Anda di halaman 1dari 33

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH REMEDIAL UAS MATA KULIAH KESELAMATAN, KESEHATAN


KERJA DAN LINGKUNGAN

NAUFALDY FEBRYANT HILMANSYAH


320210404016

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BOGOR
2023
UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI TENAGA KERJA DALAM


KESELAMATAN KONSTRUKSI PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA-
BANDUNG

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh perbaikan nilai remedial

NAUFALDY FEBRYANT HILMANSYAH


320210404016

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BOGOR
JANUARI 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pemberi Kasih,
Penabur Ilmu, dan Pelimpah Karunia kepada hamba-Nya karena atas izin-Nya
penulis dapat menyusun Laporan Kepemimpinan dan Partisipasi Tenaga Kerja
dalam Keselamatan Konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mata
Kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan ini. Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memperoleh perbaikan nilai remedial
Mata Kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, dan semangat kepada penulis sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan
kepada:
(1) Bapak Muhammad Hamzah Fansuri, S.T., M.S. dan Bapak Ir. Pungky
Dharma Saputra, S.T., M.Si (Han), M.T., CST, IPM selaku dosen Mata
Kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang telah memberi
materi dan pengetahuan dalam menyusun laporan ini.
(2) Keluarga penulis yang tak henti-henti memberi dukungan moral.
(3) Rekan-rekan penulis yang telah memberikan masukan dalam
menyelesaikan laporan ini.

Tentunya, penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dengan rendah hati, penulis sangat terbuka terhadap saran, masukan, serta
kritikan dari pembaca. Akhir kata, penulis juga ingin berterimakasih atas
kesediaan pembaca untuk membaca laporan ini. Besar harapan penulis agar
para pembaca dapat mengambil sedikit ilmu yang bermanfaat dari laporan ini.

Bogor, 27 Januari 2023

Naufaldy Febryant Hilmansyah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii


DAFTAR ISI ........................................................................................................iv

1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

2. PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi ..........................................3
2.2 Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi 4
2.2.1 Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu Eksternal dan Internal ........... 5
2.2.2 Organisasi Pengelola SMKK ........................................................ 17
2.2.3 Lembar Komitmen Keselamatan Konstruksi ................................ 21
2.2.4 Lembar Kebijakan Keselamatan Konstruksi .................................22
2.2.5 Partisipasi Pekerja ....................................................................... 24
2.2.6 Supervisi, Training, Akuntabilitas, Sumber Daya, dan Dukungan 26

3. PENUTUP ..................................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 27
3.2 Saran .................................................................................................... 27

DAFTAR REFERENSI ......................................................................................29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan konstruksi memiliki potensi bahaya yang tinggi, seperti


penggunaan alat berat, pengelasan, pekerjaan di ketinggian, penggalian,
dan lain-lain. Untuk itu, dilaksanakan program kesehatan dan
keselamatan kerja yang cakupannya pada lokasi proyek, termasuk kantor
dan area pendukung lainnya yang berada dalam kebijakan perusahaan.
Untuk mengurangi insiden dan penyakit akibat kerja, ketersediaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Health
and Safety Management System (SMK3/OHSMS) diperlukan untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat.
Untuk memenuhi kepuasan pelanggan, perlindungan karyawan,
serta kesehatan dan keselamatan kerja, maka suatu proyek memerlukan
rencana program kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam rangka
menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka diperlukan suatu Rencana
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di proyek sesuai dengan
standar OHSAS 18001:2007 butir 4:4.6. Dalam studi kasus ini, akan diulas
tentang Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) bagian Kepemimpinan
dan Partisipasi Tenaga Kerja dalam Keselamatan Konstruksi Proyek
Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dimana pada bagian tersebut terdapat
poin-poin penting untuk mendukung melindungi dan menjamin
keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja, menjamin
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, dan
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional sesuai dengan
UU No. 1 Tahun 1970.

1 Universitas Pertahanan RI
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Keselamatan


Konstruksi?
2. Apa saja poin-poin dari Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam
Keselamatan Konstruksi?
3. Bagaimana kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal
pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung?
4. Bagaimana struktur dan fungsi organisasi pengelola SMKK?
5. Bagaimana isi dari lembar komitmen keselamatan konstruksi?
6. Bagaimana isi dari lembar kebijakan keselamatan konstruksi?
7. Bagaimana partisipasi pekerja dalam pekerjaan pemasangan box
girder 158?
8. Apa yang dimaksud dengan supervisi, training, akuntabilitas, sumber
daya, dan dukungan pada proyek?

1.3 Tujuan

1. Memahami Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.


2. Mengetahui poin-poin dari Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja
dalam Keselamatan Konstruksi.
3. Memahami kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal
pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
4. Mengetahui struktur dan fungsi organisasi pengelola SMKK.
5. Mengetahui lembar komitmen keselamatan konstruksi.
6. Mengetahui lembar kebijakan keselamatan konstruksi.
7. Memahami partisipasi pekerja dalam pekerjaan pemasangan box
girder 158.
8. Memahami supervisi, training, akuntabilitas, sumber daya, dan
dukungan pada proyek.

2 Universitas Pertahanan RI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

Penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia telah mengalami


beberapa masa dan dengan berbagai regulasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai penyelenggara negara. Bahwa segala regulasi yang
telah ditetapkan oleh negara merupakan salah satu alat dalam upaya
mengatur pelaksanaan kegiatan kehidupan bernegara. Regulasi adalah
aturan yang dibuat oleh pemerintah atau otoritas lain untuk mengontrol
cara sesuatu yang dilakukan atau cara orang berperilaku. Salah satu
regulasi yang menjadi bahasan di sini adalah mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya
disebut SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya keselamatan
konstruksi. Instrumen SMKK ini terdistribusi mulai dari rancangan
konseptual SMKK yang disusun dari awal perencanaan dan tahap
perancangan. Tahap selanjutnya adalah penyusunan RKK
penyelenggaraan dan pelaksanaan konstruksi, baik itu sebagai lingkup
pengawasan maupun lingkup pelaksanaan.
Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaahan tentang
Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi
Konstruksi pengkajian, perencanaan serta perancangan. Rencana
Keselamatan Konstruksi (RKK) merupakan dokumen lengkap rencana
penerapan SMKK dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen
kontrak. Setiap calon Penyedia Jasa wajib menyusun dan menyampaikan
RKK dalam dokumen penawaran.
Tujuan dari manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah sebagai upaya mengurangi risiko K3 yang berpotensi
mengakibatkan kerugian baik dalam perihal finansial maupun citra dari

3 Universitas Pertahanan RI
perusahaan itu sendiri, mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi juga
berguna dalam arti mengidentifikasi jenis kegagalan atau kesalahan apa
saja yang biasanya menyebabkan kecelakaan, sehingga tindakan dapat
diambil untuk mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan
untuk terjadi. Oleh karena itu, dengan berkurangnya risiko K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diharapkan dapat mengurangi
dampak kecelakaan pada area kerja serta meningkatkan keuntungan
organisasi dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja
dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya.
Terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi menjadi salah
satu indikator yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan secara
langsung menjadikan kegagalan penerapan manajeman resiko dalam
pekerjaan tersebut. Adanya potensi dan resiko kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi mestinya sudah dapat diidentifikasi sejak awal jika
SMKK benar–benar diterapkan, sehingga adanya kecelakaan dan
kegagalan konstruksi dapat diminimalkan, karena seberapapun kecilnya
tetap akan mengakibatkan efek kerugian.
Kecelakaan konstruksi pada umumnya disebabkan karena
pemilihan metode kerja, material, peralatan kerja, serta kompetensi
pekerja yang kurang berorientasi pada proses dan hasil produk yang
berkualitas dan aman. Dari hal tersebut maka potensi dan risiko
kecelakaan kerja harus sudah diperhitungkan sejak dini.

2.2 Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan


Konstruksi

Pekerjaan pada bidang konstruksi merupakan hal yang


kompleks dan begitu banyak melibatkan unsur ataupun pihak lain,
terutama tenaga kerja, alat, dan bahan material dengan kapasitas
besar atau dalam jumlah yang besar baik secara pribadi ataupun
secara kolektif dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan. Kurang
terampilnya tenaga kerja dapat memepengaruhi kelancaran pekerjaan dan
sangat merugikan seluruh pihak yang terkait dalam kegiatan proyek.

4 Universitas Pertahanan RI
Pentingnya konsep RKK sebelum pelaksanaan pekerjaan lapangan
dimulai perlu dipahami bahwa harapannya dapat memberikan
pertimbangan mengenai pentingnya penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang bermanfaat bagi pekerja proyek untuk dapat
berprestasi secara optimal. Konsep RKK ini bertujuan untuk menciptakan
pekerjaan yang aman dan menekankan zero accident (nihil kecelakaan
fatal) dalam pelaksanaan proyek.

2.2.1 Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu Eksternal dan Internal

PT. KCIC (Kereta Cepat Indonesia China) yang bergerak di bidang


jasa konstruksi berkomitmen dan peduli terhadap keselamatan konstruksi
khusus dalam pencapaian penanganan isu keselamatan konstruksi
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peduli dalam mempromosikan pemahaman akan kebutuhan
keselamatan konstruksi dan membudayakan keselamatan konstruksi
dalam seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi;
2. Peduli dalam melakukan sosialisasi tentang keselamatan konstruksi
terhadap seluruh tenaga kerja maupun masyarakat di dalam
lingkungan kerja konstruksi;
3. Peduli dalam melaksanakan implementasi sesuai rencana
keselamatan konstruksi berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku dalam keselamatan konstruksi nasional;
4. Mencegah kecelakaan, kebakaran, sakit akibat kerja, keamanan, dan
pencemaran lingkungan; dan
5. Memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja keselamatan konstruksi
serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

5 Universitas Pertahanan RI
Bandung, 23 Maret 2021
PT. KCIC (Kereta Cepat Indonesia China)

Naufaldy Febryant Hilmansyah


Direktur Utama

Pengusaha dan pengurus tempat kerja harus menetapkan


komitmen, kebijakan, organisasi, anggaran tenaga kerja di bidang K3
konstruksi. Di samping itu, pengusaha dan pengurus juga perlu
melakukan koordinasi terhadap perencanaan K3. Dalam hal ini, yang
perlu menjadi perhatian penting terdiri atas 3 (tiga) poin yaitu:
1. Kepemimpinan dan komitmen;
2. Tinjauan awal K3; dan
3. Kebijakan K3.

Komitmen perusahaan merupakan elemen inti keberhasilan dari


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Selain
beberapa elemen yang merupakan rangkaian proses yang terintegrasi
dengan sistem manajemen lain yang ada dalam perusahaan bagi
terpenuhinya ekspektasi performa dari SMK3 yakni menjamin tersedianya
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh tenaga kerja.
Isu-isu internal dan eksternal mencakup kondisi, karakteristik, atau
perubahan keadaan yang dapat mempengaruhi SMK3. Isu-isu ini dapat
memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap sistem manajemen K3.

Contoh isu-isu internal:


1. Tata kelola, struktur organisasi, peran, dan akuntabilitas;
2. Kebijakan, tujuan, dan strategi yang ada untuk mencapainya;
3. Sumber daya, pengetahuan, dan kompetensi;
4. Sistem informasi dan proses pengambilan keputusan;

6 Universitas Pertahanan RI
5. Bentuk dan tingkat hubungan kontraktual termasuk misalnya
pengaturan waktu kerja dan kondisi kerja; dan
6. Perubahan terkait dengan hal-hal di atas.

Contoh isu-isu eksternal:


1. Lingkungan budaya, sosial, politik, hukum, keuangan, teknologi,
ekonomi, dan lingkungan alam serta persaingan pasar, baik
internasional, nasional, regional, ataupun lokal;
2. Kehadiran pesaing baru, kontraktor, sub kontraktor, pemasok, mitra
dan penyedia, teknologi baru, undang-undang baru, dan munculnya
pekerja baru;
3. Pengetahuan alam tentang produk dan pengaruhnya terhadap
kesehatan dan keselamatan;
4. Penggerak utama dan tren yang relevan dengan industri atau sektor
yang berdampak pada organisasi;
5. Hubungan serta persepsi dan nilai dari pihak eksternal yang
berkepentingan; dan
6. Perubahan terkait dengan hal-hal di atas.

7 Universitas Pertahanan RI
DAFTAR IDENTIFIKASI ISU EKSTERNAL DAN INTERNAL
PAKET PEKERJAAN: PEMASANGAN BOX GIRDER 158

KATEGORI JENIS JENIS SUMBER KEINGINAN DAN HARAPAN


NO. ISU DAMPAK
ISU ISU SWOT ISU INTERNAL EKSTERNAL
1 Prosedur pengawasan Produktivitas rendah, Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
tidak berjalan dengan memungkinkan Perintah ▪ Sesuai mutu ▪ Tidak
baik terjadinya kesalahan Kerja ▪ Sesuai metode mengganggu
(SPK) kerja aktifitas
▪ Sesuai waktu Harapan:
Harapan: ▪ Metode kerja
▪ Tidak terjadi aman terhadap
kecelakaan dan lingkungan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
▪ Pengawasan
berjalan baik
2 Struktur organisasi Penambahan personil Kinerja Internal Strength Struktur Keinginan: Keinginan:
keselamatan konstruksi Organisas ▪ Penambahan ▪ Tidak

8 Universitas Pertahanan RI
dalam pekerjaan i personil mengganggu
diharapkan aktifitas
penerapan SMKK Harapan:
lebih efektif ▪ Metode kerja
Harapan: aman terhadap
▪ Tidak terjadi lingkungan
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
3 Pemahaman K3 di Melakukan penjelasan Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
kelompok kerja resiko K3 pada saat Perintah ▪ Semua pekerja ▪ Tidak
TBM Kerja memahami resiko mengganggu
(SPK) K3 aktifitas
Harapan: Harapan:
▪ Tidak terjadi ▪ Metode kerja
kecelakaan dan aman terhadap
penyakit akibat lingkungan
kerja
4 Keterlambatan Proses instalasi Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
mobilisasi tenaga kerja terhambat Perintah ▪ Mobilisasi tidak ▪ Tidak
ahli Kerja terlambat agar mengganggu
(SPK) pekerjaan instalasi aktifitas

9 Universitas Pertahanan RI
berjalan sesuai Harapan:
jadwal ▪ Metode kerja
Harapan: aman terhadap
▪ Tidak terjadi lingkungan
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
5 Kurangnya Mempengaruhi Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
keterampilan/pengalam instalasi dan hasil Perintah ▪ Tenaga ahli yang ▪ Tidak
an tenaga ahli akhir Kerja mempuni di mengganggu
Membutuhkan waktu (SPK) bidangnya agar aktifitas
ekstra mutu, dan waktu Harapan:
sesuai rencana ▪ Metode kerja
inspeksi SIO aman terhadap
Harapan: lingkungan
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan

10 Universitas Pertahanan RI
6 Transporter Pengecekan secara Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
rutin (visual) sebelum Perintah ▪ Petugas dan ▪ Tidak
transporter digunakan Kerja pelaksana mengganggu
(SPK) melakukan aktifitas
inspeksi pada alat Harapan:
dan mesin ▪ Metode kerja
sebelum pekerjaan aman terhadap
dimulai agar lingkungan
menjamin
keamanan
penggunaannya
▪ Transporter aman
digunakan
Harapan:
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
7 Pemasangan Box Pengecekan secara Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:

11 Universitas Pertahanan RI
Girder 158 (launcher) rutin (visual) sebelum Perintah ▪ Koordinasi ▪ Tidak
launcher digunakan Kerja berjalan baik, mengganggu
(SPK) operator aktifitas
mumpuni sehingga Harapan:
pemasangan berjalan ▪ Metode kerja
baik aman terhadap
Harapan: lingkungan
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
8 Kurangnya koordinasi Menghambat waktu Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
saat pelaksanaan hingga memungkinkan Perintah ▪ Antara kedua ▪ Tidak
penempatan Box kegagalan Kerja operator launcher, mengganggu
Girder 158 ke bentang (SPK) engineer, mandor, aktifitas
dan pekerja di Harapan:
lapangan harus ▪ Metode kerja
memahami aman terhadap
pelaksanaan lingkungan

12 Universitas Pertahanan RI
penempatan
sehingga
koordinasi berjalan
baik
Harapan:
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
▪ Koordinasi
berjalan baik
9 Pembongkaran Kerusakan material, Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
launcher kerugian biaya, Perintah ▪ Operator ▪ Tidak
menghambat waktu Kerja memahami lokasi, mengganggu
(SPK) metode, dan aktifitas
metode kerja Harapan:
sehingga tidak ▪ Metode kerja
menimbulkan aman terhadap
kerugian biaya dan lingkungan

13 Universitas Pertahanan RI
waktu
Harapan:
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
▪ Tidak terjadi
kerugian
10 Keterbatasan personil Penambahan personil Kinerja Internal Threat Surat Keinginan: Keinginan:
subkontraktor Perintah ▪ Diharapkan ▪ Tidak
Kerja pekerjaan sesuai mengganggu
(SPK) waktu, dan mutu aktifitas
yang dihasilkan Harapan:
sesuai pula ▪ Metode kerja
Harapan: aman terhadap
▪ Tidak terjadi lingkungan
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja

14 Universitas Pertahanan RI
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
11 Kondisi Topografi Produktivitas alat Kinerja Eksternal Threat Alam Keinginan: Harapan:
terganggu ▪ Penanganan ▪ Metode kerja
lingkungan agar aman terhadap
tidak mengganggu lingkungan
kinerja alat
▪ Produktivitas alat
Harapan:
▪ Kesesuaian biaya,
mutu, dan waktu
▪ Tidak ada
kecelakaan kerja
12 Hujan saat tahap Waktu pekerjaan Kinerja Eksternal Weakness Alam Keinginan: Keinginan:
erection terlambat ▪ Selalu ▪ Tidak
berkoordinasi mengganggu
dengan BMKG aktifitas
sehingga Harapan:
mengetahui ▪ Metode kerja
kemungkinan aman terhadap
cuaca lingkungan

15 Universitas Pertahanan RI
Harapan:
▪ Tidak terjadi
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja
▪ Produktivitas
sesuai dengan
keinginan
13 Bencana Alam Waktu pekerjaan Kinerja Eksternal Weakness Alam Keinginan: Keinginan:
terhambat ▪ Selalu ▪ Tidak
berkoordinasi mengganggu
dengan BMKG aktifitas
Harapan: Harapan:
▪ Tidak terjadi ▪ Metode kerja
bencana aman terhadap
lingkungan

Pimpinan Unit Keselamatan


Konstruksi

Naufaldy Febryant Hilmansyah

16 Universitas Pertahanan RI
2.2.2 Organisasi Pengelola SMKK

Organisasi pengelola SMKK diperlukan untuk membagi tugas dan


tanggung jawab K3 konstruksi proyek. Berikut merupakan bagan yang
menunjukkan organisasi pengelola SMKK dari perusahaan penyedia jasa
proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung:

Diagram 1.1 Struktur Organisasi Pengelola SMKK


Sumber: Permen PUPR No. 10 tahun 2021

17 Universitas Pertahanan RI
Diagram 1.2 Struktur Organisasi Unit Keselamatan Konstruksi
Sumber: Permen PUPR No. 10 tahun 2021

Tabel 1.1 Tugas dan Tanggung Jawab Unit Keselamatan Konstruksi

TIM TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


NO.
1 Pimpinan 1. Mengkoordinasikan terlaksananya program keselamatan
UKK konstruksi kepada seluruh lini organisasi

2. Melaksanakan inspeksi metode, peralatan, dan lingkungan kerja

3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi harian keselamatan


konstruksi.
4. M engidentifikasikan kondisi dan tindakan berbahaya yang dapat
menyebabkan cedera, sakitata kerusakan asset perusahaan

5. Menyiapkan rencana sosialisasi, pelatihan, dan simulasi sebagai tindak


lanjut pelaksanaan
2 Tim P3K 1. Memberikan pertolongan pertama bagi korban kecelakaan kerja atau
sakit yang diakibatkan oleh hubungan kerja

18 Universitas Pertahanan RI
2. Memberikan bantuan medis dan non medis (biladibutuhkan) terhadap
korban kecelakaan kerja dengan membawa/dirujuk ke rumah sakit yang
telah ditunjuk

3. Menyediakan obat-obatan ringan untuk P3K, diclinic onsite, dan tempat-


tempat yang telah ditentukan

4. Melakukan pendataan atas korban, kondisi korban, kronologis kejadian


dan sebab-sebab kecelakaan.
3 Tim 1. Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban proyek secara
Keamanan keseluruhan
2. Menjaga terjadinya tindakan-tindakan criminal di lokasi proyek

3. Mengatur keluar masuk kendaraan dan mengontrol keluar masuk


barang dari dan keluar proyek
4. Menjaga dan memproteksi terhadap kemungkinan masuknya pihak-
pihak luar yang tidakberkepentingan

4 Petugas Peran 1. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua


Kebakaran sarana pemadam api di lingkungan proyek secara aman, selamat,
dan efektif

2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan saranadan prasarana


pemadam di lingkungan proyek kepada koordinator, wakil, maupun ketua
Unit Tanggap Darurat

3. Melaporkan status keadaan darurat kepada pimpinan

4. Selalu memantau perkembangan mengenai statusevakuasi, kondisi


kebakaran di area, jumlah pekerja yang terjebak, pastikan tersedianya
peta jalur evakuasi.

5 Koordinator 5. Menerapkan program kesiagaan dan tanggap darurat


Tanggap
Darurat 6. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pelatihan keadaan
darurat secara keseluruhan

19 Universitas Pertahanan RI
7. Mendata seluruh personil dan menugaskan Tim P3K dalam pencarian
dan evaluasi kondisi darurat
8. Mengkoordinir pelaksanaan dan penanganan kondisi darurat,
evakuasi dan evaluasi kondisi darurat secara keseluruhan

9. Melakukan pemantauan dan pengendalian dalamsetiap kondisi


keadaan darurat termasuk melakukan mitigasi apabila terjadi kecelakaan
kerja

10).Memastikan kesiapan tim dan peralatan keadaan darurat tersedia


sesuai kondisi lapangan
6 Komunikasi 1. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap darurat
(kepolisian/warga)
2. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
menjembatani komunikasi antar reguUnit Tanggap Darurat

3. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat


dilangsungkan secara baik dan lancar

4. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi


informasi/pemberitaan untukpihak luar

7 Koordinator 1. Merencanakan, mengelola, menganggarkan, dan mengawasi


keselamatan penyelesaian dan efektifitas program-program yang dilakukan untuk
konstruksi mencapai tujuan K3 perusahaan

2. Memastikan peraturan pemerintah terkait keselamatan dan Kesehatan


dipenuhi
3. Menilai risiko keselamatan dan Kesehatan terkait peralatan, material,
proses, dan fasilitas
4. Memberikan pekerja dan manager pengetahuan dan kemampuan
untuk dapat mengenali bahaya dan melakukan pekerjaannya secara
selamat dan efektif

20 Universitas Pertahanan RI
5. Membantu pimpinan menetapkan tujuan K3, perencanaan program
untuk mencapai target dan mengintegrasikan K3 dalam buadaya
perusahaan

8 Anggota 1. Mengikuti instruksi dan pengarahan keselamatan kerja yang diberikan


oleh atasan atau petugas keselamatan konstruksi

2. Segera melaporkan apabila ditemukan kerusakan pada peralatan


konstruksi yang digunakan
3. Melaksanakan program yang telah ditetapkan dan memberi saran dalam
rapat
4. Melaporkan kepada ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan

5. Membantu pelaksanaan organisasi dalam implementasi dan


pelaksanaan di lapangan

2.2.3 Lembar Komitmen Keselamatan Konstruksi

FAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Naufaldy Febryant Hilmansyah
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk : PT. KCIC (Kereta Cepat Indonesia China)

dalam rangka pengadaan pekerjaan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung


Kelurahan Gempolsari Kota Bandung/KM 131 Tol Padaleunyi pada
Kelompok Kerja Pemasangan Box Girder 158 berkomitmen melaksanakan
konstruksi keselamatan demi terciptanya Zero Accident, dengan memastikan
bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:

1. Memenuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi;


2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;

21 Universitas Pertahanan RI
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); dan
7. Memenuhi 9 (Sembilan) Komponen Biaya SMKK.

Bandung, 23 Maret 2021


PT. KCIC (Kereta Cepat Indonesia China)

Naufaldy Febryant Hilmansyah


Direktur Utama

2.2.4 Lembar Kebijakan Keselamatan Konstruksi

KEBIJAKAN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Kami berkomitmen untuk:


1. Menjalankan pakta komitmen Keselamatan Konstruksi yang telah
ditandatangani oleh Pimpinan perusahaan.
2. Menjamin Keselamatan Konstruksi tenaga kerja, tamu, masyarakat sekitar
di sekitar tempat kerja.
3. Melakukan perbaikan keberlanjutan terhadap sistem Manajemen dan
Kinerja Keselamatan Konstruksi guna meningkatkan budaya Keselamatan
Konstruksi yang baik di tempat kerja.

Untuk mencapainya, kami akan:


1. Membangun dan memelihara sistem manajemen Keselamatan Konstruksi,
serta sumber daya yang relevan.
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait Keselamatan
Konstruksi.

22 Universitas Pertahanan RI
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan Konstruksi
kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi
perusahaan.

Kebijakan Penghentian Pekerjaan Konstruksi


1. Dalam rangka menjaga lingkungan kerja pekerjaan konstruksi yang aman
dan berkeselamatan terhadap risiko bahaya cidera ringan, sedang dan
berat pada pekerja, kerusakan aset/properti, publik dan lingkungan, setiap
personil berhak untuk memberhentikan pekerjaan apabila melihat perilaku
tidak selamat atau kondisi tidak aman dalam melakukan pekerjaan.
2. Pekerjaan Konstruksi yang telah diberhentikan karena perintah penghentian
pekerjaan tidak akan dilanjutkan sampai semua aspek keselamatan
konstruksi dipenuhi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
3. Pemimpin tertinggi Penyedia Jasa memberikan kewenangan kepada
Pimpinan Unit Keselamatan Konstruksi untuk melakukan verifikasi
penghentian pekerjaan.
4. Perintah penghentian pekerjaan konstruksi harus diterapkan dengan itikad
baik dan bertanggungjawab.
5. Personil yang menyerukan perintah penghentian pekerjaan tidak boleh dan
tidak akan dikenai sanksi apabila setelah diverifikasi bahwa perintah
penghentian tersebut dianggap tidak perlu atau bahkan berdampak
mengganggu kemajuan pekerjaan.
6. Semua personil bertanggung jawab atas pencegahan kecelakaan.

Bandung, 23 Maret 2021


PT. KCIC (Kereta Cepat Indonesia China)

Naufaldy Febryant Hilmansyah

23 Universitas Pertahanan RI
Disahkan,
Bandung, 30 Maret 2021
Pejabat Pembuat Komitmen

Harjasa Jonathan

2.2.5 Partisipasi Pekerja

Partisipasi pekerja dalam penerapan program K3 dapat memberikan


banyak dampak positif, antara lain:
1. Tempat kerja yang lebih sehat dan aman;
2. Hasil program K3 yang lebih baik dan efektif;
3. Komitmen yang lebih kuat untuk menerapkan program K3;
4. Kerja sama dan kepercayaan yang terjalin baik; dan
5. Pemecahan masalah K3 secara bersama-sama.

Untuk membuat keputusan akhir sebuah program K3, pemimpin harus


mendengarkan pandangan pekerja mengenai semua hal yang berhubungan
dengan K3 dalam pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, seperti
kondisi atau potensi bahaya yang dapat muncul, masalah K3, tindakan preventif
dan pengendalian yang sebaiknya dilakukan. Saling berdiskusi dengan pekerja
dalam melaksanakan dan mengelola program K3.
Berikut tindakan yang dapat dilakukan manajemen atau pengurus
perusahaan untuk meningkatkan partisipasi pekerja dalam program K3:
1. Dorong pekerja untuk berpartisipasi penuh dalam program K3;
Dengan mendorong pekerja untuk berpartisipasi dalam program K3, hal
ini menandakan bahwa manajemen secara terbuka menerima masukan atau
saran dari pekerja terkait semua hal yang berhubungan dengan K3. Tindakan
yang harus dilakukan:
a. Beri pekerja waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk aktif
berpartisipasi dalam program K3;

24 Universitas Pertahanan RI
b. Berikan respons positif kepada pekerja yang berpartisipasi dalam program
K3; dan
c. Lakukan komunikasi secara terbuka dengan mengundang para pekerja
untuk berdiskusi dengan manajer/supervisor tentang K3 dan masukan
untuk meningkatkan program K3.

2. Dorong pekerja untuk melaporkan masalah K3 di tempat kerja


Pekerja dapat menjadi sumber informasi yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah K3 serta kelemahan program, seperti mengetahui
bahaya atau kondisi tidak aman yang ada di tempat kerja, nyaris celaka, dan
insiden yang terjadi di area kerja. Dengan mendorong pelaporan dan
menindaklanjuti semua laporan dengan cepat, maka manajemen dapat
mengatasi masalah atau melakukan tindakan preventif dengan segera sebelum
ada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau PAK.

3. Beri kemudahan bagi pekerja untuk mengakses segala informasi K3 yang


dibutuhkan
Berbagi informasi K3 yang relevan dengan pekerja dapat meningkatkan
kepercayaan dan membantu organisasi dalam mengembangkan program K3.

4. Libatkan pekerja dalam semua aspek program K3


Melibatkan pekerja dalam setiap perencanaan dan implementasi
program dapat memudahkan manajemen untuk mengidentifikasi potensi
bahaya dan akar penyebab timbulnya bahaya yang ada di tempat kerja,
menciptakan rasa tanggung jawab pekerja terhadap program K3, meningkatkan
pemahaman mereka tentang bagaimana program diterapkan, dan membantu
mempertahankan program dari waktu ke waktu.

5. Hilangkan segala hal yang menghambat pekerja untuk berpartisipasi dalam


program
Untuk berpartisipasi penuh dalam program K3, para pekerja harus
merasa bahwa masukan atau saran mereka diterima, suara mereka didengar,

25 Universitas Pertahanan RI
dan mereka dapat menjalankan mekanisme pelaporan dengan aman.
Partisipasi pekerja akan terhambat jika tingkat bahasa, pendidikan, atau
keterampilan di tempat kerja tidak dipertimbangkan, atau jika pekerja takut akan
adanya ancaman atau diskriminasi karena melaporkan masalah K3, kecelakaan
kerja, atau berbicara jika investigasi berfokus menyalahkan individu daripada
akar penyebab insiden atau kekhawatiran yang dapat berpengaruh pada
pemberian penghargaan, bonus, atau insentif.

2.2.6 Supervisi, Training, Akuntabilitas, Sumber Daya, dan Dukungan

Pimpinan penyedia jasa harus memastikan terlaksananya supervisi,


training, akuntabilitas, sumber daya, dan dukungan yang kemudian dituangkan
dalam Elemen Dukungan Keselamatan Konstruksi dan Elemen Evaluasi Kinerja
Keselamatan Konstruksi, di antaranya dengan:
1. Merencanakan pemantauan dan evaluasi, dalam:
a. supervisi kondisi kerja beserta lingkungan yang aman dan sehat dalam
rangka pencegahan kecelakaan konstruksi, kecelakaan kerja, cedera dan
penyakit akibat kerja; dan
b. memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk menerapkan
SMKK
2. Menentukan persyaratan kompetensi, kebutuhan pelatihan, pelaksanaan
pelatihan dan evaluasi pelatihan
3. Mempromosikan peningkatan/perbaikan SMKK secara berkesinambungan
4. Melindungi pekerja yang melaporkan terjadinya kecelakaan, bahaya, dan
risiko kecelakaan konstruksi dari pemecatan dan/atau sanksi lain.

26 Universitas Pertahanan RI
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyusunan laporan studi kasus pada proyek Kereta Cepat Jakarta-


Bandung ini sangat berguna untuk mengetahui secara rinci tentang proses
pelaksanaan dari suatu perencanaan konstruksi sipil yang telah dipelajari pada
Mata Kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Proses
manajemen dan organisasi proyek, alat dan material pada suatu proyek,
metode pelaksanaan proyek, pengendalian proyek, serta permasalahan-
permasalahan yang terjadi dan solusi dari permasalahan tersebut. Kesimpulan
yang dapat diambil dari penyusunan laporan studi kasus pada proyek Kereta
Cepat Jakarta-Bandung ini adalah sebagai berikut:
1. SMKK dapat diimplementasikan pelaksanaannya secara terintegrasi tanpa
adanya kendala yang berarti untuk semua proyek-proyek yang
dilaksanakan.
2. Perlu dilakukan pendekatan terpadu atau tersistem dalam pelaksanaan
untuk memprediksi bagaimana alokasi sumber daya dan kebijakan
keselamatan suatu proyek konstruksi dapat mempengaruhi kinerja
keselamatan. Hal ini terbukti mampu membantu perusahaan dalam
pengembangan strategi proaktif yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
keselamatan.
3. Perlu dan pentingnya dilakukan kegiatan pelatihan, training, penyegaran
dan updating pengetahuan terkait K3 khususnya dalam rangka
pelaksanaan proyek mengingat betapa dinamisnya perubahan peraturan
perundang-undangan terkait K3 di Indonesia serta dinamisnya perubahan
penyebab bahaya kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja.

3.2 Saran

Penerapan K3 pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung peran


berbagai pihak yang saling terlibat, berinteraksi, dan bekerja sama. Masing

27 Universitas Pertahanan RI
masing pihak memiliki tanggung jawab bersama yang saling mendukung untuk
keberhasilan pelaksanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang ditandai
dengan evaluasi positif dari pelaksanaan program K3. Saran yang hendak
diperhatikan adalah:
1. Para pekerja proyek tetap harus mematuhi SOP K3, RKK dan Permen
PUPR No 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi (SMKK). Dikarenakan masih ada beberapa
pekerja proyek yang tidak menggunakan APD yang lengkap.
2. Kesadaran antara pekerja proyek untuk selalu mengutamakan kesehatan
dan keselamatan kerja di lokasi proyek harus lebih ditingkatkan lagi dengan
cara lebih sering diberikan sosisalisasi kepada seluruh pekerja agar semua
pekerja proyek lebih paham lagi akan pentingnya keselamatan kerja.
3. Pemilik proyek harus lebih memberikan pengawasan kepada pelaksanaan
pekerjaan di wilayahnya agar proyek berjalan dengan baik dan sesuai
dengan mutu yang telah dipersyaratkan pada spesifikasi teknis. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan cara membuat indikator pelaksanaan pekerjaan yang
terdapat pada dan Permen PUPR no 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman
Sistem Keselamatan Konstruksi (SMKK), sehingga pemilik proyek lebih
mudah untuk mengontrol dan mengawasi proyek yang berjalan di
wilayahnya.

28 Universitas Pertahanan RI
DAFTAR REFERENSI

Departemen PU. (2015) “Pelatihan Ahli K3 Konstruksi,” Badan Pembinaan


Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, Pusat Pembinaan Kompetensi
dan Pelatihan Konstruksi.

LP2K3L A2K4 (2003) ‘Bahan Pelatihan Ahli Muda Konstruksi: Modul 3


Pengetahuan Dasar K3’, in. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan, Indonesia.

Permen PU No. 9 (2008) Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Permen RI No. 50 (2012) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja.

Permenakertrans No.1 (1980) ‘Keselamatan & Kesehatan Kerja pada


Konstruksi Bangunan’.

Permennaker No. 5 Tahun (1996) “Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja”.

Ramadhan, M. A. (2022). Implementasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Pada Pekerjaan Girder Menggunakan Metode Hiradc (Hazard
Identification, Risk Assesment And Determining Control).

SE., MM., N. and Simbolon, J. (2017) ‘Pengaruh K3 Dan Lingkungan Kerja


Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Dwi Lestari Nusantara’, Jurnal
Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, 5(2). doi: 10.35137/jmbk.v5i2.115.

Shoatman Ramli (2010). Sistem Manjemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001.


Dian Rakyat. Jakarta

Soeharto, Imam. (1995). Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai


Operasional. Penerbit Erlangga. Jakarta.

29 Universitas Pertahanan RI

Anda mungkin juga menyukai