Anda di halaman 1dari 22

PAPER

TEORI EPIDEMIOLOGI
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi )

Dosen Pengampu :
Arina Mufida Ersanti S. K.M., M.Epid
Disusun oleh :

Fiskan Adi Santro Mulya 192110101010


Khuriyyah Indraswari Utami 192110101066
Ivana Ika Cahya Putri 192110101120
Siti Nasihatul Nahdia 192110101172
Annisa Dida Sa’idyah Arief 192110101193

PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan dan penyebaran penyakit pada populasi manusia merupakan asal


mula perkembangan epidemiologi. Menurut Perdiguoero et al. dalam (Murti, 2007),
peristiwa kejadian penyakit ini kemudian ditinjau dari berbagai sudut pandang yang
menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan, misalnya ilmu kedokteran, revolusi,
mikrobiologi, demografi, sosiologi, dan teknologi digunakan untuk menganalisa dan
mencari pemecahan masalah kesehatan yang terjadi. Penyakit yang mewabah pada
masalalu misalnya The Black Death atau wabah sampar, pandemi penyakit cacar,
pandemi Influenza Spanyol ( The Great Influenza) dan banyak penyakit lainnya
mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap penyakit dan cara mengatasi
masalah kesehatan pada populasi manusia atau masyarakat sehingga pengendalian
penyakit guna menekan jumlah kejadian dapat diterapkan dengan tepat melalui kajian
terhadap banyak aspek dan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut.

Pengertian istilah epidemiologi jika dilihat dari asal kata merupakan


penggabungan 3 kata dasar bahasa Yunani yaitu epi yang berarti pada atau tentang,
demos yang berarti penduduk, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi definisi
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk, dikaitkan dengan
masalah kesehatan, maka epidemiologi berhubungan dengan frekuensi dan distribusi
serta determinant kejadian penyakit dan masalah kesehatan pada kelompok orang
atau populasi (Irwan, 2016).

Dalam perkembangannya, ilmu epidemiologi memiliki banyak hambatan-


hambatan karena adanya perbedaan pendapat ahli bidang kedokteran dalam memakai
metode epidemiologi untuk memecahkan masalah kesehatan, ditambah lagi karena
adanya pemahaman di masayarakat karena pengaruh lingkungan sosial budaya,
perbedaan paradigma dalam menghadapi masalah kesehatan misalnya bertentangan
dengan kepercayaan masyarakat dan adat istiadat. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat juga menjadi
salah satu penghambat perkembangan epidemiologi (Fahrina & Rau, 2018). Di
zaman yang modern ini, kecanggihan teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk membantu memecahkan masalah kesehatan karena informasi
tentang pola hidup yang sehat mudah di akses dan alat-alat medis yang canggih
sehingga kejadian penyakit mudah untuk ditanggulangi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Contangion

2.1.1 Definisi

Teori Contangion merupakan konsep teori yang menyatakann bahwa


untuk terjadinya penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat
penular karena adanya kontak anatara orang yang terkena penyakit dengan
orang yang belum terkena. Zat penular (transference) ini disebut kontangion.
Penyakit ini menyebar dengan cepat, seperti bencana. Istilah contangion pada
awalnya adalalah gagasan dari Giralamo Fracastor pada tahun 1546 dan
digunakan untuk penyakit infeksius, akan tetapi perkembangan teori modern
menggunakan contangion dengan tidak terbatas pada penyakit saja namun
digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang dapat menyebar dengan cepat
dari individu ke kelompok menurut Locher dalam (Mona, 2020).

2.1.2 Sejarah
Teori ini dikembangkan berdasarkan situasi penyakit yang ada pada
masa itu, dimana sebagian penyakit yang melanda merupakan penyakit
menular yang dapat menjangkit karena adanya kontak langsung. Kemunculan
teori ini dikembangkan berdasarkan pengamatan kondisi yang terjadi pada
watu itu yakni adanya kejadian epidemic penyakit lepra di Mesir menurut
Bustan dalam (Irwan, 2016) dan di Eropa terdapat epidemi penyakit sampar yang
merupakan penyakit mematikan disebabkan oleh bakteri dan ditularkan oleh binatang
rodent, penyakit cacar yang menyerang kulit dan demam tifus merajaleladi abad ke-
14 dan 15. Keadaan buruk ini dialami oleh manusi, kemudian pada
saat itu hal tersebut mendorong Girolamo Fracastor (1483-1553) mencetusakn
gagasan yang menyatakan bahwa kontak dengan makhluk hidup merupakan
penyebab penyakit menular (Irwan, 2016).
Fracastoro membedakan 3 jenis kontangion, yaitu :

1. Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung


misalnya bersentuhan, berciuman, dan berhubungan seksual.
2. Jenis kontangion yang dapat menular melalui benda-benda
perantara (benda tersebut tidak tertular, namun
mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang
lain). Misalnya melalui pakaian, handuk, dan sapu tangan.
3. Jenis kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh

2.1.3 Contoh

Penyakit yang tergolong kedalam penyakit teori contangion yakni,


cacar air, lepra, dan juga Covid 19 yang sekarang tengah melanda seluruh
negara di dunia. Berikut penjelasan tentang masing-masing penyakit tersebut :

A. Cacar Air
Penyakit cacar air merupkan penyakit disebabkan oleh varicella
zoster virus yang dapat dengan mudah ditularkan melalui perantara
udara dan kontak langsung dengan penderita. Pola penyebaran
penyakit ini yakni dengan karakteristik setiap individu yang
terkontaminasi virus ini kemudian sembuh dan memiliki kekebalan
tubuh permanen sehingga tidak dapat terinfeksi virus ini kembali.
Umumnya terjadi ketika usia anak-anak dibawah usia 6 tahun,
namun tidak menutup kemungkinan menyrang saat dewasa
(Wicaksono et al., 2019). Wujud dari cacar dikulit manusia berupa
gelembung-gelembung pada kulit yang berisi cairan dan akan
menimbulkan keropeng kulit pada penderita dan akan sangat
merugikan (Murti, 2007).
B. Lepra atau Kusta
Menurut Schgal dalam (Sukarna et al., 2017) penyakit lepra atau
kusta merupakan penyakit menular kronis yang menyerang jaringan
kulit, saraf tepi, juga saluran pernapasan dan disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Leprae. Penyebaran bakteri tersebut yakni
melalui droplet atau partikel air kecil yang dihasilkan ketika penderita
kusta batuk atau bersin, sehingga kontak langusung dengan penderita
merupakan salah satu cara penyebaran penyakit ini. Lepra dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian bagi penderitanya.

2.2 Teori Hypocratic

2.2.1 Definisi

Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca Socrates, beliau
dikenal oleh sebagai bapak Kedokteran yang modern dan dianggap telah berhasil
membebaskan hambtan-hambatan pada zaman itu. Beliau juga memiliki peran yang
sangat besar dalam praktek ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran. (Murti,
2007)

Beliau juga dikenal tidak percaya dengan spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memandang kejadian penyakit pada zaman itu. Ia juga mengemukakan teori
sebab terjadinya penyakit yaitu : (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016)

a) Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup.


b) Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

Hippocrates juga terkenal tidak percaya dengan takhayul dan keajaiban


tentang terjadinya penyakit terhadap manusai dan bagaimana proses sembuhnya. Dia
tidak percaya akan itu semua. Dia lebih percaya bahwa faktor lingkungan dan
kehidupan masyarakat yang mempengaruhi penyakit tersebut dan menyebarnya. (Dr.
h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016) Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau
ajaran Hippocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berpikir mastis-
magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai
proses atau mekanisme yang alamiah belaka. (Ir. Martini, 2010)

Pandangan Hippocrates tentang kausa penyakit dipengaruhi oleh filsafat


Empat Elemen dan Humoralisme Yunani kuno. Sebagai contoh, Hippocrates
menjelaskan bahwa yang berperan sangat adalah penting iklim, sifat-sifat udara,
angin, kualitas udara dan air, bagi kesehatan. Dan beliau juga berpendapat bahwa
sebenarnya kausa penyakit tidak hanya terletak pada lingkungan saja tetapi juga
terdapat pada tubuh manusia.

Hippocrates tidak pecaya dengan tahayul, beliau lebih percaya bahwa dengan
pikirannya yang magis dan mastis, beliau yakin semua kejadian itu adalah suatu
kejadian yang alamiah. Dan cara berfikir itulah yang masih dikenang sampai
sekarang. (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016). Sebagai contoh, dalam bukunya
―On the Sacred Disease‖ Hippocrates menyebutkan bahwa epilepsi bukan
merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan suatu
penyakit otak yang diturunkan.

2.2.2 Contoh

Epilepsi adalah suatu penyakit yang merupakan “koleksi gangguan fungsi


otak yang beraneka ragam” atau “badai listrik di otak”. Bangkitan epilepsi adalah
suatu tanda atau gejala sepintas yang disebabkan oleh aktivitas neuronal di otak yang
bersifat sinkron dan berlebihan atau abnormal. Epilepsi adalah suatu gangguan fungsi
otak yang dicirikan oleh kecenderungan predisposisi untuk menimbulkan bangkitan
epileptik beserta konsekuensinya yang bersifat neurobiologik, kognitif, psikologik,
dan sosial. Dengan terkenanya penyakit epilepsi ini maka manusia tersebut akan
mengalami penurunan fungsi kognitif. (Lukas, Harsono and Astuti, 2016)

Klasifikasi ILAE 2010 menerangkan sindrom epilepsi adalah suatu entitas


yang memiliki karakteristik elektroklinis khas, meliputi; usia saat awitan gambaran
EEG, tipe kejang, perkembangan neurodevelopmental, pola penurunan, serta respons
terhadap terapi, dan prognosis. (Suryanto, 2017)

2.3 Miasmatic Theory

2.3.1 Definisi
Miasmatic theory (teori miasma) adalah salah satu teori penyebab penyakit
dalam epidemiologi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, miasma artinya racun
yang keluar dari tanah atau rawa. Menurut teori miasma udara kotor merupakan
penyebab timbulnya penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap sisa-sisa makhluk
hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau buangan limbah
yang tergenang, sehingga mengotori udara yang berperan dalam penyebaran penyakit.
teori ini juga menganggap gas-gas busuk dari perut bumi juga dapat menjadi kausa
penyakit.

2.3.2 Sejarah

Kira-kira pada abad-18 Miasmatic theory ini masuk mulai muncul.


Miasmatic theory ini hampir sama dengan dengan Hippocratic theory, miasmatic
theory menunjuk gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit.
(ISMAH, 2018). Miasma diyakini berasal dari sisa pembusukan makhluk hidup yang
mengalami pembusukan atau dari limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara
yang beredar.

John Snow (1813-1858). Pada paroh pertama abad ke 19 terjadi pandemi


kolera di berbagai belahan dunia. Epidemi kolera menyerang London pada tahun
1840an dan 1853-1854. Pada zaman itu sebagian besar dokter berkeyakinan, penyakit
seperti kolera dan sampar (The Black Death) disebabkan oleh ‗miasma‘ (udara kotor)
yang dicemari oleh bahan organik yang membusuk.(Murti, 2007) Jhon tidak
mengetahui peneyebab aslinya. Namun berdasarkan bukti yang ada dia yakin bahwa
penyebab penyakit tersebut beredar adalah menghirup udara kotor.

Pada September 1854, beliau melakukan analisis outbreak kolera di distrik


Soho, London. Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Jhon dia mendapatkan hasil
bahwa kematian sebab kolera berada diseputar 250 yard dari sumber air bersih yang
digunakan penduduk. Jhon berpikir bahwa pola penyebaran penyakit kolera ini adalah
metode spotmap. Spotmap adalah sebuah metode yang tepat dilakukan dalam analisis
ini.
John Snow melanjutkan investigasinya dengan sebuah riset epidemiologi yang
lebih formal dan terkontrol, disebut eksperimen alamiah (natural experiment) di
London pada 1854. Analisis itu dilakukan supaya mengetahui kebenarannya bahwa
memang penyebabnya adalah air tersebut. Analisis outbreak yang dilakukan Snow
merupakan peristiwa besar dalam sejarah epidemiologi dan kesehatan masyarakat.
Meskipun analisis yang dilakukannya belom menemukan kebenaran bahwa air lah
yang menyebabkan penyakit kolera. Upaya yang dilakukan Snow memberikan
pelajaran bahwa epidemiologi dapat memainkan peran preventif penting meskipun
mikroorganisme spesifik kausal terjadinya penyakit belum/tidak diketahui.(Murti,
2007)

William Farr (1807-1883). Tahun 1839-1880 seorang dokter bernama


William Farr mendapat tugas sebagai Kepala Bagian Statistik pada General Register
Office (Kantor Registrasi Umum) di Inggris dan Wales. Beliau adalah teman Jhon,
Farr adalah orang yang ahli di bidang demografi, actuarial, dan stastistik kedokteran.
Beliau juga pembuat teori epidemic, reformis sosial, dan aktivis kemanusiaan. Farr
memiliki dua kontribusi yang besar terhadap epidemiologi yaitu klasifikasi penyakit
dan mengembangkan surveilans kesehatan masyarakat.

Surveilans kesehatan masyarakat menurut definisi sekarang adalah


―pengumpulan, analisis dan interpretasi data (misalnya, tentang agen/ bahaya, faktor
risiko, paparan, peristiwa kesehatan) secara terus-menerus dan sistematis, yang
esensial untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan
masyarakat, diintegrasikan dengan diseminasi data dengan tepat waktu kepada
mereka yang bertanggungjawab dalam pencegahan dan pengendalian penyakit
(CDC, 2010).

2.3.3 Contoh

Penyakit malaria adalah Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang
artinya sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa.
Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria
karena udaranya yang busuk tersebut. Penyakit timbul sia-sia dikarenakan makhluk
hidup yang mengalami pembusukan sehingga meninggalkan pengotoran udara dan
lingkungan. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah
rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung
membawa miasma. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dianggap sebagai salah
satu cara untuk menghindar dari miasma. (Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., 2016)

Malaria juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Terutama pada
bayi, anak balita,dan juga ibu hamil. Dan pada saat yang berlangsungan orang yang
terkena malaria makan akan mengalami anemia dan produktivitas berkerjanya
menurun. Sampai saat ini penyakit malaria masih menjadi endemis sebagian wilayah
di Indonesia. (Cushion et al., 2018).

2.4 Teori Jasad Renik (Teori Germ)

2.4.1 Definisi

Teori ini menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh


mikroorganisme dalan tubuh. Abad ke 19 merupakan era dimana kejayaan teori kuma
dimana pada saat itu aneka penyakit yang mendomiinasi rakyat berabad-abad
lamanya diterangkan dan di peragakan oleh para ilmuan sebagai akibat dari miikroba.
Pengaruh teori kuman dan penemuan mikroskop sangat besar dalam perkembangan
epidemiologi penyakit infeksi. Berkat teori kuman etiologi berbagai penyakit infeksi
bisa diidentifikasi (masriadi, 2016).

Berkat teori kuman maka sekarang banyak penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan. Teori kuman memungkinkan penemuan obat obat antimikroba dan
antibiotika, vaksin, sterilisasi, pasteurisasidan program sanitasi publik. Pendekatan
mikroskopik mendorong di temukannya mikroskop electron yang berkekuatan tinggi
dalam melipat gandakan citra, sehingga dapat memungkinkan riset epidemiiologi
hingga level molekul sejak akhir abad ke 20. Penerapan teori kuman yang berlebihan
dapat menimbulkan dampak kontra produktif bagi kemajuan riset Epidemiologi.
Pengaruh teori kumat terlau kuat sehingga dapat mengakibatkan para peneliiti
terobsesi dengan keyakinan tersebut bahwa mikroorganisme merupakan etiologi
semua penyakit, padahal kemudian diketahui tidak demikian. Tahun 1950 an
meningkatnya insidensi penyakit non infeksi, munculnya teori (kausa), yang disebut
etiologi multifaktoriial atau kausasi multipell. Teori kausasi multipell tidak hanya
memandang kuman tetapi juga faktor herediter, kesehatan masyarakat, status nutrisi
atau status imunologi, status sosio-ekonomi, dan gaya hidup sebagai kausa penyakit
(Jusman, 2018).

2.4.2 Contoh Penyakit

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala


penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap (perlahan) yang
disebabkan oleh infeksi virus (HIV). HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit
infeksi peringkat atas yang dapat menyebabkan kematian (Anggina, 2019).

❖ Cara Penularan HIV/AIDS: Melalaui hubungan seks, Penggunaan jarum suntik secara
bergantian, Kehamilan, persalinan atau menyusui, Transfusi darah.

❖ Cara Pencegahan HIV/AIDS: Gunakan kondom setiap kali berhubungan


seks, Hindari perilaku seksual yang berisiko, Hindari penggunaan jarum bekas.
2.5 Teori segitiga (Triangle Theory)

2.5.1 Sejarah

Segitiga epidemiologi dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal sebagai


segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis
terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas host, agen,dan lingkungan.
Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit
menular dengan unsur unsur mikrobiologi yang infeksiius sebagai agen, selanjutnya
dapat juga digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular
dengan memperluas pengertian agen.
Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Agen penyakit (faktor etiologi)
a. Zat nutrisi: ekses (kolesterol) atau defisiensi (protein)
b. Agen kimiawi: zat toksik (CO) atau alergi (obat)
c. Agen fisik (radiasi, trauma)
d. Agen infeksius:
• parasit (skistosomiasis)
• protozoa (amuba)
• bakteri (tuberkulosis)
• jamur (kandidiasis)
• riketsia (tifus)
• virus (poliomielitis)
e. Agen psikis: trauma psikologis
b) Faktorpenjamu: mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons terhadap agen.
a. Genetik (buta warna)
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Rass
e. Status fisiologis (kehamilan)
c) Faktor lingkungan: mempengaruhi keberadaan agen, pajanan, atau kerentanan
terhadap agen.
1. Lingkungan fisik (iklim)
2. Lingkungan biologis:
• Populasi manusia (kepadatan penduduk)
• Flora (sumber makanan)
• Fauna (vektor artropoda)
3. Lingkungan sosial ekonomi:
• Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
• Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan, atmosfer,
crowding)
• Bencana dan musibah (banjir)

Gordon berpendapat bahwa :


1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (Penyeab) dan
manusia (Host).
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alamii dan karakteristik
agent dan host (baik individu atau kelompok).
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alamii dari lingkungan
(lingkungan fisiik, sosial, ekonomi, dan biologis).

Untuk memprediksi pola penyakit model ini menekankan adanya analisis dan
pemahaman masing masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan anatara ketiga komponen tersebut. Model inii sekarang lebiih
dikenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok unutk
menerangka penyebab penyakitt infeksi. Sebab peran agant mikroba mudah di isolasi
dengan jelas dari lingkungannya. Menurut model ini perubahan salah satu komponen
dapat mempengaruhi keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya
berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara tiga komponen
tersebut di gambarkan seperti tuas pada timangan. Host dan agen berada di ujung
masing-masing tuass, sedangkan environment sebagai penumpunya (masriadi, 2016).

2.5.2 Contoh penyakit


(Sars-cov-2) adalah virus yangmenyerang system pernapasanm. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus corona ini dapat menyebabkan gangguan pada
system pernapasan,dan juga dapat menyebabkan infeksi paru paru yang berat higga
menyebabkan kematian. Pada kasus Covid-19, agen infeksinya adalah sars-cov-2.
Penjamunya adalah manusia.Karakteristik agen sars cov-2 belum detail diketahui
khususnya terkait kemampuaan virus bermutasi, obat anti virus, dan vaksin.
Karakteristik penjamu (manusia) yang dapat mempengaruhi pajanan, kerentanan, dan
respons terhadap agenn (sars-cov-2). Karakteristik lingkungan (faktor ekstrinsik) yg
mempengaruhi keberadaan agen dan kerentanan terhadap agen (Handayani, 2020).

Berdasarkan epidemiologi triangle, solusi terbaik saat ini untuk mengendalikan kasus
covid-19 adalah dengan memodifikasi penjamu & lingkungan, dengan cara:

1.) Memodifikasi Penjamu:


• Meningkatkan daya tahan tubuh
• Menjaga Higeinitas
• Pola hidup bersih dan sehat
• Mengendalikan penyakit lain yang memperberat
• Olah raga teratur
2.) Memodifikasi Lingkungan:
• Memelihara sanitasi lingkungan
• Etika batuk bersin yang benar
• Meminimalisir kontak (menghindari kerumunan, memodifikasi mode interaksi
antar-orang, isolasi orang yang terinfeksi).
2.6 Web Of Causation
2.6.1 Definisi dan sejarah
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh
(1970) dalam (Irwan, 2017). Teori ini sering juga dikenal dengan konsep multi
factorial. Dan berkembang apda beberapa kelompok Pada teori ini menjelaskan
bahwasanya suatu penyakit merupakan hasil dari beberapa interaksi berbagai faktor.
Misalnya faktor interaksi lingkungan berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial
memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan pada setiap elemen yang terkait, baik dalam mengurangi atau
menambah risiko penyakit tersebut. Pada model ini juga dijelaskan bahwa suatu
penyakit tidak hanya terjadi karena satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai
akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat.Sehingga timbulnya penyakit dapat
dicegah atau dihentikan tidak hanya memotong satu rantai sebab namun lemotongan
beberapa rantai sebab akibatyang terkandung di dalamnya. Penerapan model ini
cocok untuk mencari penyakit penyakit yang disebabkan oleh faktor perilaku dan
gaya hidup individu (Irwan, 2017).

2.6.2 Contoh penerapan teori pada penyakit


Berikut merupakan penerapan Web Of Causation dalam melihat suatu
permasalahan kesehatan
1. Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK)
dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau
meningkatkan perkembangan penyakit. Beberapa faktor instrinsik
pada pejamu dan tetap (seperti LDL genotip), faktor lain lain yakni
komponen makanan, perokok, inaktifasi, kondisi fisik, dan manipulasi
gaya hidup seseorang.
2. Timbulnya penyakit kanker. Kita ketahui bersama bahwasanya
penyebab dari penyakit ini ialah adanya keabnormalan sel dalam
merespon apa yang diterima oleh tubuh. Faktor abnormal ini sendiri
terdiri atas banyak faktor pendukung dan penghambat baik dari
internal dan eksternal tubuh. Faktor internal adalah faktor faktor yang
mempengaruhi kanker yang berasal dari dalam tubuh seperti genetika
dan hormon sedangkan untuk faktor eksternal adalah faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kanker berasal dari luar tubuh individu,
seperti lifestyle dan lingkungan setiap individu
Faktor Internal Genetika

Kanker Perubahan Hormon

Faktor Eksternal Lingkungan

Kimia Biologi
Fisik

Lifestyle Bahan Kimia Bakteri dan Virus


Radiasi

Pola Kurangnya Kurangnya


Konsumsi Waktu Istirahat Aktivitas Fisik
2.7 Wheel of Causation

2.7.1 Definisi
Wheel of Causation adalah teori yang mrnggambarkan hubungan manusia dan
lingkungannya sebagai roda. Roda penyebab tersebut terbentuk atas beberapa
substansi genetik yang berperan sebagai inti, lingkungan biologis, sosial, fisik, yang
mengelilingi manusia nya. Ukuran komponen model roda ini bersifat relatif, yakni
tergantung pada setiapp problem dan spesifikasi penyakit yang
bersangkutan(Sumampouw, 2017).
Sama halnya dengan model lainnya, model roda memerlukan pola identifikasi
masalah dari berbagai faktor yang berperan dalam proses timbulnya suatu penyakit
tanpa harus memprioritaskan pentingnya faktor agen dalam suatu proses timbunya
suatu penyakit. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).
2.7.2 Contoh
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada
stress mental, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit
yang penularannya melalui vektor (vector bornedisease) dan besarnya peran genetika
dari faktor lainnya pada penyakit keturunan(Notoatmodjo, 2003). Contoh lain ialah
penyakit Herediter, proporsi inti genetic relatif lebih besar, sedang pada penyakit
campak status imunitas manusia dan lingkungan biologis lebih penting daripada
faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal
stress mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan lebih besar (Ismah,
2018).
Pemodelan diatas mrnunjukan bahwa pengetahuan terkait mekanisme
mekanisme terjadinya suatu penyakit tidaklah diperuntukkan sebagai usaha-usaha
pemberantasan yang efektif. Oleh karena itu kompleksitas interaksi interaksi ekologis
sering dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah beberapa aspek
tertentu dari interaksi manusia denhan longkungannya tanpa melalui intervensi secara
langsung pada lenyebab suatu penyakit.
TEORI

Perbedaan Epidemiologi The Web Of The Wheel


Contangion Hypocratic Miasmatic Germ
Triangle Causation Causation
Giralmo Francastor Hippocrates John Snow John Snow La Gordon dan Mac Mohan
Pencetus (1546) La Richt dan Pugh
(1950) (1970)
Terjadi akibat kontak Penyakit Diyakini berasal Beberapa Dalam Teori ini Teori yang
antara penderita dengan terjadi bukan dari sisa penyakit tertentu menentukan menekankan mrnggambarkan
yang belum terkena hanya akibat pembusukan disebabkan oleh terjadinya bahwa suatu hubungan
pengaruh makhluk hidup invasi penyakit penyakit manusia dan
lingkungan yang mengalami mikroorganisme terdapat terjadi dari lingkungannya
saja pembusukan/dari dalam tubuh, komponen hasil interaksi sebagai roda.
melainkan limbah yang sebagai berikut berbagai Roda tersebut
juga terdapat tergenang : faktor. terdiri atas
pada tubuh sehingga Misalnya manusia dengan
manusia mengotori udara -Agent faktor substansi genetic
Isi Teori yang beredar. -Host interaksi pada bagian
lingkungan intinya&
-Environment berupa faktor lingkungan
biologis, biologis, sosial,
kimiawi dan fisik,
sosial mengelilingi
memegang manusianya.
peranan
penting
dalam
terjadinya
penyakit
Contoh - Cacar Air
- Lepra/Kusta Epilepsi Malaria HIV/AIDS Covid-19 Kanker Stress mental
Penyakit
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemunculan dan penyebaran penyakit pada populasi manusia merupakan asal mula
perkembangan epidemiologi. Definisi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penduduk dikaitkan dengan masalah kesehatan maka epidemiologi berhubungan dengan
frekuensi dan distribusi serta determinan kejadian penyakit dan masalah kesehatan pada
kelompok orang atau populasi serta mengambil faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Dalam perkembangannya, ilmu epidemiologi memiliki banyak hambatan-hambatan karena
adanya perbedaan pendapat ahli bidang kedokteran dalam memakai metode epidemiologi
untuk memecahkan masalah kesehatan, ditambah lagi karena adanya pemahaman di
masayarakat karena pengaruh lingkungan sosial budaya, perbedaan paradigma dalam
menghadapi masalah kesehatan misalnya bertentangan dengan kepercayaan masyarakat dan
adat istiadat. Berikut teori-teori yang telah ditemukan oleh para ahli epidemiolog: Teori
Contangion yang dicetuskan oleh Giralmo Francastor (1546), Teori Hypocratic oleh
Hippocrates, Teori Miasmatic oleh John Snow, Teori Germ oleh john snow, Teori
Epidemiologi Triangle oleh La Gordon dan La Richt (1950), Teori Web Of Causation oleh
Mac Mohan dan Pugh (1970), dan The Wheel Of Causation. Masing – masing teori
memiliki ciri khas yang berbeda. Contoh penyakitnya pun juga berbeda tergantung dengan
penyebabnya. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan, agent dan
host merupakan variabel yang paling mempengaruhi timbulnya penyakit.
DAFTAR PUSATAKA

Anggina, Yani, et al. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penanggulangan HIV/AIDS Di


Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2018.” Jurnal
Kesehatan Andalas, vol. 8, no. 2, 2019, p. 385, doi:10.25077/jka.v8.i2.p385-393.2019.

Cushion, M. T. et al. (2018) ‘Gene expression of pneumocystis murina after treatment with
anidulafungin results in strong signals for sexual reproduction, cell wall integrity, and
cell cycle arrest, indicating a requirement for ascus formation for proliferation’,
Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 62(5). doi: 10.1128/AAC.02513-17.

Dr. Irwan SKM.M.Kes. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular.


https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1782/irwan-buku-epidemiologi-
penyakit-menular.html
Dr. h. masriadi, s.km., s.pd.i., S. kg. “Epidemiologi Penyakit Menular.” Pengaruh Kualitas
Pelayanan… Jurnal EMBA, vol. 109, no. 1, 2016.

Fahrina, S. dan S. F., & Rau, M. J. (2018). Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi
Syafira Fahrina Muh . Jusman Rau Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako A . Sejarah Perkembangan Ilmu
Epidemilogi. September.
Handayani, Rina Tri, et al. “Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, Dan Herd
Immunity.” Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, vol. 10, no. 3, 2020, pp. 373–80.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular (1st ed.). Irwan: CV. ABSOLUTE MEDIA
Krapyak Kulon RT 03 No. 100, Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta.
ISMAH, Z. (2018) ‘Dasar Epidemiologi’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–1699.

Lukas, A., Harsono, H. and Astuti, A. (2016) ‘Gangguan Kognitif Pada Epilepsi’, Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 1(2), p. 144. doi: 10.21460/bikdw.v1i2.10.

Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisi Efek
Contagius (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia ). Jurnal Sosial Humaniora
Terapan, Volume 2 N(2), 117–124.
Murti, B. (Institute of H. E. and P. S. (2007). Sejarah epidemiologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat FK UNS, 1–35.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Cetakan Ke). Jakarta: Rineka Cipta.
Sumampouw, O. J. (2017). Outline Buku Ajar (Manado). UNIVERSITAS SAM
RATULANGI MANADO.
Sukarna, Sanusi, W., & Hafilah, H. (2017). Analisis Autokorelasi Moran ’ s I , Geary ’ s C ,
Getis-Ord G , dan LISA serta Penerapannya pada Penderita Kusta di Kabupaten
Gowa. 2(2), 1–11. http://eprints.unm.ac.id/13321/
Suryanto (2017) ‘Опыт аудита обеспечения качества и безопасности медицинской
деятельности в медицинской организации по разделу «Эпидемиологическая
безопасностьNo Title’, Вестник Росздравнадзора, 4, pp. 9–15.

Wicaksono, D., Respatiwulan, & Susanti, Y. (2019). Model Discrete Time Markov Chain (
DTMC ) Susceptible Infected Recovered ( SIR ) Pada Pola Penyebaran Penyakit Cacar
Air. Prosiding, 1(1), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai