SKRIPSI
Oleh :
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”
Matius 5:8
Don't worry if it doesn't work right. If everything did, you'd be out of a job.
Fantasy, abandoned by reason, produces impossible monsters; united with it, she is the
mother of the arts and the origin of marvels.
By Goya
Presented to my Supported :
Jesus Christ you always in my heart
Bapak + Mamak
Mas Wanto + Mbak Tina
Mas Joko + Mbak Hermi
Adikku Retha
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
Interferensi Cincin Newton” ini dengan baik. Penulisan ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Sanata Dharma
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir Ign. Aris Dwiatmoko, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
2. Ibu Sri Agustini Sulandari, M.Si. Selaku pembimbing yang telah banyak
Dharma Yogyakarta.
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin memakai alat &
5. Seluruh teman-teman Fisika 01: (Wedhus, Nzoo, Mili, Mamat, Yoan, Minto,
Onenk, Sujiwo Tejo alias Aris) dan Mbak Asri Fis 00 trimakasih bantuannya
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. My Love Family: Bapak + Mamak, Mas Wanto + Mbak Tina, Mas Joko +
Trimakasih Semua saran, semangat dan doanya atas diriku, sehingga dapat
8. teman2 P3W (mellin, li2, obeth, punto, danank, prizka, henny) u all best
friend’s, kapan-kapan jalan bareng lagi dan suatu saat kita akan ketemu lagi
9. Buat teman-teman yang tidak bisa Saya sebutkan satu persatu, Saya ucapkan
banyak terimakasih yang telah memberi dukungan dan bantuan baik saran,
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran amat penulis harapkan demi perkembangan riset fisika
Akhirnya, besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II DASAR TEORI
2.1. Hukum Pembiasan dan Pemantulan ...................................................... 5
2.2. Prinsip Huygens ..................................................................................... 7
2.2.1. Prinsip Huygens dan Hukum Pemantulan.................................. 8
2.2.2. Prinsip Huygens dan Hukum Pembiasan ................................... 8
2.3. Lintasan Optis ....................................................................................... 11
2.3.1. Prinsip Fermat dalam Pembiasan dan Pemantulan Cahaya ....... 12
2.3.2. Perubahan Lintasan Optis Akibat Pemantulan........................... 14
2.4. Interferensi Cahaya ................................................................................ 17
2.5. Interferensi Cahaya pada Selaput Tipis ................................................ 21
2.6. Cincin Newton ....................................................................................... 25
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel data ke1 perubahan panjang logam besi ∆L (m)
terhadap perubahan suhu ∆T (0C) ................................................ 42
Tabel 4.2 Tabel data ke2 perubahan panjang logam besi ∆L (m)
terhadap perubahan suhu ∆T (0C) ................................................ 44
Tabel 4.3 Tabel data ke3 perubahan panjang logam besi ∆L (m)
terhadap perubahan suhu ∆T (0C) ............................................... 46
Tabel 4.4 Tabel data ke4 perubahan panjang logam besi ∆L (m)
terhadap perubahan suhu ∆T (0C) ................................................ 48
Tabel 4.5 Tabel data ke5 perubahan panjang logam besi ∆L (m)
terhadap perubahan suhu ∆T (0C) ................................................. 50
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena yang berkaitan dengan kalor sudah ada sejak zaman dulu,
yaitu api, tetapi sudah pasti suhu pada api tersebut tidak dapat diukur dengan tepat.
Pada saat tersebut, belum dipikirkan cara mengukur suhu dengan tepat. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengukuran suhu dan kalor
telah banyak dikaji orang, demikain juga konsep pemuaian banyak dikaji secara
mendalam. Kajian konsep pemuaian akan banyak membantu pemahaman sifat fisis
suatu benda akibat terjadi perubahan suhu. Sebagai contoh, termometer suhu badan
yang digunakan untuk mengukur suhu badan manusia didasarkan pada konsep
pemuain.
Aplikasi pengetahuan tentang kaitan antara suhu dan pemuaian sangat banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh pada rel kereta api akan
memuai jika rel kereta api terjadi kenaikan suhu, sehingga akan mempengaruhi kodisi
rel yang berakibat kondisi rel melengkung yang akan membahayakan kereta api yang
melintas. Supaya rel kereta tidak melengkung dalam pembangunan rel kereta api
diberi celah dalam sambungannya. Contoh yang lain adalah pada pemuaian alkohol
pada sensor suhu suatu ruangan dapat digunakan sebagai peringatan tanda bahaya
(alarm kebakaran).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur besar pemuaian suatu benda
dapat mengukur perubahan panjang suatu benda yang memuai berdasarkan pola-pola
interferensi, dengan ketelitian yang tinggi. Pengukuran suhu suatu objek dengan
diletakkan pada permukaan logam, maka yang teramati tidak hanya suhu logam tetapi
juga akibat pengaruh suhu luar, sehingga ada panas yang terbuang atau tidak terukur
Pada kesempatan ini, peneliti ingin menggunakan metode yang lain yaitu
dengan metode interferensi cincin Newton. Metode Cincin Newton yaitu didasarkan
pada perubahan pola-pola interferensi. Dengan menganalisis hasil perubahan pola ini,
pola-pola terang atau gelap pada interferensi Cincin Newton yang terjadi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dihasilkan?
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengaruh perubahan suhu terhadap
perubahan panjang sebuah logam. Perubahan panjang ini diperoleh dari perubahan
ditentukan perubahan panjang logam. Koefisien muai panjang logam dapat diketahui
perubahan suhu.
1.4.Tujuan Penelitian
1.5.Manfaat Penelitian
BAB II
DASAR TEORI
penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan. Ketika sebuah berkas cahaya
mengenai bidang batas yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti
misalnya bidang batas udara-kaca, energi cahaya tersebut sebagian dipantulkan dan
sebagian yang lain memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang
Jalannya cahaya pada pemantulan dan pembiasan diperlihatkan pada Gambar 2.1
θ1 θ 2 n1 Bidang
batas
n2
θ3
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
n 2 indeks medium 2, θ 1 sudut datang cahaya, θ 2 sudut pantul cahaya, dan θ 3 sudut
bias cahaya.
Pada peristiwa pemantulan dan pembiasan suatu cahaya dari medium 1 dengan indeks
1. Cahaya yang dipantulkan dan yang dibiaskan terletak pada satu bidang yang
dibentuk oleh cahaya datang dan normal bidang batas di titik datang, seperti
2. Untuk pemantulan, sudut datang (θ1) sama besar dengan sudut pantul (θ2) atau
θ1 = θ 2 (2.1)
3. Untuk pembiasan, Perbandingan antara sinus sudut datang (θ1) dengan sinus
sin θ1
= n21 (2.2)
sin θ 3
Sudut bias bergantung pada laju cahaya pada kedua media dan bergantung pada sudut
datang. Hubungan analitis antara (θ1) dan (θ3) ditemukan secara eksperimental pada
sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell yang kemudian dikenal sebagai hukum
dengan n1 indeks bias medium 1, n2 indeks medium 2 dan θ 3 sudut bias cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dipandang sebagai sumber titik yang menghasilkan gelombang sferis (bola)
yang merupakan tempat kedudukan titik-titik medium dengan fase yang sama yang
dicapai oleh gerakan gelombang pada waktu yang sama (Alonso dan Finn, 1992).
Setelah selang waktu t, posisi muka gelombang yang baru adalah permukaan
selubung yang menyinggung semua gelombang sekunder ini” (Halliday dan Resnick,
ct
Gelombang c
datang
a
a’
λ udara
p l
θ2 θ1 cermin
datang yang berpusat di titik a akan mengembang sampai pada titik l setelah selang
λ
. Dimana segitiga siku-siku alp dan a’lp keduanya memiliki sisi lp yang berhimpit
c
dan sisi al (=λ) sama dengan sisi a’p. Jadi keduanya segitiga siku-siku tersebut sama
dan sebangun dan dapat disimpulkan bahwa θ 2 adalah sudut pantul antara muka
θ1 = θ 2
Gelombang
datang
v1
θ1
θ1 e
udara
h λ1
c
λ2
θ3 kaca
e’
θ3 v2
⎛ λ ⎞
menurut penggambaran Huygens, selang waktu ⎜ = 1 ⎟ ketika gelombang Huygens
⎝ v1 ⎠
dari titik e bergerak sampai pada titik c. Cahaya dari titik h, menjalar dalam kaca
dengan laju yang lebih kecil. Jarak yang ditempuhnya dalam selang waktu tersebut
⎛ v2 ⎞
λ 2 = λ1 ⎜ ⎟
⎝ v1 ⎠
medium 2 (kaca).
pada titik h. Oleh karena c terletak pada muka gelombang yang baru, maka bidang
singgung tadi harus melalui titik ini. Sudut antara sinar yang dibiaskan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
normal bidang batas yaitu θ 3 , sama dengan sudut antara muka-gelombang yang
dibiaskan dengan perbatasan kaca-udara ini, dengan kata lain θ 3 adalah sudut bias.
sin θ1 λ v
= 1 = 1 = kons tan ta
sin θ 3 λ 2 v2
Dengan θ1 adalah sudut antara gelombang datang terhadap garis normal atau sudut
sin θ1
= n21 (2.4)
sin θ 3
v1
n 21 = (2.5)
v2
n1 indeks bias pada medium 1, n 2 indeks bias pada medium 2, θ1 sudut datang dan
θ 3 sudut bias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
cahaya di dalam hampa atau vakum jika gelombang tersebut merambat dalam suatu
medium, maka panjang lintasan adalah hasil perkalian antara indeks bias dengan
panjang lintasan dalam zat antara tersebut. Lintasan optis melewati suatu medium
n2
v2
n1
v1 s
Jika suatu gelombang cahaya melewati udara dengan indeks bias n1 = 1 , kemudian
masuk ke medium lain dengan indeks bias n 2 >1 , maka panjang lintasan optis ( p lo )
p lo = ∫ n (s ) ds
s
adalah (2.7)
0
plo = n s (2.8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Menurut Piere Fermat “ lintasan optis yang dilalui oleh cahaya untuk
merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu
bergerak dari udara ke suatu medium dengan lintasan optis lo akan tampak seperti
Gambar 2.6,
θ2
A
θ1 b n1
a θ2
θ1
x d-x
bidang batas
C
d n2
Pada gambar 2.6 panjang total lo sinar adalah lo = AC + CB, maka besar masing-
AC = a 2 + x 2 dan BC = b 2 + (d − x )
2
Sesuai dengan prinsip fermat lintasan optis ( lo ) adalah lintasan terpendek, oleh sebab
d [lo]
itu = 0. Dengan demikian
dx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
d [lo] d ⎛ 2
= ⎜ a + x 2 + b 2 + (d − x ) ⎞⎟
2
dx dx ⎝ ⎠
[ ]
1
( )
1
1 1
0 = a 2 + x 2 2 2 x + b 2 + (d − x ) [− 2 (d − x )]
− 2 −
2
2 2
x d−x
0 = − (2.9)
( ) [ ]
1 1
a 2 + x 2 2 b 2 + (d − x )2 2
0 = sin θ1 − sin θ 2
sin θ1 = sin θ 2
θ1 n1
a θ 1
θ
θ3 3
b
n2
d
Gambar 2.7 Cahaya dari D, tiba di E setelah dibiaskan di F
Pada gambar 2.7 panjang total lo sinar adalah lo = DF + FE. Karena cahaya tersebut
DF = n1 a 2 + x 2 dan FE = n2 b 2 + (d − x )
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d [lo]
lo lintasan paling pendek bila = 0, maka didapatkan hubungan sebagai berikut
dx
d [lo ] d ⎛
⎜ n1 a 2 + x 2 + n 2 b 2 + (d − x ) ⎞⎟
2
=
dx dx ⎝ ⎠
[ ]
1
( )
1
1 1
0 = n1 a 2 + x 2 2 2 x + n 2 b 2 + (d − x ) [− 2 (d − x )]
− 2 −
2
2 2
n1 x n2 d − x (2.10)
0 = −
( ) [ ]
1 1
a 2 + x 2 2 b 2 + (d − x )2 2
0 = n1 sin θ 1 − n 2 sin θ 3
n1 sin θ 1 = n 2 sin n 3
pemantul analog dengan tali yang diikat pada tonggak (ujung tetap dan ujung bebas)
1. Analogi dengan ujung tetap bila gelombang datang dari medium yang lebih
dengan nol. Agar simpangan pada x = 0 selalu sama dengan nol, diperlukan
15
y1 = y m sin (kx − ωt )
gelombang
datang
x=0
Gelombang
pantul khayal
y 2 = − y m sin (− kx − ωt )
y 2 = − y m sin (− kx − ωt + ϕ )
.
(
= − y m sin kx + ωt − 180 0 )
ym amplitudo gelombang, ω kecepatan sudut, k bilangan gelombang dan t waktu
yang ditempuh.
Jadi untuk gelombang sinus pembalikan fase pada gelombang pantul, dan dapat
1
dinyatakan sebagai tambahan sudut fase sebesar 180 0 atau beda fase ∆ϕ =
2
pada fase gelombang pantul ini berarti bahwa panjang jarak yang ditempuh
1
seolah-olah bertambah λ . Hasil superposisi gelombang datang dan
2
16
y = y1 + y 2
{ (
y = y m sin (kx − ωt ) + sin − kx − ωt + 180 0 )} (2.11)
y = y m {sin (kx − ωt ) + sin (kx + ωt )}
y = 2 y m sin kx cos ωt
Dalam hal ini berlaku kalau pemantulan cahaya terjadi dari zat optik dari
medium rapat ke medium renggang, maka tidak terjadi loncatan fase atau fase
tetap (pemantulan pada ujung bebas), sedangkan kalau pemantulan terjadi dari
1
medium renggang ke medium rapat fasenya berubah atau terjadi loncatan
2
2. Analogi dengan pemantulan pada ujung tetap, pemantulan pada ujung bebas
terjadi bila gelombang datang dari medium yang lebih rapat. Analogi ini
gelombang Gelombang
datang pantul
khayal
17
y = y1 + y 2
y = y m { sin (kx − ωt ) − sin (kx + ωt )} (2.12)
y = 2 y m cos kx sin ωt
Dalam hal ini berlaku kalau pemantulan cahaya terjadi dari zat optik dari
medium rapat ke medium renggang, maka tidak terjadi loncatan fase atau fase
lebih yang bertemu pada satu titik di ruang (Tipler, 2001). Seperti halnya cahaya pada
pelemahan bunyi, maka di dalam interferensi cahaya dihasilkan gejala terang dan
gelap.
mempunyai amplitudo resultan yang bergantung pada selisih fase kedua gelombang
penjumlahan) yang saling memperlemah ataupun memperkuat, kata lain bisa terjadi
interferensi destruktif atau konstruktif. Interferensi destruktif akan terjadi bila dua
18
konstruktif akan dihasilkan jika dua gelombang mempunyai frekuensi yang sama,
∆r
S2
θ
d
θ r2
S1
r1
P
Y = A cos φ = A cos ω t
Jika sinar yang datang dari celah S1 pada waktu sampai pada titik P mempunyai sudut
φ 2 = k (r1 + ∆r ) − ω t
= kr1 + k∆r − ω t
Y1 = A cos φ1
(2.13)
= A cos (kr1 − ω t )
19
Y2 = A cos φ 2
= A cos (kr1 + k∆r − ω t ) (2.14)
Y2 = A cos (φ1 + ϕ )
2π
dengan ϕ = k∆r = ( ∆r ) (2.15)
λ
ϕ merupakan beda sudut fase kedua gelombang yang sampai di titik P karena ada
perbedaan lintasan optis (∆r) yaitu panjang lintasan gelombang cahaya didalam
vakum atau hampa apabila gelombang tersebut berjalan pada suatu medium. Hasil
superposisi kedua gelombang ini dapat dinyatakan dengan fungsi gelombang Y1 dan
Y2 pada titik P:
YR = Y1 + Y2
= A cos φ1 + A cos φ 2
φ ⎛ φ⎞
= 2 A cos cos ⎜ φ1 + ⎟
2 ⎝ 2⎠
dengan φ1 = kr1 − ω t
⎛ϕ ⎞ ⎛ ⎛ ϕ ⎞⎞
maka YR = 2 A cos ⎜ ⎟ cos ⎜⎜ kr1 − ω t + ⎜ ⎟ ⎟⎟ (2.16)
⎝2⎠ ⎝ ⎝ 2 ⎠⎠
⎛ ϕ⎞
atau YR = AR (ϕ ) cos ⎜ kr1 − ω t + ⎟
⎝ 2⎠
ϕ
AR (ϕ ) = 2 A cos ( ) (2.17)
2
Karena perubahan intensitas gelombang terhadap waktu terlalu cepat untuk diamati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
maka yang diperolah adalah intensitas rata-ratanya. Kuadrat Intensitas rata-rata dari
datangnya, maka:
⎛ϕ ⎞
4 A 2 cos 2 ⎜ ⎟
I
= ⎝ 2 ⎠ = 4 cos 2 ⎛ ϕ ⎞
2 ⎜ ⎟
Io A ⎝2⎠
φ
Intensitas akan bernilai maksimum untuk cos 2 =1 sehingga
2
ϕ
cos =±1
2 (2.18)
ϕ
= 0, π , 2π ,....., mπ
2
dengan m = 0, 1, 2,….
jika persamaan (2.18) dimasukkan ke dalam persamaan (2.15), maka diperoleh nilai
∆r adalah:
∆r = mλ (2.19)
21
ϕ=
(2m + 1)π (2.20)
2
dengan m = 0, 1, 2,……
jika persamaan (2.20) dimasukkan ke dalam persamaan (2.15) maka diperoleh nilai
∆r sebagai berikut:
∆r =
(2m + 1)λ (2.21)
2
Jika selisih lintasan ∆r dan panjang gelombang cahaya λ, maka persamaan (2.19) dan
(2.21) menjadi:
1
∆r = (m + ) λ terjadi interferensi gelap (2.23)
2
young, gejala interferensi cahaya pada selaput tipis, gejala cincin newton dan
sebagainya.
lapisan tipis minyak yang mengambang diatas air, peristiwa ini dihasilkan oleh efek
interferensi antara dua rentetan gelombang cahaya yang dipantulkan pada permukaan
yang berlawanan dari selaput tipis larutan sabun atau minyak (Sears dan Zemansky,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1972). Secara skematis interferensi pada selaput tipis dapat ditunjukkan pada Gambar
2.11
E G
O F
D
θ1 θ2 n1
C
A
d θ3θ3 n2
H
B n3
selapis tipis zat bening yang plan-pararel dengan tebal = d, dengan indeks bias n 2 .
Sinar yang datang dari A sebagian dipantulkan menuju titik E dan sebagian lagi
dibiaskan menuju titik B, pada titik B sinar sebagian dibiaskan dan sebagian lagi
dipantulkan oleh media dengan indeks bias n3 menuju titik C, pada titik C sinar
sebagian dipantulkan dan sebagian dibiaskan menuju titik F. Karena sinar yang
berinteferensi ini ada yang merambat di udara dan ada yang melalui zat bening,
sedang panjang gelombang sinar di udara dan zat bening berlainan, maka hasil
interferensinya pada titik G tidak hanya ditentukan selisih jarak yang ditempuh ( ∆r )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
seperti halnya jika sinar-sinar yang berinterferensi hanya melintasi udara saja, tetapi
dalam hal ini ditentukan oleh apa yang disebut selisih lintasan optik yang ditempuh.
r1 = (OA + AE + EG ) n1
(2.24)
r2 = (OA) n1 + ( AB + BC ) n2 + (CF + FG ) n1
∆r = r2 − r1 , (2.25)
jika persamaan (2.24) kedalam persamaan (2.25), maka beda lintasan optik adalah
∆r = − AD n1 + ( AB + BC ) n2
d
mengingat AB =
cos θ 3
(2.27)
d
maka AB + BC = 2 AB = 2
cos θ 3
d
Sehingga ∆r = − AD n1 + 2 n2
cos θ 3
AC = 2 d tg θ 3
24
dituliskan menjadi
AD = − 2 d tg θ 3 sin θ 3 n2 (2.29)
Dari persamaan (2.26), (2.27) dan (2.29), diperoleh beda lintasan optis. Jika
d 1
∆r = − 2 d tg θ 3 sin θ 3 n2 + 2 n2 + λ
cos θ 3 2
sin θ 3 d 1
∆r = − 2 d sin θ 3 n2 + 2 n2 + λ
cos θ 3 cos θ 3 2
(2.30)
∆r =
2 d n2
cos θ 3
( )1
− sin 2 θ 3 + 1 + λ
2
2 d n2 1
∆r = (1 − sin 2 θ 3 ) + λ
cos θ 3 2
(2.30) menjadi
2 d n2 1
∆r = cos 2 θ 3 + λ
cos θ 3 2
1
∆r = 2 d n2 cos θ 3 + λ
2
⎛ 1⎞
2 n2 d = ⎜ m + ⎟ λ
⎝ 2⎠
2 n2 d = m λ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dipantulkan dari pelat gelas bidang dan lainnya dipantulkan dari dasar permukaan
lensa. Interferensi terjadi antara sinar pantul oleh permukaan cembung dan sinar
pantul oleh keping gelas maka jika dilihat dari arah sinar pantul akan tampak cincin
terang dan gelap sesuai dengan tebal film atau d seperti yang terlihat pada gambar
2.12
cahaya datang
E
D
lensa C r A
n n2
udara 1 d
Keping gelas B n3
Gambar 2.12 Alat untuk mengamati cincin newton
dengan R jari-jari kelengkungan lensa, r jari-jari cincin, d tebal film, n1 indeks bias
lensa, n 2 indeks bias udara atau selaput tipis dan n3 indeks bias keping gelas.
Hasil interferensi pada percoaan Cincin Newton terlihat pada Gambar 2.13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Hubungan antara jari-jari kelengkungan lensa (R), jari-jari cincin (r) dan tebal film
EC = R 2 − r 2
dan
ED = R = ( R − d )2 + r 2
sehingga
R 2 = (R − d ) 2 + r 2
R 2 = R 2 − 2 Rd + d 2 + r 2
r2
d = (2.31b)
2R
1 2 n2 r 2 1 n r2 1
∆r = 2 d n2 + λ = + λ= 2 + λ (2.32)
2 2R 2 R 2
27
n2 r 2 1
+ λ = mλ
R 2
⎛ 1⎞
sehingga r = λ ⎜m− ⎟ R (2.33)
⎝ 2⎠
r= λmR (2.34)
Pada pusat pola (r = 0) terjadi gelap (m = 0). Pada tempat tersebut jarak antara lensa
Jika jarak antara permukaan lensa cembung datar dan keping gelas adalah d o seperti
gambar (2.14), maka didapatkan tebal film d + d 0 . Agar terjadi cincin gelap maka
n1
d0 n2 d ± d0
n3
28
1 ⎛ 1⎞
∆r = 2 n2 (d + d 0 ) + λ = ⎜ m + ⎟ λ
2 ⎝ 2⎠
atau 2 (d + d 0 ) = λ m (2.35)
⎛ 1⎞
Agar pada pusat pola terjadi terang maka 2 d 0 = ⎜ m + ⎟ λ
⎝ 2⎠
Pola gelap orde m = 1 pada posisi d 0 = d1 dan pada posisi d 0 = d 2 untuk orde
m = 2 adalah
sehingga
2 d1 =1λ
2 d2 = 2λ
λ
∆d =
2
∆m λ (m2 − m1 ) λ λ
Jadi 2 ∆d 0 = (d 2 − d1 ) = = = (2.36)
2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.7. PEMUAIAN
Telah kita ketahui bahwa jika suatu benda berubah suhunya maka benda
tersebut akan mengalami perubahan fisis atau kimia. Perubahan fisis yang terjadi
adalah pemuaian atau penyusutan. Pemuain adalah perubahan sifat fisis dari benda
akibat panas atau dalam hal ini akibat perubahan temperatur (Naga, 1991).
Ada beberapa jenis pemuaian yang dialami suatu benda yang mengalami perubahan
suhu, yaitu:
a. Pemuaian panjang
3. pemuaian gas
jika suatu benda memuai pada satu dimensi, maka pemuaiannya dinamakan pemuaian
panjang. Pemuaian dua dimensi dinamakan pemuaian luas atau pemuaian permukaan.
Pada teori molekul atau atom, suatu benda dianggap terdiri dari molekul atau
atom yang saling tarik-menarik, maka pemuaian suatu benda adalah perbesaran jarak
antar molekul atau atom zat tersebut. Pada kasus pemuaian suatu benda, massa suatu
benda adalah tetap, tetapi yang bertambah adalah volume yang ditempati oleh
30
Jika benda berbentuk kawat atau batang diberikan suatu kalor maka batang
tersebut akan mengalami perubahan panjang sebagai akibat kenaikan suhu (Gambar
2.15).
L0
∆L
L
Pada Gambar 2.15 dapat dilihat bahwa mula-mula logam dengan suhu awal T0
memiliki panjang L0. Setelah dipanaskan logam akan mengalami perubahan suhu
suhu maka panjang logam menjadi L. Secara matematis pemuaian panjang dapat
dituliskan sebagai:
∆L = L − L0 (2.37)
Pemuaian panjang suatu logam ternyata berbanding lurus dengan panjang mula-mula,
serta lainnya dapat dinyatakan dengan suatu faktor α. Secara matematis konsep
∆L = α L0 ∆T (2.38)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
perubahan fraksional panjang dibagi perubahan suhu (Sears dan Zemansky, 1982)
∆L
α= (2.39)
L0 ∆T
Nilai koefisien muai panjang tidaklah konstan tapi bergantung pada jenis zat.
Dengan memakai konsep perubahan ∆L sebagai hasil dari panjang setelah dipanasi, L
∆L = α L0 ∆T
L − L0 = α L0 ∆T (2.40)
L = L0 (1 + α ∆T )
Bila kita memandang pemuaian pada dua dimensi, maka kita memperoleh
pemuaian luas. Pertambahan luas pada suatu bidang yang mengalami perubahan suhu
berbanding lurus dengan luas mula-mula (S0), berbanding lurus dengan perubahan
suhu (∆T) dan berbanding lurus dengan koefisien muai luas (β). Secara matematis
∆S = S 0 β ∆T (2.41)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
jika terdapat suatu benda dengan luas permukaan S, maka kita dapat mendefisikan
∆S
β= (2.42)
S 0 ∆T
koefisien muai luas β bergantung pada zat dan suhu. Pada saat T = 00, luas
∆S = S 0 β ∆T
S − S 0 = S 0 β ∆T
(2.43)
S = S 0 + S 0 β ∆T
S = S 0 (1 + β ∆T )
dengan S luas bidang setelah dipanaskan, S0 luas mula-mula, β koefisen muai luas
2.7.2.1. Hubungan antara koefisien muai luas dan koefisien muai panjang
Menurut ilmu ukur ukur, luas dapat disubstitusikan dengan luas berbentuk
empat persegi. Jika luas empat persegi panjang dinyatakan dengan S dengan sisi a
dan b, sehingga
St = a b (2.44)
S 0 = a0 b0
Sehingga hubungan antara koefisien muai panjang dengan koefisien muai luas
menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
S t = a 0 (1 + α ∆T ) x b0 (1 + α ∆T )
= a 0 b0 (1 + α ∆T ) 2
[
S t = S 0 1 + 2 α ∆T + (α ∆T )
2
]
karena α ∆T << 1, sehingga:
S t = S 0 (1 + 2 α ∆T )
Jadi S t = S 0 (1 + β ∆T ) (2.45)
Maka didapatlah hubungan antara koefisien muai panjang dengan koefisien muai
luas:
β = 2α (2.46)
Pemuaian dalam tiga dimensi adalah pemuaian kubik atau volum, pemuaian
volume pada suatu benda yang mengalami perubahan suhu berbanding lurus dengan
volume mula-mula (V0), berbanding lurus dengan perubahan suhu (∆T), berbanding
lurus dengan koefisien muai volum (γ). Secara matematis dapat dinyatakan dengan:
∆V = V0 γ ∆T (2.47)
Jika terdapat bangun ruang dengan volume V, maka koefisien volumenya adalah:
∆V
γ= (2.48)
V0 ∆T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Koefisien muai volume tergantung pada jenis zat dan suhu juga. Jika terdapat suatu
benda dengan ruang dipanaskan, maka terjadi perubahan volume pada benda tersebut
sebesar:
∆V = V0 γ ∆T
V − V0 = V0 γ ∆T
atau V = V0 (1 + γ ∆T ) (2.49)
2.7.3.1. Hubungan antara koefisien muai kubik dan koefisien muai panjang
Vt = a b c
V0 = a 0 b0 c0
sehingga hubungan antara koefisien muai panjang dan koefisien muai volume adalah:
Vt = a 0 (1 + α ∆T ) x b0 (1 + α ∆T ) x c0 (1 + α ∆T )
Vt = a 0 b0 c0 (1 + α ∆T ) 3
[
Vt = V0 1 + 3α ∆T + (α ∆T ) + (α ∆T )
2 3
]
karena α ∆T << 1, maka suku dengan pangkat dua dan tiga dapat diabaikan. Dengan
dituliskan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Vt = V0 (1 + 3α ∆T ) (2.50)
Vt = V0 (1 + γ ∆T )
atau Vt = V0 (1 + 3α ∆T ) (2.51)
Dari persamaan (2.51) diperoleh hubungan antara koefisien muai panjang dan
γ = 3α (2.52)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data pada penelitian ini, alat-alat dan bahan yang
dipergunakan adalah:
1. Lampu Natrium
Pada penelitian ini lampu natrium yang digunakan sebagai sumber cahaya yang
monokhromatis, arah sorot yang baik, kerapatan energi yang tinggi dan sifat koheren.
1) Termometer
Termometer yang digunakan adalah termometer air raksa dengan satuan Celcius.
Digunakan untuk mengukur perubahan suhu yang terjadi pada logam yang dipanasi.
Lensa yang digunakan adalah lensa cembung datar. Digunakan untuk interferensi
yang terjadi pada permukaan cembung lensa dan sinar pantul oleh sebuah logam yang
dipanasi, maka jika dilihat dari arah sinar pantul akan tampak cincin terang dan gelap
sesuai dengan tebal film (d) atau jarak logam dari lensa.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
a) Lensa cembung disebut juga lensa konvergen atau lensa positif karena lensa
b) Lensa cekung disebut juga lensa divergen atau lensa negatif karena lensa ini
4) Logam pejal
Logam yang digunakan adalah logam besi pejal dengan panjang 3,55 cm dan
diameter 7,10 cm
5) Pemanas logam
Untuk memanasi logam dengan cara logam besi diletakkan di atas pemanas. Supaya
logam besi mengalami perubahan suhu atau panas sehingga dapat memuai.
6) Cermin datar
Cermin datar digunakan untuk memantulkan sinar dari sumber cahaya lampu natrium
7) Senter
Senter membantu pencahayaan untuk melihat suhu ditermometer pada saat percobaan
di ruang gelap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Keteranagan gambar:
C = cermin datar
I = lensa cembung
II = lensa cekung
T = termometer
B = logam (besi)
P = pemanas logam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
II I
Pada gambar 3.2 cahaya yang datang berupa cahaya monokromatik yang berasal dari
sumber cahaya menuju sistem lensa I yaitu lensa cembung, cahaya yang datang ini
oleh lensa cembung I difokuskan pada titik fokusnya kemudian diteruskan ke lensa II
yaitu lensa cekung dan dihasilkan bentuk cahaya lampu natrium yang lebih fokus ke
cermin pantul dan dipantulkan menuju lensa datar cembung. Dari permukaan
cembung lensa melewati selaput tipis antara lensa dan logam besi kemudian
dipantulkan oleh logam besi kembali ke lensa, maka jika dilihat dari arah sinar pantul
akan terbentuk cincin terang dan gelap sesuai dengan tebal film (d) atau jarak logam
dari lensa. Dari perubahan pola-pola interferensi dan perubahan suhu maka selisih
lintasan optis antara lensa datar cembung dan logam besi dapat diketahui.
2) Langkah-langkah penelitian
40
datar cembung
kedalam tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
adalah:
persamaan (2.36)
2 ∆d 0 = m λ
2 ∆l = m λ
dengan jarak antara lensa cembung datar dengan logam besi, sehingga
∆L
α=
L0 x ∆T
2. Membuat dan menganalisis grafik hubungan antara perubahan panjang logam
BAB IV
Tabel 4.1 Tabel perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap perubahan suhu ∆T
(0C)
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari Tabel 4.1 koefisien muai panjang logam besi dengan menggunakan persamaan
Jika data dari Tabel 4.1 digambarkan, yaitu ∆L sebagai fungsi ∆T, maka hasilnya
∆L (m)
3.500E-06
∆L = 6E-08∆T - 2E-08
3.000E-06
2.500E-06
2.000E-06
1.500E-06
1.000E-06
5.000E-07
0.000E+00
0 10 20 30 40 50 60
∆T (°C)
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap
Dari grafik pada gambar 4.1, ∆L adalah nilai perubahan panjang logam besi dan ∆T
adalah perubahan suhu, diperoleh grafik berupa garis lurus dengan persamaan ∆L =
6 x 10-8 ∆T − 2 x 10-8. Nilai 6 x 10-8 merupakan nilai koefisien muai panjang logam
besi kali panjang mula-mula, sehingga diperoleh nilai koefisien muai panjangnya
44
Tabel 4.2 Tabel perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap perubahan suhu ∆T
(0C)
Dari Tabel 4.2 koefisien muai panjang logam besi dengan menggunakan persamaan
45
Jika data dari Tabel 4.2 digambarkan, yaitu ∆L sebagai fungsi ∆T, maka hasilnya
∆L (m)
3.000E-06
2.500E-06
2.000E-06
1.500E-06
1.000E-06
5.000E-07
0.000E+00
0 10 20 30 40 50 60
∆T (°C)
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap
Dari Grafik pada Gambar 4.2, ∆L adalah nilai perubahan panjang logam besi dan
panjang logam besi kali panjang mula-mula, sehingga diperoleh nilai koefisien muai
46
Tabel 4.3 Tabel perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap perubahan suhu ∆T
(0C)
Dari tabel 4.3 koefisien muai panjang logam besi dengan menggunakan persamaan
47
Jika data dari Tabel 4.3 digambarkan, yaitu ∆L sebagai fungsi ∆T, maka hasilnya
∆L (m)
3.500E-06
3.000E-06
y = 6E-08x + 2E-08
2.500E-06
2.000E-06
1.500E-06
1.000E-06
5.000E-07
0.000E+00
0 10 20 30 40 50 60
∆T (°C)
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap
Dari grafik pada gambar 4.3, ∆L adalah nilai perubahan panjang logam besi dan ∆T
adalah perubahan suhu, diperoleh grafik berupa garis lurus dengan persamaan ∆L = 6
x 10-8 ∆T + 2 10-8. Nilai 6 x 10-8 merupakan nilai koefisien muai panjang logam besi
kali panjang mula-mula, sehingga diperoleh niali koefisien muai panjangnya adalah
48
Tabel 4.4 Tabel perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap perubahan suhu ∆T
(0C)
Dari Tabel 4.4 koefisien muai panjang logam besi dengan menggunakan persamaan
49
Jika data dari Tabel 4.4 digambarkan, yaitu ∆L sebagai fungsi ∆T, maka hasilnya
∆L (m)
3.500E-06
3.000E-06
y = 6.15E-08x - 8.97E-08
2.500E-06
2.000E-06
1.500E-06
1.000E-06
5.000E-07
0.000E+00
0 10 20 30 40 50 60
∆T (°C)
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap
Dari grafik pada gambar 4.4, ∆L adalah nilai perubahan panjang logam besi dan ∆T
adalah perubahan suhu, diperoleh grafik berupa garis lurus dengan persamaan ∆L =
6,15 x 10-8 ∆T − 8,97 x 10-8. Nilai 6,15 x 10-8 merupakan nilai koefisien muai
panjang logam besi kali panjang mula-mula, sehingga nilai koefisien muai
50
Tabel 4.5 Tabel perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap perubahan suhu ∆T
(0C)
Dari Tabel 4.5 koefisien muai panjang logam besi dengan menggunakan persamaan
51
Jika data dari Tabel 4.5 digambarkan, yaitu ∆L sebagai fungsi ∆T, maka hasilnya
∆L(m)
3.500E-06
3.000E-06
y = 6E-08x - 9E-08
2.500E-06
2.000E-06
1.500E-06
1.000E-06
5.000E-07
0.000E+00
0 10 20 30 40 50 60
∆T (°C)
Gambar 4.5. Grafik hubungan antara perubahan panjang logam besi ∆L (m) terhadap
Dari grafik pada gambar 4.5, ∆L adalah nilai perubahan panjang logam besi dan ∆T
adalah perubahan suhu, diperoleh grafik berupa garis lurus dengan persamaan ∆L = 6
x 10-8 ∆T − 9 x 10-8. Nilai 6 x 10-8 merupakan nilai koefisien muai panjang logam
besi kali panjang mula-mula, sehingga diperoleh nilai koefisien muai panjangnya
52
4.2. PEMBAHASAN
pola interferensi karena jarak antara logam besi dengan lensa cembung datar semakin
kecil. Sehingga dengan adanya perubahan pola interferensi (dapat dilihat pada tabel
dari 4.1 sampai 4.5) dapat ditunjukkan bahwa pada setiap perubahan atau kenaikan
suhu pada logam besi akan mengalami perubahan panjang. Pada gambar 4.1 samapi
4.5 dapat ditunjukkan grafik hubungan perubahan panjang logam besi dengan
perubahan suhu berupa garis lurus. Untuk gambar 4.1 diperoleh persamaan garis ∆L
= 6 x 10-8 ∆T − 2 x 10-8; sedangkan pada gambar 4.2 persamaan garis yang diperoleh
diperoleh persamaan ∆L = 6,15 x 10-8 ∆T − 8,97 x 10-8; dan gambar 4.5 diperoleh
didapatkan dari gambar 4.1 sampai 4.5 dapat dilihat bahwa nilai koefisien muai
panjang besi adalah untuk gambar 4.1 sebesar (1,690 ± 0,242).10-6 (/°C); untuk
gambar 4.2 sebesar (1,690 ± 0,095).10-6 (/°C); untuk gambar 4.3 sebesar (1,690 ±
0,264).10-6 (/°C); untuk gambar 4.4 sebesar (1,732 ± 0,058).10-6 (/°C); dan untuk
gambar 4.5 koefisien muai panjang besi sebesar (1,690 ± 0,059).10-6 (/°C); sehingga
diperoleh nilai koefisien panjang besi rata-rata dari gambar 4.1 sampai 4.5 sebesar
panjang besi didapatkan dari tabel 4.1 sampai 4.5, untuk tabel 4.1 sebesar (1,76 ±
0,03).10-6 (/°C); untuk tabel 4.2 sebesar (1,74 ± 0,03).10-6 (/°C); untuk tabel 4.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sebesar (1,71 ± 0,03).10-6 (/°C); untuk tabel 4.4 sebesar (1,67 ± 0,03).10-6 (/°C); dan
untuk tabel 4.5 diperoleh kofesien muai panjang besi sebesar (1,66 ± 0,03).10-6 (/°C).
sehingga untuk persamaan (2.39) diperoleh nilai rata-rata koefisien muai panjang besi
dari tabel 4.1 sampai 4.5 sebesar (1,71 ± 0,06).10-6 (/°C). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam penelitian ini adalah, pada saat pengamatan suhu, karena
perubahannya cepat maka perubahan tersebut tidak teramati dengan tepat, sehingga
diperlukan pengamatan untuk dua orang. Untuk satu orang mengamati interferensi
dan satu orang lagi mengamati perubahan suhu yang terjadi. Selain itu, terdapat
kesulitan dalam meletakan logam besi dan lensa cembung datar karena letaknya yang
sangat tipis, jika tidak tepat letaknya maka interferensi tidak terbentuk, dan logam
besi dan lensa cembung datar harus tidak menempel supaya perubahan panjang logam
Permukaan besi harus rata dan halus seperti kaca sehingga sinar yang
dipantulkan dari besi menuju lensa cembung datar menjadi terpantul seluruhnya dan
interferensi yang terbentuk terlihat jelas. Jika permukaan besi tidak rata dan halus
pantulan sinar menjadi baur sehingga interferensi yang terbentuk tidak terlihat jelas.
Karena pengamatan di ruang gelap maka dibutuhkan senter untuk melihat perubahan
suhu yang terjadi pada termometer sehingga perubahan suhu dapat telihat jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
bahwa:
perubahan suhu dapat ditentukan nilai koefisien muai panjang logam besi
tersebut. Pada gambar 4.1-4.5 diperoleh bahwa nilai koefisien muai panjang
besi adalah untuk gambar 4.1 sebesar (1,690 ± 0,242).10-6 (/°C); untuk gambar
4.2 sebesar (1,690 ± 0,095).10-6 (/°C); untuk gambar 4.3 sebesar (1,690 ±
0,264).10-6 (/°C); untuk gambar 4.4 sebesar (1,732 ± 0,058).10-6 (/°C); dan
untuk gambar 4.5 koefisien muai panjang besi sebesar (1,690 ± 0,059).10-6
(/°C), sehingga dari gambar 4.1 sampai 4.5 diperoleh nilai rata-rata koefisien
muai panjang besi sebesar (1,700 ± 0,380).10-6 (/°C). Dan dari tabel untuk
persamaan (2.39) diperoleh nilai rata-rata koefisien muai panjang besi sebesar
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D. dan Resnick, R., 1984, Fisika Jilid 2 (Edisi Ketiga). Jakarta: Erlangga.
Http://research.opt.indiana.edu/library/wavefront/sld006.htm
pada tanggal 28 Juli 2007 pukul 22.30 Wib.
Jencis, F.A and White, H.E., 1937, Fundamentals of Physical Optics. New York and
London: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Kurniyati, A., 2005, Penentuan Koefisien Muai Panjang Suatu Logam dengan
Interferometer Michelson.
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Sears dan Zemansky., 1982, Fisika untuk Universitas Jilid I (Edisi Baru), Mekanika,
Panas & Bunyi. Bandung: Binacipta.
Sears dan Zemansky., 1972, Fisika untuk Universitas Jilid II1, Optika & Fisika Atom.
Bandung: Binacipta.
Sulistiana, R., 2004, Uji Kualitas Air dengan Pengukuran Perubahan Indeks Bias Air
Garam Terhadap Konsentrasi Menggunakan interferometer Michelson.
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Sutrisno., 1982, Fisika Dasar, Gelombang dan Optik. Bandung: Penerbit ITB
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tipler, P.A., 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik (Edisi ketiga). Jakarta: Erlangga