Anda di halaman 1dari 13

JATUHNYA CRANE SEBAGAI BENTUK

MALPRAKTEK DALAM PENERAPAN


PEKERJAAN PROYEK DALAM
KONTEKS SUPREMASI HUKUM

Disusun Oleh:
1. Cornelius Gian (21050120130106)
2. Fauzaan Alfan F(21050120026)
3. Gabriel Julio Armando(21050120130050)
4. Khrisna Aji Pamungkas (21050120130118)
5. Muhammad Ghulam F (210501200110046)
6. Muhammad Ksatria Arya P (21050120140191)
7. Muhammad Yoga Pratama (21050120130132)
8. Okta Darya Patria (210501200110046)
9. Revi Hafizh Nanda (21050120120018)
10. Royana Destin Romadona (21050120120041)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Jatuhnya Crane, sebagai Bentuk Malpraktek dalam penerapan pekerjaan proyek
dalam konteks Supremasi Hukum” ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus
satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada Bapak Joko Wasisto, S.Kar., M.Hum selaku dosen
mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Semarang, 16 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................i
DAFTAR ISI. .....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................1
A. Penjelasan dan Definisi K3 ....................................................................1
B. Latar Belakang .......................................................................................3
C. Kronologis ..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................4


1. Sajian Data, Fakta, Landasan Teori dan Landasan Hukum ....................4
a. Data dan Fakta.............................................................................4
b. Landasan Teori.............................................................................5
c. Landasan Hukum .........................................................................6
2. Analisis Data, Fakta dan Teori ................................................................7

BAB III Penutup ................................................................................8


A. Relevansi Kasus dan Tema ....................................................................8
B. Solusi ......................................................................................................8

Daftar Pustaka .................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

Penjelasan Dan Definisi Masalah

 Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

 Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS 18001:2007


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

Dalam hal ini, jika keselamatan dan kesehatan pekerja tidak diperhatikan sebuah
perusahaan bisa mendapat denda maupun hukuman jika tidak memberikan
perlindungan kepada pekerja. Maka dari itu, sebuah perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen K3 sebagai pengelolaan K3 serta pencegahan kecelakaan kerja.

 Definisi Supremasi Hukum


Supremasi mempunyai arti kekuasaan tertinggi atau teratas dan hukum artinnya
peraturan. Jadi, Supremasi Hukum mempunyai pengertian sebagai suatu peraturan
yang tertinggi. Mengenai perumusan dari Supremasi Hukum ini sebenarnya belum
ada yang memberikan pengertian secara tegas, hal ini disebabkan karena cakupan
yang demikian luasnya dari hukum itu.

 Definisi dan penjelasan SMK3


Pertimbangan diterapkannya SMK3 adalah:Terjadinya kecelakaan di tempat kerja
sebagian besar diakibatkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor
teknis. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang
lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi, dan
lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan SMK3.

Penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi


perdagangan.

Realitas perusahaan yang enggan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan


Kesehatan Kerja (SMK3) karena beberapa alasan, di antaranya:

1
Masih kurangnya pemahaman masyarakat umumnya dan pengusaha khususnya
akan pentingnya K3

o Menganggap penerapan SMK3 menghabiskan banyak biaya


o Perusahaan tidak memprioritaskan K3
o Sumber daya manusia yang terbatas.
o Investasi.

 Zero accident
Program Zero Accident (Kecelakaan Nihil)ialah tanda penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diberikan pemerintah kepada
manajemen perusahaan yang telah berhasil dalam melaksanakan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga mencapai nihil kecelakaan (zero
accident).

 Alat berat
Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan,
konstruksi bangunan, perkebunan, dan pertambangan . Banyak keuntungan
yang didapat dalam menggunakan alat berat yaitu waktu yang sangat cepat,
tenaga yang besar, nilai-nilai ekonomis dan lainnya. Penggunaan alat berat
yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan
berpengaruh berupa kerugian

Aturan mengenai alat berat seperti yang diatur dalam Penjelasan Pasal 47 ayat
(2) huruf e bagian c Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berlaku
untuk alat berat yangdimaksud adalah alat berat yang bersifat berjalan atau
Mobile Heavy Equipment menuntut perlakuan khusus.

Contoh dalam hal ini misalnya mengangkat benda dalam ukuran besar dan
berat kita gunakan crane untuk melakukannya. Karena alat berat merupakan
mesin, maka yang mengerjakannya atau yang menjalankannya lazim disebut
sebagai operator.

Hubungan antara crane sebagai alat berat dengan kegagalan saat penggunaan
alat berat ini, dalam kasus ini terdapat beberapa paparan yang mengatakan
bahwa kasus ini disebabkan dari beberapa kemungkinan yang mengakibatkan
kecelakaan ini terjadi. Hal pertama yang bisa usut ialah pekerja atau operator
dari crane tersebut, adanya kemungkinan terjadi hal fatal seperti ini
dikarenakan pekerja atau operator crane tersebut kelelahan. Kemudian, dalam

2
kejadian ini pekerja atau operator sedang dalam pengawasan atau tidak atas
pekerjaan itu. Lalu, pemeriksaan kelayakan peralatan yang akan digunakan
bisa jadi luput dari standar operasional pekerja (SOP). Faktor lainnya, dalam
proyek infrastruktur ini bisa terhambat atau berpotensi menyebabkan
kecelakaan dikarenakan factor alam seperti cuaca, hujan, dan angin badai.
Dari aspek – aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa kecelakaan ini bisa
terjadi karena berbagai factor.

LATAR BELAKANG

Menurut kepala proyek, dua crane yang akan digunakan sudah diinspeksi sebelum
masuk ke lokasi pengangkatan beban steel box, setelah susunan crane tiba di
lokasi, pekerja melakukan pernyusunan crane dan pemberian setting plat baja
sebagai alas dri crane itu sendiri menggunakan alat berat FOCO selanjutnya,
pihak pekerja melakukan tes beban yang hasilnya aman untuk digunakan. Pada
saat proses pengangkatan steel box (beban dari crane tersebut) tidak ada indikasi
kelebihan muatan pada crane tersebut, namun beberapa saat kemudian tiba tiba
alas plat baja yang menahan area p672 crane seberat 70 ton hancur karena adanya
force majeure berupa Kondisi tumpuan bawah tanah yang tidak sesuai dengan
perhitungan. Sehingga crane seberat 70 ton tersebut terguling dan diikuti dengan
jatuhnya boom crane seberat 80 ton disebelahnya, sedangkan steel box untuk LRT
terjatuh dan menimpa 2 rumah warga.

KRONOLOGIS

Menurut kepala proyek, dua crane yang akan digunakan sudah diinspeksi sebelum
masuk ke lokasi pengangkatan beban steel box, setelah susunan crane tiba di
lokasi, pekerja melakukan pernyusunan crane dan pemberian setting plat baja
sebagai alas dari crane itu sendiri menggunakan alat berat FOCO selanjutnya,
pihak pekerja melakukan tes beban yang hasilnya aman untuk digunakan. Pada
saat proses pengangkatan steel box (beban dari crane tersebut) tidak ada indikasi
kelebihan muatan pada crane tersebut, namun beberapa saat kemudian tiba tiba
alas plat baja yang menahan area p672 crane seberat 70 ton hancur karena adanya
force majeure berupa Kondisi tumpuan bawah tanah yang tidak sesuai dengan
perhitungan. Sehingga crane seberat 70 ton tersebut terguling dan diikuti dengan
crane di sebelahnya seberat 80 ton juga ikut terjatuh serta steel box untuk LRT
yang jatuh menimpa 2 rumah warga. Setelah itu, seluruh pekerja berusaha untuk
menghubungi polresta Palembang untuk meminta bantuan, sedangkan kedua
operator crane tersebut membantu proses evakuasi warga yg rumahnya tertimpa
steel box.

3
Siapa saja yang terlibat? Subjek Berdasarkan Kasus

Kepala Proyek LRT Palembang Mas'udi Jauhari

2 operator crane yang sedang bekerja, yaitu Andri dan Bachtiar

Perusahaan rental alat berat

Polresta palembang sebagai pihak berwenang

Subjek di lingkungan proyek ( baik berupa karyawan, pekerja, ataupun warga


lokal ) yang berpotensi dirugikan dalam kasus tersebut dalam hal ini rumah yang
ditimpa crane

Hukum yang berlaku terkait penyelenggaraan proyek tersebut ( dalam hal ini K3
dan uu proyek konstruksi dan alat berat

BAB 2
PEMBAHASAN
 Data Dan Fakta

Beban Crane : 70 ton dan 80 ton

Korban : 2 Rumah warga milik keluarga H Syaiful, tidak ada korban jiwa.

Jatuhnya crane crauler yakni saat akan memasang steel box di atas sebagai
tumpuan jalur rel Light Rail Transit (LRT)

Saat steel box sudah naik, tiba-tiba landasan crane amblas dan tidak dapat
menahan beban.

Selasa (1/8/2017) dini hari, sekitar pukul 02.55 WIB, terjadi suara gemuruh dan
getaran yang kuat di kawasan Jalan Gubernur H. Bastian RT 20 /05 Kelurahan
Silaberanti, Seberang Ulu (SU) 1 Palembang, Sumsel.

Dikendarai operator Andri dan Bachtiar sedang mengangkat dan memasang steel
box ke sambungan jalur LRT. Saat steel box diangkat oleh dua crane berbobot 70
ton dan 80 ton, tiba-tiba landasan aspal hancur.

Landasan track untuk crane 70 ton (Area P672) diseting menggunakan 4 lembar
plat baja menggunakan alat berat FOCO.

4
Telah dilakukan sosialisasi kegiatan pengangkatan steel box grider kepada warga
sekitar sebelum proses pengangkatan dimulai

Sejak dua hari sebelum kejadian, penggunaan dua crane tersebut telah
diperhitungkan dapat mengangkat beban kotak baja atau steel box dan
mengakomodasi area sempit.

 Landasan Teori

o Pengertian Keselamatan Kerja


Menurut Bangun Wilson (2012:377), Keselamatan Kerja adalah
perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik
maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.
o Tujuan Keselamatan Keselamatan Kerja

Menurut Buntarto (2015: 6) tujuan dari keselamatan kerja adalah


sebagai berikut:

 Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam


melakukanpekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional

 Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di


tempat kerja

 Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara


aman dan efisien

o Pengertian Kesehatan Kerja

 Menurut Mangkunegara (2004:161), Kesehatan kerja


menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.

o Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

 Menurut Panggabean (2012: 163) dalam bukunya


menyebutkan bahwa “keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja khusunya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.”

5
o Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

 Menurut Buntarto (2015: 5) kesehatan dan keselamatan


kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan dan
kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya
dan budayanya. Ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja adalah sebagai berikut:

1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat

2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang


disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja

3. Mencegah dan mengobati keracunan yang


ditimbulkan dari kerja

4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati


keracunan yang timbul dari kerja

5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan dan


merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat
pekerjaan

 Landasan Hukum

o Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan


kesehatan kerja

o UU No.14 tahun 1969

o Peraturan Menteri

o tenaga kerja nomor PER. 05/MEN/1996 PASAL 1

6
 Analisis, Fakta, Data, dan Teori

Robohnya dua crane dengan masing masing berat 70 ton dan 80 ton
diidentifikasi sebagai kecelakaan akibat kelalaian. Pemeriksaan yang
dilakukan hanya tes beban yang hasilnya aman sehingga pengangkatan
beban berupa steel box dapat dilaksanakan, tetapi variabel bebas seperti
daya dukung tanah (kemampuan tanah untuk memikul tekanan atau beban
maksimum yang diizinkan untuk bekerja pada pondasi) tidak
diperhitungkan. Saat kedua crane sedang mengangkat steelbox tidak ada
tanda-tanda overload pada lampu indikator crane. Namun, saat steelbox
sudah berhasil terangkat terjadi penurunan tanah secara tiba-tiba sekitar 30
cm pada landasan crane 70 ton yang menyebabkan sisi crane 70 ton hilang
keseimbangan dan roboh diikuti dengan efek domino pada crane 80 ton.
Kecelakaan ini berdampak pada hancurnya 2 rumah warga dan 7 orang
mengalami luka ringan.

Kelalaian yang ditemukan yaitu bahwa inspeksi sebagai tindak lanjut RFI
(request for information) ternyata tidak sepenuhnya dilaksanakan untuk
mendeteksi adanya kelemahan struktur tanah berikut perkuatannya.

Dari sini dapat dilihat bahwa inspeksi yang seharusnya dilakukan tidak
dilakukan secara menyeluruh untuk mendapatkan data hasil inspeksi agar
dapat menjadi acuan dapat terlaksananya kegiatan pengangkutan steelbox
oleh crane. Dapat dikatakan adanya kurang koordinasi maupun
miskomunikasi antara Sub kontraktor alat berat, kontraktor proyek,
konsultan pengawas serta owner yang terkait. Dengan adanya kelalaian
tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran atau pengabaian
mengenai peraturan perundang undangan yang ada mengenai Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SK3) dan peraturan mengenai alat
berat.

Supremasi hukum adalah upaya atau kiat untuk menegakkan dan


memposisikan hukum pada tempat yang tertinggi dari segala-galanya,
menjadikan hukum sebagai komandan atau panglima untuk melindungi
dan menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
adanya ketidakmampuan untuk memenuhi suatu stadar dalam proyek
pengangkutan steelbox menggunakan alat berat agar berhasil dan selamat.
Maka tampak bahwa masih ada kurangnya supremasi hukum di negara
kita. Belum terciptanya supremasi hukum ini dapat mengakibatkan
kerugian bagi semua pihak yang nanti akhirnya berdampak kepada
masyarakat.

Tidak terpenuhinya Sistem Keselamatan Kerja serta pemenuhan peraturan


undang undang mengenai alat berat menyebakan hal yang tidak diinginkan
terjadi. Dengan terjadinya kejadian ini diharapkan dapat menjadi
introspeksi bagi semua pihak mengenai peraturan perundang-undangan

7
yang ada dalam keselamatan kerja pengoperasian alat berat terlebih
pesawat angkat dan angkut.

BAB 3

PENUTUP

 Relevansi Antara Kasus Dan Tema

Kasus yang dialami oleh PT Taisei Pulau Intan ini diduga melakukan
pelanggaran keselamatan kerja atau pelanggaran ketenagakerjaan lainnya.
Padahal dalam setiap perusahaan diwajibkan memiliki atau menjalankan
standar K3 yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga yang
berwenang. Tidak tanggung-tanggung, peraturan K3 telah banyak
dijelaskan didalam UUD NKRI 1945,UU, PP dan Permen. Oleh karena
itulah, pelaksanaan K3 harus menjadi pegangan suatu perusahaan dalam
mempekejarkan seluruh pekerjanya. Namun, masih banyak sekali
perusahaan baik yang berlabel perusahaan besar yang melanggar atau abai
terhadap pelaksanaan K3, lebih-lebih perusahaan tingkat menengah atau
bahkan perusahaan kecil.

Meskipun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada


pelaksanaanya masih banyak kekurangan karena mungkin dari terbatasnya
pengawasan, sumberdaya manusia K3 dan sarana yang ada. Oleh karena
itu perlu dasar hukum yang kuat dan prosedur yang ketat dalam
melaksanakan sebuah pekerjaan, baik itu dari karyawan sampai dengan
pengawasnya. Hukum tersebut harus bisa didesain agar bisa mengikat
pada obyek terkait.

 Solusi

Dalam kasus robohnya crane pada pembangunan kereta ringan atau light
rail transit (LRT) Palembang ini dikarenakan penurunan tanah secara tiba-
tiba di area alas landasan crane sehingga landasan tersebut amblas yang
mengakibatkan robohnya crane yang sedang mengangkat beban steel box
girlder. Bisa dilihat bahwa, crane yang berjenis crawler crane ini tidak
dapat mempertahankan keseimbangan antara beban angkat dan bobot
dirinya. Oleh karena itu, kami memberikan solusi secara Mekanis
mengenai masalah keseimbangan pada crane tersebut.

o Pemberian sistem counterweight.

Komponen ini memiliki posisi di belakang jib. Counter weight terbuat


dari beton atau campuran logam. Sistem ini berfungsi
menyeimbangkan beban dan berat crane dan memberikan stabilitas

8
pada saat mengangkat pada beban tujuan. Jika memang diperlukan
beban tambahan lagi maka dapat dipasangkan dengan additional
counterweight.

Material yang digunakan untuk membuat counterweight memiliki


spesifiaksi yang tidak sembarangan. Pemilihan material bisa dilihat
dengan beberapa aspek yaitu densitas, biaya produk, kerapuhan,
pembentukan dan dampak lingkungan. Oleh karena itu, banyak saran
yang menunjukkan bahwa material yang cocok untuk membuat
counterweight adalah besi cor.

Untuk menetukan besar beban imbang ( counterweight ) pada crawler


crane adalah dengan melakukan perhitungan secara matematis dan
ilmu statika.

Untuk rumus yang pertama yaitu :

 Fe×de=Fl×dl

Dimana :

 Fe adalah beban angkut pada crane

 de adalah jarak antara ujung beban angkut terhadap pusat

 Fl adalah beban pada counterweight

 dl adalah jarak antara counter weight ke pusat.

 Untuk rumus yang kedua yaitu :

 P = V x μ xg

Dimana :

 P adalah bobot penyeimbang yang diperlukan

 V adalah volumenya

 μ adalah massa jenis bahan penyeimbang

 g adalah konstanta gravitasi (9,81).

9
DAFTAR PUSTAKA

anekabangunan.com.(2018,12 Desember). Pentingnya Penerapan K3 Keselamatan


dan Kesehatan Kerja. Dari https://anekabangunan.com/pentingnya-penerapan-k3-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja/.
safetysign.co.id.(2019,7 Januari). Sudah Benarkah Implementasi Sistem
Manajemen K3 di Perusahaan Anda. Dari
https://www.safetysign.co.id/news/395/Sudah-Benarkah-Implementasi-Sistem-
Manajemen-K3-di-Perusahaan-Anda

sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com.(2020,18 Januari) Pengertian


dan Definisi K3 Keselamatan. Dari
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-
definisi-k3-keselamatan.html

equipmentindonesia.com.(2015,12 April). Alat Berat Bukan Kendaraan Bermotor.


Dari https://www.equipmentindonesia.com/alat-berat-bukan-kendaraan-bermotor/

sinta.unud.ac.id. Proyek Kontruksi. Dari


https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1204105007-3-BAB%20II.pdf.

eprints.polsri.ac.id. File III_2. Dari


http://eprints.polsri.ac.id/3180/3/File%20III.pdf

simantu.pu.go.id. 20291 Bahan Tayang K3 Peralatan Konstruksi. Dari


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/20291_Bahan_Tayang_K3_peralatan_Konstru
ksi.

10

Anda mungkin juga menyukai