Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN JUDUL

TUGAS ASPEK HUKUM DAN ETIKA USAHA


STUDI KASUS PELAKSANAAN K3
(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)
KONTRUKSI BANGUNAN DIPONTIANAK

Disusun Oleh:

HELDEGARDIS KEKE PANDELA (4202112009)

ARIEF BUKHARI (4202112068)

REZA FITRIANSYAH (4202112078)

HAMDANI RAHMAN (4202112024)

PROGRAM STUDI D4 PERENCANAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Studi kasus tentang "K3
Konstruksi di kota Pontianak". Disini akan membahas tentang konsep dasar K3 Kontruksi.
Konsep dasar ini merupakan suatu hal yang wajib dikuasai bagi mahasiswa sebagai dasar
perencanaan lanjutan dalam pekerjaan kontruksi dan perencaan konstruksi.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan studi kasus ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiahini.

Kami berharap semoga studi kasus yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Pontianak, 19 Juni 2023

2
DAFTAR ISI

Judul: ”K3 Kontruksi Bangunan dan Jembatan kapuas 1 di Pontianak”

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1. 1 Latar Belakang................................................................................................................4
1. 2 Rumusan Masalah............................................................................................................6
1. 3 Tujuan.............................................................................................................................6
1. 4 Manfaat...........................................................................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI............................................................................7
2.1 Tinjauan Pustaka..............................................................................................................7
2.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)...............................................8
2.3 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)............................................................8
2.4 Analisa Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)....................................................9
2.5 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja....................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................11
3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................................11
3.2 Metode Pengumpulan Data..........................................................................................11
3.3 Teknik Analisis Data.....................................................................................................12
3.4 Identifikasi Bahaya......................................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................................29
4.1 Profil Responden.........................................................................................................29
4.2 Pembahasan................................................................................................................29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja masih kurang maksimal. Banyak pekerja konstruksi yang mengalami
kecelakaan kerja tiap tahunnya, kerusakan material, kegagalan produksi serta keterlambatan
pekerjaan konstruksi yang membuat perusahaan banyak mengalami kerugian. Area kerja
yang terbuka, pengaruh iklim, cuaca serta lingkungan kerja yang dapat dikatakan padat alat,
pekerja, dan material konstruksi dapat membuat resiko-resiko tersebut tidak dapat dihindari
dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Kecelakaan kerja sering terjadi karena kurangnya
perhatian para pelaksana proyek konstruksi akan persyaratan dan peraturan dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selain itu peraturan dan pelaksanaan K3 juga tidak
diimbangi hukum yang tegas dan sanksi yang berat bagi tenaga kerja yang melanggar aturan
K3 dalam proyek, sehingga banyak pelaksana proyek konstruksi yang melalaikan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya. Oleh karena itu, keselamatan kerja merupakan
aspek yang harus dibenahi setiap saat karena seperti kita ketahui, masalah keselamatan kerja
merupakan masalah yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan segi
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggung jawaban serta citra
dari suatu organisasi itu sendiri (Ervianto, 2005). 1 Untuk mencegah kecelakaan kerja,
diperlukan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
mengatur dan dapat dijadikan acuan bagi konsultan, kontraktor dan para pekerja konstruksi.
SMK3 merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem perlindungan tenaga kerja dan bagi
pekerjaan jasa konstruksi dapat meminimalisasi dan menghindarkan diri dari resiko kerugian
moral maupun material, kehilangan jam kerja, maupun keselamatan manusia dan lingkungan
sekitarnya yang nantinya dapat menunjang peningkatan kinerja yang efektif dan efisien
dalam proses pembangunan (Pangkey, 2012). Untuk itu penulis ingin meneliti mengenai studi
kasus pelaksanaan K3 pada pada proyek kontruksi di Pontianak.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana peraturan K3 di Indonesia?


2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi?
3. Bagaimana dan Seberapa jauh penerapan K3 pada proyek konstruksi di Pontianak?

1. 3 Tujuan
Adapun Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui berapa Desain dan
Perencanaan Pelat dan Balok.

1. Mengidentifikasi peraturan tentang K3 di Indonesia

4
2. Memperoleh faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja pada proyek konstruksi.
3. Seberapa jauh penerapan K3 pada proyek konstruksi di Pontianak.

1.4 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini diberikan beberapa batasan masalah agar penulis lebih terfokus
dan terarah pada tujuan utamanya, yaitu:

1. Penelitian data dilakukan pada proyek yang berlokasi di Pontianak


2. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner.
3. Meneliti tentang faktor-faktor dominan yang menyebabkan kecelakaan kerja dan
penerapan K3 pada proyek konstruksi di Pontianak
4. Responden terfokus pada pengusaha jasa konstruksi (kontraktor) yang sedang
melaksanakan proyek konstruksi di wilayah Pontianak.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis,


kontraktor dan para peneliti selanjutnya. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis sebagai pengetahuan tambahan dalam bidang manajemen


konstruksi khususnya mengenai faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dan
penerapan K3 pada proyek konstruksi.
2. Manfaat bagi kontraktor sebagai bahan masukan untuk mengurangi angka
kecelakaan kerja dan meningkatkan standar keselamatan dalam proyek.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam laporan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu: BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, keaslian tugas akhir, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian menegenai
teori yang menjadi landasan masalah yang akan dipecahkan dan hal-hal lainnya yang dapat
dijadikan sebagai dasar teori yang berkaitan dengan penelitian. BAB III : METODOLOGI
PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode pengumpulan data dan metode analisis data
yang digunakan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. 4 BAB IV :
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian
yang terdiri dari data responden, data proyek, analisis data-data yang telah dikumpulkan serta
analisis data tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari seluruh
penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Terdahulu

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu faktor yang paling penting
dalam menunjang tercapainya tujuan suatu proyek. Keselamatan dan Kesehatan Kerja hanya
bisa berjalan apabila adanya kerja sejumlah pihak yang terkait secara langsung dalam proyek
konstruksi mulai dari owner, kontraktor maupun perkerja lapangan (tenaga kerja ahli maupun
tenaga kerja non ahli).

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)


a. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan \ tubuh yang
terlindungi dari segala macam penyakit atau ganguan yang diakibatkan oleh pekerjaan
yang dilaksanakan.
b. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yg tidak di harapkan, tidak diinginkan, tidak
direncanakan serta tidak ada unsur kesengajaan yang dapat mengganggu atau merusak
kelangsungan yang wajar dari suatu kegiatan dan dapat mengakibatkan suatu luka atau
kerusakn pada benda atau peralatan (sudinarto,1995).

2. Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


Adapun tujuan di laksanakannya K3 antara lain ( pelealu,2015.p,2):
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjana
untuk kesejateraan hidup.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi di pelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

3. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara ekonomi (husen,2011)


a. Menghemat biaya yang tak terduga.
b. Meningkatkan moral dan produktivitas kerja.
c. Mengurangi resiko dan menghemat biaya asuransi karena peremiumnya lebih
rendah akibat sejerah kecelakan pereusahan yang lebih rendah.
d. Reputasi yang baik bagi perusahan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja
dapat meningkat permitaan pasar terhadap perusahan.
e. Upaya pengawasan terhadap 4 M (Men, Material, Machines, methonnds) dan
Environtmen yaitu manusia, material, mesin, metode kerja dan lingkungan yang
dapat memberikan lingkungan kerja aman dan nyaman sehingga tidak terjadi
kecelakaan ( Erverianto, 2005)

4. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

6
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).

2.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi sangatlah
penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya
yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi. Mengingat pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja maka semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment
(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja (Ervianto, 2005). Perlengkapan dan peralatan
penunjang program K3, meliputi :

1. Promosi program K3, yang terdiri dari :


a. Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan.
b. Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang
mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat.
2. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan
perlindungan diri (personal protective equipment) (Ariestadi, 2008),
diantaranya :
a. Pakaian Kerja
Pemakaian pakaian kerja berfungsi untuk melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang kurang sehat atau yang bisa
melukai badan.
b. Sepatu Kerja Sepatu kerja (safety shoes) harus memiliki bagian muka
yang cukup keras, supaya dapat memberikan perlindungan terhadap kaki
agar bisa bebas bergerak tanpa terluka oleh benda-benda tajam dan keras
c. Kacamata Kerja Kacamata kerja merupakan kacamata pengaman yang
digunakan untuk melindungi mata dari partikel-partikel debu yang
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat mata.
d. Penutup Telinga Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari
bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara
yang cukup keras dan bising.
e. Sarung Tangan Penggunaan sarung tangan bertujuan untuk melindungi
tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan pekerjaan.
f. Helm Helm (helmet) sangat penting digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas. Helm ini harus digunakan 10 dengan
benar sesuai dengan peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik
pembuatnya.
g. Masker Masker digunakan sebagai pelindung bagi pernafasan.

7
h. Jas Hujan Fungsi utama jas hujan adalah melindungi pekerja dari
gangguan cuaca terutama hujan, sehingga para pekerja dapat
melaksanakan pekerjaannya.
i. Sabuk Pengaman Fungsi utama tali/sabuk pengaman (safety belt) adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan.
j. Tangga Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.
Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian tertentu
harus disesuaikan dalam posisi aman.
k. P3K P3K sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama
apabila terjadi kecelakaan kerja. Adapun jenis dan jumlah obat obatan
disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Alat perlindungan diri dapat
berfungsi secara efektif apabila syarat-syarat dasar diperhatikan dengan
baik (Ridley, 2008). Syarat-syarat tersebut antara lain :
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
3. Memiliki konstruksi yang sangat kuat.
4. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya

2.3 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Tenaga Kerja

Seluruh pekerja pada proyek konstruksi perlu diberikan pelatihan mengenai program
dan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pelatihan program K3 yang terdiri
dari atas 2 bagian (Ariestadi, 2008), yaitu :

1. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya

a. Pedoman praktis pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
bangunan gedung.

b. Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material.

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan finishing.

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
2. Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode
pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam
pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan
proyek yang bersangkutan. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah :

1. Menegaskan kembali aturan keselamatan kerja.

2. Menyampaikan kemungkinan bahaya yang akan ditemui ditempat kerja dan cara
menghindarinya.

3. Memberitahukan alat-alat perlindungan diri dan cara penggunaannya

4. Mengetahui cara memakai dan memelihara alat perlindungan diri.

8
5. Memberitahukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi
kecelakaan.

2.4 Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko diawali dgn mengenali jenis-jenis keecelekaan


yang mungkin akan terjadi. Disini di lakukan pendifinisiaan risiko-risiko berupa jenis
kecelakaan kerja dari data primer dan literatur terdahulu untuk menentukan variabel
kuisioner.

2. Analisis Risiko Analisis risiko dibagi menjadi 2 macam yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.

a. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah proses peniliaan dampak dan


kemungkinan risiko yang sudah didefenisihkan. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek.

b. Analisis Kuantitatif Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk


mengidentifikasikan resiko kemungkinan kegagalan sistem. Analilis ini dilakukan dgn
mengaplikasikan formula matematis. Secara matematis perhiyungan risiko di ajuakan dengan
mengalikan tingkat kemungkinan kejadian dengan dampak yang di timbulkan. Hasil analisis
ini dapat digunakan untuk mengambil langkah strategis dalam mengatasi risiko yang
terindentifikasi. Meski analisis kuantitatif ini menggunakan pendekatan matematis, namun
pada prinspinya analilis ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil analisis kualitatif.
Kesulitan utama dalam analisis risiko kuantitatif adalah pada saat menetukan tingkat
kemungkinan karena data-data statistik belum tentu tersedia untuk semua pertiwa. Adapun
metode yang di pakai dalam analisis ini anatara lain adalah a. survey Survei adalah
pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei dilakukan dalam penelitian biasanya
dilakukan degan menyebar kuisioner atau wawancara, dengan tujuan untuk 20 mengetahui:
siapa, apakah, bagaimana atau cenderung suatu tindakan. Survei dilakukan kuantitatif. Dalam
penelitian survei dilakukan tertutup, survei merupakan metode pengumpulan data primer
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Jadi bisa di
simpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang
mewakili sebuah populasi, penelitian ini menggunakan survey dgn kuisioner`

2.5 Faktor-faktor Penyebab Kecelakan Kerja

Pristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan semua pihak.
Karena hah ini akan menimbulkan kerugian dan pembiayaan besar. Untuk menghindari
kecelakaan kerja kita harus mengetahui faktor penyebab kecelakan kerja. Faktor-faktor
kecelakaan kerja antara lain:

1. Faktor Manusia Adalah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia
diantaranya :

9
a. Ketidaktahuan Dalam menjalankan mesin-mesin dalam peralatan otomotif
diperlukan pengetahuan yang cukup. Bila teknisi kurang pengetahuannya, maka dapat
menjadi pemicu terjadi kecelakaan kerja.

b. Kemampuan yang kurang Tangkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan


untuk proses maintenace atau petawatan. Orang yang memilik kemampuan tinggi biasanya
akan bekerja lebih baik serta memperhatikan faktor keselamtan kerja pada pekerjaannya.
Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah akan menjadi lebih baik.

c. Ketrampilan yang kurang Setelah kekuatan pengetahuan teknisi yang baik maka
diperlukan latihan lewat cara tereus menerus agar ketrampilan semakian membaik. Hal
seperti ini untuk tingkat ketrampilan, agar meminilimalisir kesalahan dalam bekerja, dan
kurangi angka kecelakaan kerja.

d. Konsentrasi yang Kurang Dalam melakukan pekerjaan, pekerja dituntut konssentrasi


tinggi. Mesin-mesin beroperasi, berputar-putar ila karyawan mengoperasikannya. Banyak hal
yang menyebabkan hilangnya konsenterasi manusia,seperti persoalan pribadi atau keluarga,
persoalan ekonomi, maupun beberapa faktor yang datang dari lingkungan seperti kondisi
panas, dingin,bising dll.

e. Bemain-main Karakter seorang yang sukai bermain-main dalam bekerja, dapat jadi
salah satu pemicu kecelakaan kerja.

f. Bekerja Tanpa Peralatan Keselamatan Pekerja tertentu, mengharuskan memakai


peralatan keselamatan kerja. Peralatan kerja didesain untuk menghindari terjadi kecelakan
pada perkerja dalam melakukan pekerjaan yang di kerjakan.

g. Mengambil Resiko yang Tidak Tepat Karena tidak mau repat dalam bekerja, pekerja
terkadang melakukan tindakan untuk melekukan pekejaan tanpa memakai peralatan kerja

2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja


diantaranya sebagai berikut :

a. Tempat Kerja yang Tidak layak Tempat kerja harus penuhi sarat-sarat keselatan kerja.
Seperti ukuran tempat kerja, vertilasi udara, penerangan dan lain sebagainya.

b. Kondisi Peralatan yang Berbahaya Peralatan kerja serta mesin-mesin, pada dasarnya
jadi sumber kecelakaan kerja memiliki kandungan bahaya.

c. Transportasi Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi


juga cukup banyak.

10
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Dalam pelaksanaan studi ini dilakukan dengan pengambilang data dari lapangan.
Mengumpulkan semua data Studi Kasus Pelaksanaan K3 dengan melalui pengamatan yang
akan dilakukan di lapangan yang akan dibutuhkan untuk melakukan analisis yaitu analisis
Studi Kasus Pelaksanaan K3.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk
publikasi (J. Supranto, M. A, 2000). Data ialah data mentah yang perlu diolah sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang
menunjukkan fakta. Data yang diperoleh haruslah relevan artinya data yang ada hubungannya
langsung dengan penelitian. Selain itu data yang di peroleh adalah data Primer dan Sekunder.
a. Data Primer Merupakan data yang yang di dapat dari sumber pertama. Data primer
di peroleh dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan survey
dengan pihak-pihak terkaik.
b. Data Skunder Merupakan data yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku,
makalah, jurnal, penelitian terdahulu dan dapat berupa data yang dapat diolah dan jug a dapat
berupa data dari proyek tersebut. Data yang digunakan pada penelitian ini data primer
(langsung) dan data skunder berupa studi literatur dan data proyek.
Metode – metode penelusuran data yang digunakan adalah :
1. Metode literatur Yaitu penelitian dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta
mengolah data tertulis dan metode kerja yang dapat digunakan.
2. Metode Observasi Yaitu penelitian yang dilakukan mengunjungi secara langsung
objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang di prlukan dalam penelitian ini.
3. Metode Wawancara Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
wawancara dengan sejumlsh karyawan yang ada kaitan dengan penelitian ini.
4. Metode Dokumentasi Yaitu penelitian yang dilakukan dengan megumpulkan
dokumen-dokumen atau arsip yang ada kaitan dgn masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diimplementasikan. Tujuan dari analisis data yang dilakukan adalah
supaya informasi yang dihimpun agar menjadi jelas dan ekslisit. Pengumpulan data yang
diperoleh dari hasil angket atau kuesioner, wawancara dan dokumentasi.

Metode penelitian dalam pengumpulan data digunakan multi- metode, maka


teknik yang digunakan adalah trianggulasi. Tringgulasi merupakan teknik pengumpulan data

11
dan sumber data yang telah ada. Data utama penelitian adalah data angket yang berupa angka,
sehingga dihitung dengan menjumlahkan skor sesuai dengan masing-masing jawaban.
Kemudian untuk memperkuat dan mengecek validitas data angket dilakukan pencocokan
dengan data hasil dokumentasi yang didapat dari observasi. Ada pun langkah-langkah
pengamatan di lapangan dan wawancara

1. Yang Diamati Dilapangan

a. Proses pelaksanaan di lapangan.

b. Penerapan peraturan K3 dalam proses pekerjaan.

c. Dalam proses pelaksanaan proyek tidak mengganggu lingkungan sekitar.

d. Yang bertanggung jawab dalam proyek apabila dterjadi kecelakaan.

2. Daftar Wawancara Untuk Informan Inti :

a. Apakah dalam proyek ini peraturan K3 sudah diterapkan dan bagaimana


pelaksanaan K3 dalam pelaksanaan proyek ini?

b. Siapa yang bertugas menetapkan serta mengatur penerapan K3 dalam proyek


penggantian jembatan ini?

c. Bagaimana proses perencanaan dan penetapan peraturan K3 dalam proyek ini?

d. Apakah dalam proyek ini ada target tertentu yang dikhusaukan dalam
pelaksanaan K3 dalam proyek? Bagaimana proses inspeksi pengujian dan pemantauan kinerja
K3 yang dilakukan?

e. Apakah dalam proyek ini ada pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja?

f. Apakah ada peninjauan ulang terhadap penerapan kebijakan K3 dalam proyek


yang dilakukan perusahaan?

a. Bagaiamana pendapat anda pada kebijakan dan peraturan K3 yang sudah diterapkan oleh
perusahaan dalam pelaksanaan proyek ini?

b. Apakah ada bagian atau divisi tertentu yang bertugas menetapkan serta mengatur
penerapan K3 dalam proyek penggantian jembatan ini?

c. Bagaimana proses perencanaan dan penetapan peraturan K3 dalam proyek ini?

d. Apakah perusahaan memberikan dukungan penuh baik sumber daya manusia maupun
sarana dan prasarana dalam pelaksanaan K3 dalam proyek ini?

e. Bagaimana proses inspeksi pengujian dan pemantauan kinerja K3 yang dilakukan?

12
f. Apakah dalam proyek ini ada pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja? Apakah ada peninjauan ulang terhadap penerapan kebijakan K3 dalam proyek yang
dilakukan perusahaan?

3.4 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya dan risiko/dampak adalah langkah paling utama dalam menjalankan
proses manajemen risiko/dampak. Suatu bahaya yang tidak diidentifikasi tidak bisa di
kontrol. Oleh sebab itu, ini merupakan hal yang sangat penting dalam pemahaman. Pengisian
formulir registrasi identifikasi bahaya/aspek dan risiko/dampak harus dilakukan bersama
dengan pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Identifikasi bahaya
sering dilihat sebagai jantung dari manajemen risiko. Keberhasilan pencapaian analisis ini
sangat penting karena jika seseorang menghilangkan beberapa potensi bahaya, dapat
mengakibatkan kerugian manusia yang parah, kerusakan infrastruktur dan salah menilai
risiko.

Potensi bahaya yang ditemukan pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian
risiko guna menentukan tingkat risiko (Risk Rating) dari bahaya tersebut. Penilaian potensi
bahaya risiko melalui analisa dan evaluasi bahaya risiko yang dimaksudkan menentukan
besarnya risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadi dan besar akibat yang
ditimbulkan. Penilaian risiko (Risk Assesment) mencakup dua tahap proses yaitu
menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko (Risk Evaluation). Parameter
yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko adalah kemungkinan dan keparahan.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, parameter ini dilihat dari seberapa sering
terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja. Risk rating menggambarkan
seberapa besar dampak dari potensi bahaya yang diidentifikasi

Potensi bahaya pada proyek peningkatan jembatabn BH 2 yang dapat terjadi yaitu
terjatuh dari ketinggian yang dapat menyebabakan cidera fatal, tertimpa material bangunan
jembatan dan terjatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan cidera fatal, risiko anggota
tubuh trpukul palu yang dapat menyebabkan luka ringan, risiko terpental percikan beton yang
dapat menyebabkan luka ringan, risiko tangan terjepit yang dapat menyebabkan luka ringan,
dan risiko terjadi iritasi pada kulit, mata, dan paru-paru akibat debu semen dan pengelasan
yang dapat menyebabkan luka ringan.

Upaya pengendalian yang dilakukan mempertimbangkan dari hierarki pengendalian


yaitu eleminasi, substitusi, rekayasa teknik, administratif dan alat pelindung diri (APD). Pada
penelitian ini upaya pengendalian yang dilakukan secara menyuluruh meliputi tiga aspek
yaitu rekayasa teknik, administratif, dan APD dikarenakan atas pertimbangan tertentu hasil
dari verifikasi dengan ahli di bidangnya. Berikut ini

1. Rekayasa Teknik Aspek alat kerja kecil maupun alat berat upaya pengendalian yang
dilakukan berdasarkan rekayasa teknik seperti melakukan inspeksi berkala untuk mengecek
kelayakan alat maupun material yang digunakan dalam kondisi baik. Selanjutnya mengecek
sertifikasi pekerja untuk mengetahui bahwa pekerja tersebut memiliki kemampuan pekerjaan
di bidangnya.

13
2. Administratif ada upaya pengendalian berdasarkan administratif aspek yang ditinjau yaitu
tenaga kerja. Melakukan safety talk, toolbox meeting secara teratur sebelum mulai berkerja
sangat penting bagi tenaga kerja untuk selalu mengingatkan akan risiko bahaya yang
mungkin terjadi dalam pekerjan. Mengingatkan menggunakan APD secara lengkap kepada
tenaga kerja yang akan bekerja. Memberikan pelatihan (training) tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) ke pekerja

3. Alat Pelindung Diri (APD) Aspek tenaga kerja upaya pengendalian yang dilakukan
berdasarkan APD yaitu menggunakan sarung tangan untuk meminimalisir tangan terluka
akibat tergores, terpukul, tersayat oleh alat kerja maupun material di lokasi kerja.

Menggunakan masker untuk mengurangi polusi udara yang kotor di area sekitar lokasi
pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga menggunakan safety shoes bertujuan melindungi
kaki ketika bekerja. Mengenakan sabuk pengaman pada pekerja yang berada di ketinggian
tertentu agar aman tidak terjatuh. Secara keseluruhan menggunakan alat pelindung diri
dengan lengkap untuk mengurangi tingkat risiko bahaya yang mungkin akan terjadi.

14
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden


Dalam penelitian ini mengambil proyek konstruksi di Pontianak. Adapun beberapa
penjabaran mengenai data responden yang telah didapatkan dan diklasifikasikan berdasarkan
jabatan dalam proyek, berapa lama bekerja di proyek sipil, berapa lama pengalaman bekerja
di bidang keahlian, dan pendidikan tertinggi.

4.2 Pembahasan
A. Penetapan Kebijakan K3
Dimulai dari dibentuknya lembaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dibentuknya
kebijakan K3 dan sampai dilaksanakan dilapangan, dalam proses penerapan dilibatkan yaitu
manajemen dan tim panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).
Berdasarkan hasil diatas maka peneliti berpendapat bahwa proses pererapan kebijakan
pada proyek penggantian jembatan Kapuas 1 yang dikerjakan oleh PT. Kapuas Berkah Ilahi
yang bekerja sama dengan kontraktor China State Construction Overseas Develolopment
Shanghai, sudah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dibentuk
oleh manajemen K3 dan sudah dijalankan dengan baik, berdasarkan jawab yang dipaparkan
oleh responden, serta untuk pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) sudah
berjalan dilapangan. Sama halnya dengan penelitian Azmi 2008 hasil penelitian diperoleh
bahwa pelaksanaan komitmen dan kebijakan tim manajemen terhadap K3 sudah baik sesuai
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh 65 perusahaan yang dibentuk oleh manajemen K3
pada PT. Kapuas Berkah Ilahi Pontianak Selatan.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat sebagai bentuk komitmen untuk
mematuhi peraturan dan persyaratan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja yang
terkait sesuai dengan Permenaker PER.05/MEN1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Dengan melakukan komitmen dan kebijakan K3 yang digunakan sebagai usaha
pencegahan pencemaran lingkungan dan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan dan
berkomitmen untuk melakukan usaha pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
meningkatkan produktivitas kerja di perusahaan melalui perbaikan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) secara berkelanjutan (Ramli, 2009). Perlindungan
keselamatan pekerja melalui upaya teknis, pengamanan tempat, mesin, peralatan dan
lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang- kadang risiko terjadinya kecelakaan
masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri.
Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh peraturan pelaksanaan Undang-undang
No. 1 tahun 1970 yaitu instruksi Menteri tenaga kerja No. Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang
pengesahan alat pelindung diri (Suardi, 2005). 66

B. Perencanaan K3
Berdasarkan hasil dari penelitian maka proses penyusunan perencanaan yang
dilakukan dalam identifikasi bahaya pengendalian resiko pada kegiatan proyek penggantian

15
jembatan Kapuas 1 yang dikerjakan oleh PT. Kapuas Berkah Ilahi sudah ada manajemen
resiko, yaitu ada teknisi dan non teknisi maupun K3, untuk penyusunan adalah sebelum
melakukan pekerjaan, sudah merencanakan program pekerjaan dengan mengeluarkan profil
resiko yang disetujui oleh tim manajemen, agar dalam mengatasi resiko yang ada maupun
dalam menjaga pekerja dengan melibatkan tim manajemen resiko dan manajemen.
Berdasarkan hasil yang didapat maka peneliti berpendapat bahwa untuk perencanaan
sudah dilakukan dengan baik dari segi indentifikasi bahaya, pengendalian resiko pada
kegiatan dan sudah ada manajemen resiko, serta sudah ada teknisi K3. Senada dengan
penelitian Syartini (2010) mendapatkan hasil bahwa proses identifikasi bahaya dilakukan
oleh supervisor masing-masing departemen kemudian hasil identifikasi bahaya tersebut
diserahkan kepada wakil sekretaris P2K3 agar dilakukan penilaian risiko dari bahaya yang
mungkin timbul di masing-masing departemen. Hasil penilaian risiko tersebut, maka pihak
K3 dapat memberikan solusi atau langkah pengendalian dari bahaya yang ada sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja. 67 Menurut Permenaker No. 05/Men/1996 lampiran 1 poin 2
menerangkan bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur identifikasi,
penilaian dan pengendalian resiko.
Usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akan lebih berhasil apabila pihak
manajemen menyingkirkan masalah- masalah yang ada pada perusahaan sedini mungkin.

C. Pelaksanaan Penerapan Program


Berdasarkan hasil dari penelitian makaproses pelaksanaan penerapan program K3
pada PLTD Seunebok yang dilakukan dengan cara kerjasama antar tim, dengan memantau
kinerja K3 dilapangan, dengan memenuhi target setiap perusahaan, dengan melibatkan
seluruh unsur yang ada didalam perusahaan dan tim P2K3, serta dengan pengecekan atau
evaluasi yang berhubungan dengan K3, serta dilakukan pencatatan pemeriksaan yang sedang
berlangsung, peralatan dan metode pengujian yang ada di perusahaaan yaitu ada tersedia, dan
pengujian dengan cara rapat perbulan, serta proses pengadaan audit SMK3 yaitu dilakukan
audit antar unit PLN.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti berpendapat bahwa untuk
pelaksanaan penerapan program yang ada di PLTD Seunebok seudah berjalan dengan baik
yaitu terlihat dari segi kerja sama antar tim, serta ada dilakukan pemantauan dari manajemen
K3 dilapanagan, serta ada pengecekan ulang kegiatan, serta ada dilakukannya evaluasi. Hasil
ini sejalan dengan Wuon (2013), 68 medapatkan hasil penerapan SMK3 diperusahaan yang
sudah dilakukan dalam perlindungan keselamatan para pekerja yaitu berupa pengadaan
sejumlah alat pelindung diri sebagai upaya teknis pencegahan kecelakaan kerja.
Permenaker No. 05/Men/1996 lampiran 1 disebutkan dalam mencapai tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus menunjukkan personel yang mempunyai
kualifikasi yang sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diterapkan, meliputi : 69 1. Jaminan Kemampuan :
a. Sumber daya manusia, sarana dan dana Pihak perusahaan telah berusaha
dengan menyediakan sumber daya manusia yang berpotensi dengan melakukan tes sebelum
masuk kerja. Sarana dan dana yang memadai juga dipersiapkan utuk proses produksi supaya
berjalan lancar. Uraian tersebut berarti pihak perusahaan telah menerapkan jaminan

16
kemampuan sesuai dengan Permenaker No.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Integrasi Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan. Terbukti dengan angka kecelakaan kerja menurun di
perusahaan ini.
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat Struktur organisasi P2K3 yang berfungsi
menjalankan sistem manajemen ini sekaligus mengawasinya telah melakukan tanggung
jawabnya sesuai dengan tugas yang telah diberikan pada masing-masing orang.
d. Konsultasi, motivasi, dan kesadaran. Pihak perusahaan melakukan konsultasi
dengan perwakilan dari pekerja agar diperoleh hasil yang seimbang antara pihak perusahaan
dengan pekerja sehingga pekerja termotivasi 70 untuk melakukan hasil dari konsultasi
tersebut dengan kesadaran masing-masing pekerja.
e. Pelatihan dan kompetensi kerja Pihak perusahaan belum melakukan pelatihan
bagi seluruh pekerja. Pelatihan hanya diberikan pada pekerja yang ditunjuk menjadi anggota
dalam suatu organisasi.

D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Berdasarkan hasil dari penelitian makaproses pemantauan dan evaluasi proyek


penggantian jembatan Kapuas 1 yang dikerjakan oleh PT. Kapuas Berkah Ilahi dilakukan
evaluasi terkait K3 yang ada diperusahaan dan dilakukan infeksi baik APD dan tabung APAR
(Tabung Pemadam), dan evaluas yang dilakukan perbulan diakumulasikan dalam setahun
seperti perbulan, pertriwulan, semester, dan tahunan. Proses catatan K3 yaitu ada dilakukan
dan P2K3 yang melakukan proses catatannya, dan proses pengadaan audit SMK3 yaitu
dilakukan antar unit kerja, unit yang dipandu oleh tim P2K3.
Pemantauan K3 Sumber : PT. Kapuas Berkah Ilahi Berdasarkan hasil yang
didapatkan maka peneliti berpendapat bahwa untuk pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari inspeksi yang dilakukan setiap tahunnya
serta dilakukan pencatatan K3 oleh P2K3 serta proses pengadaan audit SMK3 antar unit
PLN. Sama dengan hasil Firdaus (2011) bahwa hasil wawancara menjelaskan perusahaan
melakukan evaluasi terhadap SMK3 setiap setahun sekali, adapun hasil evaluasi tersebut
tidak didukung dengan adanya dokumen ataupun dokumentasi dari pihak perusahaan
mengenai tindakan evaluasi tersebut.
Menurut Ramli (2009) Inspeksi dan Pengujian yaitu :
1) Pihak perusahaan melakukan inspeksi setiap waktu agar kerusakan pada sistem
kerja dapat segera diperbaiki.
2) Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pihak
keselamatan dan kesehatan kerja telah melakukan audit secara berkala setiap 3 bulan sekali
untuk melihat apakah hasil inspeksi dan langkah pengendalian yang telah dilakukan tersebut
masih berfungsi dengan baik.
3) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Hasil temuan dari pelaksanaan inspeksi
dan audit didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan
pencegahan. Berdasarkan Permenaker NO.05/Men/1996 Pasal 12 Bab IV, dalam rangka
menilai semua potensi bahaya potensial dalam sistem kegiatan operasi perusahaan,

17
perusahaan perlu melakukan audit SMK yaitu pemeriksaan secara sistematik dan independen,
untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan pengaturan yang
direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan
tujuan perusahaan.

E. Tinjauan Ulang terhadap Penerapan Program

Berdasarkan hasil dari penelitian makaproses yang dilakukan dalam tinjauan


ulang terhadap penerapan kebijakan K3 PLTD Seunebok ada dilakukan rapat bulanan yang
dilakukan oleh tim P2K3, rencana kerja dalam satu minggu serta ada apa dengan hasil yang
dicapai minggu yang lalu, dengan melibatkan tim P2K3, serta proses tinjauan ulang dari hasil
temuan audit SMK3 dilakukan perbaikan ulang jika ada terdapat kesalahan dan catatan hasil.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti berpendapat bahwa untuk tinjauan ulang
terhadap penerapan program sudah aturaan yang ada sudah berjalan dengan baik terlihat dari
kegiatan rapat bulanan yang dilakukan tim P2K3, serta ada rencana kerja yang dilakukan
sebelum kegiatan berlangsung serta ada audit perbaikan ulang terhadap kesalahan yang ada.
Sama halnya dengan penelitian Syartini (2010) bahwa pihak keselamatan dan kesehatan kerja
telah melakukan tinjauan ulang dari hasil perbaikan yang telah dilakukan kemudian pihak
perusahaan melakukan peningkatan berkelanjutan agar produktivitas perusahaan meningkat.
Menurut Ramli (2009) Tinjauan ulang Sistem Manajemn K3 di perusahaan ini
meliputi :
1) Evaluasi terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dankesehatan kerja.
3) Hasil temuan audit Sistem Manajemn Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
4) Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan :
a. Perubahan peraturan perundangan.
b. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.
c. Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi.
d. Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja
e. Pelaporan.
f. Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

18
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan guna menjawab masalah penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Undang-undang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia sudah


memadai, tetapi masi banyak perusahan yang masih belum menerapkan undang-undang
tersebut terhadap pekerjanya, sehingga dalam melakuan pekerjaan masih banyak pekerja
yang mengalami kecelakaan.

2) Dari hasil analisis yang dilakukan , ada 5 faktor yang utama penyebab kecelakaan
kerja yaitu tenaga kerja tidak memakai peralatan K3, pekerja tidak menggunakan peralatan
pertukangan yang tidak sesuai dengan kegunaannya, peralatan K3 yang kurang layak pakai,
tidak tersedianya perlengkapan K3, dan kurangnya rambu-rambu lalulintas.

3) Proses penerapan kebijakan K3 pada proyek penggantian jembatan Kapuas 1 yang


dikerjakan oleh PT. Kapuas Barokah Ilahi sesuai peraturan yang telah dikeluarkan dan yang
sudah diatur oleh perusahaan, dimulai dari dibentuknya lembaga keselamatan dan kesehatan
kerja (K3), dibentuknya kebijakan K3 dan sampai dilaksanakan dilapangan, dengan
dilibatkan yaitu manajemen dan tim panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
(P2K3).

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan antara lain :

1) Diharapakan kepada manejemen perusahan agar menerapkan peraturan Undang-


undang tentang penerapan K3 kepada seluruh anggota perusahan.

2) Diharapkan kepada manajemen perusahan untuk memperhatikan para pekerjanya


yg tidak menggunakan peralatan k3 yan tidak layak pakai dan lebih memperhatikan
penempatan rambu-rambu lalulintas.

3) Diharapkan kepada perusahan agar lebih memperhatikan para pekerjanya dan


lebih ditekan lagi untuk mematuhi peraturan K3 yang telah di keluarkan perusahan pada
proyek konstruksi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ariestadi & Dian 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta

Chirtina & Yui 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan kerrja

(K3) terhadap kinerja proyek konstruksi. Skripsi Teknik Sipil. Universitas Brawijaya.
Evrianto & Wulfram I 2007. Manejemen Konstruksi. Andi Offset. Yogyakarta

Evrianto 2005. Analisis Pengaru Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja pekerja

Konstruksi. Studi Kasus Proyek Pembangunan The Prak. Solo.

Firdaus 2011. Dampak Hebat Emosi Bagi Kesehatan. Yogyakarta.

Husen & Abrar 2011. Manejemen Proyek. Andi Offset. Yogyakarta

Husen 2011. Analisis Level Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap

Resiko dan Manejemen (K3).

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 2008. Pedoman Sistem Manejemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Projeck Manegement Body of Knowledge (PMBOK) 2003. A Guide Project

Management Body of Knowledge – 2000 Edition. Project Management 78

Institute Newton Square. Pennsylvania USA.

Prayogi 2012. Hubungan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Terhadap Tukang Bangunan. Proyek Hotel. Malang.

Pelealu & Christie Pricilia 20015. Penerapan Aspek Hukum Terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jurnal Univeraitas Sam Ratulangi 2.

Project Management Body of Knowledge (PMBOK) 2004. A Guide Project

Management Body of Knowledge Third edition. An America National Standart.


Pankey Febyana, dkk 2012. Penerapan Sistem Manejemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Manado.

Kurniawan 2015 tinggkat Pelaksanaan Sistem Manejemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3). Pada Proyek Konstruksi. Studi Kasus Semarang.

20

Anda mungkin juga menyukai