Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

K3LH TAHUN 2013/2014

SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

OLEH
KELOMPOK 5
2 TEKNIK SIPIL 2

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


2013/2014

KELOMPOK 5:

ADRIAN CHRISTO . I
AGUS DARMAWAN . J
RESKI APRILIA

DAFTAR ISI

Nama Kelompok................................................................................

Daftar Isi............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................ ..

1.3 Tujuan Penelitian............................................................. ..

1.4 Manfaat Penelitian........................................................... ..

BAB II KAJIAN TEORI....................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian K3
4.1.1 Tujuan K3.............................................................. ..

4.1.2 Adanya Ilmu K3.....................................................

4.1.3 Sasaran K3..............................................................

4.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3....

4.1.5 Hambatan dari Penerapan K3.................................

4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3.................................

4.1.7 Istilah-Istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja.....

4.2 Proyek Konstruksi


4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi.............

10

4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi................................

11

4.2.3 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi...............

12

4.2.4 Jenis Bahaya Konstruksi.........................................

14

4.2.5 Sebab Kecelakaan Konstruksi.................................

15

4.2.6 Strategi Penerapan k3 di Proyek Konstruksi...........

17

4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja.............................................

25

4.4 Alat Pelindung Diri............................................................

26

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................

28

5.2 Saran...............................................................................

28

DAFRAT PUSTAKA........................................................................

29

LAMPIRAN.......................................................................................

30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan
barang/material

keperluan

suplai/pasokan (delivery)

pekerjaan

konstruksi sejak

pabrikan,

hingga ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi

yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata


lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya,
suatu

bangunan

atau

bentuk

fisik

lainnya

untuk mewujudkan

sesuai dengan yang

direncanakannya.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
mencakup

pekerjaan arsitektural,

sipil,

beserta

pengawasan

yang

mekanikal, elektrikal, dan tata

lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan


suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan
namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi
dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan
berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki
Karakteristik antara lain : bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu,
melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif
rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja
(terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan
peralatan kerja beragam,
berpotensi

bahaya,

material dan lain lain.

jenis, teknologi,

mobilisasi

kapasitas

dan

beragam

yang tinggi, peralatan, tenaga kerja,

Setiap

tahun

ribuan

kecelakaan

terjadi

di tempat kerja yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada


tahun

2007

menurut

jamsostek

tercatat

65.474

kecelakaan

yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap


dan 58.697 orang cedera.

Data kecelakaan

tersebut

mencakup

seluruh perusahaan yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta


sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia.
Dengan demikian angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap
100.000 pekerja setiap tahun.
kecelakaan
besar. Bahkan

Oleh

karena

itu

jumlah

keseluruhannya diperkirakan jauh


menurut

pada tahun 2006, angka kematian

penelitian

lebih

world economic forum

akibat kecelakaan

di

Indonesia

mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja.


Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan
aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya
terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal tahun 1980an
berupaya

meyakinkan

semua pihak khususnya manajemen organisasi

untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi.


Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen
K3.

Menurut

Kepmenaker

05

tahun

1996, Sistem Manajemen K3

adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur


organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang

dibutuhkan,

bagi

pengembangan,

penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan


dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan
dapat dirumuskan adalah

bagaimana penerapan sistem dan mekanisme

pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek


konstruksi.

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungin dalam bekerja.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah:
1. Melatif kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikirannya
tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara
tidak langsung penulis juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir
secara logis-sistematis tenntang keselamatan dan kesehatan kerja, serta
kemampuan analisis.
2. Makalah ini bukan hanya berguna bagi penulis saja tetapi juga sebagai
bahan refrensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca
tentang apa yang penulis sumbangkan lewat ide melalui makalah ini.

3. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti
tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan
teknik, aturan, disajikan teratur, runtun dan tertib.
4. Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan mahasiswa sehingga tidak hanya
menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi
penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan K3 terutama setelah penyelesaian studynya.

BAB II
KAJIAN TEORI

1.

Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan Hukum

2.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Disusun Oleh: Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan

3.

http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/
Ditulis Oleh: Abdul Haris

4.

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wpcontent/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
Ditulis Oleh: Reini D. Wirahadikusumah

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
atau literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis
yang bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel diinternet yang menurut
kami dapat mendukung penelitian ini.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:
Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.
Secara Keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.1.1

Tujuan K3
Tujuan dari k3:
o

Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga


kerja.

4.1.2

Meningkatkan efisiensi kerja.

Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Adanya Ilmu Tentang K3


o

Mempelajari tentang k3

Melaksanakan tentang k3

Memperoleh hasil yang sempurna dalam mencegah terjadinya


kecelakaan kerja

4.1.3

4.1.4

Sasaran K3
o

Menjamin keselamatan pekerja

Menjamin keamanan alat yang digunakan

Menjamin proses produksi yang aman dan lancer

Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3


o

Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja

Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak


perusahaan dapat menjamin keselamatan pekerja.
Dasar hukum k3 :
UU No.1 tahun 1970
UU No.21 tahun 2003
UU No.13 tahun 2003
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996

4.1.5

Hambatan dari Penerapan K3


a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
-

Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar

Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang


masih rendah.

b) Hambatan dari sisi perusahaan:


Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau
operasional

dan

meningkatkan

efisiensi

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

pekerja

untuk

4.1.6

Jenis-Jenis Bahaya dalam K3


Dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Jenis kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan
kimia berbahaya.
Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.
2) Jenis fisika
-

Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu


dingin.

keadaan yang sangat bising.

keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu tubuh yang tidak


normal
3) Jenis proyek/ pekerjaan
-

Pencahayaan atau penerangan yang kurang.

Bahaya dari pengangkutan barang.

Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:
-

Kerusakan penglihatan

Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai


pekerja

Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai


pekerja

4.1.7

Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja


a. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat menimbulkan kecelakaan,
penyakit dan kerusakan yang menghambat kemampuan pekerja.

b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapat


mengakibatkan peluang bahaya yang mulai tampak sehingga
mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam
siklus tertentu.
d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat
mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang
batas normal.
e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya
korban atau kerugian baik manusia maupun peralatan.
4.2 Proyek Konstruksi
4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi
o Memiliki masa kerja terbatas
o Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
o Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan
relatif rendah
o Memiliki intensitas kerja yang tinggi
o Bersifat multidisiplin dan multi crafts
o Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas
dan kondisinya
o Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga
kerja)

4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi


1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building Construction)
Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung
perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan
sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala
rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek
bangunan

lebih

lengkap

dan

detail.

Untuk

proyek-proyek

pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah


pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta Karya.
2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Construction/Real
Estate)
Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (Real Estate)
dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang
didasarkan

pada

klase

pembangunannya

serempak

dengan

penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan


perencanaan

infrastruktur

dari perumahan

tersebut

(jaringan

tranfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan


ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan
rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta
Karya.
3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek
Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)
umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang
bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya,
jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain.
Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan
teknologi tinggi.

4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial Construction)


Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek
industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus
seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar,
pertambangan,

nuklir

dan

pelaksanaannya

membutuhkan

sebagainya.
ketelitian

Perencanaan
dan

dan

keahlian

atau

teknologi yang spesifik.

4.2.3

Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi


Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan

masalah

perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman,
pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam
perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga
kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi,
diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuanketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih
ditujukan

untuk

konstruksi

bangunan,

sedangkan

untuk

jenis

konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di


samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini
sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans
tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-

104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada


Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat
sebagai Pedoman K3 Konstruksi ini merupakan pedoman yang dapat
dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman
K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit
dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai.
menghambat

Kekurangankekurangan
penerapan

pedoman

tersebut
di

tentunya

lapangan,

serta

sangat
dapat

menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak


pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.
Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih
menjadi pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai
Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui pedoman ini,
dengan dikeluarkannya KepMen Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004
Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. Pedoman Teknis K3
Bendungan yang baru ini khusus ditujukan untuk proyek konstruksi
bendungan, sedangkan untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya
seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum dibuat pedoman
yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya, Pedoman
Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat digunakan pula
untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. Pedoman Teknis K3
Bendungan juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang
harus dilaporkan.
Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di
Amerika Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational
Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di
bawah Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3
termasuk untuk bidang konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya

secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut


juga sangat komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontoh
adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara
spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan pedoman
teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk
tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar
sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan
mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi
di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar
mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya
sendiri.

4.2.4

Jenis Bahaya Konstruksi


- Terbentur
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga
ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena
pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.
- Membentur
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak
terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek. Contohnya:
terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa.
- Terperangkap (caught in, caught on, caught between)
Contoh dari caught i n adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari
pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught
between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari
pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.

- Jatuh dari ketinggian


Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga
atau atap.
- Jatuh dari ketinggian yang sama
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa
tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
- Pekerjaan yang terlalu berat
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang
dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda
atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan.
- Terkena aliran listrik
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan
anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung
listrik.
- Terbakar
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami
kontak dengan percikan bunga api, atau dengan zat kimia yang
panas.

4.2.5

Sebab Kecelakaan Konstruksi


1. Faktor Manusia
- Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
- Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda.

- Pengetahuan tentang keselamatan rendah.


- Perlu penanganan khusus
Pencegahan :
- Pemilihan Tenaga Kerja
- Pelatihan sebelum mulai kerja
- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
2. Faktor Lingkungan
-

Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang


berlebihan dapat mengakibatkan

terganggunya konsentrasi

pekerja.
- Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,
sehingga menurunkan efektivitas kerja.
- Cuaca (panas, hujan)
Pencegahan:
- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker pada
pekerja.
3. Faktor Teknis
- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan
peralatan

dan

alat

berat,

penggalian,

pembangunan,

pengangkutan dan sebagainya.


- Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak
memenuhi standar keselamatan (substandards condition).

Pencegahan:
- Perencanaan Kerja yang baik
- Pemeliharaan dan perawatan peralatan
- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
- Penerapan Sistim Manajemen Mutu

4.2.6

Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi


1. Kebijakan K3
Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.
Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap
pelaksanaan K3 dalam proyek.
Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan
sebagai landasan kebijakan proyek lainnya.
2. Administratif dan Prosedur
Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.
Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam
proyek.
Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama proyek
berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua unsur terkait
Organisasi dan SDM.
Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang
besarnya sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan.

Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab


projek.
Kontraktor harus

memiliki

personnel

yang cukup

yang

bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan


yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan
kompeten

dalam menangani

setiap jenis pekerjaan

serta

mengetahui sistim cara kerja aman untuk masing-masing


kegiatan.
Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan
perijinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai
dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.
3.

Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi
Bahaya

guna

mengetahui

potensi

bahaya

dalam

setiap

pekerjaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan
Safety Departement.
Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku
seperti Check List, What If, Hazops, dan sebagainya.
Semua

hasil

identifikasi

Bahaya

harus

didokumentasikan

dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan


setiap kegiatan.

4.

Project Safety Review


Sesuai

perkembangan

proyek

dilakukan

kajian K3 yang

mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan


pembangunannya.
Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek
dibangun dengan sstandar keselamatan yang baik sesuai dengan
persyaratan.
Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safety
review untuk setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan,
terutama

bagi

kontraktor

EPC (Engineering-Procurement-

Construction).
Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi
bahaya dalam setiap tahapan project secara sistimatis.
5. Pembinaan dan Pelatihan
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level
terendah sampai level tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara
berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan :
Kebijakan K3 proyek:
-

Cara melakukan pekerjaan dengan aman

Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat

6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)


Panitia

Pembina

K3

merupakan

keberhasilan K3 dalam perusahaan.

salah

satu

penyangga

Panitia

Pembina

K3 merupakan

saluran

untuk membina

keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap K3


Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite
K3 (Safety Committee).
Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi
yang ada dalam kegiatan kerja.
Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta
memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemen
untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.
7. Promosi K3
Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan programprogram Promosi K3.
Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness
para pekerja proyek.
Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3
dan sebagainya.
Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
8. Safe Working Practices
Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan
berbahaya dilingkungan proyek misalnya :
- Pekerjaan Pengelasan
- Scaffolding
- Bekerja diketinggian
- Penggunaan Bahan Kimia berbahaya

- Bekerja diruangan tertutup


- Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya
9. Sistem Ijin Kerja
Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya,
perlu dikembangkan sistim ijin kerja.
Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah
memiliki ijin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang
(pengawas proyek atau K3).
Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution
dan peralatan keselamatan yang diperlukan.
10. Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk
meyakinkan bahwa tidak ada unsafe act dan unsafe Condition
dilingkungan proyek.
Inspeksi dilakukan secara berkala.
Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection
semua unsur dan Sub Kontraktor.
11. Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus
diperiksa oleh ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam
proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi
penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala.

sertifikat

12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)


Harus

disusun

pedoman

Keselamatan

Konstraktor/Sub

Kontraktor.
Sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telah
ditetapkan.
Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.
Pekerja Sub kontraktor harus dilatih mengenai K3 secara
berkala.
Contractor Safety:
-

Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan


sebagai

mitra

yang

membantu

kegiatan

operasi

kecelakaan

dalam

perusahaan.
-

Kontraktor

rawan

terhadap

menjalankan kegiatannya.
-

Tenaga Kontraktor bersifat sementara.

Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.

Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan


bahaya

bagi

operasi

perusahaan

dan

berakibat

kecelakaan perusahaan.
-

Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh


terhadap kinerja perusahaan.

Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management


System (CSMS)
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola
kontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan. CSMS

merupakan sistim komprehensif dalam pengelolaan kontraktor


sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan CSMS:
-

Untuk

meyakinkan

bahwa

kontraktor

yang

bekerja

dilingkungan perusahaan telah memenuhi standar dan


kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
-

Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja


Keselamatan di lingkungan kontraktor.

Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul


akibat aktivitas kerja kontraktor.

Dasar Penerapan CSMS:


-

Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970


Perusahaan bertanggung jawab menjamin

keselamatan

setiap orang yang berada ditempat kerjanya (termasuk


kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).
-

Undang

undang

Perusahaan wajib

Perlindungan

Konsumen

melindungi keselamatan

konsumen

sebagai akibat kegiatan perusahaan API RP 2221.


13. Keselamatan Transportasi
Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.
Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalamn
lokasi Proyek.
Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.

14. Pengelolaan Lingkungan


Selama proyek berlangsung harus

dilakukan

pengelolaan

lingkungan dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan


UPL.
Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap
lingkungan.
15. Pengelolaan Limbah dan B3
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar,
dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.
Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
16. Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi
dan

sifat

bahaya

proyek

misalnya

bahaya

kebakaran,

kecelakaan, peledakan dan sebagainya.


SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua
pekerja.
17. Accident Investigation and Reporting System
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki
oleh petugas yang terlatih dengan tujuan untuk mencari
penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa
serta statistik kecelakaan.
Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.

18. Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu
proyek.
Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan
proyek berikutnya.
Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.

4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU
No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini,
jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut
melalui PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia.
Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. PER-05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.
Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek
secara nasional.
Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek juga
merupakan suatu badan yang mencatat kasus-kasus kecelakaan kerja
termasuk pada proyek-proyek konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi
setiap kecelakaan kerja terjadi. Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP-196/MEN/1999, berbagai aspek penyelenggaraan program jamsostek
diatur secara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas, borongan, dan
perjanjian kerja waktu tertentu, pada sektor jasa konstruksi. Karena pekerja
sektor jasa konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas dan borongan,

maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajib
mengikutsertakan

pekerja-pekerja

lepas ini dalam dua jenis program

jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila


mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta
dalam dua program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres
No.22/1993. Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk
mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita
salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada
saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
(sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut
adalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari
material konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga
termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta
kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja
konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan
berulang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek
secara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan
tersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi
dan perawatan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai
lagi dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.
4.4 Alat Pelindung Diri
Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga

keselamatan

pekerja itu sendiridan

sekelilingnya.
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
a) Safety helmet

orang di

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat


melukai kepala.
b) Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.
c) Penutup telinga
Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.
d) Kaca mata pengamanan
Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.
e) Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.
f) Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang
kualitas udaranya kurang bagus.
g) Safety Shoes
Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan terlukanya jari-jari
kaki dari hantaman,tusukan atau timpaan benda yang berat dan keras
pada saat terjadi kecelakaan kerja.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,

maka

dapat ditarik kesimpulan :


1. Masih

kurangnya

kesehatan kerja dari

pengetahuan

tentang keselamatan

dan

para pekerja mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja.
2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit
kerja.
3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada
dapat dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dengan

melakukan

tindakan

pencegahan

dan

perbaikan,

pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan


kesehatan kerja

5.2 Saran
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih
merasa aman dan nyaman.
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk
meningkatkan dukungan

pekerja

terhadap

program

K3 yang

nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.
Himpunan

Peraturan

Perundang

Undangan

Keselamatan

dan

Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I


http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wpcontent/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

LAMPIRAN

1.

Alat Pelindung Diri

Gambar 1.1 Safety Helmet

Gambar 1.2 Safety Belt

Gambar 1.3 Penutup Telinga

Gambar 1.4 Kacamata Pengamanan

Gambar 1.5 Pelindung Wajah

Gambar 1.6 Masker

Gambar 1.7 Safety Shoes

2.

Slogan K3

Gambar 2.1 Slogan K3

3.

Rambu Rambu K3

Tabel 1 Makna Rambu

Gambar 3 Rambu Rambu K3

Anda mungkin juga menyukai