MATA KULIAH
PENYEDIAAN AIR
Kelompok 5 :
PROGRAM STUDI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Air Tanah sebagai Sumber
Air Bersih” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang
diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu
kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun
makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran Penyediaan Air khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas dari air tanah ditentukan oleh beberapa sifat utama antara lain sifat
fisik, sifat kimia, serta sifat biologi air tanah tersebut. Sifat fisik mencakup warna,
bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, dan suhu. Sifat kimia mencakup kandungan ion,
kegaraman, daya hantar listrik, dan keasaman. Sedangkan sifat biologi mencakup
kandungan mikroorganisme seperti (bakteri Colli, algae, protozoa).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah :
a. Material, tergantung macam tanah atau batuan
b. Macam pengaliran atau transportasi, seperti aliran laminer, turbulen,
konveksi, dll.
c. Proses perubahannya, dimana perubahan sesuai hukum fisika, kimia dan
biologi.
Sifat kimiawi sangat dipengaruhi oleh tipe atau macam batuan yang dilalui atau
yang mengandung air tanah tersebut. Misalnya :
• Batuan ubahan (metamorf), dan batuan beku:
a. Dolomit dan marmer, air tanah akan memiliki tingkat kesadahan tinggi.
b. Serpentinit, gabro, amphibolit, kadar Mg akan lebih besar dari kadar Ca.
c. Diorit, syenit, menyebabkan tingginya kadar silikat (25 – 55 bpj).
d. Kuarsit, marmer, batusabak, dan filit, kadar silikat < 30 bpj.
e. Granit, gneiss, sekis mika, riolit, kadar garam 70 bpj, kesadahan 23 bpj.
f. Gabro, andesit, diorit, kadar garam 233 bpj, kesadahan 145 bpj
• Batuan volkanik
a. Batuan intermediet, air kalsium – magnesium – bikarbonat.
b. Batuan asam, kadar natrium bikarbonat dan silika tinggi.
c. Kualitas air tanah dekat fumarol jelek karena kadar Na dan Ca tinggi, dan pH
rendah.
• Batuan sedimen
a. Semakin dalam batuan sedimen, semakin buruk kualitas (berhubungan
dengan keberadaan air fosil).
b. Serpih, kadar besi dan flourida cukup tinggi, pH rendah (5.5 – 7)
c. Batu gamping, kadar silika rendah, Ca dan Mg melimpah, pH >7
d. Batupasir, kualitas beragam, umumnya baik
Sebagai contoh lapisan tanah sebagai pembawa air atau akuifer dapat terjadi
pada jenis lapisan tanah dan batuan sebagai berikut ini:
• Bahan-bahan yang belum terkonsolidasi dengan baik, seperti tanah pasir, tanah
aluvial, bekas sungai purba, dataran pantai
• Batuan endapan, tanah kapur, gamping, dan kerikil, yang secara strukturnya
memiliki rekahan atau pori.
Sehingga, akuifer dapat terjadi jika suatu media, baik tanah atau batuan
memiliki ronga atau pori atau ruang yang dapat mengalirkan jumlah air dalam
kuaantitas yang memadai dan berlangsung secara efisien.
A. Sistem Akuifer
Menurut Puradimaja (1993), dilihat dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer
memiliki lima tipologi sistem akuifer, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi. Sistem ini terjadi pada area gunung berapi
dimana lapisan pembawa air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan
piroklastik yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial. Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan
aluvial yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda dan
belum terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat mengalirkan
air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan tanah;
3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen. Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan
batuan sedimen yang memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di
atas permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
5. Sistem Akuifer Endapan Glasial
2.4 Porositas dan Permeabilitas Tanah
Coba perhatikan ilustrasi diatas ada 3 kondisi, yang pertama (1) paling kiri
tidak ada porositas, dan tidak mengalirkan fluida (nonpermeable/impermeable),
pada kondisi tengah (2) terdapat pori, tetapi porositasnya saling tidak terhubung dan
juga tidak mengalirkan fluida (nonpermeable/impermeable), yang terakhir paling
kanan (3) terdapat pori, porositasnya saling terhubung dan dapat mengalirkan air
(permeable). Tentu pada batuan tidak harus hanya masing masing kondisi diatas,
bisa saja dalam satu tubuh batuan terdapat kombinasi antara ketiganya.
Jadi porositas dan permeabilitas erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa
permeabilitas tidak mungkin ada tanpa adanya porositas, walaupun sebaliknya
belum tentu demikian.
Penentuan porositas dapat langsung dilakukan dilapangan maupun di
laboratorium, sedangkan penentuan nilai permeabilitas hanya dapat dilakukan di
laboratorium. Kondisi ini menyebabkan perlunya diketahui hubungan antara
porositas dan permeabilitas melalui pengukuran di laboratorium sehingga dapat
diperkirakan nilai permeabilitas dari nilai porositas.
Porositas.
Porositas atau pori merupakan ruang di dalam batuan; yang dapat terisi oleh
fluida, seperti udara, air tawar/asin, minyak atau gas bumi. Porositas suatu batuan
sangat penting dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam bidang perminyakan
maupun dalam bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan variabel utama
untuk menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa
batuan.
Porositas secara sifat dapat dibagi menjadi dua yaitu porositas yang
terhubung dan porositas tidak terhubung, Porositas terhubung dapat diukur dengan
menggunakan gas atau cairan yang mengalir ke dalam bebatuan, namun tidak dapat
melalui porositas yang tidak terhubung.
Perbandingan antara volume total ruang pori (baik itu terhubung maupun
tidak) dan volume total batuan disebut porositas total atau absolut, sedangkan
perbandingan antara ruang pori yang saling berhubungan dan volume total batuan
disebut porositas efektif.
Porositas total atau absolut menurut Levorsen adalah:
Permeabilitas
Didalam batuan reservoir fluida yang mengalir biasanya lebih dari satu
macam, sehingga permeabilitas dapat dibagi menjadi :
Permeablitas Absolute, merupakan harga Permeabilitas suatu batuan apabila
fluida yang mengalir melalui pori-pori batuan hanya terdiri dari satu fasa.
contoh. yang mengalir hanya gas, atau minyak.
Permeabilitas Efektif , merupakan permeabilitas bila fluida yang mengalir
lebih dari sati macam. contoh yang mengalir pada batuan reservoir yaitu
minyak, gas dan air.
Permeabilitas Relatif , merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolute.
Faktor yang ikut mempengaruhi permeabilitas adalah :
Bentuk dan Ukuran batu : Jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih
dan seragam dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas
horizontal (kh) akan lebih besar. Sedangkan permeabilitas vertical (kv)
sedang-tinggi. Jika batuan disusun berbutir dominan kasar, membulat dan
seragam, maka permeabilitas akan lebih besar dari kedua dimensinya.
Permeabilitas buat reservoir secara umum lebih rendah, khususnya pada
dimensi vertikalnya, jika butiranya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur.
Sebagian besar reservoir minyak berbentuk seperti ini.
Sementasi : permeabilitas dan porositas batuan sedimen sangat dipengaruhi
sementasi dan keberadaan semen pada pori batuan
Retakan dan Pelarutan : pada batuan pasir, retakan tidak dapat
menyebabkan permeabilitas sekunder, kecuali pada batuan pasir yang
interbedded dengan shale, limstone dan dolomite. Pada batua karbonat,
proses pelarut oleh larutan asam yang berasal dari perokolasi air permukaan
akan melalu pori – pori primet batuan, bidang celah dan rekahan akan
menambah permeabilitas reservoir.
2.5 Menghitung Debit Air Tanah
Merupakan salah satu zat cair yang memiliki peran sangat penting bagi manusia,
dimanapun keberadaan air pasti selalu ada kehidupan, namun disini saya tidak akan
membahas manfaat air melainkan akan memberikan informasi tentang bagaimana cara
menghitung debit, waktu aliran dan volume aliran air tersebut.
Rumus Menghitung Debit :
Contoh Soal 1
Soal : Volume air yang keluar dari sebuah pipa dalam satu menit adalah 12 liter.
Berapa liter per detik debit air yang keluar dari pipa tersebut?
Jawab :
Volume aliran = 12 liter
Waktu alir = 1 menit = 60 detik
Debit = volume aliran/waktu aliran = 12/60 = 0,2
Jadi debit air keluar pipa adalah 0,2 liter/detik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air di bumi ini harus kita jaga dan kita gunakan sebagaimana mestinya agar
kebutuhan manusia akan air yang banyak dapat tercukupi. Kita pun harus
memperlakukan air dengan baik, karena air cerminan dari kepribadian kita. Jika kita
berlaku baik terhadap air, maka air yang kita konsumsi pun akan menyehatkan.