PENDAHULUAN
1
Keterlambatan pelaksanaan proyek memberikan pengaruh yang cukup
berarti terhadap biaya. Tambahan biaya yang harus disediakan oleh Penyedia
Jasa baik berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung merupakan suatu
keharusan untuk mengejar keterlambatan pelaksanaan proyek demi nama baik
sebuah perusahaan. Tidak jarang ditemukan suatu proyek yang terkadang
biaya tidak langsungnya lebih besar dari biaya langsung. Biaya tidak langsung
ini merupakan biaya overhead, baik yang berkaitan dengan proyek atau kantor
pusat.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi dan Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan untuk dapat
menghindari keterlambatan proyek dimasa yang akan datang.
2. Memberikan solusi untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
keterlambatan proyek
3. Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi input bagi penelitian yang
selanjutnya
3
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian analisa
keterlambatan pekerjaan proyek peningkatan jalan Lampeapi
4
BAB II
5
proyek dan juga untuk mendapatkan biaya pelaksanaan yang efisien.
Dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja, faktor-faktor penting yang
harus diketahui adalah besarnya rencana anggaran biaya dan besarnya
realisasi biaya pelaksanaan proyek. Kedua data tersebut kemudian
dianalisis sehingga dapat diketahui besarnya kinerja biaya yang terjadi
dalam setiap proyek. Kinerja biaya tersebut yang menjadi pedoman
dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Mengoptimalkan komponen
biaya tenaga kerja, maka akan didapatkan biaya tenaga kerja yang
efisien.
3. Ervianto (2004) menyatakan pengertian dari keterlambatan (delay)
sehubungan dengan konstruksi adalah sebagian waktu pelaksanaan yang
tidak dapat dimanfaatakan sesuai dengan rencana, sehingga
menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti tertunda atau tidak
dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang direncanakan. keterlambatan
proyek konstruksi erat kaitannya dengan waktu atau rencana kerja,
keterlambatan terjadi manakala item pekerjaan tidak dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana kerja yang disusun dan disepakati para pihak
sebagaimana tertuang dalam kontrak.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Budiman Praboyo (1999) bertujuan untuk
menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi
sebagai penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di
wilayah Surabaya, dengan maksud agar proses perencanaan dan
penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakuakan dengan lebih lengkap
dan cermat, sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau
dikendalikan.
5. I.A. Rai Widhiawati (2009) bertujuan untuk mengetahui penyebab utama
dari keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi yang berada di
Kotamadya Denpasar.
6. Suyatno (2010) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
keterlambatan penyelesaian proyek yang berada di Kotamadya Surakarta
6
dan untuk mengetahui peringkat (rangking) menurut persepsi penyedia
jasa terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.
7
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikehendakinya.
2.1.2.2 Konsultan
8
Hak dan kewajiban perencana adalah :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur,
rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan pekerjaan dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,
dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan pekerjaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
9
kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
2.1.2.5 Kontraktor
10
Kepala Proyek adalah orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur dan
mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manager proyek adalah
pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan pada
suatu proyek, adapun tugas – tugasnya adalah:
11
e. Memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan dan jika
terjadi kemunduran dari time schedule maka site manager
memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan lembur;
f. Mempelajari kemungkinan–kemungkinan perubahan
metode konstruksi yang menguntungkan;
g. Memeriksa laporan pemakaian alat dan membuat surat
permohonan pemindahan alat dan bahan bila diperlukan;
h. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang bersangkutan dengan masalah teknis
atau pengelola proyek;
i. Bertanggung jawab atas surat masuk dan surat keluar dari
proyek tersebut;
12
keadaan di lapangan.
5) Mekanik + Supporting
Tugas dari mekanik dan supporting adalah :
6) Logistik
Tugas logistik antara lain:
a. Bertanggung jawab kepada Project Manager;
b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu
material yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat
pada waktunya;
c. Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di
dalam gudang penyimpanan;
d. Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga
kerja;
e. Mengawasi pengadaan, pemakaian dan penempatan material
di gudang;
f. Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang datang
dari rekanan harus sesuai dengan yang diminta;
g. Menerima dan mengeluarkan barang.
13
kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik
berupa pembiayaan langsung mapun tidak langsung. Peran aktif manajemen
merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek.
Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan
mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau
dikurangi.
Menurut Levis dan Atherley, 1996 (dalam Suyatno, 2010), jika
suatu pekerjaan sudah ditargetkan harus selesai pada waktu yang telah
ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka
dapat dikatakan pekerjaan itu menglami keterlambatan. Hal ini akan
berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan.
Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan
memperpanjang durasi proyek atau meningkatnya biaya maupun keduanya.
Adapun dampak keterlambatan pada klilen atau owner adalah hilangnya
kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain,
meningkatkan biaya langsung yang dikeluarkan yang berarti bahwa
bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan dan lain
sebagainya serta mengurangi keuntungan
14
baik pemilk maupun kontraktor.
f. Produktivitas rendah
g. Masalah keuangan
h. Kurangnya koordinasi
15
a. Kurangnya tenaga ahli profesional
16
(1) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delays)
Compensable Delays
Non-Excusable Delays
17
Excusable Delays
Concurrent Delays
18
overhead kerena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga
merugikan akibatkemungkinan naiknya harga karena inflasi dan
naiknya upah buruh, juga akan tertahannya modal kontraktor yang
kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.
3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu,
karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang
bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya.
19
keterlambatan, yaitu inflasi/kenaikan harga material, perubahan desain
oleh owner, cuaca buruk, keterlambatan pembayaran oleh owner.
(3) Disputes
20
misalnya keterlambatan dalam pembayaran penyelesaian pekerjaan,
masalah kondisi lapangan, dan kurangnya tenaga kerja yang
menimbulkan perselisihan dan harus diselesaikan melalui proses
pengadilan. Pihak-pihak yang terlibat pada proyek konstruksi
menggunakan proses pengadilan sebagai alternatif terakhir dalam
penyelesaian perselisiha
(6) Abandonment
RAB adalah prakiraan biaya material, biaya upah, dan biaya lain-lain yang
dibutuhkan untuk mendirikan suatu bangunan. RAB diperlukan sebagai pedoman
pembangunan agar proses pembangunan tersebut berjalan secara efektif dan efisien.
Penyusunan RAB yang buruk akan berimbas pada penggunaan dana yang tidak
tepat dan mengacaukan jalannya pembangunan.
Ada beberapa jabatan pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan
susunan RAB proyek bangunan. Yang pertama adalah quantity surveyor yaitu
orang-orang yang bertugas menghitung volume masing-masing struktur bangunan
secara tepat. Kemudian dikenal pula cost control yakni mereka yang bertanggung
jawab menyusun RAB dan mengendalikan biaya pembangunan.
1. RAB sebagai penetap jumlah biaya masing-masing bidang pekerjaan pada proses
pendirian suatu bangunan. RAB memuat biaya-biaya secara terperinci yang
21
meliputi pengadaan bahan bangunan, upah pekerja, serta biaya lain-lain seperti
biaya perijinan dan biaya sarana prasarana.
2. RAB sebagai penentu total kebutuhan material bahan bangunan yang diperlukan.
Penghitungan kebutuhan material ini didasarkan pada pengukuran volume
pembuatan struktur bangunan.
3. RAB sebagai dasar pemilihan tenaga kerja yang digunakan. RAB menggambarkan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
4. RAB sebagai penentu peralatan yang dipakai untuk mendukung kelancaran
pembangunan konstruksi. RAB juga memutuskan apakah peralatan tersebut perlu
dibeli atau cukup disewa.
5. RAB sebagai pemantau penghematan kegiatan pelaksanaan pembangunan. Dari
RAB juga dapat diketahui model pengeluaran anggaran biaya yang menghasilkan
keuntungan.
Untuk proyek pembuatan bangunan yang akan dijual kembali, dari RAB
juga bisa diketahui modal awal yang perlu dikeluarkan. Selanjutnya kita dapat
menentukan berapa harga jual yang pantas dipatok untuk penjualan bangunan-
bangunan tersebut. Namun tentu harga jual ini juga harus memperhatikan faktor-
faktor lain seperti lokasi, desain, fasilitas, dan sebagainya.
22
waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi kerja dan
perkiraan waktu selesainya pekerjaan.
Baik untuk pekerjaan pembangunan rumah, gedung, kantor, jalan raya,
jembatan dan konstruksi bangunan sipil lainnya sangat membutuhkan penjadwalan
yang sesuai. Secara umum, jadwal ini dituangkan dalam bentuk bar
chart dan network planning.
Pada prinsipnya jadwal pelaksanaan tidak terlalu rumit, berisi item-item
pekerjaan yang telah direncanakan dalam perhitungan volume dan dilengkapi
dengan rencana bulan penyelesaian. Time schedule proyek sangat membantu dalam
menentukan hubungan antara berbagai kegiatan dalam rencana proyek secara
menyeluruh.
Selain itu, maksud dan tujuan dalam pembuatan jadwal pelaksanaan untuk
suatu proyek konstruksi diantaranya :
1. Dapat mengetahui kapan dimulainya suatu item pekerjaan, lama pekerjaan dan
rencana selesainya
23
2. Sebagai pedoman untuk mempersiapkan sumber daya manusia sesuai dengan
waktunya
3. Pedoman untuk penyediaan alat-alat kerja yang sesuai dengan waktunya
4. Sebagai sumber data untuk memantau kecepatan dan keterlambatan progres dari
suatu item
5. Pekerjaan dapat dilakukan koreksi langsung di lapangan untuk mempercepat
pekerjaan tersebut
6. Pedoman dalam mempersiapkan material pekerjaan yang mana sesuai dengan
waktunya
24
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengoordinasian, dan pengawasan/ kontrol terhadap sumber daya yang ada agar
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (Henry Fayol)
25
BAB III
METODOLOGI
26
Lokasi Penelitian dilakukan pada proyek pekerjaan Peningkatan
jalan aspal rua Wawobili-Wawola kabupaten Konawe Kepulauan propinsi
Sulawesi tenggara, STA 0+000 berada di desa Wawobili Kecamatan
Wawonii Barat dan STA 3+000 mengarah Desa Wawola kecamatan
Wawonii Barat
27
Tanya jawab secara langsung kepada pihak Proyek, Pengawas
Lapangan,kontraktor dan mandor.
BOBOT
KEGIATAN PELAKSANAANSELAMA 210 HARI KALENDER
NO. PERKIRAAN (%) BOBOT
URAIAN
MATA SAT. KUANTITAS Bualan I Bualan II Bualan III Bualan IV Bualan V Bualan VI Bualan VII (%)
PEMB. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi LS 1.00 1.86 0.32 0.32 0.32 0.32 0.28 0.28
99.7 100.0
98.6
97.7
1.19 Keselamatan dan Kesahatan Kerja LS 1.00 0.33 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
94.6
1.2(1) Manajemen Mutu LS 1.00 0.34 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
91.3 0.01 0.01 0.01 0.01
82.1 82.29
2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M3 719.98 0.49 0.12 0.12 0.12 0.12
78.31
2.2.(1) Pasangan Batu dengan Mortar M3 176.00 2.30 76.2 0.57 0.57 0.57 0.57
74.32
3.1.(1) Galian Biasa M3 4,711.00 2.03 0.51 0.51 0.51 0.51 65.76
64.5
3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 meter M3 348.16 0.37 0.12 0.12 0.12 61.18
58.6
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian M3 3,626.00 2.89 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 56.61
52.7 52.03
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian M3 2,876.25 3.77 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
48.17
DIVISI 5 . PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN 46.9
44.31
5.1 (1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A M3 2,035.50 27.91 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86
41.0 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86 1.86
40.45
5.1 (2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B M3 2,101.88 19.07 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27 1.27
36.59 1.27 1.27 1.27 1.27
34.8
32.73
DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
28.9 28.87
6.1 (1)a Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair Liter 10,620.00 2.44 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
25.01
22.9
6.6.(1) CPHMA Kemasan Kantong Ton 1,539.90 32.98 2.06 2.06 2.06 2.06
21.15 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06 2.06
16.9 17.64
DIVISI 7. STRUKTUR
14.12
7.1.(7a) Beton Struktur fc' 20 Mpa M3 4.88 0.13 11.12 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
10.61
7.52
7.09
7.3 (2) Baja Tulangan Sirip BjTP 280 Kg 842.13 0.39 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
5.67
5.27
4.24
2.82 3.03
7.9 (1) Pasangan Batu M3 199.45 2.71 1.39 2.05 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19
0.35 0.70 1.05
1.04
Jumlah 100.00 0.35 0.35 0.35 0.35 0.66 0.98 2.25 2.25 3.60 5.81 6.01 5.92 5.92 6.19 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 5.87 4.60 4.60 3.31 3.08 0.87 1.15 0.30
Komulatif Rencana 0.35 0.70 1.05 1.39 2.05 3.03 5.27 7.52 11.12 16.9 22.9 28.9 34.8 41.0 46.9 52.7 58.6 64.5 70.3 76.2 82.1 86.7 91.3 94.6 97.7 98.6 99.7 100.0
progres aktual 0.35 0.35 0.35 0.35 1.43 1.43 1.43 1.43 3.52 3.52 3.52 3.52 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 3.86 4.58 4.58 4.58 4.58 3.99 3.99 3.99 3.99
total kuulatif progres aktual 0.35 0.70 1.04 1.39 2.82 4.24 5.67 7.09 10.61 14.12 17.64 21.15 25.01 28.87 32.73 36.59 40.45 44.31 48.17 52.03 56.61 61.18 65.76 70.33 74.32 78.31 82.29 86.28
Deviasi (+-) (0.00) (0.00) (0.00) (0.00) 0.77 1.21 0.39 (0.43) (0.51) (2.81) (5.30) (7.71) (9.78) (12.1) (14.1) (16.1) (18.1) (20.2) (22.2) (24.2) (25.5) (25.5) (25.5) (24.3) (23.4) (20.2) (17.4) (13.7)
28
Mulai
• Latar belakang
• Rumusan masalah
• Batasan masalah
• Tujuan penelitian
• Tinjauan pustaka
Penyajian data
Pengolahan data
Selesai
29