Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat dan
penyertaanNya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk kuliah K3 & Aspek Hk. Konstruksi .
Karena keterbatasan kami sebagai penulis dalam menyusun tugas ini yang , maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Makalah.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam berbagai hal terutama kepada Bapak Koilal Alokabel, SST.,M.Si sebagai
dosen yang telah memberikan materi kepada kami sehingga tugas ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
Saya berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapapun dan bagi para
pembaca.

Kupang, 24 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.....................................3
2.2 Kecelakaan Kerja..........................................................................................3
2.3 Penyebab Kecelakaan...................................................................................7
2.4 Klasifikasi Menurut Penyebab......................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Jenis-jenis Kecelakaan Proyek Konstruksi Jembatan...................................10
3.2 Faktor Penyebab Kecelakaan pada Proyek Konstruksi Jembatan................10
3.3 Aspek-aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja..........................................13
3.4 Kasus-kasus Kecelakaan Kerja.....................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................17
4.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada hakikatnya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan prioritas utama
dalam kehidupan manusia. Permasalahan K3 di Indonesia masih dianggap rendah, ini
terbukti dari masih banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi terutama di sektor
konstruksi, inilah yang mengakibatkan banyak terjadinya kecelakaan kerja baik yang
serius maupun yang tidak serius bahkan kematian.
Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kecelakaan kerja ini biasanya
terjadi karena kelalaian pekerja itu sendiri dan kondisi lingkungan kerjanya di lokasi
proyek. Berbagai kecelakaan kerja masih sering terjadi dalam proses produksi terutama
di sektor jasa konstruksi. Berdasarkan laporan International Labor Organization (ILO),
setiap hari terjadi 6.000 kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal.
Sementara di Indonesia setiap 100 ribu tenaga kerja terdapat 20 korban yang fatal akibat
kecelakaan kerja (Metrotvnews.com, 2013).
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang industri yang harus dilaksanakan
dalam keadaan kompleks dan sulit, baik yang menggunakan tenaga manusia maupun
mesin sehingga berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan. Risiko dapat memberikan
pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek.
Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap memiliki
risiko. Proyek konstruksi memiliki serangkaian catatan kecelakaan yang memakan
korban jiwa.
Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan berisiko tinggi (high risk) dan yang
menempati peringkat utama terjadinya kecelakaan kerja. Pekerjaan konstruksi dapat
menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut
aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dapat
yang dilakukan antara lain mengidentifikasi apa-apa saja risiko dan bahaya kecelakaan
kerja yang dapat terjadi di lokasi tersebut. Dibutuhkan sebuah analisa mengingat
pentingnya untuk mencari tahu faktor-faktor penyebab yang mungkin terjadi suatu
kecelakaan kerja.
Jika kecelakaan terjadi maka sudah menjadi kewajiban untuk menganalisa
kejadian tersebut lebih dalam agar kejadian tersebut tidak terulang lagi di masa depan
karena suatu kecelakaan selalu mendatangkan kerugian baik kecelakaan kecil dan
kecelakaan besar. Kerugian tersebut dapat mengakibatkan korban jiwa, peralatan, hasil
produksi bahkan polusi lingkungan kerja. Seperti dalam pembangunan proyek jembatan
merupakan salah satu proyek konstruksi yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang
tinggi. Sebagian besar kaki jembatan akan berada di atas laut. Dampak pemasangan
tiang pancang, bangunan yang berada dekat dari tiang pancang mungkin retak karena
pembangunan jembatan ini dekat dengan pemukiman penduduk dan nelayan. Alat-alat
berat dan mesin-mesin yang canggih memerlukan prosedur yang benar untuk
menggunakannya. Keselamatan dan kesehatan kerja bukan sekedar kewajiban, akan
tetapi sudah menjadi kebutuhan para pekerja dan sistem pekerjaan. Kegiatan konstruksi
harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku. Dalam
bidang K3 terdapat cara untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-
faktor risiko di lokasi proyek.
Analisa yang digunakan untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja secara
sistematik adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Metode Fault Tree
Analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang
1
berperan terhadap terjadinya kegagalan. Dengan metode ini diharapkan dapat
menyimulasikan dan menganalisis permasalahan konstruksi serta menghitung
probability untuk perencanaan safety management kedepannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Masalah yang timbul adalah:
1. Jenis-jenis kecelakaan apa saja yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi
Jembatan?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada proyek konstruksi
Jembatan?
3. Aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja apa saja yang diterapkan untuk
mengurangi resiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi Jembatan?
4. Kasus-kasus kecelakaan apa yang sering terjadi dalam lingkup kerja proyek
konstruksi jembatan?

1.3 TUJUAN
Dalam penulisan ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi pada
proyek konstruksi jembatan.
2. Mahasiswa dapat menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja pada proyek konstruksi jembatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam
mengurangi risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi jembatan.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Bidang keilmuan, untuk dapat diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
referensi mengenai penerapan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) pada proyek
pembangunan jembatan.
2. Dengan adanya informasi ini dapat digunakan untuk mengurangi kecelakaan kerja
yang diakibatkan oleh penerapan K3.
3. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja pada proyek pembangunan jembatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UNDANG-UNDANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Beberapa ketetapan yang menyatakan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Indonesia sebagai upaya untuk melindungi para perkerja dari bahaya yang
ditimbulkan adalah:
a. UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja dalam Pasal 2 ayat 1, keselamatan kerja
yang diatur dalam Undang-undang ini adalah segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan RI.
b. UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan beberapa perundang-undangan lainnya
yang membahas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Portal K3.com,
2005)

2.2 KECELAKAAN KERJA


Kecelakaan adalah suatu yang tidak diduga dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Sulaksmono, 1997) dan
kecelakaan terjadi tanpa disangkasangka dan dalam sekejap mata, dan setiap kejadian
terdapat empat faktor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan,
bahaya, peralatan dan manusia (Silalahi, 1995) dalam Anizar (2009).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubung dengan hubungan
kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal
ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan yang dilakukan.

3
4
5
2.3 PENYEBAB KECELAKAAN
Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan
unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80-85% kecelakaan
disebabkan oleh unsafe action.

2.3.1 Unsafe Action


Unsafe action disebabkan oleh berbagai hal berikut :
1. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu:
 Posisi tubuh yang menybabkan mudah lelah
 Cacat fisik
 Cacat sementara
 Kepekaan panca indra terhadap sesuatu
2. Kurang pendidikan
 Kurang pengalaman
 Salah pengertian terhadap suatu perintah
 Kurang terampil
 Salah mengartikan SOP (Standard Operational Procedure) sehingga
mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.
 Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenagan
 Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya.
 Pemakaian akat pelindung diri (APD) berpura-pura
 Mengangkut beban terlalu berlebihan
 Bekerja berlebihan dan melebihi jam kerja

2.3.2 Unsafe Condition


Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
 Peralatan yang sudah tidak layak pakai
 Ada api di tempat bahaya
 Pengamanan gedung kurang standar
 Terpapar bising
 Terpapar radiasi
 Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
 Kondisi suhu yang membahayakan
 Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan
 Sistem peringatan yang berlebihan
 Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya

2.4 KLASIFIKASI MENURUT PENYEBAB


Ada beberapa kecelakaan akibat kecelakaan kerja menurut International
Organization Labour (ILO) pada tahun 1962 dalam Anizar (2009), yaitu:

2.4.1 Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Kerja


1. Terjatuh
2. Tertimpa benda jatuh
3. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh
4. Terjepit oleh benda
5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
6. Pengaruh suhu tinggi
7. Terkena arus listrik
8. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
6
7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 JENIS-JENIS KECELAKAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JEMBATAN


Menurut Williams (2006), jenis kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan
konstruksi adalah meliputi :
1. Terjatuh.
Pekerja jatuh karena akses ke dan dari tempat kerja tidak memadai, atau
tempat kerja itu sendiri tidak aman. Pentingnya menyediakan akses yang baik ke
posisi kerja yang aman (misalnya platform dengan papan kaki dan rel penjaga).
2. Kejatuhan Bahan dan Bangunan Ambruk.
Orang-orang terjebak oleh materi yang jatuh dari beban yang diangkat atau
material yang terjatuh dari atas, pekerja lainnya terjebak atau terkubur material yang
jatuh saat penggalian, bangunan atau dikarenakan bangunan runtuh. Keruntuhan
bangunan dapat dikarenakan pondasi bangunan rusak oleh penggalian di dekatnya,
atau karena strukturnya melemah dan / atau kelebihan beban. Struktur bangunan juga
bisa runtuh secara tak terduga selama pembongkaran jika tindakan pengendalian
tidak dilakukan segera untuk mencegah ketidakstabilan bangunan.
3. Tersengat listrik.
Pekerja terkena sengatan listrik dan bahkan mengalami luka bakar saat
menggunakan peralatan yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang berbahaya.
4. Tersandung.
Tersandung adalah penyebab paling umum dari kecelakaan yang dilaporkan
di bidang konstruksi jembatan, dengan lebih dari 1000 cedera mayor setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya peralatan dan bahan – bahan yang
berantakan di daerah sekitar proyek.

c.2 FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI


JEMBATAN
Kecelakaan kerja (occupational accident) adalah sebuah kejadian atau peristiwa
yang berasal dari, atau terjadi dalam, rangkaian pekerjaan yang berakibat cedera fatal
(fatal occupational injury) dan cedera tidak fatal (non-occupational injury).
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, Kecelakaan Kerja adalah “kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Seringkali, kecelakaan kerja
dipahami sebagai kejadian yang mendadak, terjadi diluar kendali seseorang dan tidak
diharapkan/tidak disengaja. Berikut merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan
kerja.

3.2.1 Faktor Teknis


a. Tempat Kerja.
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti
ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja,
lantai dan kebersihan ruangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang, dan lain
sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.

8
b. Kondisi Peralatan.
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau
peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau
sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya.
Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan
kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia.
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak.
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak,
pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat
memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja
tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode
memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa
memindahkan dan lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat
diperlukan alat bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat
bantu ini harus mengerti benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak,
kemungkinan akan timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan
maupun tenaga kerja lainnya.
d. Transportasi.
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga
cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang
berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin,
sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak
baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk
mengatasi hal tersebut di atas, diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi
yang tepat dan aman, melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational
procedure (SOP), jalan yang cukup, penambahan tandatanda keselamatan,
pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal dengan warna cat)
dan lain sebagainya.
e. Tools (Alat).
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada.
Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan
kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang sudah tua dan melakukan
kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja

3.2.2 Faktor Non-Teknis


a. Ketidaktahuan.
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan
pengetahuan yang cukup oleh teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan
peralatan kerja, memahami karakter dari masingmasing mesin dan sebagainya,
menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan,
maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.
b. Kemampuan yang kurang.
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses produksi
dan proses maintenance atau perawatan. Orang yang memiliki kemampuan tinggi
biasanya akan bekerja dengan lebih baik serta memperhatikan faktor keselamatan
kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan
menjadi lebih baik.
9
c. Keterampilan yang kurang.
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan
secara terus-menerus. Hal ini untuk lebih selalu mengembangkan ketrampilan
gunasemakin meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka
kecelakaan kerja.Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengan
training.
d. Bermain-main
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa menjadi
salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja. Demikian juga dalam
bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan kecelakaan
kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan sebaiknya dilaksanakan
dengan cermat, teliti, dan hati-hati agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud.
Terlebih lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan
kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.
e. Bekerja tanpa peralatan keselamatan.
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan
keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi
pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan.
Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan keselamatan
yang nyaman dan aman ketika 40 digunakan.Perlatan keselamatan tersebut
diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las,
sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari
kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya. Terkadang
orang yang sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan
keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini
sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu menggunakan
peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas pekerjaan yang terbaik serta
keselamatan dan kesehatan dirinya selama bekerja

3.2.3 Faktor Alam


a. Gempa bumi.
Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan keselamatan kerja
sesuai standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun faktor alam
sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri berada akibat pergerakan
tanah atau patahan lempeng bumi secara tektonik maupun vulkanik dan dapat
menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang besar dan akan bertambah
jika gempa bumi tersebut juga disusul dengan tsunami.
b. Banjir.
Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, terlebih
perusahaan berada dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat merendam
peralatan dan mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan konsleting
listrik juga dapat menghanyutkan para pekerja/operator.
c. Tornado/Puting Beliung.
Tornado/puting beliung merupakan kolom udara yang berputar kencang yang
membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka
dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah dan rata-rata memiliki
kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m sampai beberapa kilometer
sebelum menghilang.

10
c.3 ASPEK-ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Anogara (2005) menyatakan terdapat aspek dalam kesehatan dan keselamatan kerja
yang harus diperhatikan, antara lain:
3.3.1 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yaitu tempat dimana seseorang atau pegawai dalam
melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja dalam hal ini berhubungan dengan kondisi
kerja, seperti kondisi ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

3.3.2 Alat Kerja dan Bahan


Alat kerja dan bahan adalah suatu hal yang penting dibutuhkan perusahaan
dalam produksi barang. Pada saat memproduksi barang, alat kerja sangatlah vital
yang dipakai oleh para pekerja dalam menjalankan aktivitas proses produksi dan
disamping itu adalah bahan utama yang ingin dijadikan barang.

c.4 KASUS-KASUS KECELAKAAN KERJA


3.4.1 Jembatan Tol Bocimi ambruk, 2017

Gambar 1. Jembatan Tol Bocini ambruk, 2017

Dua orang mengalami luka-luka dan satu orang meninggal dunia setelah
Jembatan Tol Bocimi di Kampung Tenggek, Desa Cimande Hilir, Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor, ambruk, Jumat (22/9/2017).

3.4.2 Jembatan di Pangkal Pinang 2020

Gambar 2. Jembatan di Pangkal Pinang, 2020


11
Jembatan alternatif penghubung Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka,
Kepulauan Bangka Belitung senilai Rp.25 miliar tersebut ambruk pada Jumat
(16/10/2020) malam.

3.4.3 Girder Jembatan Tol Desari terguling, 2018

Gambar 3. Girder jembatan tol Desari terguling,2018

Enam balok atau girder yang masing-masing sepanjang 30,8 meter pada
konstruksi Simpang Susun Antasari Jalan Tol Depok-Antasari (Desari) terguling,
Selasa (2/1/2018) pukul 09.40 WIB.

3.4.4 Jembatan Tenggarong, Kutai, Kalimantan Timur, 2011

Gambar 4. Jembatan Tenggarong runtuh, 2011

Runtuhnya Jembatan Kartanegara terus berlangsung di Tenggarong,


Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (28/11). Sejauh ini,
jembatan sepanjang 710 meter yang runtuh pada Sabtu (26/11) sore membuat 13
korban meninggal, 40 luka-luka, dan 30 dinyatakan hilang. Selain menelan korban
jiwa, kejadian itu menyebabkan perekonomian Kukar terganggu.

12
3.4.5 Jembatan kungkung Bali , 2016

Gambar 5. Jembatan Kungkung roboh, 2016

Jembatan yang menghubungkan Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa


Ceningan Kabupaten Klungkung, Pulau Bali roboh pada Minggu (16/10/2016) pukul
18.30 Wita.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB, berdasarkan laporan sementara Pusdalops BPBD Bali yang diterima dari
Puskesmas Nusa Penida 2 dan Puskesmas Pembantu Ceningan terdapat 9 orang
meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.

3.4.6 Jembatan Babat-Widang, 2018

Gambar 6. Jembatan Babat-Widang, 2018

Jembatan Babat-Widang yang menghubungkan ruas jalur pantura Babat,


Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Tuban roboh saat sedang dilintasi oleh
beberapa kendaraan pada 17 April 2018. Tiga kendaraan jenis dump truk dan satu
sepeda motor pun terjun bebas ke Sungai Bengawan Solo bersama pengendaranya.
Satu korban di antaranya tewas akibat terjepit kendaraan sementara
pengendara lainnya mengalami luka berat. Proses evakuasinya juga memakan waktu,
karena jasad korban terjepit dalam kendaraan.
13
3.4.7 Jembatan Sungai Kapuas,2009

Gambar 7. Jembatan sungai Kapuas, 2009

Kesalahan konstruksi baja diduga menjadi salah satu penyebab ambruknya


Jembatan Sungai Kapuas, di Desa Lungkuh Layang, Kecamatan Timpah,
Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 3 April 2009.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.
Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau sarana infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area.
Sedangkan bidang konstruksi adalah suatu bidang produksi yang memerlukan kapasitas
tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering ditimbulkan
umumnya dikarenakan faktor fisik.
Menurut Williams (2006), jenis kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan
konstruksi adalah meliputi :
1. Terjatuh.
2. Kejatuhan Bahan dan Bangunan Ambruk.
3. Tersengat listrik.
4. Tersandung.
Kecelakaan kerja (occupational accident) adalah sebuah kejadian atau peristiwa
yang berasal dari, atau terjadi dalam, rangkaian pekerjaan yang berakibat cedera fatal
(fatal occupational injury) dan cedera tidak fatal (non-occupational injury). Kecelakaan
kerja diakibatkan oleh beberapa factor yaitu :
1. Faktor Teknis
a. Tempat Kerja.
b. Kondisi Peralatan.
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak.
d. Transportasi.
e. Tools (Alat).
2. Faktor Non Teknis
a. Ketidaktahuan.
b. Kemampuan yang kurang.
c. Keterampilan yang kurang.
d. Bermain-main
e. Bekerja tanpa peralatan keselamatan.
3. Faktor Alam
a. Gempa bumi
b. Banjir
c. Tornado
Anogara (2005) menyatakan terdapat dua aspek penting dalam kesehatan dan
keselamatan kerja yang harus dan sangat perlu diperhatikan yaitu Kondisi atau
lingkungan kerja dan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam proyek.

4.2 SARAN
Dalam lingkungan proyek konstruksi terutama dalam kaitannya dengan konstruksi
jembatan, dalam hal meningkatkan keselamatan kerja, kita perlu meminimalisir dan
mengidentifikasi setiap resiko yang akan timbul dan membahayakan keselamatan dan
kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. JURNAL
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas syah Kuala (2014).

B. WEBSITE
 https://www.pamungkas.id/2019/06/kasus-kecelakaan -konstruksi-di.html
 https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/12/pengeritian-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3-tujuan-aspek-faktor-prinsip.html
 http://eprints.undip.ac.id/61113/3/BAB_III.pdf
 https://m.liputan6.com/bisnis/read/3239647/terungkap-penyebab-beton-lrt-dan-
jembatan-tol-bocimi-ambruk
 https://amp.kompas.com/regional/read/2020/10/18/17553051/jembatan-senilai-rp-
259-milyar-ambruk-ini-tanggapan-pemkot-pangkalpinang
 https://metro.tempo.co/read/1046819/girder-tol-depok-antasari-ambruk-
kontraktor-terancam-dipecat
 https://kaltim.tribunnews.com/2018/11/26/7-tahun-lalu-jembatan-kutai-
kartanegara-runtuh
 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia/2016/10/161016_indonesia_jembatan_
bali
 https://amp.kompas.com/regional/read/2018/04/18/06390731/jembatan-widang-
babat-ambruk-saat-dilalui-3-truk-beriringan
 https://amp.kompas.com/regional/read/2009/04/04/12170640/jembatan.ambruk.se
belum.diresmikan.karena.kesalahan.konstruksi

16

Anda mungkin juga menyukai