Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Studi kasus tentang "K3
Konstruksi di kota Pontianak". Disini akan membahas tentang konsep dasar K3 Kontruksi.
Konsep dasar ini merupakan suatu hal yang wajib dikuasai bagi mahasiswa sebagai dasar
perencanaan lanjutan dalam pekerjaan kontruksi dan perencaan konstruksi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan studi kasus ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiahini.
Kami berharap semoga studi kasus yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1. 1 Latar Belakang................................................................................................................4
1. 2 Rumusan Masalah............................................................................................................6
1. 3 Tujuan.............................................................................................................................6
1. 4 Manfaat...........................................................................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI............................................................................7
2.1 Tinjauan Pustaka..............................................................................................................7
2.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)...............................................8
2.3 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)............................................................8
2.4 Analisa Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)....................................................9
2.5 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja....................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................11
3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................................11
3.2 Metode Pengumpulan Data..........................................................................................11
3.3 Teknik Analisis Data.....................................................................................................12
3.4 Identifikasi Bahaya......................................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................................29
4.1 Profil Responden.........................................................................................................29
4.2 Pembahasan................................................................................................................29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja masih kurang maksimal. Banyak pekerja konstruksi yang mengalami
kecelakaan kerja tiap tahunnya, kerusakan material, kegagalan produksi serta keterlambatan
pekerjaan konstruksi yang membuat perusahaan banyak mengalami kerugian. Area kerja
yang terbuka, pengaruh iklim, cuaca serta lingkungan kerja yang dapat dikatakan padat alat,
pekerja, dan material konstruksi dapat membuat resiko-resiko tersebut tidak dapat dihindari
dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Kecelakaan kerja sering terjadi karena kurangnya
perhatian para pelaksana proyek konstruksi akan persyaratan dan peraturan dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selain itu peraturan dan pelaksanaan K3 juga tidak
diimbangi hukum yang tegas dan sanksi yang berat bagi tenaga kerja yang melanggar aturan
K3 dalam proyek, sehingga banyak pelaksana proyek konstruksi yang melalaikan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya. Oleh karena itu, keselamatan kerja merupakan
aspek yang harus dibenahi setiap saat karena seperti kita ketahui, masalah keselamatan kerja
merupakan masalah yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan segi
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggung jawaban serta citra
dari suatu organisasi itu sendiri (Ervianto, 2005). 1 Untuk mencegah kecelakaan kerja,
diperlukan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
mengatur dan dapat dijadikan acuan bagi konsultan, kontraktor dan para pekerja konstruksi.
SMK3 merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem perlindungan tenaga kerja dan bagi
pekerjaan jasa konstruksi dapat meminimalisasi dan menghindarkan diri dari resiko kerugian
moral maupun material, kehilangan jam kerja, maupun keselamatan manusia dan lingkungan
sekitarnya yang nantinya dapat menunjang peningkatan kinerja yang efektif dan efisien
dalam proses pembangunan (Pangkey, 2012). Untuk itu penulis ingin meneliti mengenai studi
kasus pelaksanaan K3 pada pada proyek kontruksi di Pontianak.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. 3 Tujuan
Adapun Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui berapa Desain dan
Perencanaan Pelat dan Balok.
4
2. Memperoleh faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja pada proyek konstruksi.
3. Seberapa jauh penerapan K3 pada proyek konstruksi di Pontianak.
Dalam laporan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu: BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, keaslian tugas akhir, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian menegenai
teori yang menjadi landasan masalah yang akan dipecahkan dan hal-hal lainnya yang dapat
dijadikan sebagai dasar teori yang berkaitan dengan penelitian. BAB III : METODOLOGI
PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode pengumpulan data dan metode analisis data
yang digunakan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. 4 BAB IV :
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian
yang terdiri dari data responden, data proyek, analisis data-data yang telah dikumpulkan serta
analisis data tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari seluruh
penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu faktor yang paling penting
dalam menunjang tercapainya tujuan suatu proyek. Keselamatan dan Kesehatan Kerja hanya
bisa berjalan apabila adanya kerja sejumlah pihak yang terkait secara langsung dalam proyek
konstruksi mulai dari owner, kontraktor maupun perkerja lapangan (tenaga kerja ahli maupun
tenaga kerja non ahli).
6
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).
7
h. Jas Hujan Fungsi utama jas hujan adalah melindungi pekerja dari
gangguan cuaca terutama hujan, sehingga para pekerja dapat
melaksanakan pekerjaannya.
i. Sabuk Pengaman Fungsi utama tali/sabuk pengaman (safety belt) adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan.
j. Tangga Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.
Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian tertentu
harus disesuaikan dalam posisi aman.
k. P3K P3K sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama
apabila terjadi kecelakaan kerja. Adapun jenis dan jumlah obat obatan
disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Alat perlindungan diri dapat
berfungsi secara efektif apabila syarat-syarat dasar diperhatikan dengan
baik (Ridley, 2008). Syarat-syarat tersebut antara lain :
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
3. Memiliki konstruksi yang sangat kuat.
4. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya
2.3 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Tenaga Kerja
Seluruh pekerja pada proyek konstruksi perlu diberikan pelatihan mengenai program
dan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pelatihan program K3 yang terdiri
dari atas 2 bagian (Ariestadi, 2008), yaitu :
1. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya
a. Pedoman praktis pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
bangunan gedung.
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
2. Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode
pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam
pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan
proyek yang bersangkutan. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah :
2. Menyampaikan kemungkinan bahaya yang akan ditemui ditempat kerja dan cara
menghindarinya.
8
5. Memberitahukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi
kecelakaan.
2. Analisis Risiko Analisis risiko dibagi menjadi 2 macam yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.
Pristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan semua pihak.
Karena hah ini akan menimbulkan kerugian dan pembiayaan besar. Untuk menghindari
kecelakaan kerja kita harus mengetahui faktor penyebab kecelakan kerja. Faktor-faktor
kecelakaan kerja antara lain:
1. Faktor Manusia Adalah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia
diantaranya :
9
a. Ketidaktahuan Dalam menjalankan mesin-mesin dalam peralatan otomotif
diperlukan pengetahuan yang cukup. Bila teknisi kurang pengetahuannya, maka dapat
menjadi pemicu terjadi kecelakaan kerja.
c. Ketrampilan yang kurang Setelah kekuatan pengetahuan teknisi yang baik maka
diperlukan latihan lewat cara tereus menerus agar ketrampilan semakian membaik. Hal
seperti ini untuk tingkat ketrampilan, agar meminilimalisir kesalahan dalam bekerja, dan
kurangi angka kecelakaan kerja.
e. Bemain-main Karakter seorang yang sukai bermain-main dalam bekerja, dapat jadi
salah satu pemicu kecelakaan kerja.
g. Mengambil Resiko yang Tidak Tepat Karena tidak mau repat dalam bekerja, pekerja
terkadang melakukan tindakan untuk melekukan pekejaan tanpa memakai peralatan kerja
a. Tempat Kerja yang Tidak layak Tempat kerja harus penuhi sarat-sarat keselatan kerja.
Seperti ukuran tempat kerja, vertilasi udara, penerangan dan lain sebagainya.
b. Kondisi Peralatan yang Berbahaya Peralatan kerja serta mesin-mesin, pada dasarnya
jadi sumber kecelakaan kerja memiliki kandungan bahaya.
10
BAB III METODE PENELITIAN
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diimplementasikan. Tujuan dari analisis data yang dilakukan adalah
supaya informasi yang dihimpun agar menjadi jelas dan ekslisit. Pengumpulan data yang
diperoleh dari hasil angket atau kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
11
dan sumber data yang telah ada. Data utama penelitian adalah data angket yang berupa angka,
sehingga dihitung dengan menjumlahkan skor sesuai dengan masing-masing jawaban.
Kemudian untuk memperkuat dan mengecek validitas data angket dilakukan pencocokan
dengan data hasil dokumentasi yang didapat dari observasi. Ada pun langkah-langkah
pengamatan di lapangan dan wawancara
d. Apakah dalam proyek ini ada target tertentu yang dikhusaukan dalam
pelaksanaan K3 dalam proyek? Bagaimana proses inspeksi pengujian dan pemantauan kinerja
K3 yang dilakukan?
e. Apakah dalam proyek ini ada pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja?
a. Bagaiamana pendapat anda pada kebijakan dan peraturan K3 yang sudah diterapkan oleh
perusahaan dalam pelaksanaan proyek ini?
b. Apakah ada bagian atau divisi tertentu yang bertugas menetapkan serta mengatur
penerapan K3 dalam proyek penggantian jembatan ini?
d. Apakah perusahaan memberikan dukungan penuh baik sumber daya manusia maupun
sarana dan prasarana dalam pelaksanaan K3 dalam proyek ini?
12
f. Apakah dalam proyek ini ada pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja? Apakah ada peninjauan ulang terhadap penerapan kebijakan K3 dalam proyek yang
dilakukan perusahaan?
Identifikasi bahaya dan risiko/dampak adalah langkah paling utama dalam menjalankan
proses manajemen risiko/dampak. Suatu bahaya yang tidak diidentifikasi tidak bisa di
kontrol. Oleh sebab itu, ini merupakan hal yang sangat penting dalam pemahaman. Pengisian
formulir registrasi identifikasi bahaya/aspek dan risiko/dampak harus dilakukan bersama
dengan pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Identifikasi bahaya
sering dilihat sebagai jantung dari manajemen risiko. Keberhasilan pencapaian analisis ini
sangat penting karena jika seseorang menghilangkan beberapa potensi bahaya, dapat
mengakibatkan kerugian manusia yang parah, kerusakan infrastruktur dan salah menilai
risiko.
Potensi bahaya yang ditemukan pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian
risiko guna menentukan tingkat risiko (Risk Rating) dari bahaya tersebut. Penilaian potensi
bahaya risiko melalui analisa dan evaluasi bahaya risiko yang dimaksudkan menentukan
besarnya risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadi dan besar akibat yang
ditimbulkan. Penilaian risiko (Risk Assesment) mencakup dua tahap proses yaitu
menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko (Risk Evaluation). Parameter
yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko adalah kemungkinan dan keparahan.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, parameter ini dilihat dari seberapa sering
terjadinya kegiatan yang dapat memicu kecelakaan kerja. Risk rating menggambarkan
seberapa besar dampak dari potensi bahaya yang diidentifikasi
Potensi bahaya pada proyek peningkatan jembatabn BH 2 yang dapat terjadi yaitu
terjatuh dari ketinggian yang dapat menyebabakan cidera fatal, tertimpa material bangunan
jembatan dan terjatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan cidera fatal, risiko anggota
tubuh trpukul palu yang dapat menyebabkan luka ringan, risiko terpental percikan beton yang
dapat menyebabkan luka ringan, risiko tangan terjepit yang dapat menyebabkan luka ringan,
dan risiko terjadi iritasi pada kulit, mata, dan paru-paru akibat debu semen dan pengelasan
yang dapat menyebabkan luka ringan.
1. Rekayasa Teknik Aspek alat kerja kecil maupun alat berat upaya pengendalian yang
dilakukan berdasarkan rekayasa teknik seperti melakukan inspeksi berkala untuk mengecek
kelayakan alat maupun material yang digunakan dalam kondisi baik. Selanjutnya mengecek
sertifikasi pekerja untuk mengetahui bahwa pekerja tersebut memiliki kemampuan pekerjaan
di bidangnya.
13
2. Administratif ada upaya pengendalian berdasarkan administratif aspek yang ditinjau yaitu
tenaga kerja. Melakukan safety talk, toolbox meeting secara teratur sebelum mulai berkerja
sangat penting bagi tenaga kerja untuk selalu mengingatkan akan risiko bahaya yang
mungkin terjadi dalam pekerjan. Mengingatkan menggunakan APD secara lengkap kepada
tenaga kerja yang akan bekerja. Memberikan pelatihan (training) tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) ke pekerja
3. Alat Pelindung Diri (APD) Aspek tenaga kerja upaya pengendalian yang dilakukan
berdasarkan APD yaitu menggunakan sarung tangan untuk meminimalisir tangan terluka
akibat tergores, terpukul, tersayat oleh alat kerja maupun material di lokasi kerja.
Menggunakan masker untuk mengurangi polusi udara yang kotor di area sekitar lokasi
pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga menggunakan safety shoes bertujuan melindungi
kaki ketika bekerja. Mengenakan sabuk pengaman pada pekerja yang berada di ketinggian
tertentu agar aman tidak terjatuh. Secara keseluruhan menggunakan alat pelindung diri
dengan lengkap untuk mengurangi tingkat risiko bahaya yang mungkin akan terjadi.
14
BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
A. Penetapan Kebijakan K3
Dimulai dari dibentuknya lembaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dibentuknya
kebijakan K3 dan sampai dilaksanakan dilapangan, dalam proses penerapan dilibatkan yaitu
manajemen dan tim panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).
Berdasarkan hasil diatas maka peneliti berpendapat bahwa proses pererapan kebijakan
pada proyek penggantian jembatan Kapuas 1 yang dikerjakan oleh PT. Kapuas Berkah Ilahi
yang bekerja sama dengan kontraktor China State Construction Overseas Develolopment
Shanghai, sudah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dibentuk
oleh manajemen K3 dan sudah dijalankan dengan baik, berdasarkan jawab yang dipaparkan
oleh responden, serta untuk pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) sudah
berjalan dilapangan. Sama halnya dengan penelitian Azmi 2008 hasil penelitian diperoleh
bahwa pelaksanaan komitmen dan kebijakan tim manajemen terhadap K3 sudah baik sesuai
dengan peraturan yang dikeluarkan oleh 65 perusahaan yang dibentuk oleh manajemen K3
pada PT. Kapuas Berkah Ilahi Pontianak Selatan.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat sebagai bentuk komitmen untuk
mematuhi peraturan dan persyaratan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja yang
terkait sesuai dengan Permenaker PER.05/MEN1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Dengan melakukan komitmen dan kebijakan K3 yang digunakan sebagai usaha
pencegahan pencemaran lingkungan dan perbaikan lingkungan secara berkelanjutan dan
berkomitmen untuk melakukan usaha pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
meningkatkan produktivitas kerja di perusahaan melalui perbaikan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) secara berkelanjutan (Ramli, 2009). Perlindungan
keselamatan pekerja melalui upaya teknis, pengamanan tempat, mesin, peralatan dan
lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang- kadang risiko terjadinya kecelakaan
masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri.
Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh peraturan pelaksanaan Undang-undang
No. 1 tahun 1970 yaitu instruksi Menteri tenaga kerja No. Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang
pengesahan alat pelindung diri (Suardi, 2005). 66
B. Perencanaan K3
Berdasarkan hasil dari penelitian maka proses penyusunan perencanaan yang
dilakukan dalam identifikasi bahaya pengendalian resiko pada kegiatan proyek penggantian
15
jembatan Kapuas 1 yang dikerjakan oleh PT. Kapuas Berkah Ilahi sudah ada manajemen
resiko, yaitu ada teknisi dan non teknisi maupun K3, untuk penyusunan adalah sebelum
melakukan pekerjaan, sudah merencanakan program pekerjaan dengan mengeluarkan profil
resiko yang disetujui oleh tim manajemen, agar dalam mengatasi resiko yang ada maupun
dalam menjaga pekerja dengan melibatkan tim manajemen resiko dan manajemen.
Berdasarkan hasil yang didapat maka peneliti berpendapat bahwa untuk perencanaan
sudah dilakukan dengan baik dari segi indentifikasi bahaya, pengendalian resiko pada
kegiatan dan sudah ada manajemen resiko, serta sudah ada teknisi K3. Senada dengan
penelitian Syartini (2010) mendapatkan hasil bahwa proses identifikasi bahaya dilakukan
oleh supervisor masing-masing departemen kemudian hasil identifikasi bahaya tersebut
diserahkan kepada wakil sekretaris P2K3 agar dilakukan penilaian risiko dari bahaya yang
mungkin timbul di masing-masing departemen. Hasil penilaian risiko tersebut, maka pihak
K3 dapat memberikan solusi atau langkah pengendalian dari bahaya yang ada sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja. 67 Menurut Permenaker No. 05/Men/1996 lampiran 1 poin 2
menerangkan bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur identifikasi,
penilaian dan pengendalian resiko.
Usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akan lebih berhasil apabila pihak
manajemen menyingkirkan masalah- masalah yang ada pada perusahaan sedini mungkin.
16
kemampuan sesuai dengan Permenaker No.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Integrasi Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan. Terbukti dengan angka kecelakaan kerja menurun di
perusahaan ini.
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat Struktur organisasi P2K3 yang berfungsi
menjalankan sistem manajemen ini sekaligus mengawasinya telah melakukan tanggung
jawabnya sesuai dengan tugas yang telah diberikan pada masing-masing orang.
d. Konsultasi, motivasi, dan kesadaran. Pihak perusahaan melakukan konsultasi
dengan perwakilan dari pekerja agar diperoleh hasil yang seimbang antara pihak perusahaan
dengan pekerja sehingga pekerja termotivasi 70 untuk melakukan hasil dari konsultasi
tersebut dengan kesadaran masing-masing pekerja.
e. Pelatihan dan kompetensi kerja Pihak perusahaan belum melakukan pelatihan
bagi seluruh pekerja. Pelatihan hanya diberikan pada pekerja yang ditunjuk menjadi anggota
dalam suatu organisasi.
17
perusahaan perlu melakukan audit SMK yaitu pemeriksaan secara sistematik dan independen,
untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan pengaturan yang
direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan
tujuan perusahaan.
18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan guna menjawab masalah penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut :
2) Dari hasil analisis yang dilakukan , ada 5 faktor yang utama penyebab kecelakaan
kerja yaitu tenaga kerja tidak memakai peralatan K3, pekerja tidak menggunakan peralatan
pertukangan yang tidak sesuai dengan kegunaannya, peralatan K3 yang kurang layak pakai,
tidak tersedianya perlengkapan K3, dan kurangnya rambu-rambu lalulintas.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan antara lain :
19
DAFTAR PUSTAKA
Ariestadi & Dian 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta
Chirtina & Yui 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan kerrja
(K3) terhadap kinerja proyek konstruksi. Skripsi Teknik Sipil. Universitas Brawijaya.
Evrianto & Wulfram I 2007. Manejemen Konstruksi. Andi Offset. Yogyakarta
Evrianto 2005. Analisis Pengaru Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja pekerja
Husen 2011. Analisis Level Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
20