Di Susun
Oleh :
Kelompok
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
BAB 1I PEMBAHASAN................................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum................................. 5
2.2 Kedudukan Pancasila sebagai Sumber Hukum................................. 6
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum...... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
3.2 Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pada tempat yang suhunya sama, intensitas cuaca dan lamanya penyinaran
mempengaruhi sifat tanaman. Jumlah dan sebaran curah hujan penting untuk
menentukan jenis vegetasi utamanya. Sejumlah spesies di daerah tropika tampak
harus menyesuaikan diri dengan hujan baik untuk pembungaan atau untuk
“pertumbuhan serempak” daun baru. Pada suatu keadaan tertentu angin dapat
mempengaruhi struktur dan susunan suatu spesies.
Cahaya memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi serta
pembungaan tumbuhan dan perkecambahan biji (Ewusie, 1990). Menurut Heddy
(1987), terdapat tiga fungsi fisiologis yang sangat dipengaruhi oleh suhu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan, asimilasi dan pernafasan. Suhu minimum adalah
suhu terendah yang dibawahnya pertumbuhan dan asimilasi berhenti. Bila suhu
naik di atas minimum, kecepatan ketiga fungsi fisiologis naik sampai mencapai
puncak pada suhu optimum. Di atas suhu ini terjadi penurunan ketiga fungsi
fisiologis tersebut sampai berhenti pada suhu maksimum.
Ewusie (1990) menambahkan bahwa kombinasi suhu tinggi dan
kelembaban tinggi menciptakan lingkungan yang mendorong kegiatan
metabolisme yang tinggi pada jasad seperti bakteri dan jamur yang menyebabkan
pembusukan bahan hewan dan vegetasi mati secara cepat. Hasan (1970) dalam
Arifin (1993) mengemukakan bahwa iklim mikro dibedakan atas dua macam
lingkungan tempat tanaman dan hewan hidup, yakni lingkungan mikro meliputi
atmosfer dibawah dua meter dari permukaan tanah dan lingkungan makro ialah
diatas dua meter dari permukaan tanah. Bagi bidang kehutanan dalam banyak hal
lingkungan mikro sangat penting dalam penyemaian benih dan pembiakan. Jadi
yang penting bukan letaknya dekat permukaan tanah, tetapi hubungannya dengan
lingkungan dari tumbuh-tumbuhan yang diselidiki, apakah dekat dengan
permukan tanah atau di atasnya
5
3. Apa Maksud dari Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber
Hukum?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
benda itu, sedangkan suhu merupakan ukuran energi kinetis rata-rata dari
pergerakan molekul. Jadi panas adalah ukuran energi sedangkan suhu adalah
energi rata-rata dari tiap molekul. Menurut Asdak suhu akan mempengaruhi
besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai
salah satu faktor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan
penyebaran air di muka bumi, maka dari itu, penting untuk mengetahui bagaimana
menentukan besarnya suhu udara. Menurut Purbowaseso suhu udara tergantung
pada intensitas panas atau penyinaran matahari. Wilayah dengan intensitas
penyinaran matahari yang tinggi akan menyebabkan bahan bakar cepat
mengering, sehingga memudahkan terjadinya kebakaran. Suhu yang tinggi akan
mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut cuacanya kering sehingga rawan akan
kebakaran.
2.1.2 Kelembaban Udara
Menurut Asdak salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai
lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu
dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah radiasi
matahari gelombang pendek yang menuju ke permukaan bumi. Kelembaban udara
juga membantu menahan keluarnya radiasi matahari gelombang panjang dari
permukaan bumi pada siang hari dan malam hari. Purbowaseso menyatakan
bahwa faktor kelembaban udara sangat berkaitan dengan faktor lainnya seperti
curah hujan. Wilayah dengan curah hujan yang tinggi akan menyebabkan wilayah
tersebut juga memiliki kelembaban udara relatif tinggi, misalnya pada wilayah
tropis, yang dicirikan dengan jumlah hujan > 2.500 mm per tahun. Kelembaban
udara yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air bahan bakar, sehingga
bahan bakar akan menyerap air dari udara yang lembab tersebut. Wilayah tropis
memiliki ciri khas seperti ini dan secara alami wilayah-wilayah tropis ini memiliki
ketahanan terhadap kebakaran hutan.
2.1.3 Intensitas Cahaya
Menurut Padmanaba intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk
mengukur daya yang dipabcarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per
sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Pada bidang optika
8
dan fotografi, kemampuan mata manusia sangat sensitif dan hanya dapat melihat
cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak) yang
diukur dalam besaran pokok ini. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang
masuk pada satu luas permukaan. Penerangan atau cahaya terbagi menjadi 3
berdasarkan sumbernya. Pertama penerangan alami yang artinya penerangan yang
berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan buatan adalah penerangan yang
berasal dari lampu, dan yang ketiga yaitu penerangan alami dan buatan yang
artinya penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu
atau penerangan buatan
Menurut hasil penelitian Prasetyo kondisi iklim mikro pada lokasi yang
bervegetasi jauh lebih baik dibandingkan dengan lapangan terbuka. Hal ini
dipengaruhi oleh vegetasi berupa lajur hijau. Sinar matahari pada lahan terbuka
akan langsung menembus permukaan tanpa hambatan sedangkan pada lokasi
bervegetasi sinar matahari yang diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk
pohon sehingga suhu udara yang berada di bawah tajuk lebih rendah
dibandingkan di lahan terbuka lebih besar karena berkurangnya energi matahari
yang sampai ke permukaan tanah.
9
tanah apabila telah mengalami penguraian, senyawa anorganik dan menghasilkan
hara mineral yang dimanfaatkan oleh tanaman. Dijelaskan juga bahwa jumlah
produksi seresah yang dihasilkan oleh suatu tegakan sangat dipengaruhi oleh
kedua iklim.
Pada umumnya tumbuhan pohon atau perdu akan menggugurkan daunnya
pada musim kemarau contohnya seperti kakao, karet dan durian, sehingga saat
musim kemarau tumbuhan memiliki produksi seresah yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan musim hujan. Musim akan sangat mempengaruhi jumlah
produksi seresah karena pada musim kemarau untuk mengurangi laju penguapan
tanaman akan menggugurkan daunnya. Hal ini karena dilakukan secara alami agar
pohon tetap bertahan hidup. Seresah memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap jumlah unsur hara yang masuk ke dalam tanah, karena sebagian besar
unsur hara di dapat dari dalam tanah melalui daun yang gugur. Selain itu seresah
juga menjadi habitat atau tempat hidup yang baik bagi makrofauna tanah.
Semakin banyak jumlah seresah, maka semakin banyak makrofauna tanah yang
ditemukan. Menurut Buliyansih, yang menyatakan bahwa dekomposisi seresah
menghasilkan sejumlah bahan-bahan organik yang dapat mendukung kehidupan
makhluk hidup atau biota tanah. Semakin banyak seresah makan bahan yang akan
terdekomposisi juga semakin banyak, sehingga jumlah dekomposer juga lebih
banyak. Kerapatan vegetasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang akan
mempengaruhi adanya makrofauna tanah. Menurut Buliyansih, menyatakan
bahwa keberadaan makrofauna tanah pada suatu habitat akan dipengaruhi oleh
kondisi habitat tersebut. Makrofauna tanah akan melimpah pada habitat yang
mampu menyediakan faktor-faktor yang dapat mendukung kehidupan makrofauna
tanah seperti suhu yang optimal dan ketersediaan bahan makanan.
10
seragam berdampak negatif terhadap tanah dan air sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kualitas lahan Menurut Hardjowigeno penambahan bahan organik akan
bermanfaat terhadap peningkatan kualitas lahan karena sangat berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, sebagai sumber unsur hara, meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah, menambah kemampuan menahan air, serta sebagai energi bagi
mikroorganisme dalam proses dekomposisi. Menurut Chairul salah satu bahan
organik yang secara alami dihasilkan oleh tanaman adalah seresah. Peristiwa
jatuhnya seresah merupakan suatu kejadian yang terjadi di luar organ tumbuh-
tumbuhan, yaitu lepasnya organ tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan bagian
lain sebagai input bahan material organik pada tanah, aliran energi dan siklus hara
Aprianis juga menyatakan bahwa seresah merupakan bahan-bahan yang telah
mati, yang terletak di atas permukaan tanah yang nantinya akan mengalami
dekoposisi dan mineralisasi. Menurut Bargali et al seresah merupakan bahan
organik yang dihasilkan oleh tanaman yang akan dikembalikan lagi ke dalam
tanah. Seresah tanaman dapat berupa daun, ranting, batang bahkan akar. Proses
dekomposisi ini sangat penting dalam siklus ekologi dalam hutan sebagai salah
satu asupan unsur hara ke dalam tanah seperti yang disampaikan oleh Vos,
Ruijven, Berg, Peeters, Berendse, bahwa proses dekomposisi seresah ini berperan
penting dalam siklus karbon dan nutrisi lain.
Menurut Arief yang menyatakan bahwa lantai hutan dengan lapisan humus
dan seressah yang tebal akan sangat mempengaruhi permeabilitas tanah dengan
kapasitas infiltrasinya. Jika komposisi jenis tumbuhan dan struktur tanah makin
berbagai macam, maka pengaruhnya terhadap tanah, lingkungan dan air akan
makin baik pula. Hal ini dapat dilihat pada kawasan hutan lindung yang memiliki
fungsi hidrologi tinggi karena banyaknya jenis pohon yang batangnya kuat dan
besar, berakar dalam dan intensif, umumnya panjang, mempunyai sifat permudaan
alam yang cukup sempurna dan evergreen, sehingga semua ini akan menciptakan
lantai hutan yang berhumus tebal dan mencegah terjadinya erosi percikan serta
erosi permukaan.
Sutaryo menyatakan bahwa seresah yang telah membusuk (mengalami
dekomposisi) berubah menjadi humus (bunga tanah), yang akhirnya akan menjadi
11
tanah. Seresah bisa dipisahkan lagi menjadi lapisan atas dan bawah. Lapisan atas
disebut seresah yang merupakan lapisan di lantai hutan yang terdiri dari guguran
daun segar, serpihan kulit kayu, ranting, lumut dan lumut kerak mati, dan bagian
bungan dan buah. Lapisan dibawah seresah disebut dengan humus yang terdiri
dari seresah yang telah terdekomposisi dengan baik. Semakin rendah kualitas
bahan, semakin lama bahan tersebut melapuk, sehhingga akan terjadi akumulasi
seresah yang cukup tebal pada permukaan tanah hutan.
12
BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah
bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di
Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat dijadikan
wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan agama
yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila
sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan
kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang
berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam Pancasila terkandung
lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia.
2.3 Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.).
1995,Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada
Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: BP-7 Pusat,.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013).
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI.
14