PENDAHULUAN
1
Selain itu konversi besi juga dapat dilakukan dengan menggunakan diameter besi
yang berbeda menyesuaikan dengan ketersediaan dari bahan material yang ada di
sekitar area proyek.
Makassar New Port (MNP) yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia
IV (Persero) adalah pelabuhan yang terletak di kota Makassar, provinsi Sulawesi
Selatan. Pada pembangunan sebuah proyek pelabuhan seperti pada proyek
Makassar New Port aspek pembiayaan yang besar dan waktu menjadi pusat
perhatian untuk dilakukan analisa kembali dengan tujuan untuk mencari
penghematan.
Pada proyek Makassar New Port, khususnya pada pekerjaan Cable Duct
(Kabel saluran) terjadi konversi tulangan karena terbatasnya ketersediaan material
yang akan digunakan. Jika dilakukan pengadaan maka akan memakan waktu yang
lama dan dapat mengalami keterlambatan pada pekerjaan Cable Duct dan
pekerjaan elektrikal yang lainnya serta akan mempengharui time schedule. Oleh
sebab itu dilakukan konversi sesuai dengan material yang tersedia di area proyek
tersebut. Hal tersebut mengakibatkan perubahan desain yang kemungkinan besar
akan mempengharui biaya.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan suatu penelitian
dengan judul “STUDI ANALISA BIAYA TERHADAP KONVERSI
TULANGAN CABLE DUCT PADA PROYEK MAKASSAR NEW PORT “
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui jumlah batang besi yang di butuhkan dari konversi besi
D 13 ke D 19
2. Untuk Mengetahui pengaruh Konversi Tulangan terhadap Biaya pada
proyek Makassar New Port.
3
2. Memberikan pengetahuan dan masukan untuk lebih mengetahui pentingnya
penerapan efesiensi biaya pada proyek konstruksi.
1.6 SistematikaPenulisan
Suatu karya ilmiah memerlukan penulisan yang baik, teratur dan terperinci.
Demikian pula dalam skripsi ini, penulis berusaha mencantumkan secara
urut dari bab ke bab tentang sistematikanya. Adapun penulisan
sistematikanya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan yang mengurai secara singkat komposisi bab
yang ada pada penelitian.
4
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai tahapan penelitian,
teknik pengumpulan data , dan tahap – tahap menganalisis
data.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara
lain:
1. Pemilik
2. Perencana (konsultan)
3. Pelaksana kontraktor
4. Pengawas (konsultan)
5. Penyandang dana
6. Pemerintah (regulasi)
7. Pemakai bangunan
8. Masyarakat : a. Asosiasi b. Masyarakat umum
Jasa konstruksi merupakan jasa pelayanan :
1. Perencanaan Konstruksi
2. Pelaksanaan Konstruksi
3. Pengawasan Konstruksi
4. gabungan dari dua atau tiga pelayanan.
7
1. Perubahan scope pekerjaan mula–mula yang tidak berpengaruh pada
pekerjaan yang sudah dilakukan.
2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di
lapangan.
3. Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan offsite
4. Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site
5. Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di lapangan
secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi).
aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas
yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian
dari proyek di luar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan.
Pengertian/definisi ini dirasa paling tepat karena menyertakan batasan bagi
terjadinya rework
8
a. Faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya.
Desain dan dokumentasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kesalahan yang sering mengakibatkan rework. Berikut ini adalah
kesalahan dan perubahan yang terjadi pada desain dan dokumentasinya:
1. Kesalahan desain Desain merupakan Kesalahan desain ini, yang dapat berupa
kesalahan desain ini, yang dapat berupa kesalahan gambar atau perhitungan,
umumnya dijumpai pada saat pekerjaan sudah dilaksanakan di lapangan, sehingga
terjadilah rework. Kesalahan desain bisa terjadi jika arsitek, drafter, konsultan,
ataupun kontraktor
2. menggambarkan suatu kondisi atau bagian dari proyek yang tidak sesuai dengan
yang telah direncanakan sebelumnya, yang pada akhirnya gambar itu telah
diturunkan di lapangan dan dikerjakan. Hal ini akan menyebabkan komplain dari
pihak pemilik yang akhirnya menyebabkan terjadinya rework.
3. Perubahan Desain Seperti halnya faktor kesalahan desain, perubahan yang
diinginkan oleh pemilik biasanya baru dikemukakan setelah pekerjaan yang
bersangkutan telah dikerjakan di lapangan. Perubahan desain biasanya dilakukan
untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen . Selain oleh pemilik
sebenarnya perubahan desain dapat juga disebabkan oleh
9
Perubahan menyebabkan rework jika dilakukan upaya untuk mengikuti
desain awal dan menghilangkan perubahan yang telah terjadi, baik dengan
mengadakan perubahan atau pengurangan. Sedangkan jika perubahan yang
tidak dimaksudkan ini akhirnya diikuti dengan perubahan manajerial yang
memutuskan mengubah desain awal mengikuti perubahan yang terjadi maka
tidak terjadi rework meskipun pada akhirnya terjadi pengubahan ataupun
pengurangan
4. Detail yang tidak jelas Detail yang tidak jelas sering membuat mandor atau
pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang tidak dimaksudkan
oleh desainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan keadaan yang menyebabkan
rework, contohnya: pengaturan kembali servis karena bentrokan dari buruknya
informasi yang diberikan dalam gambar. Di sini rework dapat berupa klaim
karena variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan
menyebabkan gangguan
5. Kurangnya constructability Constructability adalah optimisasi penggunaan
pengetahuan tentang konstruksi dan pengalaman dalam perencanaan, desain,
usaha operasional untuk memcapai seluruh tujuan proyek (Construction
Industry Institute, 1986) Seringkali desain yang dikeluarkan tidak
memperhatikan kemudahan pelaksanaan di lapangan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya rework karena oleh pekerja di lapangan akhirnya
gambar dikerjakan sebisanya tanpa adanya constructability dan akhirnya
mengakibatkan terjadinya kesalahan yang bisa menyebabkan terjadinya
rework. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan desainer
mengenai konstruksi. Banyak kasus di mana kontraktor mengeluh karena
desain yang sulit atau bahkan mustahil untuk dikerjakan
6. Kurangnya pengetahuan terhadap karakter bahan Dalam penggunaan bahan-
bahan bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai,
karena terkadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersamaan karena
ketidakcocokan karakterisitik kedua bahan yang dipergunakan.
10
7. Buruknya koordinasi dokumen Dalam proyek sering ditemui adanya
ketidakcocokkan antara gambar struktur dan gambar arsitektur, selain itu juga
koordinasi antara gambar konstruksi dan gambar dari bagian instalasi listrik
maupun plumbing.
menyebabkan kesalahan dalam pengerjaan karena gambar-gambar tadi saling
berbentrokan satu sama lain dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan
perlunya dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar
dapat dibuat sesuai dengan keinginan gambar .
b. faktor manajerial
1. Kurangnya teamwork Masalah utama yang terdeteksi dalam fase desain adalah
kecilnya interaksi antara desainer, kontraktor, dan diantara specialist, hal ini
menyebabkan fase berikutnya dilaksanakan secara tidak lengkap. Konsekuensinya
adalah solusi yang tidak optimal, lack of constructability dan change order dalam
jumlah besar (baik dalam desain dan rework) (Alarcon dan Mardones, 1998)
2. Jadwal yang terlalu padat Tekanan oleh waktu adalah salah satu dasar penyebab
terjadinya kesalahan dan dikemukakan oleh Petroski (1985), Brown dan Xiaochen
yin (1988) dan Rollings and Rollings (1991). Pelaksanaan yang terburu-buru
menyebabkan terjadinya kesalahan.
3. Kurangnya kontrol Kurangnya pengontrolan oleh kontraktor dalam pengerjaan
dapat mengakibatkan kualitas atau hasil dari pekerjaan yang dilakukan tidak
sesuai dengan harapan. Dalam hal ini bisa terjadi klaim dari owner
4. Kurangnya Informasi Mengenai Keadaan Lapangan Kurangnya informasi
mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu
5. Buruknya Alur Informasi Terkadang terjadi kasus kesalahan di mana konsultan
tidak berusaha untuk memastikan bahwa kontraktor mengerti filosofi desain dan
bahwa metode konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak
memerikasa konstruksinya untuk melihat apakah telah dikerjakan dengan benar
atau tidak.
11
6. Material Terkirim Tidak Sesuai Jika bahan yang tidak sesuai dengan permintaan
tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran untuk
memperbaikinya,.
7. Kurangnya Antisipasi Keadaan Alam Misalnya adalah saat sedang melakukan
proses pembangunan terjadi gempa bumi, maka rework akan dilaksanakan, atau
pada saat proses pengecoran tibatiba turun hujan dan tidak tersedia terpal maka
pekerjaan akan menjadi rusak .
8. Pengiriman Barang Yang Terlambat Atau Tidak Tepat Waktu Misalnya pada
proses pengecoran. Beberapa truk yang mengangkut beton tiba ditempat
pengecoran pada waktu yang tepat. Sementara truk yang lainnya terlambat. Hal
ini menyebabkan beton yang sudah dicor sebelumnya terlanjur setting. Perlu
dilakukan proses lebih lanjut untuk bisa melakukan pengecoran pada bagian
yang belum selesai karena sebagian telah terlanjur setting.
12
ketepatan waktu dalam pengolhannya dan perlatan tidak tersedia maka akan
terjadi rework.
5. Kurangnya pengetahuan pekerja Pengetahuan pekerja yang kurang mengenai apa
yang dikerjakannya dapat menyebabkan kesalahan dalam pekerjaannya.
6. Jumlah kerja lembur terlalu banyak Dalam suatu proyek konstruksi adalah sangat
penting untuk menjaga agar produktivitas tenaga kerja di lapangan tetap stabil
Banyaknya jam kerja lembur akan mengakibatkan pekerja mengalami keletihan
atau fatique pada akhirnya mengurangi produktivitas kerja. Kurangnya
produktivitas kerja ini yang disebabkan karena pekerja merasa letih dapat
menyebabkan kualitas pekerjaan seseorang berkurang, daya konsentrasi juga
berkurang dan akibatnya sering terjadi kesalahan dalam bekerja.
13
Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan
proyek, dilakukan estimasi biaya, menurut ( Husen, 2009 ).
Pada dasarnya biaya proyek dibedakan menjadi dua, yaitu biaya langsung
(direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Berikut ini akan di uraikan
penjelasan dari kedua biaya pada proyek konstruksi tersebut
Secara garis besar, biaya langsung pada proyek konstruksi sesuai dengan
definisi di atas dibagi menjadi lima (Asiyanto, 2005):
a. Biaya bahan/ material
b. Biaya upah kerja (tenaga)
c. Biaya upah kerja (tenaga)
d Biaya alat
e. Biaya subkontraktor
f. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain biasanya relatif kecil, tetapi bila jumlahnya cukup berarti untuk
dikendalikan dapat dirinci, menjadi misalnya:
14
Biaya Material, yaitu semua biaya untuk pembelian bahan dan material yang
dihitung dengan analisis harga satuan. Dalam perhitungan biaya material ini
harus diperhatikan beberapa hal seperti bahan sisa, harga terbaik, harga loco
atau franco, serta cara pembayaran kepada supplier.
Biaya Upah Buruh, yaitu biaya untuk membayar upah atas pekerja yang
diperhitungkan terhadap satuan item mata pembayaran tertentu dan biasanya
sudah memiliki standar harga satuannya. Untuk perhitungan biaya upah buruh
ini harus pula diperhatikan beberapa hal seperti perbedaan antara upah harian
atau borongan, kapasitas kerja, asal dari mana buruh didatangkan, serta juga
mempertimbangkan undang-undang perburuhan yang berlaku.
15
Sebagai contoh, keterlambatan pihak pemberi tugas dalam melaksanakan tugas
untuk membayar pekerjaan, dan sebagainya.
Biaya tidak langsung ini tiap bulan besarnya relatif tetap dibanding biaya
langsung, oleh karena itu juga sering disebut dengan biaya tetap (fix cost). Biaya
tetap perusahaan ini didistribusikan pembebanannya kepada seluruh proyek yang
sedang dalam pelaksanaan. Oleh karena itu setiap menghitung biaya proyek,
selalu ditambah dengan pembebanan biaya tetap perusahaan (dimasukkan dalam
mark up proyek). Biasanya pembebanan biaya ini ditetapkan dalam presentase
dari biaya langsung proyeknya. Biaya ini walaupun sifatnya tetap, tetapi tetap
harus dilakukan pengendalian, agar tidak melewati anggarannya.
16
untuk pondasi yang ditentukan oleh tinggi rendahnya muka air
tanah.
d. Variasi Efisiensi, yaitu ada tidaknya efisiensi dari sumber daya
seperti buruh, material, dan peralatan.
2. Keuntungan atau profit, yaitu semua hasil yang didapat dari pelaksanaan
sebuah proyek. Keuntungan ini tidak sama dengan gaji karena dalam
keuntungan terkandung usaha, keahlian, ditambah pula dengan adanya
faktor risiko.
3. Biaya Overhead, yaitu biaya tambahan yang tidak terkait langsung
dengan proses berjalannya proyek tetapi harus tetap dimasukkan ke
dalam anggaran layaknya biaya lain agar proyek dapat berjalan dengan
baik. Untuk lebih jelas mengenai biaya Overhead ini, akan dijelaskan
pada poin berikut.
Biaya overhead masuk dalam salah satu unsur harga pokok produk
konstruksi. Biaya ini menjadi elemen biaya konstruksi yang terbilang relatif
besar dan juga sulit pengendaliannya serta tidak mudah dibebankan secara
langsung kepada suatu hasil produksi tertentu. Persentase untuk biaya overhead
ini umumnya memiliki besaran maksimal 15% dari total biaya proyek.
Biaya verhead pada proyek dapat dikelompokkan dalam 2 jenis biaya, yaitu:
17
Perhitungan biaya overhead sendiri bermanfaat untuk:
Tentu saja, tantangan dari sebuah proyek konstruksi ini selain pada keefektifan
waktu juga terdapat pada efisiensi biayanya tanpa mengurangi mutu.
Pengendalian biaya digunakan supaya pengeluaran untuk memenuhi segala yang
dibutuhkan dalam sebuah proyek bertepat guna.
18
biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai dengan
batasan-batasan yang ada pada estimasi.
Efisiensi dalam pelaksanaan proyek oleh kontraktor adalah merupakan
suatu keharusan dalam rangka menjaga laba yang telah ditargetkan. Eit..efisiensi
sama sekali tidak boleh dipelesetkan sebagai tindakan mengurangi takaran, karena
efisiensi mensyaratkan suatu output yang sesuai dengan gambar dan spesifikasi
rencana
Efisiensi adalah suatu keadaan atau ukuran perbandingan antara biaya
aktual yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan/output/item biaya tertentu dengan
biaya yang direncanakan di awal.. Definisi efisiensi disini adalah pengembangan
definisi standar tentang efisiensi. Dikarenakan merupakan perbandingan antara
dua nilai (positif), maka hasilnya tentu > 1 atau < 1 (positif). Saat ini dikatakan
efisiensi bila biaya aktual < biaya rencana awal atau perbandingan antara biaya
aktual vs biaya rencana awal < 1. Lalu jika sebaliknya dikatakan inefisiensi.
berdasarkan definisi bermakna suatu keadaan atau ukuran. Saat ini efisiensi
bermakna tindakan dimana biaya aktual < biaya rencana awal. Sehingga terjadi
penyempitan makna. Tapi apapun itu, rasanya tinggal kita sepakati saja bahwa
jika biaya aktual < biaya target (rencana awal) berarti terjadi efisiensi,.
19
mungkin terhadap harga rencana awal. Setelah mendapatkan discount tertinggi
dengan para vendor, kontraktor seperti sudah bekerja keras mendapatkan
keuntungan. dengan harga terendah (bukan harga terbaik) adalah keputusan yang
seringkali keliru. Harga terendah seringkali menyimpan risiko bagi kontraktor
dalam pelaksanaannya. Ini sudah sering terbukti.
.Di proyek diperlukan suatu alat berat excavator. Kontraktor sibuk mencari
penjual excavaor bekas yang paling murah. Tak peduli waktu pelaksanaan sudah
terlambat. Ketika akan menguji excavator yang termurah Kontraktor mendapat
info bahwa ada excavator yang lebih murah lagi. Maka dibatalkanlah rencana uji
coba excavator yang sudah direncakan. Kontraktor akhirnya membeli excavator
yang lebih murah dari yang termurah. Efisien sekali? Ternyata tidak. Ketika alat
excavator tersebut mulai digunakan di proyek, ternyata ada komponen yang perlu
dibeli dulu. Beli komponen alat berat tentu perlu transport karena hanya tersedia
di kota besar. Kemudian begitu dipakai beberapa saat, ada kabel yang korslet.
Setelah berhasil sempat digunakan beberapa jam, tingkat konsumsi solar sangat
tinggi (mungkin karena saking tua dan maintenance yang jelek). Daya tahan
pemakaian hanya beberapa hari. Akhirnya kantor proyek jadi bengkel sepanjang
pelaksanaan proyek. Alat tersebut setelah setahun proyek selesai tidak juga di
demob walaupun personil kontraktor sudah lama tidak ada di lapangan karena
pekerjaan yang sudah selesai. Efisiensi yang berubah jadi inefisiensi /risiko yang
tak terlihat (hidden cost).
20
11.4 Besi Tulangan
Secara umum terdapat dua jenis besi beton, yaitu besi polos (plain bar) dan
besi ulir (deformed bar). Besi polos memiliki permukaan yang licin dan mulur
serta penampangnya berbentuk bundar. Besi ulir, sesuai dengan namanya,
memiliki bentuk permukaan seperti sirip ikan (memuntir) atau sirip teratur seperti
pada bambu, dengan pola-pola yang berbeda tergatung pabrik pembuatannya.
Besi ulir umum digunakan sebagai tulangan beton dibandingkan besi polos. Besi
ulir diberikan ulir melalui proses rol pada permukaannya sehingga memiliki
ikatan yang lebih baik antara tulangan dan beton. Bentuk ulir ini meningkatkan
daya lekat sehingga menahan gerakan dari batang terhadap beton. Besi ulir
memiliki ketahanan tekan minimal 400 Mpa.
Besi polos lebih jarang digunakan daripada besi ulir. Besi polos lebih banyak
digunakan untuk membungkus besi ulir yang digunakan sebagai tulangan beton
yang dipasang memanjang. Besi polos memiliki ketahanan tekan minimal 240
Mpa.
Besi polos mendominasi permintaan besi beton di pasaran, dengan jumlah sekitar
60%. Besi polos dapat dijumpai di pasar. eceran (retail). Besi ulir umumnya
dipasarkan distributor besar kepada para kontraktor, dengan penjualan dalam
volume besar. Besi ulir harganya lebih mahal daripada besi polos karenan
kekuatan dan ketahanannya. Pemasangan besi ulir juga lebih sulit daripada besi
polos karena susah dibengkokkan.
Besi tulangan pada umumnya terbagi dua jenis, yaitu besi polos dan besi
ulir. Besi polos memiliki permukaan yang licin dan mulus serta penampangnya
berbentuk bundar.
Besi ulir, sesuai dengan namanya memiliki bentuk permukaan seperti sirip ikan
(memuntir) atau sirip teratur seperti pada bambu dengan pola-pola yang berbeda
tergantung pabrik pembuatannya.
21
Besi ulir umum digunakan sebagai tulangan beton di bandingkan besi
polos. Besi ulir diberikan ulir melalui rol pada permukaannya sehingga memiliki
ikatan yang lebih baik antara tulangan dan beton. Bentuk ulir ini meningkatkan
daya lekat sehingga menahan gerakan dari batang terhadap beton. Besi polos
jarang digunakan daripada besi ulir. Besi ulir umumnya dipasarkan distributor
besar kepada para kontraktor, dengan penjualan dalam volume besar. Besi ulir
harganya lebih mahal daripada besi polos karena kekuatan dan ketahanannya.
Sebelumnya standar besi beton untuk industri baja Indonesia berlaku
dalam SSI 138-1984 yang mengatur perihal mutu dan cara uji baja tulangan beton.
Setelahnya terdapat beberapa poin revisi dan diubah menjadi SNI 07-2052-2002
mengenai baja tulangan beton yang di keluarkan oleh Badan Standarisasi
Nasional pada tahun 2002. Pada SNI 07-2052-2002 telah disebutkan berapa berat
jenis besi beton ulir, adapun tabel tersebut adalah sebagai berikut
Berat SNI
Diameter
(kg/12 m') (kg/m')
D 10 7,40 0,617
D 13 12,48 1,040
D 16 18,96 1,580
D 19 26,76 2.230
D 22 35,76 2,980
D 25 46,20 3.850
D 29 62,16 5,180
D 32 75,72 6,310
D 36 95,88 7,990
D 40 118,56 9,880
22
diameter tulangan yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
ketersediaan material di lokasi proyek maupun kondisi pasar dan kemampuan
produsen besi/baja tulangan.
Yang harus diingat dalam pemakaian tulangan dan konversinya adalah sebagai
berikut :
1. Kemampuan dukung ultimate maupun ijin setelah dikonversi harus tidak lebih
kecil dari penampang awal.
2. Jangan pernah mencampur dua jenis tulangan yang berbeda mutu (fy) dalam satu
penampang untuk satu macam pemakaian tulangan (tulangan lentur, tulangan
tekan atau sengkang geser).
3. Sedapat mungkin tidak melakukan perubahan penampang struktur beton bertulang
yang dikonversikan tulangannya.
4. Setelah dilakukan konversi perlu, di periksa kembali pengaturan penempatan
tulangan tidak melanggar ketentuan jarak minimum maupun maksimum antar
tulangan. Sebagai
contoh
23
Gambar 11.4. Konversi Besi
1. Konversi dilakukan antar tulangan yang bermutu (fy) dan kelas kandungan karbon
sama dengan yang akan diganti.
2. Konversi dilakukan sedapat mungkin tanpa mengubah garis netral kelompok lapis
tulangan Tarik maupun tekan menjadi lebih jauh dari tepi atas/bawah yang
terdekat dengan kelompok tulangan yang di konversikan.
3. Tidak boleh menggunakan besi tulangan yang diameternya lebih kecil dari 13 mm
untuk mengganti atau mengkonversi tulangan.
Jika dapat dipenuhi kondisi diatas, maka konversi cukup dilakukan dengan
penggantian jumlah dan diameter tulangan agar diperoleh luasan penampang yang
minimal sama dengan luas total tulangan yang dikonversikan atau diganti
diameternya. Jika terpaksa menambah jumlah lapis tulangan (mengubah posisi
garis netral menjadi lebih jauh dari posisi awal), maka analisa penampang harus
dilakukan untuk memastikan Mr (momen ijin yang dapat didukung) elemen
struktur yang bersangkutan tidak menjadi lebih kecil setelah dilakukan konversi.
Jika terpaksa harus melakukan perubahan penampang struktur yang
bersangkutan, jika momen inersia penampang berubah terlalu besar (lebih besar
dari 5%) maka perlu dilakukan pemeriksaan portal dan keseluruhan struktur
apakah terjadi perubahan distribusi momen, beban aksial maupun geser akibat
perubahan inersia penampang yang dilakukan.
24
dengan harapan dapat memperoleh keuntungan entah dari segi biaya maupun
percepatan waktu. Berikut ini dalah macam-macam penyebab dilakukannya
konversi besi tulangan antara lain :
1. Hendak memanfaatkan material besi yang sudah tersedia di lokasi proyek.
2. Menyesuaikan dengan ketersediaan pasar atau kemampuan produsen.
3. Untuk mendapatkan keuntungan dari perbedaan selisih harga besi yang di
konversi.
4. Kemudahan dalam mobilisasi dan pengerjaan di lapangan.
25
2. Merapikan Kabel, Tertib dan Bersih. Sepanjang jalan pemasangan Cable Duct
akan membantu jaringan kabel menjadi lebih tertata dan merapikan kabel
sehingga terlihat tertib dan bersih sepanjang jalan. Fungsi ini sangat digunakan
untuk proyek pembangunan seperti pada proyek Makassar New Port.
3. Memberikan Kemudahan Dalam Pemeliharaan Kabel. Dengan pemasangan Cable
Duct , maka kabel akan lebih terpelihara dengan mudah karena merupakan kabel
system pendukung.
4. Dapat Saling Memberi Informasi Bila Terlihat Kerusakan Pada Masing-masing
Jaringan. Fungsi terakhir dari Cable Duct yang juga menjadikan
CableDuctsebagai kelebihan dalam memberikan informasi jika terlihat kerusakan
pada masing-masing jaringan.
Kerugian :
26
1.koordinasi pada saat awal pemakaian
2. biaya pembangunan sangat tinggi
3.desain bangunan harus benar-benar kedap air kuat,aman dan mudah
pemeliharaannya komitmen para instansi untuk mengunakan dan mmbayar
sewa
4. kebocoran pipa yang sangat membahayakan
5. desain bangunn di sesuaikan dengan kapasitas dan manusia harus dpat bergerak
bebas
Penelitian Terdahulu
Bebarapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai rujukan dan bahan
acuan serta landasan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut antara lain :
27
Olawale dan Sun (2010) yang menyatakan proporsi responden yang
pernah mengalamioverrun yang kurang dari 10% dari proyek-proyek mereka
adalah 38.2% untuk time over-run dan 41.2% untuk cost overrun. Ini berarti
bahwa selisihnya yaitu sekitar 61.8% responden mengalami time overrun dan
58.8% responden mengalami cost overrun pada lebih dari 10%proyek-proyek
yang telah mereka tangani. Makadapat disimpulkan bahwa lebih 50%
respondenpernah mengalami cost overrun pada persentasee” 10% dari
keseluruhan proyek mereka.
Efisiensi proyek berkaitan dengan biaya dan proses manajemen(yaitu
konversi efisien masukan untuk output dalam anggaran dan jadwal) dan
pemanfaatan secara bijak sumber daya manusia, keuangan dan alam (Asnudin,
Andi. 2010)
Efisiensi berasal dari teori ekonomi neoklasik, yang memiliki fokus yang sempit
padaalokasi sumber daya dalam kerangka reduksionistinggi (Lefeber dan
Vietorisz, 2004)
Dzeng dan Wu(2012) pada penelitiannya menyatakan faktor yang
berpengaruh terhadap efisiensi antara lain pinjaman, besarnya skala perusahaan,
total aset tetap, biaya peralatan, dan biaya tenaga kerja.
Ali dan Kamaruzzaman(2010) menemukan bahwa sebagian besar kontraktor
kurang berpengalaman terutama dalam pengelolaan keuangan, dan distribusi dari
biaya tidak direncanakan dengan baik dalam proyek. Hal ini akan menyebabkan
kelebihan dari biaya yang dianggarka
Pada penelitian Memon, Rahman, Azis, (2012)diperoleh hasil bahwa
perubahan dalam lingkup pekerjaan yang tidak memadai pada tahap perencanaan
menyebabkan perubahan besardan pengerjaan ulang dalam proyek-proyek
konstruksi yang dapat menurunkan efisiensi proyek
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama ± 1 bulan dan objek penelitian ini adalah
proyek pembangunan fasilitas serta mekanikal dan elektrikal Makassar New Port
paket D.
29
1. Nama Proyek : Pembangunan Fasilitas serta Mekanikal dan
Elektrikal Makassar New Port paket D.
Penelitian ini dilakukan pada Proyek Makassar New Port paket D. Adapun
gambaran umum proyek lokasi adalah sebagaiberikut :
30
Lokasi Penelitian
nMulai
Mulai
TinjauannPustaka
31
PengumpulannData
PengumpulannDatanPrimer: PengumpulannDatanSekunder:
WawancaranLapangan Gambar Rencana
PengolahannData
AnalisisndannPembahasan
KesimpulanndannSaran
nSelesai
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian proyek pembangunan fasilitas serta
mekanikal dan elektrikal Makassar New Port paket D diperoleh dari data Primer
dan Sekunder.
1. Data Primer
Data Primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan staff
Engineer proyek.
2. Data Sekunder
32
Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa gambar
acuan kerja Cable Duct.
Pengolahan Data
Tahapan awal dalam sebuah penelitian adalah pengolahan data dan pengolahan
data pada penelitian ini menggunakan metode Ratio (Perbandingan).
Perbandingan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Perbandingan tulangan sebelum dan sesudah di konversi
2. Perbandingan Biaya
Pengolahan data dilakukan dengan melihat perbandingan antara gambar
sebelum dan sesudah dikonversi serta pengaruhnya terhadapbiaya. Kemudian
dibandingkan apakah akibat konversi tersebut biaya semakin banyak atau
biayanya semakin efisien
1. Analisis Data
Semua data-data yang telah dikumpulkan kemudian di olah dan dianalisis
dengan melihat perbandingan antara gambar sebelum dan sesudah dilakukan
konversi.
2. Pembahasan
Pembahasan akan menjelaskan mengenai perbandingan jumlah tulangan dan
selisih biaya pada konversi tulangan Cable Duct.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Pada analisis data akan dibahas mengenai tulangan sebelum di konversi dan
sesudah di konversi beserta biaya yang di perlukan sebelum dan sesudah
dilakukan konversi pada tulangan tersebut. Adapun konversi yang dilakukan
adalah pada Cover Cable Duct tipe 1A sepanjang 489 m (Arah Dermaga) dan tipe
33
3A sepanjang 19 m (Arah PH-1). Berikut ini adalah uraian data yang di
dapatkankan selama penelitian :
1. Tulangan Sebelum di konversi
Tabel 4.1 perhitungan tulangan Cable Duct Tipe 1A D13 sepanjang 489 m
Perhitungan
SKETSA Berat Jumlah Jumlah Total
NO DIA Panjang Volume
PEMBESIAN jenis batang segmen panjang
(mm) (m) (kg)
(kg/m’) (potong) (bh) (m)
Tulangan Melintang
Tutup Cable Duct
1 Type 1A D13-100 13 1,042 1,75 5 1 8,75 9,12
Panjang = 1,75
1,75
Tulangan Memanjang
Tutup Cable Duct
2 Type 1A D13-100 13 1,042 1,87 5 1 9,35 9,74
Panjang = 1,87
1,87
Taulangan Melintang
Tutup Cable Duct
Type 1A D13-100
Panjang = 0,44 16,5
3 13 1,042 18 2 15,84
0,44 0,44 0
34
Panjang besi keseluruhan
Jumlah batang =
12
33.193,32
=
12
= 2.766,11 batang
Perhitungan
SKETSA Berat Jumlah Jumlah Total
NO DIA Panjang Volume
PEMBESIAN jenis batang segmen panjang
(mm) (m) (kg)
(kg/m’) (potong) (bh) (m)
1 Tulangan 13 1,042 1,3 5 1 6,50 6,77
Melintang Tutup
Cable Duct Type
3A D13-100
35
Panjang = 1,3
1,3
Tulangan
Memanjang
Tutup Cable
Duct Type 3A
2 13 1,042 1,42 5 1 7,10 7,40
D13-100
Panjang = 1,42
1,42
Taulangan
Melintang Tutup
Cable Duct Type
3 3A D13-100 13 1,042 0,44 18 2 15,84 16,50
Panjang = 0,44
0,44
36
Panjang besi keseluruhan
Jumlah batang =
12
1.118,72
=
12
= 93,22 batang
37
1. Tulangan Sesudah di Konversi
Tabel 4.3 perhitungan tulangan Cable Duct Tipe 1A D19 sepanjang 489 m
Perhitungan
Berat Total
N DIA Jumlah Jumlah
SKETSA PEMBESIAN jenis Panjang panjan Volume
O (mm batang segmen
(kg/m’ (m) g (kg)
) (potong) (bh)
) (m)
Tulangan Melintang
Tutup Cable Duct Type
1A D19-210
1 19 2,230 1,75 3 1 5,25 11,71
Panjang = 1,75
1,75
Tulangan Memanjang
Tutup Cable Duct Type
1A D19-210
2 Panjang = 1,87 19 1,87 3 1 5,61 12,51
1,87 2,230
Taulangan Melintang
Tutup Cable Duct Type
1A D19-210
3 Panjang = 0,44 19 2,230 0,44 7 2 6,16 13,73
0,44
17,02 37,95
Total
38
= 17,02 x 2
= 34,04
16,645,56
=
12
= 1.387,13 batang
39
Perhitungan
Jumlah
N DIA Berat Panjan Jumlah Total
SKETSA PEMBESIAN batang Volume
O (mm jenis g segmen panjang
(potong (kg)
) (kg/m’) (m) (bh) (m)
)
Tulangan Melintang
Tutup Cable Duct Type
3A D19-210
1 19 2,230 1,3 3 1 3,90 8,70
Panjang = 1,3
1,3
Tulangan Memanjang
Tutup Cable Duct Type
3A D19-210
2 19 2,230 1,42 3 1 4,26 9,50
Panjang = 1,42
1,42
Taulangan Melintang
Tutup Cable Duct Type
3A D19-210
3 Panjang = 0,44 19 2,230 0,44 7 2 6,16 13,7368
0,44
14,32 31,938
Total
40
Panjang besi keseluruhan = Panjang per meter x panjang tipe 3A
= 28,64 x 19
= 544,16 m
544,16
=
12
= 45,346 batang
= 63,876 kg
B. Pembahasan
41
Tipe 1A D13
Harga besi ulir D13 = Rp. 110.500,- (per 12 m atau per 1 batang)
Biaya yg dibutuhkan = Jumlah batang x harga satuan
= 2.766,11 batang x Rp. 110.500,-
= Rp305.655,155
Tipe 3A D13
Tipe 3A D19
Harga besi ulir D13 = Rp. 233.000,- (per 12 m atau per 1 batang)
Biaya yg dibutuhkan = Jumlah batang x harga satuan
= 45,346 batang x Rp. 233.000,-
42
Batang
1A 2.766,11 batang 1.387,13 batang 1,378,98
3A 93,22 batang 45,346 batang 47,856
Rp. 10.300,81
3A Rp.10.565.618 Rp.264.808
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian konversi tulangan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
43
1. Pada konversi ini jumlah tualangan yang di perlukan dari besi D 13 ke
besi D 19 memerlukan tulangan D 13 sebayak 2.766,11 batang dan D 19
sebanyak 1.387,13 batang.
2. Konversi tulangan sangat berpengaruh terhadap biaya, dimana semakin
besar besi yang di konversi maka akan semakin besar pula jumlah biaya
yang di perlukan
B. Saran
1. Unutuk penelitian selanjutnya pada konversi tulangan juga bisa ditinjau dari
segi waktu perlaksanaan.
2. peneliti selanjutnya pada analisisis efisiensi biaya proyek konstruksi
disarankan agar dilakukan penelitian untuk item pekerjaan yang lainnya, pada
proyek Makassar New Port yang sedang di laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
44
Ali, A.S.; Kamaruzzaman, S.N. (2010). “Cost Performance for Building
Construction Projectsin Klang Valley”. Journal of Building Performance, Volume
1, Issue 1. .
Arvianto, R., Handayani, F.S., Setiono., 2017, Optimasi Biaya dan Waktu
Dengan Metode Time Cost Trade Off, Jurnal Matriks Teknik Sipil, Vol. 5, pp, 69-
70
45
Efisensi Biaya Konstruksi Sebagai Perencanaan Proyek Pembangunan. 2019.
https://www.adhyaksapersada.co.id/efisiensi-biaya-konstruksi/
46
November, Surabaya. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. Nomor Kep.102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur
dsn Upah Kerja Lembur.
Memon, A.H; Rahman, I.A.; Azis, A.A.A. (2012). “Time and Cost Perfomance
in CostructionProjects in Southern and Central Regions of Penisular Malaysia”.
InternationalJournal of Advances in Applied Sciences
Olawale, Yakubu; Sun, Ming. (2010). “Cost and time control of construction
projects:Inhibiting factors and mitigating measures in practice”. Journal of
ConstructionManagement and Economics
Priyo, M., Sumanto, A., 2016, Analisis Percepatan Waktu dan Biaya Proyek
Kontruksi dengan Penambahan Jam Kerja (Lembur) Menggunakan metode Time
Cost Trade Off:
47
Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek edisi kedua: Penerbit Erlangga:
Jakarta. Soeharto, I., 1999, Ma.najemen Proyek Dari Konseptual Sampai
Operasional Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Suryanto, S., 2017,
48
49