa. Dari kedua
angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang
disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 2,6%. Case Fatality Rate
(CFR) merupakan persentase jumlah kematian dari seluruh kasus positif COVID-19
yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan. Sedangkan jumlah penyintas atau orang
yang pernah terinfeksi COVID-19 kemudian sembuh terus bertambah, yaitu
5.903.461 orang.

N. Cacar Monyet
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi
virus monkeypox. Virus cacar monyet termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam
famili Poxviridae yang berasal dari hewan pengerat dan hewan primata. Genus
Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia

6
(digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi. Cacar monyet pertama kali
ditemukan pada tahun 1958. Pada saat itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar yang
menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, hal tersebut yang
menyebabkan penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkeypox. Kasus
cacar monyet pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di
Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah
menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat lainnya
seperti : Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik
Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

2.2 Era Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Paradigma, Kerangka Aksi Dan


Kejadian Penting Per Era

Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistic melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat. (Irwan,
2017)

A. Era Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Paradigma


A.1.Perlindungan Kesehatan (Antiquity—1830)
Upaya masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit kembali ke zaman kuno. Peradaban manusia paling awal mengintegrasikan
konsep pencegahan ke dalam budaya, agama, dan hukum mereka. Larangan terhadap
makanan tertentu—termasuk babi, sapi, dan makanan laut—ditambah kebiasaan untuk
makanan persiapan, termasuk metode yang ditunjuk secara resmi untuk membunuh
ternak dan metode memasak merupakan bagian dari praktik paling awal masyarakat
kuno. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

A.2.Gerakan Kebersihan (1840–1870)


Kesadaran kesehatan masyarakat mulai muncul di Eropa dan Amerika Serikat pada
pertengahan 1800-an. Asal usul gerakan kesehatan masyarakat AS sebelumnya sudah
lebih dulu ada di Eropa, di mana konsep penyakit sebagai konsekuensi sosial kondisi
berakar pada tahun 1830-an dan 1840-an. Gerakan ini, yang mengajukan gagasan

7
bahwa penyakit muncul dari kondisi sosial ketidaksetaraan, lalu dihasilkan konsep
keadilan sosial. Banyak yang mengaitkan fokus kesehatan masyarakat pada
masyarakat yang rentan terhadap tradisi ini. Sementara upaya kesehatan masyarakat
yang diselenggarakan sejak dini memberikan perhatian khusus pada kelompok rentan
anggota masyarakat, mereka juga fokus pada bahaya yang mempengaruhi semua
orang, seperti pencemaran lingkungan. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

A.3.Pengendalian Penularan (1880–1940)


Setelah terjadinya Perang Saudara, kesehatan masyarakat Amerika Serikat mulai
menghasilkan kemajuannya dan organisasi sendiri. Pada tahun 1872, American Public
Health Association (APHA) terbentuk. Menurut catatan sejarahnya sendiri, “pendiri”
APHA menyadari bahwa dua dari fungsi asosiasi yang paling penting adalah advokasi
untuk diadopsi oleh pemerintah ilmiah terbaru kemajuan yang relevan dengan
kesehatan masyarakat, dan pendidikan publik tentang cara meningkatkan Komunitas
kesehatan. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

Pada tahun-tahun awal 1900-an, metode epidemiologi terus berkontribusi untuk


memahami penyakit. Memahami peran nutrisi sangat penting untuk fokus kesehatan
masyarakat yang muncul pada perawatan prenatal, pertumbuhan masa kanak-kanak
dan perkembangan. Menggabungkan kemajuan ilmiah utama, upaya ini matang dalam
tahun 1920-an dan 1930-an dan memperkenalkan alfabet vitamin dan nutrisi ke kosa
kata Amerika Serikat. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

A.4.Mengisi Lubang di Sistem Perawatan Medis (1950 – pertengahan 1980)


Selama era ini, fokus kesehatan masyarakat adalah mengisi lubang di sistem layanan
kesehatan. Pada periode ini, peran kesehatan masyarakat sering terlihat sebagai
pendamping dokter agar secara efektif memberikan layanan klinis kepada mereka
yang tidak memiliki manfaat dari: perawatan medis swasta dan membantu
mengintegrasikan upaya pencegahan ke dalam praktek kedokteran. Dengan demikian,
keberhasilan besar kesehatan masyarakat terorganisir kampanye pemberantasan polio
secara keliru dilihat semata-mata sebagai kemenangan untuk obat. Demikian juga,
keberhasilan perjalanan Medicaid dan Medicare, hasil dari komitmen kesehatan
masyarakat terhadap keadilan sosial, hanya dilihat sebagai upaya untuk memperluas
praktek swasta kedokteran.(Riegelman and Kirkwood, 2019)

8
A.5.Promosi Kesehatan/Pencegahan Penyakit (Pertengahan 1980 – 2000)
Tahun 1980-an dan sebagian besar tahun 1990-an ditandai dengan fokus pada
tanggung jawab untuk kesehatan dan intervensi di tingkat individu. Sering disebut
sebagai promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, intervensi ini ditargetkan pada
individu untuk mempengaruhi perubahan perilaku dan memerangi faktor risiko untuk
penyakit. Sebagai contoh, untuk membantu mencegah penyakit arteri koroner, upaya
yang dibuat untuk membantu individu mengatasi tekanan darah tinggi dan kolesterol,
merokok, dan obesitas. Upaya ditujukan untuk pencegahan individu dan deteksi dini
sebagai bagian dari praktik medis mulai membuahkan hasil dengan diperkenalkannya
mamografi secara luas untuk mendeteksi kanker payudara dan penggunaan Pap smear
di seluruh dunia untuk deteksi kanker serviks. Skrining bayi baru lahir untuk penyakit
genetik menjadi program yang luas dan sering dimandatkan secara hukum,
menggabungkan individu dan komponen masyarakat. (Riegelman and Kirkwood,
2019)

A.6.Kesehatan Penduduk (2000 an)


Era kesehatan masyarakat saat ini yang sering disebut “kesehatan penduduk” sudah
mulai mengubah pemikiran profesional dan publik tentang kesehatan dan hubungan
antara kesehatan masyarakat tradisional dan sistem kesehatan. Dari potensi
bioterorisme, tingginya biaya perawatan kesehatan, hingga pengendalian pandemi
influenza, AIDS, dan Ebola, kebutuhan masyarakat luas atau upaya kesehatan
masyarakat di seluruh populasi telah menjadi semakin nyata. Era ini baru ditandai
dengan perspektif global dan kebutuhan untuk mengatasi masalah kesehatan
internasional. Konsep One Health, yang berfokus pada hubungan antara kesehatan
manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan ekosistem, juga menyediakan kerangka
kerja untuk memahami dampak kesehatan global yang mempengaruhi kita semua.
One Health mencakup fokus pada potensi dampak iklim perubahan, penyakit menular
yang muncul dan muncul kembali. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

B. Kerangka Aksi dan Kejadian Penting Era Kesehatan Masyarakat


B.1. Perlindungan Kesehatan

9
Kerangka aksi pada era ini, yaitu praktik agama dan budaya serta perilaku yang
dilarang. Larangan alkohol atau penggunaannya terbatas untuk upacara keagamaan
telah lama menjadi bagian dari upaya masyarakat untuk mengendalikan perilaku, serta
mencegah penyakit. Larangan kanibalisme, pantangan makanan paling universal,
sangat kuat landasan dalam perlindungan kesehatan. (Riegelman and Kirkwood,
2019)

Kejadian penting pada era ini adalah karantina untuk wabah, larangan seksual untuk
mengurangi penularan penyakit, diet untuk mengurangi penyakit bawaan makanan.
Peradaban paling awal memandang praktik seksual memiliki konsekuensi kesehatan.
Gagasan intuitif bahwa mengisolasi individu dengan penyakit dapat melindungi
individu dan masyarakat menyebabkan beberapa upaya terorganisir paling awal untuk
mencegah penyebaran penyakit, pada saat itu mereka berhasil tetapi tanpa adanya
dasar ilmiah yang kuat. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

B.2. Gerakan Kebersihan


Tindakan lingkungan atas dasar masyarakat luas yang berbeda dari perawatan
kesehatan merupakan kerangka aksi pada era ini. Fokus pada sanitasi dan public
kesehatan sering disebut gerakan kebersihan, yang dimulai bahkan sebelum
perkembangan teori kuman penyakit. Meskipun tidak adanya landasan ilmiah yang
memadai, gerakan kebersihan membuat langkah besar dalam pengendalian penyakit
menular, seperti TBC, kolera, dan penyakit yang ditularkan melalui air, sebagian
besar melalui perubahan lingkungan fisik. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

Salju di kolera; demam nifas Semmelweis; kumpulan statistik vital sebagai landasan
empiris untuk kesehatan masyarakat dan epidemiologi. Demam nifas terus menjadi
penyebab utama kematian ibu di Eropa dan Amerika Utara, Ignaz Semmelweis,
seorang dokter Austria, menggunakan pendekatan yang hampir sama pada
pertengahan 1800-an untuk mengendalikan demam nifas. Saat itu, dokter sering pergi
dari ruang otopsi ke ruang bersalin tanpa mencuci tangan mereka, ia melembagakan
prosedur cuci tangan dan mampu mendokumentasikan penurunan dramatis dalam
frekuensi demam nifas tetapi banyak orang pada era itu belum bisa menerima
intervensi yang diberikan. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

10
B.3. Pengendalian Penularan
Pengendalian penyakit menular melalui pengendalian lingkungan, vaksinasi,
sanatorium, dan investigasi wabah pada populasi umum. Pemahaman tentang
kontribusi bakteri dan organisme lain untuk penyakit menghasilkan kemampuan
pengujian diagnostik baru. Sebagai contoh, ilmuwan sekarang dapat mengidentifikasi
kasus tuberkulosis melalui tes kulit, bakteri kultur, dan rontgen dada yang baru
ditemukan. Konsep vaksinasi maju dengan pengembangan vaksin baru melawan racun
yang dihasilkan oleh bakteri penyebab tetanus dan difteri. (Riegelman and Kirkwood,
2019)

Keterkaitan epidemiologi, bakteriologi, dan imunologi membentuk sanatorium


tuberkulosis (TB); investigasi wabah, misalnya, Goldberger dan pellagra.
Penyelidikan pellagra oleh Goldberger dan Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika
Serikat menggulingkan asumsi hari pellagra tentang penyakit menular dan
menetapkan bahwa itu adalah kekurangan gizi yang bisa dicegah atau disembuhkan
dengan vitamin B-6 (niasin) atau diet seimbang. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

B.4. Mengisi Lubang di Sistem Perawatan Medis


Kerangka aksi era ini adalah Sistem publik untuk kontrol penularan penyakit tertentu
dan perawatan populasi rentan berbeda dari umum sistem perawatan kesehatan, awal
terintegrasi sistem kesehatan dengan integrasi pencegahan layanan menjadi umum
sistem perawatan kesehatan. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

Antibiotik, percobaan acak terkontrol, konsep resiko faktor, laporan umum ahli bedah
tentang merokok, Studi Framingham tentang risiko kardiovaskular, kesehatan
organisasi pemeliharaan dan pusat kesehatan masyarakat dengan integrasi layanan
pencegahan ke dalam sistem perawatan kesehatan umum. Metode epidemiologi yang
dirancang untuk mempelajari penyakit tidak menular menunjukkan peran utama
bahwa rokok merokok berperan dalam kanker paru-paru dan berbagai penyakit
lainnya. Kemunculan dari uji coba terkontrol secara acak dan regulasi obat, vaksin,
dan intervensi lain oleh Food and Drug Administration mengembangkan dasar untuk
apa yang sekarang kita sebut kesehatan masyarakat berbasis bukti dan kedokteran
berbasis bukti. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

11
B.5. Promosi Kesehatan/Pencegahan Penyakit
Pencegahan berorientasi klinis dan populasi dengan fokus pada kontrol individu
dalam pengambilan keputusan dan berbagai intervensi merupakan kerangka aski pada
era ini. Kemajuan besar kesehatan masyarakat selama era ini dihasilkan dari gerakan
lingkungan, yang membawa kesadaran masyarakat akan bahaya kesehatan timbal
dalam bensin dan cat. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

Epidemi AIDS dan perlunya berbagai intervensi untuk mengurangi risiko;


pengurangan penyakit jantung koroner melalui berbagai intervensi. Di Amerika
Serikat, penurunan tingkat polusi udara dan tingkat merokok selama era ini
berdampak pada frekuensi penyakit paru-paru kronis, asma, dan kemungkinan besar
penyakit arteri koroner. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

B.6. Kesehatan Penduduk


Kerangka aksi di era ini, yaitu rekomendasi berbasis bukti dan manajemen informasi,
fokus pada kerugian dan biaya serta manfaat intervensi, globalisasi. Kesehatan
penduduk juga menyediakan strategi untuk mempertimbangkan berbagai intervensi
potensial untuk mengatasi masalah ini. Dengan "intervensi" yang kami maksud
berbagai strategi yang dirancang untuk melindungi kesehatan dan mencegah penyakit,
kecacatan, dan kematian. Intervensi meliputi upaya preventif, seperti nutrisi dan
vaksinasi; upaya kuratif, seperti antibiotik dan operasi kanker; dan upaya untuk
mencegah komplikasi dan mengembalikan fungsi, dari kemoterapi hingga terapi fisik.
Dengan demikian, kesehatan penduduk adalah tentang meningkatkan masyarakat
kesehatan. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

Kejadian penting yang terjadi di era ini, yaitu kedokteran berbasis bukti dan kesehatan
masyarakat, teknologi Informasi, resistensi antibiotic, kolaborasi global, misalnya,
satu kesehatan, pengendalian tembakau, perubahan iklim, dan pendekatan siklus hidup
penuh untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Menggunakan bukti berbasis
pendekatan untuk menganalisis determinan kesehatan dan penyakit dan pilihannya
untuk intervensi untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan sepanjang siklus
hidup. (Riegelman and Kirkwood, 2019)

12
2.3 Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat Sebelum Kemerdekaan, Setelah


Kemerdekaan (Bekasi, Dana Sehat Dan Pos Obat Desa, Puskesmas, Pusling Dan
Pustu, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa, Setelah Deklarasi Alma Ata,
Posyandu, Desa Siaga, meliputi:

A. Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat sebelum kemerdekaan


Berawal pada abad ke 16, dengan dilakukannya pemberantasan malaria oleh
pemerintah Belanda. Tahun 1807 telah dilakukan pelatihan-pelatihan dukun bayi
untuk pertolongan persalinan dalam rangka menurunkan kematian bayi. Tahun 1922
wabah pes dan lepra , 1927 wabah kolera dan tahun 1948 wabah cacar di Indonesia.
Mulai dilakukan pemberantasan penyakit-penyakit tersebut antara lain dengan
penyemprotan massal dan penyuluhan kesehatan (propaganda kesehatan). Tahun 1925
Perbaikan sanitasi mulai dilakukan dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Tahun 1941 mulai dilakukan vaksinasi massal, terutama untuk
pemberantasan penyakit kolera dan cacar.

Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke
19, termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat). Apabila
sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi fenomena
biologis, kemudian bergeser ke fenomena sosial yang kompleks. Sebelumnya
pendekatan terhadap masalah kesehatan hanya dari satu segi (sektor) saja, kemudian
bergeser ke pendekatan yang multisektoral.

B. Kesehatan Masyarakat Setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, selama periode revolusi fisik hingga tahun 1948-1949


penanganan kesehatan masyarakat di Indonesia boleh dikatakan berhenti sama sekali.
Seluruh kegiatan bangsa Indonesia hanya diarahkan untuk menghadapi kembalinya
invasi bangsa Belanda.

1) Kesehatan masyarakat pada awal “Bandung-plan”


13
Pada tahun 1950 setelah selesai dari kesibukan clash fisik pada tahun 1949, Indonesia
mulai diterima bergabung ke dalam organisasi kesehatan dunia oleh WHO dan
UNICEF. Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota lembaga kesehatan
internasional, maka perkembangan usaha kesehatan masyarakat di Indonesia mulai
mengalami peningkatan kembali dan dengan berbagai dukungan serta bantuan sektor
swasta dan pemerintah, maka memungkinkan kita menata kembali program kesehatan
masyarakat di tanah air.

Konsep health center dikemudian hari lebih dikenal dengan sebutan puskesmas, yang
selalu diikuti WHO dalam mengembangkan Kesehatan Masyarakat. Penerimaan
puskesmas kemudian memacu munculnya UU tentang pokok-pokok Kesehatan no.9
Tahun 1960. Bahkan UU No.9 ini ikut melahirkan peraturan pemerintah tentang
desentralisasi penyelenggaraan usaha-usaha Kesehatan Masyarakat di daerah tingkat I
dan tingkat II, yaitu yang mengatur tentang desentralisasi usaha-usaha Kesehatan
rakyat tidak lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, namun
sebaliknya ikut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

2) Konsep Bekasi

Tahun 1951 oleh dr. Leimena dan sdr. Patah diperkenalkan Konsep Bandung, intinya
pelayanan kuratif (pengobatan) tak ada artinya tanpa preventif (pencegahan).
Pengobatan dan pencegahan harus dilakukan bersama-sama. Tahun 1956 Dr. Sulianti
Saroso merintis “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan sekaligus tempat
pelatihan pelayanan kesehatan terpadu (kesehatan masyarakat) di Indonesia.Tahun
1957 Dikembangkan 8 wilayah pengembangan kesehatan masyarakat, sebagai
penerapan Konsep Bekasi.

3) Dana Sehat dan Pos Obat Desa

Tahun 1960 an di Jawa Tengah, khususnya di Solo dan Banjarnegara telah tumbuh
kegiatan-kegiatan kesehatan berbasis masyarakat seperti:

1. Dana Sehat
2. Pos Obat Desa
3. Arisan rumah sehat
4. Jamban keluarga.

14
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dibawah
bimbingan petugas kesehatan. Dari kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat tersebut
muncullah istilah “Kader Kesehatan” sebagai tenaga inti dari pelayanan kesehatan
yang bermotto “dari, oleh, dan untuk masyarakat”

4) Puskesmas

Timbulnya sejarah Puskesmas pada awalnya terjadi melalui rintisan integrasi balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA) dan balai pengobatan (BP) yang sudah sejak lama
bekerja sendiri-sendiri. Setelah masa pembangunan kesehatan nasional, baru
dikembangkan suatu unit kesehatan yang merupakan satu kesatuan dari berbagai
kegiatan Kesehatan yang terpencar, seperti BKIA, BP, Balai pengobatan kusta dan
komandan operasi malaria (Kopem). Sejak integrasi Tersebut, kemudian lahir suatu
unit Kesehatan yang tersebar merata di berbagai kecamatan dengan nama puskesmas
sebagai terjemahan dari health centre.

Adapun tugas pokok dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ini, meliputi :

1. Membina dan mengembangkan kegiatan swadaya masyarakat dan memberi pelayanan


kesehatan kepada masyarakat.
2. Melaksanakan perpanjangan program-program departemen kesehatan secara
operasional melalui berbagai usaha kesehatan pokok (basic health service).
3. Mengoordinasi dan membina tenaga/staf puskesmas yang berada dibawahnya.

5) Pusling dan Pustu

Untuk meluaskan jangkauan Puskesmas dibentuklah: Pusling (Puskesmas Keliling)


dan Pustu (Puskesmas Pembantu). Balkesmas (Balai Kesehatan Masyarakat) adalah
Puskesmas yang diselenggarakan oleh Swasta. Untuk penilaian kerja Puskesmas
digunakan standar yang dikenal “stratifikasi”

1. Strata I : Puskesmas dengan prestasi sangat baik


2. Strata II : Puskesmas dengan prestasi rata-rata
3. Strata III: Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

6) PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)

15
Tahun 1976 PKMD ditetapkan sebagai pendekatan yang strategis untuk meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan. Tahun 1977 ditingkatkan, bukan hanya dikembangkan
di pedesaan, tetapi juga di perkotaan, maka muncul istilah PKMD perkotaan. Sasaran
utama PKMD adalah agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kehidupan yang sehat dan sejahtera. Sebagai komitmen Indonesia terhadap deklarasi
Alma Ata, maka PKMD dinyatakan sebagi bentuk operasional PHC di Indonesia
dalam rangka mencapai “helth for all by the year 2000”.

Tahun 1982 ditetapkan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) merupakan suatu sisten
dari supra sistem pembangunan Nasional. PKMD adalah merupkan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dibina
oleh petugas Penimbangan

7) Deklarasi Alma Ata (Kesehatan Masyarakat Abad 20)

Pada tanggal 6-12 September 1978 di Alma Ata (dulu USSR) diadakan konferensi
“joint” konferensi antara WHO dan UNICEF yang dihadiri oleh 140 negara.
Konferensi itu mengahasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam deklarasi
Alma Ata tentang “Primary Health Care” dalam pencapaian “Health for all by the
year 2000”. Semua negara, termasuk Indonesia menyepakati dalam rangka mencapai
kesehatan untuk semua harus melaksanakan pelayanan kesehatan primer (primary
health care).

8) Posyandu

Tahun 1984 Dibentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai perpanjangan


tangan Puskesmas. Posyandu adalah perpaduan pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat (kader). Pelayanan Posyandu
terdiri dari 5 (meja) :

1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan
3. Meja 3 : Pengisian KMS
4. Meja 4 : Penyuluhan, termasuk PMT
5. Meja 5 : imunisasi, pemeriksaan,dsb oleh tenaga medis/para medis

Adapun tujuan awal diberadakannya Posyandu adalah sebagai berikut :

16
a. Mempercepat penurunan Infant Mortality Rate (IMR), Angka kematian balita dan
angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan NKKBS ( Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera).
c. Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai kebutuhan dan kemampuan.

9) Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Desa disini
dapat diartikan sebagai Kelurahan atau Nagari atau kesatuan masyarakat
hukum/administrasi pemerintahan.

Kriteria utama Desa Siaga adalah sekurang kurangnya mempunyai “Pos kesehatan
Desa” (POSKESDES). Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa/kelurahan dalam rangka mendekatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Poskesdes mencakup kuratif,
preventif dan promotif yang dilaksanakan oleh nakes (terutama bidan) dengan
melibatkan kader kesehatan.

Sasaran dan Pengembangan Desa Siaga, Primer yaitu Individu dan keluarga, agar
mampu melaksanakan hidup sehat, Sekunder yaitu Pihak-pihak yang mempunyai
pengaruh terhadap individu atau keluarga (tokoh masyarakat dan agama), Tertier yaitu
Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, dan sumber daya
(dana, sarana dan prasarana).

2.4 Kerangka BIG GEMS


Menggunakan kerangka BIG GEMS untuk memeriksa faktor-faktor yang
mempengaruhi penyebaran COVID-19 dan pengendalian atau kegagalan untuk
mengendalikan pandemic COVID-19, sebagai berikut:
Konsep BIG GEMS merupakan alat atau cara yang digunakan untuk memudahkan
dalam mengingat faktor determinan yang mempengaruhi kesehatan. BIG GEMS
merupakan singkatan dari faktor-faktor tersebut yaitu:

17
Behavior
Infection
Genetic
Geography
Environment
Medical care
Sosio-economic-cultural

Ini merupakan faktor dari teori blum yang diperluas sehingga terdapat beberapa
penambahan dari 4 faktor menjadi 7 faktor yaitu:

a. Behavior/Perilaku atau Gaya hidup: Perilaku manusia juga merupakan faktor penting
ke 2 yang menentukan apakah suatu masyarakat itu sehat atau tidak. Perilaku manusia
juga dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan, dan
social ekonomi. Misalnya masyarakat atau indivudu yang sering makanan cepat saji
akan meningkatkan kejadian obesitas, kebiasaan merokok dapat meningkatkan
penyakit jantung koroner dan masyarakat yang tinggal dipinggiran sungai selalu
membuang sampah di sungai sehingga terjadi menumpukan sampah yang dapat
membuat air sungai tecemar bakteri dan zat kimia berbahaya, dan banjir serta masalah
– masalah lain yang berkelanjutan.

b. Infection: infeksi sering menjadi penyebab langsung sebuah penyakit.


Penanganan/pencegahan dini pemaparan suatu infeksi dapat berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit atau cara pencegahan penyakit tersebut.

c. Genetic: Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi kesehatan individu. Namun ada
beberapa penyakit yang diturunkan secara genetis namun tidak menjadi penyakit
kepada anak tersebut karena pola hidup dan lingkungn yang sehat. Contohnya
seseorang yang memiliki penyakit DM dapat menurunkan penyakit tersebut kepada
anak-anaknya kelak, namun anaknya tidak menderita penyakit DM karena pola hidup
yang sehat.

d. Geography: lokasi geografi berpengaruh terhadap frekuensi dan adanya suatu


penyakit. Misalnya penyakit yang disebabkan karena infeksi malaria hanya terjadi di

18
wilayah tertentu. Geografi juga menunjukan kondisi geologi wilayah, contohnya
tempat/daerah yang memiliki kadar radiasi dalam level yang tinggi berdampak pada
perkembangan penyakit kanker paru-paru.

e. Lingkungan: Lingkungan memegang peranan terbesar dalam menentukan derajat


kesehatan suatu masyarakat. Karena sebagian besar penyebab penyakit dan masalah
berasal dari lingkungan. Unsur – unsur yang termasuk kedalam lingkungan ini seperti
tanah, air, udara, makhluk hidup, dan bakteri. Lingkungan yang bermasalah akan
sangat berdampak pada kesehatan individu ataupun mayarakat yang berada di
lingkungan tersebut, misalnya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang airnya
tercemar limbah pabrik yang mengandung zat kimia ataupun bakteri maka hal itu
akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitarnya karena akan menimbulkan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

f. Medical Care/Pelayanan Kesehatan: Pelayanan kesehatan mempengaruhi kesehatan


masyarakat karena fasilitas pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan perawatan masyarakat
yang memelukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak, tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi
dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan
serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.

g. Sosio-economic-cultural: di Amerika Serikat, faktor sosial ekonomi mencakup


pendidikan, pemasukan dan status pekerjaan. Ukuran – ukuran ini semuanya telah
terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi berbagai penyakit yang bervariasi seperti
kanker payudara, tuberculosis, dan kecelakaan kerja. Faktor agama dan budaya
termasuk juga kedalam faktor yang mempengaruhi suatu penyakit karena keyakinan
terkadang mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan untuk perawatan yang
akan mempengaruhi perkembangan penyakit pula. Walaupun kebanyakan penyakit
lebih sering terjadi pada kelas tang sosial ekonominya rendah, Status Lingkungan
kesehatan Pelayanan kesehatan Perilaku beberapa seperti kanker payudara
kebanyakan dan lebih sering terjadi pada masyarakat kelas sosial ekonominya tinggi.

19
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebaran Covid-19 dan pengendalian atau
kegagalan untuk mengendalikan Pandemi Covid-19:

a. Behavior/Perilaku atau Gaya hidup


Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui
percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko
tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19
termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah
penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan
air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu,
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat.

Buku pedoman pengendalian.


Aktivitas fisik dapat memberikan banyak manfaat dalam kesehatan termasuk dalam
menghadapi pandemi karena dapat menjaga kesehatan dan kebugaran badan,
membantu membuat otot menjadi lebih rileks, meningkatkan sirkulasi darah,
meningkatkan kekuatan otot dan tulang dan menurunkan berbagai macam risiko
penyakit.

b. Infection
Corona Virus Disease (COVID 19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini
pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei
China, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi coronavirus
2019 yang sedang berlangsung. Untuk penyebaran Covid 19 di Indonesia sendiri
dimulai sejak ditemukannya kasus pasien pertama seorang ibu dan anak yang
berdomisili di Depok, kedua pengidap Covid 19 itu memiliki riwayat berinteraksi
dengan WNA Jepang yang diketahui lebih dulu menderita penyakit tersebut. Sejak
ditemukannya kasus pertama Covid 19 di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020,
berbagai upaya Pemerintah Indonesia dalam menangani penyebaran Covid 19 mulai
menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid 19 di Indonesia melalui

20
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat.

c. Genetic
Para peneliti tersebut mengidentifikasi adanya gen bernama LZTFL1 yang dapat
meningkatkan risiko gagal pernapasan dan kematian akibat Covid-19. Gen ini
ternyata banyak dimiliki oleh orang-orang dari keturunan Asia Selatan dan Eropa.
Orang Asia Selatan dan 15% orang keturunan Eropa memiliki gen yang berisiko
tinggi tersebut. Peneliti juga memperkirakan bahwa gen yang berisiko itu ada pada
sekitar 2% orang Afrika-Karibia dan 1,8% orang keturunan Asia Timur. Mereka
mempercayai bahwa gen yang berisiko ini membuat paru-paru seseorang menjadi
lebih rentan terhadap virus Covid-19. Gen LZTFL1 menyebabkan mekanisme
pertahanan paru-paru berkurang. Namun, gen tersebut tidak mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh yang membuat antibodi melawan infeksi.

d. Geography
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi juga mempengaruhi persebaran dan
peningkatan kasus positif Covid-19 karena adanya interaksi antar penduduk yang
massif. WHO merekomendasikan untuk menjaga jarak fisik setidaknya 1 meter
dengan orang lain, menggunakan masker dan hindari tempat ramai, sempit serta ruang
tertutup dengan ventilasi yang buruk untuk mengurangi risiko terinfeksi karena lebih
banyak manusia di suatu tempat sempit dapat meningkatkan risiko terpapar patogen
penyebab penyakit

e. Environment/Lingkungan
Upaya Pemerintah Indonesia dalam penanganan Covid 19 adalah dibuatnya peraturan
mengenai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 9 tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan corona virus
disease 19 (Covid 19), tindakan tersebut meliputi pembatasan kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID 19 termasuk
pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau
kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran COVID 19.

21
f. Medical Care/Pelayanan Kesehatan
Pandemi COVID-19 menunjukkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia belum
resilien, yang ditunjukkan dengan belum siapnya fasilitas pelayanan kesehatan dan
sistem penunjangnya dalam memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas dan
aman dalam kondisi krisis.

Kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan melonjak akibat peningkatan jumlah kasus


COVID-19 melebihi ambang batas kapasitas rawat inap dan rawat kritikal di fasilitas
pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan tidak semua pasien mendapatkan fasilitas
pelayanan sesuai standar seperti isolasi negatif maupun ventilator. Perlu upaya untuk
meningkatkan ketersediaan fasilitas isolasi mandiri, menambah kapasitas bangsal
COVID-19 dan alat kesehatan yang didasarkan pada pemetaan kapasitas fasilitas
pelayanan kesehatan secara nasional serta menyiapkan skema dan standar baku dalam
pengembangan RS Darurat COVID-19 maupun RS lapangan apabila kondisi
mendesak dan membutuhkan tambahan sarana pelayanan kesehatan.

Sistem rujukan yang ada saat ini belum adaptif dalam menghadapi kondisi lonjakan
kasus (seperti di masa pandemi) dan perlu diperkuat dalam hal penetapan standar RS
Rujukan dan perbaikan mekanisme rujukan bagi pasien COVID-19. Selain itu,
penanggulangan COVID-19 memerlukan dukungan kebijakan dan juknis untuk
realokasi anggaran serta pemberdayaan potensi sumber daya sosial untuk
mengumpulkan dukungan finansial maupun non-finansial. Faskes di Indonesia belum
mengelola pengetahuan dengan sistematis untuk meningkatkan keberhasilan
penanganan pasien COVID-19. Pengelolaan kapasitas faskes sering terkendala oleh
kurangnya koordinasi, khususnya antar daerah yang sebenarnya merupakan satu
entitas epidemiologi.

g. Sosio-economic-cultural
Dalam kondisi darurat, definisi penerima bantuan sosial mengarah pada perluasan
makna kerentanan mengingat hampir seluruh penduduk terkena dampak, bukan hanya
terbatas pada 40 persen masyarakat berpenghasilan terendah. Sebagian penduduk
kelas menengah dan atas juga mengalami guncangan yang menurunkan kesejahteraan

22
mereka, sehingga intervensi Pemerintah juga diperlukan bagi kelompok di atas 40
persen terbawah.

Di masa pandemi COVID-19, proses pemulihan ekonomi utamanya memberikan


perlindungan sosial bagi masyarakat yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar
saat bencana/pandemi harus secara gradual ditransformasi menjadi program
pemberdayaan yang bertujuan membantu penduduk untuk kembali aktif secara
ekonomi. Tantangan program perlindungan sosial pada saat dan pasca bencana seperti
perluasan cakupan penerima dan pendataan yang akurat, perlu segera diselesaikan.

2.5 Peran Dalam Pelayanan Kesehatan


Peran apa saja yang dimainkan dalam pelayanan kesehatan, kesehatan masyarakat dan
faktor social dalam mengendalikan atau kegagalan dalam mengendalikan pandemic
COVID-19, akan dijelaskan sebagai berikut:

A. (Covid19, 2022) Peran yang dimainkan pelayanan kesehatan dan kesehatan


masyarakat dalam mengendalikan pandemi Covid-19 :
1. Melakukan survailans kesehatan
2. Melakukan tracing kontak kasus Covid-19. Diantaranya melakukan tracing
kepada :
a. Anggota keluarga kasus positif Covid-19
b. Petugas kesehatan yang merawat kasus positif Covid-19
c. Teman dekat yang sempat kontak dengan kasus positif Covid-19
3. Melakukan penjaringan dengan cara melakukan tes rapid untuk ODP, PDP dan
nakes kontak erat kasus positif Covid-19.
4. Pelayanan kesehatan berfokus pada ketersediaan tempat tidur dan fasilitas rumah
sakit untuk penanganan COVID-19 dan alat pelindung diri (APD).
5. Memberikan pelayanan vaksinasi Covid-19.
Efektivitas vaksin Covid-19 antara lain:
a. Vaksinasi COVID-19 efektif mengurangi risiko terjangkit virus corona dan
juga penyebaran virus corona.

23
b. Menurut hasil penelitian, vaksin COVID-19 membantu mengurangi tingkat
keparahan pasien terinfeksi virus corona yang diderita setelah pemberian
vaksin, bahkan dari varian Delta sekalipun.
c. Jika seseorang mendapatkan vaksin COVID-19, maka akan turut membantu
memberikan perlindungan dari infeksi virus corona kepada anggota keluarga
yang lain, terlebih anggota keluarga yang belum atau tidak memenuhi syarat
untuk mendapatkan vaksinasi. Serta turut melindungi anggota keluarga lainnya
dari risiko tingkat keparahan jika mereka terinfeksi.
d. Vaksin COVID-19 membantu kekebalan tubuh mengenali dan melawan virus
corona. Perlu waktu sekitar 2 minggu untuk membangun perlindungan atau
kekebalan terhadap virus corona.
e. Seseorang harus menerima dosis lengkap untuk mendapatkan perlindungan
yang maksimal dari COVID-19.
6. Membuat syarat vaksinasi untuk masyarakat yang akan melakukan perjalanan.
a. Untuk usia 18 tahun keatas :
1) Vaksin dosis ketiga diperbolehkan melakukan perjalanan dan tidak wajib
testing
2) Vaksin dosis pertama/kedua tidak diperkenankan untuk melakukan
perjalanan domestik
3) WNA yang berasal dari luar negeri dengan vaksin dosis kedua
diperbolehkan melakukan perjalanan
b. Untuk usia 6-17 tahun :
1) Vaksin dosis kedua tidak diwajibkan testing
2) Vaksin dosis pertama tidak diperkenankan untuk melakukan perjalanan
domestic
3) Khusus berasal dari luar negeri dikecualikan vaksinasi dan tidak diwajibkan
testing
c. Untuk usia <6 tahun Vaksinasi dikecualikan
d. Untuk yang memiliki riwayat kesehatan khusus vaksinasi dikecualikan, tidak
diwajibkan testing dan diwajibkan memiliki surat keterangan tidak layak
vaksinasi dari dokter/RS.
7. Membuat protokol kesehatan 5M. yaitu Memakai Masker, Mencuci Tangan,
Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas.

24
B. Faktor sosial dalam mengendalikan pandemi COVID-19 diantaranya :
1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang ( overt behaviour). Jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang
baik terhadap kesehatan, maka seseorang tersebut akan memahami pentingnya
menjaga kesehatan. Dengan semakin tingginya pengetahuan individu akan
pentingnya kesehatan akan membuat individu sadar akan manfaat dari mengikuti
protokol kesehatan COVID-19 (Vira, Rizki, & Hamzah, 2022).
2. Pendapatan
Pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dari
perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba termasuk juga
beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun. Terdapat hubungan antara
pendapatan dengan perilaku masyarakat terhadap protokol kesehatan. Hal ini
berarti tinggi atau rendahnya pendapatan seseorang menuntut kemungkinan
seseorang tersebut dapat berperilaku yang baik dalam mengikuti protokol
kesehatan COVID-19. Dimana jika memiliki pendapatan yang cukup mereka tidak
akan merasa berat untuk mengikuti protokol kesehatan dengan membeli masker,
handsanitizer maupun vitamin untuk mencegah terdampak virus COVID-19.
3. Kegagalan dalam mengendalikan COVID-19 diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Narasi Negatif dan Lambannya Respon Pemerintah
Pemerintah Indonesia kurang tanggap atas pandemi COVID-19 yang pada
akhirnya menyebabkan virus tersebut menginfeksi banyak masyarakat. Disaat
dunia sedang mengantisipasi penyebaran wabah COVID-19, pemerintah
cenderung menganggap remeh COVID-19 dikarenakan masyarakat Indonesia
belum ada yang terindikasi virus tersebut. Sementara itu, beberapa hari
kemudian, pada awal Februari, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum
dan Keamanan (Menko Polhukam) mengklaim bahwa Indonesia merupakan
satu-satunya negara besar di Asia yang belum memiliki kasus positif virus
corona (Setyawan, 2020).
2. Lemahnya Koordinasi Antar-Stakeholders
Selain masalah lambatnya pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan
yang berimplikasi pada terlambatnya implementasi penanganan COVID-19,
lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan pun menjadi problem dalam
mengendalikan penyebaran virus korona di Indonesia (Agustino, 2020). Hal

25
ini terjadi karena sistem negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat
sebagai pemangku kepentingan utama dalam hal kebencanaan, baik bencana
alam maupun bencana non-alam termasuk kesehatan.
3. Ketidakacuhan Warga Atas Imbauan Pemerintah
Satu masalah lain yang menyebabkan Indonesia kurang berhasil
mengendalikan penyebaran virus korona adalah ketidakacuhan (untuk tidak
mengatakan ketidakpedulian) warga terhadap imbauan atau instruksi
pemerintah (Agustino, 2020). Masalah ini tampak dari masih ramainya orang-
orang berkumpul di kedai-kedai kopi, cafe, mall, bioskop, ataupun tempat-
tempat yang telah dilarang oleh pemerintah. Padahal sejak awal pemerintah
telah memberikan arahan kepada warga untuk melakukan physical atau social
distancing menjaga jarak dengan orang lain. Sama halnya dengan imbauan
pemerintah untuk pemakaian masker saat keluar rumahpun terkadang tidak
didengar oleh masyarakat. Selain itu, ajakan mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas diluar rumahpun tidak banyak dilakukan oleh masyarakat.
Hal ini menyebabkan COVID-19 cepat menular dikalangan masyarakat luas.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut
UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Ilmu
kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel & Clark, 1958)
adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan
fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa
dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar
setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga
kesehatannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agus, B. (2018). Sutradara Pendidikan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Agustino, L. (2020). Analisis Kebijakan Penanganan Wabah COVID-19. Jurnal Borneo


Administrator, 253-270.

Covid19. (2022, agustus 31). Berusia Di Atas 18 Tahun tapi Belum Vaksin Booster COVID-
19, Tidak Bisa Lakukan Perjalanan Dalam Negeri. Melakukan Perjalanan.
Retrieved from https://covid19.go.id/artikel/2022/08/31/berusia-di-atas-18-tahun-
tapi-belum-vaksin-booster-covid-19-tidak-bisa-lakukan-perjalanan-dalam-negeri

Direktorat Jeneral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19). Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

Dr, . dr,. Alexander lucas slamet riyadi S.K.M. (n.d.). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.

http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/mobile/berita/baca/358/Penyakit-Yang-Pernah-
Menjadi-Wabah-Di-Dunia

https://disnakkan.grobogan.go.id/info/artikel-jurnal/506-flu-burung-avian-influenza

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20170919/5822948/simulasi-penting-
antisipasi-bahaya-virus-influenza-a-h7n9/

https://www.alodokter.com/covid-19

28
http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/mobile/berita/baca/419/Penyakit-Cacar-Monyet-
Monkeypox-dan-yang-Perlu-Kita-Tahu-Tentangnya

https://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/1610/1538

Irwan (2017) Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. ABSOLUTE MEDIA.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2021. Studi Pembelajaran Penanganan


Covid-19 Indonesia. Jakarta : Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Nature Genetics. (2021). Identification of LZTFL1 as a candidate effector gene at a COVID-


19 risk locus. Diakses pada 5 September 2022 dari
https://www.nature.com/articles/s41588-021-00955-3

Riegelman, R. and Kirkwood, B. (2019) Public Health 101 3rd Edition. Jones & Bartlett
Learning. Available at: https://academic.oup.com/jamia/article/8/6/585/780304.

Setyawan, A. F. (2020). Mahfud : RI Satu-satunya Negara Besar yang Tak Kena Corona.
Jakarta: CNN Indonesia. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200207194915-20-472750/mahfud-ri-
satu-satunya-negara-besar-di-asia-tak-kena-corona

Vira, A., Rizki, A., & Hamzah, W. (2022). Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku
Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan COVID-19. Window of Public Health
Jurnal, 1676-1686.

WHO. (2021). Pertanyaan dan Jawaban terkait Coronavirus

Wicaksono, A. 2020. Aktivitas Fisik yang Aman Pada Masa Pandemi Covid-19, 8(1). 13.

https://eprints.triatmamulya.ac.id/1397/1/73.%20Kesehatan%20Masyarakat.pdf

29
30

Anda mungkin juga menyukai