Anda di halaman 1dari 13

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PADA PEMBANGUNAN STRUKTUR PONDASI SEKOLAH DASAR


IMMANUEL PONTIANAK

OLEH

Nama: 1. Yermia Ramli Erik Alang (1823715571)

2. Yohanes Marthen L. Kellen (1823715572)

Prodi : Perancangan Jalan dan Jembatan

JENJANG PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan atas berkat dan anugerah Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada
pembangunan struktur bawah gedung sekolah dasar Imannuel Pontianak.

Makalah ini membahas tentang pentingnya K3 dalam suatu pekerjaan konstruksi dan membahas
tentang bagaimana cara penanganan pada kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu proyek
konstruksi terkususnya pada item pekerjaan galian dan pemasangan pondasi serta undang-undang
yang berlaku.

Dalam proses penyusunan makalah, penulis berharap masukan dari rekan-rekan pembaca yang
bersifat membangun dan melengkapi kekurangan dari makalah ini, dan penulis juga berharap
makalah ini dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan maupun penalaran bagi pembaca,
tentang pentingnya Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam suatu pekerjaan konstruksi.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengasuh
mata kuliah K3, serta rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kupang, 12 Juni 2021

Penulis

i|page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
2.1. Landasan Teori.............................................................................................................................2
2.2. Item Pekerjaan.............................................................................................................................2
2.3. Resiko Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan penanganannya...........................................6
2.4. Undang-undang yang berlaku pada item pekerjaan pondasi.......................................................8
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

ii | p a g e
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu lingkup tertentu
yang mempunyai dimensi waktu, fisik dan biaya guna mewujudkan gagasan serta
mendapatkan tujuan yang diinginkan, seperti fasilitas, biaya yang ekonomis, metode
konstruksi beserta cara untuk pelaksanaan suatu proyek konstruksi.Setiap pelaksanaan
suatu proyek konstruksi dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi, dengan
menggunakan sumber daya manusia sebagai pelaksana. Kecelakaan kerja dapat terjadi
setiap saat pada proyek konstruksi, hal demikian bisa terjadi dikarenakan adanya
keterbatasan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang konstruksi adalah untuk mengetahui dan
memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja. Dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek
konstruksi pihak perusahaan akan terhindar dari kerugian besar akibat kecelakaan
pekerja.

1.2. Rumusan Masalah

a. Mengidentifikasi tingkat kecelakaan kerja pada proyek pembangunan struktur


pondasi Gedung sekolah dasar Imannuel
b. Solusi penanganan kecelakaan kerja pada proyek pembangunan sekolah dasar
Imannuel

1.3. Tujuan

a. Terciptanya hasil pekerjaan yang baik dan sesuai dengan perencanaan, serta
terjaminnya Kesehatan keselamatan para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
b. K3 diterapkan agar bisa menjaga keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaan
sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan

1|page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja ketika proyek konstruksi telah dimulai, kasus
yang terjadi karena keterbatasan alat pengaman, kurang pengalaman dari pekerja,
perilaku atau kebiasaan buruk para pekerja, atau karena para pekerja kurang
memperhatikan bahaya yang terjadi jika tidak memakai kelengakpan kerja. Kecelakaan
yang terjadi dapat membuat pekerja cacat fisik atau bahkan kematian. Tujuan dari
Kesehatan dan keselamatan kerja untuk memahami dengan baik arti keselamatan dan
diterapkan dalam setiap layanan aktivitas konstruksi, agar setiap pekerja melakukan
pekerjan dengan mengikuti langkah-langkah dan arahan untuk melengkapi diri dengan
alat pengaman serta bekerja dengan baik dan benar. Dalam pembangunan sekolah dasar
Imannuel ini, perencanaan keamanan dan pekerjaan-pekerjaan yang sehat dilakukan
untuk menghindari kecelakaan yang biasanya terjadi dalam pekerjaan struktur pondasi
Gedung, terutama Kesehatan keselamatan kerja pada item pekerjaan struktur pondasi
Gedung sekolah dasar Imannuel Pontianak.

2.2 Item Pekerjaan

A. Pekerjaan pondasi telapak/footplat sekolah dasar imannuel


Pondasi adalah bagian yang berdekatan atau elemen bagian bawah bangunan tanah.
Pondasi digunanakan sebagai penopang bagunan dan meneruskan beban bangunan
diatasnya ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Pondasi adalah
bangunan dasar yang dapat menahan berbagai beban, baik beban vertical maupun
horizontal dalam kondisi stabil sehingga menghasilkan kestabilan konstruksi.
Karena itu pondasi harus dibuat dengan penyesuain kondisi tanah di lokasi
pembangunan dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam
perencanaan yang berlaku. Dalam proses penggalian tanah, biasanya dilakukan
penggalian sebatas kedalaman desain pondasi sesuai gambar kerja, type galian
tanah dapat disesuaikan dengan kondisi aktual tanah. Tanah yang mudah longsor
membutuhkan lebar tambahan bahkan terkadang membutuhkan tambahan turap
untuk menjaga stabiltas lereng galian. Karena perencanaan Gedung SD Imannuel

2|page
adalah Gedung 3 lantai, maka digunakan Pondasi telapak/footplat. Pondasi ini
merupakan pondasi yang biasa digunakan untuk bengunan bertingkat atau bangunan
di atas tanah lembek, dengan kedalaman kurang lebih 1 s/d 2 meter, disesuaikan
mencapai tanah keras. karena strukturnya yang kokoh dan kuat, namun jika pada
pekerjaan tidak dilakukan dengan prosedur K3 yang ditetapkan maka tidak menutup
kemungkinan strukturnya akan mudah rusak karena pekerjaan yang tidak sesuai
dengan prosedur keselamatan kerja yang baik, tentunya akan menghasilkan hasil
yang tidak sesuai dengan rencana.
Pada pekerjaan galian di lokasi pembangunan sekolah dasar imannuel kondisi tanah
stabil dan proses pekerjaan galian menggunakan alat eksavator dan beberapa
pekerjaan galian menggunakan pekerja secara manual dengan kelengkapan K3 yang
sesuai dengan standar keselamatan pekerja, dalam pekerjaan ini tidak ada terjadi
kecelakaan dalam pekerjaan, namun sudah ada beberapa antisipasi jika terjadi
kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan, sehingga sangat penting penerapan K3 dalam
setiap pekerjaan konstruksi dimanapun lokasi pekerjaannya.

a. Prosedur pelaksanaan pondasi telapak/foot plat


1. pekerjaan persiapan
- Pembuatan dan pengajuan gambar/shop drawing pekerjaan galian tanah.
- Pembersihan dan persiapan lahan kerja
- Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, meteran, waterpass,
cangkul, belincong, pengki, benang, selang air, dll.
2. Pekerjaan galian tanah
- Melakukan pengukuran dengan menggunakan theodolith.
- Menandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi
warna cat.
- Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 1:5 untuk
jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang  stabil dapat dibuat
dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan
tanah tempat meletakkan pondasi.
-   Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah
padat/tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2.
- Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5
kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman
tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.

3|page
-  Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
- Galian tanah dibantu dengan eksavator dan Sebagian dengan manual
- Tanah hasil galian ditempatkan di sekitar galian pada tempat yang tidak
akan mengganggu pekerjaan lain, karena tanah tersebut akan dipakai untuk
timbunan Kembali
3. Pekerjaan tulangan
- Perakitan tulangan
Untuk pondasi telapak/footplat.ini perakitan tulangan dilakukan di luar
tempat pengecoran di lokasi proyek menggunakan barcutter agar setelah
dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat, perakitan dilakukan sesuai dengan gambar kerja,
tulangan yang telah dirakit diberi tanda sesuai dengan penempatannya
- Pemasangan tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi telapak/footplat, maka untuk pemasangan
tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi
setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu
dalam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
Tulangan pondasi yang sudah dibentuk untuk pondasi tapak ditempatkan
pada lubang galian setelah diberikan pasir urug 5cm dan diletakkan tegak
lurus permukaan tanah dengan bantuan waterpass tangan dan unting-unting.
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan pasir
urug/dasar galian , jarak antara tulangan dengan dasar tanah minimal 40
mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal beton decking agar ada jarak
antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi
tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi
karat, Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.
4. Pekerjaan bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Bekisting disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor,
bekisting dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan balok  agar tegak lurus

4|page
tidak miring dengan bantuan alat waterpass, dipastikan Bekisting tidak boleh
bocor.

5. Pekerjaan pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split
serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai
membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena
mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti
semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras.
Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok
ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar
yang disebut kerikil/split dan batu pecah
Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu:
- Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan
juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
-  Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan
perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume
pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya. Jika bangunan dengan
skala besar, kontraktor membuat Job Mix Formula untuk menentukan
komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan mutu beton yang
sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat
kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk
disetujui. Untuk keperluan pengecoran pondasi telapak/footplat.
-  Bahan-bahan adukan dimasukan ke dalam molen (concrete mixer) dengan
urutan: pertama masukan pasir, kedua semen PC, ketiga batu split dan
biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air
secukupnya.
- Membersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan
sampah

5|page
- Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tuangkan ke dalam kotak
spesi/ember.
-  Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan ke dalam lubang galian
tanah yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi dan
dilakukan bertahap sedikit demi sedikit atau diratakan dan dipadatkan
dengan vibrator agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang
berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.
- Setelah melakukan pengecoran, metoda yang mudah digunakan
untuk curing/perawatan beton dalam hal ini adalah penyiraman langsung
dengan air bersih secara rutin.
- Setelah selesai masa pemeliharaan beton dan bekistingnya telah dibongkar,
maka akan dilakukan pengurugan kembali dengan tanah bekas galian serta
disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.

2.3 Resiko Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan penanganannya

A. Jenis bahaya yang teridentifikasi mungkin terjadi selama berlangsungnya


Pekerjaan Pondasi tapak antara lain:
1. Bahaya atau kecelakaan kerja yang dapat terjadi saat melakukan penggalian
tanah.
a. Terkilir saat melakukan penggalian tanah
b. Tertimpa batu-atau barang proyek saat melakukan penggalian tanah
c. Terkena debu yang mengganngu organ pernapsan pekerja
2. Bahaya atau kecelakaan kerja yang dapat terjadi saat melakukan
penulangan/pembesian.
a. Pekerja tertusuk dan terjepit besi saat pemasangan besi
b. Pekerja terhimpit diantara dua benda saat menggunakan barcutter.
c. Pekerja kesetrum saat menggunakan barcutter
d. Pekerja terkena pentalan besi hasil pemotongan saat menggunakan
barcutter
e. Pekerja terjatuh saat pemsangan besi dilapangan.
3. Bahaya atau kecelakaan kerja yang dapat terjadi saat melakukan
pemasangan bekisting.
a. Pekerja terjatuh saat pemasangan ataupun pembongkaran bekisting

6|page
b. Pekerja tertimpa material saat pembongkaran bekisting
c. Robohnya bekisting saat melakukan pengecoran
4. Bahaya atau kecelakaan kerja yang dapat terjadi saat melakukan
pengecoran
a. Pekerja terjatuh saat melakukan pengecoran
b. Pekerja terkena percikan beton
c. Sisa beton tercecer di jalan
d. Luka gores akibat concrete vibrator
e. Pekerja terpleset akibat licinnya lantai kerja
f. Tangan para pekerja terkena bar bender.
g. Gangguan paru-paru akibat debu pasir/semen.

B. Hal yang dapat ditempuh sebagai langkah pencegahan dan pengurangan resiko
kecelakaan kerja tersebut antara lain :
1. Melaksanakan instruksi K3 sebelum dimulainya pekerjaan.
2. Petugas K3 memeriksa kelengkapan para pekerja diusahakan semua
menggunakannya
3. Pengawas proyek melakukan pemeriksaan cek secara berkala disetiap
proses pekerjaan
4. Menyediakan P3K di lapangan untuk mengantisipasi jika ada pekerja yang
terluka
5. Tanggap darurat yang cepat oleh pengawas k3 dilapangan jika terjadi
kecelakaan yang serius
6. Menggunakan kelengkapan k3
a. helm proyek
helm digunakan untuk melindungi kepala dan meminimilasir akibat jika
terjadi kecelakan saat bekerja
b. sepatu safety
sepatu ini terbuat dari sol yang tebal agar bisa bebas berjalan disekitar
lokasi proyek dan bebas dari luka pada kaki
c. masker

7|page
masker digunakan agar melindungi organ pernapsan para pekerja agar
tidak menghirup debu-debu diperoyek yang dapat mengakibatkan
gangguan pada organ pernapasan.
d. Pakain/rompi proyek
Digunakan saat melakukan pekerjaan di lapangan
7. Membatasi daerah pekerjaan pengecoran dengan pagar atau rambu yang
informative.
8. Memasang tangga darurat jika terjadi kecelakaan saat penggalian dan harus
dibawah ke RS.
9. Menyediakan penerangan apabila harus bekerja pada malam hari.

2.4 Undang-undang yang berlaku pada item pekerjaan pondasi

A. Permenakertrans No. 01 Tahun 1980 tentang K3 Konstruksi bagunan, pasal 67


tentang penggalian, menyatakan :
1. Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terjamin tidak
adanya bahaya terhadap setiap orang disebabkan oleh kejatuhan tanah, batu
atau bahan lainnya yang terdapat dipinggir atau di dekat pekerjaan galian.
2. Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi
pengaman penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang
bekerja di dalam lubang atau parit.

B. UU. No. 18 Tahun 1999, tentang


Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa
setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan Pengawas harus memiliki sertifikat,
dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan kerja. Untuk
melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan kompetensi diperlukan
tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan kualifikasi dalam
setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.

C. Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 Bagian


Kedua Jaminan Kesehatan Pasal 19
1. Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
2. Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

8|page
D. PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan
untuk penerapan K3 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap orang mengiginkan hasil dari pekerjaan proyek yang sesuai dengan perencaaan,
baik pengguna jasa maupun pihak penyedia jasa, sehingga setiap pekerjaan harus
mengacu pada UU tentang K3 di lapangan, sehingga hasil pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar dan hasil yang memuaskan ,Kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu
proyek konstruksi pondasi bangunan, disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu
faktor manusia, faktor jenis pekerjaan dan metode pelaksanaan, serta faktor
lingkungan. Namun jika semuanya dilakukan dengan prosedur kelengkapan K3
maka bisa meminimalisir kecelakaan saat melaksanakan pekerjaan, sehingga
prosedur Keselamatan dan Kesehatan kerja di lapangan sangat penting untuk
diterapkan dan dicek secara berkala, agar hasil dari pekerjaan dapat sesuai dengan
perencanaan awal.

3.2 Saran

A. Setiap perusahaan konstruksi baik yang skala besar ataupun kecil diharapkan
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan proyek.
B. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk semua pekerja yang ada
dan yang akan ke lapangan.

9|page
C. Dilakukan pengawasan secara berkala yang langsung kepada para pekerja agar
para pekerja dapat bekerja secara serius dan lebih bertanggung jawab agar
proyek dapat selesai tepat waktu dan hasilnya sesuai dengan yang
direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal K3, 2011. Faktor Penyebab Kecelakaan. (Online) http://jurnalk3.com/faktor-penyebab-


kecelakaan-kerja.html.Diakses : 5 Agustus 2016.

https://civilstruktur.blogspot.com/2019/07/metode-pekerjaan-pekerjaan-pondasi.html?m=1

https://civillenial.blogspot.com/2019/12/metode-pelaksanaan-pondasi-footplat.html?m=1

Permenakertrans No. 01 Tahun 1980 tentang K3 Konstruksi bagunan, pasal 67

Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstrusi.

Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 Bagian Kedua Jaminan Kesehatan
Pasal 19

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 ³Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja´

10 | p a g e

Anda mungkin juga menyukai