2021210146
PAGE \* MERGEFORMAT 17
BAB I
PENDAHULUAN
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada
tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697
orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan
yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang
atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian
angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja
setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya
diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian world
economic forum pada tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan
di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan
aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya
terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal tahun 1980an
berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi
untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi.
Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen
K3. Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3
adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan
dapat dirumuskan adalah bagaimana penerapan sistem dan mekanisme
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek
konstruksi.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
teknik, aturan, disajikan teratur, runtun dan tertib.
4. Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan mahasiswa sehingga tidak hanya
menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi
penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan K3 terutama setelah penyelesaian studynya.
BAB II
PAGE \* MERGEFORMAT 17
KAJIAN TEORI
3. http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/
Ditulis Oleh: Abdul Haris
4. http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-
content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
Ditulis Oleh: Reini D. Wirahadikusumah
BAB III
PAGE \* MERGEFORMAT 17
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis
yang bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut
kami dapat mendukung penelitian ini.
BAB IV
PAGE \* MERGEFORMAT 17
PEMBAHASAN
Secara Filosofis
Secara Keilmuan
4.1.1 Tujuan K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
o Menjamin keselamatan pekerja
o Menjamin keamanan alat yang digunakan
o Menjamin proses produksi yang aman dan lancer
Dasar hukum k3 :
PAGE \* MERGEFORMAT 17
4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3
Dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Jenis kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan
kimia berbahaya.
Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.
2) Jenis fisika
- Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu
dingin.
- keadaan yang sangat bising.
- keadaan udara yang tidak normal.
Contoh:
- Kerusakan penglihatan
- Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai
pekerja
- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai
pekerja
PAGE \* MERGEFORMAT 17
mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam
siklus tertentu.
d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat
mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang
batas normal.
e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya
korban atau kerugian baik manusia maupun peralatan.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan
sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala
rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek
bangunan lebih lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek
pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah
pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta Karya.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar,
pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan
pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian atau
teknologi yang spesifik.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit
dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai. Kekurangankekurangan tersebut tentunya sangat
menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat
menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak
pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk
tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar
sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan
mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi
di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar
mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya
sendiri.
- Terbentur
- Membentur
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari
pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught
between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari
pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga
PAGE \* MERGEFORMAT 17
atau atap.
- Terbakar
1. Faktor Manusia
Pencegahan :
PAGE \* MERGEFORMAT 17
- Pemilihan Tenaga Kerja
- Pelatihan sebelum mulai kerja
- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
2. Faktor Lingkungan
Pencegahan:
3. Faktor Teknis
Pencegahan:
PAGE \* MERGEFORMAT 17
4.2.6 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi
1. Kebijakan K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.
3. Identifikasi Bahaya
PAGE \* MERGEFORMAT 17
terendah sampai level tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara
berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan :
Kebijakan K3 proyek:
7. Promosi K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan
berbahaya dilingkungan proyek misalnya :
- Pekerjaan Pengelasan
- Scaffolding
- Bekerja diketinggian
- Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
- Bekerja diruangan tertutup
- Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya
PAGE \* MERGEFORMAT 17
penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Tujuan CSMS:
PAGE \* MERGEFORMAT 17
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap
lingkungan.
18. Audit K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU
No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini,
jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut
melalui PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia.
Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.
Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek
secara nasional.
Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek juga
merupakan suatu badan yang mencatat kasus-kasus kecelakaan kerja
termasuk pada proyek-proyek konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi
setiap kecelakaan kerja terjadi. Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP-196/MEN/1999, berbagai aspek penyelenggaraan program jamsostek
diatur secara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas, borongan, dan
perjanjian kerja waktu tertentu, pada sektor jasa konstruksi. Karena pekerja
sektor jasa konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas dan borongan,
maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajib
mengikutsertakan pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis program
jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila
mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta
dalam dua program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres
No.22/1993. Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk
mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita
salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada
PAGE \* MERGEFORMAT 17
saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
(sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut
adalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari
material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga
termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta
kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja
konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan
berulang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek
secara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan
tersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi
dan perawatan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai
lagi dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.
Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di
sekelilingnya.
a) Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat
melukai kepala.
b) Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.
c) Penutup telinga
PAGE \* MERGEFORMAT 17
e) Pelindung wajah
f) Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang
kualitas udaranya kurang bagus.
g) Safety Shoes
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
PAGE \* MERGEFORMAT 17
kesehatan kerja dari para pekerja mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan
penyakit kerja.
3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada
dapat dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan,
pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan
kesehatan kerja
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/
PAGE \* MERGEFORMAT 17
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-content/
uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
LAMPIRAN
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Gambar 1.1 Safety Helmet Gambar 1.2 Safety Belt
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Gambar 1.5 Pelindung Wajah Gambar 1.6 Masker
2. Slogan K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Gambar 2.1 Slogan K3
3. Rambu – Rambu K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Tabel 1 Makna Rambu
PAGE \* MERGEFORMAT 17
Gambar 3 Rambu – Rambu K3
PAGE \* MERGEFORMAT 17