Anda di halaman 1dari 18

AIR TANAH SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH

MATA KULIAH
PENYEDIAAN AIR

Kelompok 5 :

Juliandrey Dewanto (P23133016029)

Nanda Annissa Devianti (P21345118057)

Nasya Fatharani (P21345118058)

Natasha Syafa Laura (P21345118059)

Ridho Rizky (P21345118065)

Salsabilah Ayu Aprilia (P21345118070)

Syahra Amara Rosulli (P21345118076)

PROGRAM STUDI

I DIII-B KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JL.HANG JEBAT III F3 NO.8 RT.4/RW.8


GUNUNG, KEBAYORAN BARU. KOTA JAKARTA SELATAN, DAERAH KHUSUS IBU KOTA
JAKARTA 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Air Tanah sebagai Sumber
Air Bersih” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang
diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu
kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun
makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran Penyediaan Air khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang lebih
baik di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.

                                                                                       Jakarta, September 2019

                                                                                              

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Air Tanah.................................................................................. 3


2.2 Kualitas Air Tanah.......................................................................................... 5
2.3 Akuifer (Lapisan Pembawa Air Tanah) ......................................................... 6
2.4 Porositas dan Permeabilitas Tanah …………………………………………………… 7
2.5 Menghitung Debit Air Tanah ………………………….. 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air tanah merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk
hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan air. Kondisi tempat bermukim berbedabeda, tidak semua daerah
memiliki sumber daya air yang cukup, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang
menglami kesulitan akan sumber daya air. Bahkan ada daerah tertentu yang awalnya
memiliki sumber daya air berlimpah menjadi daerah yang kekurangan air.
Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah
satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubng pori di
antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut akuifer.
Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber air
utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup orang banyak. Sumber air tanah
berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, danau, dan sebagainya)
kemudian meresap ke dalam tanah di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir
menuju ke daerah lepasan (discharge area). Aliran air tanah di dalam tanah dari daerah
imbuhan ke daerah lepasan cukup lambat, sampai ribuan tahun tergantung dari jarak
dan jenis batuan yang dilalui (Sedana, 2015).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja karakteristik air tanah ?

2. Bagaimana kualitas air tanah ?

3. Apakah itu akuifer (lapisan pembawa air tanah) ?

4. Apakah itu porositas dan permeabilitas tanah ?

5. Bagaimana cara menghitung debit air tanah ?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik air tanah
2. Untuk mengetahui kualitas air tanah
3. Untuk mengetahui akuifer (lapisan pembawa air tanah)
4. Untuk mengetahui porositas dan permeabilitas tanah
5. Untuk mengetahui cara menghitung debit air tanah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Air Tanah


Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama,
dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika mengalami pencemaran.
Terdapat beberapa jenis air tanah, sebagaimana menurut Sutrisno &
Suciastuti (2010), air tanah terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
Air tanah dangkal: Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah
akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan yang juga berfungsi sebagai saringan. Pengotoran air masih
terus berlangsung, terutama air permukaan yang dekat dengan muka tanah. Setelah
menemui lapisan kedap air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di
mana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air bersih melalui sumur-sumur
dangkal. Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman ±15 m. Sebagai sumber air
bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Dari segi kuantitas
kurang baik dan tergantung pada musim.
Air tanah dalam: Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.
Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini
harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sampai kedalaman 100-300
m. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, sumur ini
disebut sumur artesis.
Mata air: Air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Air ini keluar dari dalam tanah, maka
juga disebut sebagai air tanah. Air yang berasal dari lapisan tanah yang dangkal
dengan kedalaman dari permukaan tanah dari satu tempat ke tempat lain berbeda-
beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air
sumur dengan kondisi dangkal belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari
permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum
diminum. Sementara air yang berasal dari lapisan air kedua yang berada di dalam
tanah, dengan kedalaman kira-kira di atas 15 meter. Kondisi seperti biasanya
sebagian kualitas airnya sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung
tanpa melalui proses pengolahan (Sutrisno & Suciastuti, 2010)
2.2 Kualitas Air Tanah

Kualitas dari air tanah ditentukan oleh beberapa sifat utama antara lain sifat
fisik, sifat kimia, serta sifat biologi air tanah tersebut. Sifat fisik mencakup warna,
bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, dan suhu. Sifat kimia mencakup kandungan ion,
kegaraman, daya hantar listrik, dan keasaman. Sedangkan sifat biologi mencakup
kandungan mikroorganisme seperti (bakteri Colli, algae, protozoa).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah :
a. Material, tergantung macam tanah atau batuan
b. Macam pengaliran atau transportasi, seperti aliran laminer, turbulen,
konveksi, dll.
c. Proses perubahannya, dimana perubahan sesuai hukum fisika, kimia dan
biologi.
Sifat kimiawi sangat dipengaruhi oleh tipe atau macam batuan yang dilalui atau
yang mengandung air tanah tersebut. Misalnya :
• Batuan ubahan (metamorf), dan batuan beku:
a. Dolomit dan marmer, air tanah akan memiliki tingkat kesadahan tinggi.
b. Serpentinit, gabro, amphibolit, kadar Mg akan lebih besar dari kadar Ca.
c. Diorit, syenit, menyebabkan tingginya kadar silikat (25 – 55 bpj).
d. Kuarsit, marmer, batusabak, dan filit, kadar silikat < 30 bpj.
e. Granit, gneiss, sekis mika, riolit, kadar garam 70 bpj, kesadahan 23 bpj.
f. Gabro, andesit, diorit, kadar garam 233 bpj, kesadahan 145 bpj
• Batuan volkanik
a. Batuan intermediet, air kalsium – magnesium – bikarbonat.
b. Batuan asam, kadar natrium bikarbonat dan silika tinggi.
c. Kualitas air tanah dekat fumarol jelek karena kadar Na dan Ca tinggi, dan pH
rendah.

• Batuan sedimen
a. Semakin dalam batuan sedimen, semakin buruk kualitas (berhubungan
dengan keberadaan air fosil).
b. Serpih, kadar besi dan flourida cukup tinggi, pH rendah (5.5 – 7)
c. Batu gamping, kadar silika rendah, Ca dan Mg melimpah, pH >7
d. Batupasir, kualitas beragam, umumnya baik

Metode interpretasi data kualitas air tanah dapat menggunakan 4 macam


metode, antara lain :
a. Metode klasifikasi oleh Kurlov
Digunakan untuk menentukan kelas air tanah, ditentukan dengan
kandungan ion yang mempunyai jumlah ≥ 25%. Klasifikasi Kurlov terutama
sangat membantu dalam mengenal sifat-sifat utama komposisi kimia air.
b. Metode korelasi dengan diagram Stiff
Digunakan untuk mengetahui perkembangan kualitas air tanah (anion dan
kation). Sisten Stiff merupakan metode yang relatif mudah untuk menunjukkan
perbedaan dan kesamaan komposisi air terhadap perubahan kedalaman, dan
berguna terutama dalam penggambaran komposisi kimia pada penampang
tegak hidrogeologi, disamping untuk tujuan klasifikasi dan sebagai simbol
dalam peta.
c. Metode analisa
Menggunakan diagram trilinier piper, untuk studi genetik air tanah.
Merupakan metode terpenting untuk studi genetik airtanah yaitu dengan
pemplotan analisa kimia sebagai suatu titik, baik pemplotan secara trilinier
maupun rectangular, keduanya dapat dipergunakan.
d. Metode sintesa dan ilustrasi
Menggunakan diagram Collins. Diagram Collins ini terbagi menjadi dua kolom
vertikal, yang tingginya sesuai dengan kadar total kation pada kolom kiri, dan
kadar total anion pada kolom kanan.
2.3 Akuifer ( Lapisan Pembawa Air Tanah)
Secara epistemologi, akuifer merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
yang terdiri dari kata aqui atau aqua, yang bermakna air, dan kata ferre, yang berarti
membawa.
• Akuifer adalah lapisan tanah yang memiliki kandungan air yang mengalir melalui
ronga-rongan udara kedalam bawah tanah (Herlambang, 1996).
• Menurut ilmu tanah, akuifer adalah lapisan tanah pembawa air yang memiliki daya
ekonomis dalam mengalirkan atau merembaskan air ke dalam tanah.
• Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan
air. Melalui akuifer inilah air tanah dapat diambil. Penelitian aliran air di akuifer dan
karakterisasi akuifer disebut hidrogeologi. (Wikipedia)
Selain itu, berdasarkan sifat batuan terhadap air, akuifer adalah lapisan
batuan jernih air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air dalam kuantitas yang mencukupi dan ekonomis.

Sebagai contoh lapisan tanah sebagai pembawa air atau akuifer dapat terjadi
pada jenis lapisan tanah dan batuan sebagai berikut ini:
• Bahan-bahan yang belum terkonsolidasi dengan baik, seperti tanah pasir, tanah
aluvial, bekas sungai purba, dataran pantai
• Batuan endapan, tanah kapur, gamping, dan kerikil, yang secara strukturnya
memiliki rekahan atau pori.
Sehingga, akuifer dapat terjadi jika suatu media, baik tanah atau batuan
memiliki ronga atau pori atau ruang yang dapat mengalirkan jumlah air dalam
kuaantitas yang memadai dan berlangsung secara efisien.
A. Sistem Akuifer
Menurut Puradimaja (1993), dilihat dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer
memiliki lima tipologi sistem akuifer, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi. Sistem ini terjadi pada area gunung berapi
dimana lapisan pembawa air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan
piroklastik yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial. Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan
aluvial yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda dan
belum terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat mengalirkan
air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan tanah;
3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen. Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan
batuan sedimen yang memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di
atas permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
5. Sistem Akuifer Endapan Glasial
2.4 Porositas dan Permeabilitas Tanah

"Permeabilitas batuan didefinisikan sebagai kemampuan batuan dalam


melewatkan fluida dalam medium pori yang salimg berhubungan batuan"
"Sedangkan porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volome batuan
yang tidak terisi oleh padatan terhadap volume batuan secara keseluruhan."
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa porositas adalah kemampuan
untuk menyimpan, sedangkan permeabilitas atau kelulusan yaitu kemampuan untuk
melepaskan fluida tanpa merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan.

Coba perhatikan ilustrasi diatas ada 3 kondisi, yang pertama (1) paling kiri
tidak ada porositas, dan tidak mengalirkan fluida (nonpermeable/impermeable),
pada kondisi tengah (2) terdapat pori, tetapi porositasnya saling tidak terhubung dan
juga tidak mengalirkan fluida (nonpermeable/impermeable), yang terakhir paling
kanan (3) terdapat pori, porositasnya saling terhubung dan dapat mengalirkan air
(permeable). Tentu pada batuan tidak harus hanya masing masing kondisi diatas,
bisa saja dalam satu tubuh batuan terdapat kombinasi antara ketiganya.
Jadi porositas dan permeabilitas erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa
permeabilitas tidak mungkin ada tanpa adanya porositas, walaupun sebaliknya
belum tentu demikian. 
Penentuan porositas dapat langsung dilakukan dilapangan maupun di
laboratorium, sedangkan penentuan nilai permeabilitas hanya dapat dilakukan di
laboratorium. Kondisi ini menyebabkan perlunya diketahui hubungan antara
porositas dan permeabilitas melalui pengukuran di laboratorium sehingga dapat
diperkirakan nilai permeabilitas dari nilai porositas.

Porositas.
Porositas atau pori merupakan ruang di dalam batuan; yang dapat terisi oleh
fluida, seperti udara, air tawar/asin, minyak atau gas bumi. Porositas suatu batuan
sangat penting dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam bidang perminyakan
maupun dalam bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan variabel utama
untuk menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa
batuan.

Porositas secara sifat dapat dibagi menjadi dua yaitu porositas yang
terhubung dan porositas tidak terhubung, Porositas terhubung dapat diukur dengan
menggunakan gas atau cairan yang mengalir ke dalam bebatuan, namun tidak dapat
melalui porositas yang tidak terhubung.
Perbandingan antara volume total ruang pori (baik itu terhubung maupun
tidak) dan volume total batuan disebut porositas total atau absolut, sedangkan
perbandingan antara ruang pori yang saling berhubungan dan volume total batuan
disebut porositas efektif.
Porositas total atau absolut menurut Levorsen adalah:

Sedangkan porositas efektif didefinisikan sebagai;

Porositas beberapa reservoar menurut Koesoemadinata (1978) dikelompokkan


menjadi:

Beberapa faktor yang mempengaruhi porositas antara lain adalah;


 Ukiran butir atau grain size, semakin kecil ukuran butir maka rongga yang
terbentuk akan semakin kecil pula dan sebaliknya jika ukuran butir besar
maka rongga yang terbentuk juga semakin besar.
 Bentuk butir atau sphericity, batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki
porositas yang besar, sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memiliki
porositas yang kecil.
 Susunan butir, Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama
dengan bentuk kubus dan mempunyai porositas yang lebih besar
dibandingkan dengan bentuk rhombohedral.
 Pemilahan, Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga
porositasnya akan baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran
yang berukuran kecil akan menempati rongga diantara butiran yang lebih
besar akibatnya porositasnya rendah.
 Komposisi mineral, Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral
yang mudah larut seperti golongan karbonat maka porositasnya akan baik
karena rongga-rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut.
 Sementasi, Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga porositas.
Material yang dapat berwujud semen adalah silika, oksida besi dan mineral
lempung.
 Kompaksi, Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga
porositas. Apabila batuan terkubur semakin dalam maka porositasnya akan
semakin kecil yang diakibatkan karena adanya penambahan beban.
Jika ada teman teman yang ingin mengetahui bagaimana proses perhitungan nilai
porositas batuan dapat langsung dibaca pada paper ini

Permeabilitas

Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk


meloloskan/melewatkan fluida.  Apabila media berporinya tidak saling berhubungan
maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada
hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif. Sekitar tahun 1856,
Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati
suatu lapisan batu pasir.

Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :


Dimana;
K      : Permeabilitas (darcy)
Vis   : Viskositas (centi poise)
L      : Panjang (cm)
Q      : Laju Alir (cc/sec)
A      : Luas Penamapang (Cm^2)
P       : Tekanan (atm)
Permeabilitas beberapa reservoar menurut Koesoemadinata dikelompokkan sebagai
berikut:

Didalam batuan reservoir fluida yang mengalir biasanya lebih dari satu
macam, sehingga permeabilitas dapat dibagi menjadi :
 Permeablitas Absolute, merupakan harga Permeabilitas suatu batuan apabila
fluida yang mengalir melalui pori-pori batuan hanya terdiri dari satu fasa.
contoh. yang mengalir hanya gas, atau minyak.
 Permeabilitas Efektif , merupakan permeabilitas bila fluida yang mengalir
lebih dari sati macam. contoh yang mengalir pada batuan reservoir yaitu
minyak, gas dan air.
 Permeabilitas Relatif , merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolute.
Faktor yang ikut mempengaruhi permeabilitas adalah :
 Bentuk dan Ukuran batu : Jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih
dan seragam dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas
horizontal (kh) akan lebih besar. Sedangkan permeabilitas vertical (kv)
sedang-tinggi. Jika batuan disusun berbutir dominan kasar, membulat dan
seragam, maka permeabilitas akan lebih besar dari kedua dimensinya.
Permeabilitas buat reservoir secara umum lebih rendah, khususnya pada
dimensi vertikalnya, jika butiranya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur.
Sebagian besar reservoir minyak berbentuk seperti ini.
 Sementasi : permeabilitas dan porositas batuan sedimen sangat dipengaruhi
sementasi dan keberadaan semen pada pori batuan
 Retakan dan Pelarutan : pada batuan pasir, retakan tidak dapat
menyebabkan permeabilitas sekunder, kecuali pada batuan pasir yang
interbedded dengan shale, limstone dan dolomite. Pada batua karbonat,
proses pelarut oleh larutan asam yang berasal dari perokolasi air permukaan
akan melalu pori – pori primet batuan, bidang celah dan rekahan akan
menambah permeabilitas reservoir.
2.5 Menghitung Debit Air Tanah
Merupakan salah satu zat cair yang memiliki peran sangat penting bagi manusia,
dimanapun keberadaan air pasti selalu ada kehidupan, namun disini saya tidak akan
membahas manfaat air melainkan akan memberikan informasi tentang bagaimana cara
menghitung debit, waktu aliran dan volume aliran air tersebut.
Rumus Menghitung Debit :

Rumus Menghitung Waktu Aliran :

Rumus Menghitung Volume Aliran:

Contoh Soal 1
Soal : Volume air yang keluar dari sebuah pipa dalam satu menit adalah 12 liter.
Berapa liter per detik debit air yang keluar dari pipa tersebut?
Jawab :
Volume aliran = 12 liter
Waktu alir = 1 menit = 60 detik
Debit = volume aliran/waktu aliran = 12/60 = 0,2
Jadi debit air keluar pipa adalah 0,2 liter/detik
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Air di bumi ini harus kita jaga dan kita gunakan sebagaimana mestinya agar
kebutuhan manusia akan air yang banyak dapat tercukupi. Kita pun harus
memperlakukan air dengan baik, karena air cerminan dari kepribadian kita. Jika kita
berlaku baik terhadap air, maka air yang kita konsumsi pun akan menyehatkan.

Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air yang bermacam-macam jenisnya,


salah satunya ialah air tanah. Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam
lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh
alam. Pembahasan air tanah dalam makalah ini meliputi konsep energi air tanah,
hubungan air tanah dengan tanaman, konservasi air tanah dan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
 https://id.wikipedia.org/wiki/Akuifer
 https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/akuifer
 http://www.galuhpratiwi.my.id/2015/01/kualitas-air-tanah.html
 http://eprints.uny.ac.id/29180/2/09%20BAB%20I.pdf
 http://tambangunp.blogspot.com/2018/07/apa-beda-porositas-dan-
permeabilitas.html
 Levorsen, A.I. 1954. Geology Of Petroleum. San Fransisco. W.H. Freeman &
Company.
 Koesoemadinata, R.P. 1978. Geologi Minyak Bumi. Bandung. Penerbit ITB.
 http://teknik-perminyakan-indonesia.blogspot.com/2015/07/pengukuran-
permeabilitas.html
 https://core.ac.uk/download/pdf/11703377.pdf
 http://ceritageologist.blogspot.com/2012/04/porositas-dan-permeabilitas.html
 http://www.civilengineeringforum.me/permeability-of-concrete/

Anda mungkin juga menyukai