Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai salah


satu istansi terkait langsung berencana mengadakan suatu proyek peningkatan
jalan ruas wawola-wawobili dengan panjang lokasi pekerjaan sepanjang 3000
m , Dengan demikian kemampuan serta kapasitas jalan pada ruas ini
diharapkan dapat ditingkatkan untuk mendukung kelancaran dan kenyaman
berlalu lintas sehingga semua hambatan dapat dikurangi.

Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila


perencanaan dan pengendalian tidak dilakukan dengan tepat. Berbagai hal
dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan bertambahnya
waktu pengerjaan, sehingga peyelesaian proyek menjadi terlambat.

Proyek sering mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan


proyek sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang
mempengaruhi karena pelaku proyek sering menganggap remeh
keterlambatan proyek dan tidak menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran dan
pengalaman penting dalam pelaksanaan proyek berikutnya. Keterlambatan
proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh,
meningkatnya biaya untuk usaha mempercepat pekerjaan dan betambahnya
biaya overhead proyek. Dampak lain yang juga sering terjadi adalah
penurunan kualitas karena pekerjaan terpaksa
dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya sehingga memungkinkan
beberapa hal teknis dilanggar demi mengurangi keterlambatan proyek

Menurut Praboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek


umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik
maupun kontraktor karena dampak keterlambatan adalah konflik dan
perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab.

1
Keterlambatan pelaksanaan proyek memberikan pengaruh yang cukup
berarti terhadap biaya. Tambahan biaya yang harus disediakan oleh Penyedia
Jasa baik berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung merupakan suatu
keharusan untuk mengejar keterlambatan pelaksanaan proyek demi nama baik
sebuah perusahaan. Tidak jarang ditemukan suatu proyek yang terkadang
biaya tidak langsungnya lebih besar dari biaya langsung. Biaya tidak langsung
ini merupakan biaya overhead, baik yang berkaitan dengan proyek atau kantor
pusat.

Dari latar belakang ini penulis meneliti faktor penyebab keterlambatan


pekerjaan peningkatan jalan tersebut yang dituangkan dalam penulisan
Proposal dengan judul “Analisa Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Pekerjaan Proyek Peningkatan Jalan Aspal Ruas Wawobili-Wawola”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusah masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana menganalisa Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan
pekerjaan proyek konstruksi peningkatan jalan aspal ruas Wawobili-
Wawola
2. Bagaimana Alternatif penyelesaian dan pencegahan masalah keterlambatan
pekerjaan yang ada pada proyek Peningkatan jalan aspal ruas Wawobili-
Wawola
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor penyebab keterlambatan
penyelesaian proyek konstruksi dan mencari urutan ranking dari tiap faktor.
2. Mencari alternatif penyelesaian dan pencegahan keterlambatan pekerjaan
proyek peningkatan jalan aspal ruas Wawobili-Wawola

2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi dan Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan untuk dapat
menghindari keterlambatan proyek dimasa yang akan datang.
2. Memberikan solusi untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
keterlambatan proyek
3. Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi input bagi penelitian yang
selanjutnya

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari tugas akhir ini Penulis membatasi pada
analisa faktor-faktor prnyebab keterlambatan pekerjaan peningkatan jalan
aspal rua wawobili-wawola Kabupaten Konawe kepulauan, dengan panjang
total 3000 m

1.6 Sistematika Penilasan Laporan


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan .
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi mengenai dasar teori yang dipakai dalam penyusunan tugas
akhir ini, penjelasan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan judul
yang akan dibahas pada judul ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, waktu dan tempat,
langkah-langka penelitian dan alur penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini menjelaskan tentang bagaimana hasil serta pembahasan
mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan

3
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian analisa
keterlambatan pekerjaan proyek peningkatan jalan Lampeapi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian Idzurnida Ismael (2013), pelaksanaan proyek konstruksi
berhasil jika hasil evaluasi baik biaya, waktu dan kualitas sesuai rencana,
perencanaan penilaian akademik mengenai faktor– faktor mempengaruhi
keterlambatan proyek konstruksi gedung di Kota Bukittinggi. Metode
yang digunakan pada penelitian ini, metode survey, terlebih dahulu
mengumpulkan data dari hasil studi literature dan wawancara kepada
pakar, guna mendapatkan rangking faktor–faktor mempengaruhi
keterlambatan serta pengolahan data, menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis data menunjukkan ada tiga
faktor utama mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi, penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan
keterlambatan pada proyek konstruksi gedung antara lain mutu material
kurang dari yang dibutuhkan, mutu material tidak sesuai dengan
spesifikasi dan perubahan spesifikasi ikut mempengaruhi keterlambatan
pelaksanaan proyek konstruksi.
2. Suntana Sukma Djatnika (2008), perencanaan alokasi tenaga kerja pada
proyek jalan digunakan untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja yang
diperlukan dalam suatu proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi
jalan terdapat komponen sumber daya yang mempengaruhi yaitu
material, tenaga kerja, peralatan, financial dan manajemen. Dalam
melakukan estimasi biaya suatu proyek, kontraktor harus mempunyai
data yang dapat dijadikan dasar acuan penghitungan. Dari data dan
analisis biaya tersebut, maka kontraktor dapat melakukan estimasi
berbagai jenis biaya proyek. Keakuratan estimasi tersebut sangat
menentukan dalam mengurangi resiko penyimpangan biaya pelaksanaan

5
proyek dan juga untuk mendapatkan biaya pelaksanaan yang efisien.
Dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja, faktor-faktor penting yang
harus diketahui adalah besarnya rencana anggaran biaya dan besarnya
realisasi biaya pelaksanaan proyek. Kedua data tersebut kemudian
dianalisis sehingga dapat diketahui besarnya kinerja biaya yang terjadi
dalam setiap proyek. Kinerja biaya tersebut yang menjadi pedoman
dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Mengoptimalkan komponen
biaya tenaga kerja, maka akan didapatkan biaya tenaga kerja yang
efisien.
3. Ervianto (2004) menyatakan pengertian dari keterlambatan (delay)
sehubungan dengan konstruksi adalah sebagian waktu pelaksanaan yang
tidak dapat dimanfaatakan sesuai dengan rencana, sehingga
menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti tertunda atau tidak
dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang direncanakan. keterlambatan
proyek konstruksi erat kaitannya dengan waktu atau rencana kerja,
keterlambatan terjadi manakala item pekerjaan tidak dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana kerja yang disusun dan disepakati para pihak
sebagaimana tertuang dalam kontrak.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Budiman Praboyo (1999) bertujuan untuk
menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi
sebagai penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di
wilayah Surabaya, dengan maksud agar proses perencanaan dan
penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakuakan dengan lebih lengkap
dan cermat, sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau
dikendalikan.
5. I.A. Rai Widhiawati (2009) bertujuan untuk mengetahui penyebab utama
dari keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi yang berada di
Kotamadya Denpasar.
6. Suyatno (2010) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
keterlambatan penyelesaian proyek yang berada di Kotamadya Surakarta

6
dan untuk mengetahui peringkat (rangking) menurut persepsi penyedia
jasa terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.

2.1.2 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek


Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap
ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi dari fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek, pihak
perencana dan pihak kontraktor.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan
bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-
masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan
wewenang sesuai dengan posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan
kegiatan perwujudan bangunan, masing-masing pihak sesuai dengan
posisinya saling berinteraksi satu sama lain sesuai dengan hubungan kerja
yang telah ditetapkan (Ervianto, 2005)
2.1.2.1 Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah pemberi tugas atau pengguna jasa yaitu


orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau
menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang
membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa
perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.

Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:

1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontaktor).


2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia

7
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikehendakinya.

Wewenang pemberi tugas adalah :


1. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
2. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
meberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-
hal di luar kontrak yang ditetapkan.

2.1.2.2 Konsultan

Pihak/badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan


menjadi dua yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas.
Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis
berdasarkan spesialisasinya yaitu : konsultan yang menangani bidang
arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal, dan lain
sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu
kesatuan yang disebut konsultan perencana.

2.1.2.3 Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat
perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, bidang
sipil, maupun bidang lainyang melekat erat dan membentuk sebuah
sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa
perseorangan/perseorangan berbadan hukum/badan hukum yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.

8
Hak dan kewajiban perencana adalah :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur,
rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan pekerjaan dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,
dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan pekerjaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.1.2.4 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk
pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan
pembangunan.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas :
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan konstruksi serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas,
kuantitas serta pelaksanaan waktu yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan

9
kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.

9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, dan


bulanan)
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan
bertambah atau berkurangnya pekerjaan.

2.1.2.5 Kontraktor

Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan


menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-
syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan Kewajiban kontraktor adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkanoleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Dalam suatu perusahaan kontraktor, biasanya terdiri dari
personil yang memiliki tugas dan wewenang masing-masing,
diantaranya :
1) Project Manager (Kepala Proyek)

10
Kepala Proyek adalah orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur dan
mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manager proyek adalah
pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan pada
suatu proyek, adapun tugas – tugasnya adalah:

a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak;


b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta
metode kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal
proyek;
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAP) berdasarkan
RAP awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan
pada Direksi hingga diperoleh persetujuan;
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang
timbul selama proses kegiatan konstruksi di proyek.

2) Site Manager (Manager Lapangan)


Tugas-tugas dari site manager lapangan yang dalam
melaksanakan tugasnya selalu bertanggung jawab kepada
manager proyek untuk membantu kelancaran pekerjaan di
lapangan adalah:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode konstruksi
untuk memenuhi persyaratan mutu, waktu dan biaya yang
telah disepakati;
b. Memberikan pengarahan dan pembinaan staf yang ada di
bawahnya;
c. Membuat keputusan dalam batasan yang telah digariskan
oleh manager proyek;
d. Mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi tenaga kerja
agar efisien terhadap pemakaian tenaga, alat dan material
serta target kemajuan proyek agar tercapai sesuai dengan
time schedule yang telah ditetapkan;

11
e. Memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan dan jika
terjadi kemunduran dari time schedule maka site manager
memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan lembur;
f. Mempelajari kemungkinan–kemungkinan perubahan
metode konstruksi yang menguntungkan;
g. Memeriksa laporan pemakaian alat dan membuat surat
permohonan pemindahan alat dan bahan bila diperlukan;
h. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang bersangkutan dengan masalah teknis
atau pengelola proyek;
i. Bertanggung jawab atas surat masuk dan surat keluar dari
proyek tersebut;

3) Kepala Lapangan (Engineering) Tugas pelaksana struktur yaitu:


a. Membuat rencana dan perhitungan mengenai bahan-bahan
dan alat yang digunakan dalam suatu proyek bersama dengan
manager lapangan;
b. Membuat rencana dan perhitungan mengenai volume
pekerjaan yang akan ataupun yang telah dikerjakan dalam
suatu proyek bersama dengan manager lapangan;
c. Bertanggung jawab kepada Project Manager.
4) Surveyor
a. Membuat rencana dan mengusulkan kepada Site Manager
mengenai kebutuhan alat – alat ukur (Theodolit, Auto level,
dan Akcesorisnya) sesuai dengan besarnya areal dan schedule.
b. Memastikan pengadaan alat – alat ukur yang telah disetujui
Site Manager
perihal jumlah, jenis, dan kelayakan pakai;
c. Memastikan bahwa hasil survei di lapangan sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditentukan;
d. Melaporkan dan berkomunikasi langsung dengan site
manager, bila terjadi ketidak sesuaikan gambar dengan

12
keadaan di lapangan.

5) Mekanik + Supporting
Tugas dari mekanik dan supporting adalah :

a. Mengatur dan mengontrol semua peralatan yang mendukung


pelaksanaan pekerjaan;
b. Mengkoordinasikan dengan site manager dan
supervisor untuk penggunaan peralatan di lapangan;
c. Memastikan semua peralatan yang digunakan
untuk mendukung pelaksanaan di lapangan siap pakai.

6) Logistik
Tugas logistik antara lain:
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager;
b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu
material yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat
pada waktunya;
c. Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di
dalam gudang penyimpanan;
d. Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga
kerja;
e. Mengawasi pengadaan, pemakaian dan penempatan material
di gudang;
f. Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang datang
dari rekanan harus sesuai dengan yang diminta;
g. Menerima dan mengeluarkan barang.

2.1.2 Keterlambatan Proyek

Keterlambatan proyek konstruksi berarti betambahnya waktu


pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum
dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu adalah
merupakan kekurangan dari tingkat produktifitas dan sudah barang tentu

13
kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik
berupa pembiayaan langsung mapun tidak langsung. Peran aktif manajemen
merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek.
Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan
mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau
dikurangi.
Menurut Levis dan Atherley, 1996 (dalam Suyatno, 2010), jika
suatu pekerjaan sudah ditargetkan harus selesai pada waktu yang telah
ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka
dapat dikatakan pekerjaan itu menglami keterlambatan. Hal ini akan
berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan.
Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan
memperpanjang durasi proyek atau meningkatnya biaya maupun keduanya.
Adapun dampak keterlambatan pada klilen atau owner adalah hilangnya
kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain,
meningkatkan biaya langsung yang dikeluarkan yang berarti bahwa
bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan dan lain
sebagainya serta mengurangi keuntungan

2.1.3 Penyebab Keterlambatan

Menurut Kraiem dan Dickmann (dalam Praboyo, 1999), penyebab-


penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan
dalam 3 kelompok besar yakni:
(1) Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable
Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian
atau kesalahan pemilik proyek.
(2) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay),
yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau
kesalahan pemilik proyek.
(3) Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay), yakni
keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali

14
baik pemilk maupun kontraktor.

Sedangkan menurut Ahmed et al, 2003 penyebab keterlambatan dibagi


menjadi dua kategori, yaitu ;

(1) Faktor Eksternal


(2) Faktor Internal

Faktor keterlambatan internal timbul dari empat pihak yang terlibat


dalam proyek pengadaan jasa konstruksi. Pihak-pihak tersebut yaitu owner,
kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas sedangkan faktor
keterlambatan eksternal disebabkan pihak diluar keempat pihak tadi antara
lain pemerintah, supplier, dan cuaca.
Ahmed et al (2003) dan Alaghbari (2005) menyebutkan faktor-
faktor penyebab keterlambatan yang terjadi pada proyek-proyek konstruksi
di Malaysia.

(1) Faktor yang disebabkan oleh kontraktor

a. Keterlambatan pengiriman material ke lokasi proyek


b. Kekurangan material di lapangan
c. Kesalahan dan cacat dalam pekerjaan
d. Tenaga kerja yang minim akan keahlian dan pengalaman

e. Kurangnya area kerja di lapangan

f. Produktivitas rendah

g. Masalah keuangan

h. Kurangnya koordinasi

i. Subkontraktor yang kurang ahli

j. Kekurangan peralatan di lapangan

k. Seitem manajemen yang lemah

(2) Faktor yang disebabkan oleh konsultan

15
a. Kurangnya tenaga ahli profesional

b. Kurangnya pengalaman konsultan

c. Kurangnya pengalaman dan keahlian di


bidang manajemen dan pengawasan
d. Lambat dalam pengawasan dan pengambilan keputusan

e. Dikumen yang tidak lengkap

f. Lambat dalam memberikan perintah

(3) Faktor yang disebkan oleh owner

a. Belum menguasai bidang pekerjaan

b. Lambat dalam membuat keputusan

c. Kurangnya koordinasi dengan kontraktor

d. Perubahan kontrak (adanya pruabahan rencana dan spesifikasi)

e. Masalah keuangan (keterlambatan pembayaran,


kesulitan keuangan, dan masalah ekonomi)
(4) Faktor Eksternal

a. Tidak tersedianya material/bahan di pasar

b. Tidak tersedianya peralatan

c. Kondisi cuaca yang buruk

d. Lokasi/area proyek yang buruk

e. Keadaan ekonomi yang buruk (inflasi, nilai mata uang melemah,


dll)
f. Perubahan peraturan dari pemerintah

2.1.4 Jenis-Jenis Keterlambatan (Type of Delays)

Menurut Ahmed et al, 2003 keterlambatan dikelompokkan menjadi


tiga kategori sesuai dengan kesepakatan kontrak, yaitu :

16
(1) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delays)

(2) Keterlambatan yang dapat dimaafkan tetapi tidak layak


mendapat ganti rugi (excusable non-compensable
delays)
(3) Keterlambatan yang dapat dimaafkan dan layak
mendapat ganti rugi (excusable compensable delays),
dan
(4) Keterlambatan yang terjadi bersamaan (concurrent delays)

Secara umum, keterlambatan dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu :


(1) Keterlambatan yang tidak dapat dan dapat dimaafkan
(excusable and non- excusable delays)
(2) Keterlambatan yang layak dan tidak layak mendapat
ganti rugi (compensable and non-compensable delays),
dan

Compensable Delays

Compensable delays pada umumnya disebabkan oleh owner dan


perwakilannya. Penyebab yang paling utama dari compensable delays yaitu
ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi, compensable delay dapat juga
timbul karena kegagalam owner dalam memberikan gambar kerja secara
tepat, perubahan desain dan material oleh owner. Kontraktor berhak
mendapatkan tambahan biaya dan waktu sebagai akibat dari compensable
delay oleh owner (Alaghbari, 2005).

Non-Excusable Delays

Keterlambatan yang disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor dan


supplier bukan owner. Kontraktor berhak mendapat kompensasi ganti rugi
dari subkontraktor dan supplier bukan dari owner. Oleh kerna itu, non-
excusable delays tidak mendapat biaya dan waktu tambahan dari pihak
owner (Alaghbari, 2005)

17
Excusable Delays

Excusable delays dikenal juga sebagai “force majeure” delays yang


merupakan jenis keterlambatan yang ketiga. Keterlambatan ini juga sering
disebut “act of God”.Pada kontrak sering dinyatakan bahwa kontraktor
berhak mendapatkan tambahan waktu dalam penyelesaian proyek jika
keterlambatan disebabkan oleh excusable delays tapi tidak mendapat
tambahan biaya (Alaghbari, 2005).

Concurrent Delays

Yaitu keterlambatan yang disebabkan oleh beberapa penyebab


secara bersamaan dan faktor keterlambatan ini identik. Oleh karena
keterlambatan ini terjadi bersamaan dalam suatu periode waktu maka
menyebabkan kesulitan untuk menghitung jumlah waktu dan biaya yang
dibutuhkan sebagai dampak dari keterlambatan ini (Alaghbari, 2005).

2.1.5 Dampak Keterlambatan

Menurut Levis dan Atherley, 1996 (dalam Suyatno, 2010),


keterlambatan akan berdampak pada perencanaan semula serta pada
masalah keuangan. Keterlamabatan dalam suatu proyek konstruksi akan
memperpanjang durasi proyek atau meningkatnya biaya maupun
keduanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya
potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang
ditetepkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak
langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji
karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan.
Obrien JJ, 1976 (dalam Suyatno, 2010), menyimpulkan bahwa dampak
keterlambatan menimbulkan kerugian :
1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan
dari bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.
2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti naiknya

18
overhead kerena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga
merugikan akibatkemungkinan naiknya harga karena inflasi dan
naiknya upah buruh, juga akan tertahannya modal kontraktor yang
kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.
3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu,
karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang
bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya.

Berdasarkan hasil laporan (proceeding) konferensi sains mengenai


keterlambatan peyelesaian proyek konstruksi di Malaysia menyimpulkan
bahwa terdapat enam dampak/efek yang diakibatkan dari keterlambatan
penyelesaian proyek tersebut. Keenam dampak/efek itu antara lain (1)
Tambahan Waktu (Time Overrun), (2) Tambahan Biayan (Cost Overrun),
(3) Perselisihan (Dispute), (4) Arbitrasi (Arbitration), (5) Proses Pengadilan
(Litigation), (6) Keadaan tertinggal (Abandonment) (Mohammad Abedi,
PhD., Professor. Dr. Mohammad Fadhil Mohamad., Dr. Mohammad Syazli
Fathi).

(1) Time Overrun

Murali et al (2007) mengungkapkan bahwa faktor keterlambatan


yang berhubungan dengan kontraktor dan owner seperti kurangnya
pengalaman kerja kontraktor dan banyaknya campur tangan owner
sehingga menimbulkan peningkatan durasi/waktu pengerjaan proyek.
Di samping itu, Aibinu dan Jagboro (2002) mempelajari dan
menyimpulkan bahwa dampak utama dari keterlambatan proyek adalah
bertambahnya durasi.
(2) Cost Overrun

Mengenai cost overrun Koushki et al.,(2005) mengidentifikasi tiga


peyebab utama keterlambatan proyek, yaitu masalah intern kontraktor,
masalah material, masalah keuangan oleh owner sedangkan Wiguna
dan Scott (2005) mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan

19
keterlambatan, yaitu inflasi/kenaikan harga material, perubahan desain
oleh owner, cuaca buruk, keterlambatan pembayaran oleh owner.

(3) Disputes

Perselisihan atau sengketa merupakan dampak utama dari


keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi yang bisa disebabkan
oleh berbagai pihak seperti kontraktor, konsultan, owner, maupun pihak
luar. Kurangnya komunikasi menyebabkan perbedaan persepsi,
konflik,dan perselisihan. Oleh karena itu sebagai seorang mamajer
proyek harus memiliki kemempuan komunikasi yang baik dalam
menjalankan sebuah proyek. Menurut Murali et al.,(2007) factor
kurangnya komunikasi yang baik antara berbagai pihak, kondisi
lapangan yang tak terduga, keterlambatan pembayaran untuk
penyelesaian pekerjaan, metode konstruksi yang kurang tepat,
keterlambatan yang disebabkan oleh subkontraktor dan ketidak
sesuaian dengan isi dokumen kontrak akan menimbulkan perselisihan
antar berbagai pihak. Selanjutnya apabila perselisihan tidak dapat
diselesaiakan secara damai dapat menyebabkan arbitrasi dan
penyelesaian melalui proses pengadilan.
(4) Arbitration

Menurut Murali et al., (2007) keterlambatan yang disebabkan oleh


pihak kontraktor maupun owner yang meliputi perubahan rencana,
kesalahan atau ketidak sesuaian dengan isi dokumen kontrak dan
kurangnya komunikasi antara berbagai pihak dapat menimbulkan
perselisihan yang akan diselesaiakan melalui proses arbitrasi. Untuk
keadaan ini dibutuhkan pihak ketiga yang dapat menyelasaiakan
perselisihan secara damai tanpa harus proses pengadilan.
(5) Litigation

Menurut Murali et al., (2007) ketika keterlambatan yang disebabkan


oleh owner, kontraktor, pekerja, eksternal, dan hubungan kontrak

20
misalnya keterlambatan dalam pembayaran penyelesaian pekerjaan,
masalah kondisi lapangan, dan kurangnya tenaga kerja yang
menimbulkan perselisihan dan harus diselesaikan melalui proses
pengadilan. Pihak-pihak yang terlibat pada proyek konstruksi
menggunakan proses pengadilan sebagai alternatif terakhir dalam
penyelesaian perselisiha

(6) Abandonment

Dampak yang paling merugikan dari keterlambatan penyelesaian


proyek adalah abondemen yang dapat terjadi sementara atau bila
kondisi proyek memburuk bisa terjadi selama proses konstruksi.
Penyebab utamanya adalah berbagai pihak yang terlibat dalam proyek
dan menjadi dampak utama dari keterlambatan proyek. Aibinu dan
Jagboro (2002) mempelajari dampak dari keterlambatan penyelesaian
proyek pada industry konstruksi di Nigeria.

2.1.6 Rencana Anggaran Biaya

RAB adalah prakiraan biaya material, biaya upah, dan biaya lain-lain yang
dibutuhkan untuk mendirikan suatu bangunan. RAB diperlukan sebagai pedoman
pembangunan agar proses pembangunan tersebut berjalan secara efektif dan efisien.
Penyusunan RAB yang buruk akan berimbas pada penggunaan dana yang tidak
tepat dan mengacaukan jalannya pembangunan.
Ada beberapa jabatan pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan
susunan RAB proyek bangunan. Yang pertama adalah quantity surveyor yaitu
orang-orang yang bertugas menghitung volume masing-masing struktur bangunan
secara tepat. Kemudian dikenal pula cost control yakni mereka yang bertanggung
jawab menyusun RAB dan mengendalikan biaya pembangunan.

Pada dasarnya, terdapat 5 fungsi utama dari Rencana Anggaran Biaya


pendirian bangunan, antara lain :

1. RAB sebagai penetap jumlah biaya masing-masing bidang pekerjaan pada proses
pendirian suatu bangunan. RAB memuat biaya-biaya secara terperinci yang

21
meliputi pengadaan bahan bangunan, upah pekerja, serta biaya lain-lain seperti
biaya perijinan dan biaya sarana prasarana.
2. RAB sebagai penentu total kebutuhan material bahan bangunan yang diperlukan.
Penghitungan kebutuhan material ini didasarkan pada pengukuran volume
pembuatan struktur bangunan.
3. RAB sebagai dasar pemilihan tenaga kerja yang digunakan. RAB menggambarkan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
4. RAB sebagai penentu peralatan yang dipakai untuk mendukung kelancaran
pembangunan konstruksi. RAB juga memutuskan apakah peralatan tersebut perlu
dibeli atau cukup disewa.
5. RAB sebagai pemantau penghematan kegiatan pelaksanaan pembangunan. Dari
RAB juga dapat diketahui model pengeluaran anggaran biaya yang menghasilkan
keuntungan.

Untuk proyek pembuatan bangunan yang akan dijual kembali, dari RAB
juga bisa diketahui modal awal yang perlu dikeluarkan. Selanjutnya kita dapat
menentukan berapa harga jual yang pantas dipatok untuk penjualan bangunan-
bangunan tersebut. Namun tentu harga jual ini juga harus memperhatikan faktor-
faktor lain seperti lokasi, desain, fasilitas, dan sebagainya.

Pengertian-pengertian Rencana Anggaran Biaya di atas menghasilkan


kesimpulan bahwa RAB merupakan hasil perkalian antara volume suatu item
pekerjaan dengan harga satuannya atau dirumuskan RAB = ∑ [(volume) x Harga
Satuan Pekerjaan]. Sedangkan untuk melakukan suatu item pekerjaan
pembangunan dibutuhkan biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung
meliputi material, upah, dan peralatan, sedangkan biaya tidak langsung meliputi
overhead, provit, dan tax.

2.1.7 Time Schedule


Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan
suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Di sini menerangkan kapan

22
waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi kerja dan
perkiraan waktu selesainya pekerjaan.
Baik untuk pekerjaan pembangunan rumah, gedung, kantor, jalan raya,
jembatan dan konstruksi bangunan sipil lainnya sangat membutuhkan penjadwalan
yang sesuai. Secara umum, jadwal ini dituangkan dalam bentuk bar
chart dan network planning.
Pada prinsipnya jadwal pelaksanaan tidak terlalu rumit, berisi item-item
pekerjaan yang telah direncanakan dalam perhitungan volume dan dilengkapi
dengan rencana bulan penyelesaian. Time schedule proyek sangat membantu dalam
menentukan hubungan antara berbagai kegiatan dalam rencana proyek secara
menyeluruh.

Adapun manfaat time schedule adalah sebagai berikut :

1. Pedoman waktu dalam pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan


dalam proyek
2. Waktu mendatangkan material ke lokasi pekerjaan yang sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan
3. Pedoman saat pengadaan alat-alat pekerjaan lapangan yang sesuai
4. Sebagai alat yang digunakan untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek
5. Sebagai acuan dasar tercapainya waktu pelaksanaan yang telah ditentukan
6. Mengontrol penentuan batas waktu denda akibat terjadinya keterlambatan
pekerjaan
7. Gambaran untuk memperkirakan nilai investasi yang akan digunakan
8. Sebagai gambaran saat akan memulai dan mengakhiri suatu proyek konstruksi
secara menyeluruh
9. Acuan dalam mengamati laju progres suatu konstruksi untuk meminimalisir
kendala apa yang mungkin atau akan terjadi

Selain itu, maksud dan tujuan dalam pembuatan jadwal pelaksanaan untuk
suatu proyek konstruksi diantaranya :

1. Dapat mengetahui kapan dimulainya suatu item pekerjaan, lama pekerjaan dan
rencana selesainya

23
2. Sebagai pedoman untuk mempersiapkan sumber daya manusia sesuai dengan
waktunya
3. Pedoman untuk penyediaan alat-alat kerja yang sesuai dengan waktunya
4. Sebagai sumber data untuk memantau kecepatan dan keterlambatan progres dari
suatu item
5. Pekerjaan dapat dilakukan koreksi langsung di lapangan untuk mempercepat
pekerjaan tersebut
6. Pedoman dalam mempersiapkan material pekerjaan yang mana sesuai dengan
waktunya

2.1.8 Pengertian Manajemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Manajemen adalah penggunaan


sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Dalam literatur kata
manajemen mengandung tiga pengertian yaitu manajemen sebagai suatu proses,
manajemen sebagai kolektifitas orang – orang yang melakukan aktifitas
manajemen, manajemen sebagai sutau seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science) dalam rangka untuk mencapai tujuan sasaran yang telah
ditetapkan.
Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi atau
pengertian manajemen. Beberapa di antaranya merumuskan manajemen sebagai
berikut:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan
– tindakan : perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran – sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber – sumber data manusia serta sumber –
sumber lain. (George R. Terry, 1994).
Manajemen adalah sebuah keahlian yang dimiliki seseorang atau organisasi
untuk menggerakkan orang lain agar mau melakukan sesuatu.( Lawrence A.
Appley)

24
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengoordinasian, dan pengawasan/ kontrol terhadap sumber daya yang ada agar
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (Henry Fayol)

25
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi penelitian

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (sumber : Gogle Earth 2020)

26
Lokasi Penelitian dilakukan pada proyek pekerjaan Peningkatan
jalan aspal rua Wawobili-Wawola kabupaten Konawe Kepulauan propinsi
Sulawesi tenggara, STA 0+000 berada di desa Wawobili Kecamatan
Wawonii Barat dan STA 3+000 mengarah Desa Wawola kecamatan
Wawonii Barat

3.2 Metode Identifikasi Masalah


Metode penelitian merupakan tahapan penelitian yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu masalah, sehingga penelitian sangat membantu untuk
mengarahkan dalam menjawab permasalahan yang ada. Metode penelitian
juga dapat memberikan alternatif penjelasan sebagai kemungkinan dalam
proses pemecahan masalah. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai
hasil dan perkiraan akhir proyek menggunakan metode Konsep Nilai Hasil.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyek peningkatan ruas
jalan wawola-wawobili, Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe
Kepulauan, Adapun metode yang digunakan sebagai bahan penulisan tugas
akir ini antara lain sebagai berikut :
1. Studi literatur
Dengan mengambil data dari dokumen proyek, gambar rencana, jurnal
ilmia serta buku-buku atau dokumen lain yang berkait dengan penulisan
laporan ini.
2. Lokasi Penilitian
Lokasi penilitian merupakan sebuah studi kasus yang berupa tempat
lokasi penelitian yang berlokasi di ruas jalan wawobili-wawola Kecamatan
Wawonii Barat Kabupaten Koawe Kepulauan
3. Pengamatan Lapangan (Observasi)
Observari merupakan sebuah metode pengamatan Secara langsung
dengan meliha taktivitas pelaksanaan pekerjaan pada lokasi proyek
4. Wawancara (Interview)
Metode wawancara merupakan suatu metode dengan melakukan

27
Tanya jawab secara langsung kepada pihak Proyek, Pengawas
Lapangan,kontraktor dan mandor.

3.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan penulis dengan melihat data


perkembangan pekerjaan dari laporan bulanan dan time schedule, serta
wawancara terhadap pihak kontraktor, dan juga penulis melakukan
pengamatan lapangan (observasi) pada lokasi proyek

BOBOT
KEGIATAN PELAKSANAANSELAMA 210 HARI KALENDER
NO. PERKIRAAN (%) BOBOT
URAIAN
MATA SAT. KUANTITAS Bualan I Bualan II Bualan III Bualan IV Bualan V Bualan VI Bualan VII (%)
PEMB. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

DIVISI 1. UMUM

1.2 Mobilisasi LS 1.00 1.86 0.32 0.32 0.32 0.32 0.28 0.28
99.7 100.0
98.6
97.7
1.19 Keselamatan dan Kesahatan Kerja LS 1.00 0.33 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
94.6

1.2(1) Manajemen Mutu LS 1.00 0.34 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
91.3 0.01 0.01 0.01 0.01

DIVISI 2. DRAINASE 86.7 86.28

82.1 82.29
2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M3 719.98 0.49 0.12 0.12 0.12 0.12
78.31
2.2.(1) Pasangan Batu dengan Mortar M3 176.00 2.30 76.2 0.57 0.57 0.57 0.57
74.32

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK


70.3 70.33

3.1.(1) Galian Biasa M3 4,711.00 2.03 0.51 0.51 0.51 0.51 65.76
64.5

3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 meter M3 348.16 0.37 0.12 0.12 0.12 61.18
58.6
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian M3 3,626.00 2.89 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 56.61

52.7 52.03
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian M3 2,876.25 3.77 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27

48.17
DIVISI 5 . PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN 46.9
44.31

5.1 (1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A M3 2,035.50 27.91 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86
41.0 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86
40.45

5.1 (2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B M3 2,101.88 19.07 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27
36.59 1.27 1.27 1.27 1.27
34.8
32.73
DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
28.9 28.87
6.1 (1)a Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair Liter 10,620.00 2.44 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
25.01
22.9
6.6.(1) CPHMA Kemasan Kantong Ton 1,539.90 32.98 2.06 2.06 2.06 2.06
21.15 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06

16.9 17.64
DIVISI 7. STRUKTUR
14.12
7.1.(7a) Beton Struktur fc' 20 Mpa M3 4.88 0.13 11.12 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
10.61

7.52
7.09
7.3 (2) Baja Tulangan Sirip BjTP 280 Kg 842.13 0.39 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
5.67
5.27
4.24
2.82 3.03
7.9 (1) Pasangan Batu M3 199.45 2.71 1.39 2.05 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19
0.35 0.70 1.05
1.04

Jumlah 100.00 0.35 0.35 0.35 0.35 0.66 0.98 2.25 2.25 3.60 5.81 6.01 5.92 5.92 6.19 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 4.60 4.60 3.31 3.08 0.87 1.15 0.30

Komulatif Rencana 0.35 0.70 1.05 1.39 2.05 3.03 5.27 7.52 11.12 16.9 22.9 28.9 34.8 41.0 46.9 52.7 58.6 64.5 70.3 76.2 82.1 86.7 91.3 94.6 97.7 98.6 99.7 100.0
progres aktual 0.35 0.35 0.35 0.35 1.43 1.43 1.43 1.43 3.52 3.52 3.52 3.52 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 4.58 4.58 4.58 4.58 3.99 3.99 3.99 3.99
total kuulatif progres aktual 0.35 0.70 1.04 1.39 2.82 4.24 5.67 7.09 10.61 14.12 17.64 21.15 25.01 28.87 32.73 36.59 40.45 44.31 48.17 52.03 56.61 61.18 65.76 70.33 74.32 78.31 82.29 86.28
Deviasi (+-) (0.00) (0.00) (0.00) (0.00) 0.77 1.21 0.39 (0.43) (0.51) (2.81) (5.30) (7.71) (9.78) (12.1) (14.1) (16.1) (18.1) (20.2) (22.2) (24.2) (25.5) (25.5) (25.5) (24.3) (23.4) (20.2) (17.4) (13.7)

Tabel 3.1 time scedule

28
Mulai

• Latar belakang
• Rumusan masalah
• Batasan masalah
• Tujuan penelitian
• Tinjauan pustaka

Data lapangan Studi literature

• RAB • Karya ilmiah


• Kurva “S” • Buku panutan
• Laporan Bulanan • Bahan bahan kuliah
• Wawancara • Reverensi yang relevan

Penyajian data

Pengolahan data

• Analisa penyebab keterlambatan


• Analisa faktor utama penyebab keterlambatan
• Alternatif pencegahan masalah

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Penanganan Masalah

29

Anda mungkin juga menyukai