Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK IKLIM MIKRO DI DALAM DAN

DI LUAR KAWASAN HUTAN

Di Susun
Oleh :
Kelompok

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, 22 September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
BAB 1I PEMBAHASAN................................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum................................. 5
2.2 Kedudukan Pancasila sebagai Sumber Hukum................................. 6
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum...... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
3.2 Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimatalogi merupakan kajian ilmiah yang membahas tentang
penganalisaan unsur cuaca seperti temperatur, tekanan udara, dan lain sebagainya.
Timbulnya iklim mikro bisa diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dari
kondisi cuaca dan iklim yang cukup besar atau nyata terutama proses sifat fisik
lapisan atmosfe. Iklim mikro (suhu udara, kelembapan udara, dan radiasi
matahari) ditentukan banyak faktor, baik faktor dalam skala lokal maupun dalam
skala global, perubahan yang cukup signifikan disebagian belahan bumi dapat
mempengaruhi suhu dan kelembapan dibelahan lainny. Kelembapan adalah
jumlah kandungan uap air dalam suatu volume udar. Kandungan uap air dalam
atmosfer tidak selamanya tetap namun senantiasa berubah menurut waktu, tempat,
dan musim. Angka kelembapan diukur dengan dua pendekatan yakni kelembapan
udara mutlak atau rasional dengan satuan kg (uap air) atau kg (udara kering) dan
gram (udara kering), sedangkan kelembapan relatif dengan satuan persen (%).
Umumnya kelembapan tertinggi berada di khatulistiwa dan kelembapan
terendah berada pada lintang 40oC daerah ini disebut horse latitude, dengan curah
hujan kecil, perpindahan masa udara yang bergerak dari maksimum ke minimum
akan menyebabkan kekosongan di daerah maksimum. Di Indonesia kelembapan
udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau.
Intensitas cahaya adalah jumlah energi yang dipancarkan oleh matahari per satuan
waktu per satuan luas. Intensitas cahaya disebut juga kerapatan fluks radiasi.
Radiasi matahari adalah energi panas radiatif yang dihasilkan oleh benda langit
berpijar yang dinamakan matahari.
Heddy (1987) menyebutkan bahwa iklim menentukan tipe vegetasi yang
tumbuh secara alami dan mempercepat produksi pertanian yang mungkin
dilakukan. Ada tiga unsur iklim yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, yaitu suhu, persediaan air dan cuaca. Suhu adalah faktor
utama yang menentukan dimana tanaman pertanian dapat tumbuh. Presipitasi atau
persediaan air merupakan faktor penting yang menentukan penyebaran tanaman

4
pada tempat yang suhunya sama, intensitas cuaca dan lamanya penyinaran
mempengaruhi sifat tanaman. Jumlah dan sebaran curah hujan penting untuk
menentukan jenis vegetasi utamanya. Sejumlah spesies di daerah tropika tampak
harus menyesuaikan diri dengan hujan baik untuk pembungaan atau untuk
“pertumbuhan serempak” daun baru. Pada suatu keadaan tertentu angin dapat
mempengaruhi struktur dan susunan suatu spesies.
Cahaya memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi serta
pembungaan tumbuhan dan perkecambahan biji (Ewusie, 1990). Menurut Heddy
(1987), terdapat tiga fungsi fisiologis yang sangat dipengaruhi oleh suhu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan, asimilasi dan pernafasan. Suhu minimum adalah
suhu terendah yang dibawahnya pertumbuhan dan asimilasi berhenti. Bila suhu
naik di atas minimum, kecepatan ketiga fungsi fisiologis naik sampai mencapai
puncak pada suhu optimum. Di atas suhu ini terjadi penurunan ketiga fungsi
fisiologis tersebut sampai berhenti pada suhu maksimum.
Ewusie (1990) menambahkan bahwa kombinasi suhu tinggi dan
kelembaban tinggi menciptakan lingkungan yang mendorong kegiatan
metabolisme yang tinggi pada jasad seperti bakteri dan jamur yang menyebabkan
pembusukan bahan hewan dan vegetasi mati secara cepat. Hasan (1970) dalam
Arifin (1993) mengemukakan bahwa iklim mikro dibedakan atas dua macam
lingkungan tempat tanaman dan hewan hidup, yakni lingkungan mikro meliputi
atmosfer dibawah dua meter dari permukaan tanah dan lingkungan makro ialah
diatas dua meter dari permukaan tanah. Bagi bidang kehutanan dalam banyak hal
lingkungan mikro sangat penting dalam penyemaian benih dan pembiakan. Jadi
yang penting bukan letaknya dekat permukaan tanah, tetapi hubungannya dengan
lingkungan dari tumbuh-tumbuhan yang diselidiki, apakah dekat dengan
permukan tanah atau di atasnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum?
2. Apa pengertian kedudukan pancasila sebagai sumber hukum?

5
3. Apa Maksud dari Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber
Hukum?

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Iklim Mikro


Menurut Lakitan yang menyatakan bahwa iklim mikro adalah kondisi
iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas, namun komponen iklim ini penting
bagi kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan, karena kondisi udara pada skala
mikro akan berkontak dan mempengaruhi langsung dengan makhluk-makhluk
hidup tersebut. Makhluk hidup peka terhadap dinamika atau perubahan-perubahan
dari unsur-unsur iklim di sekitarnya. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan
mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang terjadi pada tubuh makhluk
hidup, sebaliknya keberadaan makhluk hidup tumbuhan akan mempengaruhi
keadaan iklim mikro di sekitarnya. Makhluk hidup dan udara di sekittarnya akan
berpengaruh atau berinteraksi satu sama lain. Sedangkan menurut Anonymous
yang menyatakan bahwa iklim mikro adalah kondisi lapisan atmosfer yang dekat
dengan permukaan tanah atau sekitar tanaman atau tumbuhan , yang terdiri dari
suhu, kelembaban, tekanan udara, keteduhan dan dinamika energi radiasi
matahari. Menurut Sumardi dan Widyastuti sehubungan dengan itu, data suhu,
kelembaban udara, dan kecepatan angin serta intensitas cahaya merupakan hal
yang sangat penting pada setiap unit kesatuan pemangkuan hutan. Berdasarkan
data tersebut maka akan diketahui bulan-bulan kering di setiap kesatuan
pemangkuan hutan sehingga persiapan dan kesiapan menghadapi kerawanan
kebakaran dapat dilakukan terutama kawasan yang terjamah atau berhubungan
dengan kegiatan manusia yang memanfaatkan api (Sumardi dan Widyastuti,
2004).
2.1.1 Suhu
Guslim menyatakan bahwa suhu merupakan suatu konsep yang tidak
mudah didefinisikan. Di dalam Glossary of Meteorology, disebutkan bahwa suhu
sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan
menggunakan berbagai tipe termometer. Namun berbeda antara suhu dengan
panas, menurut hukum termodinamika panas adalah energi total dari pergerakan
molekuler suatu benda. Lebih besar pergerakan-pergerakan itu maka lebih panas

7
benda itu, sedangkan suhu merupakan ukuran energi kinetis rata-rata dari
pergerakan molekul. Jadi panas adalah ukuran energi sedangkan suhu adalah
energi rata-rata dari tiap molekul. Menurut Asdak suhu akan mempengaruhi
besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai
salah satu faktor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan
penyebaran air di muka bumi, maka dari itu, penting untuk mengetahui bagaimana
menentukan besarnya suhu udara. Menurut Purbowaseso suhu udara tergantung
pada intensitas panas atau penyinaran matahari. Wilayah dengan intensitas
penyinaran matahari yang tinggi akan menyebabkan bahan bakar cepat
mengering, sehingga memudahkan terjadinya kebakaran. Suhu yang tinggi akan
mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut cuacanya kering sehingga rawan akan
kebakaran.
2.1.2 Kelembaban Udara
Menurut Asdak salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai
lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu
dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah radiasi
matahari gelombang pendek yang menuju ke permukaan bumi. Kelembaban udara
juga membantu menahan keluarnya radiasi matahari gelombang panjang dari
permukaan bumi pada siang hari dan malam hari. Purbowaseso menyatakan
bahwa faktor kelembaban udara sangat berkaitan dengan faktor lainnya seperti
curah hujan. Wilayah dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan wilayah
tersebut juga memiliki kelembaban udara relatif tinggi, misalnya pada wilayah
tropis, yang dicirikan dengan jumlah hujan > 2.500 mm per tahun. Kelembaban
udara yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air bahan bakar, sehingga
bahan bakar akan menyerap air dari udara yang lembab tersebut. Wilayah tropis
memiliki ciri khas seperti ini dan secara alami wilayah-wilayah tropis ini memiliki
ketahanan terhadap kebakaran hutan.
2.1.3 Intensitas Cahaya
Menurut Padmanaba intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk
mengukur daya yang dipabcarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per
sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Pada bidang optika

8
dan fotografi, kemampuan mata manusia sangat sensitif dan hanya dapat melihat
cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak) yang
diukur dalam besaran pokok ini. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang
masuk pada satu luas permukaan. Penerangan atau cahaya terbagi menjadi 3
berdasarkan sumbernya. Pertama penerangan alami yang artinya penerangan yang
berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan buatan adalah penerangan yang
berasal dari lampu, dan yang ketiga yaitu penerangan alami dan buatan yang
artinya penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu
atau penerangan buatan
Menurut hasil penelitian Prasetyo kondisi iklim mikro pada lokasi yang
bervegetasi jauh lebih baik dibandingkan dengan lapangan terbuka. Hal ini
dipengaruhi oleh vegetasi berupa lajur hijau. Sinar matahari pada lahan terbuka
akan langsung menembus permukaan tanpa hambatan sedangkan pada lokasi
bervegetasi sinar matahari yang diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk
pohon sehingga suhu udara yang berada di bawah tajuk lebih rendah
dibandingkan di lahan terbuka lebih besar karena berkurangnya energi matahari
yang sampai ke permukaan tanah.

2.2 Hubungan Seresah dengan Vegetasi


Menurut Hairiah, Widianto, Suprayoga, Widodo, Purnomosidhi, Rahayu
dan Noorwijk, yang menyatakan bahwa pada suatu ekosistem hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya tidak dapat terpisahkan.
Makhluk hidup akan bergantung kepada lingkungannya, dan lingkungannya akan
bergantung pada makhluk hidup. Seperti halnya makrofauna tanah yang
membutuhkan bahan organik sebagai bahan makanannya. Salah satu contoh
bentuk bahan organik di dalam hutan yaitu seresah. Seresah merupakan bagian
dari tanaman yang telah mati berupa daun, cabang, ranting, bunga dan buah yang
gugur di permukaan tanah baik yang mengalami pelapukan sebagian maupun
yang masih utuh. Riyanto, Indriyanto dan Afif, menyatakan bahwa seresah
memiliki peran yang penting di lantai hutan karena sebagian besar unsur hara di
dapat pada lantai hutan yang berasal dari seresah. Seresah juga bermanfaat bagi

9
tanah apabila telah mengalami penguraian, senyawa anorganik dan menghasilkan
hara mineral yang dimanfaatkan oleh tanaman. Dijelaskan juga bahwa jumlah
produksi seresah yang dihasilkan oleh suatu tegakan sangat dipengaruhi oleh
kedua iklim.
Pada umumnya tumbuhan pohon atau perdu akan menggugurkan daunnya
pada musim kemarau contohnya seperti kakao, karet dan durian, sehingga saat
musim kemarau tumbuhan memiliki produksi seresah yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan musim hujan. Musim akan sangat mempengaruhi jumlah
produksi seresah karena pada musim kemarau untuk mengurangi laju penguapan
tanaman akan menggugurkan daunnya. Hal ini karena dilakukan secara alami agar
pohon tetap bertahan hidup. Seresah memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap jumlah unsur hara yang masuk ke dalam tanah, karena sebagian besar
unsur hara di dapat dari dalam tanah melalui daun yang gugur. Selain itu seresah
juga menjadi habitat atau tempat hidup yang baik bagi makrofauna tanah.
Semakin banyak jumlah seresah, maka semakin banyak makrofauna tanah yang
ditemukan. Menurut Buliyansih, yang menyatakan bahwa dekomposisi seresah
menghasilkan sejumlah bahan-bahan organik yang dapat mendukung kehidupan
makhluk hidup atau biota tanah. Semakin banyak seresah makan bahan yang akan
terdekomposisi juga semakin banyak, sehingga jumlah dekomposer juga lebih
banyak. Kerapatan vegetasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang akan
mempengaruhi adanya makrofauna tanah. Menurut Buliyansih, menyatakan
bahwa keberadaan makrofauna tanah pada suatu habitat akan dipengaruhi oleh
kondisi habitat tersebut. Makrofauna tanah akan melimpah pada habitat yang
mampu menyediakan faktor-faktor yang dapat mendukung kehidupan makrofauna
tanah seperti suhu yang optimal dan ketersediaan bahan makanan.

2.3 Hubungan Seresah dengan Tanah


Menurut Purnomo hutan tanaman pada awalnya dirancang untuk
meningkatkan produktifitas hutan, sekaligus untuk memperbaiki dan
merehabilitasikualitas lingkungan serta menciptakan lapangan pekerjaan. Aruan
juga menyatakan bahwa pembangunan hutan tanaman secara monokultur atau

10
seragam berdampak negatif terhadap tanah dan air sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kualitas lahan Menurut Hardjowigeno penambahan bahan organik akan
bermanfaat terhadap peningkatan kualitas lahan karena sangat berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, sebagai sumber unsur hara, meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah, menambah kemampuan menahan air, serta sebagai energi bagi
mikroorganisme dalam proses dekomposisi. Menurut Chairul salah satu bahan
organik yang secara alami dihasilkan oleh tanaman adalah seresah. Peristiwa
jatuhnya seresah merupakan suatu kejadian yang terjadi di luar organ tumbuh-
tumbuhan, yaitu lepasnya organ tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan bagian
lain sebagai input bahan material organik pada tanah, aliran energi dan siklus hara
Aprianis juga menyatakan bahwa seresah merupakan bahan-bahan yang telah
mati, yang terletak di atas permukaan tanah yang nantinya akan mengalami
dekoposisi dan mineralisasi. Menurut Bargali et al seresah merupakan bahan
organik yang dihasilkan oleh tanaman yang akan dikembalikan lagi ke dalam
tanah. Seresah tanaman dapat berupa daun, ranting, batang bahkan akar. Proses
dekomposisi ini sangat penting dalam siklus ekologi dalam hutan sebagai salah
satu asupan unsur hara ke dalam tanah seperti yang disampaikan oleh Vos,
Ruijven, Berg, Peeters, Berendse, bahwa proses dekomposisi seresah ini berperan
penting dalam siklus karbon dan nutrisi lain.
Menurut Arief yang menyatakan bahwa lantai hutan dengan lapisan humus
dan seressah yang tebal akan sangat mempengaruhi permeabilitas tanah dengan
kapasitas infiltrasinya. Jika komposisi jenis tumbuhan dan struktur tanah makin
berbagai macam, maka pengaruhnya terhadap tanah, lingkungan dan air akan
makin baik pula. Hal ini dapat dilihat pada kawasan hutan lindung yang memiliki
fungsi hidrologi tinggi karena banyaknya jenis pohon yang batangnya kuat dan
besar, berakar dalam dan intensif, umumnya panjang, mempunyai sifat permudaan
alam yang cukup sempurna dan evergreen, sehingga semua ini akan menciptakan
lantai hutan yang berhumus tebal dan mencegah terjadinya erosi percikan serta
erosi permukaan.
Sutaryo menyatakan bahwa seresah yang telah membusuk (mengalami
dekomposisi) berubah menjadi humus (bunga tanah), yang akhirnya akan menjadi

11
tanah. Seresah bisa dipisahkan lagi menjadi lapisan atas dan bawah. Lapisan atas
disebut seresah yang merupakan lapisan di lantai hutan yang terdiri dari guguran
daun segar, serpihan kulit kayu, ranting, lumut dan lumut kerak mati, dan bagian
bungan dan buah. Lapisan dibawah seresah disebut dengan humus yang terdiri
dari seresah yang telah terdekomposisi dengan baik. Semakin rendah kualitas
bahan, semakin lama bahan tersebut melapuk, sehhingga akan terjadi akumulasi
seresah yang cukup tebal pada permukaan tanah hutan.

2.4 Hubungan Tanah dengan Air


Menurut Wirosoedarmo kandungan air di dalam tanah pada saat
pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang akan menentukan kualitas
hasil olahan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Perubahan sifat fisik tanah
akibat pengolahan tanah yang menentukan banyaknya air pada saat pengolahan
tanah dan alat yang digunakan saat mengolah tanah. Konsep pengolahan tanah
berlandaskan pada ilmu fisika tanah yang menyatakan bahwa pengolahan tanah
diperlukan jika kondisis kepadatan tanah, kekuatan tanah, aerasi tanah dan
kedalaman perakaran tidak mendukung penyediaan air dan perkembangan akar
keadaannya. Struktur tanah yang baik adalah struktur tanah yang dapat
mempertahankan kemantapan agregat terhadap perubahan kelembaban tanah yang
mendadak dari curah hujan. Kegemburan tanah adalah satu dari beberapa
karakteristik penting tanah yang menggambarkan hasil olahan tanah tersebut.
Menurut Handayanto bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan
mengalami proses perombakan dan pelapukan yang selanjutnya akan
menghasilkan humus. Fitter dan Hay menyatakan bahwa humus juga sangat
penting artinya agar tanah tidak cepat kering pada saat musim kemarau karena
memiliki daya memegang air (water holding capacity) yang tinggi. Humus
tersebut dapat mengikat air empat hingga enam kali lipat dari beratnya sendiri.
Dengan terikatnya air ole humus artinya akan mengurangi penguapan air melalui
tanah.

12
BAB III

PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah
bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di
Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat dijadikan
wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan agama
yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila
sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan
kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang
berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam Pancasila terkandung
lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia.

2.3 Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.).
1995,Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada
Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: BP-7 Pusat,.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013).
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI.

14

Anda mungkin juga menyukai