KENYAMANAN TERMAL
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah FISIKA BANGUNAN
Dosen Pengampu : Dr. Ir. M. Syarif Hidayat. M.Arch.
Oleh :
Herman Sbastian 41219120046
1|Page
KENYAMANAN TERMAL
KATA PENGANTAR
Salam.
Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas mahasiswa pada mata kuliah Fisika
bangunan, disemester tiga, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana. Pada kesempatan ini penulis juga melakukan studi dari berbagai situs dan sumber
yang di intisarikan pada makalah ini.
Selain sebagai pembelajaran bagi penulis, kiranya juga dapat menjadi pengatahuan
tambahan khususnya perihal Kenyamanan Termal mulai dari definisi, syarat, standart dan
faktor faktor kenyamanan termal, yang disajikan dengan gambar, sehingga dapat dengan
mudah dipahami.
Penulis menyampaikan maaf jika ada salah penulisan ejaan, atau materi yang
mengandung hak cipta, makalah ini ditujukan untuk kepentingan studi dan bukan untuk
komersil.
Kiranya dapat berguna bagi kita semua.
Herman Sbastian
41219120046
2|Page
KENYAMANAN TERMAL
DAFTAR ISI
3|Page
KENYAMANAN TERMAL
BAB I PENDAHULUAN
4|Page
KENYAMANAN TERMAL
III. TUJUAN PEMBAHASAN
Penulisan makalah yang berkaitan dengan kenyaman termal ini, bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan menganalisa dari mahasiswa,
khususnya dalam mengambil keputusan keputusan desain, baik mengenai peletakan basa
bangunan pada site, penggunaan bukaan bukaan, menentukan façade gedung, denah,
orientasi bangunan dan yang lainnya, sehingga diperoleh sebuah pengambilan keputusan
pada desain yang mempertimbangkan hal hal terkait pengendalian kenyamanan termal
secara pasiv dalam bangunan.
Sehingga dengan dipahaminya kenyamanan termal ini, mahasiswa juga dapat menerapkan
pemahamannya pada jenis bangunan lainnya, sehubungan dengan kemampuan analisa akan
faktor faktor kenyamanan termal pada setiap desain yang dihasilkan sebagai seorang calon
arsitek hingga bisa memenuhi kaidah utilitas khususnya dari aspek kelengkapan utilitas
bangunan.
5|Page
KENYAMANAN TERMAL
BAB II PEMBAHASAN
II. PENGERTIAN
Menurut (Nugroho, 2011) Kenyamanan Termal adalah suatu keadaan tubuh manusia
dari pikiran dan perasaannya sehubungan reaksi terhadap kepuasan`dari lingkungan
termal yang dialaminya baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Menurut
Karyono (2001), kenyamanan termal sebagai perasaan nyaman penghuni terhadap
termis bangunan yang dirasakan oleh penghuni, dapat dikategorikan sebagai ukuran
kenyamanan termal.. Kenyamanan termal merupakan suatu keadaan yang
berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan
oleh arsitektur (Snyder, Sementara itu, menurut Mclntyre (1980), manusia dikatakan
nyaman secara termal ketika ia tidak merasa perlu untuk meningkatkan ataupun
menurunkan suhu dalam ruangan. Olgyay (1963) memberikan arti tentang
kenyamanan itu sebagai suatu area, dimana penghuninya dapat mengurangi
6|Page
KENYAMANAN TERMAL
penggunaan tenaga/ kalor inti tubuh manusia yang harus dekeluarkan dalam
melakukan adaptasi terhadap lingkungan, terkait reaksi termis Menurut ASHRAE
(2009), kenyamanan termal adalah suatu kondisi dimana ada manusia merasakan puas
pada keadaan termal di lingkungannya.
Dalam teori kenyamamanan termal dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin
merupakan wujud respon sensor perasa yang terdapat pada kulitterhadap stimulan
suhu dari lingkungan sekitarnya. Sensor perasa akan merasakan stimulan panas, lalu
memberikan informasi kepada otak/sumber respon dimana otak kemudian akan
memberikan perintah kepada bagian bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi
sehingga tubuh tetap berada pada suhut stabilnya, yaitu berada di sekitar 32° s/d
37° C, dimana suhu normal ini dibutuhkan tubuh agar dapat berfungsi dengan baik
.dan normal
Dari berbagai penelitian kenyamanan termal yang dilakukan di daerah iklim tropis
lembab, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Webb, Ellis, de Dear di
Singapore, Busch di Bangkok, dan Ballantyne, kemudian Karyono di Jakarta,
memperlihatkan rentang suhu antara 24 hingga 30 °C masih merupakan termal yang
nyaman bagi pada penghuninya. yang berdiam pada daerah iklim tersebut. Sumber:
Tri H. Karyono.
7|Page
KENYAMANAN TERMAL
Faktor Suhu udara yang tinggi, ditambah dengan model dan jenis material pakaian
yang digunakan akan turut juga menentukan tingkat kenyamanan termal ini. Buku
Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung
oleh Yayasan LPMB – PU dinyatakan perihal suhu nyaman untuk iklim tropis Indonesia
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel ini maka dapat diketahui sesungguhnya angka suhu bagi
masyarakat tropis, memilki tingkatan yang berbeda dengan masyarakat sub tropis,
sesuai dengan (humpreys) adaptasi iklim tropis berada di atas masyarakat sub tropis.
8|Page
KENYAMANAN TERMAL
IV. STANDART ASHRAE55 DAN ISO 73
Standar Internasional (ISO 7730:1994) disebutkan bahwa reaksi termis dari sinyal
lingkungan yang diterima manusia disebabkan oleh empat faktor yaitu : suhu udara,
tingkat radiasi, kelembaban udara nisbi, kecepatan angin, serta dua faktor individu
yakni, tingkat aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan tiga laju metabolisme kalor
tubuh, serta jenis matarial pakaian yang dikenakan.
Standar ISO 7730 menyatakan bahwa kenyamanan termal tidak dipengaruhi secara
nyata oleh hal-hal lain misalnya, perbedaan jenis kelamin, tingkat kegemukan, faktor
usia, adaptasi, keturunan genetik, suku dan budaya bangsa, lokasi geografis, faktor
populasi per meter persegi, intensitas cahaya, warna dan sebagainya.
Hal yang menjadi utama dalam teori Fanger adalah adanya rumusan yang menyatakan
bahwa empat faktor dari Fakor Iklim yaitu Suhu Udara (°C), Tingkat Radiasi (Rad),
kelembaban Udara (%) dan Kecepatan Angin (m/s), serta fungsi dari 2 (dua) faktor
individu yakni: jenis aktifitas (yang dinyatakan dengan laju metabolisme tubuh, met)
serta jenis pakaian (yang dinyatakan dalam unit clo) yang dikenakan oleh seseorang.
Dapat digunakan sebagai penanda/ signal/ alat untuk menggambarkan apakah suatu
keadaan lingkungan dari komunitas manusia yang beraktifitas tertentu dapat
mengalami kenyamanan termal pada suatu lingkungan tertentu, Fanger
memperkenalkan suatu formula, dalam bentuk persamaan matematik yang
mengkaitkan antara Perkiraan Sensasi Termis Rata-Rata terhadap sekelompok manusia
yang berada di suatu ruang yang sama, yang disebut dengan PMV (Predicted Mean
Vote) dengan mengkaitkan keenam faktor kenyamanan termal tersebut. Secara garis
besar, faktor Kenyamanan Termal dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain:
9|Page
KENYAMANAN TERMAL
udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Manusia dikatakan
nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu
daerah dengan daerah lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya
beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat,
arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.
Tingkat Suhu ini merupakan level udara tanpa kelembaban air (dry bulb
temperature) yang kemudian akan menghantarkan kalor panas bersama dengan
pergerakan udara. Pergerakan udara yang diukur dengan kecepatannya (v,
dalam m/s) dapat membantu agar permukaan tubuh dapat beradaptasi terhadap
kenaikan suhu lebih cepat dan mempengaruhi penguapan air dari kulit, sehingga
memberikan efek pendinginan. Kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat
penguapan.
10 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
1.IV.2 FAKTOR INDIVIDU
Setiap manusia mengeluarkan panas. Kalor (heat) yang keluar dari dalam sistem
tubuh manusia sangat bergantung oleh tingkat metabolisme tubuh dan
jenis material pakaian yang dikenakan.
11 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
.
12 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
1.IV.2.2 Insulasi Pakaian
Pakaian dan jenis material penyusunnya merupakan faktor dominan yang akan
mempengaruhi tingkat kecepatan pembuangan panas atau kalor. Satuan nilai
hambatan hantar kalor pakaian yang dipakai dalam studi kenyamanan termal
adalah Clo. Nilai nilai ini menjadi faktor penting dengan penutup isolasi seluruh
permukaan tubuh dari transmitansi atau pelepasan kalor (U-value) sebesar 6,45
W/m²K (Nilai resistensi sebesar 0.155 m² K /W). 1 clo adalah nilai hambatan
kalor dari setelan baju bisnis normal dan pakaian dalam dari kapasKecepatan
angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar atau
horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi
oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor faktor yang
mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien
barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu. Berikut adalah nilai insulasi pakaian
berdasarkan ASHRAE (2009) (Gambar 2.11).
13 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
2 ARSITEKTUR TROPIS.
Indonesia yang terletak di sepanjang garis ekuator bumi, dan tepat di jalur matahari yang
sepanjang tahun, sehingga matahari sepanjang tahun akan terus memberikan panasnya atau
cahayanya kepada kontur bumi ini. Khususnya Indonesia. Bumi membagi dirinya menjadi
beberapa tipe alam, mulai dari tundra, dingin hingga tropis, dimulai dari area kutub hingga
ke bagian tengah bumi ini, atau yang kita kenal sebagai area ekuator.
I. IKLIM TROPIS
Iklim tropis bercirikan dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi, dapat
mencapai diatas 90%, suhu udara yang relatif panas, juga perbedaan antara malam
dan siang dalam rentang 15 hingga 35֯ C, tingkat radiasi matahari dengan sinar dan
kalornya yang tinggi, sehubungan tropis berada di jalur matahari atau garis ekuator
dari bumi, kemudia curah hujan yang tinggi, beberapa daerah dapat mencapai di atas
3.000 mm/tahun. Faktor faktor iklim ini menjadi kekhasan dari iklim sub tropis.
Arsitektur tropis seharusnya diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya Arsitektur
yang mengarah pada pemecehan problematik iklim tropis. Iklim tropis dengan ciri
kelembaban udara, curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi. Iklim dengan
ciri seperti ini sebetulnay memberikan tantangan tersediri bagi pada semua desainer
bangunan untuk emengendalikan kenyamanan termal dalam bangunan mereka.
14 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
menggunakan material Tembok dari bata tanah liat yang dibakar, yang kemudian
difinish dengan Plester dan acian gosok. Penutup atap menggunakan Genteng baik yang
keramik, beton atau tanah liat bakar sebagai rangka atap digunakan kuda kuda kayu
dan plafond gypsum atau tripleks. Material lantai biasanya digunakan penutup lantai
keramik lantai. Untuk jendela dan pintu masih menggunakan model tradisional yaitu
dengan kayu langsung tanpa melalui proses perkuatan yang dibuat berdasarkan
konvensional.
IV. HAMBATAN UTAMA PADA BANGUNAN TROPIS YANG ADA TERKAIT KENYAMANAN TERMAL,
Jakarta sebagai kota metropolitan, dengan penduduk hampir mendekati 12 juta jiwa,
per Januari 2021, dengan luasan kota Jakarta adalah 665 km², menempatkan Jakarta
sebagai kota dengan intensitas penduduk per meter persegi, yang terpadat di dunia.
Indonesia sebagai negara berkembang menuju maju, juga menjadi tempat tinggal bagi
personal dengan pendapatan lebih dari USD 100ribu per tahun, Kekayaan mereka
terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan.
Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah
yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%. Selain hunian mewah, pertumbuhan
properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada
periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter)
di Jakarta mencapai 87,5%. Pencapaian ini membuat Jakarta atau kota kota sekitar
menjadi kota dengan pertumbuhan tinggi, khususnya bangunan pencakar langit atau
gedung gedung megapolitan. Berdasarkan eksponensial , diperkirakan jumlah pencakar
langit di Jakarta akan mencapai 250 unit.
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di
bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan
15 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata
27 °C. tingkat curah hujan periode bulan Januari hingga pebruari diukur dalam taraf
tinggi, dan di lapangan pada kenyataannya memang banjir selalu terjadi pada bulan
bulan ini. Dengan puncak musim kering pada di bulan Agustus, dengan tingkat hujan
60 milimeter . Bulan September dan awal oktober merupakan suhu puncak bagi area
outdoor di Jakata, suhu dapat mencapai 40 °C . Suhu rata-rata sepanjang tahun berkisar
antara 25°-38 °C.
16 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
3 STRATEGI PENGENDALIAN KENYAMANAN TERMAL
Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim tropis seperti Indonesia adalah bagaimana
menciptakan suhu ruang agar berada di bawah 28,3 °C, yakni batas atas untuk sensasi
hangat nyaman, ketika suhu udara luar siang hari berkisar 32 °C. Secara garis besar ada dua
cara pengendalian pencapaian kenyaman termal di dalam bangunan, pertama, adalah
menghitung keperluan pengkondisian udara mekanis, kedua, dengan perancangan pasif
building memanfatkan secara optimal pengaturan pengaturan siteplan, masa bangunan,
bukaan bukaan dan teknis alamiah laiinya.
Penggunaan mesin pengkondisian udara mekanis, AC, memudahkan pencapaian suhu ruang
di bawah 28,3 °C, di mana kanyamanan akan dicapai. Penggunaan Penghawaan
Mekanik/Elektrikal pada prinsipnya sungguh mengecilkan peran arsitek dalam perancangan,
dengan penggunaan AC
mekanis penerapannya dapat
diterapkan dengan model
raungan apapun, tanpa
pengaturan tertentu atau
peletakkan masa tertentu di
site. Rekayasa iklim luar yang
tidak nyaman menjadi
nyaman berbasis cara cara
mekanis atau tambahan
energi kedalam sistem lebih
merupakan tugas para
engineer dibanding keahlian
sang arsitek.
17 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
I. TATANAN MASA BANGUNAN PADA SITE.
Tata masa bangunan dalam perencanaan sangat mempengaruhi pergerakan udara.
Melalui pengolahan tata masa bangunan yang depat pada site akan menghasilkan
pemecahan, menghalangi dan mengarahkan arah pergerakan angin pada lokasi
bangunan, dalam arti merekayasa arah gerakan angin. Pola Tata masa bangunan
dapat mempengaruhi pergerakkan angin yang dapat menghasilkan sistem
penghawaan alami dalam suatu bangunan melalui bukaan, yang dapat menimbulkan
kenyamanan termal pengguna bangunan.
Pada prinsipnya udara mengalir dari tempat bertekanan tinggi menuju daerah dengan
tekanan udara yang rendah. Tekanan udara dapat dimanipulasi/ direkayasa dengan
mengatur lokasi dan ukuran bukaan pada bangunan. Jika kecepatan udaranya rencah
maka oulet tangkapan diperbesar demikian sebaliknya.
18 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
bangunan yang lain, ataupun area halaman parkir atau halaman yang ditutup dengan
perkerasan, seperti beton dan aspal, akan sangat membantu untuk menurunkan suhu
lingkungan. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, di antaranya oleh Akbari dan
Parker memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3°C bukan merupakan suatu hal
mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung di sekitar bangunan.
hal mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung di sekitar bangunan..
Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas matahari
ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut White R.F (dalam
Egan, 1975 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013), semakin jauh jarak pohon dari suatu bangunan, maka pergerakan
udara di dalam bangunan yang tercipta akan menjadi lebih baik.
3.I.3 PENGGUNAAN SUN SHADING ATAU SECONDARI SKIN PADA FAÇADE BANGUNAN.
Radiasi matahari adalah penyebab utama tingginya suhu di dalam bangunan. Sebisa
mungkin hindari banyak bukaan di arah Timur dan Barat. Apabila tidak bisa dihindari,
bisa diupayakan penggunaan barier terhadap radiasi sinar matahari, terutama matahari
sore dari arah barat. Barier bisa berupa tanaman atau vegetasi, atau elemen vertikal
(sirip), elemen bangunan berupa Sun Shading atau penggunaan Secondary Skin berupa
elemen horizontal (topi topi/ over hang).
19 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
3.I.4 VENTILASI BANGUNAN SEBAGAI BUKAAN.
Bukaan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pergerakan angin dalam
bangunan. Bukaan yang menyediakan ruang untuk terjadinya pertukaran udara yang
disebut ventilasi Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan yang pada akhirnya dapat
membantu terjadinya kenyamanan termal.
Aliran udara dengan kecepatan yang baik dapat mempercepat proses penguapan di
permukaan kulit manusia, sehingga dapat memberikan kesejukan bagi pengguna
bangunan atau ruangan.
Menurut arah gerak di dalam ruangan, maka pergerakkan udara dapat kita klasifikasikan
menjadi dua arah, yaitu pertama : Ventilasi silang, dimana udara bergerak secara
horizontal, udara bergerak ke atas, terjadi karena perbedaan suhu udara dalam
20 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
bangunan. (konveksi). Yang kedua adalah Ventilasi Vertikal. Contoh pada gambar di
bawah ini :
21 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
a. Membuat strutktur dinding lapis atau dinding double yang (berongga) yang kemudian
diberi ventilasi pada rongganya, sehingga rambatan kalor atau nilai transmision bridge
nya diperkecil.
b. Mendesain peletakan ruang yang bersifat service (tangga, toilet, pantry, gudang, dsb.)
di area jatuhnya radiasi atau jalur matahari langsung (sisi timur dan barat)
c. Memberikan sistem ventilasi pada ruang antara atap dan langit -langit (pada bangunan
rendah) agar dapat dihindarinya akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya
tidak memungkinkan, maka upayakanlah agar panas yang terkumpul dalam ruangan
akan ditransmisikan kebagian lain, misal ke dalam ruang di bawahnya. Pengaturan
sirkulasi udara di dalam ruangan atap ini, sangat berguna untuk memutar atau
mensirkulasikan kalor panas pada udara di level ketinggian tertentu, sehingga segera
dilepas ke udara luar, untuk menuju tekanan udara yang lebih rendah.
Temperatur udara, tingkat penyerapan radiasi matahari, dan nilai kelembaban yang tinggi
perlu direkayasa secara pasiv, karena kondisi kondisi ini tidak diharapkan bagi pencapaian
kenyamanan termal manusia tropis. Secara penataan urban, sebuah kota iklim tropis
memerlukan ruang terbuka hijau dalam jumlah yang cukup, yang berguna sebagai balancing
termal serta menurunkan suhu kota dan sekaligus meningkatkan kecepatan aliran udara, di
mana biasanya velositas angin di wilayah kota tropis lembab umumnya berlevel rendah.
22 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
Bangunan atau gedung atau masa perlu direkayasa peletakkannya antara yang satu dengan
lainnya hinga memungkinkan adanya pergerakan udara antara bangunan.
Pengaturan perletakan massa-massa bangunan secara rapat dipastikan tidak dapat menjadi
pemecahan problematik iklim tropis, karena akan memperkecil efek aliran udara cross di
dalam bangunan.
Bagian bagian jalan yang didominasi oleh perkerasan aspal dan beton perlu direkayasa
intensitasnya dari radiasi matahari langsung dengan peletakan jalur hijau yang rimbun
sepanjang tepi jalan yang kemudian pada akhirnya mengurangi pemanasan udara, yang
akhirnya akan menurunkan suhu kota. Demikian pula halaman-halaman parkir perlu diberi
perlindungan serupa. Jika peletakkan jalur hijau terhadap permukaan tanah yang terkena
perkerasan dapat diwujudkan, maka suhu kota tidak akan naik tinggi. Sehingga akan
membantu pada pengendalian atau rekayasa suhu udara di sekitar lokasi bangunan yang
pada akhirnya secara langsung atau tidak langsung akan memudahkan rekayasa suhu
nyaman di dalam bangunan.
23 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mempelajari dan menggali Kenyamanan Termal, standart, faktor faktor pengaruh
serta rekayasa rekayasa terkait pencapaian kenyamanan termal pada bangunan maka
semuanya itu menjadikan pertimbangan dalam proses desain yang dilakukan oleh Arsitek.
Semua teknik rekayasa yang dipaparkan dengan harapan bahwa perencanaan kenyamanan
termal dilakukan secara pasive, tanpa melibaatkan penghawaan mekanik, atau
menambahkan penggunaan energi kedalam sistem atau bangunan yang sedang di desain.
Sehingga hasil perencanaan dapat secara alami mengendalikan kenyamanan termal dengan
baik, efisien secara energi dan sustainable dengan alam sekitar serta bumi pada umumnya.
B. SARAN
Demikian kiranya makalah ini disusun, dengan harapan para pembaca dapat lebih mengenal
tentang kenyamanan termal serta memahaami bahwa dalam setiap bangunan harus
memperhatikan faktor kenyamanan termal, khususnya pada pengguna, sehingga pengguna
bangunan dapat hidup dengan lebih sehat, produktif dan berdaya guna dalam melakukan
aktifitas dalam bangunan, sehingga setiap karya desain dapat memenuhi salah satu prinsip
utama arsitektur yaitu Firmitas atau kekuatan atau durabilitas dari desain yang dihasilkan.
24 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL
DAFTAR PUSTAKA :
Akbari, H. et al (1990), Summer Heat Island, Urban trees and White Surfaces, ASHRAE
Transactions, pp. 1381 - 1388.
ANSI/ASHRAE 55-1992, ASHRAE Standard Thermal Environmenttal Conditions for Human
Occupancy, American Society of Heating Refrigeration and Air Conditioning Engineer
(ASHRAE), Atlanta, USA.
Departemen Pekerjaan Umum (1993), Standar Tata Cara Perencanan Teknis Konservasi
Energi pada Bangunan Gedung, Yayasan LPMB, Bandung.
ISO 7730:1994 (E), Moderate Thermal Environments-Determination of the PMV and PPD
Indices and Specification of the Conditions for Thermal Comfort, 2nd edition, 1994,
International Organization for Standardization, Geneva, Switzerland.
Soegiyanto, R . M . (1981), Pengendalian Kondisi Lingkungan Thermis dan Penerangan
Alami Siang Hari di Dalam Rumah Sederhana Type Perumnas di Daerah Jakarta dan
Bandung, disertasi program doktor, ITB, Bandung.
25 | P a g e
KENYAMANAN TERMAL