Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN PANCASILA

FRIDOLIN DAVIDSON SUKI


MARIA MILIANA NGUDENG
REZA MARNIATI WENI BILI
RICKY JUNEDI ISLIKO
SISILIA CLARITA WONGA
REYNALDO AGUSTINUS HALE
ARCHANGELA MICHELLE MBULU
HALIMAH TUSHADYAH

PERKEMBANGAN HAM DAN


PROBLEMATIKANYA
PENGERTIAN HAM
HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena manusia. Umat manusia memilikinya bukan
karena diberikan oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan
martabatnya sebagai manusia.
Sementara itu, pengertian Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah :
“ Seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum,
Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia “.

Asal usul gagasan mengenai HAM sebagaimana disebut terdahulu bersumber dari teori hak
kodrati (natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum
kodrati (natural law theory). Dalam perkembangannya melawan kekuasaan muncul Gerakan
pembaharuan (Renaissance) yang mengharapkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
yang menghormati orang perorang.
MACAM-MACAM HAM
a. Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat,Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat,Hak
kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

b. Hak asasi politik / Political Right


Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan,hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan,Hak membuat dan mendirikan parpol /
partai politik dan organisasi politik lainnya

c. Hak azasi hukum / Legal Equality Right


Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan,Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

d. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths


Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli,Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

e. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan,Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan
di mata hukum.

f. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan,Hak mendapatkan pengajaran
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut mulai tahun
1908 hingga sekarang. Pada dasarnya, konsep HAM bukanlah semata-mata sebagai
konsep tentang hak-hak asasi individual, melainkan juga kewajiban-kewajiban asasi yang
menyertainya.

Periode 1 (1908-1945 )
Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh Bangsa Indonesia terutama sejak tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni di
tahun mulai timbulnya kesadaran akan pentingnya pembentukan suatu negara bangsa (nation state) melalui berbagai tulisan
dalam suatu Majalah Goeroe Desa. Konsep HAM yang mengemuka adalah konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan,
dalam arti hak sebagai bangsa merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights of self determination). Namun HAM
bidang sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi dalam segala bentuknya dan hak untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat
mulai juga diperbincangkan. Bahkan konsep mengenai hak untuk turut serta dalam pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi
Utomo.
Dalam periode ini terjadi perdebatan antara Supomo dan Soekarno, yang berpendapat bahwa HAM tidak perlu
ditempatkan pada UUD sedangkan Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin mengemukakan perlu adanya HAM dakam
rancangan UUD yang menjadi hak-hak dasar warga negara.
Akhirnya tercapailah Pasal 28 dalam rancangan UUD 1945, dimana hak-hak dasar demokratis seperti hak untuk
berserikat danberkumpul dan untuk menyampaikan pendapat telah diatur.
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Periode 2 (1950- 1959)

Pada periode ini Indonesia sudah menerapkan bentuk Negara kesatuan dengan berlakunya
UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950-Juli 1959. Pada periode ini suasana kebebasan yang
menjadi semangat demokrasi liberal sangat ditenggang, sehingga dapat dikatakan bahwa baik
pemikiran maupun aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “pasang” dengan beberapa hal yang
terjadi yaitu :
1. semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan berbagai ideologinya masing-masing;
2. kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-bmenikmati kebebasannya;
3. Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsudalam suasana kebebasan, fair dan
demokratis;
4. Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi kedaulatan rakyat menunjukan
kinerja dan kelasnya sebagai wwakil rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan;
5. Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim kondusif.
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Periode 3 (1950- 1959)
Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi
Presiden Soekarno mengenai demokrasi terpimpin dilihat dari sistem politik yang berlaku yang berada di bawah kontrol/kendali
Presiden. Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama hak sipil dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak memberikan
keleluasaan ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Di bawah
naungan demokrasi terpimpin, pemikiran tentang HAM dihadapkan pada restriksi atau pembatasan yang ketat oleh kekuasaan,
sehingga mengalami kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang berbanding terbalik dengan situasi pada masa Demokrasi
Parlementer.
Periode 4 (1966-1998)

Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan situasi chaos mengantarkan Indonesia kembali
mengalami masa kelam kehidupan berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang dijadikan landasan hukum
bagi Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM
tidak dilindungi. Hal ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan terhadap HAM. Umumnya era ini ditandai oleh pemikiran
HAM adalah produk barat. Pada saat yang sama Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan mengunakan slogan
“pembangunan” sehingga segala upaya pemajuan dan perlindungan HAM dianggap sebagai penghambat pembangunan. Hal ini
tercermin dari berbagai produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang pada umumnya bersifat restriktif terhadap HAM.
Pada pihak lain, masyarakat umumnya diwakili LSM dan kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM adalah universal.
Keadaan minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini mencapai titik nadir pada tahun 1998 yang ditandai oleh turunnya
Soeharto sebagai Presiden.
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Periode 5 (1998-sekarang)
Periode ini ditandai dengan runtuhnya masa orde lama yang telah berkuasa selama 32 tahun dan masukknya era
reformasi telah membuka koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia. Kondisi semacam ini berpotensi dengan adanya
era globalisasi yang melanda ke berbagai Negara di dunia salah satu ciri terjadinya globalisasi ini dapat dilihat dalam kondisi
hubungan antar negara yang disebut sebagai borderless world atau dunia tanpa batas. Era globalisasi membawa konsekuensi
adanya penghilangan sekat/batas antar Negara, bahkan dengan menggunakan teknologi canggih seperti penggunaan satelit
palapa sebagai sarana pecakapan penting yang terkait dengan situasi politik dan keamanan Indonesia. Dengan kata lain, segala
prilaku pemerintah maupun rakyat Indonesia dapat di pantau oleh Negara lain, termasuk penegakan hukum dan hak asasi
manusia di Indonesia. Singka arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa pengaruh bagi terbentuknya koridor
pembaharuan hukum dan penegakan HAM.
Orde reformasi yang dimulai tahun 1998 berusaha menegakan HAM dengan jalan membuat peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan HAM sebagai rambu-rambu. Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Ratifikasi
Terhadap instrumen Internasional tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang memungkinkan
dibukanya kembali kasus-kasus pelanggaran HAM berat dimasa lalu, serta pemberantasan praktik KKN.
CONTOH PENYIMPANGAN/PELANGGARAN TERHADAP HAM
Pelangaran HAM Berat
Pelanggaran HAM Berat merupakan tindakan yang
Pelangaran HAM Ringan
melanggar hak asasi seseorang atau kelompok dan
Contoh Pelanggaran HAM Ringan adalah
menyebabkan tercabutnya hak tersebut.
pencurian, pencemaran nama baik, penghinaan,
Contoh kasus pelanggaran HAM berat adalah kejahatan
pengancaman, kekerasan fisik ringan, dan tindakan
kemanusiaan yang meliputi pembunuhan, perbudakan,
yang menghalangi aspirasi.
penganiayaan hingga cacat, apartheid, dan genosida.

Sumber:CNN Indonesia,
News.detik.com
CONTOH KASUS PENYIMPANGAN/PELANGGARAN TERHADAP HAM DI
INDONESIA
Menilik catatan sejarah, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cukup banyak kasus
pelanggaran HAM.

1. Pembersihan PKI (1965-1966)


Berkaitan dengan dibunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30
September 1965 (G30S/PKI), pemerintahan Orde Baru menuding PKI
sebagai biang keroknya.Pada saat itu, pemerintah melakukan operasi
pembersihan PKI dan simpatisannya untuk membubarkan organisasi
komunis tersebut.Komnas HAM memperkirakan ada sekitar 500 ribu
hingga 3 juta warga tewas terbunuh dalam operasi tersebut.
Sumber:Belajar Sosial.com

2. Penembakan Misterius (1982-1986)


Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan operasi
rahasia yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.Operasi
tersebut berdalih untuk menekan tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat
itu.Secara umum, operasi ini merupakan penangkapan dan pembunuhan
terhadap orang-orang yang diduga mengganggu ketentraman masyarakat.
Sumber:Redaksi Indonesia.com
Hingga saat ini, pelakunya tidak pernah tertangkap dan tidak pernah diadili.
CONTOH KASUS PENYIMPANGAN/PELANGGARAN TERHADAP HAM DI
INDONESIA
3. Tragedi Talangsari (1989)
tragedi talangsari Tragedi Talangsari yang terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989 termasuk
dalam salah satu pelanggaran HAM berat di Indonesia.Pada masa tersebut Soeharto
mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila(P-4).Program ini
banyak menyasar masyarakat Islam yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru.Sampai
akhirnya hal tersebut memancing reaksi kelompok Islam di Indonesia, termasuk kelompok
Warsidi di Lampung.
Akhirnya kelompok Warsidi dituduh radikal dan mendapat perlakuan represif dari militer
serta polisi yang menyebabkan tragedi pembantaian.Dalam tragedi tersebut, diketahui ada
sekitar 130 orang tewas dan 229 dianiaya.

Tragedi Rumoh Geudong, Aceh


Pembunuhan Marsinah (1993) Tragedi Trisakti (1998)
(1989-1998)
Sumber:Antara News Yogyakarta,tagar.id, kompas.com,sejarah-Kelam-
Indonesia.blogspot.com
UPAYA PENEGAKAN HAM
Indonesia Negara hukum ,dengan mengikuti peraturan dan hukum yang ada di Indonesia dapat mencegah terjadinya
tindakan pelanggaran terhadap HAM .Oleh karena itu harus ada upaya agar Hukum dan HAM dapat bekerja dengan
baik.

a. Perbaikan Sistem Hukum


Reformasi sistem hukum menjadi wacana hangat yang b.Meningkatkan Kesadaran Hukum
patut di sambut baik demi perbaikan kondisi bangsa ini. Selain persoalan system hukum yang harus
Sebab semuanya sepakat hukum menjadi salah satu diperbaiki, maka kesadaran hukum juga memiliki
penentu perbaikan bangsa di atas moralitas dan peranan dalam proses penegakan hukum dan HAM.
kepribadian masyarakat. Menurut Krabe hukum tidak bergantung pada
kehendak manusia, tapi telah ada pada kesadaran
Keterpurukan hukum di Indonesia di sebabkan sistem hukum setiap orang. Kesadaran hukum tidak
hukum yang bekerja di dalamnya mengalamai disorientasi datang, apalagi dipaksakan dari luar, melainkan
gerakan dan tujuan. Sistem hukum yang dimaksud dan dirasakan setiap orang dalam dirinya. Dengan
perlu diperbaiki adalah, struktur, substansi dan kultur demikian, kesadaran akan pentingnya hukum dan
hukum serta sarana prasarana. HAM dari setiap masyarakat diperlukan untuk
mendukung efektifitas hukum dan HAM.
UPAYA PENEGAKAN HAM
Kesimpulannya Sebagai suatu Negara hukum maka sudah selayaknya Indonesia menghormati dan
menerapkan prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi kenyataan
yang terjadi adalah banyak terjadi diskriminasi dalam penerapan prinsip-prinsip Negara hukum yang
dilakukan oleh para aparat penegakkan hukum, hal ini menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap
kinerja aparat penegak hukum, dan dari tumpukan kekecewaan tersebut, memunculkan sikap main
hakim sendiri di dalam masyarakat dalam mewujudkan rasa keadilan masyarakat. Hal ini menunjukan
bahwa aparat penegak hukum memegang peranan yang penting dalam menumbuhkan kesadaran
berhukum dalam masyarakat sekaligus menegakkan prinsip-prinsip Negara hukum. Untuk itu, salah satu
factor yang perlu mendapat perhatian serius dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
hukum melalui kinerja aparat penegak hukum adalah, perlu adanya pembaharuan perilaku dan moral
para petugas penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menegakkan
hukum tanpa adanya diskriminasi, selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga perlu
ditingkatkan agar hukum dapat ditegakkan dan pelanggan terhadap HAM juga tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

https://Pusham.uii.ac.id “BAB V HAK ASASI MANUSIA


DI INDONESIA

BagirManan. 2001. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi


Manusia di
Indonesia, Alumni, Bandung.

Hermawan Sulistyo.2000. Palu Arit di Ladang Tebu:


Pembantaian Massal
yang Terlupakan, Gramedia, Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai