TEORI EPIDEMIOLOGI
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi )
Dosen Pengampu :
Arina Mufida Ersanti S. K.M., M.Epid
Disusun oleh :
2.1.1 Definisi
2.1.2 Sejarah
Teori ini dikembangkan berdasarkan situasi penyakit yang ada pada
masa itu, dimana sebagian penyakit yang melanda merupakan penyakit
menular yang dapat menjangkit karena adanya kontak langsung. Kemunculan
teori ini dikembangkan berdasarkan pengamatan kondisi yang terjadi pada
watu itu yakni adanya kejadian epidemic penyakit lepra di Mesir menurut
Bustan dalam (Irwan, 2016) dan di Eropa terdapat epidemi penyakit sampar yang
merupakan penyakit mematikan disebabkan oleh bakteri dan ditularkan oleh binatang
rodent, penyakit cacar yang menyerang kulit dan demam tifus merajaleladi abad ke-
14 dan 15. Keadaan buruk ini dialami oleh manusi, kemudian pada
saat itu hal tersebut mendorong Girolamo Fracastor (1483-1553) mencetusakn
gagasan yang menyatakan bahwa kontak dengan makhluk hidup merupakan
penyebab penyakit menular (Irwan, 2016).
Fracastoro membedakan 3 jenis kontangion, yaitu :
2.1.3 Contoh
A. Cacar Air
Penyakit cacar air merupkan penyakit disebabkan oleh varicella
zoster virus yang dapat dengan mudah ditularkan melalui perantara
udara dan kontak langsung dengan penderita. Pola penyebaran
penyakit ini yakni dengan karakteristik setiap individu yang
terkontaminasi virus ini kemudian sembuh dan memiliki kekebalan
tubuh permanen sehingga tidak dapat terinfeksi virus ini kembali.
Umumnya terjadi ketika usia anak-anak dibawah usia 6 tahun,
namun tidak menutup kemungkinan menyrang saat dewasa
(Wicaksono et al., 2019). Wujud dari cacar dikulit manusia berupa
gelembung-gelembung pada kulit yang berisi cairan dan akan
menimbulkan keropeng kulit pada penderita dan akan sangat
merugikan (Murti, 2007).
B. Lepra atau Kusta
Menurut Schgal dalam (Sukarna et al., 2017) penyakit lepra atau
kusta merupakan penyakit menular kronis yang menyerang jaringan
kulit, saraf tepi, juga saluran pernapasan dan disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Leprae. Penyebaran bakteri tersebut yakni
melalui droplet atau partikel air kecil yang dihasilkan ketika penderita
kusta batuk atau bersin, sehingga kontak langusung dengan penderita
merupakan salah satu cara penyebaran penyakit ini. Lepra dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian bagi penderitanya.
2.2.1 Definisi
Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca Socrates, beliau
dikenal oleh sebagai bapak Kedokteran yang modern dan dianggap telah berhasil
membebaskan hambtan-hambatan pada zaman itu. Beliau juga memiliki peran yang
sangat besar dalam praktek ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran. (Murti,
2007)
Beliau juga dikenal tidak percaya dengan spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memandang kejadian penyakit pada zaman itu. Ia juga mengemukakan teori
sebab terjadinya penyakit yaitu : (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016)
Hippocrates tidak pecaya dengan tahayul, beliau lebih percaya bahwa dengan
pikirannya yang magis dan mastis, beliau yakin semua kejadian itu adalah suatu
kejadian yang alamiah. Dan cara berfikir itulah yang masih dikenang sampai
sekarang. (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016). Sebagai contoh, dalam bukunya
―On the Sacred Disease‖ Hippocrates menyebutkan bahwa epilepsi bukan
merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan suatu
penyakit otak yang diturunkan.
2.2.2 Contoh
2.3.1 Definisi
Miasmatic theory (teori miasma) adalah salah satu teori penyebab penyakit
dalam epidemiologi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, miasma artinya racun
yang keluar dari tanah atau rawa. Menurut teori miasma udara kotor merupakan
penyebab timbulnya penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap sisa-sisa makhluk
hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau buangan limbah
yang tergenang, sehingga mengotori udara yang berperan dalam penyebaran penyakit.
teori ini juga menganggap gas-gas busuk dari perut bumi juga dapat menjadi kausa
penyakit.
2.3.2 Sejarah
2.3.3 Contoh
Penyakit malaria adalah Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang
artinya sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa.
Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria
karena udaranya yang busuk tersebut. Penyakit timbul sia-sia dikarenakan makhluk
hidup yang mengalami pembusukan sehingga meninggalkan pengotoran udara dan
lingkungan. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah
rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung
membawa miasma. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dianggap sebagai salah
satu cara untuk menghindar dari miasma. (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016)
Malaria juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Terutama pada
bayi, anak balita,dan juga ibu hamil. Dan pada saat yang berlangsungan orang yang
terkena malaria makan akan mengalami anemia dan produktivitas berkerjanya
menurun. Sampai saat ini penyakit malaria masih menjadi endemis sebagian wilayah
di Indonesia. (Cushion et al., 2018).
2.4.1 Definisi
Berkat teori kuman maka sekarang banyak penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan. Teori kuman memungkinkan penemuan obat obat antimikroba dan
antibiotika, vaksin, sterilisasi, pasteurisasidan program sanitasi publik. Pendekatan
mikroskopik mendorong di temukannya mikroskop electron yang berkekuatan tinggi
dalam melipat gandakan citra, sehingga dapat memungkinkan riset epidemiiologi
hingga level molekul sejak akhir abad ke 20. Penerapan teori kuman yang berlebihan
dapat menimbulkan dampak kontra produktif bagi kemajuan riset Epidemiologi.
Pengaruh teori kumat terlau kuat sehingga dapat mengakibatkan para peneliiti
terobsesi dengan keyakinan tersebut bahwa mikroorganisme merupakan etiologi
semua penyakit, padahal kemudian diketahui tidak demikian. Tahun 1950 an
meningkatnya insidensi penyakit non infeksi, munculnya teori (kausa), yang disebut
etiologi multifaktoriial atau kausasi multipell. Teori kausasi multipell tidak hanya
memandang kuman tetapi juga faktor herediter, kesehatan masyarakat, status nutrisi
atau status imunologi, status sosio-ekonomi, dan gaya hidup sebagai kausa penyakit
(Jusman, 2018).
❖ Cara Penularan HIV/AIDS: Melalaui hubungan seks, Penggunaan jarum suntik secara
bergantian, Kehamilan, persalinan atau menyusui, Transfusi darah.
2.5.1 Sejarah
Untuk memprediksi pola penyakit model ini menekankan adanya analisis dan
pemahaman masing masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan anatara ketiga komponen tersebut. Model inii sekarang lebiih
dikenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok unutk
menerangka penyebab penyakitt infeksi. Sebab peran agant mikroba mudah di isolasi
dengan jelas dari lingkungannya. Menurut model ini perubahan salah satu komponen
dapat mempengaruhi keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya
berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara tiga komponen
tersebut di gambarkan seperti tuas pada timangan. Host dan agen berada di ujung
masing-masing tuass, sedangkan environment sebagai penumpunya (masriadi, 2016).
Berdasarkan epidemiologi triangle, solusi terbaik saat ini untuk mengendalikan kasus
covid-19 adalah dengan memodifikasi penjamu & lingkungan, dengan cara:
Kimia Biologi
Fisik
2.7.1 Definisi
Wheel of Causation adalah teori yang mrnggambarkan hubungan manusia dan
lingkungannya sebagai roda. Roda penyebab tersebut terbentuk atas beberapa
substansi genetik yang berperan sebagai inti, lingkungan biologis, sosial, fisik, yang
mengelilingi manusia nya. Ukuran komponen model roda ini bersifat relatif, yakni
tergantung pada setiapp problem dan spesifikasi penyakit yang
bersangkutan(Sumampouw, 2017).
Sama halnya dengan model lainnya, model roda memerlukan pola identifikasi
masalah dari berbagai faktor yang berperan dalam proses timbulnya suatu penyakit
tanpa harus memprioritaskan pentingnya faktor agen dalam suatu proses timbunya
suatu penyakit. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).
2.7.2 Contoh
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada
stress mental, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit
yang penularannya melalui vektor (vector bornedisease) dan besarnya peran genetika
dari faktor lainnya pada penyakit keturunan(Notoatmodjo, 2003). Contoh lain ialah
penyakit Herediter, proporsi inti genetic relatif lebih besar, sedang pada penyakit
campak status imunitas manusia dan lingkungan biologis lebih penting daripada
faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal
stress mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan lebih besar (Ismah,
2018).
Pemodelan diatas mrnunjukan bahwa pengetahuan terkait mekanisme
mekanisme terjadinya suatu penyakit tidaklah diperuntukkan sebagai usaha-usaha
pemberantasan yang efektif. Oleh karena itu kompleksitas interaksi interaksi ekologis
sering dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah beberapa aspek
tertentu dari interaksi manusia denhan longkungannya tanpa melalui intervensi secara
langsung pada lenyebab suatu penyakit.
TEORI
3.1 Kesimpulan
Kemunculan dan penyebaran penyakit pada populasi manusia merupakan asal mula
perkembangan epidemiologi. Definisi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penduduk dikaitkan dengan masalah kesehatan maka epidemiologi berhubungan dengan
frekuensi dan distribusi serta determinan kejadian penyakit dan masalah kesehatan pada
kelompok orang atau populasi serta mengambil faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Dalam perkembangannya, ilmu epidemiologi memiliki banyak hambatan-hambatan karena
adanya perbedaan pendapat ahli bidang kedokteran dalam memakai metode epidemiologi
untuk memecahkan masalah kesehatan, ditambah lagi karena adanya pemahaman di
masayarakat karena pengaruh lingkungan sosial budaya, perbedaan paradigma dalam
menghadapi masalah kesehatan misalnya bertentangan dengan kepercayaan masyarakat dan
adat istiadat. Berikut teori-teori yang telah ditemukan oleh para ahli epidemiolog: Teori
Contangion yang dicetuskan oleh Giralmo Francastor (1546), Teori Hypocratic oleh
Hippocrates, Teori Miasmatic oleh John Snow, Teori Germ oleh john snow, Teori
Epidemiologi Triangle oleh La Gordon dan La Richt (1950), Teori Web Of Causation oleh
Mac Mohan dan Pugh (1970), dan The Wheel Of Causation. Masing – masing teori
memiliki ciri khas yang berbeda. Contoh penyakitnya pun juga berbeda tergantung dengan
penyebabnya. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan, agent dan
host merupakan variabel yang paling mempengaruhi timbulnya penyakit.
DAFTAR PUSATAKA
Cushion, M. T. et al. (2018) ‘Gene expression of pneumocystis murina after treatment with
anidulafungin results in strong signals for sexual reproduction, cell wall integrity, and
cell cycle arrest, indicating a requirement for ascus formation for proliferation’,
Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 62(5). doi: 10.1128/AAC.02513-17.
Fahrina, S. dan S. F., & Rau, M. J. (2018). Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi
Syafira Fahrina Muh . Jusman Rau Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako A . Sejarah Perkembangan Ilmu
Epidemilogi. September.
Handayani, Rina Tri, et al. “Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, Dan Herd
Immunity.” Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, vol. 10, no. 3, 2020, pp. 373–80.
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular (1st ed.). Irwan: CV. ABSOLUTE MEDIA
Krapyak Kulon RT 03 No. 100, Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta.
ISMAH, Z. (2018) ‘Dasar Epidemiologi’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–1699.
Lukas, A., Harsono, H. and Astuti, A. (2016) ‘Gangguan Kognitif Pada Epilepsi’, Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 1(2), p. 144. doi: 10.21460/bikdw.v1i2.10.
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisi Efek
Contagius (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia ). Jurnal Sosial Humaniora
Terapan, Volume 2 N(2), 117–124.
Murti, B. (Institute of H. E. and P. S. (2007). Sejarah epidemiologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat FK UNS, 1–35.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Cetakan Ke). Jakarta: Rineka Cipta.
Sumampouw, O. J. (2017). Outline Buku Ajar (Manado). UNIVERSITAS SAM
RATULANGI MANADO.
Sukarna, Sanusi, W., & Hafilah, H. (2017). Analisis Autokorelasi Moran ’ s I , Geary ’ s C ,
Getis-Ord G , dan LISA serta Penerapannya pada Penderita Kusta di Kabupaten
Gowa. 2(2), 1–11. http://eprints.unm.ac.id/13321/
Suryanto (2017) ‘Опыт аудита обеспечения качества и безопасности медицинской
деятельности в медицинской организации по разделу «Эпидемиологическая
безопасностьNo Title’, Вестник Росздравнадзора, 4, pp. 9–15.
Wicaksono, D., Respatiwulan, & Susanti, Y. (2019). Model Discrete Time Markov Chain (
DTMC ) Susceptible Infected Recovered ( SIR ) Pada Pola Penyebaran Penyakit Cacar
Air. Prosiding, 1(1), 1–8.