Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

WABAH PANDEMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disaster Nursing

Disusun oleh

Albi Pangestu NIM. 4002180141

Ashifa Riska Amalia NIM. 4002180144

Budi Bakti Wijaya NIM. 4002180169

Dodik Harizky Emzah NIM. 4002180165

Nenden Nurbani NIM. 4002180160

Risma Agustin NIM.4002180061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa
karena berkat kemurahan-Nya makalah Wabah Pandemi ini dapat diselesaikan sesuai
dengan harapan.
Kami menyadari, bahawa proses penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
makalah ini dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki tahun 2020, dunia menghadapi kejadian luar biasa dimana
suatu wabah penyakit yang kemudian dengan cepat menyebar ke berbagai
negara di seluruh dunia yang diberi nama COVID-19 (Coronavirus Disease
2019). Termasuk di Indonesia saat ini sedang menghadapi permasalahan
wabah penyakit tersebut, karena mengakibatkan dampak yang lebih besar
menyangkut semua aspek kehidupan di masyarakat seperti sosial dan
ekonomi.
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk
menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam
epidemiologi (id.wikipedia.org/wiki/Wabah). Sebuah wabah adalah
peningkatan jumlah kasus yang jelas terlihat, meski kecil, jika dibandingkan
dengan jumlah “normal” yang diantisipasi. Apabila tiba-tiba jumlah anak kecil
yang terkena diare meningkat di sebuah tempat penitipan anak. Satu atau dua
anak sakit mungkin saja normal di hari-hari biasa, tapi jika 15 anak sekaligus
menderita diare, ini berarti wabah.
Wabah adalah adalah munculnya penyakit di masyarakat. Berbeda
dengan penularan masif, wabah dikategorikan dengan jumlah orang yang
terjangkit jauh lebih banyak. Penyakit yang menyerang juga terjadi di musim-
musim tertentu. Kriteria wabah sendiri adalah penyakit baru yang tak
diketahui atau penyakit yang baru muncul di daerah tersebut. Penyakit yang
sudah lama tak menjangkiti masyarakat di sana juga bisa disebut wabah
(labkes.jogjaprov.go.id/berita/5, 2020).
Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemik
yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya
merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama
dengan domestikasi hewan seperti influensa dan tuberkulosa. Sebagai contoh
The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah
terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di
Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348
(mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea),
dan menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu
seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di
daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti. Kemudian kolera, pandemik
pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak
benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820.
Penyebarannya sampai ke Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
Saat ini begitu otoritas kesehatan setempat mendeteksi adanya wabah,
mereka langsung meluncurkan investigasi guna menentukan secara tepat siapa
saja yang terdampak dan berapa banyak orang yang terkena penyakit.
Informasi itu kemudian digunakan untuk mencari tahu cara terbaik mengurung
wabah dan mencegah bertambahnya penderita baru.
Epidemi adalah wabah yang menyebar di area geografis yang lebih luas
yaitu ke beberapa negara atau wilayah di dunia. Ketika orang-orang di luar
Wuhan mulai terdeteksi mengidap SARS-CoV-2 (yang menyebabkan
penyakit bernama COVID-19), para ahli epidemiologi pun tahu bahwa wabah
ini telah menyebar luas, yang menandakan bahwa upaya pengurungan tidaklah
cukup atau sudah terlambat.
WHO mendefinisikan pandemik sebagai penyebaran penyakit baru ke
seluruh dunia. Tercatat ada beberapa penyakit pandemik yang paling
mematikan sepanjang sejarah, salah satunya cacar, campak, tipus, flu spanyol,
black death, HIV/AIDS. Pandemik adalah tingkat tertinggi untuk darurat
kesehatan global dan menunjukkan bahwa wabah yang meluas ini
mempengaruhi banyak wilayah di dunia. Walaupun begitu, statemen-statemen
dari WHO tetap berharap agar pandemik ini bisa dikendalikan dan
kerusakannya bisa di minimalisir dengan mengambil tindakan-tindakan yang
cepat dan agresif. WHO dalam sejarahnya hanya pernah mengumumkan dua
pandemik, pertama untuk influenza pada tahun 1918 dan Influenza H1N1 di
tahun 2009.
"Epidemi itu terjadi di satu lingkungan terbatas atau negara saja.
Pandemik seluruh dunia atau beberapa benua," kata Amin Soebandrio profesor
spesialis mikrobiologi klinik, guru besar FKUI sekaligus kepala lembaga
biologi molekuler Eijkman kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/1).
Adapun cara untuk memutus rantai penyebaran virus ini adalah dengan
pembatasan jarak antar manusia. Penerapan kebijakan menjaga jarak ini
seperti karantina wilayah maupun pembatasan sosial, telah menyebabkan
dampak ekonomi yang signifikan terhadap berbagai industri terutama
manufaktur, pariwisata, perhotelan, dan transportasi. Selain itu, trauma dan
kehilangan orang-orang yang disayangi, ketidakpastian kapan pandemik akan
berakhir menyebabkan ketakutan, kepanikan, yang mempengaruhi kesehatan
mental manusia.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan wabah pandemi?
2. Apa saja penyakit yang pernah menjadi wabah pandemi?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab wabah pandemi?
4. Bagaimana tahapan-tahapan wabah pandemi?
5. Bagaimana diagnosis klinis wabah pandemi?
6. Bagaimana Penanggulangan wabah pandemi?
7. Bagaimana hasil analisis jurnal mengenai wabah pandemi?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui
tentang :
1. Mengetahui definisi dari wabah pandemi.
2. mengetahui penyakit yang pernah menjadi wabah pandemi.
3. Mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab wabah pandemi.
4. Mengetahui tahapan-tahapan wabah pandemi.
5. Mengetahui diagnosis klinis wabah pandemi.
6. Mengetahui Penanggulangan wabah pandemi.
7. Mengetahui hasil analisis jurnal mengenai wabah pandemi.

D. Manfaat
1. Secara umum
Dapat memberikan pengetahuan secara luas tentang wabah.
2. Secara khusus
Sebagai mahasiswa dituntut untuk memahami tentang suatu wabah
sehingga menjadi epidemi maupun pandemik dan penyelesaian untuk
masalah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian
tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun
untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari
dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa
Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus
baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu
tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah
wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus
baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu
disebut incidence rate (bahasa Inggris; "laju timbulnya penyakit").
Peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan
sama dengan epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi ... keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka" (UU 4/1984). Suatu wabah dapat terbatas pada
lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit), lingkup
yang lebih luas ("epidemi") atau bahkan lingkup global (pandemi).
Contoh wabah yang cukup dikenal termasuk wabah pes yang terjadi
di Eropa pada zaman pertengahan yang dikenal sebagai the Black
Death ("kematian hitam"), pandemi influensa besar yang terjadi pada
akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang oleh sekalangan
pihak juga dianggap sebagai pandemi. Suatu pandemi (dari bahasa
Yunani pan semua + demos rakyat) atau epidemi global atau wabah global
merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah
geografi yang luas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan
terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
1. timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
2. agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit
serius,
3. agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya
karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang
dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak
digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan. Dalam sejarah manusia,
telah terjadi banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan.
Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan penyakit yang
ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama dengan domestikasi hewan
—seperti influensa dan tuberkulosa.

B. Wabah Pandemi yang Pernah Terjadi


Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat
dalam sejarah:
1. Pes
a. Plague of Justinian ("wabah Justinian"), dimulai tahun 541,
merupakan wabah pes bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah.
Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai Konstantinopel pada
musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius
dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap
hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota tersebut. Wabah
tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat
populasi manusia di Mediterania timur.
b. The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah
terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai
berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa
barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang
mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan dua puluh juta
orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh
populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan
yang paling parah dijangkiti.

2. Kolera
a. pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada
daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar
India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat
Tiongkok dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
b. Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun
1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan
pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.
c. Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan
korban lebih dari sejuta jiwa.
d. Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa
dan Afrika.
e. Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena
kemajuan kesehatan masyarakat, tetapi Rusia kembali terserang secara
parah.

f. Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut


"kolera El Tor" (atau "Eltor") sesuai dengan nama galur bakteri
penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada
tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.

3. Influensa
a. "Flu Asiatik", 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei
1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak
sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat
menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan
Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India
pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890.
Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan
mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
b. "Flu Spanyol", 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret
1918 di basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan
Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua
benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada
bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini),
berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir
dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas;
diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia
sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di
India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus
penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for
Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang
terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut
diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
c. "Flu Asia", 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di
Tiongkok pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh
dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu
burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan
korban sebanyak satu sampai empat juta orang.
d. "Flu Hong Kong", 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan
wabah ini dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968.
Perkiraan jumlah kor..ban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di
seluruh dunia.

C. Faktor penyebab pandemi


Penyebab pandemi ada beberapa faktor. Misalnya strain baru atau subtipe
virus yang pertama kali muncul pada hewan lalu menjangkau manusia dan
mudah menular antarmanusia. Di kasus lain, pandemi disebabkan agen
penyebab penyakit yang bermutasi dan daya penularannya meningkat.
Menurut WHO, pandemi mulai terjadi ketika memenuhi tiga kondisi, yaitu:
1. munculnya penyakit baru pada populasi.
2. agen menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit serius.
3. agen menyebar dengan muda dan berkelanjutan di antara manusia.

D. Tahapan Pandemi
WHO mendefinisikan tahapan pandemi ke dalam tiga periode yaitu
interpandemic period, pandemic alert period dan pandemic period. Berikut ini
penjelasannya:
1. Interpandemic period
a. Fase 1: tidak ada subtipe virus influenza baru yang terdetesi pada
manusia.
b. Fase 2: tidak ada subtipe virus influenza baru yang terdeteksi pada
manusia, tetapi ada penyakit hewan yang mengancam manusia.
2. Pandemic alert period
a. Fase 3: infeksi manusia dengan subtipe baru tetapi tidak menyebar dari
manusia ke manusia.
b. Fase 4: kelompok kecil dengan transmisi manusia ke manusia yang
terbatas.
c. Fase 5: klaster yang lebih besar tetapi penyebaran antar manusia masih
terlokalisir.

Penentuan suatu kejadian sebagai epidemi dapatlah bersifat subjektif,


sebagian bergantung pada hal-hal apa yang termasuk dalam "ekspektasi".
Karena didasarkan pada "ekspektasi" atau yang dianggap normal, beberapa
kasus timbulnya penyakit-yang-sangat-jarang seperti rabies dapat
digolongkan sebagai "epidemi", sementara banyak kasus timbulnya penyakit-
yang-umum (seperti pilek) tidak digolongkan sebagai epidemi.
E. Diagnosis Klinis Wabah Pandemi
Penentuan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah dilakukan atas
dasar hasil pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lain sesuai dengan jenis penyakitnya.
1. Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh seorang dokter.
b. Pemeriksaan klinis dilaksanakan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
c. Anamnesis dilakukan dengan penderita, keluarganya, atau orang lain
untuk memperoleh keterangan tentang riwayat penyakit, umur, tempat
tinggal dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang penentuan
penyakit.
d. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran penderita,
suhu badan, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, antropometri
dan pemeriksaan bagian tubuh lain yang diperlukan untuk penentuan
penyakit.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan seksama dan menghindari risiko
e. penularan penyakit terhadap pemeriksa maupun terhadap orang lain.
f. Pemeriksaan klinis dilakukan di rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk penentuan penyakit dilakukan sesuai
dengan baku emas untuk setiap jenis penyakit. Pengambilan dan
pengiriman spesimen yang akan dilakukan pemeriksaan laboratorium
mengikuti ketentuan sebagai berikut;
a. Pengambilan spesimen
1) Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas yang terlatih dan
diberi wewenang dengan surat tugas dari pejabat yang berwenang.
2) Jumlah orang, jenis dan volume spesimen diambil sesuai dengan
kebutuhan penyelidikan epidemiologi.
3) Pengambilan spesimen yang mengandung risiko besar bagi
penderita, dilakukan oleh petugas yang berwenang di rumah sakit.
4) Pengambilan spesimen dari hewan dilakukan oleh petugas dinas
peternakan atau petugas lain yang terlatih.
5) Pengambilan spesimen dilakukan dengan saksama dan
menghindari risiko penularan penyakit terhadap petugas, orang lain
dan tercemarnya lingkungan.
6) Pengambilan spesimen manusia dilakukan di laboratorium rumah
sakit, puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan lain atau di tempat
lain yang layak untuk pengambilan spesimen.
b. Pengiriman spesimen
1) Pengiriman spesimen ke laboratorium merupakan tanggung jawab
kepala instansi yang memerintahkan pengiriman spesimen.
2) Pengiriman spesimen ke laboratorium dilakukan secepatnya dan
dengan cara yang seksama untuk menghindari terjadinya
penyebaran penyakit dan kerusakan spesimen tersebut.
3) Petugas yang membawa atau mengirim spesimen ke laboratorium
bertanggung jawab atas pengamanan terhadap kemungkinan
tercemarnya lingkungan yang dapat menyebabkan penyebaran
penyakit dari spesimen yang dikirim.
4) Spesimen dikirim kepada laboratorium yang ditunjuk. Pemeriksaan
spesimen dilakukan oleh tenaga yang terlatih untuk pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium
atau di lapangan.
5) Pemeriksaan spesimen yang mengandung risiko penularan
penyakit harus dilakukan di laboratorium.
6) Pemeriksaan spesimen dilakukan dengan tepat, cepat dan teliti
serta dengan menghindarkan kemungkinan terjadinya penularan
penyakit.
7) Petugas yang memeriksa spesimen bertanggung jawab atas
pengamanan terhadap tercemarnya lingkungan untuk mencegah
penyebaran penyakit yang berasal dari spesimen yang diperiksa
maupun alat yang dipergunakan.
8) Petugas yang memeriksa spesimen dan kepala laboratorium yang
bersangkutan bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan spesimen
dan kerahasiaannya.
9) Laporan hasil pemeriksaan spesimen disampaikan secepatnya
kepada pengirim spesimen.
c. Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Jenis pemeriksaan penunjang lainnya untuk penentuan
penyakitdilakukan sesuai dengan baku emas untuk setiap jenis
penyakit.
2) Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menghindari penularan
dan pencemaran terhadap orang dan lingkungan.

F. Penanggulangn Wabah Pandemi


Penanggulangan KLB/wabah meliputi penyelidikan epidemiologi dan
surveilans; penatalaksanaan penderita; pencegahan dan
pengebalan;pemusnahan penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat
wabah; penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya.
1. Penyelidikan epidemiologi dan surveilans.
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Tujuan
dilaksanakan penyelidikan epidemiologi setidaknya-tidaknya untuk :
a. Mengetahui gambaran epidemiologi wabah;
b. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit wabah;
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
wabah termasuk sumber dan cara penularan penyakitnya; dan
d. Menentukan cara penanggulangan wabah.

Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara


penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan
wabah, termasuk tata cara bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar
terhindar dari penularan penyakit wabah. Surveilans di daerah wabah dan
daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah dilaksanakan lebih intensif
untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut waktu dan tempat dan
dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang
dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos


kesehatan dan unit-unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan
pemetaan dan melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke
waktu dan analisis data menurut tempat, RT, RW, desa dan kelompok-
kelompok masyarakat tertentu lainnya.
b. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa,
kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan
hasil upaya penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan.
c. Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan
wabah.

Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur


disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas
kesehatan provinsi dan Menteri up. Direktur Jenderal sebagai laporan
perkembangan penanggulangan wabah.

2. Penatalaksanaan penderita (pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi


penderita, dan tindakan karantina).
Penatalaksanaan penderita meliputi penemuan penderita,
pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan serta upaya pencegahan
penularan penyakit. Upaya pencegahan penularan penyakit dilakukan
dengan pengobatan dini, tindakan isolasi, evakuasi dan karantina sesuai
dengan jenis penyakitnya. Penatalaksanaan penderita dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat lain yang sesuai untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan penyakit enular tertentu.
Penatalaksanaan penderita dilaksanakan di fasilitas elayanan
kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, pos pelayanan kesehatan atau
tempat lain yang sesuai untuk penatalaksanaan penderita. Secara umum,
penatalaksanaan penderita setidak-tidaknya meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan
tempat tinggal penduduk di daerah wabah, sehingga penderita dapat
berobat setiap saat.
b. Melengkapi sarana kesehatan tersebut dengan tenaga dan peralatan
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, pengambilan spesimen
dan sarana pencatatan penderita berobat serta rujukan penderita.
c. Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan agar
tidak terjadi penularan penyakit, baik penularan langsung maupun
penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung dapat terjadi
karena adanya pencemaran lingkungan oleh bibit/kuman penyakit atau
penularan melalui hewan penular penyakit.
d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan
berperan aktif dalam penemuan dan penatalaksanaan penderita di
masyarakat.
e. Menggalang kerja sama pimpinan daerah dan tokoh masyarakat serta
lembaga swadaya masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan kepada
masyarakat.Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi,
evakuasi dan karantina.
f. Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara memisahkan
seorang penderita agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit
selama penderita atau tersangka penderita tersebut dapat menyebarkan
penyakit kepada orang lain. Isolasi dilaksanakan di rumah sakit,
puskesmas, rumah atau tempat lain yang sesuai dengan kebutuhan.
g. Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari
suatu lokasi di daerah wabah agar terhindar dari penularan penyakit.
Evakuasi ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim
penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.
h. Tindakan karantina dengan melarang keluar atau masuk orang dari dan
ke daerah rawan wabah untuk menghindari terjadinya penyebaran
penyakit. Karantina ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim
penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.
3. Pencegahan dan pengebalan
Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap orang,
masyarakat dan lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit
wabah agar jangan sampai terjangkit penyakit. Orang, masyarakat, dan
lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah ditentukan
berdasarkan penyelidikan epidemiologi. Tindakan pencegahan dan
pengebalan dilaksanakan sesuai dengan jenis penyakit wabah serta hasil
penyelidikan epidemiologi, antara lain:
a. Pengobatan penderita sedini mungkin agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit, termasuk tindakan isolasi dan karantina.
b. Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan imunisasi.
c. Perlindungan diri dari penularan penyakit, termasuk menghindari
kontak dengan penderita, sarana dan lingkungan tercemar, penggunaan
alat proteksi diri, perilaku hidup bersih dan sehat, penggunaan obat
profilaksis.
d. Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan pembawa penyakit untuk
menghilangkan sumber penularan dan memutus mata rantai penularan.

4. Pemusnahan penyebab penyakit.


a. Tindakan pemusnahan penyebab penyakit wabah dilakukan terhadap
bibit penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan, tumbuhan dan atau
benda yang mengandung penyebab penyakit tersebut.
b. Pemusnahan bibit penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan pada
permukaan tubuh manusia atau hewan atau pada benda mati lainnya,
termasuk alat angkut, yang dapat menimbulkan risiko penularan
sesuaiprinsip hapus hama (desinfeksi) menurut jenis bibit
penyakit/kuman. Pemusnahan bibit penyakit/kuman penyebab penyakit
dilakukan tanpa merusak lingkungan hidup.
c. Pemusnahan hewan dan tumbuhan yang mengandung bibit
penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan dengan cara yang tidak
menyebabkan tersebarnya penyakit, yaitu dengan dibakar atau
dikubursesuai jenis hewan/tumbuhan. Pemusnahan hewan dan
tumbuhan merupakan upaya terakhir dan dikoordinasikan dengan
sektor terkait dibidang peternakan dan tanaman.

5. Penanganan jenazah
Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara
khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan
penyakit pada orang lain. Penanganan jenazah yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Penanganan jenazah secara umum mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1) Harus memperhatikan norma agama, kepercayaan, tradisi, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
3) Penghapushamaan bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam
penanganan jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
b. Penanganan jenazah secara khusus mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1) Di tempat pemulasaraan jenazah :
(a) Seluruh petugas yang menangani jenazah telah mempersiapkan
kewaspadaan standar.
(b) Mencuci tangan dengan sabun sebelum memakai dan setelah
melepas sarung tangan.
(c) Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh; tutup mata,
telinga,dan mulut dengan kapas/plester kedap air; lepaskan alat
kesehatan yang terpasang; setiap luka harus diplester dengan
rapat.
(d) Jika diperlukan memandikan jenazah atau perlakuan khusus
berdasarkan pertimbangan norma agama, kepercayaan, dan
tradisi, dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap
memperhatikan kewaspadaan universal (universal precaution).
Air untuk memandikan jenazah harus dibubuhi disinfektan.
(e) Jika diperlukan otopsi, otopsi hanya dapat dilakukan oleh
petugas khusus setelah mendapatkan izin dari pihak keluarga
dan direktur rumah sakit.
(f) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
(g) Jenazah dibungkus dengan kain kafan dan/atau bahan kedap
air.
(h) Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
(i) Jenazah disemayamkan tidak lebih dari 4 jam di tempat
pemulasaraan jenazah.
(j) Jenazah dapat dikeluarkan dari tempat pemulasaraan jenazah
untuk dimakamkan setelah mendapat ijin dari direktur rumah
sakit.
(k) Jenazah sebaiknya diantar/diangkut oleh mobil jenazah ke
tempat pemakaman.
2) Di tempat pemakaman :
(a) Setelah semua ketentuan penanganan jenazah di tempat
pemulasaraan jenazah dilaksanakan, keluarga dapat turut
dalampemakaman jenazah.
(b) Pemakaman dapat dilakukan di tempat pemakaman umum.

6. Penyuluhan kepada masyarakat


Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh petugas kesehatan
dengan mengikutsertakan instansi terkait lain, pemuka agama, pemuka
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat menggunakan berbagai media
komunikasi massa agar terjadi peningkatan kewaspadaan dan peran aktif
masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah.

7. Tata Cara Pelaporan Penderita Atau Tersangka Penderita Penyakit


Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah
Laporan adanya penderita atau tersangka penderita penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah disebut laporan kewaspadaan.
Yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan adalah :
a. Orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang
tinggal serumah dengan penderita atau tersangka penderita, kepala
keluarga, ketua RT, RW, kepala dukuh, atau kepala kecamatan.
b. Dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan
yang memeriksa hewan tersangka penderita.
c. Kepala stasiun kereta, kepala terminal kendaraan bermotor, kepala
asrama, kepala sekolah, pimpinan perusahaan, kepala unit kesehatan
pemerintah dan swasta.
d. Nakhoda kendaraan air dan udara.

Laporan kewaspadaan disampaikan kepada lurah atau kepala desa dan


atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam
sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita (KLB), baik
dengan cara lisan, maupun tertulis. Penyampaian secara lisan dilakukan
dengan tatap muka, melalui telepon, radio, dan alat komunikasi lainnya.
Penyampaian secara tertulis dapat dilakukan dengan surat, faksimile, dan
sebagainya. Isi laporan kewaspadaan antara lain :

a. Nama penderita atau yang meninggal;


b. Golongan umur;
c. Tempat dan alamat kejadian;
d. Waktu kejadian;
e. Jumlah yang sakit dan meninggal.

Laporan kewaspadaan tersebut selanjutnya harus diteruskan kepada


kepala puskesmas setempat.
8. Alur Laporan Kewaspadaan

Dinas Kesehatan

Rumah Sakit Camat

Puskesmas

Puskesmas
Desa/Lurah
pembantu/Bidan di desa

Dusun/RT/RW

Penyelidikan
Epiemiologi dan
Penanggulangan KLB

Masyarakat

Kepala puskesmas yang menerima laporan kewaspadaan harus segera


memastikan adanya KLB. Bila dipastikan telah terjadi KLB, kepala
puskesmas harus segera membuat laporan KLB, melaksanakan penyelidikan
epidemiologis, dan penanggulangan KLB. Laporan KLB disampaikan secara
lisan dan tertulis. Penyampaian secara lisan dilakukan dengan tatap muka,
melalui telepon, radio, dan alat komunikasi lainnya.

Penyampaian secara tertulis dapat dilakukan dengan surat, faksimili, dan


sebagainya. Laporan KLB puskesmas dikirimkan secara berjenjang kepada
Menteri dengan berpedoman pada format laporan KLB (Formulir
W1).Formulir Laporan KLB (Formulir W1) adalah sama untuk puskesmas,
kabupaten/kota dan provinsi, namun dengan kode yang berbeda. Formulir
berisi nama daerah KLB (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan nama
puskemas), jumlah penderita dan meninggal pada saat laporan, nama penyakit
dan gejala-gejala umum yang ditemukan diantara penderita, dan langkah-
langkah yang sedang dilakukan. Satu formulir W1 berlaku untuk satujenis
penyakit saja.

9. Alur Laporan KLB (Formulir W1)

Menteri/Dirjen

Gubernur Bupati/

Walikota

Kadin Kadin
Kesehatan kesehatan
provinsi kab/kota

Kepala camat
puskesmas

Penyelidikan Laporan
epidemiologi kewaspadaan
awal

Laporan KLB puskesmas (W1Pu) dibuat oleh kepala puskesmas


kepada camat dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Laporan KLB
kabupaten/kota (W1Ka) dibuat oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota kepada bupati/walikota dan kepala dinas kesehatan
provinsi. Laporan KLB provinsi (W1Pr) dibuat oleh kepala dinas
kesehatan provinsi kepada gubernur dan Menteri (up. Direktur Jenderal).
Formulir Laporan KLB (W1) :
BAB III

PEMBAHASAN

A. Rangkuman Jurnal

Judul Penulis Tahun


Coronavirus Disease 1. Adityo Susilo 2019
2019 Tinjauan 2. C. Martin Rumende
Literatr Terkini 3. Ceva W Pitoyo
4. Widayat Djoko
Santoso
5. Mira Yulianti
6. Herikurniawan
7. Robert Sinto
8. Gurmeet Singh
9. Leonard Nainggolan
10. Emi J Nelwani
11. Lie Khie Chen
12. Alvina Widhani
13. Edwin Wijaya
14. Bramantya
Wicaksana
15. Maradewi Maksum
16. Firda Annisa
17. Chyntia OM
Jasirwan
18. Evi Yuni Hastuti
Corona Virus Disease 1. Yuliana 2020
(COVID-19)
Review and analysis 1. Riyanti Djalante 2020
of current responses 2. Jonatan Lassa
to COVID-19 in 3. Davin Setiamarga
Indonesia Period of 4. Arminingsih
January to March Sudjatma
2020 5. M. Indrawan
6. Budi Haryanto
7. Choirul Mahfud
8. M. Sabarudin
Sinapoy
9. Susanti Djalante
10. Irina Rafliana
11. Lalu Adi Gunawan
12. Gusti Ayu Ketut
Surtiari
13. Henny Warsilah

B. Analisis Jurnal
1. Coronavirus Disease 2019 Tinjauan Literatr Terkini
Wabah pandemi COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-
2. Transmisi penyebaran corona virus berasal dari manusia ke manusia
sehingga penyebaran menjadi agresif. Penularan terjadi melalui
droplet batuk atau bersin. SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi
saluran cerna berdasarkan hasil bipsi sel epitel gaster, duodenum dan
rectum. Metode yang digunaka pada penulisan jurnal yaitu laporan
kasus dan literatur review.
Berdasarkan data penyakit komorbid hipertensi dan diabetes
mellitus, jenis kelamin laki-laki dan peroko aktif merupakan faktor
resiko dari infeksi SARS-CoV-2. Pasien dengan imunosupresif
seperti pasien kanker dan sirosis hati lebih rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2. Beberapa faktor risiko lain yaitu tinggal serumah
dengan pasien SARS-CoV-2 dan riwayat perjalanan ke daerah-daerah
terjangkit. Manifestasi klinis pasien covid-19 mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga
syok sepsis. Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang
lamanya sekitar 3-14 hari. Pada masa ini leukosit dan limfosit normal
atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Tata laksana
menggunakan obat yang berpotensi mengobati SARS-CoV-2 antara
lain interferonalfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir (LPV/r), ribavirin
(RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir
(arbidol). Pencegahan wabah infeksi SARS-CoV-2 meliputi
pemutusan mata rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan proteksi dasar.

2. Corona Virus Disease (COVID-19)


Penyakitnya Covid-19 . berasal dari wuhan, tiongkok dan
ditemukan pada akhir desember tahun 2019 sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 65 negara terjangkit virus tersebut. Berdasarkan
data yang didapatkan sampai dengan 2 maret 2020, angka kematian di
seluruh dunia 2,3% , khusus di wuhan adalah 4,9%dan di hubei
3,1%.Kejadian coronavirus bukan kejadian yang pertama kali. Tahun
2002 SARS dan MERS. Angka kematian SARS sekitar 10% dan
MERS sekitar 40%. Metode yang digunaka pada penulisan jurnal
yaitu laporan kasus dan literatur review.
Hasilnya klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
Sumber utama dari coronavirus berasal dari kelelawar untuk kejadian
SARS dan MERS. Coronavirus dapat memperbanyak diri dengan
melalui sel host-nya. Masa inkubasi muncul sekitar 3-7 hari. Infeksi
menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat. Terdapat 3 gelaja
utama yaitu demam, batuk kering, dan sulit bernapas dan Melakukan
pemeriksaan penunjang serta belum ada penelitian tatalaksana
spesifik pada covid 19.
3. Review and analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia
Period of January to March 2020
Dunia dalam tekanan dari pandemik novel COVID-19.
Indoneisa menempati urutan ke-4 negra dengan populasi yang besar
dan diprediksi akan mengalami efek yang tinggi dan waktu yang lama.
Pandemik dimulai di kota wuhan provinsi hubei China menyebar ke
seluruh negara. dunia pernah mengalami krisis global kesehatan dalam
20 tahun terakhir karena infeksi virus novel seperti HIV, Influenza A
virus subtype HINI, influenza A virus subtype H5N1, sars-cov1, mers-
cov, dan ebola. Menanggulangi bertambahnya pasien covid 19 dengan
meningkatkan 227 rumah sakit rujukan. Awal dari munculnya
diberitakan oleh media terdapat 27 kasus yang dilaporkan.RT-PCR
merupakan metode yang cepat dan akurat dalam mendeteksi covid 19
pada manusia. Adanya laporan bahwa akurasi rapid tes menggunakan
serology-based RDT hanya 30%. Gugus tugas percepatana
penanganan Covid 19 mengeluarkan pedoman untuk RDT dan aspek
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Ada 3 level yaitu tanpa gejala, orang dalam pantauan (ODP),
pasien dalam pengawasan (PDP). IAKMI menekankan bahwa rapid
test harus ditinjau untuk diterapkan pada perbatasan dan epidemiologi.
Melakukan analisis peraturan dan kelembagaan tanggap darurat di
Indonesia. Membahas formasi gugu tugas dalam melakukan langkah
yang penting. Peran dan tanggapan dengan focus pada organisasi
sisial-ekonomi dan social,serta masyarakt. Mengakui banyak
organisasi yang berkontribusi seperti international, organisasi non
pemerintah dan masyarakat umum. Cara yang cepat, sukses, dan
terkoordinasi yang berpengaruh pada ketahanan bangsa , kelompok
bukan hanya pada fisik dan mental, namun ekonomi.
Hasil penelitian dengan dilakukan Rapid test pada bulan januari
sampai akhir maret 2020 sebanyak 677 telah di test menghasilkan
1677 positif. Saran menurut saran saya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, masyarakat harus tetap melakukan hal-hal yang telah
diberlakukan pada awal mula yang diumumkan oleh pemerintah
dengan menjaga jarak, memakai masker, cuci tangan, dan tidak
berkumpul.

C. Simpulan analisis jurnal


Covid-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi.
Dengan penyebaran yang agresif penyakit ini harus diwaspadai dan
memiliki tingkat mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya
terapi definitive. Infeksi menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat.
Terdapat 3 gelaja utama yaitu demam, batuk kering, dan sulit bernapas dan
Melakukan pemeriksaan penunjang serta belum ada penelitian tatalaksana
spesifik pada covid 19.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemik
yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya
merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama
dengan domestikasi hewan seperti influensa dan tuberkulosa. Sebagai contoh
The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir,
pes bubonik merebak kembali di Eropa.
Selain itu, trauma dan kehilangan orang-orang yang disayangi,
ketidakpastian kapan pandemik akan berakhir menyebabkan ketakutan,
kepanikan, yang mempengaruhi kesehatan mental manusia.
Adapun cara untuk memutus rantai penyebaran virus ini adalah dengan
pembatasan jarak antar manusia. Penerapan kebijakan menjaga jarak ini seperti
karantina wilayah maupun pembatasan sosial, telah menyebabkan dampak
ekonomi yang signifikan terhadap berbagai industri terutama manufaktur,
pariwisata, perhotelan, dan transportasi

B. Saran
Pada masa pandemi yang sedang berlangsung saat ini penting bagi seluruh
lapisan masyarakat untuk mematuhi protokol-protokol kesehatan yang terus
digencarkan oleh pemerintah demi keselamatan dan kesehatan bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

CNNIndonesia.com. (online) diakses pada 25 Juni 2020.


Djalante, Riyanti., Lassa, Jonatan., et all. 2020. Corona Virus Disease (COVID-
19) Review and analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia
Period of January to March 2020.
id.wikipedia.org/wiki/Wabah. (online) diakses pada 25 Juni 2020.
infeksiemerging.kemkes.go.id. (online) diakses pada 25 Juni 2020.
kompas.com/skola/read/2020/04/25/170000869/pandemi--faktor-penyebab-dan-
tahapan. (online) diakses pada 25 Juni 2020.
labkes.jogjaprov.go.id/berita/5, 2020. (online) diakses pada 25 Juni 2020.
Susilo, Adityo., Rumende , C. Martin., et all. 2019. Coronavirus Disease 2019
Tinjauan Literatr Terkini

Anda mungkin juga menyukai