PENDAHULUAN
1
terbukti efektif dalam mengidentifikasi penyebab utama dari suatu peristiwa yang
tidak diinginkan. Dengan menerapkan FTA, penelitian ini akan mencoba
memahami faktor-faktor apa yang mungkin telah berkontribusi terhadap
keterlambatan proyek ini.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga
kepada para pemangku kepentingan, pihak berwenang, dan praktisi industri
konstruksi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen proyek
infrastruktur yang kompleks seperti Bandar Udara Banggai Laut. Dengan
demikian, penelitian ini akan memberikan kontribusi nyata dalam upaya
memajukan manajemen konstruksi di Indonesia dan mempercepat penyelesaian
proyek-proyek infrastruktur yang krusial untuk perkembangan negara ini.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis, sebagaimana berikut:
1. Kontribusi dalam Pencapaian Gelar Magister Teknik: Hasil penelitian ini akan
menjadi salah satu syarat penting dalam pencapaian gelar Magister Teknik
bagi penulis, menandai pencapaian akademis yang signifikan.
2. Pengembangan Pengetahuan Teoritis: Penelitian ini diharapkan akan
memperkaya pengetahuan teoritis dalam bidang manajemen konstruksi,
khususnya dalam konteks analisis keterlambatan proyek menggunakan metode
Fault Tree Analysis (FTA).
3. Meningkatkan Efektivitas Manajemen Proyek: Hasil penelitian ini akan
memberikan kontribusi berharga kepada tim manajemen proyek Pembangunan
Bandar Udara Baru Banggai Laut Sulawesi Tengah. Informasi yang diperoleh
dari analisis keterlambatan proyek dengan menggunakan FTA dapat
membantu dalam mengidentifikasi penyebab keterlambatan dan merancang
strategi pengelolaan yang lebih efektif.
4. Mengurangi Risiko Keterlambatan di Masa Depan: Penelitian ini akan
membantu dalam menghindari atau mengurangi risiko keterlambatan proyek
di masa depan dengan memberikan wawasan tentang penyebab yang mungkin
terjadi dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
5. Kontribusi terhadap Perkembangan Industri Konstruksi: Hasil penelitian ini
dapat memberikan kontribusi yang lebih luas terhadap perkembangan industri
konstruksi di Indonesia dengan memberikan contoh aplikasi metode analisis
yang canggih dalam manajemen proyek.
6. Bahan Referensi Ilmiah: Penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi
ilmiah bagi peneliti lain yang tertarik untuk memahami lebih dalam tentang
analisis keterlambatan proyek menggunakan FTA dalam konteks manajemen
konstruksi.
Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan
manfaat yang signifikan, baik dalam konteks akademik maupun praktis, serta
dapat berkontribusi positif dalam pengembangan industri konstruksi di Indonesia.
3
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan batasan penelitian ini mencakup hal-hal
berikut:
1. Obyek studi kasus penelitian ini adalah Proyek Pembangunan Bandar Udara
Baru Banggai Laut di Sulawesi Tengah.
2. Fokus utama penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek tersebut.
3. Metode penelitian yang akan digunakan adalah Fault Tree Analysis (FTA)
untuk menganalisis dan mengidentifikasi akar penyebab keterlambatan
proyek.
4. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan sudut pandang
dari pihak kontraktor, konsultan Manajemen Konstruksi (MK), dan pengguna
jasa proyek
5.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Tabel 2.1b State of the Art Penelitian (Lanjutan)
Permasalahan /
Judul
Peneliti Tujuan Metode Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
Steffanie Analisis Identifikasi item Decision Ditemukan 1 item
Christarindra, Penyebab – item pekerjaan Tree pekerjaan yang
Cahyono Keterlambatan yang mengalami mengalami
Bintang Proyek keterlambatan keterlambatan pada
Nurcahyo Pembangunan lintasan kritis dan 4
Tower Caspian item pekerjaan yang
Grand mengalami
Sungkono keterlambatan tidak
Lagoon pada lintasan kritis
pada tiap bulannya.
Ahmad Analisis Faktor Analisa Kuesioner, Faktor utama
Migdad Keterlambatan keterlambatan Uji penundaan
Alaydrus, Dimulainya dimulainya Validasi, dimulainya fisik
Sarwono Pelaksanaan pekerjaan fisik Uji konstruksi pada
Hardjomuljadi Proyek konstruksi Reliabilitas design and build
Konstruksi model adalah
pada Model karena kontraktor
Kontrak gagal
Rancang menyelesaikan
Bangun desain tepat pada
waktunya.
Moch Afif Analisis Analisis besar Fault Tree Berdasarkan
Rosdianto, Peristiwa probabilitas dan Analysis analisis FTA
Mokh Suef, Penyebab pada peristiwa dan didapat 62 variabel
Endah Keterlambatan penyebab Method peristiwa penyebab
Angreni Proyek keterlambatan Obtain Cut utama. Hasil
Apartemen pembangunan Set probabilitas
proyek (MOCUS) keseluruhan
apartemen di peristiwa penyebab
Surabaya, keterlambatan
sebesar 0.7342.
Ammar Zaki, Factors Identifikasi Studi Faktor – faktor
Ahmad M Affecting faktor penyebab Literatur penyebab
Abd Elalim, Schedule keterlambatan Kuesioner keterlambatan dan
Adel EL Delay and dan pemborosan Uji pemborosan biaya
Samadony Cost Overrun biaya dan Validasi
in Egyptian evaluasi dan
Construction hubungannya Reliabilitas
Projects
6
2.2 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu aktivitas yang terjadi dalam kerangka
waktu terbatas, dengan sumber daya yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menghasilkan sebuah bangunan atau infrastruktur (Messa,dkk., 2013). Salah satu
tujuan utama dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah untuk menyelesaikan
proyek dengan tepat waktu dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan
(Aziz, dkk., 2014). Untuk mencapai keberhasilan dalam penyelesaian proyek,
perencanaan dan penjadwalan proyek yang tepat sangat diperlukan. Hal ini
melibatkan pemahaman mendalam tentang berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan pada setiap tahap proyek, termasuk penjadwalan aktivitas-
aktivitas proyek yang menunjukkan kapan aktivitas tersebut harus dimulai dan
selesai. Urutan kronologis aktivitas ini pada akhirnya membentuk jadwal
pelaksanaan proyek.
7
2.3.1 Penyebab Keterlambatan Proyek
Levis dan Artherley (dalam Langford, 1996) mengkategorikan penyebab
keterlambatan proyek menjadi tiga bagian utama:
1. Excusable Non Compensable Delays (Keterlambatan yang Dapat Dimaafkan
dan Tidak Menghasilkan Kompensasi)
Penyebab keterlambatan ini seringkali mempengaruhi waktu pelaksanaan
proyek dan melibatkan faktor-faktor berikut:
a. Act of God (Bencana Alam): Keterlambatan yang disebabkan oleh bencana
alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, dan badai besar.
b. Force Majeure: Meliputi penyebab keterlambatan dalam kategori Act of
God dengan penambahan faktor seperti perang, kerusuhan, demonstrasi,
dan pemogokan massal pekerja.
c. Cuaca: Anomali cuaca yang sangat ekstrim dapat menjadi faktor
keterlambatan jika terjadi.
2. Excusable Compensable Delays (Keterlambatan yang Dapat Dimaafkan
dengan Kompensasi)
Keterlambatan ini disebabkan oleh pemilik proyek, dalam hal ini kontraktor
berhak atas permintaan perpanjangan waktu dan klaim atas keterlambatan
tersebut. Penyebab keterlambatan dalam kategori ini mencakup:
a. Keterlambatan Pembayaran: Terlambatnya pembayaran pada pihak
kontraktor.
b. Kesalahan Spesifikasi dan Gambar: Ketidaksesuaian spesifikasi teknis dan
gambar yang diberikan Pemberi Kerja
c. Terlambatnya Pendetailan Pekerjaan: Keterlambatan dalam penyediaan
rincian pekerjaan.
d. Terlambatnya Penyerahan Lahan: Keterlambatan dalam penyerahan lokasi
proyek secara keseluruhan.
e. Terlambatnya Persetujuan Gambar Konstruksi: Penundaan dalam
persetujuan gambar konstruksi.
3. Non Excusable Delays (Keterlambatan yang Tidak Dapat Dimaafkan)
Keterlambatan ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab dari kontraktor, di
mana kontraktor merasa perlu untuk memperpanjang masa pengerjaan proyek
8
yang telah melewati batas waktu yang disepakati dan telah diinformasikan
sebelumnya oleh kontraktor. Pihak pemilik proyek dapat meminta ganti rugi
dan mengenakan denda atas keterlambatan ini. Penyebab keterlambatan dalam
kategori ini melibatkan:
a. Kesalahan dalam Pengelolaan Keuangan Proyek: Masalah dalam
manajemen keuangan proyek
b. Keterlambatan dalam Merekrut Personil yang Tidak Sesuai Standar
Kompetensi: Penundaan dalam perekrutan personil yang tidak memenuhi
standar kompetensi yang dibutuhkan
c. Keterlambatan dalam Pembuatan Gambar Kerja: Penundaan dalam
penyusunan gambar kerja.
d. Kesalahan dalam Koordinasi Personil Proyek: Gangguan dalam koordinasi
antara personil proyek.
9
peristiwa yang tidak diinginkan (U.S. Nuclear Regulatory Commission:1981:34).
Fault Tree Analysis digunakan untuk memetakan urutan tugas dan pekerjaan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan utama, serta memberikan pemahaman
tentang sub-tujuan yang terkait. Dalam konteks ini, metode ini membantu dalam
mengatur urutan tugas dalam rencana implementasi dan mengidentifikasi
ketidaksesuaian dalam logika suatu rencana (Mustika, 2014).
Dalam pelaksanaannya, Fault Tree Analysis menggunakan parameter-
parameter penting yang menjadi landasan untuk analisis (Kocecioglu, 1991).
a. Identifikasi berbagai aspek dari sistem yang terlibat dalam kegagalan utama.
b. Membantu dalam alokasi sumber daya analisis untuk berkonsentrasi pada
bagian sistem yang berpotensi mengalami kegagalan.
c. Menganalisis kegagalan dalam sistem.
d. Membantu manajemen dalam memahami perubahan dalam sistem.
e. Membantu penganalisis untuk menggunakan pengetahuan mereka tentang
perilaku sistem.
f. Memberikan opsi kualitatif yang setara dengan analisis kuantitatif dalam
keandalan sistem.
g. Membantu dalam alokasi sumber daya analisis untuk fokus pada bagian sistem
yang kritis.
Dalam konteks Fault Tree Analysis (FTA), terdapat beberapa definisi dasar
yang harus dipahami (Brown, 1976)
a. Premiere Event: Kejadian yang disebabkan oleh karakteristik internal dari
suatu komponen.
b. Basic Event: Kejadian yang memiliki modus yang dapat diantisipasi dan
cenderung terjadi pada saat tertentu.
c. Normal Event: Kejadian yang memiliki modus kedua yang diantisipasi dan
cenderung terjadi pada saat tertentu..
d. Fault Event: Kejadian di mana salah satu dari dua modusnya adalah kejadian
yang tidak normal, yang mengakibatkan kegagalan atau kesalahan.
e. Event: Suatu kejadian yang terjadi dalam sistem, memiliki dua modus yaitu
terjadi atau tidak.
f. Secondary Event: Kejadian yang dipicu oleh kejadian dari luar.
10
g. Top Event: Kejadian puncak pada fault tree yang dianalisis untuk
mengidentifikasi penyebab keterlambatan atau kegagalan dalam proyek.
Tabel 2.2 Simbol Kejadian pada Fault Tree Analysis (U.S Nuclear Regulatory
Commission,1981)
No. Uraian Simbol
1 Conditioning Event:
Kondisi atau batasan khusus yang diterapkan
pada suatu gerbang logika (gerbang
INHIBIT dan PRIORITY AND).
2 Basic event:
Kegagalan mendasar yang tidak perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mencari penyebab dari kejadian tersebut.
3 External Event:
Kejadian yang diharapkan muncul secara
normal dan tidak termasuk dalam kejadian
gagal.
11
4 Intermediate Event:
Kejadian yang muncul dari kombinasi
kejadian – kejadian masukan gagal yang
masuk ke gerbang.
5 Undeveloped Event:
Kejadian yang tidak diteliti lebih lanjut
karena tidak cukup tersedianya informasi
atau karena konsekuensi dari kejadian
tersebut tidak terlalu signifikan.
6 Top Event:
kejadian puncak fault tree yang dianalisis
agar dapat diketahui penyebab proyek yang
berlangsung dapat terjadi kegagalan.
2. Simbol Gerbang
Simbol gerbang digunakan untuk menyatakan hubungan kejadian input yang
mengarah pada kejadian output. Kejadian output disebabkan oleh kejadian
input yang berhubungan dengan cara tertentu. Simbol – simbol gerbang pada
metode Fault Tree Analysis dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Simbol Gerbang pada Fault Tree Analysis (U.S Nuclear Regulatory
Commission,1981)
No. Uraian Simbol
1 Gerbang OR:
Kejadian yang muncul / kejadian output yang terjadi
jika salah satu masukan / kejadian input terjadi.
2 Gerbang AND
Kejadian output muncul apabila semua kejadian input
terjadi.
3 Priority AND
12
Merupakan gerbang AND dengan kasus tertentu di
mana kejadian muncul / output terjadi jika semua
kejadian input terjadi dengan urutan tertentu (urutan
kejadian diwakili oleh conditioning event).
4 Exclusive OR
Merupakan gerbang OR dengan kasus tertentu yaitu
kejadian yang muncul / output yang terjadi jika tepat
satu dari input / masukan yang terjadi.
5 INHIBIT
Merupakan gerbang AND dengan kasus tertentu yaitu
kejadian muncul / output yang terjadi disebabkan oleh
satu input tetapi juga harus memenuhi kondisi tertentu.
3. Simbol Transfer
Simbol – simbol transfer pada metode Fault Tree Analysis dapat dilihat pada
Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Simbol Transfer pada Fault Tree Analysis (U.S Nuclear Regulatory
Commission,1981)
No. Uraian Simbol
1 Transfer OUT
Menyatakan bahwa bagian dari fault tree
harus dilampirkan sesuai dengan transfer in.
2 Transfer IN
Menyatakan bahwa fault tree harus
dikembangkan lebih jauh dan berkaitan
sesuai dengan transfer out.
13
Menurut Priyanta (2000: 113), terdapat lima tahapan dalam menyelesaikan
masalah dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA), yang meliputi:
1. Mendefinisikan adanya masalah dan kondisi dari batasan sistem yang ditinjau
Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam mendefinisikan masalah dan
kondisi batasan sistem yang ditinjau sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Critical Event (Top Event) dengan menjawab pertanyaan
What, Where, dan When mengenai kejadian puncak yang sedang terjadi.
b. Mendefinisikan Boundary Condition (Kondisi Batas) dengan memilih
bagian dari sistem yang akan dianalisis, kondisi awal sistem pada saat Top
Event terjadi, kondisi batas eksternal, dan tingkat detail dalam identifikasi
faktor penyebab kegagalan.
2. Penggambaran model grafis fault tree, dengan tahapan berikut:
a. Mengidentifikasi kejadian atau peristiwa terpenting dalam sistem (top
level event).
b. Membuat model grafis fault tree dengan simbol-simbol Boolean yang
standar untuk menggambarkan urutan sebab-akibat dari faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian puncak.
3. Analisis Fault Tree
Analisis fault tree diperlukan untuk memperoleh informasi yang jelas
dari suatu sistem dan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada sistem.
Bagian dalam tahapan analisis Fault Tree adalah sebagai berikut:
a. Menyederhanakan fault tree untuk memudahkan analisis sistem lebih
lanjut.
b. Menentukan peluang kejadian atau peristiwa paling penting dalam sistem
(Top Level Event) setelah fault tree disederhanakan.
c. Mereview hasil analisis untuk mengidentifikasi perbaikan yang dapat
dilakukan pada sistem.Menentukan intermediate event, merupakan tingkat
pertama terhadap kejadian puncak.
c. Menentukan intermediate event dan hubungan antara intermediate event
menggunakan gerbang logika.
d. Melanjutkan hingga ke sampai basic event.
4. Mencari Minimal Cut Set dari Fault Tree Analysis
14
Hasil analisis fault tree akan membentuk berbagai kombinasi dari fault
event yang mengarah pada terjadinya top event / critical failure system.Hal
tersebut dikenal sebagai cut set. Minimal cut set ditentukan dengan mencari
kombinasi cut set yang tidak dapat direduksi lagi tanpa menghilangkan
statusnya sebagai cut set.
5. Melakukan Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Fault Tree
Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan minimal cut set untuk
mengidentifikasi basic event menyebabkan terjadinya top event. Evaluasi
kuantitatif fault tree dilakukan dengan evaluasi kehandalan sistem yang
mengalami kegagalan karena pengaruh basic event terhadap top event.
15
sistem sejak waktu mulai beroperasi (switch on) sampai dengan terjadinya
kegagalan (failure) pertama.
Dalam masa kerjanya, suatu sistem akan seringkali mengalami kegagalan.
Kegagalan – kegagalan tersebut berdampak pada performa kerja dan efisiensi
sistem. Kegagalan apabila dilihat secara temporer akan memiliki laju tertentu
yang dinamis. Laju kegagalan (failure rate) dari suatu komponen dan sistem
merupakan obyek yang dinamis dan berubah terhadap waktu (t). Dalam analisa
kehandalan terdapat 3 (tiga parameter) yang dapat dihitung sebagai berikut
(www.engineeringtoolbox.com):
1. Nilai Kehandalan (Reliability)
Nilai fungsi keandalan / Reliabilitas dapat dirumuskan dengan persamaan
berikut :
∞
R ( t )=∫ f ( t ) dt
t
Di mana :
f (t)= λ e−λ(t )
Sehingga :
∞
R ( t )=∫ λ e
− λ(t )
dt
t
− λ(t )
R ( t )=e
merupakan distribusi eksponensial sehingga digunakan rumus :
−λ(t )
R=e
R = Nilai reliabilitas / kehandalan dengan rentang nilai 0 – 1. Nilai 1
menunjukkan 100% fungsi sistem berjalan dan nilai 0 menunjukkan sistem
mengalami kegagalan.
16
Di mana :
𝜆 (t) = Laju kegagalan per satuan waktu
f = Jumlah kegagalan selama waktu pengujian
t = Total waktu pengujian
17
18
BAB 3
METODA PENELITIAN
19
3.2 Uraian Tahapan Penelitian
Penelitian ini mengikuti lima tahap utama, yakni: pendahuluan (studi
pustaka), pengumpulan data, analisis data, evaluasi hasil penelitian, dan
pelaporan.
3.2.1 Tahap Pendahuluan
Langkah – Langkah penelitian yang dilaksanakan dalam tahap
pendahuluan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan topik penelitian dengan berkonsultasi kepada manajemen proyek.
2. Studi pustaka terkait dengan topik penelitian berupa jurnal – jurnal yang
berkaitan dengan topik penelitian.
3. Penyusunan GAP Analysis terkait dengan topik penelitian.
20
3. Penentuan kombinasi faktor-faktor penyebab keterlambatan, yang disebut
Minimal Cut Set. Proses ini menggunakan aljabar Boolean dan akan
menghasilkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Top Event.
4. Analisis kuantitatif dengan menggunakan Teori Reliabilitas untuk memperoleh
nilai kehandalan sistem yang mengalami kegagalan atau keterlambatan akibat
pengaruhbasic event terhadap top event.
3.2.4 Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap akhir penelitian di mana semua tahapan, mulai
dari pendahuluan, pengumpulan data, analisis data, hingga evaluasi hasil
penelitian, dituangkan secara sistematis dan sesuai dengan standar penulisan tesis
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Universitas Teknologi Sepuluh November (ITS).
21
3.4 Rencana dan Jadwal Kegiatan Penelitian
Rencana dan jadwal kegiatan penelitian serta penyusunan thesis ini ditunjukkan dalam Tabel 3.5 sebagai berikut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23